45
.. WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH Oleh Mahmuddm star Pengajar Pada Fa kultas Oakwah lAIN Ar-Raniry PUSAT PENELlTIAN ILMU-ILMU SOSIAL DAN BUOAYA UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2003

WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

..

WANITA PEMULUNG

01 KOTA BANOA ACEH

Oleh

Mahmuddm star Pengajar Pada Fakultas Oakwah

lAIN Ar-Raniry

PUSAT PENELlTIAN ILMU-ILMU SOSIAL DAN BUOAYA UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH

2003

Page 2: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

KATA PENGANTAR

PUJi syukur penulls panjatkan kehadlrat Allah SWT, atas hmpahan rahm3t

dan karunia-Nya, sehmgga penulisan laporan penelltlan bequdul 'Wanita

Pemulung di Kota Sanda Aceh- dapat dlselesalkan. Laporan 1nl dlsusun seoagal

salah satu prasyarat daJam rangka menglkutl pelatihan penelltlan IImu-llmu S05131

dan Budaya yang diselenggarakan Pusat Penehtlan Ilmu-lIrnu S05181 oan Buaaya

Universitas SYiah Kuala

Penuhs menyadan, proses penyelesalan laporan In, ttdak akan pernai' aea

tanpa ada dukungan dan bantuan dart banyak plhak. dan sudah sepatutn)8

penulis mengucapkan tenma kaslh kepada Oekan Fakultas Dakwah yarg

memberi kesempatan dan dukungan moril untuk menglkutl pelatlhan 1nl Kepaca

Prof. DR. Bahrein T. Sugihen. MA selaku Dlrektur PPISB dan Abdurrahman SH.

M.Hum, selaku sekretaris PP/SB serta seluruh staff yang te/ah :nem:ontu se/aria

pelatihan inl berlangsung.

Tidak lupa tenma kaslh penufls kepada para pemulung yang terltbat akuf .jr

TPA Kampung Jawa Banda Aceh, khususnya PaK Nasang yang telah

melonggar~an waktunya dlsela-sela keslbukannya memberSlhan barang-barang

bekas dari tumpukan sampah, mencerttakan dengan rasa kekeluargaan tentang

kehidupan pemulung dl TPA Kampung Jawa. Dan tenma kaslh Juga kepada

Yayasan Daur Ulang Aceh (YDUA) yang mau meluangkan waktunya berdlalong

dan menyajikan data secara emics seputar kehidupan pemulung yang ada dl Kota

Banda Aceh dijengah perkembangan pembangunan kota Banda Aceh.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan seangkatan

yang telah banyak memben saran dan kntlkan yang kontruktif demi membumlnY3

...

Page 3: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

laporan penelitlan ini. Akhlrnya penulis sadar betapa pun kerasnya usaha yang

penulis lakukan. namun bukan berarti laporan Ini telah sempurna Kntikan dan

saran sangat membantu untuk kesempurnaan tullsan inl masa mendatan!J

Terakhir penuhs berharap, semoga karya kecll 1nl bermanfaat bagl pembaca.

Banda Aceh , 25 Desember 2003

Mahmuddin

Page 4: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTARISI

ABSTRAK

BABI PENDAHULUAN

BAB 11

BAB III

BAB IV

BAB V

BAB VI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ".' ..... 5

C. Tujuan dan Manlaat Penelitian ...... 5

: TINJAUAN PUSTAKA

I . Sektor Informal : Diantara Sektor Formal ........... 6

2. Wanita dan Pasar Sektor Informal ........ 11

. METODE PENELlTIAN

: PROFIL WANITA PEMULUNG . SEBUAH CATATAN AWAL

A. Karakteristik Wanita Pe mu lung .............. 18

B. Tingkat Pendidikan .......... 19

C. Lama Jam Kerja ...... 20

D. Status Peke~aan ...... 21

E. Bahan Sampah Yang Dimanlaatkan ....... 23

. KEBERADAAN WANITA PEMULUNG : ANTARA CITA DAN

REALlTA

A Masyarakat dan Wanita Pemulung ..... .. ... 27

B. Wanita. Kota dan Kemisklnan ..... ... 32

: PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

ABSTRAK

Seiroma dengan pesatnya jumlah penduduk kota-kota mengala nl perkembangan yang cukup pesat dan perkembangan In; terus berlanjut sam~a i masa yang akan datang. Perwujudan perkembangan ini tercermin dan tinggln'(a tlngkat pertumbuhan penduduk, pesatnya perluasan kota, tinggmya tlngkat urbanisasl dan peningkatan perkembangan ekonomL Persoalan ini send iri berdampak pada meluasnya gejala sektor informal dan kemiskinan di kota . Ha1 ni merupakan rnteralasi antara pertumbuhan penduduk sebagai akibat migrasi des3· kota, urbanrsasi, perkembangan ekonomi, tumbuhnya sektor informal dan kemiskinan menjadi dilema yang mengakar dr tengah pesatnya perumbl'hctn ekonomi kota rtu sendiri.

Salah satu sektor informal (sektor jasa) yang berkembang di daer< h perkotaan adalah tukang pungut sampah atau yang sering disebut deng' n pemulung. Ge)ala ini tidak hanya muncul di kota besar sepertl Jakarta, Med," atau Surabaya, namun persoalan ini juga berkembang di kota Banda Aceh. Da'a statistik tahun 1999 memperlihatkan dari jumlah persentase penduduk Aceh 1.738.826 )iwa, 19,4 persen dlantaranya beke~a di sektor informal dan 30,£7 persen di sektor formal. Dan 19,4 persen, 12,8 persen antaranya diisi oleh wanita . Wanita yang mengguluti sektor ini dominan pacta perdagangan dan jasa. Dan salah satu pekerjaan yang digeluti oleh sebagian wanita dl kota Banda Aceh adalah menjadl sebaga; pemulung .

Fenomena di atas menarik untuk diteHti. Adapun tUjuannnya adalah; Pertama, untuk mengetahUl faktor yang menyebabkan wanrta memilih bekerja menjadl pemulung. Kedua, menjelaskan hubungan peke~aannya sebagai pemulung dengan persepsi masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data desknptif. Proses pengumpulan data dilakukao dengan pengamatan, wawaneara, dan studi dokumentasimteratur.

Studi ini memperlihatkan munculnya pemulung atau pemungut sampah tidak terlepas dan meluasnya persoalan ekonomi makro di Aceh dan ditamba' menguatnya persoalan konflik yang menyebabkan sebagian masyarak, t memanfaatkan sampah sebagai incam memenuhi kebutuhan keluarga. Dengall pekerjaan yang dilakukan tersebut bisa rnemperoleh penghasilan rata-rata R, . 10.000,- sehan dengan rutin itas yang dilakukan setiap han kecuali hari Jum'a'~

dari jam 07.00 pagi dan berakhir pada jam 13.00 atau sampai jam 14.00 Wib. Ada beberapa alasan yang menyebabkan sebagian wanita di Kota Banda

Aceh menjadikan sektor ini sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Pertama, sangat dipengaruhi oleh desakan ekonomi keluarga. Kedua persoalan konflik c i Aceh dan sempltnya kesempatan ke~a di sektor formal dengan persyarotan yan!1 suli~ menyebabkan mereka yang rata-rota tamatan SO atau SMP berolih membantu suaminya menjadi pemungut sampah.

Bagi masyarokat sendiri melihat bahwa yang beke~a menjadi pemulunu khususnya para wanita tidak lain adalah akibat persoalan tuntutan ekonomi keluarga. Dan Masyarakat melihat para wanita yang memungut sampah bukanlatl suatu peker)aan yang menyebabkan mereka memunculkan kelas sosial dalam masyarakat

Page 6: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

A Latar Belakang Masalah

BAB I

PENDAHULUAN

Memasukl dekade sekarang inl kota-kota mengalami perkembangan yang

cukup pesat dan perkembangan ini terus berlanjut sampal masa yang akan

datang. PelWUjudan perkembangan kata tercermin dari tingginya tingkat

pertumbuhan penduduk, pesatnya pertuasan kala, tingginya tingkat urbanisa:;i

dan peningkatan perkembangan ekonomi. Perkembangan ini terus diikuti

dengan perubahan kehidupan sebagian besar masyarakat kala. Perubaha,

sasial dan modemisasl kehidupan telah mengubah pola kansumsi, gaya hidu~ "

dan peri laku sasial menuju pada perbaikan kesejahteraan (Dwiyanta, 1996:.

Akan tela pi interelasi antara pertumbuhan penduduk sebagian akibat migra,.,

desa-kala, urbanisasi. perkembangan ekanami, sektar fanmal , sektar infonm.1

dan kemiskinan di kota menjadi dilema yang mengakar di tengah pesatnya

pertumbuhan ekonomi itu sendin.

Pernoalan ini sendiri berdampak pada lahimya pandangan yang berbeCa

mengenai meluasnya gejala sektor informal dan kemiskinan di kota. Pertam<t

ada yang menyakini bahwa mengalirnya angkalan ke~a dipedesaan yanp

memasuki sektar infonmal merupakan gejala positif. Sektar Informal dipandan~

sebagai wadah persemaian benih kewirausahaan yang sangat diper1ukar

dalam mendarang munculnya kelampok pengusaha pribumi yang sanga'

dipertukan dalam mendarang pertumbuhan ekanami kala di negara-negara

berkembang.

