61
BAB III TINJAUAN TEORITIS HOTEL BINTANG 4 Tinjauan Teoritis Hotel Resort Bintang 4. 3.1.1 Pengertian Defenisi Hotel. 1 Hotel merupakan suatu bentuk akomodasi yang di kelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makanan dan minuman. Hotel adalah suatu tempat menginap bagi orang yang melakukan perjalanan dengan segala fasilitas yang memadai, persyaratan kesehatan, kepuasaan, ketenangan dan sebagainya. Pengertian diatas menunjukan bahwa : Hotel adalah suatu usaha komersial yang melakukan aktivitas dibidang jasa pelayanan. Hotel harus terbuka untuk umum atau bersifat publik. Hotel harus memiliki minimum tiga fasilitas, yaitu : akomodasi, makanan dan minuman, sarana rekreasi, pemandangan alam untuk memperoleh kepuasaan. 1 Berdasarkan SK menteri perhubungan no. PM 10/301/phb 77, tanggal 22 desember 1977, tentang peraturanusaha klasifikasi hotel

Yanto skripsi BAB III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Yanto skripsi BAB III

BAB III

TINJAUAN TEORITIS HOTEL BINTANG 4

3.1 Tinjauan Teoritis Hotel Resort Bintang 4.

3.1.1 Pengertian

Defenisi Hotel.1

Hotel merupakan suatu bentuk akomodasi yang di kelola secara komersial,

disediakan bagi setiap orang untuk

memperoleh pelayanan penginapan, berikut makanan dan minuman.

Hotel adalah suatu tempat menginap bagi orang yang melakukan

perjalanan dengan segala fasilitas yang memadai, persyaratan kesehatan,

kepuasaan, ketenangan dan sebagainya.

Pengertian diatas menunjukan bahwa :

Hotel adalah suatu usaha komersial yang melakukan aktivitas dibidang

jasa pelayanan.

Hotel harus terbuka untuk umum atau bersifat publik.

Hotel harus memiliki minimum tiga fasilitas, yaitu : akomodasi,

makanan dan minuman, sarana rekreasi, pemandangan alam untuk

memperoleh kepuasaan.

Hotel harus memiliki suatu sistem pelayanan yang di kelola secara

profesional.

3.1.2 Fungsi Hotel2

Hotel memiliki fungsi sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu, sebagai

tempat tinggal sementara selama berada jauh dari tempat asalnya. Hotel sebagai suatu

wadah akomodasi komersial, tidak hanya berfungsi sebagai tempat menginap,

beristirahat, makan dan minum tetapi juga berfungsi sebagai tempat melangsungkan

pernikahan, konferensi, pertemuan dan lain–lain. Perbedaan fasilitas hotel

disesuaikan perkembangan kebutuhan para tamu.

1 Berdasarkan SK menteri perhubungan no. PM 10/301/phb 77, tanggal 22 desember 1977, tentang

peraturanusaha klasifikasi hotel

2 Pendit, Nyoman P.,Pengantar ilmu pariwisata, pradnya paramita, Jakarta, 1998

Page 2: Yanto skripsi BAB III

3.3.3 Klasifikasi Hotel

Klasifikasi hotel dengan tanda bintang sebagaimana telah ditetapkan di

indonesia berdasarkan surat keputusan menteri Pariwisata, Pos dan Komunikasi

No. KM 37/PW 305/MPPT-90 adalah suatu sistem pengelompokan hotel kedalam

berbagai kelas atau tingkatan berdasarkan ukuran penilaian tertentu, seperti

jumlah kamar, fasilitas yang tersedia, mutu pelayanan, perlengkapan dan

peralatan. Hotel yang memenuhi syarat penilaian akan dinyatakan sebagai hotel

bintang sedangkan yang tidak memenuhi setiap syarat penilaian tersebut akan

dinyatakan sebagai hotel melati.

Hotel bintang yang diklasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu:

a. Kelas bintang I (*)

b. Kelas bintang II (**)

c. Kelas bintang III (***)

d. Kelas bintang IV (****)

e. Kelas bintang V (*****)

Tabel 3.1

Perbedaan Fasilitas Hotel Berbintang

Fasilitas Hotel

Bintang V

Hotel

Bintang

IV

Hotel

Bintang III

Hotel

Bintang II

Hotel

Bintang I

Kamar

tidur

Minimal

100 kamar

4 kamar

suite

Minimal

50 kamar

3 kamar

suite

Minimal

30 kamar

2 kamar

suite

Minimal

20 kamar

Minimal

10 kamar

Ruang

makan

(restaurat)

Bar dan

coffe shop

Wajib

minimal 2

Wajib

minimal 1

Wajib

minimal 2

Wajib

minimal 1

Perlu

minimal 1

Wajib

minimal 1

Perlu

minimal 1

Wajib

minimal 1

Perlu

minimal 1

Wajib

minimal 1

Function

room

Wajib

minimal 1

Wajib

minimal 1

Wajib

minimal 1

- -

Page 3: Yanto skripsi BAB III

Wajib

prefunction

room

Wajib

prefunctio

n room

Wajib

prefunction

room

- -

Rekreasi

&

olah raga

Wajib

perlu + 2

jenis

fasilitas lain

Wajib

perlu + 2

jenis

fasilitas

lain

Wajib

dianjurkan

+ 2 jenis

fasilitas

lain

Dianjurkan

Dianjurkan

Dianjurkan

-

Ruang

yang

disewakan

Wajib

minimal 3

Perlu

minimal 3

Perlu

minimal 3

Perlu

minimal 1

Perlu

minimal 1

Lounge Wajib Wajib Wajib - -

Taman Wajib Perlu Perlu Perlu Perlu

Sumber : Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

3.1.4. Klasifikasi hotel bintang 43

Klasifikasi hotel adalah suatu sistem pengelompokan hotel kedalam berbagai

kelas atau tingkatan berdasarkan ukuran penilaian tertentu, seperti jumlah kamar,

fasilitas yang tersedia, mutu pelayanan, perlengkapan dan peralatan.

Ruang-ruang yang harus ada pada hotel kelas bintang 4, sebagai berikut:

Kamar tidur minimal 50 kamar

Ruang makan (restaurant) perlu, minimal 2.

Bar & coffee shop wajib, minimal 1.

Rekreasi & olah raga, dianjurkan + 2 fasilitas lain

Ruang yang disewakan, perlu minimal 3

Function room / ruang serba guna , wajib 1

Lounge , wajib

Taman, perlu

3.1.5 Pengelompokan Hotel.4

Hotel dapat dibagi menjadi berbagai kelompok menurut berbagai kriteria

3 Kanwil Departemen PARPOSTEL, Provinsi DIY

4 Foster, Dennis L Dan Yoeti, Oka A., Hotel, Motels and Resort, PT. Pertja, Jakarta, 1997.

Page 4: Yanto skripsi BAB III

antara lain .

a. Pengelompokan hotel menurut harga jual.

