Transcript
Page 1: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

ANALISIS ADOPSI FAIR VALUE DALAM MENINGKATKAN

RELEVANSI NILAI INFORMASI AKUNTANSI

Martdian Ratnasari

Universitas Gadjah Mada

PENDAHULUAN

Semakin berkembangnya teknologi informasi diharapkan pula dapat

memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan, yakni dengan cara meniadakan jarak

fisik diantara berbagai stakeholder yang terlibat dalam bisnis global. Dengan

teknologi yang semakin berkembang tersebut memungkinkan informasi tersedia

pada saat yang bersamaan di berbagai tempat yang berbeda. Namun kendalanya

ada pada prinsip akuntansi yang digunakan di masing-masing negara. Misalnya

saja di Indonesia menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sedangkan Amerika

menggunakan United Standard Generally Accepted Accounting Standard (US-

GAAP) yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Standards Boards (FASB).

Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang seragam tersebut kita memerlukan

prinsip pelaporan keuangan yang sama antar negara.

Pada tahun 1973 dibentuk International Accounting Standards Committee

(IASC) yang merupakan lembaga independen dan bertanggungjawab untuk

menyusun standar akuntansi atau biasa kita sebut dengan International

Accounting Standards (IAS). Dalam perkembangan penyusunannya, IAS

mengalami perubahan substantial dengan direstrukturisasinya IASC menjadi

Page 2: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

IASB pada tahun 2001. IASB ini menerbitkan suatu standar yang disebut sebagai

International Financial Reporting Standards (IFRS). Tujuan utama dari IFRS

yakni memastikan bahwa suatu laporan keuangan intern perusahaan mengandung

informasi yang berkualitas tinggi, transparan bagi para pengguna dan dapat

diperbandingkan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang melakukan konvergensi

IFRS. Konvergensi IFRS ini dilakukan atas kesepakatan bersama antar anggota

forum G-20 pada pertemuan tanggal 2 April 2009 yang menekankan mengenai

pentingnya “a single set of high quality international accounting standards”.

IFRS dianggap dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi karena

penggunaan fair value lebih dapat merefleksikan kondisi ekonomik perusahaan

(Barth dkk, 2008; Daske dkk., 2008; Karampinis dan Hevas 2011; Alali dan

Foote, 2012). Sedangkan historical cost dianggap dapat mengurangi aspek

kualitas relevansi, karena dalam pencatatannya yang tercantum dalam laporan

keuangan tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya.

Penelitian Van Der Meuleun (2007), Hung dan Subramayam (2007), serta

Karampinis dan Hevas (2011) membuktikan bahwa tidak ada peningkatan yang

signifikan atas kualitas informasi akuntansi setelah mengadopsi IFRS. Sedangkan

pada penelitian Bartov dkk. (2005), Liu dan Liu (2007), Barth dkk. (2008), Alali

dan Foote (2012), serta Cahyonowati dan Ratmono (2012) membuktikan bahwa

informasi akuntansi yang disusun dengan mengadopsi IFRS lebih berkualitas

dibandingkan dengan informasi akuntansi yang disusun berdasarkan standar

sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya memberikan hasil yang tidak

Page 3: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

konsisten mengenai pengadopsian IFRS yang dapat meningkatkan kualitas

informasi akuntansi.

Pada penelitian ini menganggap ketidakkonsistenan hasil penelitian

sebelumnya masih menjadi isu penting mengenai manfaat pengadopsian IFRS

pada perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Maka dari itu, penelitian ini

ingin menguji kembali apakah adopsi IFRS dapat meningkatkan kualitas

informasi akuntansi bagi perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia dengan

menganalisis peerbedaan kualitas informasi akuntansi periode sebelum

mengadopsi IFRS (tahun 2009 dan 2010) dengan metode historical cost dan

periode setelah mengadopsi IFRS (2011 dan 2012) dengan metode fair value.

