Transcript

17

Bab 2

LANDASAN TEORI

2.1 Aljabar Matriks

2.1.1 Definisi

Matriks

Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen

yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga berbentuk persegi

panjang, dimana panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya kolom dan baris

serta dibatasi tanda “[ ]” atau “( )”.

Sebuah matriks dinotasikan dengan simbol huruf besar seperti A, X, atau Z dan

sebagainya. Sebuah matriks A yang berukuran m baris dan n kolom dapat ditulis

sebagai berikut :

[

]

Atau juga dapat ditulis :

A = [ ] i = 1, 2,…, m ; j = 1, 2,…, n

Contoh :

*

+

Disebut matriks A dengan 2 baris dan 3 kolom. Jika A sebuah matriks, maka

digunakan untuk menyatakan elemen yang terdapat di dalam baris i dan kolom j

dari A. Dalam contoh ini i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 atau dapat ditulis

Universitas Sumatera Utara

18

[ ] i = 1, 2 j = 1, 2, 3

Skalar

Suatu skalar adalah besaran yang hannya memiliki nilai, tetapi tidak memiliki arah.

Vektor Baris

Suatu matriks yang hannya terdiri dari satu baris dan n kolom disebut vektor baris.

[ ] disebut vektor baris

Vektor Kolom

Suatu matriks yang hannya terdiri dari m baris dan satu kolom disebut vektor kolom.

[ ] disebut vektor kolom

Kombinasi Linier

Vektor w merupakan kombinasi linier dari vektor – vektor jika terdapat

skalar sehingga berlaku :

, (2.1)

Jika vektor maka disebut persamaan homogen dan disebut

vektor yang bebas linier, yang mengakibatkan tetapi jika

ada bilangan yang tidak semuanya sama dengan nol, maka

disebut vektor yang bergantung linier.

2.1.2 Jenis-jenis Matriks

Matriks Kuadrat

Universitas Sumatera Utara

19

Matriks kuadrat adalah matriks yang memiliki baris dan kolom yang sama banyak.

Dalam suatu matriks kuadrat, elemen–elemen disebut elemen

diagonal utama.

[

]

Matriks Diagonal

Matriks kuadrat [ ] dinamakan matriks diagonal jika semua elemen diluar

diagonal utama adalah nol, dan paling tidak satu elemen pada

diagonal pokok . Jumlah elemen – elemen diagonal utama suatu

matriks kuadrat A disebut trace A ditulis

∑ ,

[

]

Matriks Simetris

Suatu matriks kuadrat [ ] disebut matriks simetris jika elemen

dibawah diagonal utama merupakan cermin dari elemen diatas diagonal utama.

Matriks simetris jika artinya .

Contoh :

[

]

Matriks Identitas

Matriks A disebut matriks identitas dan biasa diberi simbol I.

[ ] i = 1, 2, …, m, j = 1, 2, …, n m = n dan untuk

Universitas Sumatera Utara

20

Matriks Nol

Matriks nol adalah suatu matriks dengan semua elemennya mempunyai nilai nol.

Biasanya diberi simbol , dibaca matriks nol.

Matriks Elementer

Suatu matriks nxn dikatakan matriks elementer jika matriks tersebut dapat diperoleh

dari matriks identitas nxn yakni dengan melakukan operasi baris elementer

tunggal.

Matriks Segitiga

Matriks suatu matriks bujur sangkar dikatakan segitiga bawah (lower

triangular) jika untuk i < j dan matriks suatu matriks bujur sangkar

dikatakan segitiga atas (upper triangular) jika untuk i > j.

Contoh :

Segitiga bawah [

], segitiga atas [

]

Matriks Singular

Matriks kuadrat [ ] dikatakan singular jika semua elemen pada salah satu baris

atau kolom adalah nol atau jika semua kofaktor dari elemen suatu baris atau kolom

sama dengan nol. Untuk melihat kesingularan suatu matriks adalah dengan

menghitung determinan matriks tersebut. Apabila determinannya sama dengan nol

maka matriks tersebut singular.

