Woc Tumor MedspiN

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAHTUMOR MEDULA SPINALIS

Di susun Oleh Kelompok 9 :1.Ivon Machda Rosalia2.Nur Hanifah3.Zainur Romadhoni4.Anselmus Ananius Lako

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan(STIKES) Surabaya

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangTumor medula spinalis memang merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi dan karena itulah banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari penyakit ini. Pada umumnya, penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit sudah dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga cara penanggulangannya hanya bersifat life-saving. ( Hakim, A.A. 2006)Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. (Japardi, Iskandar. 2002)Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen servikal, 55% di segmen thorakal dan 20% terletak di segmen lumbosakral. Sementara di Indonesia sendiri, belum ada .( Huff, J.S. 2010)Tumor medula spinalis terbagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer merupakan tumor yang berasal dari medula spinalis itu sendiri sedangkan tumor sekunder merupakan anak sebar (mestastase) dari tumor di bagian tubuh lainnya. (Japardi, Iskandar. 2002)Tumor medula spinalis umumnya bersifat jinak (onset biasanya gradual) dan dua pertiga pasien dioperasi antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala pertama dari tumor medula spinocerebellar penting diketahui karena dengan tindakan operasi sedini mungkin, dapat mencegah kecacatan. ( Hakim, A.A. 2006)

1.2. Tujuan1. Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi Medula spinalis2. Untuk mengetaui definisi dari Tumor Medula spinalis3. Untuk mengetahui penyebab Tumor Medula spinalis4. Untuk mengetaui mekanisme perjalanan pathway pada Tumor Medula spinalis?5. Untuk mengetaui Penatalaksanaan pada pasien Tumor Medula Spinalis?

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi Medula spinalis?2. Apa yang dimaksud dengan Tumor Medula spinalis?3. Apa penyebab Tumor Medula spinalis?4. Bagaimana mekanisme perjalanan pathway pada Tumor Medula spinalis?5. Bagaimana Penatalaksanaan pada pasien Tumor Medula Spinalis?

BAB IITUNJUNGAN PUSTAKA

2.1. Definisi2.1.1. Anatomi dan fisiologiMedula spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla oblongata, menjulur kea rah kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir di antara vertebra lumbalis pertama dan kedua. Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan penebalan lumbal. Dari penebalan ini pleksus-pleksus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah, dan pleksus dari daerah toraks membentuk saraf-saraf interkostalis. Sebuah irisan elintang pada sumsum tulang belakang memperlihatkan susunan substansi kelabu yang membentuk huruf H. Kanalis spinal berikut isinya, yaitucairan serebro spinal, melintas persis melintas persis di tengah-tengah huruf H tersebut.Kauda Ekuina , disebut dengan demikian karenma kemiripannya dengan ekor kuda; kauda = ekor, dan ekuina = kuda. Kauda ekuina ini merupakan berkas yang terdiri atas akar-akar saraf spinal yang brergerak turun dari dari tempat kaitannya pada sumsum tulang belakang, melalui kanalis spinalis, untuk kemudian muncul melalui foramina intervertebralis.Fungsi sumsum tulang belakang adalah:a) Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuhb) Gerak reflex(Evelyn C. Pearce.2009)

2.1.2. Definisi Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995).Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam Medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). (Satyanegara.1999)

2.1.3. Klasifikasi1. Berdasarkan asal dan sifat selnya tumor pada medula spinalis dapat dibagi menjadi:1) tumor primerTumor primer dapat bersifat jinak maupun ganas, contohnya neurinoma, glioma, dan ependimoma.2) tumor sekundertumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastasis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer yang bersifat ganas contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan kordoma.(Hakim, A.A. 2006)

2. Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis: (Price, 2006 : 1190)a. Tumor IntraduralBerbeda dengan tumor ekstradural tumor intradural pada umumnya jinak.

