Transcript
Page 1: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bangsa Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam

yang melimpah baik yang ada di darat maupun yang ada di laut. Perikanan menjadi salah

satu sumber daya yang mempunyai peranan yang penting dalam Pembangunan Nasional.

Berdasarkan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor

(IPB) potensi perikanan mencapai 31,935 miliar dolar AS per tahun. Berdasarkan hasil kajian

Asian Development Bank (ADB) potensi ekonomi di wilayah pesisir mencapai 56 miliar

dolar AS per tahun. Produksi perikanan laut sekitar 6,4 juta ton per tahun, perairan umum

sekitar 4,94 ton per tahun, lahan budidaya tambak 1,2 juta hektare, budidaya Laut sebanyak

8,4 juta hektare, dan budidaya Air Tawar 2,2 juta hectare. (SuaraMerdeka.Com24/11/2012).

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C.Sutardjo mengatakan, sebagai negara yang

70 persen kawasannya berupa perairan dan laut, Indonesia memiliki potensi yang

menggairahkan untuk mengembangkan ekonomi berbasiskan kelautan dan perikanan.

Sehingga nantinya bisa memberikan kontribusi positif terhadap percepatan pembangunan

industrialisasi kelautan dan perikanan, khususnya pada perekonomian nasional

(TribunNews.Com 8/12/2012).

Provinsi Aceh terletak di ujung barat Indonesia, secara geografis di kelilingi oleh laut

yaitu Selat Malaka, Samudera Hindia dan pantai utaranya berbatasan dengan Selat Benggala.

Provinsi Aceh berpotensi mengembangkan sektor perikanan menjadi andalan untuk

menggerakkan perekonomian daerah. Pembangunan subsektor perikanan merupakan salah

satu bagian dari pembangunan pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat, swasembada hewani, peningkatan devisa negara dan menciptakan lapangan kerja

yang produktif. Pembangunan subsektor perikanan diarahkan pada usaha peningkatan

produksi perikanan yang mencakup perikanan laut, budidaya tambak dan perairan umum

lainnya.

Wilayah pesisir Aceh memiliki panjang garis pantai 1.660 km dengan luas wilayah

perairan laut seluas 295.370 km² terdiri dari laut wilayah (perairan teritorial dan perairan

kepulauan) 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 238.807 km².Wilayah pantai dan

lautnya secara umum di pengaruhi oleh persimpangan arus dan gerakan Samudera Hindia,

Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang berinteraksi dengan daratan pulau Sumatera,

Page 2: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

2

Semenanjung Malaka, Kepulauan Andaman dan Nicobar, sehingga menampakkan ekosistem

laut di sepanjang pesisir Aceh sangat sesuai bagi kehidupan,biota laut.

Potensi sumberdaya ikan (stock assesment) di laut untuk perairan teritorial dan

perairan kepulauan sebesar 220.090 ton dan di ZEE sebesar 203.320 ton atau total sebesar +

423.410 ton. Potensi lestari atau Maksimum Sustainable Yield (MSY) laut wilayah sebesar

110.045 ton dan ZEE dengan Total Allowable Catch (TAC) sebesar 80 persen atau + 162.656

ton. Berarti total potensi lestari seluruhnya 272.707 ton dengan tingkat pemanfaatan baru

mencapai 141.619,6 ton (51,93%) tahun 2009 dengan kata lain masih terdapat peluang

pengembangan sebesar 48,07 persen.

Potensi perikanan tangkap provinsi Aceh sempat mengalami krisis dan penurunan

pada saat bencana Gempa Bumi dan Tsunami pada 26 Desember 2004. Hal tersebut

mempengaruhi kondisi perikanan Aceh, seperti banyaknya jumlah Nelayan yang meninggal

di pantai Barat dan Timur , rusaknya infrastruktur dan aset-aset nelayan, kondisi perumahan

yang hancur. Tahapan pembangungan dan rekonstruksi Aceh memberi perhatian yang besar

terhadap sektor perikanan. BRR sendiri sebagai lembaga pernerintah yang diberikana

wewenang untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi Propinsi NAD dan Nias pasca

tsunami yang ditetapkan melalui UU No.10 tahun 2005 telah melalukan berbagai kegiatan

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, money, dan pengawasan yang terkait

dengan pemulihan kembali kegiatan perikanan tangkap baik di Propinsi NAD maupun Nias.

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas di sektor perikanan adalah

eksploitasi perikanan di beberapa daerah telah melebihi kapasitas sumber dayanya atau

disebut dengan tangkap lebih atau overfishing (Fauzi 2004). Masalah tangkap lebih

merupakan isu pokok yang terjadi di beberapa daerah penangkapan ikan. Gordon (1954)

dalam Fauzi (2004) menyatakan bahwa sumber daya ikan pada umumnya open access, Siapa

saja bisa berpartisipasi tanpa harus memiliki sumber daya tersebut. Oleh karena itu, perikanan

tangkap yang tidak terkontrol lini akan megakibatkan economic overfishing. Gejala ini

diyakini telah terjadi di Aceh, yang ditandai dengan tingginya penggunaan input, tetapi tidak

dibarengi dengan peningkatan output dan returns secara proporsional yang maknanya usaha

perikanan tangkap di Aceh semakin tidak efisien (Indra, 2007)

Prasarana dan sarana perikanan tangkap mengalami kerusakan seperti pelabuhan

Perikanan, Pusat Pelalangan Ikan, Tempat Penampungan Ikan, cold storage, pabrik es,

galangan kapal rakyat, unit/alat tangkap, dan pemukiman nelayan. Struktur armada dan usaha

budidaya masih didominasi oleh skala kecil/tradisional dengan kemampuan IPTEK yang

Page 3: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

3

rendah. Wilayah pesisir di Provinsi Aceh mengalami kerusakan sebesar 800 Km dari total

1660 Km panjang garis pantai.

Sektor perikanan tangkap terdiri dari nelayan tetap dan nelayan tidak tetap sebanyak

164.080 jiwa, sektor budidaya sebanyak 56.300 jiwa, sektor pengolahan sebanyak 20.670

jiwa dan sektor pemasaran hasil perikanan melalui penjual ikan (mugee eungkoet) mencapai

16.250 jiwa (Statistik Perikanan Tangkap, 2011). Secara lebih rinci, sektor perikanan di Aceh

menyerap 257.300 jiwa tenaga kerja, yang terdiri dari 4 (empat) sektor yaitu : Sektor

penangkapan, Sektor budidaya, Sektor pengolahan, Sektor pemasaran hasil perikanan.

Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Aceh, potensi perikanan laut Aceh mencapai

423.410 ton per tahun, sementara yang tergarap oleh nelayan tradisional Aceh baru sekitar

125.000 Ton. Artinya, nelayan Aceh baru mampu menggarap 37 persen dari potensi

perikanan laut Aceh.