Mengacu pada penelitian sebelumnya kualitas informasi akuntansi diproksikan

dengan relevansi nilai (value relevance). Barth dkk, (2008) menyatakan bahwa

informasi akuntansi yang berkualitas tinggi adalah informasi dengan tingkat

relevansi nilai yang tinggi. Informasi dengan tingkat relevansi nilai yang tinggi

akan membantu pemakai membuat prediksi mengenai hasil akhir dari kejadian

masa lalu, masa kini, dan masa depan (Simbolon, 2013).

Penelitian ini setidaknya dapat memberikan kontribusi bagi regulator

akuntansi di Indonesia mengenai manfaat pengadopsian IFRS dalam

meningkatkan kualitas informasi akuntansi.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Page 4: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Historical Cost

Suwardjono (2008;475) mendefinisikan kos historis sebagai jumlah rupiah

sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Kos

historis berkaitan dengan masalah pilihan jumlah rupiah mana yang akan

dilekatkan pada elemen statemen keuangan. Prinsip historical cost menghendaki

digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, hutang, modal dan biaya.

Namun banyak permasalahan yang kemudian timbul dari penggunaan metode

historical cost tersebut yakni pencatatan akuntansi berdasarkan historical cost

dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya. Salah satu

penyebabnya adalah adanya perubahan nilai mata uang dari waktu ke waktu.

Wolk, et al (2004;448) menyatakan bahwa sistem akuntansi historical cost

membawa dua masalah dasar:

1. Nilai historis yang muncul pada pelaporan keuangan secara ekonomis

tidak relevan karena telah terjadi perubahan tingkat harga sejak terjadinya

penyusunan pelaporan keuangan. Hal ini akan mengganggu penggunaan

laporan keuangan untuk memprediksi arus kas masa depan dan menilai

kinerja manajeral, serta berkaitan dengan masalah representational

faithfulness.

2. Nilai pada laporan keuangan menunjukkan pengeluaran dalam dollar pada

titik waktu yang berbeda, sehingga melekatkan jumlah daya beli yang

berbeda, dan hal ini jelas tidak dapat dijumlahkan.

Page 5: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Dengan adanya 2 masalah dasar tersebut Wolk, et al (2004;449)

berpendapat bahwa beberapa aspek dari kualitas relevansi suatu laporan keuangan

berkurang dalam penggunaan historical cost. Predictive value berkurang karena

menggunakan dan menggabungkan dollar pada daya beli yang berbeda.

Menggunakan laporan kauengan untuk menetapkan akuntabilitas menjadi

kelemahan dasar dari historical cost, karena komparabilitas antar laporan

keuangan perusahaan yang berbeda-beda. Kelemahan lain dari historical cost

yakni kelemahan fundamental pada capital maintenance. Dengan historical cost

jumlah laba seringkali overstated terkait dengan jumlah yang dapat

didistribusikan kepada pemegang saham tanpa mengurangi saldo awal aktiva

bersih perusahaan. Dan pada akhirnya banyak dividen yang bersifat ,mengurangi

(liquidating) dan bukan diperoleh dari earning (karena dividen ditimbulkan dari

historical cost).

Adanya metode pengukuran fair value diharapkan dapat mengatasi

kelemahan dari historical cost, sehingga nilai yang tercatat lebih dapat

merefleksikan kondisi ekonomik perusahaan.

Fair Value

Dalam rangka menyediakan informasi keuangan yang berkualitas di pasar

modal internasional, IASB menerbitkan principles based standards yang kita

kenal dengan sebutan IFRS. Salah satu metode pengukuran dalam IFRS adalah

fair value. Suwardjono (2008;475) mendefinisikan fair value sebagai jumlah

rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit

Page 6: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya

yang setara (ekuivalennya).