a) Tumor EkstramedularTerletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian besar tumor di daerah ini merupakan neurofibroma atau meningioma jinakTumor ini biasanya neurofibroma atau meningioma (tumor pada meningen). Neurofibroma berasal dari radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma tumbuh menyerupai jam pasir yang meluas kedalam ruang ekstradural. Sebagian kecil neurofibroma mengalami perubahan sarkomatosa dan menjadi infasis atau bermetastasis. Meningioma pada umunya melekat tidak begitu erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran araknoid, dan sekitar 90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi posterolateral medula spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular menyebabkan kompresi medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 : 1193)b) Tumor IntramedularBerasal dari dalam medula spinalis itu sendiri.Struktur histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial, tumor intra medular cenderung lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari tumor intramedular adalah ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma dan sisanya adalah ologidendroglioma dan hemangioblastoma. Ependimoma dapat terjadi pada semua tingkat medula spinalis tetapi paling sering pada konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor intramedular ini tumbuh ke bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea. (Price, 2006 : 1193)

b. Tumor Ekstradural

a) Tumor ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal, dan lambung.b) Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruangan ekstradural. Neoplasma ekstradural dalam ruangan ekstradural biasanya karsinoma dan limfoma metastase.

2.2. Etiologi dan Patofisiologi2.2.1. EtiologiPenyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.( National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2005)

2.2.2. PatofisiologiKondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinakTerutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang belakang.Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar saraf subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akar dan medula spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor. (Long C, Barbara, 1996)

Tanda dan gejala lesi akar syaraf:a. Lesi pada daerah servikal menyebabkan kelemahan dan atrofi lengan bahu,kelemahan sensoris dan motoris berupahiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis (C2).Tumor pada servikal (C5, C6, C7) menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas, kompresi C6 menyebabkan defisit sensorik, pada C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengahb. Lesi pada daerah thorakal menyebabkan kelemahan spastik pada ekstremitas bagian bawah dan parestesia serta menyebabkan nyeri pada dada dan abdomenc. Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta kehilngan refkleks pergelangan kaki serta hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan kandung kemih akibat lesi pada sakral bagian bawahd. Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai (Price, 2006 : 1192)

Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasa nyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine. (Long C, Barbara, 1996)2.3. Manifestasi KlinisMenurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi dalam tiga tahapan, yaitu: (Japardi, Iskandar. 2002) Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama Sindroma Brown Sequard Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral

Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler, nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifatnyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler, 24% nyeri funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas.( Japardi, Iskandar. 2002)Nyeri radikuler dicurigai disebabkan oleh tumor medula spinalis bila: Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan, disertai gejala traktus piramidalis Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNPseperti C5-7, L3-4, L5 dan S1Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor yang terletak intradural-ekstramedular, sedang tumor intramedular jarang menyebabkan nyeri radikuler. Pada tumor ekstradural sifat nyeri radikulernya biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.( Japardi, Iskandar. 2002)Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali dengan gejala PTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema, gangguan penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma mensekresi sejumlah besar protein ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di dalam kompartemen subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma intraspinal primer.( Mumenthaler, M. and Mattle, H. 2006)Bagian tubuh yang menimbulkan gejala bervariasi tergantung letak tumor di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada tumor di tengah medula spinalis (pada segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri yang menyebar ke dada depan (girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat batuk, bersin, atau membungkuk. Tumor yang tumbuh pada segmen cervical dapat menyebabkan nyeri yang dapat dirasakan hingga ke lengan, sedangkan tumor yang tumbuh pada segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri punggung atau nyeri pada tungkai.( National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2005)Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 1. Tanda dan Gejala Tumor Medula SpinalisLokasiTanda dan Gejala

Foramen MagnumGejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh lambat sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ; batuk, mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing. Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas.

ServikalMenimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.

TorakalSeringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor (umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi telentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat menghilang.

LumbosakralSuatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.

Kauda EkuinaMenyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.

Tumor EkstraduralSebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan kompresi pada medula spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat merupakan gejala awal pada 30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari, minggu/bulan diikuti dengan gejala mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks, yang mulanya hilang dengan istirahat, tetapi semakin lama semakin menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama, walaupun terdapat gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini dapat terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae, nyeri demikian lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.

1. Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural (Mumenthaler, M. and Mattle, H. 2006.)Memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis keganasan terutama dari paru-paru, payudara, ginjal, prostat, kolon, tiroid, melanoma, limfoma, atau sarkoma. Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi lokasi metastasis tumor paru, payudara dan kolon adalah daerah toraks, sedangkan tumor prostat, testis dan ovarium biasanya ke daerah lumbosakral. Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level torakal, karena diameter kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya 1 cm). Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang tajam dan kadang menjalar (radikuler) serta menghebat pada penekanan atau palpasi.