Matriks Ortogonal

Matriks kuadrat [ ] dikatakan dapat didiagonalisasi secara orthogonal jika

terdapat mtriks orthogonal P sehingga berlaku Matriks orthogonal

Universitas Sumatera Utara

21

didefinisikan sebagai matriks kuadrat yang inversnya sama dengan transposenya,

sehingga :

Maka P adalah matriks orthogonal

2.1.3 Operasi Matriks

Perkalian Matriks dengan Skalar

Jika [ ] adalah matriks mxn dan k adalah suatu skalar, maka hasil kali A dengan

k adalah [ ] matriks mxn dengan (1 )

Perkalian Matriks dengan Matriks

Jika adalah matriks mxp dan adalah matriks pxn maka hasil kali

dari matriks A dan matriks B yang ditulis dengan AB adalah C matriks mxn. Secara

matematik dapat ditulis sebagai berikut :

∑ (1 ) (2.2)

Penjumlahan Matriks

Jika adalah matriks mxn dan adalah matriks mxn maka

penjumlahan matriks dari matriks A dan matriks B yang ditulis dengan

dengan :

(i = 1, 2, …, m; j = 1, 2, …, n).

Pengurangan Matriks

Jika adalah matriks mxn dan adalah matriks mxn maka

pengurangan matriks dari matriks A dan matriks B yang ditulis dengan

dengan : (i = 1, 2, …, m; j = 1, 2, …, n).

Transpose Suatu Matriks

Jika adalah matriks mxn maka matriks nxm dengan dan

(1 ) disebut dengan transpose dari matriks A.

Universitas Sumatera Utara

22

Matriks mxn yang umum dapat ditulis :

[

] [ ]

maka

[

]

Determinana Matriks

Misalkan adalah matriks nxn. Fungsi determinan dari A ditulis dengan det

(A) atau |A|. Secara matematiknya ditulis :

Det (A) = |A| = ∑

Dengan merupakan himpunan S = {1, 2, …, n}.

Teorema

Jika adalah matriks nxn yang mengandung sebaris bilangan nol, maka

det(A) = 0. Anton (2004, hal: 97)

Contoh :

[

] | |

Teorema

Jika A adalah matriks segitiga nxn, maka det(A) adalah hasil kali elemen – elemen

pada diagonal utama, yaitu det(A) = Anton (2004, hal: 98)

Contoh :

[

] maka det(A) = (2)(4)(-5)(3) = -120

Teorema

Universitas Sumatera Utara

23

Jika A adalah sebarang matriks kuadrat, maka det(A) = det(AT). Anton (2004, hal: 97)

Teorema

Jika A dan B adalah matriks kuadrat yang ordonya sama, maka det(AB) = det(A)(B).

Anton (2004, hal: 108)

Contoh :

*

+ *

+ *

+

det(A)(B) = (1)(-23) = -23

det(AB) = -23

Sehingga det (AB) = det (A) det (B)

Invers Matriks

Misalkan A matriks nxn disebut non singular (invertible) jika terdapat matriks B maka

AB = BA = I

Matriks B disebut invers dari A. jika tidak terdapat matriks B maka matriks A disebut

singular (non-invertible).

Secara umum invers matriks A adalah :

Adjoint matriks A adalah suatu matriks yang elemen-elemennya terdiri dari

semua elemen-elemen kofaktor matriks A, dengan adalah kofaktor elemen-elemen

. Sehingga dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut :

[

]

dengan :

Sifat – sifat invers :

a. Jika A adalah matriks non singular, maka A-1

adalah non singular dan

b. Jika A dan B adalah matriks non singular, maka AB adalah non singular dan

Universitas Sumatera Utara

24

c. Jika A adalah matriks non singular maka

2.2 Nilai Eigen dan Vektor Eigen

Jika A adalah matriks nxn, maka vektor tak nol X di dalam Rn dinamakan vektor eigen

(eigenvector) dari A jika AX adalah kelipatan skalar dari X yakni :

AX = (2.3)

Untuk suatu skalar . Skalar dinamakan nilai eigen (eigen value) dari A dan X

dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan .

Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran nxn, dari persamaan (2.3)

dapat ditulis kembali sebagai suatu persamaan homogen :

(2.4)

Dengan I adalah matriks identitas yang berordo sama dengan matriks A, dalam catatan

matriks :

[

], [

], X =

[

]

AX = X

AX =

( = 0

X | |

Untuk memperoleh nilai

| | (2.5)

|

|

Universitas Sumatera Utara

25

n buah akar

Jika nilai eigen disubstitusi pada persamaan maka solusi dari

vektor eigen adalah (2.6)

Jadi apabila matriks mempunyai akar karakteristik dan ada

kemungkinan bahwa diantaranya mempunyai nilai yang sama, bersesuaian dengan

akar-akar karakteristik ini adalah himpunan vektor–vektor karakteristik yang

orthogonal (artinya masing-masing nilai akar karakteristik akan memberikan vektor

karakteristik) sedemikian sehingga :

Tanpa menghilangkan sifat umum, vektor-vektor tersebut bisa dibuat normal

(standar) sedemikian rupa sehingga untuk semua i, suatu himpunan vektor-

vektor orthogonal yang telah dibuat normal (standar) disebut orthogonal set.

Apabila X merupakan matriks nxn, dimana kolom – kolomnya terdiri dari

vektor-vektor dan kemudian bisa ditulis dengan dua syarat sebagai berikut :

1. jika

jika

2. sehingga

Matriks yang mempunyai sifat demikian dinamakan matriks orthogonal.

Definisi :

Misalkan matriks nxn.

Determinan [

]

Dikatakan karakteristik polinom dari A.

Persamaan

Universitas Sumatera Utara

26

Dikatakan persamaan karakteristik dari A.

2.3 Matriks korelasi

Matriks korelasi adalah matriks yang didalamnya terdapat korelasi-korelasi. Andaikan

X adalah matriks data, adalah matriks rata-rata dan ∑ adalah matriks ragam

peragam.

Dengan:

[

]

[

]

[

] [

]

(2.7)

dihitung dari matriks data yang dikalikan dengan vektor 1 dan konstanta

Selanjutnya, persamaan (2.7) dikalikan dengan vektor , sehingga dihasilkan

matriks

[

] (2.8)

Kurangkan matriks X dengan persamaan matriks (2.8) yang menghasilkan matriks

baku dinotasikan dengan V

[

] (2.9)

Matriks adalah perkalian silang antara matriks (2.9) dengan matriks

transposenya

Universitas Sumatera Utara

27

[

] [

]

(

) (

)

(

)

karena

(

) (

)

Sehingga didapat

(

) (2.10)

Persamaan (2.10) menunjukan dengan jelas hubungan operasi perkalian

matriks data X dengan (

) dan transpose matriks data. Jika S telah diketahui

dari persamaan (2.10), maka S dapat dihubungkan ke matriks korelasi dengan cara :

1. Menghitung Matriks ∑

( )

( )

( )( ) ( )

∑ [

( ) ( )

( )

( )

]

∑ [

]

Universitas Sumatera Utara

28

2. Menghitung matriks baku yang isinya adalah simpangan baku, dengan asumsi

dihasilkan sehingga dapat ditulis kedalam bentuk matriks

sebagai berikut :

[ √

√ ]

3. Menghitung invers dari matriks deviasi dengan cara ( )

(

)

[

√ ]

Maka dapat dihasilkan matriks korelasi dengan rumus ( )

∑( )

[

√ ]

[

]

[

√ ]

[

√ √

√ √

√ √

√ √

√ √

√ √ ]

[

]

dengan :

∑ (

√ ) (

√ )

(2.11)

Untuk menghasilkan

(

)(

)

√ √

Universitas Sumatera Utara

29

(

)(

) ( )( )

√ √

Dan untuk

(

)(

)

√ √

(

)(

) ( )

√ √

(

)(

) ( )

√ √

2.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam perkembangannya terdapat dua jenis regresi yang sangat terkenal, yaitu regresi

linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi linier sederhana digunakan untuk

menggambarkan hubungan antara suatu variabel bebas (X) dengan satu variabel tak

bebas (Y) dalam bentuk persamaan linier sederhana.

(2.12)

Regresi linier berganda merupakan perluasan dari regresi linier sederhana.

Perluasannya terlihat dari banyaknya variabel bebas pada model regresi tersebut.

