Penyusun NURUL AINI
Editor TIM FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI MALANG
BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2003
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kekhadirat Allah SWT yang tel;ah memberikan rakhmat dan
hidayahNya sehingga penyusunan modul yang berjudul Teknik Pengikatan dan
Penomoran Potongan Busana dapat selesai pada waktunya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu, terutama dari kepada Bapak
Pimpinan Cross Garmen Malang yang telah banyak memberikan informasi yang
penting tentang hal-hal yang berlkaitan dengan modul ini. Selain itu ucapan
terimakasih ini kami sampaikan kepada Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum
Direktorat Pendidikan Menengah Dan Kejuruan Departemen pendidikan
Nasional. Yang telah memberikan kesempatan, dan pendanaan untuk pengadaan
modul ini. .
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini masih banuyak
kekurangannya. Untuk itu , saran dan kritikan yang membangun sangat penulis
harapkan.
Harapan penulis, mudah-mudahan modul ini bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Penulis
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana iii
DESKRIPSI
Setelah mengikuti Mata Diklat dan mempelajari modul Teknik Pengikatan
dan Penomoran Potongan Busana ini, diharapkan siswa terampil melaksanakan
pengikatan dan penomoran potongan-potongan bahan, meliputi cara
mengelompokkan atau memiliah bagian-bagian busana yang sudah digunting, dan
melaksanakan penomoran (penyerian) serta pengikatan hasil potongan.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana iv
PETA KEDUDUKAN MODUL TATA BUSANA
BUS417B
BUS417C
BUS417D
BUS417A
BUS416C
BUS416B
BUS416A
BUS415A
BUS414A
BUS313A
BUS313B
BUS313C
BUS312A
BUS312B
BUS312C
BUS311A
BUS311B
BUS207A
BUS207B
BUS207C
BUS101ABUS
101B
BUS208A
BUS208B BUS
208CBUS209A
BUS209B
BUS209C
BUS210A
BUS210B
BUS210C
BUS415B
BUS414B
RBUS418 M
BUS313
EBUS205
FBUS206
GBUS207
ABUS101
BBUS102
CBUS103
DBUS104
HBUS208
IBUS209
JBUS210
LBUS312
KBUS311
QBUS417
PBUS416
IVJURU
GAMBAR
IPEMBANTUPENJAHIT
OBUS415
NBUS414
IIIPENJAHITMODISTE
IIPENJAHITINDUSTRI
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana v
KETERANGAN PETA KEDUDUKAN MODUL
TATA BUSANA
Mata Diklat : A. Memelihara Piranti Menjahit dan K3 Bidang Busana
No Kode Modul Judul Modul 1. BUS –101A Pemeliharaan piranti menjahit dan K3 bidang busana
BUS -101B Piranti menjahit Mata Diklat : B. Menjahit Bagian Busana Sesuai Dengan Prosedur Menjahit
No Kode Modul Judul Modul 2 BUS -102 Teknik Jahit Bagian-bagian Busana
Mata Diklat : C. Memberi Tanda Untuk Jahit dan Setrika
No Kode Modul Judul Modul 3 BUS –103 Tanda-tanda Jahit dan Penyeterikaan
Mata Diklat : D. Melaksanakan Pengepakan Pakaian Dalam Kemasan dan Siap Kirim
No Kode Modul Judul Modul 4 BUS –104 Teknik Pengemasan dan Pelabelan
Mata Diklat : E. Melakukan Proses Dan Pelaksanaan Penyeterikaan Dan Pressing
No Kode Modul Judul Modul 5 BUS -205 Teknik Setrika dan Pressing
Mata Diklat : F. Melaksanakan Pekerjaan Pengikatan Dan Penomoran Potongan Busana
No Kode Modul Judul Modul 6 BUS -206 Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Mata Diklat : G. Melaksanakan Pekerjaan Marker
No Kode Modul Judul Modul 7 BUS –207A Teknik marker
BUS –207B Teknik merancang bahan BUS –207C Petunjuk praktis pekerjaan marker
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana vi
Mata Diklat : H. Membuat Sampel Sesuai Desain
No Kode Modul Judul Modul 8 BUS –208A Teknik pembuatan sampel (busana wanita) BUS –208B Teknik pembuatan sampel (busana pria) BUS –208C Teknik pembuatan sampel (busana anak)