1. European plan hotel, yaitu hotel dengan harga jual hanya untuk kamar.

2. American plan hotel, yaitu hotel dengan harga jual hanya untuk kamar

dengan 1, 2, 3 kali makan.

3. De-luxe hotel, yaitu hotel dengan harga jual paling mahal.

4. First class hotel, yaitu hotel dengan harga jual menengah.

5. Economy hotel, yaitu hotel dengan harga jual terendah.

b. Pengelompokan hotel menurut jumlah kamar.

1. Large Hotel, yaitu hotel yang memiliki 300 kamar tidur tamu atau

lebih.

2. Medium hotel, yaitu hotel yang memiliki 26 sampai dengan 299.

3. Small hotel, yaitu hotel yang memiliki kurang dari 25 kamar tidur tamu.

c. Pengelompokan hotel menurut jenis tamu hotel.

1. Family hotel, yaitu hotel untuk keluarga.

2. Business hotel, yaitu hotel untuk pengusaha.

3. Tourist hotel, yaitu hotel untuk wisatawan.

Gambar 3.1 Large HotelSumber : Google.com

Gambar 3.2 medium HotelSumber : Google.com

Page 5: Yanto skripsi BAB III

4. Transit hotel, yaitu hotel untuk tamu yang transit / menginap

5. sementara waktu.

6. Cure hotel, yaitu hotel untuk tamu yang akan berobat.

d. Pengelompokan hotel menurut lama tinggal tamu.

1. Transit hotel, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu rata – rata

Semalaman.

2. Residential hotel, yaitu hotel dengan tamu cukup lama.

3. Semi residential, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu lebih dari 1 hari

tetapi tetap dalam jangka waktu yang pendek.

e. Pengelompokan hotel menurut lokasi hotel.

1. City hotel, yaitu hotel yang terletak di kota besar dan biasanya

diperuntukkan bagi tamu – tamu yang beristirahat sementara ( dalam

jangka pendek ). Hotel jenis ini biasanya dihuni oleh para usahawan

yang sedang melakukan kegiatan bisnis.

2. Urban hotel, yaitu hotel yang terletak didekat kota yang cukup jauh

dari keramaian hiruk pikuk dan polusi udara kota tetapi mudah

mencapai tempat kegiatan usaha. Hotel ini biasanya diperuntukkan

bagi keluarga.

Gambar 3.3 City HotelSumber Google. Com

Gambar 3.4 Urban HotelSumber Google. Com

Page 6: Yanto skripsi BAB III

3. Resort hotel, yaitu hotel yang terletak di daerah peristirahatan atau

daerah wisata.

4. Airport hotel, yaitu hotel yang terletak di area bandar udara yang

biasanya dipergunakan oleh penumpang yang transit dan melakukan

perjalanan.

f. Pengelompokan hotel menurut aktifitas tamu hotel.

1. Sport hotel, yaitu hotel yang merupakan bagian dari suatu kompleks

pertandingan atau latihan olah raga.

2. Ski hotel, yaitu hotel yang khusus di peruntukkan bagi tamu yang

bermain ski

Gambar 3.5 Resort HotelSumber Google. Com

Gambar 3.6 Sport HotelSumber Google. com

Gambar 3.7 Sky HotelSumber Google. com

Page 7: Yanto skripsi BAB III

3. Convention hotel, yaitu hotel yang merupakan bangunan dari kompleks

konvensional.

4. Recreation hotel, yaitu hotel bagi tamu yang melakukan kegiatan

rekreasi atau berwisata.

3.1.6 Aspek Fisik pada Hotel

Aspek fisik yang dapat dijadikan pedoman dalam merancang hotel adalah jenis

kegiatan yang terjadi pada hotel:

a. Kegiatan Menginap

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pasti dilakukan pada tamu hotel

yang meliputi tidur, makan,minum serta hajat.

b. Kegiatan makan dan minum

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tamu menginap maupun yang

tidak menginap yang meliputi restaurant, bar, dan coffee shop

c. Kegiatan Rekreasi dan Rileks

Berupa kegiatan rekreasi aktif dan kegiatan rekreasi pasif, kegiatan ini

dapat dilakukan oleh tamu hotel yang menginap maupun tamu yang tidak

menginap serta tamu membersip khusus. Kegiatan rekerasi dan rileks

dapat dilakukan didalam lingkungan hotel dan diluar lingkungan hotel.

d. Kegiatan khusus

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diadakan oleh seseorang atau

badan yang mempergunakan fasilitas hotel sebagai aktivitas seperti

Gambar 3.8 Convention hotelSumber Google. com

Page 8: Yanto skripsi BAB III

seminar, rapat, bisnis, office, travel dan shopping arcade dan lain

sebagainya

e. Kegiatan Pengelola dan Karyawan

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kelangsungan kegitan hotel

dengan melibatkan seluluh pengelolah dan karyawan hotel

f. Kegiatan Pelayanan

Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tamu hotel misal

makan, minum. Cuci pakaian dan sebagainya

g. Kegiatan pengunjung hotel

Kegiatan dilakukan oleh pengusaha lain diluar hotel, seperti agen

perjalanan, bank, souvenir dan sebagianya.

3.1.7 Unsur-Unsur Pewadahan Dalam Hotel

Unsur-unsur pewadahan dalam hotel wajib memenuhi ketentuan-ketentuan

yang berlaku. Unsur-unsur tersebut adalah:5

1. Lokasi dan Lingkungan

Lokasi hotel mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun pribadi,

langsung ke area hotel. Hotel terletak di pinggir jalan raya dan jalan besar ke

luar kota yang dekat dari kota-kota besar, tujuan-tujuan wisata, dan daerah-

daerah wisata sehingga penyediaan prasarana (air, listrik, gas, bahan makanan

yang segar, binatu) menguntungkan.

Hotel harus terhindar dari pencemaran yang berasal dari :

a. Udara lembab, pengap, dan bau yang tidak enak.

b. Suara bising, debu dan asap

c. Serangga dan binatang.

2. Sirkulasi

5 Dawid Yuliadi, City Hotel Bintang Empat Di Pusat Kota Yogyakarta (Yogyakarta: Skripsi FTA-UKDW, 2004), hal 25-32 (Berdasarkan Kutipan dari Direktorat Jendral Pariwisata Tentang Penyempurnaan Kriteria Klasifikasi Hotel, Jakarta 1994)

Page 9: Yanto skripsi BAB III

Hotel harus memiliki jalur sirkulasi yang jelas supaya mempermudah

pengunjung/tamu-tamu hotel yang datang ke hotel tersebut. Dalam setiap

hotel, harus dapat pisahkan jalan antara tamu hotel/pengunjung,

pegawai/karyawan dan jalan untuk barang.