Page 7: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Diyakini juga sektor rnformal dapat berkembang menJadi sektor formal

dengan menlngkatkan pertumbuhan ekonaml kota. Konsekuenslnya sekto·

rnformal dalam pandangan pertama melrhat bahwa sektor informal peril

drpromosikan dan sedapat mungkin drbantu serta drupayakan terkait dengar

perkembangan ekonomi kota, khususnya sektor tnformal Oengan upaya III

diharapkan kegiatan sektor rnformal dan geJala kemrskinan di kota dapal

dikurangi

Kedua, pandangan yang berpendapat bahwa, sektor rnformal berdin

sendiri dan terpisah d~ri kegiatan ekonomi kota. Kegiatan sector informal

berperan sebagai penampung ke~a miskin atau migrasi desa-kota yang tidak

tertampung pada sektor formal. Kehadiran sektor rnformal dr duga ada kaitan

dengan kurangnya akses pelaku ekonomi marginal pada produksi dan

pemasaran hasil sebagal akibat aturan-aturan yang membatasl adanya kontrol

dan pemilik modal. Ar.nya, sektor rnformal bias muncul karena ada

ketimpangan struktur ekonomi atau karena kota terintegrasi dengan sistem

ekonomt dunia.

Berangkat dan tesis di atas secara gans besar menguamya persolaar

sektor informal dapat disebutkan karena timbulnya masalah kemiskinan

perkotaan akibat tidak cukup tersedianya lapangan ke~a di daerah perkotaan.

Ketidak cukupan tersebut muncul dan mengalrmya urbanisasi,dari daerah

pedesaan disebabkan sektor pertanian tidak bisa lagi menampung angkatan

ke~a yang ada. Sementara iju, permintaan tenaga kerja pada sektor industn

modem membutuhkan persyaratan-persyaratan yang tidak mampu dipenuhi

2

Page 8: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

oleh para migrasi. Disamping itu, juga karena penawaran tenaga ke~a

melebihl permintaan dari kebutuhan sektor fonma l.

Korelasl ini dlperburuk lagi dari pada keglatan ekonomi perkotaan yang

slfatnya kapltallsbk, cenderung menciptakan persalngan yang tldak selmbang

terhadap usaha-usaha yang berskala kecil yang umumnya dilakukan oleh

masyarakat golongan ekonomi lemah. Ketidakseimbangan inl menjadi lebih

besar ketika dlkaitkan dengan sang at terbatasnya sumber daya yang dimlhki

(harta, benda, ketrampilan, pasar modal dan informasi) serta terbatasnya

plhhan bagl mereka yang tidak dalam Slstem ekonomi kapltalis.

Keseluruhannya ini merupakan faktor penun)ang bagi masyarakat untuk

memilih sektor infonmal sebagal altematif terakhir bagi lapangan ke~anya .

Salah satu sektor informal (sektor jasa) yang berkembang di daerah

perkotaan adalah tukang pungut sampah atau yang sering disebut dengan

pemulung . Persoalan pemulung diberbagai kota mengalami persoalan yang

rumit ketika mereka di satu sisi diposlslkan sebagai pelaku kelas bawah,

namun di sisi lain persoalan sampah dl perkotaan dapat teratasi dengan

adanya para pemungut sampah.

Ge)ala ini tidak hanya mUncul di kota besar seperti Jakarta, Medan atau

Surabaya. namun persoalan in! juga berkembang di kota Banda Aceh Ini

diakibatkan dan bertambahnya jumlah pengangguran dan semplbnya

kesempatan ke~a di sektor formal. Vanabel ini bisa ditemukan di saat pencan

ker)a dihadapkan pada persoalan pasar ke~a yang ada di era pasar bebas

sekarang ini. Pertama, terdapat ketidaksesuian (mistmatch) keahlian antara

yang diminta dan yang ditawarkan. Hal ini te~adi akibat pertumbuhan

3

Page 9: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

kesempatan kelja yang cepat pada sektor-sektor ekonomi yang membutuhkan

tingkat ketrampilan tertentu, sementara pencan ke~a yang tersedia tidak

memenuhi kualifikasi yang dlperlukan. Kedua terdapat kehdaksesuaian antara

kebutuhan pasar dengan slstem pendidikan, sehingga sumber daya manUSI8

yang dihasllkan memerlukan waktu yang lama agar dapat dlserap oleh pasar

ke~a.

Kondisl 1nl diperparah lagi akibat te~adlnya pergeseran struktur ekonomi

Ketika perekonomian bergeser posisi di mana kontribusl sektor·sektor non

pertanian semakin besar, sementara pemakalan inpl't tenaga ke~anya (Iabor

requirement) lebih rendah maka, pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada

berkurangnya pemakaian tenaga kerja. Akhirnya urbanisasl bias meningkatkan

pengangguran (terutama pengangguran perkotaan) karena perbedaan tingkat

upah antara desa dan kota serta pengharapan kesempatan kerja yang lebih

luas di perkotaan.

Data stahstik tahun 1999 memperlihatkan dan jumlah persentase

penduduk Aceh 1.738.826 jiwa, 19,4 persen diantaranya bekelja di sektor

infonmal dari 30,97 persen di sektor fonmal. Dari 19,4 persen, 12,8 persen

antaranya dilsi oleh wanita. Wanita yang mengguluti sektor ini dominan pada

perdagangan dan jasa. Dan salah satu pekeljaan yang digeluti oleh sebagian

wanita di kota Banda Aceh adalah menjadi sebagai pemunguI sampah (baca

pemulung).

Kenyataan ini menjadi persoalan yang dilematis dimana salu sisi

persoalan pemulung di Kota Banda Aceh belum menjadl persoalan yang serius

dlbandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Namun disisi yang lain

4

Page 10: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

keterlibatan wan ita beke~a sebagai pemulung belum mendapat perhatian yang

senus dan maslh dinilal sebagai pekerjaan yang aneh oleh masyarakat seinllQ

dengan laJu pertumbuhan ekonomi dan pesatnya pembangunan dl Kota Banda

Aceh

B. Rumusan Masalah

Berangkat dan uralan dl atas, permasalahan penelitian ini adalah sepertl

benkut. Pertama, Faktor apa yang menyebabkan wanita memlhh menjadi

pemulung sebagai pillhan pekerjaannya. Kedua, bagaimana hubungan

pekerjaannya sebagai pemulung dengan persepsi masyarakat setemp"t

ditengah pesatnya pembangunan di kota Banda Aceh.

C. Tujuan dan Manfaat Peneliban

Penelitian in< dilakukan dengan beberapa tUJuan. Pertama, menjela.kan

tentang faktor yang menyebabkan wanita memlllh beke~a menJadl pemulun!l

sebagal alternatif peke~aan untuk mencukup' kebutuhan keluarganya. Kedua,

menjelaskan hubungan pekerjaannya sebagal pemulung dengan persepsi

masyarakat setempat ditengah pesatnya pembangunan di Kota Banda Aceh.

Melalui studi ini diharapkan menjadi entry pOint menambah literatur yan,

mendesknpsikan secara komprehensif keteriibatan wanita bekerja menjad

pemulung untuk mencukupi kebutuhan ekonoml keluarga. Kemudian di sisl

lain, penelitian kasus ini menjadi pijakan awal bagi akademisi dan pemerhati

masalah ekonomi untuk menganalisis lebih jauh benturan yang muncu! dan

meningkatnya perallhan penduduk ke sektor Infonmal seiring dengan

pertumbuhan punduduk dan pengembangan Kota Banda Aceh khususnya.

5

Page 11: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sektor informal : diantara sektor formal

Kenyataan menunjukkan, bahwa dl negara-negara berkembang Jumlah

penduduk dan angkatan ke~a tenus bertambah dengan laju yang amat peSllt

dibandlngkan dengan penyediaan lapangan kerja produk1if yang dapat

diwujudkan bagi upaya pemenuhan hidup (survival strategy) . Penganggura 1

menjadl masalah mendesak karena kesempatan untuk mend~patkan pekerjaal1

produkllf semakin sempit, baik dalam bentuk pengangguran penuh,

pengangguran terselubung di kota-kota, maupun pengangguran tidak kentam

di pedesaan yang hidupnya bergantung pada sek10r pertanian (rural disquiseel

unemploymenO,

Indonesia dengan laju pertumbuhan penduduk selama periode 1991-200(

sebesar 3,5 persen pertahun daripada periode sebelumnya (1981-1990)

menjadi persealan mendasar meningkatnya angkatan ke~a di Indonesia. Hal

ini bisa dijemukan dengan menguatnya tingkat migrasi angkatan ke~a dari

desa ke kota.