Tumor Intradural-EkstramedularTumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik progresif. Kejadiannya 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak adalah neurinoma pada laki-laki dan meningioma pada wanita.

1. Neurinoma (Schwannoma)Memiliki karakteristik sebagai berikut: Berasal dari radiks dorsalis Kejadiannya 30% dari tumor ekstramedular 2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya pada satu sisi dan dialami dalam beberapa bulan sampai tahun, sedangkan gejala lanjut terdapat tanda traktus piramidalis 39% lokasinya disegmen thorakal

1. MeningiomaMemiliki ciri-ciri sebagai berikut: 80% terletak di regio thorakalis dan 60% pada wanita usia pertengahan Pertumbuhan lambat Pada 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering dengan gejala traktus piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri radikuler biasanya bilateral dengan jarak waktu timbul gejala lain lebih pendek

Tumor Intradural-IntramedularLebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa terbakar dan menusuk, kadang-kadang bertambah dengan rangsangan ringan seperti electric shock like pain (Lhermitte sign).1. EpendimomaMemiliki karakteristik sebagai berikut: Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun Wanita lebih dominan Nyeri terlokalisir di tulang belakang Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun Nyeri disestetik (nyeri terbakar) Menunjukkan gejala kronis Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih dominan

1. Astrositoma Memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Prevalensi pria sama dengan wanita Nyeri terlokalisir pada tulang belakang Nyeri bertambah saat malam hari Parestesia (sensasi abnormal)

1. Hemangioblastoma Memiliki karakter sebagai berikut:1. Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun1. Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak pada 1/3 dari jumlah pasien keseluruhan.1. Penurunan sensasi kolumna posterior1. Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi

2.4. WOCVirus, kelainan genetic, bahan-bahan kimiayang bersifat karsinogenik, sel kanker

Menyebar ke bagian tubuh lainnya

masuk ke aliran pembuluh darah

melekat pada jaringan medula spinalis

membentuk jaringan tumor barudi medula spinalis

Tumor Medula Spinalis

B1 B2 B3 B4 B5 B6 Tumor membesarTumor melebar dan menekan medula spinalis

Tumor melebar dan menekan medula spinalis

Tumor melebar dan menekan medula spinalisKerusakan infiltrasi, pergeseran, dekompresi medulla spinalis

Kerusakan infiltrasi, pergeseran, dekompresi medulla spinalis

Menjepit saraf frenikus

Lesi pada lumbal dan segmen sakralis bagian atasLesi di daerah thorakalLesi di daerah servikal, thorakal, lumbal bawah

Terhentinya suplay darah ke otak

Terhentinya suplay darah ke otak

Kerusakan/ disfungsi diafragma

Nyeri abdomen

PK: STROKER

Deficit motorik

Jantung bekerja kerasHilangnya sensasi perineal dan genetalia

Meningkatkan kebutuhan O2Kelemahan spastik pada ekstremitas atas

BradikardiKelumpuhan

SesakSuplay darah ke perifer menurunKerusakan jaringan kulitGangguan control usus dan kandung keminMK : Hambatan mobilitas FisikMual-muntah

MK : Pola nafas tidak efektifDikubitusPenurunan BB

Di pasang kateterMK : Intoleransi AktivitasTD meningkat

MK: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhanMK: Resiko Infeksi

Nyeri kepala / pusing

Infaksi kandung kemih

MK : Nyeri akutMK: Gangguan Pola Tidur

MK : Resiko Infeksi

2.5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi. (Hakim, A.A. 2006)Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :3. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga menghasilkan perbaikan neurologis).

b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri. Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.

c. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan kecepatan deteriorasi bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2 minggu. bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.

d. RadiasiTerapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.

e. PembedahanTumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis.Indikasi pembedahan: Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase. Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal). Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma. Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.

