Transcript

ASUHAN KEPERAWATAN ANGINA PEKTORIS( NYERI DADA )

A.  KONSEP DASAR PENYAKIT

1.      PENGERTIAN

a.       Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat

serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada

yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu

aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (prof. Dr. H.m. sjaifoellah

noer, 1996).

b.      Angina (angina pectoris – latin untuk dada yang digencet/ditekan) adalah

ketidaknyamanan dada yang terjadi ketika ada suplai oksigen darah yang

berkurang pada area dari otot jantung. Pada kebanyakan kasus-kasus,

kekurangan suplai darah disebabkan oleh penyempitan dari arteri-arteri

koroner sebagai akibat dari arteriosclerosis.

c.       Angina pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya

aliran oksigen terhadap miokardium. ( maryllin e. Doengoes. 2002 hal 73 ).

d.      Angina pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya yang timbul karena

penyempitan arteri yang menyalurkan darah ke otot-otot jantung. ( dr.john

f.knight. 1997 ).

e.       Angina pektoris adalah kumpulan gejala klinis berupa serangan nyeri dada

yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering

menjalar ke lengan kiri.

         Nyeri dada tersebut  biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas

dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.

         Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang

atau ke daerah perut, yang bisa disalahartikan sebagai gejala maag.

f.       Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis dimana klien mendapat

serangan dada yang khas.yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang

sering kali menjalar kelengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada

waktu klien melakukan suatu aktifitas dan segera hilang bila klien

menghentikan aktifitas ( syaifullah,1998 :1082)

g.      Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan

jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum.

(Penuntun Praktis Kardiovaskuler)

2.      EPIDEMINOLOGI

a.       Di as kurang lebih 50 % dari penderita jantung koroner ( pjk ) mempunyai

manifestasi angina pectoris, jumlah angina pectoris sulit diketahui.

Dilaporkan bahwa insiden angina pectoris pertahun pada penderita di atas 3

th sebesar 213 penderita / 100.000 penduduk.

3.      ETIOLOGI

Faktor penyebab angina pektoris antara lain:

a.       Suplai oksigen yang tidak mencukupi ke sel-sel otot-otot jantung

dibandingkan kebutuhan.

b.      Ketika beraktivitas, terutama aktivitas yang berat, beban kerja jantung

meningkat. Otot jantung memompa lebih kuat.

c.       Jika beban kerja suatu jaringan meningkat maka kebutuhan oksigen juga

meningkat; oksigen ini dibutuhkan untuk menghasilkan energi kerja.

d.      Apabila kebutuhan energi jantung berkurang,ketika aktivitas dihentikan,

maka suplai oksigen menjadi adekuat dan otot kembali ke proses wajar

untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.

Dengan hilangnya penimbunan asam laktat, maka nyeri angina mereda.

Dengan demikian, angina pektoris merupakan suatu keadaan yang

berlangsung singkat.

e.       Ateriosklerosis atau ateroma adalah penebalan arteri koroner menjadi

kaku dan keras.

f.       Spasme arteri koroner

g.      Anemia berat

h.      Artritis

i.        Aorta insufisiensi

j.        Riwayat merokok (baik perokok aktif maupun perokok pasif)

k.      Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area

jantung. Keadaan ini paling sering dipicu oleh coronary artery disease

(cad). Kadang-kadang , jenis penyakit jantung yang lain atau hipertensi

yang tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.

Faktor resiko antara lain adalah:

Dapat diubah

(dimodifikasi)

Tidak dapat diubah Faktor pencetus yang dapat

menimbulkan serangan antara

lain:

         Diet (hiperlipidemia)

         Rokok

         Hipertensi

         Stress

         Obesitas

         Kurang aktifitas

         Diabetes mellitus

         Pemakaian

kontrasepsi oral

         Usia

         Jenis kelamin

         Ras

         Herediter

       Emosi

       Stress

       Kerja fisik terlalu berat

       Hawa terlalu panas dan lembab

       Terlalu kenyang

       Banyak merokok

4.      PATOFISIOLOGI

a.       Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan

suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan

arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak

diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak

ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan

ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang

paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat,

maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat

pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan

lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri

koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan

tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan

oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

b.      Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi no (nitrat

oksid0 yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan

tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan

timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena

suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum

menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila

penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka

suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan

glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme

ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan ph miokardium dan

menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang,

maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi

oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam

laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

c.       Denyut jantung sangat penting, karena apabila ada rangsangan pada bagian

tubuh. Dengan demikian arus listrik sebagai pembuka jalan akan

menimbulkan kontraksi yang mana akan terjadi denyutan jantung. Hal ini

berjalan terus dengan irama yang teratur tanpa berhenti, menurut kecepatan

yang disebut tadi, pada umumnya 70x/mnt.

d.      Tetapi jantung selalu pompa, mempunyai 4 ruang sendiri. Yang masing-

masing mempunyai peran penting. Karena darah itu dipompakan bukan

hanya kepada satu peredaran, melainkan kepada dua peredaran yang sama

sekali berbeda.

e.       Yang besar adalah peredararan umum, mengalirkan darah keseluruh bagian

tubuh, tetapi setelah tiba diujung perjalanannya darah itu kembali ke sumber

semula, perjalanan ini lebih pendek dan melintasi paru-paru yang melintasi

komponen darah itu.