Mata Diklat : I. Melaksanakan Pekerjaan Bagian Produksi No Kode Modul Judul Modul 9 BUS –209A Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana anak) BUS –209B Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana
wanita) BUS –209C Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana pria)
Mata Diklat : J. Melakukan Pekerjaan Bordir No Kode Modul Judul Modul 10 BUS –210A Teknik bordir
BUS –210B Teknik bordir lanjut pada busana BUS –210C Variasi bordir
Mata Diklat : K. Melakukan Pekerjaan Sablon/Printing No Kode Modul Judul Modul 11 BUS –311A Dasar-dasar printing BUS –311B Pengembangan printing design
Mata Diklat : L. Membuat Pola Busana Sesuai Konstruksi Dan Model No Kode Modul Judul Modul 12 BUS –312A Konstruksi pola busana pria
BUS –312B Konstruksi pola busana wanita BUS –312C Konstruksi pola busana anak
Mata Diklat : M. Membuat Pakaian Dengan Teknik Madya No Kode Modul Judul Modul
13 BUS –313A Prinsip dasar pembuatan busana Madya
BUS –313B Garniture BUS –313C Teknik penyelesaian busana madya
Mata Diklat : N. Berkomunikasi Dan Melaksanakan Pelayanan Prima No Kode Modul Judul Modul 14 BUS –414A Teknik komunikasi
BUS –414B Prinsip pelayanan prima
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana vii
Mata Diklat : O. Membuat Pakaian Dengan Teknik Tailoring No Kode Modul Judul Modul 15 BUS –415A Prinsip dasar pembuatan busana tailoring BUS –415B Teknik penyelesaian busana tailoring
Mata Diklat : P. Membuat Desain Busana Dan Desain Hiasan No Kode Modul Judul Modul 16 BUS –416A Menggambar proporsi tubuh manusia BUS –416B Dasar-dasar desain hiasan busana
BUS –416C Dasar-dasar desain hiasan lenan rumah tangga Mata Diklat : Q. Membuat Hiasan Dan Penerapannya Pada Busana Dan
Lenan Rumah Tangga No Kode Modul Judul Modul 17 BUS –417A Pola hiasan lenan rumah tangga
BUS –417B Pola hiasan busana BUS –417C Teknik menghias lenan rumah tangga BUS –417D Teknik menghias busana
Mata Diklat : R. Melakukan Draping Pakaian No Kode Modul Judul Modul 18 BUS –418 Prinsip dan teknik draping busana
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana viii
PRASYARAT
Sebelum mempelajari modul ini diharapkan siswa terlebih dahulu
mempelajari dan menguasai Pemeliharaan piranti menjahit dan K3 bidang
busana dan Teknik Jahit Bagian-bagian Busana sehingga dalam pengelompokkan
potongan-potongan busana tersebut tidak mengalami kekeliruan.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii
DESKRIPSI…………………………………………………………... iii
PETA KEDUDUKAN MODUL ……………………………………. iv
KETERANGAN PETA KEDUDUKAN MODUL …………………. v
PRASYARAT ………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… ix
PERISTILAHAN/GLOSSARY ……………………………………… 1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL …………………………… 2
TUJUAN ……………………………………………………………. 3
KEGIATAN BELAJAR I: MEMILAH BAHAN-BAHAN YANG
SUDAH DIGUNTING ……………………………………………… 4
A. LEMBAR INFORMASI ……………………………………….. 4
B. LEMBAR KERJA ……………………………………………… 4
C. LEMBAR LATIHAN …………………………………………. 7
KEGIATAN BELAJAR II: MELAKSANAKAN PENOMORAN
DAN PENGIKATAN ………………………………………………. 8
A. LEMBAR INFORMASI ………………………………………. 8
B. LEMBAR KERJA …………………………………………….. 10
C. LEMBAR LATIHAN …………………………………………. 16
LEMBAR EVALUASI …………………………………………….. 17
LEMBAR KUNCI JAWABAN …………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 25
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 1
PERISTILAHAN/GLOSSARY
Numbering/penyerian:
Adalah pemberian nomor pada kain yang sudah dipotong mulai dari kain yang
pertama sampai terakhir, dan selajutnya diikat dengan menggunakan tali.