Pada senap lahunnnya, pertumbuhan angkatan ke~a laki-Iaki atupun

wanila kola sekilar 2 dan 3 kali lebih besar daripada di desa. Laju

perkembangan penduduk usia ke~a beserta angkalan ke~a di kola lebih tinggi

daripada di desa diduga banyak dipenganuhi oleh tingginya peranan migrasi

dari desa ke kola. Perpindahan tersebu~ menunut Todaro (1978) disebabkan

oleh perbedaan penghasilan yang diharapkan. Walaupun haparan ini tidak

menjadi kenyataan. Akibatnya, migrasi biasanya berusaha di bidang-bidang

Page 12: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

~i nformal· dlmana ketrampilan atau pendidikan tidak selau menjadi tuntutan

sepertJ pada sektor formal. Selain ItU, menurut Sethuraman (1985 '<.)

introduksl teknologi baru dl sektor pertanlan, struktur ekonomi kota, perbedaa1

penghasilan dlsektor pertanlan dan non-pertanlan, fasilitas pendldikan menjadi

daya tank para migran mengadu nasibnya ke kota.

Perpindahan penduduk dan desa ke kota sering dilihat dalam kapasita:;

sebagla adanya faktor pendorong dan penank (push en pull /actoren) . Fakto'

pendorong dilihat dart berkembangnya kemisklnan di desa. 1nl bisa disebabkan

dari cepamya pertambahan penduduk yang bdak seimbang dengan kecepatar

pertambahan persediaan tanah pertanian baru, mekanisasi pertanian dar

terdesaknya kerajinan rumah di desa-<lesa oleh produk ",dustri modern.

Kondisl 1nl tergambarkan tidak hanya Mover-urbanisasi- yang muncul dalam

persealan migrasi desa-kota, namun juga ~over-ruralisasi· , artinya jumlah

penduduk yang tinggal di desa lebih banyak daripada yang dapat dijamin

situasi ekonominya.

Sedangkan laktor penartk tidak tenepas dart daya tartk ekonomi kota.

Adanya keseimbangan atau kesesuaian antara peke~aan dengan pendidikan

pencart kerja, lasilitas pendldikan yang tidak ada di desa, lalu bagi orang atau

kelompok-kelompok tertentu kota membert kesempatan untuk menghindari dirt

dart kontrol sosial yang ketat atau mengangkat dirt dart posisi yang rendah

(Schoon, 1981 : 265-267).

Besarnya persentase pertambahan penduduk dan peningkatan

pengangguran serta disertai produktivitas tenaga ke~a yang rendah (akibat

keterbatasan pendidikan dan ketrampilan) maka sebagian besar dart

7

Page 13: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

masyarakat yang tidak dapat dltampung pada sektor formal mengadu nasibnya

pada sektor informal, terutama perdagangan dan jas8, dimana persyara-an

ker)a leblh rlngan dibandlngkan dengan sektor formal .

Sektor Informal sendiri , pertama kali dllontarl<an pada tahun 1972 kebka

ILO mempubhkasikan hasil researchnya 'Employment in come and equality a

strategy for Increasing producbve employment in Kenya-, yang mengandung

makna sektor ekonoml marginal. Secara garis besar sektor Inforrral

mempunyai ciri-ciri ; pola kegiatannya tidak teratur,baik dalam arti waktu ,

permodalan, maupun penerimaannya. Tidak tersentuh aleh peraturan ate U

ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Modal, peralatan dan perlengkapE n

maupun omzetnya biasanya keeil dan diusahakan atas dasar hitungan harian,

umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dan

tempat tinggalnya. Tidak mempunyai keterikatan (lingkages) dengan usah l

besar . Umunya dllakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yan!l

berpendapatan rendah. Tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus,

seingga secara luwes dapat menyerap benmacam-macam tingkat pendidikan

tenaga kerja. Umumnya tiap-tiap satuan usaha memperl<erjakan tenaga yan~

sedikit dan dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan atau berasal dar

daerah yang sama. Tidak mengenal sistem perlbankan, pembukuan,

perl<redltan dan sebagainya (swasono, 1986).

Batasan delenisi di atas, mencenminkan dialektika struktural antara

tinjauan ekonomis dan sosial dalam memposisikan sektor infonmal. Oalam arti

lain, yang dlsebut sektor infonmal sebagaimana cin di atas tersebut, seperti

pedagang bakso, pedagang kaki lima, pedagang baju bekas, buruh kasar,

8

Page 14: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

anak-anak penjaja Koran, pembantu rumah tangga, tukang becak, tukang ojnk,

pemungut sampah (pemulung) dan lain-lain yang semuanya sebagai keglatm

penunjang ekonomi keell dan sektor yang tidaklkurang mendapat dukungan

pemelintah.

Bagt negara·negara sedang berkembang, sektor informal muncul dclri

ketldakmampuan sektor formal untuk menampung antrian panjang pence Ii

kerja. Kondisi inl muncul sebagai konsekuensi logis dan kebijakan industri yang

merupakan bagian sistemabs dali apa yang disebut sektor formal. Artmya,

perkembangan mdustrilisasi kapitalis modern akan menghilangkan aktlvitas

ekonomi informar. Kecenderungan ini merupakan bagian dan transmodemisa~;i

sektor mdustn di negara-negara berkembang ataupun di negara maj" .

Karenanya, asumsi yang menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi informal

merupakan transit, konsekuensi dari penetrasl yang tidak sempurna dari

kapitallsme modern ke dalam daerah-<Jaerah yang kurang berkembang dar

oleh karena itu akan hilang dengan adanya Industrilisasi dipertanyakan dalam

penerapannya baik di negara sedang berkembang atau di negara industri.

Karenanya, persoalan sektor informal tidak hanya menjadi dilema bagi

negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara industli. Hal ini

sebagaimana tesisnya partes dan Sa5sen, menyebutkan bahwa, munculnya

ekonomi informal dihubungkan dengan pertumbuhan imigrasi. Adanya

informalisasi dan desentralisasi terhadap pertumbuhan kekuatan buruh.

Kemudian, menguatnya informalisasi industri tertentu, seperti konveksi hasil

dali kompetisi dengan negara-negara di dunia ketiga (Damsar, 1997 : 172-

174).

9

Page 15: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Di Indonesia sendiri, munculnya sektor infonmal tidak dapat dipisahka 1

dari dualisme ekonomi yang berkembang dalam struktur ekonoml makro dan

mikro. Satu sisi produksi domestik bruto bemasil tumbuh dengan baik, tetapl Cl

sis; yang lain sektor tradislonal dipedesaan dan sektor informal di kota

merupakan fenomena ekonoml subsistence. Hadirnya fenomena subs;stenco

disebabkan karena instrumen kebijaksanaan pemhangunan ekonomi atu'

bakunya menyentuh sisl ekonomi modern semata. Kebijakan investasi

moneter, fiskal , harga, subsidl perdagangan dan lain-lain mengacu pad,

pembangunan sektor ekonomi modem. Karenanya , pengaruh ekonomi informa

dalam masyarakat menjadi kebijakan marginal.

Hubungan ini tidak dapat dipisahkan ketika ekonomi formal dan informal

saling mempengaruhi dalam kebijakan pembangunan. Satu sisl hubungan

tersebut dapat dilihat dengan pendekatan konflik dan di sisi lain dilihat dari

persfektif fungsional. Dalam pendekat.n konfllk. kehadiran sektor infonmal

diperlukan untuk mendukung sektor fonmal. Atau dalam ekonomi makro sektor

infonmal mensubsidi (baca eksploitasi) sektor fonmal. Fenomena kehadiran

pemulung di Kota Banda Aceh misalnya, secara tidak langsung telah mampu

mengatasi penmasalahan sampah dan benmanfaat bagi sektor fonmal yang

terlibat dalam pengolahanlpemanfaatan sampah.

Sedangkan pendekatan fungsional melihat antara sektor infonmal dengan

sektor fonmal te~adi hubungan yang lunak, di mana masing-masing sektor

saling menunjang dan keduanya saling memberi keuntungan ekonomi, serla

secara keseluruhan akan tumbuh menuju tingkat kesejahteraan peningkatan

10

Page 16: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

sumber-sumber ekonomi diantara kedua sektor tersebut. (Ibid, 1986; Dam,m,

1997 : 171).

2. Wanita dan pasar sektor informal.

Proporsi wanita yang terlibat dalam sektor informal diperkotailn

khususnya, menjadi diskusl yang menarik ketika didekati dengan aspek sosi:r

ekonomi, ataupun dengan pendekatan teon 5051al.

Dengan teen-tooM sosial, peke~a wanita atau wanita yang beke~a dap3t

dlcemnati melalui model pendekatan fungsional dan konflik Secara fungsion31

aspek yang dilihat menekankan pada stabifitas-stabifitas institusi ekonomi den

pendidikan yang terintegrasi. Sedangkan pendekatan konfllk merupakan mod.1

pertarungan dinamis dalam pasar ke~a antara wanita dan lakHa (i

(Offenburger, 1996:99)

Oalam beberapa hasif penelitian, yang melihat wan ita bekerja baik dalarn

sektor fomnal maupun sektor informal memberikan suatu karakteristik struktl'r

peke~aan yang menempatkan wanita beke~a pada hirarki ekonomi. Da i

perspektif yang lain menegaskan bahwa beberapa konstelasi modal manu si"

(pendidikan, keahlian, pengalaman) dan sikap, menempatkan wanita pad"

kondisi tidak menguntungkan dalam angkatan kerja (Ibid, 1996:112).

