Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

5

BAB II

KAJIAN TEORI

1.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian IPA

Sains menurut Suyoso (1998: 23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan

manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh

melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku

secara universal. Sementara Carin (1993:3) mendefinisikan Sains sebagai The

activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s

hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam

semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat

IPA meliputi empat unsur utama yaitu; sikap, proses, produk, aplikasi.

a. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;

b. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah

meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,

evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

c. Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-

hari.

2.1.2 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

Prinsip pembelajaran IPA

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA (Abruscato, 1999) diterapkan

dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan

pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar

5

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

6

yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan

dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar

kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami

proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut

2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif

dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru

mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan

melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

2.1.3 Tujuan pembelajaran IPA

Bernal (1998: 3) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPA bagi

peserta didik agar peserta didik memiliki berbagai kemampuan. Kemampuan

tersebut diantaranya sebagi berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan,keindahan,dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di

terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan

MI, bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

7

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar

sains bukan hanya merupakan hafalan yang harus hafal diluar kepala, melainkan

belajar sains adalah suatu ilmu yang harus dimengerti dan dipahami. Ilmu

Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,

gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa fisika harus

diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk

ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal.

Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan

untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

2.1.4 Pengertian motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau

pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dengan demikian,

motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhannya (Uno, 2008).

Usman (2003) berpendapat bahwa motif merupakan daya atau kemauan

dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah usaha

membangkitkan motif-motif sehingga menjadi suatu perbuatan. Hakikat motivasi

belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang

belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal tersebut mempunyai peranan

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

8

besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan;

d. Adanya penghargaan dalam belajar;

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seorang siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2008).

Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy

change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal

reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Hamalik (2003), dalam kegiatan belajar, motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Sardiman A.M (2007), menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi

kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam

belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of

learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila terdapat motivasi. Makin

tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan

kata lain, adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang

yang belajar akan dapat melahirkan hasil yang baik. Intensitas motivasi seorang

siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya.

Fungsi-fungsi motivasi adalah:

a. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi

sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan

kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

9

b. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau

cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus

ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas

pula jalan yang harus ditempuh.

c. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

(Ngalim Purwanto, 2002: 71)

Jenis-jenis motivasi berdasarkan sumbernya adalah:

Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya

keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi

dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi

kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.

Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar

individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang

lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu.

(Tabrani, 1992: 120)

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan

motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai

di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu

yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama

maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

b. Hadiah.

Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu

siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi

akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah

berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

10

menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya.

Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih

istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

c. Saingan/kompetisi.

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan

prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai

sebelumnya.

d. Pujian.

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau

pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang

paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”,

“wah itu kamu bisa…”.

e. Hukuman.

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar

mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau

merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini

hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun

membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu

kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas

akan menganggu psikis siswa.

f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik,

khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini

guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan

hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban

setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik

anak mereka.

g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar

sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

11

termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman

dengan buku-buku yang mendukung.

h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun

kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.

i. Menggunakan metode yang bervariasi.

Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa

membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan

yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti

Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum

Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat

intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Semakin banyak metode

mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil

meningkatkan motivasi belajar siswa.

j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Baik itu media visual maupun audio visual.

Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu

tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula

motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan

seseorang.

2.1.5 Reward dan Punishment

Reward dan punishment merupakan dua bentuk cara dalam meningkatkan

motivasi siswa untuk melakukan tindakan positif dan menghindari tindakan

negatif. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan.

Reward motivation muncul karena adanya rangsangan berupa pemberian hadiah

Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Reward merupakan

salah satu alat untuk peningkatan motivasi para siswa. Metode ini bisa meng-

asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang,

dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara

berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar siswa menjadi giat

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

12

lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil yang telah dapat

dicapainya.

Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward

merupakan bentuk penguatan yang positif, maka punishment sebagai bentuk

penguatan yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi

alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada

siswa supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang

dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke

arah yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam

memotivasi siswa. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi

pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar siswa menjadi lebih baik, termasuk

dalam memotivasi para siswa dalam belajar.

Landasan munculnya motivasi reward dan punishment.

Reward dimunculkan untuk memotivasi seseorang karena ada anggapan

bahwa dengan memberikan hadiah atas hasil pekerjaannya, ia akan bekerja atau

melakukan sesuatu secara lebih maksimal. Apalagi jika hadiah yang diberikan

cukup menggiurkan.

Sedangkan punishment dimunculkan untuk memotivasi seseorang agar

tidak melakukan kesalahan dalam melakukan sesuatu. Kedua bentuk motivasi ini

tidak bisa dikatakan mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi lebih cocok

jika dilihat dari baik dan buruknya, bukan benar atau salahnya. Sedangkan tujuan

dari kedua bentuk motivasi itu cuma satu, yaitu memotivasi agar melakukan

sesuatu demi mendapatkan hasil yang diharapkan

Menurut Skinner (J.W. Santrock, 2008:272) unsur yang terpenting dalam

belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).

Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan kemungkinan

bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah

konsekuensi yang menurunkan kemungkinan terjadinya suatu perilaku.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

13

Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, dan penguatan dibagi menjadi

dua bagian yaitu :

a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi

respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung

(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,

kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk

menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai

A, Juara 1 dsb).

b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi

respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang

merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara

lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau

menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka

kecewa dll).

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan

penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan

atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di

hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar

istilah ini tidak rancu, maka perlu diingat bahwa penguatan negatif meningkatkan

kemungkinan terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan

kemungkinan terjadinya perilaku.

