Transcript
Page 1: 3.1.6.3   psikiatri forensik

VISUM ET REPERTUM PSYCHIATRICUM

dr. Kurniawan Sedjahtera Sp.KJ

Page 2: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Pasal 44 KUHP yang berbunyi:

“Barang siapa melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal, tidak boleh dihukum”

Dalam kerangka menentukan pertanggungjawaban (dlm konteks menentukan arti” kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal) inilah maka konstribusi ilmuwan di luar hukum, khususnya dlm bidang forensik menjadi sangat penting.

Page 3: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Banyak yg menganggap Psikiatri Forensik, cabang ilmu Kedokteran Forensik.

Psikiatri Forensik mrpkan cabang dari psikiatri.Forensik digambarkan sbg pemanfaatan atau aplikasi

cab ilmu kedokteran ini (psikiatri)untuk keperluan hukum.

Psikiatri (kedokteran) forensik berfungsi sbg pemberi bantuan dlm hukum bersifat aktif.

Ilmu hukum kedokteran, dokter dan ilmu kedokteran berkedudukan sbg objek telaah yg bersifat pasif.

Page 4: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Kedudukan Psikiater dalam Psikiatri Forensik

Dalam bidang kedokteran maka fungsi dokter adalah sebagai terapis, berfungsi sbg medical agent, melakukan pemeriksaan medis utk:

1.Mengumpulkan gejala-gejala penyakit pada pasien

2.Mencari hal-hal yg dapat diduga sbg penyebab/latar belakang

3.Mengusahakan upaya terapi utk memperbaiki keadaan pasien dr gangguan penyakitnya.

Page 5: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Dalam Psikiatri Forensik ia berfungsi sbg saksi ahli, sbg pembantu ahli hukum utk mengumpulkan data-data yg dapat dipakai dlm mengambil keputusan hukum. Psikiater berfungsi sbg pengumpul unsur bagi kepentingan hukum (Legal agent)

Page 6: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Posisi dokter

Posisi medis: hub. Dokter dgn orang yang diperiksa merupakan hub. Dokter-pasien.Pemeriksaan dilakukan dlm upaya menetukan kondisi kesehatan pasien, kmd menentukan berbagai macam terapi.Pasien orang bebas, tidak mempunyai status hukum tertentu, ikatan dgn dokter berdasarkan saling percaya. Hubungan dokter-pasien ini terikat oleh etika profesi.

Page 7: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Posisi legal

Dokter mendapatkan posisi legal melalui surat dari lembaga hukum (legal institute) yi; Pengadilan, kejaksaan, dan polisi untuk memeriksa seseorang yg telah mempunyai status hukum tertentu: terdakwa, saksi, penggugat.

Hub. Dokter dgn orang yang diperiksa bersifat netral, dan tetap mempunyai ikatan kerahasiaan kecuali thd lembaga hukum yang meminta.

Page 8: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Terhadap suatu perkara, di dalam sidang pengadilan penghimpunan alat bukti merupakan bagian penting utk memberikan keyakinan pd hakim dlm pengambilan keputusan hukum.

Alat bukti yang sah, antara lain:1. Pengakuan terdakwa2. Keterangan saksi/saksi ahli3. Alat bukti petunjuk4. Alat bukti terdakwa

Page 9: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Model pengadilan : -Eropah Kontinental ( model pengadilan di Indonesia)-Anglo Axon ( di Inggris dan negara-negara bekas jajahannya)

Di dalam tata laksana persidangan dapat kita lihat beberapa fungsi, yaitu:

HakimJaksaPenggugatTergugat atau terdakwaSaksiSaksi ahli

Page 10: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Keterangan ahli ada dua:

1. Lisan, yang disampaikan saksi ahli dlm kesaksiannya di dalam sidang pengadilan

2. Tertulis, yang dalam bid.kedokteran disebut Visum et Repertum yaitu hasil pemeriksaan medis yang dilakukan oleh seorang dokter atau sebuah tim dokter dan ditujukan utk kepentingan peradilan sebagai sarana pembuktian.