Wanita yang beke~a di negara maju ataupun di negara berkembann

secara tidak langsung menempatkan peke~a wanita dalam bingkai kapitalismEl

ekonomi global. Ini terlihat dari penelitian yang dikembangkan M. Strobe'

(dalam, Offenburger, 1996), menunjukkan persoalan upah, posisi manajeMal

kesempatan promosi dan banyaknya hirarki struktural dalam peke~aan wanitE

yang sebelumnya di dominasi oleh laki-Iaki sudah menjadi peke~aan wanitE

"

Page 17: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

dengan tingkat hirarki yang berbeda. Posisl wanita termaginalkan dale m

struktur ekonomi kapitalisme global, sebagalmana dlsebutkan Mles (1 ge6)

wanita beke~a sebagai "kerja kehidupan dan ker)a subslstens"

Wanita yang bekerja dl sektor informal terllbat dalam bldang perdagang"n

dan seleblhnya )asa. Pola ini sebagaimana hasil peneh~an Widarti (1985)

menunjukkan bahwa peke~a sektor informal sebagian besar terdapat di seklor

perdagangan (sekitar 60 persen) dan jasa sebesar 30 persen . Oimana jumlah

pekerja laki-Iaki dan wanita tidak menun)ukkan perbedaan mencolck,

kendatipun wanita lebih cenderung bekerja di sektor informal daripada laki-Ia <'­

Oan bahkan satu hal yang sama. baik di desa maupun di kota, mempenihatkan

persentase wanita yang beke~a di sektor informal selalu lebih besar daMpada

persentase laki-Iaki yang bekerja di sektor forma l.

Kecenderungan ini disimpulkan dan wanita yang bergerak di sekl)r

informal terutama di kota lebih besar jumlahnya daMpada wanita yang bekerja

di desa. Kondisi ini merupakan suatu pencerminan ketidakmampuan sektJr

formal menampung perlambahan angkatan kerja . Atau memasuki sektlr

informal mempunyai daya taMk yang lebih besar daM sektor formal disa3t

"penghasilan" lebih mudah dan besar daMpada sektor formal.

Melihat lebih jauh ketenibatan wanita dalam bekerja dapat terjadi dalal1

dua tahap; pertama, partisipasi wanita di dalam kegiatan ekonomi beralih daM

kegiatan rumah tangga menjadi kegiatan-kegiatan jasa. Kedua, adan),a

perpindahan kegiatan daM jasa ke sekior manufaktur atau bekerja di pabM <.

DaM posisi inilah terlihat bahwa sektor jasa dan perdagangan di kota leb h

banyak diisi oleh wanita daMpada di desa. Sehingga dapat disebutke n

12

Page 18: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

kelertarikan seklor informal yang diisi oleh wanita menjadl slnyal kuatnya

sektor Jasa dan perdagangan menjadi in put ekonomi dalam meningkatkall

laraf ekonoml keluarga.

Page 19: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

BAB III

METODE PENELlTIAN

Penelitlan ,n, pada dasamya merupakan studl kualitatif untuk memaham

secara obyektJt keterl lbatan wanita memlHh menjadl pemulung sebaga

pekerjaan alternatit dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Studl '"

dlarahkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan mencar

pemahaman yang leblh balk tentang kehldupan sosial ekonomi wanlte

pemulung di Kota Banda Aceh. Meskl tldak untuk digeneralisasi, namur

pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan wanita pemulung ini akar

memungkinkan masyarakat melakukan intervensi yang lebih efektif dan efisien

serta kontekstual.

Penelrtian Ini sengaja didekati dengan studi kualrtatif untuk menampilkar

data yang berbicara tentang persealan pnbadi dan wanita pemulung sert;

membaca hubungan pekerjaannya (baca status) dengan persepsi masyaraka·

setempat di lokasi pembuangan sampah, yang biasanya sulrt diperoleh jlk,

dilakukan lewat penelrtlan kuantrtatif semata. Faldor apa yang menyebabkar

seorang wanita memll ih bekerja menjadi pemulung untuk mencukup

kebutuhan ekonomi keluarganya, bagaimana kegiatan mereka sebagal Ibl

rumah tangga dengan peke~aan sambilannya tersebut, dan apakah merek,

tidak memilih untuk beke~a di seldor intonmal lainnya, dan beragam macarr

pertanyaan mendasar lainnya tentang keterlibatan wanita bekerja menjad

pemulung, yang tentunya harus didekatl dengan kegiatan wawancar<

mendalam.

Page 20: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Lakasi penelitian Ini dilakukan di tempat pembuangan sampah akhir (TPA)

Kampung Jawa Kecamatan Keudah-Peulanggahan Banda Aceh. Pemilihal

lakasi dikarenakan dl lakasl TPA Kampung Jawa merupakan temp"t

pembuangan sampah tenuas areanya dl kata Banda Aceh, sehingga cuku)

mudah dljumpal para pemulung atau tukang pungut sampah yang beke~,

pada setJap hannya. kecuah hari jumat. Kemudian dari hasil observasl aWHI

dltemukan jumlah wanlta yang terlibat aktif bekerja di tempat pembuanga 1

sampah di Kampung Jawa mengalaml peningkatan seiring denga 1

menguatnya knsis saslal-ekanami dan keterbatasan lapangan ker)a di sekter

formal.

Untuk mengetengahkan data secara emics, pengamatan dilakukal1

secara periodik di tempat pembuangan sampah. Observasi ini dilakukan untul,

mengamati secara langsung keterlibatan wanlta mencari slsa-sisa barang­

barang bekas di lakasl tempat pembuangan sampah Kegiatan abserva, i

dilakukan pada pagi han dan blasanya pada hari minggu berkisar jam 09.00

WIB dan sere hari berkisar jam 17.00 sebelum mereka meninggalkan laka,i

tempat pembuangan sampah.

Seluruh informan yang diteliti sebanyak 10 orang wanita dengan kmen"

umur 20-40 tahun, dican melalui bantuan key informan pak Nasang yang jug"

sebagai ketua arisan pemulung di Kampung Jawa. Wawancara diarahkan

menyelami lebih jauh dari aktivrtas dan hubungan peke~aan mereka dengan

kondisi sesial-ekonomi masyarakat setempat Kemudian agar informasi lebit!

obyektif, terutama berkaitan dengan aktivitas pemulung wanita dengan

Page 21: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

masyarakat sekitarnya, penehb Juga melakukan serangkalan wawancarct

dengan Kepala Desa dan beberapa tokoh masyarakat setempal.

Dalam penehtian In! seluruh data yang dlbutuhkan dlkumpulkan melalul

tlga cara Pertama, melakukan wawancara langsung dengan wan ita yan~

beke~a menjadi pemulung, baik dan persoalan ketika sebelum mereka tertiba .

menjadi pemulung dan sesudah mereka tertibat menjadl pemulung

Wawancara langsung ini sangat mendukung menyusun life-story dari wanitc

pemulung dan kehidupan soslo-ekonomi keluarganya yang dinilal menaok.

Kedua, melakukan data sekunder yang relevan dengan tema penelitian

khususnya data mengenal keberadaan pemulung dl Kota Banda Aceh, sert<

hubungan dampak kemaJuan pembangunan Kota Banda Aceh dengar

menguatnya persoalan sektor formal dan sektor Informal. Data sekunder in

banyak diperoleh melalui studi hteratur, dan Kantor Dinas Sosial serla Kantol

Blro Pusat Statistik Banda Aceh

Ketiga, melakukan observasi atau pengamatan terhadap kondisi sosial·

ekonomi wanita pemulung, dan aktivrtas dari pekerjaannya. Walaupun bukar

melakukan pengamatan tertibat, tetapi dengan mengetahui langsung kondis

kehidupan sosial ekonomi keluarga dan bagaimana aktivitas mereka di tempal

pembuangan sampah, maka rasa empall dan penelrti paling-tidak sesua

dengan kenyataan di lapangan.

Seluruh data yang bemasil dikumpulkan diedrt, drt8bulasikan dar

diklasifikasikan untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasi secara teoritik

Setiap interpretasi logis, jika pertu diperkuat dengan analisis statistik sepanjang

If

Page 22: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

bisa mendukung dan memperjelas Interpretasi data. MelalUl proses imlah

kesimpulan drbuat untuk penyusunan laporan penehtlan ini.

17

Page 23: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

BAB IV

PROFIL WANITA PEMULUNG

SEBUAH CATATAN AWAL

A Karaktensllk Wanila Pemulung

Di Indonesia persoalan pemulung atau tukang pungut sampah menjadi

dlskusl menank perhatlan publik pada awal tahun 1980-an dan terlls

berkembang hlngga menjadi salah satu masalah soslal yang banyc k

d,bicarakan berbagai kalangan-termasuk dl Kota Banda Aceh yang secala

ekonomi munculnya pemulung menjadl tanda tanya besar dltengah pesatnya

pembangunan Kota Banda Aceh sendiri.

Pemulung atau yang lebih dikenal dengan tukang pungut sampah dapat

dlartlkan dengan orang-orang pemungut sampah, pengumpul baran'l

rongsokan, atau orang yang memaniaalkan sisa-sisa barang yang tlda (

dlpergunakan lagi. Alau secara gans besar pemulung dlartlkan sekelompol(

orang atau indivldu yang memanfaatkan atau memungut sampah menjaoi

barang produksi.