Bundling:
Adalah kegiatan pengikatan pada kain yang sudah dikelompokkan berdasarkan
warna, ukuran dan jumlah dan selanjutnya diikat dengan menggunakan tali agar
tidak mudah tercecer.
Shadding:
Adalah belang yang terjadi bila antar baju yang satu dengan yang lain berbeda
baik dari warna, tektur, maupun motifnya.
Artikel:
Adalah buku yang berisi tentang warna kain, ukuran serta jumlah total busana
yang diproduksiyang bertujuan untuk pengecekan pemotongan kain dan dalam
proses pemberian nomor (numbering).
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 2
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Mata diklat Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana berisikan
materi tentang cara pemberian nomor dan melakukan pengikatan pada
potongan-potongan busana yang sudah digunting.
2. Modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar, yaitu:
• Kegiatan Belajar Memilah Bahan-Bahan Yang Sudah Digunting
• Kegiatan Belajar Melaksanakan penomoran dan pengikatan bahan yang
sudah dipotong
3. Dalam setiap kegiatan belajar terdapat lembar informasi, lembar kerja, dan
lembar latihan.
4. Pada akhir modul terdapat lembar evaluasi dan lembar kunci jawaban.
5. Pelajari dahulu hal-hal yang berkaitan dengan pemilahan, penomoran, dan
pengikatan dari bahan-bahan yang sudah digunting , baik dari buku atau
lietartur lainnya serta dari industri busana. Dengan demikian, akan terjadi
proses belajar mengajar yang baik.
6. Hal-hal yang perlu dipersiapkan, diantaranya untuk peralatan adalah tali,
kertas, streples, dan alat-alat tulis serta siapkan pula potongan-potongan
kain hasil pengguntingan kain.
7. Ikuti semua petunjuk yang diberikan.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 3
TUJUAN
A. Tujuan Akhir Setelah mengikuti mata diklat ini diharapkan siswa dapat trampil melaksanakan
pengikatan dan penomoran potongan-potngan bahan, meliputi cara
mengelompokkan bagian-bagian busana yang sudah digunting, dan melaksanakan
pengikatan dan penomoran hasil potongan.
B. Tujuan Antara
1. Siswa dapat memilah bahan-bahan yang sudah digunting.
2. Siswa dapat melaksanakan pengikatan dan penomoran hasil potongan.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 4
KEGIATAN BELAJAR I
MEMILAH BAHAN-BAHAN YANG SUDAH DIGUNTING
A. Lembar Informasi
Kegiatan memilah bahan-bahan yang telah dipotong dilakukan setelah
melalui proses cutting atau pemotongan. Dalam proses cutting bahan dipotong
dalam jumlah yang banyak atau berlapis-lapis atau bisa berjumlah sampai 80 lapis
atau lebih tergantung dari jumlah yang akan diproduksi.
Potong-potongan kain yang dihasilkan dari proses cutting terdiri dari
berbagai macam warna dan ukuran. Misalnya dalam pembuatan kemeja pria akan
dihasilkan berbagai macam kemeja pria dengan berbagai warna dan ukuran.
Potong-potongan kemeja pria tersebut terdiri dari potongan kerah, bahu, badan
muka dan belakang, lengan, lipatan tengah muka, dan manset dengan berbagai
macam warna dan ukuran. Selain potong-potongan kain tersebut, juga terdapat
potong-potongan kain keras/pelapis untuk bagian-bagian kemeja yang
memerlukan kain keras, seperti kerah, lipatan tengah muka, dan manset.