Visum et Repertum untuk bidang psikiatri disebut Visum et Repertum Psychiatricum

Page 11: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Bentuk baku Visum et Repertum Psychiatricum

I. Identitas pemeriksaII. Identitas pemintaII. Identitas terperiksa

Laporan hasil pemeriksaan1.anamnesis2.status internistik3.status neurologik4.status psikiatrik5.pemeriksaan tambahan6.diagnosis

IV. Kesimpulan

Page 12: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Kasus-kasus hukum yang sering dimintakan VetR. Psychiatricum:

1.Kasus pidanaa.terperiksa sebagai pelakub.terperiksa sebagai korban

2.Kasus perdataa.pembatalan kontrakb.pengampuan atau curatellec.hibahd.perceraiane.adopsi

3.Kasus-kasus laina.kompentensi untuk diinterviewb.kelayakan utk diajukan di sidang pengadilan

Page 13: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Beberapa pemeriksaan yg lazim dilaksanakan dlm psikiatri forensik:

1. Pemeriksaan Kemampuan Bertanggung Jawab. Apakah terdakwa menderita ggn jiwa.

2. Pemeriksaan Kompetensi (cakap) dalam lalu lintas hukum

3. Penentuan hubungan sebab akibat (kausaitas) antara suatu kondisi dgn timbulnya suatu gangguan jiwa.

4. Kompetensi untuk ditanya (competence to be interviewed) dan kelayakan utk diajukan di sidang pengadilan.

Page 14: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Ad.1. Ada bbrp tahap yg harus dilihat utk menentukan kemampuan bertanggung jawab

Tahap kemampuan menyadari tindakanTahap memahami tindakanTahap pemilihan dan pengarahan

tindakan

Page 15: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Dengan demikian dalam menentukan kemampuan bertanggung jawab seseorang (menjawab pertanyaan dalam surat pembuatan VetR. Psychiatricum) kita harus menentukan hal-hal berikut:

1. Diagnosis : adanya gangguan jiwa pada saat pemeriksaan.2. Diagnosis : dugaan adanya ggn jiwa pada saat pelanggaran

hukum.3. Dugaan bahwa tindakan pelanggaran hukum merupakan

bagian atau gejala dari ggn.jiwanya4. Penentuan kemampuan bertanggung jawab:

Page 16: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Ad 4.Penentuan kemampuan bertanggung jawab………..

Tingkat kesadaran pada saat melakukan pelanggaran hukum

Kemampuan memahami nilai perbuatannya (discriminative insight)

Kemampuan memahami nilai risiko perbuatannya (discriminative judgement), dan

Kemampuan menyadari kemauannya dan mengarahkan kemauannya (DI dan DJ) maka individu dianggap bertanggung jawab thd perbuatannya.

Page 17: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Keempat hal tsb diatas merupakan hal-hal yg secara ideal seharusnya didapatkan di dlm pemeriksaan klinis, namun tdk selalu mungkin, terutama butir 2. merupakan hal yg sdh lampau dan merupakan hal yg sulit ditentukan.

Butir ke 4 , yg diharapkan adalah kemampuan bertanggung jawab saat melakukan pelanggaran hukum. Namun hal ini sulit sekali utk dipastikan.

Page 18: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Tingkat-tingkat kemampuan bertanggung jawab:

1.Yang tdk mampu bertanggung jawab:a. yang tdk menyadari, tdk memahami, dan tdk dapat memilih dan mengarahkan kemauannya. Mis: pelaku yg menderita epilepsi lobus temporalis.b. yang menyadari, ttp tdk memahami dan tidak mampu memilih dn mengarahkan kemauannya, spt pada kasus-kasus psikosis.

Page 19: 3.1.6.3   psikiatri forensik

2.Yang bertanggung jawab sebagian:a. yang menyadari, memahami ttp tidak mampu memilih dan mengarahkan kemauannya, spt pd penderita kompulsi.b. yang menyadari, memahami dan sebenarnya mampu memilih dan mengarahkan kemauannya ttp tidak mendapat kesempatan utk berbuat seperti itu karena adanya dorongan impuls yg kuat spt yang terjadi pd tindakan-tindakan yg impulsif atau “mata gelap”

Page 20: 3.1.6.3   psikiatri forensik

3. Yang mampu bertanggung jawab penuh:a, yang melakukan suatu pelanggaran hukum tanpa merencanakan lebih dulu.b. yang melakukan pelanggaran hukum dengan suatu perencanaan terlebih dahulu.