Keterlibatan sebagian besar masyarakat menjadi tukang pungut sampah

atau dalam bahasa lokal ·ureung oak broh· merupakan peke~aan anematr'

terakhir manakala mereka tidak mampu secara ekonomi atau karenE

pendidikan yang rendah untuk bersaing di sektor formal yang lebih banyak

membutuhkan syarat-syarat yang tidak dibutuhkan pada sektor informal. Bagi

mereka peke~aan yang dilakukannya tidak sama dengan gelandangan dan

bahkan mereka menyebutnya bukan sebagai gelandangan sebagaimana data

di Dinas Sosial memasukkan peke~aan mereka sama dengan gelandangan.

Page 24: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Dart data yang ditampilkan Yayasan Daur Ulang jumlah pemulung di Ko:a

Banda Aceh beriklsar 60 orang dengan tlngkat umur yang beribeda-beda. Mul,i

dari anak-anak berumur 10 tahun sampai orang dewasa berumur 50 tahun

Dengan melakukan keglatannya setiap han dart pagi hari dan bahkan

dllanjutkan pada sorenya.

Bagi wamta yang terlibat dalam peke~aan ini melakukan pekerjaanny.

tersebut bita mana pekerjaan rumahnya sudah selesai, semisal memasak na~;i

atau membersihkan rumah. Baru setelah peke~aan itu selesai merek.,

berangkat membantu suaminya memungut sampah yang layak untuk diju< I

pada penadah atau ke pasar.

B Tingkat Pendidikan

Kalau melihat pekerjaan yang ditekuni para wanita pemulung umumnya

merupakan pekerjaan "kasar- dan tidak membutuhkan keahlian khusus, maku

dapat dlduga bahwa tingkat pendidikan bukanlah salah satu krtterta seleksl

untuk blsa mereka beke~a menjadi pemulung.

Dan data yang ditamp,lkan Yayasan Daur Ulang Aceh (YOUA;

memperlihatkan bahwa semua wan ita pemulllng yang tertibat di tempa!

pembuangan sampah akhir di Kampung Jawa umumnya berpendidikan rendah

rendah. rata-rata tamat SO, dan bahkan ada yang tidak tamat SMP. Demikian

pula dengan pemulung laki-Iaki, pendidikan tertinggi SMA dan terendah

Sekolah Dasar.

Antara para pemulung wanita dan laki-Iaki tidak ada perbedaan yang

berarti dart segi pendidikan. Meski laki-Iakl secara relatif sedikit lebih besar

jumlahnya yang lulus SMP, sebesar 0,89 persen, sedangkan wanija 0,56

19

Page 25: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

persen, tetapl secara umum keduanya rata-rata berada pada tingka :

pendldlkan rendah, minimal tamat SO.

Komposlsl rnl menunJukkan syarat pendldikan formal tidak menjad

persyaratan mutlat dalam usaha memasukl lapangan ker]a menJadl tukan~

pungut sampah atau pemulung. Karenanya tidak mengherankan bila mayonta~

pemulung yang ter1ibat di tempat pembuangan sampah dl Kampung Jam

umumnya mereka hanya berpendldikan sampal SO atau SMP.

C. Lama Jam Ke~a

Untuk lama Jam kerJa bagi para pemungut sampah atau pemulung Dda,

ada kententuan khusus yang dlatur diantara kelompok pemulung. Kondisl in

bisa dttemukan dl saat mereka melakukan aktivltasnya sehan-han. Amnya,

tingkat Jam ke~a diantara mereka sangat beragam dan tergantung dari materia

sampah yang selalu dibuang oleh Oinas Keberslhan Kota Banda Aceh pada

pagi dan sore han.

Pemulung bisa beke~a sampal 6-8 jam perhari, atau bahkan dapat lebih

bila mereka bekerja sampai sore hari pada jam 13.00 sampai 17.00 WIB.

Aktivitas ini tidak hanya dilakukan oleh para pemulung laki-Iaki can wanita,

namun keterlibatan anak-anak melibatkan diri mencari sampah untuk

membantu orang tuanya bukalah pembandangan baru di tempat pembuangan

akhir di Kampung Jawa.

Banyaknya jumlah pemulung yang melakukan aktivitasnya di TPA

Kampung Jawa dapat dilihat pada hari minggu atau hari libur lainnya, kecuali

hari jumal Hal ini dibuat berdasarkan kesepakatan antara para pemulung

dengan kelompok arisan pemulung untuk tidak melakukan aktivitas memungut

20

Page 26: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

sampah pada hari jumat. Ini sekaligus dllakukan menggantlkan hari mlng9u

yang dipergunakan untuk beke~a dengan Jam ke~a yang terbatas pada h""

Jumat Karenanya pada hari Jumat dlpergunakan pemulung baik lakl-Iakl atHu

wanita melakukan pengecekan leblh lanjut atau memilah barang-barang bekHs

di rumah mereka masing-rnaslng.

Secrang Informal menyebutkan, pada Jam 07 00 WIB pagl sud, h

berangkat dan rumahnya yang tldak jauh dan tempat TPA untuk men", n

barang-barang bekas yang bemilai ekonomis dan bemilai tlnggi bila dlbav,a

ketempat penadah sampah atau menjualnya ke pasar. Di tempat tersebut

bersama dengan para pemulung lainnya mencari barang-barang bekas yang

setiap harinya dibawa Dlnas Kebersihan Kota ke lokasi pembuangan akhlr dl

Kampung Jawa ini. Menurut mereka, bl8sanya mereka akan kembali lagl pada

sere hari setelah peke~aan rumah diselesaikan, atau akan kembali pada besok

harinya baamana pekerjaan numah tidak dapat dlselesaikan pada hari tersebut

Sedangkan han Jumat merupakan han libur yang sudah menjadi kesepakatan

dan semua para pemulung, sehingga di hari jumat dimanfaatkan merek3

melakukan rutinitas lainnya.

D. Status Peke~aan

Peke~aan pemulung yang dilakukan laki-Iaki ataupun wanita pad3

dasamya berangkat dari persealan yang sama dimana hubungan ekeno",i

keluarga dan sempitnya lapangan ke~a di sekter formal menjadi persoala,

utama beralihnya sebagian masyarakat beke~a menjadi pemungut sampa,

atau pemulung.

21

Page 27: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Kecenderungan ini mengacu dari banyaknya jumlah pemulung yar 9

mengatakan peke~aan inl merupakan pllihan terakhir manakala mereka tid, k

mendapat kesempatan bekerja di sektor formal, karena dltengah desaken

ekonoml, pekerjaan pemulung atau tukang pungut sampah menupakan

altematif untuk membiayai kehidupan keluarga sehari-hari. Namun manakala

ada pekel"jaan lain yang lebih mapan dan sisi ekonomis mereka pun akan

beralih dan berhenti menjadl pemulung ungkap mereka,

Berdasarkan status pekerjaan yang mereka lakukan, paling tidak ada dua

jenls status pekerjaannya , pertama, pemulung yang beke~a s"""ra mandir i.

dan kedua, pemulung yang menjadi bagian dan keluarga. Sedangkan untu,

anak-anak yang terlibat membantu orang tuanya beke~a menjadl pemulun,l,

paling tidak dibagi kepada tiga jenis status, pertama, anak yang beke~a secar"

mandin, anak yang beke~a dan berusaha dengan orang lain dan anak yan!l

menjadi bagian dari peke~a keluarga,

Dan jumlah pemulung di TPA Kampung Jawa sekita 60 orang baik laki­

laki, wan ita dan anak-anak, hampir 25 orang wanita terlibat menjadi pemulun!1

beke~a seeara mandin terutama para janda (ada 5 orang) beke~a menjaoi

pemulung tidak lain karena tuntutan keluarga dan sekaligus untuk membiayai

pendidikan anak-anak mereka. Sedangkan yang lainnya, peke~aan ini menjadi

bagian dan peke~aan keluarga. Artinya, mereka ikut terlibat aktif membantu

suaminya beke~a memungut sampah pada setiap hannya.

Keterlibatan wanita secara aktif seperti laki-Iaki beke~a menjadi pemulun,l

memperlihatkan beban wanita beke~a di luar rumah secara tidak langsun,

menguntungkan keluarga. Tesis lni sebagaimana kritik kaum Marxis dalarr

22

Page 28: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

melihat keterlibatan wanita di luar rumah berhubungan dengan persoalan

ekonoml, dan secara struktural menguntungkan pihak lakl-Iakl (Ollenburger,

1996).

Tesls yang digambarkan kaum Marxls menjadt drskusi yang menank

manakala mellhat status dan keterlibatan wanita beke~a 0 1 tlngkat peke~aa 1

mformal seperti pemulung dengan incam ekonomis. jumlah wanita yan'~

bekerja di tempat pembuangan sampah di Kampung Jawa semakm meningket

jumlahnya, seinng dengan sempitnya lahan peker}aan di sektor tormal. Dall

secara tidak langsung wanita bekerja di sektor informal mengalami peningkatan

yang berarti. Ini sebagalmana diungkapkan seorang intonmal, sebelumnya bdal;

ada dalam plklran mereka beke~a memungut sampah setiap hannya bersam"

dengan pemulung lainnya, tidak lain karena suaminya tidak mempunyai modal

yang cukup dengan beke~a sebagai tukang becak untuk berdagang dl

desanya. Karenanya dengan menyewa rumah y20g cukup sederhana yan~

tidak jauh dan TPA dl Kampung Jawa, bersama suami dan anaknya yan,

sudah kelas enam SO memilah sampah setiap hannya untuk memenuh

kebutuhan sehan-hannya.