2.6. Pemeriksaan Diagnostik1) Pemeriksaan diagnostik secara umum dapat dilakukan :2) Pemeriksaan sinar X3) CT. Scan4) MRI5) Analisa Gas Darah6) Elektrolit7) Tumor Ekstradurala. Radiogram tulang belakangAkan memperlihatkan osteoporosis atau kerusakan nyata pada korpus vertebra dan pedikelb. MyelogramMemastikan lokalisasi tumorc. Pemeriksaan LCSAkan memperlihatkan peningkatan kadar protein dan kadar glukosa yang normal8) Tumor Intradural2. Radiogramtulang punggung memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikel yang berdekatan2. MyelogramMenentukan lokalisasi yang cepat

2.7. KomplikasiKomplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain: (Harrop, D.S. and Sharan, A.D.)1. Paraplegia1. Quadriplegia1. Infeksi saluran kemih 1. Kerusakan jaringan lunak1. Komplikasi pernapasanKomplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah: (Satyanegara. 2010) Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi medula spinalis. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1. Laporan Kasus Tumor Medula SpinalisPasien wanita Ny. M 36tahun, Islam, AlamatJln. Kelapa dua wetan no.17. Dengan Pekerjaansebagai TKW. Masuk Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto pada Tanggal 06/05/11dengan paraplegi sejak1bulan yang lalu yang berlangsung progresif. Keluhan diawali dengan nyeri pada punggung bawah yang menjalar ke kedua tungkai tanpa disertai kesemutan sejak8 bulan yang lalu. Pasien telah mendapatkan pengobatandan rawat inap di RS Saudinamun tidak menghasilkan kemajuan. BAB dan BAK pasien tidak terkontroldan terpasang kateter. Pasien pernah mengeluh kedua kakinya lemas dan sering terjatuhsebelumnyanamun bisa kembali berjalan. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami traumayang hebatpada pinggang bawah, panggul dan kaki.Pemeriksaan fisik umum tampak sesak kesadaran CM, Nadi 130x/menit, RR:28x/menit terpasang canule oksigen. Pemeriksaan thorak perkusiredup sampai pekak di paru kanan, auskultasiSD vesikuler melemah di paru kanandanronki (-). Pemeriksaan neurologi Rangsang meningeal negative, saraf cranial tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan ekstremitas atas tidak ditemukan kelainan. Ekstrimitas bawah tampak fasikulasi,atrofi, hipotonus, flaksid, reflek fisiologis menurun dan reflek patologis negatif.Sensorikpada kedua ekstremitas bawah negatifsampai pertengahan prosesus xiphoideus dengan pusat.Fungsi otonom terganggu ditandai dengan BAK dan BAB yang terkontrol.

BAB IVASUHAN KEPERAWATAN

4.1. Pengkajian4.1.1. IdentitasNama: Ny. M Umur: 36tahunPekerjaan: TKW Jenis kelamin: WanitaAlamat: Jln. Kelapa dua wetan no.17

4.1.2. Keluhan Utama

nyeri pada punggung bawah yang menjalar ke kedua tungkai tanpa disertai kesemutan sejak8 bulan yang lalu

4.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang1. Pasien pernah mengeluh kedua kakinya lemas dan sering terjatuhsebelumnyanamun bisa kembali berjalan. 2. BAB dan BAK pasien tidak terkontroldan terpasang kateter.

4.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu0. Pasien Masuk Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto pada Tanggal 06/05/11dengan paraplegi sejak1bulan yang lalu yang berlangsung progresif. 0. Keluhan diawali dengan nyeri pada punggung bawah yang menjalar ke kedua tungkai tanpa disertai kesemutan sejak8 bulan yang lalu. 0. Pasien telah mendapatkan pengobatandan rawat inap di RS Saudinamun tidak menghasilkan kemajuan. 0. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami traumayang hebatpada pinggang bawah, panggul dan kaki.

4.1.5. Riwayat Keluarga

1. Tidak ada riwayat diabetes, kolestrol, dan tekanan darah tinggi dalam keluarga pasien.

4.1.6. Riwayat Pola / Gaya hidup

1. Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu.2. Pasien tidak merokok dan meminum alcohol

4.2. Analisa DataNoData EtiologiMasalah

1.DO: Ektrimitas bawah tampak fasikulasi, artofi, hipotonus, flaksid, reflek fisiologis menurun dan Reflek patologis negatifDS: Pasien pernah mengeluh kedua kakinya lemas dan sering terjatuh sebelumnya namun bisa berjalan kembaliLesi pada lumbal bawah dan sekmen segmen sakral bagian atas Hambatan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas

2.DO: Ektrimitas bawah tampak fasikulasi, artofi, hipotonus, flaksid, reflek fisiologis menurun dan Reflek patologis negatifDS: Pasien mengeluh nyeri pada punggung bawah yang menjalar ke kedua tungkai tanpa disertai kesemutanLesi kauda ekuinaHambatan mobilitas fisik, Intoleransi aktivitas

3.