Untuk mempermudah proses penomoran potong-potongan kemeja
tersebut, maka terlebih dahulu harus dilakukan pemilahan terhadap potong-
potongan kemeja tersebut. Misalnya potong-potongan kemeja tersebut dipilah
berdasarkan warna atau nomor kain dan ukuran yang sama. Bila potong-potongan
kemeja pria tersebut telah dipilah-pilah berdasarkan warna dan ukuran yang sama,
maka langkah selanjutnya adalan pemberian nomor untuk masing-masing
potongan kemeja . Biasanya dari bagian cutting juga sudah dipotong kain keras
untuk bagian-bagain busana yang memerlukan kain keras, seperti kerah, manset,
dan lipatan tengah muka yang dipotong sesuai dengan pola.
B. Lembar Kerja
Dalam praktek memilah bahan-bahan yang sudah dipotong akan digunakan
contoh produksi pembuatan kemeja, terutama yang berlengan panjang . Dengan
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 5
demikian dalam langkah kerja ini disesuaikan dengan busana yang akan
dipraktekkan yaitu potong-potongan dari kain kemeja pria serta potongan kain
keras yang sudah dipotong sesuai dengan pola bagain-bagian kemeja yang
memerlukan kain keras.
1. Alat-alat yang Dibutuhkan
Dalam proses pemilahan bahan-bahan yang sudah dipotong tersebut tidak
memerlukan alat khusus untuk melakukannya.
2. Bahan-Bahan yang Dibutuhkan.
Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan adalah potong-potongan dari kain
kemeja pria yang terdiri potongan badan muka dan belakang, bahu, kerah, lengan,
saku, lipatan tengah muka, dan manset. Potongan kemeja tersebut terdiri dari
berbagai warna dan ukuran. Selain potong-potongan kain kemeja, maka terdapat
pula potongan kain keras untuk kerah,l ipatan tengah kemeja, dan manset yang
sudah dipotong sesuai dengan pola.
3. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Dalam proses memilah bahan-bahan yang dipotong, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam kesehatan dan keselamatan kerja yang pertama adalah masalah
hygiene dan sanitasi dan keselamatan kerja. Hygiene dan sanitasi meliputi
ruangan yang bersih atau tidak kotor, sirkulasi udara terjaga dengan baik,
tersedianya tempat sampah, dan sistim penerangan yang baik Bila masalah
hygiene dan sanitasi berjalan dengan baik, maka aktifitas kerja akan berjalan
dengan baik pula. Kedua, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama
melalukan aktifitas kerja, diantaranya perlu menggunakan masker, tutup kepala,
pakaian kerja , dan sarung tangan. Masker, tutp kepala, dan pakaian kerja
diperlukan untuk menghoindari dari sisa-sisa benang dari hasil pemotongan kain.
Sarung tangan diperlukan untuk menghindari ujung-ujung jari tangan dari
pinggiran kain yang tajam atau runcing.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 6
4. Langkah Kerja
Beberapa langkah kerja yang harus dilakukan dalam proses memilah bahan-
bahan yang sudah dipotong dari kemeja pria adalah sebagai berikut:
a. Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti potong-potongan kain dari
kemeja pria dari berbagai macam warna dan ukuran berikut kain potongan
kain kerasnya. Setiap potongan kain tersebut dalam bentuk berlapis-lapis
sesuai dengan jumlah produksi yang akan dihasilkan. Dalam proses
spreading atau menggelar kain yang akan dipotong, pertama kali adalah
mengukur panjang kain yang dibutuhkan sesuai dengan kertas marker
yang telah dibuat. Pada kertas marker sudah tercetak pola kemeja atau
model tertentu dengan ukuran M, L, dan XL. Misalnya dalam satu kertas
marker tersebut dibuat untuk ukuran XL sebanyak 1, ukuran L sebanyak 3,
dan ukuran M sebanyak 2 kemeja.
Pada industri skala besar, kertas marker digunakan sebagai pola
saat menggunting kain, yang digunakan setiap kali proses pemortongan
(cutting) Pada industri kecil, biasanya kertas marker dijiplak pada kain,
dan kain yang sudah berisi jiplakan pola tersebut dijadikan patokan untuk
menggunting kain, sehingga kertas marker masih utuh dan digunakan
kembali pada setiap proses cutting.