Bentuk umum regresi linier berganda dapat dinyatakan secara statistik sebagai berikut:

= + + + … + + (2.13)

dengan :

= variabel tak bebas

= variabel bebas

, …, = parameter regresi

= variabel gangguan

2.4.1 Asumsi Regresi Linier Berganda

Universitas Sumatera Utara

30

Dalam model regresi linier berganda ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi,

asumsi tersebut adalah :

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu nol, yaitu untuk I = 1, 2, …, n

2. Varian sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi

homokedastisitas)

3. Tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian

4. Variabel bebas , konstan dalam sampling yang terulang dan bebas

terhadap kesalahan pengganggu .

5. Tidak ada multikolinieritas diantara variabel bebas X.

6. artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal

dengan rata-rata 0 dan varian

2.4.2 Metode Kuadrat Terkecil (MKT)

Metode kuadrat terkecil merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan

untuk menduga parameter-parameter regresi. Pada model regresi linier berganda juga

digunakan metode kuadrat terkecil untuk menduga parameter. Biasanya penduga

kuadrat terkecil ini diperoleh dengan meminimumkan jumlah kuadrat galat. Misalkan

model yang akan diestimasi adalah parameter dari persamaan dengan n pengamatan,

maka diperoleh :

= + + + … + +

= + + + … + +

= + + + … + +

Persaman-persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks :

Y = X + (2.14)

dengan :

Universitas Sumatera Utara

31

[

] [

] [

] [

]

Untuk mendapatkan penaksir-penaksir MKT bagi , maka dengan asumsi

klasik ditentukan dua vektor sebagai :

[

]

[

]

Persamaan hasil estimasi dari persamaan (2.14) dapat ditulis sebagai :

Y = X +

atau

(2.15)

Karena tujuan MKT adalah meminimumkan jumlah kuadrat dari kesalahan,

yaitu ∑

minimum

maka :

[

] (2.16)

jadi,

Oleh karena adalah skalar, maka matriks transposenya adalah :

( )

jadi,

(2.17)

Universitas Sumatera Utara

32

Untuk menaksir parameter maka harus diminimumkan terhadap maka :

(∑

)

atau :

dengan ketentuan (2.18)

2.4.3 Sifat Penduga Kuadrat terkecil

Menurut Sembiring (2003) metode kuadrat terkecil memiliki beberapa sifat yang baik.

Untuk menyelidiki sifatnya, pandang kembali model umum regresi linier pada

persamaan (2.14). disini dianggap bahwa bebas satu sama lain dan

Dengan demikian maka dan .

Jadi sifat penduga kuadrat terkecil adalah :

1. Takbias

Jika ( ) maka adalah penduga tak bias untuk

Akan ditunjukkan bahwa adalah penduga linier tak bias dari . Dari

persamaan (2.15) diketahui :

)

(2.19)

dengan

( )

Universitas Sumatera Utara

33

2. Varian Minimum

Jika maka matriks kovarian untuk diberikan oleh

Jika dan maka penduga kuadrat terkecil

mempunyai varian minimum diantara semua penduga tak bias linier.

Bukti :

( ) [(( ( )) ( ( )))

]

=

(2.20)

2.5 Uji Regresi Linier

Pengujian nyata regresi adalah sebuah pengujian untuk menentukan apakah ada

hubungan linier antara variabel tidak bebas Y dan variabel bebas

Uji yang digunakan adalah uji menggunakan statistik F berbentuk :

(2.21)

dengan :

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKS = Jumlah Kuadrat Sisa

= derajat kebebasan JKR

= Derajat kebebasan JKS

Dalam uji hipotesis, digunakan daerah kritis :

ditolak jika

dengan :

Universitas Sumatera Utara

34

Selanjutnya, jika model regresi layak digunakan akan dilakukan lagi uji

terhadap koefisien-koefisien regresi secara terpisah untuk mengetahui apakah

koefisien tersebut layak dipakai dalam persamaan atau tidak.

Rumusan hipotesis untuk menguji parameter regresi secara parsial adalah

sebagai berikut :

artinya koefisien regresi ke–j tidak signifikan atau variabel bebas ke-j

tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

artinya koefisien regresi ke-j signifikan atau variabel bebas ke-j

berpengaruh nyata terhadap Y.