5.      KLASIFIKASI

a.       Angina non stabil (angina pra infark, angina kresendo)

         Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal ; dijumpai

pada individu dengan perburukan penyakit pembuluh darah koroner.

Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung; hal

ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai

oleh plak yang tumbuh dan mudah mengalami penyempitan.

         Ap tidak stabil yang sering disebut sebagai angina pre infark

disebabkan aterosklerosis arteri koronaria yang disertai trombosis

akibatterkoyaknya bercak mendadak, sehingga akhirnya dapat

menyebabkan miokard.

         Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa episode ap yang tidak

stabil lebih disebabkan suplay aliran koroner yang cepat menurun.

         Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina

pektoris stabil.

         Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.

         Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas

ringan.

         Kurang responsif terhadap nitrat.

         Lebih sering ditemukan depresi segmen st.

         Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus

atau trombosit yang beragregasi.

         Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat berubah

seperti keluhan yang bertambah progresif,dan sebelumnya dengan

angina stabil atau angina pada pertama kali.angina dapat terjadi pada

saat istirahat maupun bekerja.pada patologi biasanya ditemukan

daerah iskemik miokard yang mempunyai cirri tersendiri. Angina

pectoris tidak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik

infark miokard akut yang berada diantara angina pectoris stabil dan

infark miokard akut.(anwar bahri,2009)

b.      Angina stabil kronis

         Disebut juga angina klasik, terjadi jika pembuluh darah koroner yang

tidak dapat melebar untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan

oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai

aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.

         Pada angina stabil keluhan nyeri dada timbul hilang berulang kali

dalam periode waktu lebih dari 2 bulan dan tidak berubah polanya

dalan frekuensi serangan, lama dan beratnya rasa nyeri ataupun

kondisi yang mencetuskan timbulnya serangan.

         Lamanya tiap serangan nyeri dada berkisar antara 3-5 menit dan

jarang melebihi 10 menit.

         Latar belakang ap stabil adalah kebutuhan aliran darah koroner yang

meningkat, misalnya pada waktu kerja fisik atau saat olah raga dan

suplay coroner tidak dapat memenuhi kebutuhan aliran darah tersebut.

          pada nekropsi biasanya didapatkan arterosklerosis koroner.pada

keadaan ini,obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya

iskemik seperti waktu istirahat.akan tetapi,bila kebutuhan aliran darah

melewati jumlah yang dapat melewati obstruksi tersebut,maka terjadi

iskemik dan timbul gejala angina.angina pectoris akan timbul pada

setiap aktivitas yang dapat meningkatkan denyut jantung,tekanan

darah,dan status inotropik jantung sehingga kebutuhan oksigen akan

bertambah seperti pada aktivitas fisik dan udara dingin.

         Angina stabil dibedakan menjadi 3 yaitu :

1.      Angina noctural

Nyeri terjadi malam hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini

dapat di kurangi dengan duduk tegak. Biasanya angina noctural

disebabkan oleh gagal ventrikel kiri.

2.      Angina dekubitus

Angina yang terjadi saat berbaring.

3.      Iskemia tersamar

Terdapat bukti objektif iskemia ( seperti tes pada stress ) tetapi

pasien tidak menunjukan gejala.

c.       Angina prinzmetal (harian : istirahat)

         Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada

kenyataannya sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada

angina prinzmetal terjadi spasme (penyempitan terus-menerus)

pembuluh darah koroner yang menimbulkan kekurangan oksigen

jantung di bagian hilir.

         Serangan nyeri dada pada ap prinzmental terjadi pada waktu istirahat

dan berlangsung selama 1-15 menit kadang sampai 20 menit.

         Seringkali timbulpada harian yang hampir sama

         Serangan nyeri dada tersebut kadang kal dapat dicetuskan oleh

merokok sigaret atau karena emosi berat.

         Ap prinzmental lebih disebabkan oleh spasme arteri koroneria yang

menyertai ateroskerosis arteri tersebut.

         Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.

         Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.

         Ekg menunjukkan elevasi segmen st.

         Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.