Setelah proses pembuatan marker, bentangkan kain (proses
spreading) di atas meja sebanyak sepanjang ukuran marker sampai jumlah
yang diinginkan secara bergantian antara warna satu dengan lainnya dalam
setiap gulungan kain. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
dalam penyerian dan proses bundelling. Dengan demikian pada saat
menggunting kain tersebut, akan didapatkan tumpukan potongan kain
yang berlapis-lapis atau sesuai dengan jumlah fiece kain yang sudah
dipotong.
b. Memilah potong-potongan kain yang berlapis-lapis tersebut sesuai dengan
ukuran masing-masing. Demikian pula dengan potong-potongan kain
kerasnya, yaitu berdasarkan ukurannya.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 7
Misalnya:
• Pilah potong-potongan kain dari kemeja pria yang terdiri dari potongan
badan muka dan belakanbg, bahu, kerah, lengan, lipatan tengan muka,
dan manset yang berukuran M.
• Pilah potong-potongan kain dari kemeja pria yang terdiri dari potongan
badan muka dan belakang, bahu, kerah, lengan, lipatan tengan muka,
dan manset yang berukuran L.
• Pilah potong-potongan kain dari kemeja pria yang terdiri dari potongan
badan muka dan belakang, bahu, kerah, lengan, lipatan tengan muka,
dan manset yang berukuran XL.
• Pilah potongan-potongan kain keras berdasarkan pola dan ukuran
masing-masing
c. Kelompokkan potong-potongan kain diatas sesuai dengan ukuran masing-
masing, untuk potongan kain keras biasanya dikelompokkan dipisah agar
memudahkan pada saat pengepresan
Misalnya:
• Kelompokkan potong-potongan kemeja pria yang berukuran M.
• Kelompokkan potongan-potongan kemeja pria yang berukuran L.
• Kelompokkan potongan-potongan kemeja pria yang berukuran XL.
• Kelompokkan potongan-potongan kain keras sesai dengan pola dan
ukuran masing-masing.
C. Lembar Latihan
Beberapa latihan yang harus dilakukan siswa adalah sebagai berikut:
1. Cara menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam memilah bahan-bahan
yang sudah digunting
2. Cara memilah potong-potongan kain dari hasil pengguntingan kain secara
massal
3. Cara mengelompokkan potong-potongan kain yang berlapis-lapis tersebut dan
kain kerasnya
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 8
KEGIATAN BELAJAR II
PENOMORAN DAN PENGIKATAN
A. Lembar Informasi
Numbering/penomoran atau penyerian atau merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam industri busana yang berupa pemberian nomor kain yang sudah
dipotong.Tujuan numbering agar antara kemeja yang satu dengan yang lainnya
tidak terjadi belang (shadding) antara warna kain yang satu dengan warna kain
yang lainnya atau supaya tidak tertukar. Bundling, adalah proses pengikatan kain
yang sudah dipotong dan telah dikelompokkan berdasarkan warna, dan ukuran
yang sama, dan selanjutnya diikai dengan menggunakan tali agar tidak mudah
lepas pada saat pengiriman ke bagian seksi berikutnya (sewing), Tujuan
pengikatan adalah untuk mempermudah dalam pengiriman atau pengangkutan ke
bagian penjahitan, dan memperlancar aktifitas kerja di bagian penjahitan karena
potong-potongan kemeja tersebut telah dikelompokkan dan diikat berdasarkan
warna dan ukuran yang sama.
Dalam industri busana, kegiatan numbering termasuk dalam kegiatan
produksi, untuk lebih jelas alirnya, alur numbering dalam kegiatan produksi dapat
di lihat pada bagan berikut:
Bagan 1.1.: Alir Produksi Industri Busana
Seleksi bahan
Patron Potong Pemberian Nomor Potongan Kain
(Menyeri)
Jahit
Aksesoris Finishing Seterika Packing Pengiriman
Order Gudang bahan
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 9
Sebelum kegiatan numbering dilakukan, biasanya telah disiapkan buku
artikel yang memuat tentang jenis kain yang meliputi nomor warna kain
(berdasarkan piece kain), warna kain dengan menempelkan potongan kain-kain
yang kecil, jumlah masing-masing size atau ukurannya (M, L, XL) serta berikut
total keseluruhannya. Contoh buku artikel seperti di bawah ini:
ARTICLE: ………………….MALANG: ………………..2003 JENIS KAIN : ………. JUMLAH KAIN : …. KANTONG : ………. SUPLIER : …. MODEL LENGAN : ………. TGL. DATANG : …. SPLIT MUKA : ………. TGL.MASUK.PRODUKSI : …. SAFARI/BIASA : ………. TGL.KELUAR PRODUKSI : ….