Beberapa faktor yang menjadi kelemahan nelayan Aceh dalam mengoptimalkan hasil

perikanan laut antara lain minimnya sarana dan prasarana. Unit teknologi penangkapan.

Nelayan yang ada di Aceh umumnya adalah nelayan tradisonal yang tidak memiliki modal

besar untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan persoalan Sumber daya

manusia yang masih lemah sehingga penguasaan tentang teknik penangkapan dan

pengelolaan ikan masih lemah.

Penurunan produksi perikanan di Provinsi Aceh tidak hanya disebabkan oleh faktor

dan kondisi nelayan yang kurang produktif tetapi juga sarana prasarana yang mendukung

aktivitas penangkapan. Daerah-daerah dengan potensi perikanan yang mengalami penurunan

produksi harus mendapat perhatian dan arah kebijakan. Maka dari itu, berdasarkan

permasalah tersebut penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

perikanan tangkap di Provinsi Aceh perlu dilakukan dan menjadi rekomendasi bagi para

stake holder dalam meningkatkan produksi perikanan tangkap Aceh.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi produksi perikanan tangkap di provinsi Aceh selama tahun

2007-2011?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi perikanan tangkap di

Provinsi Aceh selama tahun 2007-2011?

Page 4: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

4

1.3. Tujuan Peneltian

1. Identifikasi kondisi produksi perikanan tangkap di seluruh wilayah

kabupaten/Kota Provinsi Aceh selama tahun 2007-2011.

2. Mengkaji hubungan sebab akibat antara produksi perikanan tangkap dengan

faktor-faktor yang mempengaruhinya

1.4. Referensi Jurnal/Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa jurnal tentang perikanan tangkap yang menjadi landasann

berfikir dalam penelitian ini.

Tabel 1 Jurnal/Penelitian Perikanan Tangkap No Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian 1 Edy Sumity

(2011)

Dampak Kebijakan Perikanan Taangkap Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi Kasus di Provinsi Banten)

Nelayan dan Implementasi Kebijakan

Metode deskriptif analisis

1. Implementasi program pemberdayaan nelayan untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat nelayan

2. akses kebijakan dan pengetahuan mengenai program-program pemberdayaan nelayan masih lemah, seperti:

- aspek kebijakan diantaranya regulasi tentang ekologi, teknik penangkapan, perizinan usaha penangkapan ikan, dan retribusi.

- Penggunaan alat penangkapan (jaring) yang tidak diperbolehkan berdasarkan dengan ketentuan daerah.

- Pembinaan sarana-prasarana dalam kegiatan penangkapan dan pelelangan ikan

2 Suharsono, Aziz Nur Bambang,

Elastisitas Produksi Perikanan Tangkap Kota Tegal

Produksi perikanan, jumlah&jenis

Analisa koefesien elastis dengan fungsi

1. Proyeksi produksi perikanan iprediksikan akan lebih baik jika

Page 5: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

5

Asrianto (2006)

armada, dan alat tangkap

produksi Cobb Douglas

didasarkan atas elastisitas perilaku faktor produksi.

2. Hasil menunjukkan bahwa unit alat-alat penangkapan bersifat inelastisitas.

3. Unit alat penangkapan yang mempunyai pengaruh negatif pada peningkatan produksi adalah trammel net, gill net hanyut dan cantrang/dogol KM 5 GT-20 GT.

3 Rizwan, Ichsan, dan Ratna Aprilla. (2011)

Effect Of Production Factors On Purse Seine Fish Capture in The Lampulo Coastal Fisheries Port Banda Aceh.

Y=Hasil tangkapan (kg), X1= Ukuran Kapal, X2 Daya Mesin kapal (GT), X3= Panjang jaring pukat cincin (m), X4= kedalaman jaring (m), X5=jumlah awak kapal (orang), X6= BBM (liter), X7=jumlah lampu

Regresi Linear Berganda

1. Ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang jaring pukat cincin, dalam jaring pukat cincin,jumlah ABK, BBM, dan jumlah lampu mempengaruhi hasil tangkapan nelayan pukat cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Banda Aceh.

2. Secara parsial, hanya faktor produsi BBM yang berpengaruh nyata terhadap kenaikan hasil tangkapan nelayan pukat cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Banda Aceh. Sedangkan keenam variabel lainnya (ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang jaring pukat cincin, dalam jaring pukat cincin, jumlah ABK, dan jumlah lampu) tidak berpengaruh nyata).

4 Juwarti (2003)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil

Jumlah perahu, Jumlah alat tangkap,

Alisis grafik, Analisis trend (pertumbuhan),

1. jumlah perahu, jumlah alat tangkap, jenis mesin yang digunakan,

Page 6: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

6

Tangkapan Ikan Laut di Pandansimo Kabupaten Bantul

Jenis mesin yang digunakan, jumlah trip dan Jumlah nelayan

dan analisis regresi.

jumlah trip dan jumlah nelayan rata-rata per tahunnya mengalami kenaikan yang diikuti pula oleh tingkat pertumbuhan produksi hasil tangkapan yang cenderung meningkat.

2. Faktor jumlah alat tangkap, jumlah trip, biaya operasional dan musim ikan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan di pantai

3. Terdapat perbedaan hasil tangkapan ikan laut yang dipengaruhi oleh musim ikan yang lebih tinggi.

4. jumlah perahu dan jumlah nelayan secara statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna (non signifikan).

.,

Page 7: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

7

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam peneltian ini adalah struktur data panel statistik perikanan tangkap

Provinsi Aceh yang menghubungkan time series dan cross section. Data time series diambil

dari tahun 2007-2011 (selama 5 tahun) dan data cross section pada 18 Kabupaten/Kota

Provinsi Aceh. Data penelitian bersumber dari Statistik perikanan tangkap oleh Dinas

Perikanan dan Kelautan Provinsi Aceh. Menurut (Gujarati, 2004), data panel berguna untuk:

1. Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi

masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel atau (omitted –

variable).

2. memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas

antarvariabel, memperbesar derajat kebebasan, dan lebih efisien

3. Mendeteksi dan mengukur efek suatu variabel pada variabel lainnya dengan lebih

baik daripada hanya dengan menggunakan data time series atau cross-section

sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.

4. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model prilaku (behavioral model)

yang lebih kompleks.