E. Bahan Sampah yang Dimanfaatkan

Berbagai literatur menyebutkan, meningkatnya jumlah penduduk

perkotaan sangat berpengaruh pada tingginya volume sampah yang

diproduksi oleh masyarakat Karena sebagai salah satu produk masyarakat,

sampah sebagai sumber utama rusaknya ekologi lingkungan serta

berpengaruh terhadap lingkungan pemukiman

23

Page 29: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Kota Banda Aceh send,n dengan jumlah penduduk 1.738.826 jiwa p"da

tahun 1999, menjadi persoalan yang rum,t manakala berperang melawan

jumlah sampal! perkotaan yang semakin han bertambah volumenya. Ini

sebagaimana diperlihatkan oleh Yayasan Daur Ulang Aceh (YDUA), bahwa

setiap hannya sampah yang ada d, Kota Banda Aceh be~umlah 135.123.85 ,g.

Sampah ini bersumber dan rumah tangga sebanyak 110.724.81 kg , pa';ar

berjumlah 18.100.00 kg, penginapan/hotel l .221.48 kg , rumah sakiVpuskesmas

885.06 kg , sarana pendidikan 2.447.25 kg dan perbengkelan sebanyak 332.76

kg. Dan total produksi sampah 135.123.85 kg tersebut komposisinya terd,n

dan plasuk 17.137.68 kg, bahan organik 89.183.54 kg, kaca 5.157.38 kg , kertas

8.132.67 kg, besi 1.651 .58 kg , kaleng 4.651 .15 kg dan bahan-bahan lainnya

be~umlah 9.209.85 kg .

Kemudian dan volume sampah 135.12385 kg, sebanyak 28.327,57 <g

setiap hannya diangkut ke TPA Kampung Jawa. Sampah ini berasal dan rum,'h

tangga 8.547.00 kg, pasar 18.100.00 kg, penglnapanlhotel 706.25 kg, rumah

sakiVpuskesmas 196.66 kg, perikantoran 305.37 kg, sarana pendidikan 305.!ll

kg, dan perbengkelan be~umlah 166.38 kg. Dan 28.327,57 kg sampah

tersebut, komposisi plastik sebanyak 3.944.80 kg, bahan organic 14.893.39 kg,

kertas 3.336.39 kg, kaca 1.361 .52 kg, besi 549.09 kg, kaleng 1.418.11 kg dan

bahan lain be~umlah 2.824.51 kg (Rusady, 2001).

Dengan jumlah sampah yang setiap hannya dibawa ke area TFA

Kampung Jawa yang berdekatan dengan pelabuhan Lampulo, secara tidak

langsung mempengaruhi keterlibatan sebagian warga masyarakat Kota Banc a

Aceh yang berdekatan dengan TPA tersebut beke~a sampingan atau bahkc n

Page 30: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

peke~aan tetap untuk memungut bahan-bahan bekas yang bemilai produksl

ekonomt .

Pemulung yang ikut terlibat dalam usaha pengumpulan barang bek"s

mempunyai struktur ker)a yang sangat kompleks. Oilihat dari volume ker)a pa 'a

pemulung, para pemulung hanya dapat memantaatkan jenis sampah yar'g

mempunyai nilai untuk di daur ulang saja, sepertl kertas, plastik, kaca, beSI d, n

lain-lain. Sedangkan sebaglan besar sampah organik bel urn dap,'t

dimantaatkan secara maksimal.

Barang-barang yang dikumpulkan pemulung di jual ke penadah atE u

pasar berkisar rata-rata 15.000,- rupiahlhari . Oan bagl sebagian pemulung ba k

laki-Iaki atau wanita pendapatan yang mereka peroleh berkisar 15000,-

rupiahlhari sudah sebanding dengan volume kerja mereka setiap hanny".

Karenanya secara sosiologis, kehidupan pemulung umumnya bersikap

gampang; kalau sudah mendapal pendapatan cukup mereka berhenti beke~a

sampai uang tersebut habis, dan baru mulai lagi bila uang tersebut sudah

habis.

Oengan sistem ke~a pemulung yang cukup tergantung dengan penadah

dan pasar, kadang kala volume sampah yang mereka kumpulkan dari bahan-

bahan bekas bemilai ekonomlS tidak sesuai dengan tunMan harga pemulun!l.

Karenanya, problema iOl menjadi dilema bagi para pemulung yang meman.

biaya kebutuhannya sehari-hari dan sampah terse but.

Skema I: Sistem pemulung di kota Banda Aceh

'-".._n_ul_un_g.....J-~ •• 1 perantara Industri dan konsumen

25

Page 31: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Mellhat kondisi 1nl Yayasan Daur Ulang Aceh (YDUA) sebagal yayasan

yang consern melihat masalah sampah dan pemulung berupay3

menghllangkan ketergantungan pasar dengan para penadah dengan pol3

pemberdayaan secara kontinu bagi para pemulung di tempat pembuanga,

sampah di Kampung Jawa. Hal Ini sebagalmana keluhan para pemulung "I

Kota Banda Aceh, leblh berperan lembaga ,"dependent atau LSM yang melih, t

kehidupan mereka danpara Pemda Aceh sendiri Namun demikian, secar.:J

struktural ketergantungan pemulung pada penadah dan pasar maslh menja"i

persoalan rumit manakala permaman harga secara tJdak langsun!J

mempengaruhi dan bahkan merugikan para pemulung.

Skema 11 ' Struktur dasar perdagangan sampah

Pemulung , Perantara r-I Bandar 1----<··5 '---------'

2(,

Page 32: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

SAS V

KEBERADAAN WANITA PEMULUNG '

ANTARA CITA DAN REALlTA

A. Masyarakat dan Wanita Pemulung

Sepertinya keterka~an antara pertumbuhan penduduk di kota, sebagar

akibat migrasi desa-kota menjadi variabel yang cukup signrfikan ber1<embangnya

sektor informal di kota. Gelala ini sebagai lakta sos'al yang semakin merambah

di kota Banda Aceh. Banyaknya para pengemis, meningkatnya angka

pengangguran setiap tahunnya, semp~nya lahan pertanian serta meningkatnya

sebagian warga masyarakat di pinggiran kota Banda Aceh bekerja sebagai

pemulung atau tukang pungut sampat adalah gambaran yang barang kali ironis

menurut sebagian orang ditengah pesatnya pembangunan di kota Banda Aceh.

Namun apa yang tampak dan fakta lapangan memperlihatkan adanya proses

dualisme ekonomi yang ber1<embang kuat dalam tata pembangunan yang

dikembangkan dalam wilayah kota Banda Aceh. Karenanya dari jumlah

penduduk 1.738.286 jiwa tahun 1999, hampir 8,47 persen dan 12,50 persen

masyarakat bekerja di sektor pelayanan jasa dan peke~a kasar. Data ini

mengalami peningkatan 0,9 persen setiap tahunnya seirama dengan terjadinya

benturan antara pasar ke~a dengan jumlah pencari kerja.

Salah satu sektor yang barang kali masrh baru di kota Banda Aceh dan

belum mendapat perllatian khusus dari pemenntah adalah para para pemulung

atau pemungut sampah. Dan dalam tinjauan Dinas Sosial kota Banda Aceh

Page 33: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

kelompok 101 maslh dlgolongkan dalam kelompok para gelandangan kota yan'l

tidak punya rumah dan areal yang tetap untuk tempat tinggaL

Keberadaan pemulung dl kota Banda Aceh bukanlah hal yang banu bIJ"

melihat dan Jumlah mereka yang setiap tahunnya bertambah. 01 TPA Kampunq

Jawa send",. Jumlah para pemulung yang setiap hannya sekitar 60 orang yan!l

terdiri dan lakl-Iaki, wanlta dan bahkan anak-anak mempertahankan hidupnya ci

area tempat pembuangan akhir (TPA) yang berjarak ± 2,5 Km dan kota Banda

Aceh Munculnya komunitas pemulung yang mempertahankan nasibnya di TPII

terse but menupakan suatu desknpsi dan persoalan tingginya pengangguran

terbuka serta bertahannya kemiskinan struktural dl kota Banda Aceh.

Bila melihat indikator dari sebuah keluarga miskin atau kurang mampu biS<t

dllihat dan kondlsi rumah mereka di sekltar area TPA Kampung Jawa. Oan has I

pengamatan. kendati penghasilan pemulung rata-rata 10.000.- sld 15000,-

perhari , namun sebaglan rumah dari mereka termasuk 5angat sederhana. dall

bahkan tidakjarang terkesan tidak layak hunf.