         Dapat terjadi aritmia

         Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat

istirahat,akibat penurunan supplai oksigen darah ke miokard secara

tiba-tiba.penelitian terbaru menunjukkan terjadinya obstruksi yang

dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun

normal.peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama

terjadi angina saat istirahat jelas disertai penurunan darah arteri

koroner

d.      Angina nocturnal

         Nyeri terjadi pada malam hari

         biasanya saat tidur

         dapat dikurangi dengan duduk tegak

          umumnya akibat gagal ventrikel kiri

e.       Angina dekubitus

         Angina saat berbaring

f.       Angina refrakter intrakable

         Angina yang sangat berat, sampai tak tertahankan

g.      Iskemia tersamar

         Terdapat bukti objektif, tapi pasien tidak merasakan gejala.

h.      Angina diklasifikasikan dalam tipe-tipe yaitu stable (stable exertional)

angina. Unstable (crescendo/pre-infarction) angina dan variant

(prinzmetal’s) angina.

         Stable angina menggambarkan nyeri dada yang timbul saat

peningkatan aktivitas fisik maupun stress emosional. Dengan tanda-

tanda khas yaitu serangan merupakan gejala baru dan stabil, durasi

dan intensitas gejala stabil.

         Unstable angina berkaitan dengan nyeri dada yang timbul karena

aktivitas dengan derajat yang sulit diramalkan dengan tanda khas

yaitu peningkatan frekuensi serangan dan intensitas nyerinya.

         Variant angina digambarkan sebagai nyeri dada yang biasanya

terjadi selama istirahat atau tidur daripada selama aktivitas. Variant

angina terutama disebabkan oleh spasme arteri koroner. Klien

dengan variant angina mungkin tidak menunjukan tanda

aterosklerotik pada arteri koroner. (wajan j.u. 2010).

6.      KOMPLIKASI

a.       Unstable angina

b.      Infarkmiokard

c.       Aritmia

d.      Sudden death

e.       Disritmia / aritmia

f.       Infark miocard

g.      Syok cardiogenik

h.      Dekompensatio cordis

i.        Insufisiensi koroner

7.      GEJALA KLINIS

a.       Penyakit angina pektoris terutama ditandai dengan nyeri dan respon

fisiologis individu terhadap nyeri angina secara khas digambarkan sebagai

nyeri subternal atau perasaan penuh/ tertekan, nyeri ini menjalar kelengan

atau leher dan rahang, secara khas individu yang merasa nyeri ini akan diam,

tampak pucat berkeringat dan sesak safas.

b.      Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan

daerah inter skapula atau lengan kiri.

c.       Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,

kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).

d.      Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.

e.       Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.

f.       Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat

dingin, palpitasi, dizzines.

g.      Gambaran ekg : depresi segmen st, terlihat gelombang t terbalik.

h.      Gambaran ekg seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

i.        Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang dada) atau di

bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang

menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke

lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah

ulu hati, leher, rahang, gigi, bahu.

j.        Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di

peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak

di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika

pendidikan pasien kurang.

k.      Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas,

misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki

atau naik tangga. Pada kasus yang berat, aktivitas ringan seperti mandi atau

menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan

nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan

aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada

waktu tidur malam.

l.        Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang

perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri

dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan

jantung dan bukan angina pektoris biasa.

m.    Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan

lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.

n.      Penderita mengeluh nyeri dada yang beragam bentuk dan lokasinya.

o.      Nyeri berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang

menyebar ke lengan kiri bagian dalam dan kadang sampai ke pundak, bahu

dan leher kiri, bahkan dapat sampai ke kelingking kiri.

p.      Perasaan ini dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan rahang gigi dan

ada juga yang sampaikan ke lengan kanan.

q.      Rasa tidak enak dapat juga dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di

daerah

apeks kordis.

r.        Rasa nyeri dapat disertai beberapan atau salah satu gejala berikut ini :

berkeringat

dingin, mual dan muntah, rasa lemas, berdebar dan rasa akan pingsan

(fainting)..

s.       Pemeriksaan fisik diluar serangan umumnya tidak menunjukkan kelainan

yang berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan darah

meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras.pada

auskultasi, suara jantung terdengar jauh, bising sistolik terdengar pada

pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat.

t.        Biasanya didapatkan faktor risiko: hipertensi, obesitas atau diabetes melitus.