5. Dapat mengurasi bias yang mungkin terjadi bila kita mengaggregasi individu-

individu atau perusahaan-perusahaan ke dalam aggregasi yang luas

2.2. Desain Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif secara

ekonometrika melalui regresi data panel dengan menggunakan program EViews 7.0. regresi

adalah studi bagaimana variabel dependen dipengaruhi oleh satu atau lebih variabel

independen dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi nilai rata-rata variabel

dependen didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui (Agus Widarjono,

2007). Dalam analisa model regresi data panel dikenal dengan tiga macam pendekatan yang

terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed

efect), dan pendekatan efek acak (random effect) (Nachrowi, 2006).

Berdasarkan ketiga teknik estimasi regresi data panel tersebut, maka pada penelitian

ini digunakan model estimasi random effect dengan uji hausman test untuk melihat

Page 8: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

8

kecocokan model regresi data panel antara fixed effect dengan random effect. Metode OLS

tidak digunakan karena pada unit individu tidak memiliki intersep dan slope yang sama (ada

perbedaan pada dimensi waktu ). Variabel-variabel yangdigunakan sebagai berikut:

Tabel 2. Varible Peneltian

Varible Satuan Defenisi* Notasi 1. Dependent

Produksi Perikanan Tangkap

Ton Kegiatan/aktvitas ekonomi menangkap atau mengumpulkan ikan/binatang air lainnya/tanaman air yang hidup di laut/perairan umum secara bebas dan bukan milik perseorangan.

Y

2. Independent

Jumlah Nelayan Orang Jumlah Nelayan dihitung berdasarkan pendekatan rumah tangga perikanan, yaitu secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air

X1

Alat Penangkapan Ikan Unit kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan, terdiri dari pukat tarik, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap, dan alat pengumpul.

X2

Perahu Unit Terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor tempel, kapal motor

X3

*Defenisi statitik perikanan tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2011.

Page 9: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

9

Disebabkan adanya batasan dalam data-data perikanan tangkap provinsi Aceh, maka

dalam penelitian ini jenis atau klasifikasi alat penangkapan dan perahu di abaikan, artinya

kedua variable tersebut sudah berada dalam satu kesatuan.

2.3. Model Analisis dan Pengujian Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel (pooled),

secara Umum model dapat dirumuskan sebagai berikut:

i = 1, 2, .. N menunjukkan data cross section

t = 1, 2, …T menunjukkan dimensi deret waktu (2007-2011)

αi = koefisien intersep (konstanta)

β = koefisien slope (parameter) dengan dimensi K x 1, dimana K adalah

banyaknya inependent variable.

Y it = Dependent variable unit individu ke-i dan unit waktu ke-t

X it = Independent variable untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t

Uit = error

1. Fixed effect model (FEM)

Pendekatan FEM Mengasumsikan bahwa tidak ada time spesific effects dan hanya

memfokuskan pada individual spesific effects (Disman,dkk 2010).

Yit = αi + β'Xit + uit

Indeks i pada intersep (αi) menunjukkan bahwa intersept dari masing-masing individu

berbeda, namun intersep untuk unit time series tetap (konstan):

2. Random effect model (REM)

Pendekatan REM melibatkan korelasi antar error terms karena berubahnya waktu

maupun unit observasi (Disman,dkk 2010).

Yit = αi + β'Xit + uit

Dengan asumsi αi adalah variabel random dengan rata-rata α0 sehingga intersep tiap unit

adalah:

αi = α0 + Ɛi, dimana i=1,2,..,N

Sehingga modelnya menjadi :

Y it = α0 + β'Xit + Ɛi + uit

Y it = α0 + β'Xit + wit

ititiit uXY '

Page 10: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

10

Suku error gabungan wit terdiri dari komponen error cross section (Ɛi) dan komponen error

time series (uit).

3. Pengujian estimasi REM dan FEM

Untuk menentukan model estimasi REM dan FEM, pengujian yang dilakukan dengan

uji Hausmann yang mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat bebas sebanyak variable

independent. Formulanya adalah sebagai berikut :

H = Q’ Var(Q)-1 Q

Dimana:

Q = (βfem – βrem)

Var (Q) = Var (βfem) – Var (βrem)

H0 : Random Effect (residual tidak berkorelasi dengan regressor)

H1 : Fixed Effect (residual berkorelasi dengan regressor)

Menurut Hausmann (1978) dalam Imam Juhartono (2010), menyatakan bahwa kriteria uji

hipotesis dituliskan sebagai berikut:

- Jika nilai Chi-square hitung > Chi-square table maka tolak H0 yang artinya metode fixed

effect lebih baik untuk mengestimasi data panel, begitu juga sebaliknya jika nilai Chi-

square hitung < Chi-square tabel maka terima H0 yang artinya metode random effect lebih

baik untuk mengestimasi data panel.

- Jika Hasil pengujian p-value< 5%, maka tolak H0 dan terima H1, begitu juga sebaliknya

jika hasil pengujian p-value>5% maka terima H0 dan tolak H1.

2.3. Uji Signifikansi Model (Uji F) dan Uji Signifikansi Koefi sien Regresi (Uji t)

1. Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variable bebas secara overall

(model) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable tak bebas. Tahapan uji F

adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis.

Ho: β1 = β2 ….. βi = 0, artinya secara overall variable bebas (jumlah nelayan, alat

penangkapan, dan perahu) tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap jumlah produk perikanan tangkap

Page 11: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

11

H1: βi ≠ 0, artinya minimal ada satu variable bebas (jumlah nelayan, alat

penangkapan, dan perahu) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

jumlah produksi perikanan tangkap.

b. Menentukan tingkat signifikansi pengujian (α = 0.05).

c. Membandingkan nilai F-statistics dengan F-tabel berderajat bebas (α, k, it-n-k). k

adalah banyaknya variable bebas, i adalah banyaknya cross section dan t adalah

banyaknya time series.

≤ F(α, k, it-i-k), berarti terima Ho

F-stat

> F(α, k, it-i-k), berarti tolak Ho

Pengujian juga bisa dilakukan dengan membandingkan nilai Prob (F-stat)

≥ α berarti terima Ho

Prob (F-stat)

< α berarti tolak Ho

2. Uji t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variable bebas secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable tak bebas. Langkah pengujiannya

adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis

- Ho : β1 > 0, menyatakan Jumlah nelayan tidak memiliki pengaruh

significant terhadap jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi Aceh.

H1 : β1 < 0, menyatakan Jumlah nelayan memiliki pengaruh significant

terhadap jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi Aceh.

- Ho : β2 > 0, menyatakan Jumlah alat penangkapan ikan tidak memiliki

pengaruh significant terhadap jumlah produksi perikanan tangkap di

Provinsi Aceh.

H1 : β2 < 0, menyatakan Jumlah alat penangkapan ikan memiliki pengaruh

significant terhadap jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi Aceh.

- Ho : β3 > 0, menyatakan Jumlah perahu tidak memiliki pengaruh significant

terhadap jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi Aceh.