Warna Kain
Warna Satin
Nomor Benang
Jumlah Yard
M
Jumlah
L
XL
Jumlah Total
1 25 25 25 75 2 15 15 15 45 3 25 25 25 75 4 25 25 25 75 5 20 20 20 60 6 15 15 15 45 7 15 15 15 45 8 25 25 25 75 9 20 20 20 60 10 20 20 20 60 11 25 25 25 75 12 15 15 15 45 13 25 25 25 75 14 20 20 20 60 15 25 25 25 25
.
Dengan adanya buku artikel tersebut maka akan memudahkan dan
memperlancar kegiatan proses numbering. Setelah proses numbering dan
pengikatan selesai, maka akan segera diberikan atau diambil oleh bagian
penjahitan. Biasanya sebelum dijahit diadakan inspeksi atau pengecekan terlebih
dahulu untuk melihat kelengkapan serta kekeliruan yang dapat terjadi, misalnya
terdapat kelebihan atau kekurangan dari potong-potongan kemeja yang melalui
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 10
proses numbering dan pengikatan. Bila terjadi kesalahan atau kekeliruan maka
akan segera diperbaiki atau diatasi sehingga proses produksi tetap dapat berjalan
dengan lancar atau tidak terhambat.
Untuk mengetahui apakah hasil penomoran dan pengikatan tersebut sudah
sesuai dengan standar mutu yang diinginkan. Maka perlu dilihat dari pengendalian
mutu untuk proses numbering dan pengikatan, yaitu tulisan pada pengikat potong-
potongan kain tersebut harus sesuai dengan warna, ukuran, dan jumlah
potongannya.
B. Lembar Kerja
1. Alat.
Untuk kegiatan numbering dan pengikatan potong-potongan kain tersebut,
maka diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a. Alat tulis
b. Kertas karton
c. Stempel
d. Stapler
e. Tali
Alat tulis yang diperlukan disini adalah pulpen/balpoin atau spidol yang
diperlukan untuk menuliskan penomoran pada kertas karton. Kertas karton
dibutuhkan untuk tempat menuliskan penomoran. Stempel dibutuhkan untuk
dicapkan pada kertas karton, pada stempel tersebut sudah ada tulisan tentang
warna, ukuran, dan jumlahnya, sehingga petugas numbering cukup mengisinya
saja (untuk industri skala kecil dan menengah biasanya langsung ditulis pada
kertas karton tanpa menggunakan stempel). Stapler dibutuhkan untuk melekatkan
kertas karton yang telah ditulisi pada ikatan kemeja yang telah dibuat, dan
biasanya di tempelkan pada tepi kain atau pada tali. Tali dibutuhkan untuk
mengikat kelompok potongan kain yang sama, baik dari warna maupun
ukurannya, biasanya menggunakan tali dari bahan atau dari kain itu sendiri.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 11
2. Bahan.
Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan numbering dan pengikatan adalah
potong-potongan kain yang bentuknya berlapis-lapis, dan kain keras yang sudah
dikelompokkan berdasarkan ukuran yang sama akan tetapi biasanya terpisah
tersendiri untuk memudahkan proses pengepresan.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Dalam melakukan kegiaan numbering dan pengikatan ini, hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja, meliputi hygiene
dan sanitasi dan keselamatan kerja. Hygiene dan sanitasi terdiri dari ruangan yang
bersih atau tidak kotor, ventilasi udara yang baik, dan adanya tempat pembuangan
sampah yang aman. Untuk menjaga keselamatan kerja diperlukan pakaian kerja,
masker, tutup kepala, dan sarung tangan. Pakaian kerja, masker, dan tutup kepala
diperlukan untuk menghindari dari sisa-sisa benang dari hasil pemotongan kain.
Sarung tangan dibutuhkan untuk melindungi tangan dari tepi-tepi kain yang tajam
atau runcing.