Tujuan sirkulasi dalam hotel adalah:

a. Mempermudah pengawasan dan pengontrolan keamanan

b. Menciptakan keteraturan

c. Menciptakan pelayanan yang efisien

d. Peningkatan kepuasan pelanggan.

Pembedaan sirkulasi untuk tamu hotel dan pengelola:

a. Sirkulasi untuk tamu hendaknya jelas dan mudah dicapai sehingga tidak

membingungkan pengunjung.

b. Sirkulasi untuk pengunjung dan pegawai/karyawan harus melewati setiap

bangunan hotel yang digunakan untuk umum. Crossing antara pengunjung

dan pegawai/karyawan harus dihindari.

3. Taman

Hotel harus memiliki taman baik di dalam maupun di luar bangunan. Luas

taman adalah, 40% ruang terbuka dan 60% diantaranya ditanami dengan

tanaman hidup.

4. Tempat Parkir

Tersedia tempat parkir untuk kendaraan tamu hotel dengan kapasitas satu

tempat parkir untuk setiap enam kamar hotel, pos jaga atau ruang tunggu

dengan tempat duduk serta tidak becek.

Page 10: Yanto skripsi BAB III

5. Sarana Olah raga

Hotel menyediakan sarana olah raga untuk dewasa dan anak-anak,

dilengkapi dengan pengamanan, locker, toilet, tempat bilas air dan penjaga

keselamatan. Hotel menyediakan dua sarana olah raga dan rekreasi yang

merupakan pilihan seperti fitness centre, sauna, game room, billiard, bowling

dan tennis.

6. Peralatan Teknis Bangunan

Pengaturan ruang hotel ditata dengan baik sehingga memudahkan arus

tamu, arus karyawan dan arus barang atau produk hotel. Peralatan terdiri dari:

a. Elevator atau Lift

- setiap bangunan empat lantai atau lebih (dihitung dari lantai dasar)

harus dilengkapi dengan elevator atau lift

- Lift tamu harus dipisahkan dengan lift pelayanan dan lift barang

- Kapasitas setiap lift minimal 10 orang atau beban 750 kg yang dapat

berfungsi untuk melayani penyandang cacat yang memakai kursi roda

- Memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan Depnaker.

Gambar 3.9 : Lay out tempat parkirSumber : data arsitek

Page 11: Yanto skripsi BAB III

b. Utilitas

- Air yang tersedia memenuhi persyaratan kesehatan minimal 750

liter/kamar/hari. Juga tersedia pula instalasi air panas

- Pemasangan listrik yang memenuhi persyaratan pemerintah, tersedia

pembangkit tenaga listrik cadangan engan kapasitas 50 % dari

kapasitas listrik dari PLN

- Menggunakan pengkodisian udara (AC) untuk tiap ruang dengan

sistem AC sentral atau AC unit serta mempunyai ventilasi yang baik.

- Tersedia ruang mekanik dan workshop.

c. Komunikasi

- Tersedia telepon tiga saluran, yaitu lokal, interlokal dan internasional

- Tersedia telepon dalam/internal, jumlah minimal saluran telepon

adalah sesuai dengan jumlah kamar

- Tersedia PABX, Sentral video/TV, sentral radio, musik penggiring,

sentral paging sistem termasuk carcall.

d. Pencegahan Bahaya Kebakaran

Tersedia alat deteksi dini di setiap ruangan, alat pencegah kebakaran di

kamar tamu, pintu, tangga darurat, dan lain sebagainya

e. Keamanan

Tersedia ruang jaga di setiap pintu keluar dan masuk

f. Pembuangan Limbah

Tersedia tempat pembuangan limbah yang tidak menimbulkan bau

yang tidak enak.

7. Entrance

a. Entrance utama harus jelas di tampilkan, mudah ditemukan dan

diidentifikasi, menyajikan pandangan yang baik dari sisi dalamnya dan

mengarah langsung ke penerima tamu (resepsionis)

Gambar 3.10: Lay out LiftSumber : data arsitek

Page 12: Yanto skripsi BAB III

b. Kanopi pada entrance merupakan ruang tunggu yang terlindung dari panas

dan hujan

c. Penerangan digunakan untuk menonjolkan entrance memperlihatkan

interior, serta untuk memberikan efek keselamatan dan pengaman yang

baik

d. Entrance harus pas dengan skala dan karakter dari bangunan.

e. Entrance untuk staf pelayan, pengirim barang dan tamu harus dipisahkan,

namun masih dalam pengawasan dan jaminan keamanan.

8. Lobby atau Hall

a. Hotel harus mempunyai lobby dengan luas minimal 1 m² untuk 5 kamar

b. Lobby mewadahi sirkulasi umum, ruang tunggu, mengarah pada penerima

tamu, kasir, informasi dan meja-meja membentuk kantor depan

c. Tata udara diatur dengan atau tanpa alat pengatur udara serta intensitas

penerangan minimal 1.150 lux

d. Tersedia telepon umum dan Lounge

e. Tersedia toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita.

9. Kamar Tidur atau Kamar Tamu

a. Untuk hotel bintang 4, Jumlah kamar standar minimal 50 kamar dengan

luas minimal 24 m² dan 3 kamar suite dengan luas minimal 48 m² serta

setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi dalam, ketinggian minimal

untuk tiap kamar adalah 2,6 m. Selain kamar standar dan suite, terdapat

pula kamar untuk penyandang cacat dengan jumlah 1% dari seluruh

jumlah kamar, serta terdapat kamar bebas rokok.

b. Interior kamar tidur atau kamar tamu mencerminkan suasana indonesia,

dengan tinggi minimal 2,6 m.

c. Kamar tidur atau kamar tamu harus kedap suara dengan tingkat kebisingan

40db, komposisi karpet dari bahan yang tidak mudah terbakar dan

memenuhi standar kesehatan

d. Dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air

e. Tersedia alat pengatur udara kamar tidur, ventilasi atau exhaust fan untuk

kamar mandi .