Sistem akuntansi di Indonesia selama ini menggunakan konsep historical

cost. Namun dengan adanya kondisi pasar yang semakin berkembang dan

dinamis, konsep historical cost tidak lagi relevan karena tidak mencerminkan nilai

pasar yang sesungguhnya dan kehadiran fair value sebagai gantinya. Suwardjono

(2008;200) menyatakan bahwa pengukuran atas dasar nilai sekarang aliran kas

masa datang akan menghasilkan informasi yang lebih berpaut daripada

pengukuran yang didasarkan atas aliran kas yang tidak didiskun. Nilai sekarang

dapat menangkap perbedaan ekonomik antar aliran kas dengan

mempertimbangkan kelima unsur berikut (SFAC No.7, prg. 23):

a. Suatu estimate aliran kas masa datang atau, dalam beberapa kasus yang

kompleks, serangkaian aliran kas masa datang uang tiba pada saat berbeda

b. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin terjadi dalam jumlah dan

saat tibanya aliran kas tersebut

c. Nilai waktu uang yang ditunjukkan dengan oleh bunga bebas risiko

d. Harga atau nilai penanggungan risiko atau ketidakpastian yang melekat

pada asset atau kewajiban

e. Faktor-faktor lain termasuk likuiditas dan ketaksempurnaan pasar

Fair value menjadi sasaran pengukuran dengan nilai sekarang karena

pengukuran fair value menangkap secara penuh kelima unsur di atas (Suwardjono,

2008;200). Selain itu fair value juga mencerminkan up to date informasi sehingga

dapat meningkatkan kepercayaan investor dan regulator dalam membuat

Page 7: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

keputusan. Sehingga perdebatan mengenai akuntansi fair value dibandingkan

dengan historical cost berkisar pada perbedaan antara relevansi dan keandalan.

Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Suatu informasi akuntansi dikatakan relevan jika informasi akuntansi

tersebut mampu membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Informasi yang

relevan mampu membantu pemakai laporan dalam membuat prediksi mengenai

hasil akhir dari masa lalu, masa kini, dan masa depan dengan memiliki nilai

prediktif. Francis dan Schipper (1999) menyatakan bahwa informasi akuntansi

yang diperoleh dari laporan keuangan telah kehilangan sebagian relevansinya bagi

investor yang berawal dari perubahan besar-besaran dalam perekonomian, yakni

dari perekonomian industri ke perekonomian berteknologi tinggi. Salah satu tanda

hilangnya sebagian relevansi informasi akuntansi adalah menurunnya value

relevance dari tahun ke tahun (Arie, 2006 dalam Simbolon, 2012).

Relevansi nilai (value relevance) informasi akuntansi memiliki arti sebagai

kemampuan informasi untuk menjelaskan nilai perusahaan (Beaver, 1968 dalam

Simbolon, 2012). Relevansi nilai informasi akuntansi berawal dari clean surplus

theory yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tercermin pada data-data

akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan (Feltham dan Ohlson 1995).

Komponen terpenting dalam laporan keuangan yakni laba dan nilai buku yang

seringkali dijadikan sebagai indikator dalam menginformasikan dan menilai

kinerja perusahaan. Laba memiliki nilai relevansi jika secara statistik

berhubungan dengan harga saham, dimana penurunan dan peningkatan laba akan

Page 8: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

berhubungan dengan penurunan dan peningkatan harga saham begitu juga dengan

nilai buku (Burgstahler dan Dichev, 1997 dalam Simbolon, 2012).

Lev (1999) dalam Simbolon (2012) menyebutkan bahwa relevansi nilai

akuntansi dicirikan oleh kualitas informasi akuntansi. Barth dkk. (2008)

menyatakan perusahaan dengan kualitas informasi akuntansi yang tinggi

mempunyai relevansi nilai laba bersih dan nilai buku ekuitas yang tinggi. Ohlson

(1995) juga menekankan bahwa peran utama laporan keuangan adalah penentuan

nilai perusahaan, bukan perspektif informasi dimana laporan keuangan sebagai

salah satu sumber informasi, dan lebih ke arah perspektif pengukuran. Maka dari

itu diperlukan metode pengukuran fair value yang dapat meningkatkan earnings

quality dengan semakin relevannya informasi akuntansi. Ketika informasi

akuntansi semakin relevan, maka reaksi investor terhadap informasi tersebut juga

akan semakin besar.