DO: Pasien mengatakan BAB dan BAK- nya tidak terkontrolDS: BAB dan BAK pasien tidak terkontrol dan terpasang kateterLesi pada lumbal bawah dan sekmen segmen sakral bagian atasResiko infeksi

4.3. Pemeriksaan Fisik

4.3.1. Pemeriksaan ROS (Review of System)B1 (Breath)InspeksiPemeriksaan fisik umum tampak sesak kesadaran CMR, R:28x/menit terpasang canule oksigen. (normal: 12-20x/menit)Pasien mengalami Bradipneau, Irama pernapasan pasien tidak teratur, dan susah bernafas.PalpasiPemeriksaan Nadi 130x/menit (normal : 60-100 x/menit)PerkusiPemeriksaan thorak perkusiredup sampai pekak di paru kanan, AuskultasiSD vesikuler melemah di paru kanandanronki (-). B2 (Blood)Pada pemeriksaan palpasi, Nadi pasien 130x/menit (Bradikardi)Dan TD yang meningkatB3 (Brain)Pemeriksaan neurologi Rangsang meningeal negative, saraf cranial tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan ekstremitas atas tidak ditemukan kelainan. Ekstrimitas bawah tampak fasikulasi,atrofi, hipotonus, flaksid, reflek fisiologis menurun dan reflek patologis negatif.B4 (Blader)Sensorikpada kedua ekstremitas bawah negatifsampai pertengahan prosesus xiphoideus dengan pusat.Fungsi otonom terganggu ditandai dengan BAK dan BAB yang terkontrol.B5 (Bowel)Pada pemeriksaan neurologi di temukan Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta kehilngan refkleks pergelangan kaki serta hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan kandung kemih akibat lesi pada sakral bagian bawah. Fungsi otonom terganggu ditandai dengan BAK dan BAB yang terkontrol.B6 (Bone)Pada pemeriksaan neurologi di temukan Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta kehilngan refkleks pergelangan kaki serta hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan kandung kemih akibat lesi pada sakral bagian bawah. Dan juga ditemukan Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkaiSehingga pasien mengalami nyeri pada punggung bawah yang menjalar ke kedua tungkai tanpa disertai kesemutan.4.4. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan TD meningkat2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak3. Resiko infeksi berhubungan dengan Pemasangan kateter, decubitus4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual-muntah5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deficit motoric dan sensorik6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan deficit motoric dan sensorik

4.5. Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan TD meningkatTujuan : Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual dan efektif untuk mencapai kenyamananKriteria Hasil : Pasien dapat mengendalikan nyeriINTERVENSIRASIONAL

Minta pasien untuk menilai nyeri pada skala 0 Sampai 10 (0 tidak nyeri, 10 nyeri hebat)

Mengetahui awitan atau tingkatan nyeri dengan skala 0-10

Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah)

Mengetahui awitan atau tingkatan nyeri dengan skala 0-10

Anjurkan untuk istirahat dengan tenang

Meringankan dan mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan

Meningkatkan rasa nyaman

Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi terhadap sentuhan

Meningkatkan rasa nyaman

Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan/nyeri

Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi

Meringankan dan mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesakTujuan : Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventiklator mekanisKriteria Hasil : Tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah pasien dalam rentang normalINTERVENSIRASIONAL

Pantau adanya pucat dan sianosisMengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat

Kaji kebutuhan insersi jalan nafasMemantau status pernapasan

Observasi dan dekomentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang ventilatorMemelihara serta mencegah komplikasi yang berhubungan dengan penggunaannya

Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan Memfasilitasi kepatenan jalan napas

Berikan obat (misal : bronkodilator) sesuai dengan program dan protokolMengatasi kesulitan bernafas dan meningkatkan aliran udara

Tenangkan pasien selama periode gawat napasMerelaksasi dan menenangkan pasien

Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napasMerelaksasi dan menenangkan pasien serta memperlambat frekuensi pernapasan