"Bagi kami sekeluarga sudah bisa untuk makan sehari-hari dan dapat membiayai pendidikan anak kami yang sekolah di kelas 5 SO sudah cukup bagus, dan yang penting rumah tidak bocor bila hujan dan tergenang ai­bagi kami sudah sangat balk".

Apa yang terdeskripslkan merupakan indikator yang hampir rata-rata

ditemukan dan kehidupan pemulung di lokasi TPA Kampung Jawa. Tentunya hal

ini berlaku juga bagi sebagian pemulung yang tidak menetap di sekitar are,1

pembuangan sampah tersebut Dari hasil wawancara dengan seorang informan

yang tidak bnggal di sekitar area tempat pembuangan sampah menggambarkan

bagaimana dia dan suaminya harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan

21'

Page 34: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

keluarganya dengan kondisi kehidupan serba berkecupan. Dan tambahnya hal

Ini dlperburuk lagi dengan kondisi ekonomi yang sudah berlangsung sejak 199;­

hlngga saat 1nl. serta diperparah lagi oleh dampak konflik yang ada sekaran~1

sangat mempengaruhi kebutuhan pokok dan masyarakat secara keseluruhan

Bagi para pemulung kebutuhan primer lebih bermanfaat daripada kebutuhan

sekunder.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya , keterlibatan wan~a sebagai pemulun~1

atau tukang pungut sampah juga merupakan fenomena yang menarik dari

persoalan perubahan status ke~a wan~a sebagaimana dlgambarkan Widarti

(1984) terhadap perubahan ekonomi keluarga. Kendati wanM yang terlihat di

sektor ini tldak sebanyak lalaki-Iaki, namun keterlibatan wan~a menjadi

pemulung membantu suaminya dalam mencukupl kebutuhan sehari-hari adalah

persoalan yang aneh bagi sebagian masyarakat kota Banda Aceh. Terlebih bil"

dikembalikan pada adat masyarakat Aceh, wanrta beke~a sebagai "buruh" kasa'

adalah pekerjaan aneh yang tidak layak bagi wanita, selain mereka haru,;

menjadi ibu rumah tangga.

Akan tetapl tesis ini mengalami pergeseran nilai ketika dorongan ekonomi

dan sempinya peluang kerja di sektor formal menyebabkan sebagian wan~a di

kota Banda Aceh "terpaksa" harus mengais atau memungut sampah bersam"

anak dan suami mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Di area TPJ.

Kampung Jawa sendiri, ada sekitar 25 orang wanM yang terlibat sebagai

pemulung dengan skala umur yang berbeda-beda dari 20 tahun sampai 4!i

tahun, dan bahkan ada diantara mereka yang berstalus janda.

Page 35: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Oar! Informasi yang diungkapkan salah seorang tokoh masyarakat

menyebutkan wan ita yang bekerja sebagai pemulung atau tukang pungut

sampah diantara penduduk lainnya tidak menJadi persoalan yang dapat

memposisikan mereka berbeda dengan wanita lain yang tidak bekerja sebagai

pemulung. Ini tidak lain ketika sebagian besar masyarakat Kampung Jawa

banyak berkecimpung sebagai pemulung atau berdagang dan bahkan sebagai

nelayan. Karena ketika keterlibatan wanita semakin hari blsa bertambah

nantinya. ini tidak lain karena mereka tidak ada pekerjaan lain yang dapat

dllakukannya. Karenanya hubungan sosial yang terbangun dlantara wanita

pemulung dengan masyarakat setempat sangat baik. Ini dapat dilihat dari

kegiatan ansan yang dilakukan oleh ibu-ibu dl Kampung Jawa yang ikut

melibatkan para wanita yang tinggal di area TPA untuk ikut sera dalam aktivitas­

aktivitas sosial.

Bagi masyarakat Kampung Jawa meliha~ keterlibatan sebagian wanita

bekerja sebagai pemulung bukanlah pekerjaan yang aneh lagi atau menjijikkan,

karena dengan adanya mereka secara tidak langsung membantu pemerintah

kota dalam menangani masalah sampah. Oan Juga ini dapat dilihat dan

lingkungan Kampung Jawa sendiri , kendati diJadikan area TPA namun

lingkungan masyarakat Kampung Jawa cukup bersih dan bebas dan tumpukan

sampah.

Salah seorang warga masyarakat mengatakan, sebelumnya ia send in tidak

percaya bila ada wanita yang ikut menggais dlantara kotoran sampah mencan

barang-barang yang layak untuk dijual sebagai salah satu alternatif membiayai

30

Page 36: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

kebutuhan hidupnya. Tambahnya, kian hari jumlah wanita yang ikul lerlital

dalam pekerjaan pemulung semakin bertambah seirama dengan jumlah

frekwensi sampah yang dibawa aleh Dinas Kebersihan ke area pembuang,1n

sampah. Namun ini semua adarah kenyataan manakala knsis ekonomi menjadi

pemicu utama mereka ter1 ibat dalam pekerjaan tersebut. Tetapi kendati

demikian, hubungan sosial yang terbangun diantara warga masyarakat lainnra

sangat harmonis da" marah sebagian warga ikut membantu mengurangi beban

kehidupannya dengan mengikut sertakan mereka dalam kegiatan sosic ~.

Kegiaalan pengajian dan indusln rumah tangga.

Keterlibatan aktif wanita bekerja sebaga, pemulung dalam kegiatar­

kegiatan sosial yang berl<embang di Kampung Jawa tidak lain adalah sebaga;

bukti dari beralihnya nila, yang berkembang dalam masyarakat pada nilai budaY3

ekonoml dan keterpaksaan sosial dari wanita beke~a sebagai pemunut sampa,

di TPA Kampung Jawa. Artinya, masyarakal melihal wanita yang terlibat dalam

pekerjaan sebagai pemungut sampah bukanlah pekerjaan yang aneh pada saal

sekarang inl dan hat ini tidak harus menempatkan status s051al wanita berada

pada marg;nalisasi ekanami dan slalus budaya yang bertentangan dengan adat

masyarakat setempal Karenanya , hubungan sasial yang lerbangun bersifal

terbuka da" status sosial wanita pemulung berada pada garis yang samCl

dengan masyarakat lainnya.

31

Page 37: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

B Wanlla, Kola dan Kemlskinan

Se)alan dengan tingkat perlumbuhan penduduk yang leblh tinggi di wilaya 1

perkotaan, pertumbuhan angkatan kerJa dl kota yang tercatat selama dasawarsa

1990-an adalah 3-5 kali hpat leblh tinggl danpada pertumbuhan dl pedesaan

Pertumbuhan ini merupakan akibat langsung dari proses perkembangall

struktur ekonoml danproses pembangunan kola yang berkembang begitu cepat

seirama dengan menguatnya modernisasi dan globahsasl ekonomi dunia. Prose~;

1nl merupakan bagian dari adanya ketimpangan proses pembangunan yan9

dlkembangkan sejak Pellla dan Repelila hingga memasukl fase reformasi d

bldang ekonomi, politik dan sosial budaya Slklus ini tertihat jelas dengar

berkembangnya sektor informal di kota aklbat terJadlnya benturan dengan sektol

forma l.

Meningkatnya pembangunan industri dl kota dan menyemp~nya lahan­

lahan pertanian telah menciplakan arus mlgrasl desa-kola yang menyebabkan

te~adinya pengangguran terbuka dan menguatnya kemiskinan dl kola. Indikasi

ini bermuara pada terjadinya perubahan struktur masyarakat kota yang domina"

dari masyarakat desa mengembangkan sektor informal karena tidak mampu

bersaing pada sektor fonmal.

Menguatnya persoalan kesempatan kerja dan kemiskinan di kota

merupakan interelasi dari munculnya persoalan struktur ekonomi pembangunan

yang dikembangkan pemerintah kota misalnya. Hal inl dapat dicermati dari

persoalan kesempatan ke~a , pengangguran dan kemiskinan yang menjadi

momok bagi kota Banda Aceh yang saat ini lagl mengembangkan pembangunan

32

Page 38: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

kota ke arah kota modern. Karenanya tidak mengherankan ketJka dllema sosial

sepertl pengangguran dan gelandangan semakln berkembang seirama dengan

berJalannya pembangunan di kota Banda Aceh.

Pada satu 5151, terbukanya kesempatan ker]a di sektor informal memberi

perubahan yang berarti tertladap masyarakat dan menghilangkan status

pengangguranbagl sebagian masyarakat. Namun di slsi lain,berkembangnya

sektor informal telah menciptakan kemiskinan struktural. Indlkasi ini bisa dilahat

dari tingginya migrasi desa·kota dengan tuJuan untuk mencari ke~a dan

mengubah naslb. Tentunya mlgrasl yang dilakukan tidak hanya terdiri dari kaum

laki·laki , namun hal inl juga dllakukan para wanlta ketika kesempatan kerja di

sektor pertaOlan semakin semplt dan tuntutan kel)a dl sektor formal yang tidak

dapat dipenuhi oleh angkatan kerja dari pedesaan.

Luasnya kesempatan ke~a disektor informal telah menyebabkan sebagian

masyarakat kota Banda Aceh menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Ada

yang bekerJa sebagai buruh kasar, pedagang kaki lima. pengemis. dan bahkan

bekerja sebagai pemungut sampah (baca pemulung) untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi keluarga.