Pada penelitian relevansi nilai informasi akuntansi kali ini peneliti ingin

melihat relevansi nilai informasi akuntansi yang terjadi akibat perubahan standar

akuntansi, yakni dari PSAK ke IFRS (dari historical cost ke fair value). Oleh

karena itu, penelitian ini akan menggunakan variabel harga saham, laba bersih per

lembar saham, serta nilai buku yang dianggap mampu menjelaskan relevansi nilai

informasi akuntansi.

Pengembangan Hipotesis

Barth dkk. (2008) berargumen bahwa IFRS sebagai principles based

standards lebih dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Selain itu

Page 9: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

fair value juga mencerminkan up to date informasi sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan investor dan regulator dalam membuat keputusan. Ohlson (1995)

menekankan bahwa peran utama laporan keuangan adalah penentuan nilai

perusahaan, bukan perspektif informasi dimana laporan keuangan sebagai salah

satu sumber informasi, melainkan lebih ke arah perspektif pengukuran. Maka dari

itu diperlukan metode pengukuran fair value yang dapat meningkatkan earnings

quality dengan semakin relevannya informasi akuntansi. Ketika informasi

akuntansi semakin relevan, maka reaksi investor terhadap informasi tersebut juga

akan semakin besar.

Penelitian yang menyatakan bahwa IFRS tidak dapat meningkatkan

kualitas informasi akuntansi setelah mengadopsi IFRS adalah penelitian dari Van

Der Meuleun (2007), Hung dan Subramayam (2007), serta Karampinis dan Hevas

(2011). Van Der Meuleun dkk. (2007) juga menyatakan bahwa masih menjadi

suatu perdebatan apakah IFRS dapat menghasilkan informasi akuntansi yang lebih

relevan jika melihat aturan yang disusun IASB tersebut kurang detail dan bersifat

umum yang sangat berbeda dengan rule based standards yang lebih detail dalam

aturan-aturan pengungkapannya.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa masih perlunya penelitian lebih

lanjut mengenai manfaat IFRS dengan metode pengukuran fair value yang dapat

meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi setelah penerapannya. Maka

hipotesis dalam peneilitian ini adalah:

Page 10: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

H1 : Relevansi nilai informasi akuntansi perusahaan-perusahaan manufaktur di

Indonesia meningkat sesudah adopsi IFRS (fair value).

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012. Pemilihan

perusahaan manufaktur sebagai populasi karena perusahaan manufaktur

merupakan salah satu entitas yang diwajibkan untuk menggunakan PSAK-IFRS

dalam penyusunan laporan keuangan mulai tahun 2010. Pemilihan sampel

menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria berikut:

1. Perusahaan manufaktur tersebut mempublikasikan data laporan

keuangan secara konsisten selama tahun 2009-2012.

2. Perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut konsisten mengadopsi

IFRS mulai tahun 2011-2012

3. Perusahaan menyediakan data harga saham dan jumlah lembar saham

yang beredar di pasar modal.

Yang akan diuji adalah kualitas informasi akuntansi sebelum dan sesudah

adopsi IFRS. Meskipun adopsi penuh IFRS di Indonesia baru dilakukan pada

tahun 2012. Oleh sebab itu, melihat pada ketersediaan data, maka periode sebelum

adopsi dipilih tahun 2009 dan tahun 2010 yang kebanyakan perusahaan masih

Page 11: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

menggunakan historical cost. Sedangkan untuk periode setelah adopsi dipilih

tahun 2011 dan 2012, agar observasi waktu menjadi seimbang.