Pemeriksaan kemamppuan bertanggung jawab ini umumnya dilaksanakan utk kasus sbb:

1. Kasus pidana dimana terperiksa merupakan pelaku2. Kasus perdata, misalnya utk pembatalan kontrak, dlm

hal ini salah satu penanda tangan kontrak diduga menderita gangguan jiwa. Biasanya kasus ini didahului kasus pidana spt: penipuan.

Page 21: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Beban yang diembankan pembuat VetRP kurang lebih seragam:

1. Membantu menentukan apakah terperiksa menderita ggn jiwa dengan upaya menegakkan diagnosis

2. Membantu menentukan kemungkinan adanya hub. Antara ggn. jiwa pada terperiksa dengan peristiwa hukumnya, hub. antara ggn jiwa terperiksa dengan perilaku yang mengakibatkan peristiwa hukum.

3. Membantu menentukan kemampuan tanggung jawab pada terperiksa.

4. Membantu menentukan cakap tidaknya terperiksa bertindak dalam lalu lintas hukum

Page 22: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Yang berhak menjadi pemohon Visum et Repertum Psychiatricum

Penyidik Penuntut Umum Hakim Pengadilan Tersangka atau terdakwa, melalui pejabat

sesuai dengan tingkat proses pemeriksaan Korban, melalui pejabat sesuai dengan

tingkat proses pemeriksaan Penasehat hukum, melalui pejabat sesuai

dengan tingkat proses pemeriksaan

Page 23: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang dokter untuk membuat VetRP sebagai berikut:

1. Bekerja pada fasilitas perawatan pasien ggn jiwa atau bekerja pada lembaga khusus utk pemeriksaan

2. Tidak berkepentingan dlm perkara yang bersangkutan3. Tidak ada hubungan keluarga atau terikat hubungan

kerja dgn tersangka atau korban4. Tidak ada hubungan sengketa dalam perkara lain.

Dokter/psikiater akan berusaha menerbitkan VERP dalam jangka waktu 14 hari kecuali diperlukan waktu yang lebih panjang dan dengan izin instansi yang meminta.

Page 24: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Pemeriksaan untuk pembutan VetRP merupakan pemeriksaan Medis Umum yang akan memeriksa seluruh keadaan fisik terperiksa, dari penampilan umum sampai pada pemeriksaan sistem organ seluruhnya yang meliputi:

Sistem anggota gerak Organ pernafasan Organ pencernaan Organ kelamin, dan peredaran darah Organ susunan saraf

Page 25: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Pemeriksaan fungsi psikomotor:

SikapKesadaran tingkah lakuKontak psikis dll

Pemeriksaan afektifAlam perasaan dasarStabilitas emosiEkspresi dan emosionalEmpati, dsb

Page 26: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Pemeriksaan kognitif antara lain tentang:

Persepsi dan gangguan persepsiDaya ingat,Dugaan taraf kecerdasanKemampuan membatasi dan membedakan

data, fakta, dan idea (discriminative judgment)Kemampuan memilih diri sendiri (discriminative

insight)Ada tidaknya kelainan isi pikiran, danKeadaan mutu pikiran

Page 27: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Pemeriksaan tambahan:

Evaluasi psikologisPemeriksaan laboratoriumPemeriksaan radiologiEEGCT Scan

Page 28: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Yang dapat disimpulkan pada Vet R Psychiatricum

Diagnosis, yaitu ada tidaknya ggn jiwa pada terperiksa

Kemampuan bertanggung jawab atau kecakapan bertindak dalam lalu lintas hukum, yg sebenarnya merupakan istilah hukum, yg oleh pembuat VER dicoba utk diterjemahkan dan ditetapkan dlm pemeriksaan klinis.

Page 29: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Interplasi kemampuan bertanggung jawab dan kecakapan bertindak dalam lalu lintas hukum dapat diuraikan lebih lanjut dalam batas-batas sbb:

Apakah perilaku terperiksa yg melanggar hukum merupakan gejala atau bagian dari ggn jiwanya

Apakah terperiksa mampu memahami nilai tindakannya serta memahami nilai risiko perbuatannya

Apakah terperiksa mempunyai kebebasan utk memaksudkan suatu tujuan serta mampu mengarahkan kemauan.