4. Langkah Kerja
Langkah kerja atau prosedur yang harus dilakukan dalam kegeiatan numbering
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Siapkan alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses numbering dan
pengikatan seperti yang telah disebutkan di atas.
b. Ambil salah satu kelompok potongan kain yang berlapis-lepis tersebut,
misalnya kelompok ukuran M yang terdiri dari setumpuk potongan badan
depan, badan belakang, kerah, bahu, manset, dan lipatan tengah muka
Potongan kain yang berlapis-lapis tersebut terdiri dari beberapa piece kain,
maka setiap piece kain tersebut diberi nomor urut, meskipun nampak bahwa
antara piece yang satu dengan yang lain sama, akan tetapi tetap dianggap
berbeda, karena kadang-kadang kelihatannya sama, kenyataan biasanya ada
perbedaan sedikit. Dengan demikian untuk menghindari terjadinya belang,
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 12
maka setiap piece diberi nomor yang berbeda. Misalnya menghabiskan sampai
15 piece, maka piece yang paling atas diberi nomor 1, piece yang kedua diberi
nomor 2, dan seterusnya sampai piece yang ke 15.
Contoh pemberian nomor warna kain yang berdasarkan jumlah piece kain
yang terpakai., sehingga membentuk potongan kain yang berlapis-lapis.
Pemberian nomor, mulai dari piece teratas sampai yang paling bawah dimulai
dari nomor piece 1 s.d 15.
.
c. Selanjutnya ambil semua potongan kain dari piece nomor 1, baik potongan
badan depan, belakang, kerah, lengan, manset, dan lipatan tengan muka,
pisahkan, kemudian masing-masing dilipat atau digulung. Sebelumnya
dihitung terlebih dahulu berapa potong jumlah kemeja yang berukuran M dari
warna kain nomor 1 tersebut. Misalnya kemeja yang berukuran M pada warna
kain nomor 1 sebanyak 20 potong. Untuk nomor kain berikutnya, jumlah
kemeja ukuran M biasanya tidak sama, hal ini tergantung dari besar kecilnya
pi ece dari kain tersebut. Makin besar gulungan kain (piece), maka akan
semakin banyak jumlah potongan kemeja yang dihasilkan. Untuk menentukan
Gambar 3.4.
Contoh Hasil Pemotongan Kain Secara Masal
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 13
jumlah kemeja yang akan dibuat adalah sesuai dengan produksi yang akan
dihasilkan. Cara menggulung atau melipat potongan kain dapat dilihat pada
gambar 2.2.
d. Satukan kumpulan lipatan atau gulungan potongan kain sesuai dengan bagian-
bagiannya dan ukurannya ( S, M, L, dsb) seperti gambar 2.3.
Gambar 2.2 Bundling Bagian Busana
Gambar 2.3 Menyatukan Bagian –bagian Menjadi satu ikatan
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 14
e. Selanjutnya diikat bagian-bagian sesuai dengan ukuran dan jumlah dengan
menggunakan tali yang berasal dari sisa kain itu sendiri, sambil memasang
nomor kode seri seperti gambar 2.4.
f. Pemberian nomor yang tertera pada ikatan potongan kain, sesuai dengan
ukuran dan jumlah seperti contoh nomor bundeling pada gambar 2.5.
Gambar 2.4 Pengikatan dan Penomoran
Gambar 2.5 Contoh Nomor Seri Bundling
M
1 X 25 PT
L
1 X 20 PT
XL
1 X 15 PT
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 15
Keterangan Nomor Seri Bundling gambar 2.5.:
Huruf pertama (M,L,XL dst) : Menunjukan ukuran busana (S,M,L,dst).
Angka pertama : Menunjukkan Nomor Urut piece kain pada saat
pemotongan (1,2,3,4, dst). Nomor 1 menunjukkan
hasil potongan dari piece ke 2, dst.