Page 13: Yanto skripsi BAB III

10. Ruang Makan atau Restaurant Indonesia dan Inggris

a. Tersedia dua ruang makan, yaitu restaurant dan coffe shop

b. Unsur dekorasi harus terdapat dalam restaurant, jumlah tempat duduk

sebanding dengan luas restaurant dengan ketentuan 1,2 m²/tempat duduk

c. Tinggi plafon tidak boleh rendah dari tinggi kamar tamu (2,6 m)

d. Letak restaurant berhubungan dengan dapur utama maupun dapur

tambahan dan dilengkapi dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan

wanita

e. Restaurant tertutup yang dilengkapi AC atau ventilasi dengan temperatur

24ºC dan kelembapan relatif 60%

Gambar 3.11: Kamar tidur dan tamuSumber : data arsitek

Page 14: Yanto skripsi BAB III

11. Bar

a. Tersedia satu bar yang terpisah dari restaurant

b. Unsur dekorasi harus terdapat di dalam bar, jumlah tempat duduk

sebanding dengan luas bar dengan ketentuan 1,1 m²/tempat duduk

c. Tinggi plafon tidak boleh rendah dari tinggi kamar tamu (2,6 m)

d. Bar yang letaknya tidak berdekatan dengan lobby harus dilengkapi dengan

toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita

e. Bar tertutup yang dilengkapi AC atau ventilasi dengan temperatur 24ºC

dan kelembapan relatif 60%

f. Terdapat ruang untuk bar tender dengan lebar minimal 1 m.

12.

Function Room / Ruang pertemuan

a. Hotel menyediakan function room minimal 1 buah dengan pintu masuk

yang terpisah dari lobby sehingga tidak menggangu arus keluar-masuk

tamu

b. Function Room yang letaknya tidak terletak satu lantai dengan lobby harus

dilengkapi dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita

c. Tersedia prefunction room, ada juga gudang peralatan yang letaknya

berdekatan dengan function room.

13. Koridor dan Tangga

Gambar 3.12 : restaurantSumber : Data arsitek

Gambar 3.13: BarSumber : Data arsitek

Page 15: Yanto skripsi BAB III

a. Lebar minimal koridor dan tangga adalah 1,8 m dengan ambang

kebisingan adalah 40 db, tersedia stop kontak untuk setiap 12 m

b. Akses yang jelas terhadap koridor, tangga dan tangga darurat. Tangga

darurat harus terpisah supaya pembagian pengguna tangga terbagi secara

merata.

14. Ruang yang Disewakan

Hotel menyediakan ruang yang disewakan untuk keperluan lain diluar

kegiatan utama hotel minimal 3 ruang. Ruang tersebut adalah drugstore,

travel agent, souvenir shop, money changer, airline agent, butik, salon dan

perkantoran.

15. Poliklinik

Tersedia poliklinik yang memenuhi persyaratan dinas kesehatan dan para

medis

16. Dapur

Tersedia satu dapur dengan luas sekurang-kurangnya 40% dari luas

restaurant. Ruang yang diperlukan terdiri dari ruang administrasi, ruang

penyimpanan bahan, ruang penyimpanan peralatan, ruang persiapan dan

pengolahan, ruang pencucian dan ruang penyimpanan gas LPG.

Gambar 3.14: Koridor dan tanggaSumber : data arsitek

Page 16: Yanto skripsi BAB III

17. Ruang Administrasi dan Kantor depan hotel

18. Tersedia tempat penerimaan tamu, kasir, ruang penitipan barang berharga,

ruang pimpinan Kantor depan hotel dan ruang operator telepon.

19. Uniform Room

Tersedia ruang dengan rak penyimpanan pakaian.

20. Ruang Linen

Tersedia ruang linen dengan luas minimal 50 m².

21. Ruang Jahit

22. Room Boy Station

Tersedia ruang palayan kamar tamu, minimal satu buah untuk tiap 15

kamar dan harus ada pada tiap lantai.

23. Area Lost Found

Luas minimal 10 m² yang dilengkapi dengan rak atau almari terkunci.

24. Ruang Binatu dan Laundry

Luas minimal 60 m² dengan berbagai perlengkapannya.

Gambar 3.15 : Lay out dapur hotelSumber : data arsitek

Page 17: Yanto skripsi BAB III

25. Gudang

Gudang untuk bahan makanan dan minuman, gudang untuk peralatan,

gudang untuk engineering dan gudang untuk barang-barang bekas.

26. Ruang Penerimaan Barang

27. Ruang Karyawan

Ruang karyawan terdiri dari ruang loker, ruang makan karyawan, km/wc

dan ruang ibadah.

3.1.8 Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang hotel diperoleh dari pendekatan kegiatan/aktivitas yang

terjadi ketedidalam hotel. Kebutuhan ruang menurut kelompok kegiatan meliputi:6

- Kelompok Kegiatan Umum

a. Front Office

b. Lobby

c. Rental room

d. Public telephone

e. Lounge

f. Lavatory

g. Area parkir

- Kelompok Kegiatan Makan dan Minum

a. Restaurant

b. Bar

c. Coffe Shop

d. Dapur utama dan dapur tambahan

- Kelompok Kegiatan Hiburan dan Rekreasi

a. Kolam renang beserta penunjangnya

b. Ruang billiard

c. Fitness centre

d. Lapangan tenis

e. Taman bermain anak

f. Sauna

6 Dawid Yuliadi, Op Cit., hal 23-25

Page 18: Yanto skripsi BAB III

- Kelompok Kegiatan Tamu yang Menginap

a. Ruang tidur dengan tipe:

- Standard room (single dan double bed)

- Suite room

b. Kamar mandi dan WC

- Kelompok Kegiatan Tamu yang Tidak Menginap

a. Ruang serbaguna

b. Restaurant, coffe shop dan bar

c. Lapangan tenis

d. Ruang rapat dan pertemuan

e. Kolam renang beserta penunjangnya

f. Fitness centre

- Kelompok Kegiatan Pengelola

a. Ruang manager dan secretary

b. Food and beverage service

c. Ruang security, rapat dan arsip

d. Ruang akuntan dan personalia

e. Lavatory

- Kelompok Kegiatan Pelayanan

a. Housekeeping

- Linen room

- Ruang laundry

b. Ruang karyawan

- Ruang karyawan, ruang istirahat, ruang ibadah dan locker

- Lavatory untuk pria dan wanita

- Dapur umum yang dilengkapi dengan gudang basah dan kering

c. Engineering office

- Maintenance atau pemeliharaan

- Ruang kontrol

- Room service

- Ruang penerima barang

Page 19: Yanto skripsi BAB III

- Garbage room

- Gudang furniture and workshop

- Room boy station

- Ruang loading atau unloading

- Poliklinik

- Ruang mechanical dan electrical

- Fuel storage atau penyimpanan bahan bakar

3.1.9 Lay Out Kamar Hotel

Tabel3.2

Lay Out Kamar Hotel

a. Budget inn

double-double

b. Typical

double-double

c. Typical double-

double_electrical

/mechanical

d. Typical double-

double_finishes

plan

e. King studio

f. Parlor g. King room h. Luxury room i. Reserved layout j. Luxury king

room

Sumber: Time Saver Standard for Building Type

a. The mini Suite b. The junior suite c. Hospitality suites

Page 20: Yanto skripsi BAB III

Sumber: Time Saver Standard for Building Type

3.1.10 Sistem Utilitas Dalam Bangunan Hotel7

Penyaluran aliran listrik pada saat darurat dirasakan penting pengadaannya

terutama pada saat ada kerusakan di sistem penyaluran utamanya. Mesin

pembangkit listrik yang disediakan hendaknya dapat menyalurkan kebutuhan

untuk pencahayaan pintu darurat kebakaran dan tanda-tanda darurat lainnya,

menerangi kira-kira 20% daerah umum, ruang pendingin dan lemari es, pompa

saluran pemadam kebakaran, mesin-mesin hitung, sistem tanda bahaya kebakaran,

hubungan telepon, pompa air genangan dan air kotor.