Page 12: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

12

H1 : β3 < 0, menyatakan Jumlah perahu memiliki pengaruh significant

terhadap jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi Aceh.

b. Menentukan tingkat signifikansi pengujian (α = 0.05).

c. Membandingkan nilai t-statistics dengan t-tabel berderajat bebas (α, it-i-k). k

adalah banyaknya variable bebas, i adalah banyaknya cross section dan t adalah

banyaknya time series.

< t(α, it-k-1), berarti terima Ho

|t-stat|

> t(α, it-k-1), berarti tolak Ho

Pengujian juga bisa dilakukan dengan membandingkan nilai Prob (t-stat)

> α berarti terima Ho

Prob (t-stat)

< α berarti tolak Ho

3. Uji R2 ataupun adj-R2

Uji R2 ataupun adj-R2 digunakan untuk melihat sejauh mana variabel-variabel

yang terdapat di dalam model dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel tak

bebasnya. Nilai R2 ataupun adj-R2 yang besar menunjukkan bahwa model yang

didapat semakin baik. Perhitungan koefesien determinasi (R2) dengan formula

(sudjana, 1983 : 74) sebagai berikut :

R2 = 徴懲 (眺勅直)徴賃 (脹墜痛銚鎮)

R =√迎態 Dimana :

R2 = Persentase perubahan variabel dependent (Y) yang dipengaruhi

variabel bebas.

R = Besarnya keeratan hubungan antara variabel independent secara dengan variabel

dependent.

Page 13: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

13

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1. Trend Produksi Perikanan Tangkap

Tabel 3. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap (dalam Ton) Provinsi Aceh Tahun 2007-

2011

Sumber: Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Aceh

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Simelue 3489.2 4325.5 4915.1 4877.6 5496.3

Singkil 5356.6 4642.4 4630.8 4404.9 5228.2

Aceh Selatan 9650 11313.8 11689.4 11869.9 12126.6

Aceh Barat 7587.3 8282.3 8108.8 11217 10715.6

Aceh Besar 6622.9 5057.2 5158.6 5585.1 5916.7

Aceh Barat Daya 8053.9 8692 11968.4 12005.9 11698.9

Nagan Raya 2920.5 3931.9 5227.8 5004.6 4093.5

Aceh Jaya 2635.9 2908.8 2806.2 3000.7 4382.8

Banda Aceh 5919 6462.2 11920.8 9142.2 7903

Sabang 5106.5 4536.7 981.1 1813 2949.8

Aceh Timur 14279.8 13475.5 14954.7 15518.6 17662.2

Pidie 10766.7 9412.7 7828.8 8042.2 7620.4

Bireuen 12676.7 10346.6 11101.3 10955.7 10198.1

Aceh Utara 13107.2 10310.5 11624.3 11091.7 9011.9

Aceh Tamiang 5528.4 4915.3 4667.5 4961.1 4581.7

Langsa 6901.1 7489 7194.6 7185 11735.1

Lhokseumawe 9129.2 9451.3 8722.6 8944.2 7540.8

Pidie Jaya 0 4717.7 6907.3 7053 4818.6

Total Produksi 129,730.90 130,271.40 140,408.10 142,697.40 143,680.20

Page 14: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

14

Berdasarkan data statistik perikanan tangkap provinsi Aceh pada tahun 2007-2011,

maka secara total produksi di seluruh Kabupaten/Kota terjadi trend peningkatan produksi

perikanan tangkap. Berikut ini penjelasan tentang trende produksi di beberapa

Kabupaten/Kota dari tahun 2007-2011:

1. Produksi perikanan tangkap pada tahun 2007-2011 mengalami peningkatan di

wilayah Simelue Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Jaya, Banda

Aceh,Langsa, dan Kota Lhokseumawe. Sementara wilayah dengan penurunan

produksi perikanan tangkap terjadi diwilayah Singkil, Aceh Besar, Sabang, Aceh

Timur, Pidie, Bireun, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang.

2. Pada tahun 2008-2009 dari 18 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, sebanyak 9

Kabupaten mengalami peningkatan produksi perikanan tangkap. Aceh Barat Daya,

Banda Aceh, dan Pidie Jaya mengalami peningkatan yang sangat tinggi pada tahun

tersebut. Sementara 9 wilayah Kabupaten/Kota yang mengalami penurunan produksi

perikanan, ekstrem penurunan terjadi di Kota Sabang, Pidie, Kota dan Lhokseumawe.

3. Produksi perikanan tangkap wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada tahun

2009-2010 cenderung mengalami trend produksi yang stabil (lonjakan naik-turun

tidak ekstrem). Kabupaten yang mengalami penurunan yang ekstrem adalah Banda

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

Sim

elue

Sing

kil

Aceh

Sel

atan

Aceh

Bar

at

Aceh

Bes

ar

Aceh

Bar

at D

aya

Nag

an R

aya

Aceh

Jaya

Band

a Ac

eh

Saba

ng

Aceh

Tim

ur

Pidi

e

Bire

uen

Aceh

Uta

ra

Aceh

Tam

iang

Lang

sa

Lhok

seum

awe

Pidi

e Ja

ya

Grafik Produksi Perikan Tangkap Prov. Aceh

2007 2008 2009 2010 2011

Page 15: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

15

Aceh, sementara peningkatan produksi perikanan di Aceh Barat mengalami

peningkatan yang significant.

4. Peningkatan jumlah produksi perikanan tangkap pada tahun 2010-2011 hanya terjadi

di 7 Wilayah Kabupaten/kota; yaitu Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Besar, Aceh

Jaya, Sabang, Aceh Timur, dan Langsa. Sementara 11 wilayah Kabupaten/Kota

mengalami penurunan produksi.

5. Trend produksi perikanan tangkap berada pada kondisi tertinggi pada tahun 2011,

yaitu di Kabupaten Aceh Timur dan Langsa. Trend produksi perikanan tangkap

dengan kondisi penurunan yang ekstrem terjadi di wilayah Kota Sabang, padahal

wilayah tersebut berada pada wilayah perairan.