Subyektif Obyektif

a.       Perasaan tidak enak pada daerah dada

substernal selama 1-4 menit berkurang

dengan istirahat atau pemberian obat nitrat

-          nyeri dada seperti tertekan, terbakar,

berat

-          dapat menjalar kebahu, punggung,

-          lengan,danleher sampai epigastrium

-          umumnya akibat faktor pencetus

sbb : latihan fisik, kerja berat, emosi,

makan , suhu yang dingin, dan

merokok

b.      Dyspneu / sesak nafas

a.       Tachicardi

b.      Hypotensi / hypertensi

c.       Tachipnoe

d.      Keringat dingin

c.       Mual / muntah

d.      Cemas

e.       Lemas

8.      PEMERIKSAAN FISIK

a.       Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi

pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan

informasi tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi

mitral, split s2 atau ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila

nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa pjk. Hal-hal lain yangn bisa

didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya factor resiko,

misalnya tekanan darah tinggi.

b.      Data subyektif yang berhubungan dengan nyeri :

         Lokasi dan durasi kedaerah lain –sering didaerah substernal

         Kwalitas nyeri : nyeri dapat mencekik atau rasa berat dalam dada

         Datang dan menetapnya rasa nyeri singkat

         Faktor-faktor pencetus sering karena :

-          gerakan

-          kepanasan

-          kedinginan

-          stress atau emosi

-          makan banyak

         Gejala-gejala yang menyertai : gelisah, mual, diaphoresis

         Faktor-faktor yang meringankan : berkurang karena istirahat dan

pemberian obat (nitrogliserin)

9.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       Ekg (elektrokardiogram)

Ekg ini dapat merekam impuls elektrik jantung. Sehingga dapat diketahui

apakah otot jantung telah menerima supplay oksigen yang cukup atau

kekurangan oksigen (iskemia). Selain itu, ekg ini juga dapat digunakan untuk

menentukan atau mengetahui ritme jantung. Gambaran ekg saat istirahat dan

bukan pada saat serangan angina sering masih normal. 30 % normal, 70 %

abnormal pada episode nyeri dada atau aktifitas, berupa depresi segmen st,

atai gel.t inverted.

b.      Arteriografi koroner

Merupakan satu- satunya teknik yang memungkinkan untuk melihat

penyempitan pada koroner. Suatu kateter dimasukkan lewat arteri femoralis

ataupun brakialis dan diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri koronaria

kanan dan kiri. Media kontras radio grafik kemudian disuntikkan dan

cineroentgenogram akan memperlihatkan kontur arteri serta daerah

penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup aorta untuk masuk

ke ventrikel kiri dan disuntikkan lebih banyak media kontras untuk

menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kiri. Bila ada stenosis

aorta, maka derajat keparahannya akan dapat dinilai, demikian juga kita

dapat mengetahui penyakit arteri koroner lain.

c.       Foto rontgen dada

Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal; pada

pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang

tampak adanya pengapuran pembuluh darah aorta

d.      Pemeriksaan laboratorium

         Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis

angina pektoris.

         Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis serangan jantung

akut sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Enzim tersebut

akan meningkat kadarnya pada serangan jantung akut sedangkan pada

angina kadarnya masih normal.

         Pemeriksaan profil lemak darah seperti kolesterol, hdl, ldl, trigliserida

dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor

risiko seperti kolesterol dan/atau diabetes mellitus.

e.       Uji latihan jasmani

Karena pada angina pectoris gambaran ekg seringkalimasih normal, maka

seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat

ekg pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat

treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung

maksimal atau submaksimal dan selama latihan ekg di monitor demikian

pula setelah selesai ekg terus di monitor. Tes dianggap positif bila

didapatkan depresi segmen st sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan

atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen st juga timbul

rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar

pasien memang menderita angina pectoris. Di tempat yang tidak memiliki

treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara master, yaitu

latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan ekg sebelum

dan sesudah melakukan latihan tersebut.

f.       Thallium exercise myocardial imaging

Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat

menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan

secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan

scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali

setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan

tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu

latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga

menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.

10.  PRINSIP PENATALAKSANAAN

a.       Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah utnuk menurungkan

kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatka suplai oksigen. Secara

medis tujuan ini dicapai melalui terapi famakoligi dan control terhadap

faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai

darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasti koroner

transluminal perkuatan (ptca  = percutaneous transluminal coronary angio

plasty), (diskusikan dibawah). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi

medis dan pembedahan.

b.      Seperti yang akan didiskusikan kemudian, terdapat beberapa pendekatan

yang akhir-akhir ini sering digunakan untuk revaskularisasi jantung. Tiga

teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit

arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner utnk meningkatkan

alira darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi

koroner perkuatn untuk mengangkat obsruksi. Penelitian yang bertujuan

untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu tau seluruh

teknik di atas, melalui bedah pntas koronr dari ptca sedang dilakukan. Ilmu

pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi ejala dan kemunduran

proses angina yang dederita pasien.

c.       Pada waktu mendapat serangan angina obat yang paling baik adalah

preparat nitrogliserin atau derivatnya yang diberikan secara sublingual.