a. Sistem tanda bahaya kebakaran (alarm)

Sistem bekerjanya dapat ditandai dengan pecah gelas kontak begitu

berhubungan dengan panas suhu pendeteksi asap sehingga secara

otomatis tanda bahayanya dapat terdengar keseluruh bangunan.

a. Peralatan pengatur suhu ruang (AC)

Umumnya dipakai sistem terpusat yang disalurkan ke masing-masing

ruang. Sedapatnya diatur sendiri pemanfaatannya oleh tamu dikamar tidur

masing-masing. Untuk tempat-tempat umum harus diatur menurut daerah

pengawasannya, terutama untuk mengatasi waktu-waktu padat sehingga

beban pemakaian tinggi dan penghematan pemakaian bila ditempat yang

bersangkutan sedang tidak dipergunakan. Perlu kemudahan perawatan

untuk semua unit pemakaian.

b. Pengatur aliran udara kamar mandi

Umumnya dengan menggunakan saluran buangan udara ke kipas penyedot

diatas atap, saluran penyaring masing-masing kamar mandi dihubungkan

7 Chuck Y. Gee, Resort Development and Management (Michigan: Educational Institute, 1988)

Page 21: Yanto skripsi BAB III

kesaluran buangan utama yang ditempatkan pada kamar mandi sekaligus

untuk mengurangi penyebaran bising yang berasal dari kipas penyedot.

c. Sistem pencahayaan

Sistem pencahayaan kamar-kamar tidur dirancang dengan meletakkan

cukup satu sakelar utama dekat pintu masuk dan diatas ujung kepala

tempat tidur. Dapat ditambahkan beberapa saklar disesuaikan dengan

kebutuhannya menurut jenis hotel. Lampu neon yang dipasang dikamar

mandi harus dari jenis yang mudah menyala. Tiap kamar tidur atau

dibagian tempat tidur harus dilengkapi dengan saklar yang terlindung rapi.

Pencahayaan pada lorong/selasar dilengkapi sakelar pengatur, sehingga

tiap-tiap bagian dapat diatur pemakaiannya secara ekonomis. Pada ruang-

ruang umum, sakelar-sakelar diletakkan pada tempat-tempat tertentu dan

dirancang sekaligus untuk dapat memberikan kesan dekoratif.

Tabel 3.3.

Penerangan ruang pada hotel

Ruang / AreaPenerangan

footcandle Lux

Auditoruim

Ruang pertemuan

Ruang Pameran

Kegiatan sosial

Bar dan lounges

Kamar mandi

Kaca/ cermin

Umum

Kamar tidur

Tempat baca

Tempat menulis

Umum

Koridor, lift, tangga

Kasir

15

30

5

30

10

30

30

10

20

50

150

300

50

300

100

300

300

100

200

500

Page 22: Yanto skripsi BAB III

Intimate type

Cahaya dari lingkungan

Subdued Environmet

Cleaning service

Ruang santai

Cahaya lingkungan

Subdued Environmet

Quick Service

Bright surroundings

Normal surroundings

Display makanan

Tempat menunggu

Kantor bagian depan

Dapur

Laundry

Tempat mencuci

Tempat strika, menimbang, dll

Mesin dan pengeringan

Fine hand iron

Ruang linen

Ruang menjahit

umum

Lobby

general lighting

Tempat membaca dan kerja

Kantor

Kantor keuangan

Umum

Ruang pembangkit listrik

R. Boiler

Raung peralatan

10

30

20

10

30

30

150

50

30

50

70

30

50

70

100

100

20

10

30

150

100

100

100

30

200

100

30

300

150

500

300

500

700

300

500

700

1000

1000

200

100

300

1500

100

100

Page 23: Yanto skripsi BAB III

Store interior

Sirkulasi

R. Souvenir umum

lemari

Feature display

R. Stock

Store room

200

30

100

200

500

30

1

200

300

1000

2000

5000

300

100

Sumber : Time sevar building standart

3.2 Tinjauan Teoritis Pencahayaan

3.2.1 Pengertian perancangan pencahayan

Cahaya/ pencahayaan adalah suatu energi yang terjadi dengan dua cara

yaitu pijar dan pendaran8 .

Cahaya/ Pencahayaan adalah jumlah fluks berkilau menuju ke permukaan,

per unit luas merupakan pengukuran keamatan cahaya tujuh yang dicerap9

Perancangan pencahayan juga berperan dalam menunjang fungsi ruang dan

bangunan melalui pencahayaan alami (daylight) maupun pencahayaan

buatan (artificial light). 10

Perancangan pencahayan memiliki peran penting dalam menciptakan

kualitas visual, baik pada bangunan maupun lingkungan.11

3.2.2 Fungsi Perancangan Pencahayaan 12

General lighting merupakan fungsi dasar cahaya yaitu cahaya dituntut

harus ada di seluruh ruang serta berfungsi sebagai penerangan utama, sifat

penyinaran merata dan harus menerangi seluruh ruang.

Taks lighting adalah pencahayaan setempat dengan tujaun untuk

mendukung aktivitas yang membutuhkan cahaya yang lebih terang seperti

membaca, memasak, dan pekerjaan lainnya.

8 Istianwan,S. Kencana,I.P. Ruang artistik dengan pencahayaan. Jakarta: penebar Swadaya, 2006 9 www. Wikipedia .com10 Manurung.P., Materi kuliah lighting design.200711 Manurung.P., Materi kuliah lighting design .200712 Istianwan,S, Kencana.I.P. Ruang Artistik dengan Pencahayaan, Jakarta: Penebar Swadaya, 2006

Page 24: Yanto skripsi BAB III

Decorative lighting berfungsi menonjolkan nilai keindahan objek pada

ruang atau desian dari ruang sendiri.

3.2.3 Jenis pencahayaan

a. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah penggunaan cahaya dari matahari sebagai

pelengkap maupun pengganti lampu listrik. Pencahayaan alami merupakan

suatu strategi yang sangat bermanfaat karena beberapa alasan, antara lain: 13

- Pencahayaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pengaturan

udara dalam bangunan menghabiskan 30-40% total penggunaan energi

pada bangunan komersial.