Statistik uji yang digunakan untuk menguji parameter regresi secara parsial

adalah:

( )

√ (2.23)

Jika | ( )| > maka ditolak yang artinya variabel bebas ke- j

berpengaruh nyata terhadap Y.

2.6 Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar nilai variabel Y

dijelaskan oleh variable X. Koefisien determinasi merupakan salah satu patokan yang

biasa digunakan untuk melihat apakah suatu model regresi yang dicocokkan belum

atau sudah memadai, yang dinotasikan dengan R2. Koefisien determinasi ini hannya

menunjukkan ukuran proporsi variansi total dalam respon Y yang diterangkan oleh

model yang dicocokkan (Walpole dan Myers, 1995)

Nilai koefisien determinasi ( ) dapat diperoleh dengan rumus :

di mana : (2.24)

Universitas Sumatera Utara

35

Nilai R2 yang mendekati 0 (nol) menunjukkan bahwa data sangat tidak cocok

dengan model regresi yang ada. Sebaliknya, jika nilai R2 mendekati 1 (satu)

menunjukkan bahwa data cocok terhadap model regresi. Dapat disimpulkan bahwa

nilai R2 yang diperoleh sesuai dengan yang dijelaskan masing-masing faktor yang

tinggal di dalam regresi. Hal ini mengakibatkan bahwa yang dijelaskan hannyalah

disebabkan faktor yang mempengaruhinya saja. Besarnya variansi yang dijelaskan

penduga sering dinyatakan dalam persen. Persentase variansi penduga tersebut adalah

2.7 Multikolinieritas

Istilah multikolinieritas pertama kali diperkenalkan oleh Ragnar Frisch pada tahun

1934, yang menyatakan bahwa multikolinieritas terjadi jika adanya hubungan linier

yang sempurna (perfect) atau pasti (exact) diantara beberapa atau semua variabel

bebas dari model regresi berganda (Rahardiantoro 2008).

Maksud dari adanya hubungan linier antar sesama variable adalah :

Misalkan terdapat k variable bebas . Hubungan linier yang

sempurna/pasti terjadi jika berlaku hubungan berikut :

(2.25)

Dimana merupakan bilangan konstan dan tidak seluruhnya nol atau

paling tidak ada satu yang tidak sama dengan nol, yaitu

Jika terdapat korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, sehingga nilai

koefisien korelasi diantara sesama variabel ini sama dengan satu, maka

konsekuensinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, nilai

standar eror setiap koefisien regresi menjadi tak hingga.

Pada analisis regresi, multikolinieritas dikatakan ada apabila beberapa kondisi

berikut dipenuhi :

1. Dua variable berkorelasi sempurna (oleh karena itu vektor–vektor yang

menggambarkan variabel tersebut adalah kolinier).

Universitas Sumatera Utara

36

2. Dua variabel bebas hampir berkorelasi sempurna yaitu koefisien korelasinya

mendekati .

3. Kombinasi linier dari beberapa variabel bebas berkorelasi sempurna atau

mendekati sempurna dengan variable bebas yang lain.

4. Kombinasi linier dari satu sub-himpunan variabel bebas berkorelasi sempurna

dengan suatu kombinasi linier dari sub-himpunan variabel bebas yang lain.

2.7.1 Pendeteksian Multikolinieritas

Ada beberapa cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas, yaitu :

1. Nilai korelasi (korelasi antar peubah bebas).

Prosedur ini merupakan pendeteksian yang paling sederhana dan paling

mudah. Jika nilai korelasi antar peubah ( ) melebihi 0,75 diduga terdapat

gejala multikolinieritas.

[

]

∑ (

√ ) (

√ )

(2.26)

Untuk menghasilkan

2. Faktor Variansi Inflasi (Variance Inflation Factor, VIF).

VIF adalah elemen-elemen diagonal utama dari invers matriks korelasi. VIF

digunakan sebagai kriteria untuk mendeksi multikolinieritas pada regresi linier

berganda yang melibatkan lebih dari dua variabel bebas. Nilai VIF lebih besar

dari 10 mengindikasikan adanya masalah multikolinieritas yang serius.