Dosis nitrogliserin bervariasi daro 0,5 – 1. Tablet yang dapat diulang sampai

beberapa kali pemberian. Untuk mencegah timbulnya serangan angina dapat

dipakai beberapa preparat yaitu : 1 gr actiry nitrase, seperti issosorbiddinitrat

atau nitrogliserin dalam bentuk salep atau refard/sustained.

d.      Pencegahan

Aspirin dengan dosis yang rendah, misalnya Angettes 75 yang dapat

mengurangi kecenderungan dari sel darah merah dan membantu pencegahan

pembentukan maupun pengaturan trombosit.

e.       Terapi

 Glyseril trinitrat

GTN yang diletakkan di bawah lidah atau obat semprot dapat

mengendurkan arteri pada jantung dan dapat mengurangi serangan

Angina.

 Nitrat

Gerakan nitrat dapat digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan

angina. Dapat berupa tablet atau potongan obat, dan itu sangat efektif.

Efek samping dari penggunaan nitrat ini adalah sakit kepala. Tetapi

setelah pemakaian dalam beberapa minggu, sakit kepala ini akan

jarang terjadi. Nitrat ada 4 macam, yaitu:

1.      Nitrogliserin

Merupakan obat yang paling utama. Nitrat efektif pada angina

dengan cara menurunkan konsumsi oksigen miokardium lewat

penurunan tekanan darah dan tekanan intrakardiak.

Nitrogliserin ini diserap dari mukosa pipi dan dapat meredakan

angina dalam 2- 4 menit.

2.      Isosorbid dinitrat (sorbitrat)

Diberikan dengan jumlah dosis 10- 20 mg tiap 2- 4 jam.

Merupakan suatu sediaan nitrat kerja lama yang dapat

membantu mencegah angina, meski mempunyai efek yang

berbeda- beda. Obat ini lebih jarang menimbulkan nyeri kepala

dibandingkan dengan nitrogliserin

3.      Nitrat transdermal

Diserap melalui kulit dan dapat digunakan sebagai pasta yang

dioleskan pada dinding dada.

4.      Perheksilin maleat

Dengan besar dosis 100 mg per oral tiap 12 jam, lalu

ditingkatkan hingga 200mg tiap 12 jam. Sehingga dapat

mengurangi denyut jantung saat beraktivitas. Merupakan obat

yang sangat toksik, dan sering menimbulkan efek samping

(pusing, tremor, ataksia dan gangguan usus). Pada pemakaian

kronik dapat mengakibatkan efek samping berupa neurologik,

metabolic dan hepatic.

 Penghambat Beta

Memberikan efek pada hormon sehingga nadi akan berdenyut secara

pelan dan tekanan darah menjadi rendah. Hal itu akan dapat membuat

jantung untuk mengurangi jumlah oksigen yang diperlukan dan

memperbaiki supplai darah ke otot jantung. Selain itu, penghambat

beta ini juga penting untuk melindungi jantung saat terkena serangan.

 Antagonis Kalsium

Fungsinya secara umum adalah untuk mengurangi tekanan pada otot

arteri koronari.

 Tindakan Invasif

1.      Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)

merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dgn cara

memecah plak atau ateroma dgn cara memasukan kateter dgn

ujung berbentuk balon.

2.      Coronary artery bypass graft (CABG)

B.  KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

a.       Identitas

b.      Keluhan utama

Keluahan yang paling dirasakan oleh pasien saat pengkajian, alasan utama

masuk rumah sakit.

c.       Riwayat kesehatan sekarang

Keadaan dan keluha pasien saat timbulnya serangan, waktu dan frekuensi

timbulnya serangan, tindakan yang telah dilakukan untuk mengurangi gejala.

d.      Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien, terutama yang berkaitan

dengan penyakit saat ini.

e.       Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga yang pernah diderita yang berhubungan dengan

penyakit pasien saat ini, mengkaji hubungan penyakit secara herediter. Kaji

factor risiko penyakit jantung, seperti berikut ini.

         Riwayat penyakit klen seperti diabetes, hipertensi, penyakit vascular,

animea dan lai-lain.

         Riwayat kesehatan lain :

         Peningkatan kadar kolesterol (ldl dan hdl), trigliserida, hipertriroid,

kebiasaan merokok, konsumsi minuman berakohol, asupan makanan

tinggi garam, kafein, asupan cairan, dan bb.

         Obat-obatan : toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang didapat

saat timbul serangan.

         Riwayat gangguan saluran pencernaan seperti dyspepsia, astritis,

peptic uler, dan penyakit lain yang menimbulkan keluhan nyeri

epigastrium.

         Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit jantung dan pembuluh

dara (arteri koroner) dalam keluarga merupakan factor risiko bagi

klien.

f.       Riwayat psikososial

Mengkaji dampak penyakit pasien saat ini terhadap keadaan psikologis

pasien dan kehidupan sosialnya.

         Aktivitas/ istirahat

Gejala : kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan.terbangun

bila nyeri dada

Tanda : dispnea saat kerja

         Sirkulasi

Gejala : riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan

Tanda : takikardia, disritmia.kulit/ membran mukosa lembab, dingin,

adanya vasokonstriksi

         Makanan/ cairan

Gejala : mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan. Diet tinggi

kolesterol/lemak,kafein, minuman keras

Tanda : distensi gaster

         Integritas ego

Gejala : stresor kerja, keluarga

Tanda : ketakutan, mudah marah

         Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang,

leher, bahu dan ekstremitas atas kiri.

Kualitas ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit,

terbakar.

Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30

menit (rata-rata 3 menit)

Tanda : wajah berkerut, gelisah. Respons otomatis, contoh takikardi,

perubahan tekanan darah.

         Pernapasan

Gejala : dispnea saat kerja, riwayat merokok

Tanda : meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.

         Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke

Penggunaan/ kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat

yang dijual bebas

g.      Kesan umum

Kaji kondisi pasien secara umum. Secara tidak langsung menentukan tingkat

ketergantuang pasien.

h.      Tanda-tanda vital6

         Tekanan darah

         Denyut nadi

         Pernapasan

         Suhu

         Tinggi badan

         Berat badan

i.        Pemeriksaan fisik

         Kepala dan leher

-          Wajah  : mungkin didapatkan pucat, grimace yang menandakan

pasien dalam ketakutan/kecemasan

         Pemeriksaan integumen / kulit dan kuku :

-          Kulit    : kaji tanda adanya sianosis

-          Kuku   : kaji keadekuatan perfusi dengan crt

         Pemeriksaan payudara dan ketiak (bila diperlukan)

         Pemeriksaan thorax / dada :

-          Inspeksi           : bentuk thorax dan pernapasan

-          Palpasi

-          Perkusi

-          Auskultasi

         Jantung :

-          Inspeksi    : letak iktus kordis

-          Palpasi      : letak iktus kordis, adakah getaran

-          Perkusi      : letak jantung

-          Auscultasi : suara jantung, apakah normal apa tidak

         Pemeriksaan abdomen :

-          Bising

-          Inspeksi

-          Palpasi

-          Perkusi

         Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan) :

         Pemeriksaan muskuloskeletal :

          pemeriksaan neurologi :

Kesadaran, gcs

         Pemeriksaan status mental :

j.        Pemeriksaan penunjang medis :

         Ekg

         Cardiac isoenzyme

Normal (ldh/lactat dehydrogenase, cpk/creatinin phospokinase, ck-

mb/creatinin kinase-myocard balance, sgot/serum glutamic

oxaloacetik transaminase)

         Faal lemak

Ldl / hdl, trigliserida

         Tiroid serum

         Darah lengkap

         Thorax rongent

         Echocardiogram

         Kateterisasi jantung

         Cardio scaning

2.      PRIORITAS KEPERAWATAN

a.       Mengurangi keluhan nyeri

b.      Membantu klien dalam mengubah gaya hidup

c.       Memberikan informasi tentang penyakit, penatalaksanaan, dan tindakan

pencegahan

d.      Mempersiapkan klien untuk tindakan pembedahan, bila ada indikasi

3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.

b.      Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia

miokard transien/memanjang)  

c.       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.

d.      Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-

tiba.

e.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

4.      RENCANA TINDAKAN

a.      Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.

Tujuan                   : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan

nyeri pasien berkurang/ teratasi

Kriteria hasil         : pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien 

melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi

durasi dan beratnya. 

Intervensi Rasional

Anjurkan pasien untuk memberitahu

perawat dengan cepat bila terjadi nyeri

dada.

Nyeri dan penurunan curah jantung dpat

merangsang sistem saraf simpatis untuk

mengeluarkan sejumlah besar nor

epineprin, yang meningkatkan agregasi

trombosit dan mengeluarkan

trombokxane a2.nyeri tidak bisa ditahan

menyebabkan respon vasovagal,

menurunkan td dan frekuensi jantung. 

Identifikasi terjadinya faktor pencetus,

bila ada: frekuensi, durasi,  intensitas dan

lokasi nyeri.

Membantu membedakan nyeri dada dini

dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan

menjadi angina tidak stabil (angina stabil

biasanya berakhir 3 sampai 5 menit

sementara angina tidak stabil lebih lama

dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.

Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher,

bahu, tangan atau lengan (khusunya pada

sisi kiri.

Nyeri jantung dapat menyebar contoh

nyeri sering lebih ke permukaan

dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang

sama.