- Pencahayaan alami berperan dalam pendekatan desain yang lebih

memperhatikan kesinambungan lingkungan hidup, dengan menekan

penggunaan dan kebutuhan pembangkit-pembangkit tenaga listrik dan

polusi yang diakibatkannya.

- Area yang diberi penerangan alami dapat meningkatkan kepuasan

penghuni.

Pada umumnya, cahaya alami yang memasuki bangunan agar dapat

digunakan untuk menerangi bagian dalam bangunan tergantung pada dua

faktor penting, yaitu: 14

- Desain bukaan bangunan (jendela, skylight, clerestories) dan

mekanisme kontrol cahaya alami (shading devices, reflective glass,

double façade, dan lain-lain).

- Kondisi permukaan ruangan (warna, tekstur) dan bagian lain dari

interior bangunan (blinds, gorden).

13 Henry Feriadi, Guiding the Daylight (Singapore: An Individual Project on Total Building Perfomance- Paper, 1998), hal 1 (Unpublished)14 Ibid

Page 25: Yanto skripsi BAB III

Pencahayaan dari lubang atap

Pencahayaan dari jendela atap

Gambar 3.16.Desain Bukaan Pada Bangunan

Sumber: Digambar Ulang menurut Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis

Intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya berlebihan

pada bangunan, kondisi ini mengakibatkan cahaya terlalu kuat sehingga

mengakibatkan silau. Penghindaran yang diperlukan agar menghalangi

sinar matahari langsung, antara lain penyediaan selasar di samping

bangunan, pembuatan atap tritisan, pemberian sirip pada jendela atau

pengadaan tanaman disekitar bangunan. Prinsip dari perlindungan

terhadap cahaya matahari langsung adalah penyaringan cahaya atau

penciptaan bayangan.15

15 Heinz Frick, FX. Bambang Suskiyanto, Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal32

Pencahayaan dari jendela atap

Page 26: Yanto skripsi BAB III

Pemberian sirip (sunscreen) pada jendela

Pengadaan tanaman disekitar bangunan

Gambar 3.17.Perlindungan Terhadap Cahaya Matahari

Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis

Merancang bukaan untuk cahaya juga perlu memperhatikan warna dan

tekstur permukaan bidang yang terkena sinar matahari. Warna cerah lebih

banyak mementulkan sinar daripada warna gelap. Warna putih akan

memantulkan 70% - 80% sinar matahari, warna muda (biru muda, hijau

muda, kuning muda, coklat muda) memantulkan 20% - 60%, warna gelap

(hitam, abu-abu, coklat tua) memantulkan < 20%.16

16 Serial Rumah, Rumah Hemat Energi (Jakarta, 2006), hal 22

Pada lingkungan alam, pencahayaan

selalu berasal dari atas (matahari pada

siang hari), dari timur (fajar), atau dari

barat (senja).

Page 27: Yanto skripsi BAB III

Kebutuhan bukaan untuk cahaya alami pada satu ruang ± 9% dari total

luas ruang. Nilai ini dihitung dari banyaknya cahaya yang jatuh pada

bidang kerja per satuan luas/ m².

Titovianto (Direktorat Energi Baru dan Terbarukan) menyatakan;

setiap ruang mempunyai tingkat pencahayaan atau iluminasi yang standar

yang dirasakan nyaman sesuai kebutuhan. Hal ni dapat ditunjukkan oleh

daftar berikut: 17

Tabel 3.5

Tingkat Pencahayaan Rata-Rata Pada Ruang

Fungsi RuangTingkat Pencahayaan /

(lux)

Teras 60

Ruang Tamu 120 – 250

Ruang Makan 120 – 250

Ruang Kerja 120 – 250 l

Kamar Tidur 120 – 250

Kamar Mandi 250

Dapur 250

Garasi 60

Sumber: Serial Rumah : Rumah Hemat Energi

b. Pencahayaan buatan

Pencayaan buatan merupakan pencahayaan yang memakai lampu.

Sehiggan lampu memiliki prinsip kerja, warna, ambience. Berikut ini

adalah jenis lampu anrtara lain :

1. Lampu Filamen

Memproduksi cahaya dengan pemanasan filamen tungsten dalam

ruang hampa atau terisi gas tertentu di dalam bohlam. Kelebihan

menghasilkan gelombang cahaya yang lebar, pengaturannya mudah

karena dayanya yang rendah, mudah dan murah Kekurangan tidak

efisien dan menghasilkan panas.

17 Ibid., hal 17

Page 28: Yanto skripsi BAB III

2. Lampu discharge

Cahaya tercipta karena pergerakan elektron listrik di antara dua

elektroda. Semua lampu discharge lebih efisien dari pada lampu

pijar,sehingga sangat baik untuk floodlighting (lampu sorot ) dan

kebutuhan berat lainnya. Jenis lampu discharge antara lain

HID (high intensity discharge)

1. mercury, menghasilkan cahaya biru dan hijau pada spektrum

cahayaseperti cahaya bulan.

2. metal halide; menciptakan warna putih yang paling seimbang di

antara semua jenis HID, digunakan untuk pencahayaan tanaman

dan bangunan; lebih efisien dibandingkan High Pressure Sodium ,

Gambar 3.18. Lampu Filamen

Sumber : materi kuliah Lighting design

Gambar 3.19 Lampu HID

Sumber : materi kuliah Lighting design

Page 29: Yanto skripsi BAB III

LPD (low presure discharge)

1. fluorescent; terdiri dari tabung yang berisi merkuri atau argon atau

gas lainnya yang membantu perpindahan elektron di dalam tabung.

Kelebihannya adalah mampu menghasilkan cahaya yang jernih,

memiliki ukuran yang kecil pada tipe compact, dan menghasilkan

cahaya yang banyak dengan energi sedikit. Sementara

kelemahannya adalah memiliki bentuk yang panjang,

menghasilkan cahaya yang terlalu besar, sulit dikontrol, mahal

serta memiliki jarak terbatas.

2. cold katode dan neon; sama seperti fluporescent namun bekerja

pada tegangan yang lebih tinggi dan digunakan pada lansekap,

tanda (sign) dan dekorasi.