Variabel dan Pengujian Statistik

Pengujian Relevansi Nilai

Konsisten dengan penelitian sebelumnya pada Barth dkk., (2008),

Karampinis dan Hevas (2011), Alali dan Foote (2012), serta Cahyonowati dan

Ratmono (2012) pengujian relevansi nilai informasi akuntansi menggunakan price

model yang dikembangkan oleh Ohlson (1995), sebagai berikut:

P¿+1=β0+β1¿¿+β2 BV ¿+e

Keterangan:

P¿+1= Harga saham perusahaan manufaktur pada tanggal 31 Maret pada t+1

¿¿= Laba bersih per lembar saham

BV ¿ = Nilai buku ekuitas per lembar saham

Model di atas diuji dengan regresi OLS untuk data periode sebelum dan

setelah adopsi IFRS secara terpisah. Pengujian relevansi nilai informasi akuntansi

menggunakan nilai Adjusted R2 yang didapat dari hasil pengujian regresi OLS tersebut.

Jika nilai Adjusted R2 setelah adopsi IFRS lebih besar secara signifikan maka relevansi

nilai informasi akuntansi meningkat dan sebaliknya.

Metode Pengumpulan Data

Page 12: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari

berbagai sumber, seperti laporan keuangan perusahaan, ICMD, dan harga saham

perusahaan dari JKSE.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel

Pada tabel 1 berikut akan menyajikan prosedur pemilihan sampel untuk

pengujian relevansi nilai informasi akuntansi dengan teknik purposive sampling.

Sampel yang diuji dalam penelitian ini terdiri atas 22 perusahaan manufaktur yang

konsisten mempublikasikan laporan keuangan dari tahun 2009-2012. Dengan

periode analisis selama 4 tahun maka diperoleh sampel sebanyak 88 data dari 22

perusahaan, dan untuk masing-masing periode amatan sebanyak 44 data.

Tabel 1. Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012

145

Perusahaan Manufaktur yang konsisten mempublikasikan laporan keuangan tahun 2009-2012

(136)

Perusahaan Manufaktur yang belum mengadopsi IFRS tahun 2011-2012

(114)

Jumlah Perusahaan Manufaktur sebagai sampel akhir 22

Jumlah Observasi: (22 perusahaan x 4 tahun) 88

Jumlah Observasi sampel sebelum adopsi IFRS (22 X 2) 44

Jumlah Observasi sampel setelah adopsi IFRS (22 X 2) 44

Page 13: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Statistik Deskriptif

Pada tabel 2 akan menyajikan statistik deskriptif dari variabel-variabel

penelitian yang digunakan dalam model. Berdasarkan price model dari Ohlson

(1995), variabel dalam menguji relevansi nilai adalah harga saham, laba bersih per

lembar saham, dan nilai buku ekuitas yang berhubungan langsung dengan metode

pengukuran yang digunakan dalam suatu perusahaan. Tabel 2 menunjukkan

peningkatan rata-rata harga saham sebelum periode adopsi IFRS sebesar 823,39

menjadi 1537,95. Rata-rata laba bersih per lembar saham mengalami peurunan

setelah adopsi IFRS, yaitu dari 1.0831 menjadi 1.0259. Demikian juga rata-rata

nilai buku ekuitas mengalami penurunan setelah adopsi IFRS dari 2.6991 menjadi

2.25. Penurunan nilai informasi pada laba bersih per lembar saham dan nilai buku

ekuitas mungkin saja terjadi akibat dari adanya krisis global di Eropa yang

berdampak pada seluruh perindustrian di dunia.

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Periode Adopsi IFRS N Minimum Maksimum Rata-rataDeviasi

Std.Sebelum IFRS Harga Saham 44 54 5250 823.39 1085.325

Laba bersih per lembar saham 44 -83.99 996.25 1.0831 191.4828Nilai buku ekuitas per lembar saham 44 1 990.93 2.6991 292.6133

Setelah IFRS Harga Saham 44 50 6800 1537.95 1841.066Laba bersih per lembar saham 44 -509.59 749.09 1.0259 211.2937

 Nilai buku ekuitas per lembar saham 44 -18.78 751.38 2.25 227.2113

Hasil Pengujian Hipotesis

Page 14: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Hasil pengujian hipotesis relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan

setelah adopsi IFRS disajikan pada tabel 3. Price model yang digunakan dalam

pengujian hipotesis diestimasi dengan regresi OLS untuk setiap periode. Hasil

pengujian pada tabel 3 menunjukkan bahwa model penelitan layak digunakan dan

ditunjukkan dengan nilai F signifikan untuk masing-masing periode, yaitu sebesar

10.225 untuk periode sebelum adopsi IFRS dan 38.361 untuk periode setelah

adopsi IFRS.