2.1.6 Pengertian Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) hasil belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh

guru. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalalui

kegiatan belajar Abdulrahman (1999). Hasil belajar adalah perubahan sikap /

tingkah laku setelah anak melalui proses belajar W. S Winkel (1999).

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut

suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam

mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

14

telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang

menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.

2.1.7 Hubungan Reward and Punishment Dengan Hasil Belajar di SD

Reward dan punishment merupakan alat pendidikan represif. Artinya

pemberian Reward dan punishment merupakan alat pendidikan yang bersifat

menekan atau menahan. Reward merupakan alat motivasi, yaitu alat yang bisa

menimbulkan motivasi ekstrinsik atau berasal dari luar. Dengan reward dapat

menjadikan pendorong bagi siswa untuk belajar yang baik, lebih giat lagi.

Sedangkan punishment merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat

pendidikan yang bersifat negatif, namun meski demikian dapat juga menjadi alat

motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajarnya siswa. Dengan adanya

reward diharapkan agar siswa lebih giat belajar, belajar lebih baik dan tekun.

Dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk mencapai hasil

belajar. Sedangkan punishment merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh

seorang guru sebagai pendorong bagi siswa untuk berbuat lebih baik.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan

penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun

penelitian yang terdahulu diantaranya sebagai berikut:

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Lindawati terhadap siswa

kelas II di SD Negeri Margaluyu Kecamatan Sagaranten Kabupaten Sukabumi

tentang pemberian Reward dan Punishment dalam meningkatkan hasil belajar

pada pelajaran matematika menunjukkan hasil yang baik. Tujuan dari penelitian

ini yaitu untuk mengetahui bagaimana proses belajar pada mata pelajaran

matematika dan apakah hasil belajar siswa akan meningkat pada pembelajaran

matematika melalui pemberian Reward dan Punishment pada siswa kelas II SD

Negeri Margaluyu Kecamatan Sagaranten Kabupaten Sukabumi. Dari penelitian

itu diperoleh hasil pada siklus I rata – rata post test 61,48%, siklus II rata – rata

post test 73,70% dan pada siklus III rata – rata post test 80,37%. Berdasarkan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

15

uraian tersebut diatas, maka kesimpulannya adalah : Pemberian Reward dan

Punishment dalam pembelajaran matematika di kelas II SD Negeri Margaluyu

Kecamatan Sagaranten Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2010/2011 dapat

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa. Hal tersebut

diindikasikan dari peningkatan rata – rata post test pada tiap siklus.

Nurul Inayah dalam penelitiannya mengenai peningkatan motivasi belajar

siswa dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 02 Puntukrejo melalui

pemberian Reward dan Punishment menunjukkan hasil yang baik. Metode

pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa

dalam pembelajaran PKn melalui pemberian reward dan punishment. Hal ini

dapat dilihat dari rata – rata sebelum tindakan adalah 62, setelah tindakan rata –

ratanya pada siklus I adalah 67 dan pada siklus II adalah 79. Dari hasil penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa pemberian Reward dan Punishment dapat

meningkatkan motivasi belajar dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 02

Puntukrejo Ngargoyoso Karanganyar.

Dari penelitian yang dilakukan Lindawati yang mengkaji tentang

peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan

pemberian Reward dan Punishment dan Nurul Inayah dalam penelitiannya

mengenai peningkatan motivasi belajar dalam mata pelajaran PKn melalui

pemberian Reward dan Punishment menunjukkan peningkatan pada pembelajaran

dan hasil belajar.

Dalam penelitian-penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

yang tercantum di atas tidak sekedar berpatokan pada hasilnya saja. Namun dari

penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar ataupun

motivasi belajar tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran menyenangkan dan

mendukung siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran yang

terkandung dalam pemberian Reward dan Punishment sehingga pembelajaran

IPA menjadi lebih mudah dipahami.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

16

Dari penelitian di atas terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu pada pada penelitian ini menekankan pada pemberian Reward dan

Punishment dalam mata pelajaran IPA pada pokok bahasan energy dan

kegunaannya.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada pembahasan mengenai Reward and Punishment di atas, dikemukakan

bahwa menurut, Skinner (1978) Reward and Punishment merupakan faktor

penting dalam belajar. Apabila individu melakukan hal yang diharapkan maka ia

akan mendapatkan reward sebagai penguat untuk menguatkan perilakunya.

Sedangkan apabila perilakunya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka ia

akan mendapatkan punishment.

Untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau

informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan

pengajaran. Berdasar pada teori tersebut, peneliti memilih Reward and

Punishment untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas IV SD N

Penawangan 2 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA.

Hal ini sesuai dengan karakteristk reward and punishment dalam pembelajaran

sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreatif, dan komprehensif, karena :

a) Dapat menambah pengetahuan peserta didik melalui lingkungan

sekitar,

b) Melatih peserta didik memiliki kesadaran sendiri kebutuhan

belajarnya,

c) Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

Dengan asas pembelajaran aktif yang digunakan dalam proses belajar

mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehingga

siswa mampu menguasai pengeteahuan dan keterampilan dengan lebih efektif dan

efisien.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Teori 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/824/3/T1_292008061_BAB II.pdf · yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

17

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Reward and

Punishment Dalam Pembelajaran IPA Dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar IPA di SD Penawangan 02 Kabupaten Semarang Akan Meningkat”.

OBSERVASI

REWARD AND PUNISHMENT

HASIL OBSERVASI A. Partisipasi siswa rendah dalam kegiatan

Pembelajaran B. Dominasi siswa tertentu dalam proses

pembelajaran C. Siswa lebih suka bermain dengan teman

sendiri D. Siswa bosan

SISWA KELAS IV

MOTIVASI

ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF

HASIL BELAJAR IPA


Recommended