Ketertibatan wanita ke dalam sektor informal seperti pemuJung

sebagaimana yang terdapat di Kampung Jawa adalah bukan pemandangan baru

di kota Banda Aceh manakala desakan ekonomi dan peluang kerja di sektor

fonmal menjadi indikator utama mereka bertahan untuk bekerja menjadi

pemulung.

33

Page 39: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Kendatlpun jumjahnya bdak sebanyak seperti di Jakarta, Medan, Surabaya

atau kota besar lalnnya, namun keberadaan pemulung wanlta di kota Sancta

Aceh adalah sebagai aklbat dan adanya kebmpangan pembangunan struktural

ekonomi dl kota Sanda Aceh

Dan data yang dltampllkan YDUA dan hasll pengamatan memperlihatkan

jumlah wanlta yang terlibat di TPA Kampung Jawa berkisar 25 orang denga,

tolak ukur umur yang berbeda-beda dan 18 tahun sampal 45 tahun. Persoala,

mendasar bagi para wanita yang bekerja sebagai pemulung Mak lain da'i

dorongan ekonomi serta pengaruh konflik yang terjadi di Aceh untuk memili,

pekerja tersebut sebagai usaha pokok atau alternam sebagai tutuntuta 1

memenuhl kebutuhan ekonomi keluarga dan sekahgus untuk membiayc:u

pendldikan anak-anak mereka.

3',

Page 40: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

BAB VI

PENUTUP

Dalam perspektif yang leblh luas munculnya pemulung wanita dl ko·a

Banda Aceh Udak lain sebagal akibat meningkatkanya jumlah penduduk de n

sempitnya kesempatan kerja dl sektor formal serta pergeseran perkembangan

ekonomi kota Banda Aceh yang lebih menekankan pembangunan ekononi

masyarakat hulu dari pada masyarakat hilir

Pemulung sendln dapat diartJkan dp,ngan orang pemungut sampall,

pengumpu! barang rongsokan, atau orang yang memanfaatkan 5isa-5lsa

barang yang tidak diperlukan lagi. Secara gans besar pemulung diarUkan

sekelompok orang atau individu yang memanfaatkan atau memungllt

sampah menjadl barang produksi.

Indikasi im memperlihatkan munculnya pomulung atau pemungut sampa1

baik dan dllakukan oleh laki-Iaki, wanita atau anak-anak tidak terlepas da-I

meluasnya persoalan ekonomi makro di Aceh dan ditambah menguatny,

persealan konflik yang menyebabkan sebagian masyarakat menggantungka,

hidupnya pada sampah yang setiap hannya dibuang ke TPA Kampung Jawa.

Bagi sebagian pemulung perke~aan tersebut bukan sebagai pilihan

utama untuk membiayai ekonomi keluarganya, tetap! sebagai peke~aal1

altematif disaat elastisitas sektor pertanian di desanya dan kesempatan ke~a

di sektor formal yang sempit menyebabkan mereka memilih menjadi tukan!}

pungut sampah untuk membantu perekonomian mereka. Namun ba£i

sebagian pemulung lainnya peke~aan ini sebagai tulang punggung untul,

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Page 41: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Pada dasarnya ada beberapa alasan yang menyebabkan sebagian wanita

di Kota Banda Aceh menJadlkan sektor Ini sebagal tulang punggung ekonorni

keluarga Pertama, sangat dlpengaruhl olen desakan ekonomi keluarg 3

Kedua persoalan konftlk dl Aceh dan sempltnya kesempatan ke~a dl sektor

formal dengan persyaratan yang sullt. menyebabkan mereka yang rata-rata

tamatan SD atau SMP beralih membantu suaminya menJadi pemungut

sampah Kemvdlan blla melihat daerah asal hdak semua pemulung tersebut

berasal dan kota Banda Aceh, namun juga ada yang berasal dari luar kola

Banda Aceh, semlsal dari daerah Aceh Besar

Kenyataan ini menJadl dilema di saat peran pemenntah daerah kurang

member! respon positif bagl para pemulung ini. Hal ini tertlhat dari masih

banyaknya para wanita dan juga anak-anak yang memilih beke~a sebagai

pemulung untuk memenuhl kebutuhan ekonoml keluarga mereka. Sehingg:1

ada dari mereka yang menyatakan leblh berperan lembaga LSM (dalam hal illi

YDUA) yang membantu mereka untuk meningkatkan taral hldup merek'

biarpun mereka menjadi tukang pungut sampah.

Persoalan ini dapat dilihat dari persepsi masyarakat setempat yan!l

berada di sekltar tempat pembuangan sampah, dim ana mereka melihat bahwa

yang beke~a menjadi pemulung khususnya para wanita tidak lain adalah akibat

persoalan tuntutan ekonomi keluarga. Dan Masyarakat melihat para wanit;.

yang memungut sampah bukanlah suatu peke~aan yang menyebabkall

mereka memunculkan kelas sosial dalam masyarakat. Artinya, ketertibatall

wan ita di sekitar tempat TPA di Kampong Jawa mampu berbaur dengall

penduduk sekitamya yang kebanyakan mereka pegawai kantor dan ada juga

Page 42: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

yang berdagang dan nelayan. Interaks, kelas sosial yang terbangun dalam

masyarakat tldak menyebabkan paslsr wantta pemulung rendah dlantara para

warga masyarakat lalnnya

WaOlta yang terlibat dalam keglatan pemungut sampah atau sebagal

pemulung merupakan sua tu perahhan 5051al dan peran mereka dl rumah

tangga, berubah menJadl peker)a ·· kasar" tldak lain adalah akibat tuntut"n

ekonoml keluarganya. oan status pekerjaan mereka yang m8SIh aneh dinilai

sebaglan masyarakat kota (bukan masyarakat sekitar TPA) tldak lain akib3t

peran wamta yang beralih fungslnya kep~da pada sektor pelayanan publi<

Kenyataan 1nl memben slnyal bahwa aspek ekonoml dan keterbatasc n

pendidikan serta sempltnya angkatan kef']8 menyebabkan mereka memtl h

alternallf menjadi pemulung dengan resiko tlngkat kerja yang tinggi dEn

menghasilkan proplt yang dapat dikatakan belum ekonomis.

37

Page 43: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Daftar Pustaka

Arts. Ananta dan PrtJono. MSektor Informal Suatu TmJauan Ekonom( datarn Pnsma. No 3. 1985

Babble. Earl. The PractIce of SocIal Research. Belmont. Callf Wodswarth. 1995

Balroch , P, Urban Unemployment In Devoloping Counlnes, Geneva. International. Labour Office. 1973.

Bungln. Burhan. Metodologl Penelitian Kuafllallf . Aktuallsasl Metodologls ke Arah Ragam Vanan Kontemporer, Rajawall Pers, Jakarta. 2001

DWlyanto, Aglls. Penduduk dan Pembangunan. Adltya Media. Yogyakarta 1996.

Edi Swosono, Sn, Studi Kebijakan Pengambangan Sektor Informal, Pusat Penelltlan Pranata Pembangunan, UI, Jakarta. 1986

Effendi, TadJuddln Neer ' Perkembangan Penduduk, Sektor Informal da, Kemingklnan', dalam Agus Dwiyanto, Penduduk dan Pembangunall. Adltya Media Yogyakarta, 1996.

-------- Urbanisas; Pengangguran dan Sektor Informal dl Kola. Gramedlcl Jakarta , 1985.

Hughes. John A , The PhIlosophy 01 SocIal Research, Longman, New Yorf" 1990.

Miles, Matthew B. Ana/isis Data Kualitatil, Universitas Indonesia, Jakarta, 1992

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualilatif : Paradigma aaru IIm" Komunikasi dan IImu Sosial Lainnya, Remadja Rosdakarya. Bandun9, 2002

Mustain, dkk, Studi Kualitatil Tentang Pekerjaan Anak di Jawa Timur, Ainangg3 University Press, Surabaya, 1999.

Laeyendecker, L. , Tata. Perubahan dan Ketimpangan Suatu Sejarah Sosiologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991 .

Papanek, Hanna 'Masalah Koelltjaranlngrat, Aspek Gramedia, Jakarta, 1982.

Penelitian Manusia

Wanita dl Jakarta', dalarn Dalam Penelftian Masyarakat,

OHenburger, Jane C., Sosiologi Wanita. Rineka Cipta, Jakarta, 1996.

Page 44: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University

Salim, Agus, Teari dan Paradlgma Peneiltlan Sos;al (da,; Denzln Guba den Penerapannya), Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001

Sethuraman, S.V., "Informal Sector In IndonesIa. an Assesment of Policies", Technical Report, WEP, Geneva, ILO. 1985

Todaro, M., International MigratIon In Developing Countnes Geneva, IlO, 1978

Stallstik Kesejahteraan Rakyat BPS 1999

Widartl, Olah "Hubungan Antar Sektor Service dan Sektor Informal dl Kota~

dalam Baktr Zalnab dan Chns Manning Angkatan Keqa dl Indonesia Partls/pas!. kesemparan dan Pegangguran RaJawall Pers Jakarta 1984

- . .

I

Page 45: WANITA PEMULUNG 01 KOTA BANOA ACEH - Leiden University