Atur posisi pasien semifowlerMengoptimalkan pernafasan pasien

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Pemasangan kateter, decubitusTujuan : Terbebas dari gejala dan tanda InfeksiKriteria Hasil: Pasien dapat mencegah, menghilangkan, dan mengurangi perilaku yang berisiko menimbulkan infeksiINTERVENSIRASIONAL

Pantau tanda dan gejala infeksi (missal : suhu tubuh, denyut jantung, drainase, perlukaan, sekresi, urinme, malaise)Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan

Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksiMemantau tingkat keparahan infeksi dan gejala yang terkait serta factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

Instruksikan untuk melakukan higine personal untuk melindungi tubuh dari infksi (misal : cuci tangan)

Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada klien yang berisiko

Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasienMencegah dan mendeteksi dini infeksi pada klien yang berisiko

Berikan terapi antibiotic, bila perluMeminimalkan penyebaran dan penularan agensinfeksius

Pertahankan teknik isolasi, bila perluMeminimalkan penyebaran dan penularan agensinfeksius

Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasienMeminimalkan penyebaran dan penularan agensinfeksius

Batasi jumlah pengunjung, bila perluMeminimalkan penyebaran dan penularan agensinfeksius

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual-muntahTujuan : Mempertahankan massa tubuh dan berat badan Kriteria Hasil : Pasien mampu untuk mempersiapkan dan mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan tau tanpa alat bantuINTERVENSIRASIONAL

Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal

Buat perencanaan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makanan, lingkungan makan, dan ketidaksukaan pasien, serta suhu makanan

Dukung kelarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah

Berikan pasien makanan dan minuman yang bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi , bila memungkinkan

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deficit motoric dan sensorikTujuan : Pasien melaporkan peningkatan kekuatan dan ketahanan tungkaiKriteria Hasil : pasien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitasINTERVENSIRASIONAL

Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat sedikitnya empat kali sehari

Ubah posisi sendi bahu setiap 2 sampai 4 jam

Bero mobilisasi progresif

Beri dorongan ambulasi untuk berjalan singkat yang sering (setidaknya 3 kali sehari), dengan bantuan jika belum bisa berdiri tegap

Dorong penggunaan lengan yang sakit jika memungkinkan

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan deficit motoric dan sensorikTujuan : Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitasKriteria Hasil : kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik yang paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantuINTERVENSIRASIONAL

Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI

Kaji respons emosional, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas

Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Lakukan teknik relaksasi

Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan

Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas

Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan diri seacara mandiri

kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi

Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, ambulasi, sesuai toleransi

BAB VPENUTUP

5.1. KesimpulanTumor medula spinalis memang merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi dan karena itulah banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari penyakit ini. Pada umumnya, penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit sudah dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga cara penanggulangannya hanya bersifat life-saving. ( Hakim, A.A. 2006)Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995).Tumor medula spinalis terbagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer merupakan tumor yang berasal dari medula spinalis itu sendiri sedangkan tumor sekunder merupakan anak sebar (mestastase) dari tumor di bagian tubuh lainnya. (Japardi, Iskandar. 2002)Tumor medula spinalis umumnya bersifat jinak (onset biasanya gradual) dan dua pertiga pasien dioperasi antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala pertama dari tumor medula spinocerebellar penting diketahui karena dengan tindakan operasi sedini mungkin, dapat mencegah kecacatan. ( Hakim, A.A. 2006)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hakim, A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara1. Huff, J.S. 2010. Spinal Cord Neoplasma. [serial online]. http://emedicine.medscape.com/article/779872-print. [1 April 2011].1. Japardi, Iskandar. 2002. Radikulopati Thorakalis. [serial online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedah-iskandar%20japardi43.pdf. [1 April 2011].1. Mumenthaler, M. and Mattle, H. 2006. Fundamental of Neurology. New York: Thieme. Page 146-147.1. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. 2009. Spinal Cord Tumors - Management of Intradural Intramedullary Neoplasms. [serial online]. http://emedicine.medscape.com/article/249306-print. [1 April 2011].1. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2005. Brain and Spinal Cord Tumors - Hope Through Research. [serial online]. http://www.ninds.nih.gov/disorders/brainandspinaltumors/detail_brainandspinaltumors.htm. [1 April 2011].1. Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama1. Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta1. C. Price, Evelyn. 2009. Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama1. Long C, Barbara.Perawatan Medikal Bedah.Volume 2. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran; 1996