Letakkan pasien pada istirahat total

selama episode angina.

Menurunka kebutuhan oksigen miokard

untuk meminimalkan resiko cidera

jaringan atau nekrosis.

Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien

napas pendek

Memudahkan pertukaran gas untuk

menurunkan hipoksia dan napas pendek

berulang

Pantau kecepatan atau irama jantung Pasien angina tidak stabil mengalami

peningkatan disritmia yang mengancam

hidup secara akut, yang terjadi pada

respon terhadap iskemia dan atau stress

Panatau tanda vital tiap 5 menit selama

serangan angina

Td dapat meningkat secara dini

sehubungan dengan rangsangan simpatis,

kemudian turun bila curah jantung

dipengaruhi.

Pertahankan tenang , lingkungan nyaman,

batasi pengunjung bila perlu

Stres mental atau emosi meningkatkan

kerja miokard

Berikan makanan lembut. Biarkan pasien

istirahat selama 1 jam setelah makan

Menurunkan kerja miokard sehubungan

dengan kerja pencernaan, manurunkan

risiko serangan angina

Kolaborasi:

Berikan antiangina sesuai indikasi:

nitrogliserin: sublingual

Nitrigliserin mempunyai standar untuk

pengobatan dan mencegah nyeri angina

selam lebih dari 100 tahun

b.      Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik

(iskemia miokard transien/memanjang)  

Tujuan                   : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan

terjadi peningkatan curah jantung.

Kriteria hasil         : pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina

dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas,

klien berpartisipasi pada perilaku atau aktivitas yang

menurunkan kerja jantung. 

Intervensi Rasional

Pantau tanda vital, contoh frekuensi

jantung, tekanan darah.

Takikardi dapat terjadi karena nyeri,

cemas, hipoksemia, dan menurunnya

curah jantung. Perubahan juga terjadi

pada td (hipertensi atau hipotensi) karena

respon jantung

Evaluasi status mental, catat terjadinya

bingung, disorientasi.

Menurunkan perfusi otak dapat

menghasilkan perubahan sensorium.

Catat warna kulit dan adanya kualitas

nadi

Sirkulasi perifer menurun bila curah

jantung turun, membuat kulit pucat dan

warna abu-abu (tergantung tingkat

hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi

perifer

Mempertahankan tirah baring pada posisi

nyaman selama episode akut

Menurunkan konsumsi oksigen atau

kebutuhan menurunkan kerja miokard dan

risiko dekompensasi

Berikan periode istirahat adekuat. Bantu

dalam atau melakukan aktivitas

perawatan diri, sesuai indikasi

Penghematan energy, menurunkan kerja

jantung.

Pantau dan catat efek atau kerugian

respon obat, catat td, frekuaensi jantung

dan irama (khususnya bila memberikan

kombinasi antagonis kalsium, betabloker,

dan nitras)

Efek yang diinginkan untuk menurunkan

kebutuhan oksigen miokard dengan

menurunkan stress ventricular. Obat

dengan kandungan inotropik negative

dapat menurunkan perfusi terhadap

iskemik miokardium. Kombinasi nitras

dan penyekat beta dapat memberi efek

terkumpul pada curah jantung.

Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala gjk Angina hanya gejalab patologis yang

disebabkan oleh iskemia

miokard.penyakit yang emepengaruhi

fungsi jantung emnjadi dekompensasi.

Kolaborasi : Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya,

Berikan obat sesuai indikasi : penyekat

saluran kalsium, contoh ditiazem

(cardizem); nifedipin (procardia);

verapamil(calan).

penyekat saluran kalsium berperan

penting dalam mencegah dan

menghilangkan iskemia pencetus spasme

arteri koroner dan menurunkan tahanan

vaskuler, sehingga menurunkan td dan

kerja jantung.

Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin);

nadolol (corgard); propanolol (inderal);

esmolal (brebivbloc).

Obat ini menurunkan kerja jantung

dengan menurunkan frekuensi jantung

dan td sistolik.

c.       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah

jantung.

Tujuan                   : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan

pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang

diinginkan/diperlukan.

Kriteria hasil         : pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi

aktivitas yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan

dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.

Intervensi Rasional

Kaji respons klien terhadap aktivitas,

perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20

kali per menit di atas frekuensi istirahat;

peningkatan td yang nyata

selama/sesudah aktivitas; dispnea atau

nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang

berlebihan; diaphoresis; pusing atau

pingsan.  

Menyebutkan parameter membantu dalam

mengkaji respons fisiologi terhadap stress

aktivitas dan, bila ada merupakan

indikator dari kelebihan kerja yang

berkaitan dengan tingkat aktivitas.

Instruksikan pasien tentang teknik

penghematan energi.