VIF untuk koefisien regresi –j didefinisikan sebagai berikut :

(2.27)

dengan :

= Koefisien determinasi antar dengan variabel bebas lainnya

(j = 1, 2, …, p)

Universitas Sumatera Utara

37

2.7.2 Pengaruh Multikolinieritas

Koefisien regresi penduga yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil

mempunyai banyak kelemahan apabila terjadi multikolinieritas diantara variabel

bebas, yaitu :

1. Variansi Besar

Apabila determinan dari matriks , akibatnya variansi akan semakin

besar sehingga penduga kuadrat terkecil tidak efisien karena memiliki ragam

dan peragam yang besar. Dalam kasus multikolinieritas penduga kuadrat

tekecil tetap tak bias karena sifat ketakbiasan tidak ditentukan oleh asumsi

tidak adanya multikolinieritas, hannya akibat multikolinieritas penduga

memiliki ragam yang besar dan tidak dapat lagi disebut sebagai penduga yang

memiliki sifat linier, tak bias, dan mempunyai varian minimum atau yang

disebut BLUE (best linier unbiased estimator).

2. Selang Kepercayaan Penduga Lebih Lebar

Dalam situasi multikolinieritas antara variabel-variabel bebas dalam model

regresi linier mengakibatkan variansi penduga kuadrat terkecil menjadi besar

sehingga menghasilkan galat baku yang lebih besar, akibatnya selang

kepercayaan bagi parameter model regresi menjadi lebih besar.

3. Nilai Statistik-t yang Tidak Nyata

Multikolinieritas yang mengakibatkan galat baku penduga kuadrat terkecil

menjadi lebih besar, maka statistik t yang didefinisikan sebagai rasio antara

koefisien penduga dan galat baku koefisien penduga menjadi lebih kecil.

Akibatnya meningkatkan besarnya peluang menerima hipotesis yang salah

(kesalahan akan meningkat), karena suatu hipotesis yang seharusnya ditolak

tetapi berdasarkan pengujian hipotesis diputuskan untuk diterima, sebagai

konsekuensi nilai statistik t yang tidak nyata.

Universitas Sumatera Utara

38

4. Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang Tinggi Tetapi Beberapa Nilai Statistik-t

Tidak Nyata

Dalam kasus adanya multikolinieritas, maka akan ditemukan beberapa

koefisien regresi yang secara individual tidak nyata berdasarkan uji statistik

t-student. Namun, koefisien determinasi (R2) dalam situasi yang demikian

mungkin tinggi sekali serta berdasarkan uji koefisien regresi keseluruhan

berdasarkan uji F akan ditolak hipotesis nol, bahwa

2.8 Analisis Komponen Utama

Analisis komponen utama merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk

mereduksi sejumlah variabel asal menjadi beberapa variabel baru yang bersifat

orthogonal dan tetap mempertahankan total keragaman dari variabel asalnya.

Analisis komponen utama bertujuan untuk mengubah dari sebagian besar

variabel asli yang digunakan yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya,

menjadi satu set variabel baru yang lebih kecil dan saling bebas (tidak berkorelasi

lagi), dan merupakan kombinasi linier dari variabel asal. Selanjutnya variabel baru ini

dinamakan komponen utama (principal component). secara umum tujuan dari analisis

komponen utama adalah mereduksi dimensi data sehingga lebih mudah untuk

menginterpretasikan data-data tersebut.

Analisis komponen utama bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang

diamati dengan cara menyusutkan dimensinya. Hal ini dilakukan dengan

menghilangkan korelasi variabel melalui transformasi variabel asal ke variabel baru

yang tidak berkorelasi.

Variabel baru ( ) disebut sebagai komponen utama yang merupakan hasil

transformasi dari variable asal yang modelnya dalam bentuk catatan matriks adalah:

(2.28)

Universitas Sumatera Utara

39

dengan :

A adalah matriks yang melakukan transformasi terhadap variabel asal

sehingga diperoleh vektor komponen .

Penjabarannya adalah sebagai berikut :

[

]

[

]

[

]

2.8.1 Menentukan Komponen Utama

Komponen utama dapat ditentukan melalui matriks ragam peragam (∑) dan matriks

korelasi dari . Matriks kovarian ∑ digunakan untuk membentuk

komponen utama apabila semua variabel yang diamati mempunyai satuan pengukuran

yang sama. Sedangkan, matriks Korelasi digunakan apabila variabel yang diamati

tidak mempunyai satuan pengukuran yang sama. Variabel tersebut perlu dibakukan,

sehingga komponen utama berdasarkan matriks korelasi ditentukan dari variabel baku.