3. Tipe Lampu Floodlight

Gambar 3.20. Lampu LPD

Sumber : materi kuliah Lighting design

Page 30: Yanto skripsi BAB III

4. Tipe Lampu Projector

5. Tipe Lampu wallwasher

6. Tipe Lampu bollard

Gambar 3.21 Lampu Flood light

Sumber : materi kuliah Lighting design

Gambar 3.22. Lampu Projector

Sumber : materi kuliah Lighting design

Gambar 3.23. Lampu Wallwasher

Sumber : materi kuliah Lighting design

Page 31: Yanto skripsi BAB III

7. Tipe Lampu Ground

8. Tipe Lampu parscoop

3.2.4 Komposisi ada Arah cahaya18

18 Ibid Hal. 23

Gambar 3.24.Lampu bollard

Sumber : materi kuliah Lighting design

Gambar 3.25. Lampu Ground

Sumber : materi kuliah Lighting design

Gambar 3.26. Lampu parscoop

Sumber : materi kuliah Lighting design

Page 32: Yanto skripsi BAB III

Peran komposisi adalah untuk mengoptimal kan penataan cahaya yang tepat

anatar lain general lighting, taks lighting, dan decorative lighting. Kepekaan

kreativitas dan rasa seni dibutuhkan untuk menciptakan komposisi yang baik

Arah pencahayaan secara garis besar terbagi manjadi lima kategari yaitu down

light, up light, side light, back light dan front light. Didalam suatu ruangan

sumber cahaya berasal dari komposisi arah-arah cahaya.

Down light ( arah cahaya ke bawah)

Jenis lampu down light untuk pencahayaan merata terdiri dari

beberapa vasriasi seperti lampu pijar, noen, dan compact floulorescen

dengan sudut distribusi cahaya yang besar. Down light untuk decorative

lighting diatur melalui pengaturan sudut jatuh cahaya.

Up Light ( Arah cahaya ke atas )

Posisi sumber cahaya di hadapkan keatas sehingga arah cahaya

beasal dari bawah ke atas. Up light di gunakan untuk general lighting

Gambar 3.27. : Down Light

Sumber :materi Kuliah lighting design

Page 33: Yanto skripsi BAB III

yaitu dengan memantulkan cahaya kelangit-langit sehingga penyebaran

lebih lembut dan merata.

Back light ( arah cahaya dari belakang)

Arah pencahayaan berasal dari belakang objek bertujuan untuk

memberikan aksentuasi pada objek seperti menimbulkan siluet.

Side Light ( arah cahaya dari samping)

Fungsi arah pencahayaan dari samping in sama dengan jenis

pencahayaan back light yaitu untuk memberikan kesan tertentu.

Gambar 3.28. up-Light

Sumber ; materi Kuliah lighting design

Page 34: Yanto skripsi BAB III

Front Light ( arah cahaya dari depan)

Front light berarti sumber cahaya berada depan obyek dan

biasanya diaplikasikan pada dua objek dua dimensi seperti lukisan atau

foto.Cahaya fron light sebaiknya merata sehingga dapat membuat objek

terlihat apa pun, dan bagian tertentu yang ingin ditonjolkan.

Gambar 3.29. side Light

Sumber ; Ruang Artistik dengan pencahayaan

Gambar 3.30. Front Light

Sumber ; materi Kuliah lighting design

Page 35: Yanto skripsi BAB III

3.2.5 Lighting Perception ( daya pengelihatan terhadap cahaya)19

Cahaya memiliki pengaruh yang sangat besar tehadap physiology dan

pschycology manusia. 80% informasi yang diperoleh manusia adalah melalui

indera penglihatan. Persepsi visual sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan

masa lalu seseorang.Visual acuity merupakan kemampuan mata untuk

membedakan detail-detail visual. Visual acuity sangat tergantung dari kualitas

oragan mata, visual contrast, bacground luminance, observation time dan usia.

3.2.6 Kualitas dari iilumination20

Luminance

Berpendar energi cahaya yang menghubungkandari berbagai variasi surface

pada area visual yang memililki batas maksimum cahaya. Perbedaan antara

energi cahaya yang jatuh langsung dan energi yang menyebar.

Pencahayaan langsung

Pencahayaan langsung berasal dari matahari, Peneranganan pada langit-langit

dan energi cahaya pada bangunan. Pada area yang besar mengunakan energi

penyinaran yang sangat besar dan sudut pandang yang luas. Pengelihatan

pencahayaan langung pada bidang garis pengelihatan harus lebih dari 45o

sedangkan arah jatuh bayangan pada bidang horizontal terhadap sudut

pengelihatan mempunyai sudut perputaran 45o yang disarankan.

19 Steffy, Gary, “Architectural Lighting Design,” John Wiley & Sons, New york , 200320 De chiara, Joseph and John Hancock Callender. Time Saver Standards For Building Tipes. 3rd ed. New

York: Mcgraw-Hill Publishing Company, 1990

Gambar 3.31 :sudut pengelihatan mata

Sumber ; Times server building Standart

Page 36: Yanto skripsi BAB III

Cahaya yang menyilaukan

Cahaya yang terang dimanapun dalam kondisi visual yang terang dapat

mempengaruhi jarak pengelihatan, hal ini merupakan katagori dari cahaya yang

terang / menyilaukan. Secara langsung menghubungkan dengan sumber cahaya

dan keadaan sektari dapat digolongkan cahaya langsung. Secara langsung

mempertimbangkan visual taks dan lingkungan sekitar atau cahaya yang datang.

3.3.7 Hal-hal spesifik dari Perancangan pencahayaan

Material21

Pada pencahayaan memilih bahan yang memantulkan kembali cahaya dengan

pemantulan kembali yang tersebar tidak sempurna dan tersebar sempurna serta

terarah dan bahan tembus cahaya.material yang memantulkan menembus cahaya

seperti: kaca susu, pelindung sutera, kaca lemabaran, kaca jendala.

Prinsip-prinsip pencahayaan22

Ada 2 prinsip-prinsip pencahayaan yaitu prinsip-prinsip penghematan dan

dan pencahayaan yang berkualitas. Prinsip pencahayaan yang harus diketahui

untuk memperoleh pencahayaan yang hemat dan berkualitas. Pencahayaan yang

berkualitas umumnya membutuhkan sinar yang menyebar. Cahaya lampu dapat

menciptakan nuasa dan karakter ruang yang diinginkan. Efek juga dapat

menimbulkan kesan ruang.

Optimalisasi siang hari23

Optimalisasi cahaya alami pada ruang disiang hari merupakan cara yang

ssangat efektif. Sinar matahari sudah sewajarnya adalah sinar yang dipakai untuk

menerangi ruangan.

Optimalisasi malam hari24

Penataan cahaya yang efektif dan efisien tentunya meliputi pencahayaan pada

siang hari dan malam hari. Ruang-ruang dalam ruamh akan akan bertambah

nyaman dan indah yamg memberikan cahaya buatan berupa lampu. Sinar juga

21 Neufert, Ernest. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33, Terj. Tjahjadi, Ing S; Chaidir, Ferryanto, Jakarta :

Erlangga, 200222 Ibid. hal 4123 Istianwan,S. Kencana,I.P. Ruang artistik dengan pencahayaan. Jakarta: penebar Swadaya 2006 24 Ibid. hal 49

Page 37: Yanto skripsi BAB III

dapat membangkitan rasa nyaman dan memperindah interior ruangan dimalam

hari.