Page 30: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Mengenai tata laksana atau permintaan

pembuatan keterangan medis ttg keadaan jiwa/mental seseorang, atau yg dikenal dengan Surat Keterangan Medis Psikiatrik, adalah sbb:

1. Pihak yang berhak meminta keterangan adalah subyek yg bersangkutan sendiri, atau pihak orangtua/walinya. Jika pihak lain yg akan meminta keterangan maka harus ada izin (sebaiknya tertulis) dari pihak subyek yg bersangkutan atau walinya.

Page 31: 3.1.6.3   psikiatri forensik

2. Keabsahan subyek yg akan diperiksa perlu diperhatikan agar tidak terjadi error in persona.

3. Tatacara permintaan Surat Keterangan Medis dapat dilakukan secara lisan bila yg meminta adalah subyek terperiksa atau orangtua/walinya. Namun bila yg meminta pihak lain, permohonan sebaiknya dilakukan secara tertulis dan disebutkan untuk keperluan apa.

Page 32: 3.1.6.3   psikiatri forensik

4. Pihak yang berhak membuat Surat keterangan Keterangan Medis ttg keadaan jiwa adalah seorang psikiater yg selain memiliki keahlian di bidang psikiatri, juga memiliki kewenangan untuk menjalankan pekerjaan sebagai dokter ahli jiwa di Indonesia .(dikeluarkan Depkes)

Page 33: 3.1.6.3   psikiatri forensik

SAKSI AHLI

Page 34: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Saksi Ahli Di Pengadilan

Pasal 186 KUHAPKeterangan ahli ialah apa yang seseorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Penjelasan : Keterangan ahli ini dapat diberikan kepada penyidik atau penuntut umum dalam bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah pada saat menerima jabatan atau pekerjaan.

Page 35: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Keterangan ahli dapat diberikan:

1. Di dalam persidangan : disampaikan secara lisan langsung di depan petugas hukum.

2. Sebelum persidangan : Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Page 36: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Hak dan Kewajiban Saksi Ahli

1. Hak Saksi Ahli

Hak undur diri : ada hubungan keluarga, suami/isteri, ada kepentingan dalam perkara

Hak untuk mendapatkan pengamanan/perlindungan diri.

Hak untukmendapatkan honorarium.

Page 37: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Hak dan Kewajiban Saksi Ahli

2. Kewajiban saksi ahli:

a. Menjaga rahasia jabatan. Rahasia kedokteran adalah rahasia jabatan. b. Membuka rahasia jabatan (memberikan keterangan ahli demi keadilan). Pasal 179 KUHAP & Pasal 48 ayat (2) UU Nomor 20 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran.

Page 38: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Prosedur sebagai saksi ahli

Surat panggilan melalui sarana pelayanan keswa.

Tiba di pengadilan menghadap petugas hukum yang menandatangani surat panggilan.

Siapkan surat jati diri/KTP, surat tugas.

Page 39: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Di persidanganPemanggilan untuk duduk di kursi saksi

oleh hakim ketua.Jelaskan tentang data pribadi yang diminta.Sumpah/ janji diambil menurut

agama/kepercayaan masing-masing di hadapan hakim, jaksa penuntut, pengacara dan peserta sidang.

Menjawab pertanyaan sesuai yang tertulis dalam VeRP.

Page 40: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Di persidangan.

Sebaiknya tidak mengemukakan pendapat pribadi.

Prediksi obyektif berdasarkan data yang ada.

Patuhi tata tertib sidang.

Page 41: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Keamanan saksi ahli

Pendampingan dalam perjalanan.Untuk kasus-kasus tertentu perlu

pengawalan petugas Setiap sarana pelayanan kesehatan jiwa

harus memiliki Prosedur Tetap Pendampingan dan Pengamanan Saksi Ahli.

Page 42: 3.1.6.3   psikiatri forensik

Catatan

Sebagai saksi ahli bukan pembuat Vet R Psychiatricum sering dimintakan keterangan ahli tentang tersangka, sebaiknya disarankan ke penyidik untuk memintakan Vet R Psychiatricum ke sarana/instansi pelayanan keswa.