2.8.1.1 Komponen Utama Berdasarkan Matriks Kovarian (∑)

Dipunyai matriks kovarian ∑ dari p buah variable Total varian dari

variabel–variabel tersebut didefinisikan sebagai ∑ ∑ yaitu penjumlahan

dari unsur diagonal matriks ∑. Melalui matriks kovarian ∑ bisa diturunkan akar ciri-

akar cirinya yaitu dan vektor ciri–vektor cirinya

Komponen utama pertama dari vektor berukuran px1,

adalah kombinasi linier linier terbobot variabel asal yang dapat

menerangkan keragaman terbesar.

Universitas Sumatera Utara

40

Komponen utama pertama dapat dituliskan sebagai :

(2.29)

dengan :

dan

Varian dari komponen utama pertama adalah :

∑ ∑

∑ (2.30)

Vektor pembobot adalah vektor normal, Koefisien adalah unsur-unsur

dari vektor ciri yang berhubungan dengan akar ciri terbesar yang diturunkan dari

matriks kovarian ∑ dipilih sedemikian sehingga mencapai maksimum dengan

kendala . Menggunakan teknik pemaksimuman berkendala lagrange

diperoleh persamaan :

Fungsi ini mencapai maksimum jika turunan parsial pertama

terhadap sama dengan nol.

∑ atau ∑ (2.31)

Persamaan (2.31) dipenuhi oleh dan yang merupakan pasangan akar ciri

dan vektor ciri matriks ∑ Akibatnya ∑

Oleh karena

itu varian ∑ harus maksimum, maka adalah akar ciri yang

terbesar dari matriks ∑ dan adalah vektor ciri yang bersesuaian dengan

Komponen utama kedua adalah kombinasi linier terbobot variabel asal yang

tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama, serta memaksimumkan sisa

kovarian data setelah diterangkan oleh komponen utama pertama. Komponen utama

kedua dapat dituliskan sebagai :

(2.32)

Universitas Sumatera Utara

41

dengan :

dan

Vektor pembobot adalah vektor normal yang dipilih sehingga keragaman

komponen utama kedua maksimum, serta orthogonal terhadap vektor pembobot

dari komponen utama pertama. Agar varian dari komponen utama kedua maksimum,

serta antara komponen utama kedua tidak berkorelasi dengan komponen utama

pertama, maka vektor pembobot dipilih sedemikian sehingga tidak

berkorelasi dengan varian komponen utama kedua ( ) adalah :

∑ ∑

∑ (2.33)

Varian tersebut akan dimaksimumkan dengan kendala dan cov

∑ Karena adalah vektor ciri dari ∑ dan ∑

adalah matriks simetrik, maka :

∑ ∑

Kendala ∑

dapat dituliskan sebagai Jadi fungsi

Lagrange yang dimaksimumkan adalah :

(2.34)

Fungsi ini mencapai maksimum jika turunan parsial pertama

terhadap sama dengan nol, diperoleh

∑ ∑ (2.35)

Jika persamaan (2.35) dikalikan dengan maka diperoleh

∑ ∑

Oleh karena ∑ maka Dengan demikian persamaan (2.35) setelah

diturunkan terhadap menjadi

Universitas Sumatera Utara

42

∑ (2.36)

Jadi dan merupakan pasangan akar ciri dan vektor ciri dari matriks

varian kovarian ∑ Seperti halnya penurunan pada pencarian , akan diperoleh bahwa

adalah vektor ciri yang bersesuaian dengan akar ciri terbesar kedua dari matriks ∑

Secara umum komponen utama ke-j dapat dituliskan sebagai :

(2.37)

dengan :

dan

vektor pembobot diperoleh dengan memaksimumkan keragaman komponen utama

ke-j, yaitu :

∑ (2.38)

dengan kendala :

serta

untuk .