3.2. Uji Spesifikasi Model

Hasil pengujian model regresi struktural data panel untuk melihat pengaruh jumlah

nelayan, alat-alat penangkapan, dan perahu terhadap produksi perikanan tangkap di Provinsi

Aceh . Pada penelitian ini, dilakukan metode estimasi dengan menggunakan fixed effect

model (FEM) dan random effect model (REM), berikut ini hasil pengujian kedua model

tersebut dengan menggunakan Eviews 7

Tabel 4. Hasil pengujian Estimasi dengan metode FEM

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4560.207 1558.546 2.925937 0.0046

NELAYAN? 0.753146 0.457839 1.645002 0.1045

Alat? 0.233461 0.359811 0.648842 0.5186

PERAHU? 0.125512 0.919745 0.136463 0.8919

Tabel 5. Hasil Pengujian Estimasi dengan metode REM

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4573.837 1044.706 4.378111 0.0000

NELAYAN? 0.667203 0.246282 2.709102 0.0081

UNIT? 0.249784 0.354863 0.703889 0.4834

PERAHU? 0.419502 0.805710 0.520661 0.6039

Page 16: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

16

Untuk menentukan model regresi data panel yang paling sesuai antara metode FEM

dengan REM, maka dilakukan uji Hausman. Berdasarkan hasil uji tersebut maka

didapatkan hasil sebagai berikut:

Chi Square Statisitik = 0.449068

DF = 3

Prob = 0.9299

Hipotesis untuk pengujian ini adalah

H0= REM

H1= FEM

a. Berdasarkan hasil dari uji Hausman test di peroleh nilai Chi Square statistik

adalah 0,449068, sedangkan nilai Chi Square tabel dengan df=3 dan tingkat

signifikansi (α)=5% adalah 7.8147. Maka diperoleh kesimpulan bahwa Chi Square

hitung < Chi Square tabel, yaitu model yang paling sesuai digunakan dalam uji

estimasi data panel adalah random effect model (REM) .

b. Berdasarkan Nilai Prob dalam pengujian Hausman, nilai p-value sebesar 0,09299

(lebih besar dari signifikansi 5%) sehingga pernyataan H0 diterima. Dengan

demikian, model regresi data panel yang paling sesuai adalah menggunakan

random effect model (REM) .

c. Menurut nacrowi (2006), jika data panel estimasi untuk jumlah cross section lebih

banyak daripada jumlah time series (i>t), maka estimasi dengan REM lebih tepat

daripada FEM.

Pyndick dan Rubenfield (1998) dalam Najwa (2009), menyatakan bahwa pengujian

data panel dengan REM diasumsikan bahwa komponen error individual tidak berkorelasi satu

sama lain dan tidak ada autokorelasi antar individu (cross section) maupun antar waktu (time

series). Variable-variable pada data cross section dan time series diasumsikan terdistribusi

normal dengan deraja bebas yang tidak berkurang, sehingga model REM dapa diestimasi

sebagai generalized least square yang akan memenuhi sifat BLUE (Best Linear Unbiased

Estimation. Dengan demikan adanya gangguan atau pelanggaran asumsi klasi dalam model

REM telah terdistribusi secara normal sehingga tidak diperlukan treatment asumsi klasi

autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas (Nugroho dan Lana, 2007)

Page 17: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

17

3.3. Analisa Hasil Regresi Data Pane Random Effect Model

Berdasarkan hasil uji regresi data panel dengan metode random effect model, maka

hasil pengujian dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 6. Hasil Pengujian Random effect Model

Variable Dependent: Produksi

Regresor Koefesien SE T stat Prob

C 4573.837 1044.706 4.378111 0.0000

Nelayan 0.667203

0.246282 2.709102 0.0081

Alat 0.249784 0.354863 0.703889 0.4834

Perahu 0.419502

0.805710 0.520661 0.6039

Random effect cross

Intercept Value

Simelue

Singkil

Aceh Selatan

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh Barat Daya

Nagan Raya

Aceh Jaya

Banda Aceh

Sabang

Aceh Timut

_Pidie

Bireun

Aceh Utara

Aceh Tamiang

Langsa

Lhokseumawe

-3206.876

-1956.522

-58.60738

2690.229

-244.8858

3819.374

-1064.292

-1972.949

2360.058

-2414.790

3813.715

846.8123

-812.9052

1401.048

-4478.954

257.8055

2687.471

Page 18: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

18

Pidie Jaya

-1665.731

R-squared 0.152052

Adjusted R-squared 0.122473

S.E. of regression 1442.920

F-statistic 5.140441

Prob(F-statistic) 0.002565

Sum squared resid 1.79

Hasil Olahan Eviews 7

Hasil running model dengan Pengujian REM dapat dinyatakan dalam persamaan

berikut ini:

Produksiit = 4573.837 + 0.667203Nelayanit + 0.249784Alatit + 0.41952Perahuit + wit

3.3.1. Interpretasi Hasil Uji Regresi metode Random Effect Model

Berdasarkan hasil estimasi Random Effect Model secara statistik variabel jumlah

nelayan, Alat penangkapan, dan jumlah perahu berpengaruh positif terhadap variabel jumlah

produksi perikanan tangkap. Hasil interpretasi regresi panel random effect adalah sebagai

berikut:

1. Jumlah nelayan berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi perikanan

tangkap, dengan nilai koefesien regresinya sebesar 0,667. Artinya setiap

Kenaikan/Penambahan satu orang nelayan di tiap Kabupaten/Kota selama periode

2007-2011, maka produksi perikanan tangkap meningkat sebesar 0,667 ton dengan

asumsi bahwa faktor faktor lain diluar model dianggap tetap.

2. Alat penangkapan berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi perikanan

tangkap, dengan nilai koefesien regresinya sebesar 0,25. Artinya setiap

Page 19: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

19

kenaikan/penambahan sejumlah satu unit alat penangkapan ikan di tiap

Kabupaten/Kota selama periode 2007-2011, maka produksi perikanan tangkap

meningkat sebesar 0,25 ton dengan asumsi bahwa faktor faktor lain diluar model

dianggap tetap.

3. Jumlah perahu berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi perikanan

tangkap, dengan nilai koefesien regresinya sebesar 0,42. Artinya setiap penambahan

sejumlah satu unit perahu di tiap Kabupaten/Kota selama 2007-2011, maka

produksi perikanan tangkap meningkat sebesar 0,42 ton dengan asumsi bahwa

faktor diluar model dianggap tetap

4. Random effect model menganggap efek rata-rata dari data cross section dan time

series di representasikan dalam intersep (Nachrowi, 2006). Berdasarkan hal

tersebut, nilai intersep dari masing-masih wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Aceh

menghasilkan nilai yang berbeda-beda yang menujukkan bahwa apabila tidak

terjadi perubahan pada jumlah nelayan, jumlah alat penangkapan, dan jumlah

perahu maka produksi perikanan tangkap adalah Cit + 4573.837 (nilai Cit tiap

Kabupaten/Kota). Sebanyak 10 Kabupaten/Kota ( Simelue, Singkil, Aceh Selatan,

Aceh Besar, Nagan Raya, Aceh Jaya, Sabang, Bireun, Aceh Tamiang, dan Pidie

Jaya) mempunyai nilai koefesien negatif. Sedangkan sebanyak 8 Kabupaten/Kota

(Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Banda Aceh, Aceh Timur, Aceh Utara, Langsa,

Lhokseumawe) mempunyai nilai koefesien intersep negatif.