3.2.7 Aplikasi Pencahayaan

Interior25

Menurut standart dari I.E.S Pencahayaan pada interior bangunan meliputi dari

bebberpa faktor dasar meliputi

- Aktivitas yang berbeda dari ruang dalam/ interior dan rancangan

pencahayaan lebih dari satu memungkinkan pencahayaan pada mebel

atau peralatan, susunan pada gedung.

- Daya sinar matahari membutukan gabungan cahaya buatan dan cahaya

alami

- Penampilan warna dan membuat warna diperukan penyinaran dalam

suatu bangunan secara optimal.

- Mengendalikan cahaya yang menyilaukan dalam bangunan.

- Dimensi dalam ruangan seperti panjang,lebar, tinggi

- Jenis lampu yang dapat menampilkan warna dan membuat warna

untuk aktivitas dalam interior

- Effek pemanasan energi cahaya keluar tabung dari temperature dalam

ruangan

- Faktor pemantulan cahaya pada langit-langit dinding dan lantai,

mencakup

perlengkapan, jendela, dan sekat yang dipasangi kaca.

25 Nuckolls,J.L, Interoir lighting for environmental designers second edition. New York: A Wiley interscience1983

Page 38: Yanto skripsi BAB III

Eksterior26

Ruang luar bangunan memberikan perasaaan yang menggamabarkan tentang

latar belakang dan ruang depan. Pencahayaan ekterior memberikan fungsional

yang dibutuhkan ruang luar seperti sikulasi luar, perlindungan orang dari luar

bangunan serta cahaya mengambarkan node, tanda, display, enternce dan elemen

lain luar ruangan.

26 Lam, William, “Perception and Lighting For Mgivers For Architecteure”, McGraw-Hill Book Company,

New York, 1983

Gambar 3.32. Interior BangunanSumber : www. google.com

Page 39: Yanto skripsi BAB III

Landscape

3.3.Studi Banding Hotel dan pererancangan pencahayaan

3.3.1. Studi Banding Tentang Hotel

Studi banding yang dilakukan dalam proyek ini adalah dengan melihat

bangunan sejenis yang terdapat di tempat lain. Penulis mengambil contoh hotel

Novotel. Hotel Novotel adalah hotel bintang 4 di Yogyakarta yang berlokasi di

jantung kota Yogyakarta. Merupakan tempat terbaik untuk tinggal dan menjelajahi

berbagai terdisi dan kebudayaan jawa. Ruang pertemuan yang dapat memampung

200-650 orang. Novotel memiliki fasilitas dan pelayanan yang mewah, serta

restaurant yang berstandarkan internasional serta kemudahaan akses dari bandara

Adisucipto dan Stasiun kereta api Tugu.

Gambar 3.33 : Eksterior bangunanSumber :www. google.com

Gambar 3.34 : Landscape bangunanSumber : google.com

Page 40: Yanto skripsi BAB III

3.3.2 Layanan dan fasilitas yang ada di hotel Novotel

Fasilitas Kamar yang terdiri 200 kamar yaitu

- Superior room

- Dulex room

- Executive room

Fasilitas hotel dan pelayanan.

- Restaurant Kedaton dan Api kayu

- Bar

- Lobby

- Kolam Renang

- Salon kecantikan

- Toko minuman

- Rental sepeda

- Biliyard

- Tempat bermain anak

- Ruang video game

- Jacuzzi

- Massage

- Sauna dan mandi uap

- Tenis meja

- Golf driving range

Gambar 3.35. NovotelSumber :www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Page 41: Yanto skripsi BAB III

- Ruang pertemuaan

- Penukaran uang

- Jasa taksi

- Laundry dan pengering

- Dokter 24 jam

Gambar 3.38 : Ruang meetingSumber : www. Yogyakartahotels.com/

Gambar 3.37 :Kamar tidurSumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Gambar 3.36 : Restaurant kedaton Sumber : dokumen Pribadi

Gambar 3.39 : Ruang lobbySumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Page 42: Yanto skripsi BAB III

3.3.2 Studi tentang Perancangan Pencahayaan

Sedangkan pada perancangan pencahayaan penulis mengambil contoh

bangunan hotel Burj Al- Arab di Dubai. Hotel ini mengunakan struktur

membrane fasade. Disamping itu hotel ini perancangan pencahayaan pada

bagain eksterior hotel hotel ini lebih dominan dari bangunan yang disekitarnya

sedangankan pada bagian interior lobby hotel percahayaan mengambil bidang

elemen secara horizontal dan interior ruang lainya memberikan kesan yang

visual terdapat pencahayaan.

Gambar 3.40 : Restauran Kayu ApiSumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Gambar 3.41 : Kolam renangSumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Gambar 3.42.Eksterior Hotel Burj Al-Arab

Sumber :Wikipedia.org

Page 43: Yanto skripsi BAB III

3.4 Kesimpulan.

Unsur- unsur pewadahan/ peruangan dalam hotel wajib memenuhi ketentuan

yang berlaku seperti ukuran standar ruang-ruang yang ada dalam hotel dan

sebagainya

Jenis pengelompokan ruang ada hotel dibedakan 2 yaitu front of the house

(front of the house (Lobby, ruang perjamuan/ruang menerima

tamu/resepsionis, ruang administrasi, kasir, kamar untuk tamu/kamar tidur,

ruang pelayanan kamar hotel, elevator, restauran, bar and coffe shop, mail

and keys, ruang sewa, ruang rekreasi dan olahraga) dan back of the house

(laundry, housekeeping, persiapan makan, ruang mekanik, penerimaan dan

penyimpanan).

Aspek- aspek fisik hotel seperti kegiatan menginap, kegiatan makan dan

minum, kegiatan rekreasi dan rileks, kegiatan khusus, kegiatan pegelolah dan

karyawan dan sebagainya.

Gambar 3.43. Interior Hotel Burj Al-ArabSumber :Wikipedia.org

Page 44: Yanto skripsi BAB III

Perancangan pencahayaan harus memperhatikan hal- hal spesifik seperti

material, prinsip- prinsip pencahayaan, pengotimalkan cahaya alami dan

buatan.

Jenis pencahayaan buatan/ lampu seperti lampu pijar, lampu berpendar serta

komposisi dan arah cahaya.

Perancangan pencahayaan mempertimbangkan kualitas dari cahaya, daya

pengelihatan terhadap cahaya dan ekterior, interior, landspace daari

lingkungan sekitar.