Relevansi nilai informasi akuntansi ditunjukkan dengan perubahan nilai

Adjusted R2 periode setelah adopsi IFRS. Karampini dan Hevas, (2011)

menyatakan bahwa pengambilan kesimpulan dengan mendasarkan pada Adjusted

R2 merupakan efek kombinasian (combined effect) dari kedua proksi informasi

akuntansi, yaitu laba bersih dan nilai buku ekuitas. Nilai Adjusted R2 pada tabel 3

meningkat secara signifikan, yaitu 0,300 pada periode sebelum adopsi IFRS

menjadi 0,635 pada periode setelah adopsi IFRS. Dengan meningkatnya nilai

Adjusted R2 maka dapat disimpulkan bahwa informasi akuntansi meningkat

relevansi nilainya ketika adopsi IFRS. Hasil ini membuktikan bahwa adopsi IFRS

di Indonesia memiliki pengaruh pada nilai informasi yang terkandung dalam laba

bersih dan nilai buku ekuitas. Hasil ini juga mendukung hipotesis penelitian

bahwa relevansi nilai informasi akuntansi perusahaan-perusahaan manufaktur di

Indonesia meningkat sesudah (fair value) adopsi IFRS. Selain itu, penelitian ini

konsisten dengan hasil penelitan dari Bartov dkk. (2005), Liu dan Liu (2007),

Barth dkk. (2008), serta Alali dan Foote (2012) yang menyatakan bahwa

informasi akuntansi yang telah disusun berdasarkan IFRS lebih berkualitas

Page 15: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

dibandingkan dengan informasi yang disusun berdasarkan standar pada masing-

masing negara.

Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel

Sebelum Adopsi IFRS

Setelah Adopsi IFRS

Koefisien Nilai pKoefisie

n Nilai pKonstanta 739.597 0.001 1047.73 0.000NI 2.819 0.000 6.778 0.000BV -0.812 0.095 -0.911 0.238Nilai F 10.225 0.000 38.361 0.000Adjusted R2 0.300 0.635

Analisis lebih lanjut dari tabel 3 adalah nilai koefisien dari laba bersih

yang meningkat dari 2.819 menjadi 6.778 setelah adopsi IFRS. Untuk koefisien

nilai buku ekuitas tidak memiliki relevansi nilai informasi yang ditunjukkan

dengan nilai sebelum adopsi -0.812 dan sebesar -0.911 setelah adopsi IFRS. Dari

hasil pengujian menunjukkan bahwa laba bersih memiliki relevansi nilai lebih

tinggi dibandingkan nilai buku ekuitas (standardized coefficient laba bersih =

0.778, sedangkan nilai buku ekuitas = -0,113), konsisten dengan penelitian Alali

dan Foote (2012) yang menyatakan bahwa laba bersih mempunyai relevansi nilai

lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku ekuitas.

Page 16: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan yang

mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi yang mampu

membuat perbedaan dalam sebuah keputusan adalah informasi dengan relevansi

nilai yang tinggi. Maka dari itu diperlukan metode pengukuran fair value yang

dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin relevannya informasi

akuntansi. Ketika informasi akuntansi semakin relevan, maka reaksi investor

terhadap informasi tersebut juga akan semakin besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah adopsi IFRS dapat

meningkatkan kualitas informasi akuntansi bagi perusahaan-perusahaan

manufaktur di Indonesia dengan menganalisis peerbedaan kualitas informasi

akuntansi periode sebelum mengadopsi IFRS (tahun 2009 dan 2010) dan periode

setelah mengadopsi IFRS (fair value) (2011 dan 2012). Pengujian dilakukan

dengan melakukan perbandingan relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan

setelah adopsi IFRS. Dari hasil pengujian membuktikan bahwa terdapat

peningkatan relevansi nilai informasi akuntansi setelah adopsi IFRS (fair value).

Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa relevansi nilai meningkat hanya pada

informasi laba bersih perusahaan.

Penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa relevansi nilai

informasi akuntansi perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia meningkat

Page 17: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

sesudah (fair value) adopsi IFRS. Selain itu, penelitian ini konsisten dengan hasil

penelitan dari Bartov dkk. (2005), Liu dan Liu (2007), Barth dkk. (2008), serta

Alali dan Foote (2012) yang menyatakan bahwa informasi akuntansi yang telah

disusun berdasarkan IFRS lebih berkualitas dibandingkan dengan informasi yang

disusun berdasarkan standar pada masing-masing negara.

Dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan

untuk penelitian selanjutnya. Pertama, pengujian relevansi nilai informasi hanya

menggunakan price model yang dikembangkan Ohlson (1995) tanpa melakukan

perbandingan jika menggunakan return model yang mempertimbangkan pengaruh

dengan dari kondisi pasar modal yang tidak efisien. Kedua, penelitian selanjutnya

diharapkan dapat mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti tata kelola

perusahaan dan tingkat kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi

hubungan antara adopsi IFRS dan relevansi nila informasi akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Alali, F.A. & Foote, P.S. (2012). The Value Relevance Of International Financial

Reporting Standards: Empirical Evidence in an Emerging Market. The

International Journal of Accounting, 47, 85-108.

Barth, M. E., Landsman, W. R. & Lang, M. (2008). International Accounting

Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46,

467–498.

Bartov, E., Goldberg, S. & Kim, M. (2005). Comparative Value Relevance

Among German, U.S. and International Accounting Standards: A German

Stock Market Perspective. Journal of Accounting, Auditing and Finance, 20,

95–119.

Page 18: Analisis Adopsi Fair Value Pada Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

Cahyonowati, N. & Ratmono, D. (2012).Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai

Informasi Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.14 No.2, 105-

115

Daske, H., Hail, L., Leuz, C. & Verdi, R. (2008). Mandatory IFRS Reporting

Around The World: Early Evidence on The Economic Consequences.

Journal of Accounting Research, 46, 1085–1142.

Francis, J. & Schipper, K. (1999). Have Financial Statements Lost Their

Relevance? Journal of Accounting Research, 37, 319–352.

Hung, M. & Subramanyam, K.R. (2007). Financial Statement Effects of Adopting

International Accounting Standards, The Case of Germany. Review of

Accounting Standards, 12, 623–657.

Karampinis, N. & Hevas, D. (2011). Mandating IFRS in an Unfavorable

Environment: The Greek Experience. The International Journal of

Accounting, 46, 304-332.

Liu, J., & Liu, C. (2007). Value Relevance Of Accounting Information In

Different Stock Market Segments: The Case of Chinese A-, Band H-shares.

Journal of International Accounting Research, 6, 55–81.

Ohlson, J. (1995). Earnings, Book Values And Dividends in Quality Valuations.

Contemporary Accounting Research, 11, 661–688.

Simbolon, (2013). Value Relevance. Business and Accounting. Wordpress.com

Suwardjono. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan. Yogyakarta:

BPFE, (2008).

Van der Meulen, S., Gaeremynck, A., & Willekens, M. 2007. Attribute

Differences Between US GAAP and IFRS Earnings: An exploratory study.

The International Journal of Accounting, 42(2), 123–142.

Wolk, Dodd, Tearney. Accounting Theory: South-Western: Thomson, (2004

Conceptual Issues in a Political and Economic Environment.).


Recommended