Dengan kendala ini, maka akar ciri dapat diinterpretasikan sebagai ragam

komponen utama ke- j serta sesama komponen utama tidak berkorelasi.

Vektor pembobot yang merupakan koefisien pembobot variabel asal bagi

komponen utama ke-j diperoleh dari matriks peragam ∑ yang diduga dengan matriks

S berikut :

(2.39)

Universitas Sumatera Utara

43

2.8.1.2 Komponen Utama Berdasarkan Matriks Korelasi ( )

Jika variabel yang diamati tidak mempunyai satuan pengukuran yang sama, maka

variabel tersebut perlu dibakukan sehingga komponen utama ditentukan dari variabel

baku (Vincent gasperz, 1991). Variabel asal perlu ditransformasi ke dalam variabel

baku Z, dalam catatan matriks adalah :

(

)

(2.40)

dengan :

Z = variabel baku

= matriks simpangan baku dengan unsur diagonal utama

= variabel pengamatan

= nilai rata-rata pengamatan

Dengan, Nilai harapan , dan ragamnya ∑ (

)

Dengan demikian, komponen–komponen utama dari Z dapat ditentukan dari

vektor ciri yang diperoleh melalui matriks korelasi yang diduga dengan matriks ,

dimana vektor pembobot diperoleh dengan memaksimumkan keragaman

komponen utama ke-j dengan kendala :

serta

untuk .

Semua formula yang telah diturunkan berdasarkan variabel-variabel

dengan matriks ∑ akan berlaku untuk peubah-peubah

dengan matriks

Sehingga diperoleh komponen utama ke-j dengan menggunakan variable baku

yaitu :

(2.41)

dengan :

= komponen utama ke- j

= vektor ciri ke- j

Z = variabel baku

Universitas Sumatera Utara

44

Ragam komponen utama ke-j adalah sama dengan akar ciri ke-j, serta antara

komponen utama ke-i dan komponen utama ke- j tidak berkorelasi untuk .

Untuk meregresikan komponen utama dengan variabel bebas, maka perlu

dihitung skor komponen dari setiap pengamatan. Untuk komponen utama yang

diturunkan dari matriks korelasi , maka skor komponen utama dari unit pengamatan

ke-i ditentukan sebagai berikut :

(2.42)

dengan :

= vektor pembobot komponen utama ke-r

= vektor skor baku dari variabel yang diamati pada pengamatan ke-i

2.8.2 Kriteria Pemilihan Komponen Utama

Salah satu tujuan dari analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data asal

yang semula, terdapat p variable bebas menjadi k komponen utama .

Kriteria pemilihan k yaitu :

1. Didasarkan pada akar ciri yang lebih besar dari satu, dengan kata lain

hannya komponen utama yang memiliki akar ciri lebih besar dari satu yang

dilibatkan dalam analisis regresi komponen utama.

2. Proporsi kumulatif keragaman data asal yang dijelaskan oleh k komponen

utama minimal 80%, dan proporsi total variansi populasi bernilai cukup

besar.

Universitas Sumatera Utara

45

2.8.3 Kontribusi Komponen Utama

Kontribusi komponen utama yang diturunkan dari matriks kovarian dan matriks

korelasi adalah sebagai berikut:

Proporsi total variansi populasi yang dijelaskan oleh komponen utama ke-j

berdasarkan matriks kovarian adalah :

dengan (2.43)

Jadi kontribusi (dalam persentase) masing–masing komponen utama ke-j

terhadap total varian x adalah :

∑ x 100% (2.44)

Sedangkan, proporsi total variansi populasi yang dijelaskan oleh komponen

utama ke-j berdasarkan matriks korelasi, yaitu komponen yang dihasilkan berdasarkan

variable-variabel yang telah dibakukan (Z) adalah :

(2.45)

dengan :

= Akar ciri terbesar ke-j dari matriks korelasi R

= Trace matriks R yang merupakan jumlah diagonal utama matriks R,

yang tidak lain sama dengan banyaknya variabel yang diamati, atau

sama dengan jumlah semua akar ciri yang diperoleh dari matriks R.

Jadi kontribusi (dalam persentase) masing–masing komponen utama ke-j

terhadap total varian x adalah :

∑ x 100% (2.46)

Universitas Sumatera Utara


Recommended