5. Kabupaten dengan jumlah rata-rata produksi perikanan tangkap tertinggi selama

periode 2007-2011 adalah Kabupaten Aceh Barat Daya, sedangkat jumlah rata-rata

produksi perikanan tangkap terendah selama periode 2007-2011 adalah Kabupaten

Simelue.

6. Untuk mengevaluasi produksi perikanan tangkap, pemerintah daerah harus

menyesuaikan penambahan jumlah nelayan, alat penangkapan, dan perahu dengan

kondisi perikanan tangkap di tiap-tiap Kabupaten.Kota. Hal ini mengingat masing-

masing Kabupaten/Kota mempunyai koefisien intercept yang berbeda-beda.

3.3.2. Hasil Uji F

Pengujian F-statistik digunakan untuk menguji signifikansi dari semua variabel bebas

sebagai suatu kesatuan atau mengukur pengaruh variabel bebas secara bersama-sama

(serempak). Pengujian dilakukan menggunakan distribusi F dengan cara membandingkan

nilai F-statistik yang diperoleh dari hasil regresi dengan F-tabelnya. Dari hasil analisis

Page 20: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

20

menunjukkan bahwa F-statistik sebesar 5.140441 dan F-Tabel (0.05, 3, 86) adalah 2.76, dengan

demikian F-statistik > F-Tabel artinya semua variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, jumlah nelayan,

jumlah alat penangkapan ikan, dan jumlah perahu secara bersama-sama signifikan

mempengaruhi produksi perikanan tangkap.

3.3.3. Uji T

Uji T-stat dilakukan untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel bebas

dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Dalam uji ini, suatu koefisien disebut signifikan

secara statistik jika t-stat berada pada daerah kritis yang dibatasi oleh nilai t-tabel sesuai

dengan tingkat signifikansi tertentu. Pada model ekonometrik yang digunakan untuk

mengestimasi, didapat nilai t-kritis sebagai berikut:

Tabel 5. Uji T

Degree of

freedom

df = (n–k-1)*

Significance

Level T-tabel T-statistik

86

0.05 1.671

- Jumlah nelayan=2.709

- Alat Penangkapan Ikan= 0.704

- Jumlah Perahu= 0.521

*n= jumlah observasi (it = 90)

k = banyaknya variable bebas = 3

1. Variabel Jumlah Nelayan

Berdasarkan hasil pengujian, t-stat jumlah nelayan bernilai 2.709 lebih besar dari pada T-

tabel(0.05,86) 1.671, artinya tolak H0 yang bermakna jumlah nelayan berpengaruh significant

terhadap jumlah produksi perikanan tangkap pada tingkat kepercayaan 95 %.

2. Variable Alat Penangkapan Ikan

Berdasarkan hasil pengujian, t-stat alat penangkapan ikan bernilai 0.704 lebih kecil dari

pada T-tabel(0.05,86) 1.671, artinya terima H0 (t-stat < T-table) yang bermakna alat

penangkapan ikan tidak berpengaruh terhadap jumlah produksi perikanan tangkap pada

tingkat kepercayaan 95 %.

Page 21: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

21

3. Variable jumlah Perahu

Berdasarkan hasil pengujian, T-stat jumlah perahu bernilai 0.521 lebih kecil daripada T-

tabel(0.05,86) bernilai 1.671. artinya terima H0 (t-stat < T-table) yang bermakna jumlah nelayan

berpengaruh significant terhadap jumlah produksi perikanan tangkap pada tingkat

kepercayaan 95 %

3.3.4. Koefesien Determinasi (Adj R2)

Pada pengujian spesifikasi model , dapat disarankan random effect masingmasing

wilayah investasi signifikan dalam model. Dalam REM ,random effect merupakan pembeda

karakteristik gangguan acak masing-masing wilayah investasi. Koefisien random effect pada

Tabel 3.2 menjelaskan seberapa besar komponengangguan acak pada masing-masing wilayah

investasi berbeda dai nilai intersep pada model taksiran umum, sehingga model taksiran

realisasi total investasi asing dan dalam negeri untuk masing-masing wilayah di Provinsi

Jawa Barat dapat ditulis sebagai berikut :

Berdasarkan Tabel 5, dapat nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0.15 % dan adj R2

sebesar 0.12 %. Untuk memperkuat hasil pengujian model estimasi, maka digunakan nilai

Adj R2 yang artinya bahwa sekitar 12 % dari variabel dependent yaitu jumlah produksi

perikanan tangkap dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya yaitu jumlah nelayan,

alat perikanan tangkap, dan perahu sementara sisanya 88% dijelaskan oleh variabel-variabel

lain yang tidak dimasukan kedalam model.

Menurut Baltagi (2001), model random effect lebih efisien daripada model fixed

meskipun dalam kondisi tersebut Adjusted R-squared hasil dari model random lebih kecil

dibandingkan Adjusted R-squared yang dihasilkan model Fixed effect. Nilai koefesien

determinasi yang kecil menunjukkan fenomena produksi perikanan tangkap berkaitan dengan

model estimasi pada ilmu perilaku sosial. Perilaku penelitian pada ilmu social umumnya

berinteraksi dengan perilaku manusia yang sangat sulit diprediksi, sehingga banyak variabel

yang mempengaruhi suatu perilaku manusia.

Hal ini juga mengindikasikan bahwa produksi perikanan tangkap 18 Kabupaten/Kota

di Provinsi Aceh selama 2007-2011 memiliki banyak keberagaman faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Jumlah nelayan yang bertambah, jumlah alat penangkapan yang

bertambah , dan jumlah perahu yang bertambah belum tentu memperlihatkan kondisi real

peningkatan jumlah produksi perikanan tangkap di 18 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.

Page 22: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

22

BAB IV

Kesimpulan dan Rekomendasi

4.1. Keseimpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan

diantaranya:

1. Total Produksi perikanan tangkap Provinsi Aceh dari tahun 2007-2011 terus

mengalami peningkatan. Namun beberapa wilayah mengalami trend produksi yang

fluktuatif selama 5 tahun tersebut. Kabupaten Aceh Timur menjadi wilayah dengan

Produksi perikanan tangkap tertinggi, yang dicapai pada tahun 201. Produksi

perikanan tangkap paling rendah adalah wilayah Kota Sabang.

2. Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel dengan metode random effect model,

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi perikanan tangkap di 18 Kabupaten/Kota

Provinsi Aceh pada tahun 2007-2011 adalah jumlah nelayan, jumlah alat

penangkapan, dan jumlah perahu berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi

perikanan tangkap. Artinya nilai koefesien masing-masing variabel bebas adalah:

a. Kenaikan jumlah nelayan 1 orang per tahun di 18 Kabupaten/kota Provinsi Aceh

selama periode 2007-2011, meningkatkan produksi perikanan tangkap sebesar

0.667 Ton.

b. Kenaikan jumlah alat penangkapan ikan sebanyak 1 unit di 18 Kabupaten/kota

Provinsi Aceh selama periode 2007-2011, meningkatkan produksi perikanan

tangkap sebesar 0.25 Ton.

c. Kenaikan jumlah perahu sebanyak 1 unit di 18 Kabupaten/kota Provinsi Aceh

selama periode 2007-2011, meningkatkan produksi perikanan tangkap sebesar

0.42 Ton.

3. Hasil Uji Fisher (uji F) menunjukkan bahwa variable jumlah nelayan, alata

penangkapan, dan perahu berpengaruh secara significant terhadap jumlah produksi

perikanan tangkap di 18 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh selama periode 2007-2011.

Hasil uji parsial (uji T) menunjukkan bahwa hanya variable jumlah nelayan yang

berpengaruh secara significant terhadap produksi perikanan tangkap, sementara

variable jumlah alat penangkapan dan jumlah perahu tidak berpengaruh secara

significant terhadap produksi perikanan tangkap.

4. Hasil uji estimasi regresi data panel random effect model hanya mampu menjelaskan

variable jumlah nelayan, alat penangkapan, dan perahu terhadap variable produksi

Page 23: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

23

perikanan tangkap sebesar 12%, semetara 82 % produksi perikanan tangkap

dipengaruhi diluar variable-variable lain.

5. Evaluasi produksi perikanan tangkap harus harus dilakukan pada tiap Kabupaten/Kota

Provinsi Aceh yang berkaitan dengan pilihan pengambilan kebijakan untuk

peningkatan produksi perikanan tangkap, yaitu pilihan memperbaiki kualitas hidup

(welfare) nelayan untuk peningkatan jumlah nelayan atau pilihan memberikan

bantuan alat penangkapan dan perahu.

4.2. Rekomendasi

1. Perlu adanya skala prioritas mengenai penambahan bantuan alat penangkapan

ikan dan perahu pada tiap Kabupaten/Kota untuk meningkatkan produksi

perikanan tangkap.

2. Peningkatan jumlah nelayan untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap

dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas hidup nelayan seperti jaminan

kesehatan, asuransi keselamatan nelayan, tunjangan-tunjangan, dan insentif untuk

peningkatan produksi.

3. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pengaruh upah nelayan, saran-prasaran

Tempat Penampungan Ikan (TPI), jenis alat penangkapan ikan secara spesifik, dan

jenis perahu yang digunakan (bermotor dan tidak bermotor) untuk tiap wilaya

Kabupaten/Kota.

Page 24: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

24

DAFTAR PUSTAKA

Andri Yudhi. 2011. Tutorian EVIEWS 4. Bahan Asistensi Ekonometrika Universitas

Indonesia. Baltagi, B.H. (2001). Econometric analysis of panel data. (2nd Edition). West Sussex: John

Wiley & Sons, LTD. Dinas Kelautan dan perikanan Provinsi Aceh. 2012.Data Statistik Perikanan Tangkap

Provinsi Aceh 2007-2011. Disman, dkk . 2010. Bahan Ajar Ekonometrika. Program Studi Pendidikan Ilmu Ekonomi

dan Koperasi, UPI Bandung. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta. Gujarati, Damodar N. 2004. Basic Econometrika Fifth Edition. The Mc. Growt Hill Compries

Inc. New York. Juhartono, Imam. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Obligasi

Korporasi di Indonesia. Thesis, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Juwarti. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Tangkapan Ikan Laut di

Pandansimo Kabupaten Bantul. Thesis, Managemen Agribisnis. Program Pasca Sarjana Universitas Gajahmada. Yogyakarta.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Perikanan Tangkap 2011. Khairana, Najwa. 2009. Analisis Eksistensi Konservatisme Nilai Earnings terhadap Return

Saham Perusahaan Manufaktur Pada Tahun 2002-2008. Thesis, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Nahrowi, D. Nachrowi dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer daan Praktis

Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.

Nugroho, Yoenanto dan Lana Soelistianingsih. 2007. Analisis Disparitas Pendapatan

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional. Working Paper, Universitas Indonesia

Rizwan, dkk. 2011. Effect of Production Factors On Purse Seine Fish Capture in The

Lampulo Coastal Fisheries Port Banda Aceh. Jurnal Natural Vol. 11, No 1. Suharsono, dkk. 2006. Elastisitas Produksi Perikanan Tangkap Kota Tegal. Jurnal Pasri Laut

Vol. 2, No 1, Juli 2006: 26-36.

Page 25: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

25

Sumirat, Edy. 2011. Dampak Kebijakan Perikanan Terhadap Pemberdayaaan Masyarakat Nelayan (Studi Kasus Wilayah Provinsi Banten). Thesis Kajian Strategik Ketahanan Nasional, Pascasarjana Universitas indonesia. Jakarta

Tim Penulis. 2011. Modul Eviews 6. Unit Pengembangan Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro. Zainun, Indra. 2007. Analisis Efisiensi Perikanan Tangkap di Provinsi Aceh. Academic. Edu. SuaraMerdeka.Com24/11/2012).

TribunNews.Com 8/12/2012.

Page 26: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

26

Lampiran 1

Data Produksi Produksi Perikanan Tangkap, Jumlah Nelaayaan, Jumlah Alat

Penangkapan Ikan, dan Jumlah Nelayan

Kabupaten/Kota Tahun

Produksi Perikanan Tangkap

(Ton)

Jumlah Nelayan

Jumlah Unit Alat

Penangkapan Ikan

Jumlah Perahu

Simelue 2007 3489.2 3251 2896 2527 2008 4325.5 3453 1964 2527 2009 4915.1 3274 1855 1149 2010 4877.6 3274 1855 1149 2011 5496.3 3274 1855 1149

Singkil 2007 5356.6 2772 1910 505 2008 4642.4 2772 1910 505 2009 4630.8 2772 647 505 2010 4404.9 2772 647 505 2011 5228.2 2772 633 505

Aceh Selatan 2007 9650 7414 2405 2198 2008 11313.8 7563 3767 2333 2009 11689.4 7553 4644 2290 2010 11869.9 7553 4212 2290 2011 12126.6 7553 2157 2062

Aceh Barat 2007 7587.3 1695 937 880 2008 8282.3 1695 1194 892 2009 8108.8 1749 902 892 2010 11217 1749 930 892 2011 10715.6 1749 841 854