Teknik menghemat energi mengurangi

penggunaan energy, juga membantu

keseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap mencegah

aktivitas/perawatan diri bertahap jika

dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai

kebutuhan.

peningkatan kerja jantung tiba-tiba.

Memberikan bantuan hanya sebatas

kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

d.      Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang

tiba-tiba.

Tujuan                   : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan

ansietas pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi.

Kriteria hasil         : pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan

cara sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping

efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien

melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat

diatasi.

Intervensi Rasional

Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh

tes stress.

Menurunkan cemas dan takut terhadap

diagnose dan prognosis.

Tingkatkan ekspresi perasaan dan

takut,contoh menolak, depresi, dan

marah.

Perasaan tidak ekspresikan dapat

menimbulkan kekacauan internal dan efek

gambaran diri.

Dorong keluarga dan teman untuk

menganggap pasien sebelumnya.

Meyakinkan pasien bahwa peran dalam

keluarga dan kerja tidak berubah.

Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer

sesuai indikasi

Mungkin diperlukan untuk membantu

pasien rileks sampai secara fisik mampu

untuk membuat strategi koping adekuat.

e.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan                   : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan

pengetahuan pasien bertambah.

Kriteria hasil         : pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit

dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan

serta melakukan perubahan pola hidup.

Intervensi Rasional

Kaji ulang patofisiologi kondisi.

Tekankan perlyunya mencegah serangan

angina.

Pasien dengan angina membutuhkan

belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah

dapat dikontrol. Ini adalah focus

manajemen terapeutik supaya

menurunkan infark miokard.

Dorong untuk menghindari faktor/situasi

yang sebagai pencetus episode angina,

contoh: stress emosional, kerja fisik,

makan terlalu banyak/berat, terpajan pada

suhu lingkungan yang ekstrem

Dapat menurunkan insiden /beratnya

episode iskemik.

Kaji pentingnya control berat badan,

menghentikan merokok, perubahan diet

dan olahraga.

Pengetahuan faktor resiko penting

memberikan pasien kesempatan untuk

membuat perubahan kebutuhan.

Tunjukan/dorong pasien untuk memantau

nadi sendiri selama aktivitas,

jadwal/aktivitas sederhana, hindari

regangan.

Membiarkan pasien untuk

mengidentifikasi aktivitas yang dapat

dimodifikasi untuk menghindari stress

jantung dan tetap dibawah ambang

angina.

Diskusikan langkah yang diambil bila

terjadi serangan angina, contoh

menghentikan aktivitas, pemberian obat

bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.

Menyiapkan pasien pada kejadian untuk

menghilangkan takut yang mungkin tidak

tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi

serangan.

Kaji ulang obat yang diresepkan untuk

mengontrol/mencegah serangan angina.

Angina adalah kondisi rumit yang sering

memerlukan penggunaan banyak obat

untuk menurunkan kerja jantung,

memperbaiki sirkulasi koroner, dan

mengontrol terjadinya serangan.

Tekankan pentingnya mengecek dengan

dokter kapan menggunakan obat-obat

yang dijual bebas.

Obat yang dijual bebas mempunyai

potensi penyimpangan.

DAFTAR PUSTAKA

Chung, ek,  penuntun praktis penyakit kardiovaskuler, jakarta, egc, 1996

Doenges, marylinn e, rencana asuhan keperawatan, jakarta, egc, 1998

Engram, barbara, rencana asuhan keperawatan medikal bedah volume 2, jakarta, egc,

1998

Guyton & Hall, ( 2002 ), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Edisi 9,Jakarta : EGC

Lynda Juall Carpenito, ( 2001 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan ,Edisi 8 ,Jakarta :

EGC.

Long, c, barbara, perawatan medikal bedah 2,  bandung, iapk, 1996

Noer, sjaifoellah, buku ajar ilmu penyakit dalam, jakarta, fkui, 1996

Price,Sylvia A. ( 2006 ), Patofisiologi Edisi 6, Jakarta: EGC

Price, sylvia anderson, patofisiologi buku i jakarta, egc, 1994

……., dasar-dasar keperawatan kardiotorasik (kumpulan bahan kuliah edisi

ketiga),jakarta : rs jantung harapan kita, 1993.

Rahman, muin. Angina pectoris stabil. Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi keempat,

jilid iii. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran

universitas indonesia, 2 corwin, elizabeth, buku saku patofisiologi, jakarta,

egc, 2000.

Soeparman,( 1994 ),Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi 2,Jakarta: FKUI

Tucker, susan martin,  standar perawatan pasien volume i,  jakarta, egc, 1998

Underwood, j c e, pathologi volume 1 , jakarta, egc, 1999I Putu Juniartha Semara Putra