Aceh Besar 2007 6622.9 1354 903 447 2008 5057.2 1354 530 530 2009 5158.6 1500 596 584 2010 5585.1 1500 596 584 2011 5916.7 1500 628 584

Page 27: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

27

Aceh Barat Daya 2007 8053.9 3463 852 663 2008 8692 1803 721 649 2009 11968.4 1744 816 688 2010 12005.9 1744 816 688 2011 11698.9 1744 508 689

Nagan Raya 2007 2920.5 1270 322 328 2008 3931.9 720 269 316 2009 5227.8 738 484 316 2010 5004.6 738 484 316 2011 4093.5 738 337 297

Aceh Jaya 2007 2635.9 802 275 170 2008 2908.8 802 195 170 2009 2806.2 802 209 170 2010 3000.7 802 209 170 2011 4382.8 802 187 170

Banda Aceh 2007 5919 1493 147 147 2008 6462.2 1493 230 147 2009 11920.8 1493 374 374 2010 9142.2 1493 407 374 2011 7903 1493 443 423

Sabang 2007 5106.5 918 673 390 2008 4536.7 1108 939 589 2009 981.1 918 604 591 2010 1813 1136 261 591 2011 2949.8 1136 373 457

Aceh Timur 2007 14279.8 8290 3236 1293 2008 13475.5 8290 2811 1314 2009 14954.7 8290 1395 1314 2010 15518.6 8290 1395 1314 2011 17662.2 8290 960 1314

Pidie 2007 10766.7 3768 3388 1728 2008 9412.7 3768 2808 1331 2009 7828.8 3018 1261 1261 2010 8042.2 3018 1261 1261 2011 7620.4 3018 1098 1098

Bireuen 2007 12676.7 9121 2668 1416 2008 10346.6 9432 2668 1416 2009 11101.3 9432 1524 1416

Page 28: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

28

2010 10955.7 9432 1524 1416 2011 10198.1 9432 1535 1424

Aceh Utara 2007 13107.2 5222 2378 2088 2008 10310.5 5222 2214 2088 2009 11624.3 5222 2305 2305 2010 11091.7 5222 2305 2305 2011 9011.9 5222 1978 2305

Aceh Tamiang 2007 5528.4 7051 797 825 2008 4915.3 5762 785 825 2009 4667.5 7051 963 825 2010 4961.1 7051 963 825 2011 4581.7 7051 825 825

Langsa 2007 6901.1 4388 860 403 2008 7489 4388 860 407 2009 7194.6 4388 475 407 2010 7185 4388 475 407 2011 11735.1 4388 459 407

Lhokseumawe 2007 9129.2 790 738 782 2008 9451.3 1097 738 782 2009 8722.6 1441 793 782 2010 8944.2 1441 793 782 2011 7540.8 1441 624 782

Pidie Jaya 2007 0 0 0 0 2008 4717.7 2863 740 732 2009 6907.3 2863 650 650 2010 7053 2863 650 650 2011 4818.6 2863 650 650

Total Produksi 2007 129,730.90 63,062 25,385 16,955 2008 130,271.40 63,585 25,343 16,527 2009 140,408.10 64,248 20,497 16,519 2010 142,697.40 64,466 19,783 16519 2011 143,680.20 64,466 16,091 15,995

Page 29: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

29

Lampiran 2 Fixed Effect Model

Dependent Variable: PROD? Method: Pooled Least Squares Date: 12/25/13 Time: 09:50 Sample: 2007 2011 Included observations: 5 Cross-sections included: 18 Total pool (balanced) observations: 90

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4560.207 1558.546 2.925937 0.0046

NELAYAN? 0.753146 0.457839 1.645002 0.1045 UNIT? 0.233461 0.359811 0.648842 0.5186

PERAHU? 0.125512 0.919745 0.136463 0.8919 Fixed Effects

(Cross) _SML--C -3128.924 _SKL--C -2127.070 _AS--C 17.78272 _AB--C 2985.999

_ABS--C -198.2355 _ABD--C 4084.170 _NR--C -1085.806 _AJ--C -2088.881

_BNA--C 2473.258 _SBG--C -2467.259 _AT--C 3752.538 _PDI--C 1049.027 _BRN--C -1202.415 _AU--C 1735.559

_ATM--C -5051.540 _LGS--C 38.86741 _LSM--C 2991.749 _PJ--C -1778.818

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.870106 Mean dependent var 7630.700

Adjusted R-squared 0.832456 S.D. dependent var 3578.626 S.E. of regression 1464.808 Akaike info criterion 17.61780 Sum squared resid 1.48E+08 Schwarz criterion 18.20109 Log likelihood -771.8010 Hannan-Quinn criter. 17.85302 F-statistic 23.11021 Durbin-Watson stat 1.380040 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 30: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

30

Lampiran 3

Random Effect Model

Dependent Variable: PROD?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 12/21/13 Time: 23:30

Sample: 2007 2011

Included observations: 5

Cross-sections included: 18

Total pool (balanced) observations: 90

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4573.837 1044.706 4.378111 0.0000

NELAYAN? 0.667203 0.246282 2.709102 0.0081

UNIT? 0.249784 0.354863 0.703889 0.4834

PERAHU? 0.419502 0.805710 0.520661 0.6039

Random Effects

(Cross)

_SML--C -3206.876

_SKL--C -1956.522

_AS--C -58.60738

_AB--C 2690.229

_ABS--C -244.8858

_ABD--C 3819.374

_NR--C -1064.292

_AJ--C -1972.949

_BNA--C 2360.058

_SBG--C -2414.790

_AT--C 3813.715

_PDI--C 846.8123

_BRN--C -812.9052

Page 31: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

31

_AU--C 1401.048

_ATM--C -4478.954

_LGS--C 257.8055

_LSM--C 2687.471

_PJ--C -1665.731

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 2723.744 0.7757

Idiosyncratic random 1464.808 0.2243

Weighted Statistics

R-squared 0.152052 Mean dependent var 1784.362

Adjusted R-squared 0.122473 S.D. dependent var 1540.323

S.E. of regression 1442.920 Sum squared resid 1.79E+08

F-statistic 5.140441 Durbin-Watson stat 1.135459

Prob(F-statistic) 0.002565

Unweighted Statistics

R-squared 0.376825 Mean dependent var 7630.700

Sum squared resid 7.10E+08 Durbin-Watson stat 0.286234

Page 32: Analisa Perikanan Tangkap Di Provinisi Aceh-libre

32

Lampiran 3

Chi Square – Hausman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: ACEH

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.449068 3 0.9299

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

NELAYAN? 0.753146 0.667203 0.148961 0.8238

UNIT? 0.233461 0.249784 0.003536 0.7837

PERAHU? 0.125512 0.419502 0.196763 0.5075