Angka setelah tanda X (kali): Menunjukkan jumlah potong (PT) atau lembar
berdasarkan piece kain. Contoh dari piece kain ke
4 diperoleh 25 potong (4 X25 PT)
g. Bila ada beberapa bagian busana yang memerlukan pengepresan atau bordir,
maka dipisahkan dulu, akan tetapi tetap diberi nomor sesuai dengan
ikatannya, kadang-kadang ditulis langsung pada tali pengikatnya dengan
menggunakan spidol.. Hal ini untuk menghindari terjadinya kekeliruan yang
dapat menyebabkan terjadinya belang (shadding) antara warna kain yang satu
dengan warna kain yang lainnya. Biasanya bagian-bagian yang memerlukan
pengepresan terlebih dahulu adalah bagian kerah, manset, lipatan tengan
muka.dan bila telah selesai melalui proses pengepresan, maka disatukan
kembali dengan ikatannya, dengan maksud agar tidak tercecer dengan
kelompoknya.
h. Bila terdapat tambahan aksesoris seperti bagian bahu belakang yang berlabel
(seperti tampak pada gambar di bawah ini), maka digabungkan pada ikatan
kain yang telah bernomor tersebut sesuai dengan ukuran masing-masing.
Misalnya, bagian bahu belakang tersebut berukuran M, maka digabung
dengan ikatan kain kemeja yang berukuran M pula (gambar 2.6) .
i. Setelah pengikatan dan penomoran selesai, maka segera berikan atau kirimkan
ke bagian selanjutnya, yaitu bagian penjahitan (sewing).
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 16
C. Lembar Latihan
Jawablah pertanyaan berikut pada lembar jawaban yang telah disediakan 1. Bagaimana Langkah kerja yang harus dilakukan dalam proses numbering
atau penyerian mulai dari persiapan alat dan bahan sampai potongan
kemeja tersebut yang telah siap diberikan ke bagian penjahitan?
____________________________________________________________
____________________________________________________________
2. Lakukan latihan dengan bimbingan guru untuk proses numbering, mulai
persiapan sampai potongan kemeja sia p diberikan ke bagian penjahitan
____________________________________________________________
___________________________________________________________
Apakah anda sudah merasa faham betul dengan isi modul ini?, jika belum pelajarilah berulang-ulang, dan konsultasikan dengan guru anda. Carilah referensi lain yang mendukung materi ini.
Gambar 2.5.
Contoh ikatan bahu bagian belakang yang berlabel
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 17
LEMBAR EVALUASI
Evaluasi Kognitif
A. Pilih B (Betul) bila pernyataan tersebut betul dan dan pilih S (Salah) bila
pernyataan tersebut salah!
1. Kegiatan memilah bahan-bahan yang sudah dipotong dilakukan setelah
melalui proses spreading (B-S)
2. Bahan-bahan yang sudah dipotong dari proses cutting terdiri dari berbagai
macam warna dan ukuran (B-S).
3. Potong-potongan kain dari kemeja pria terdiri dari potongan badan muka
dan belakang, kerah, lengan, dan manset (B-S).
4. Dalam memilah bahan-bahan yang sudah dipotong, maka potong-potongan
kain kemeja tersebut dibuat terpisah dariu kelompoknya (B-S).
5. Bagian-bagian dari kemeja pria yang memerlukan kain pelapis adalah
bagian bahu, lengan, dan manset (B-S).
6. Kain keras boiasanya dipotong sesuai dengan pola (B-S)
7. Pemberian nomor dilakukan sebelum proses pemilhan bahan-bahan (B-S).
8. Dalam pemilahan bahan-bahan yang sudah dipotong tidak memerlukan
alat-alat khusus (B-S).
9. Penggunaan masker, tutup kepala, dan pakaian kerja berfungsi untuk
menghindari dari sisa-sisa benang hasil pemotongan kain (B-S).
10. Langkah kerja yang harus dilakukan dalam proses memilah bahan-bahan
yang sudah dipotong adalah dengan cara mengelompokkan dahulu bahan-
bahan yang sudah dipotong baru kemudian dipilah (B-S).
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas!
1. Apa yang dimaksud dengan numbering atau penyerian dalam proses
industri busana?
2. Jelaskan tujuan dengan adanya kegiatan numbering atau penyerian ?
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 18
3. Buatlah alir produksi dalam industri busana yang menunjukkan dimana
letak kegiatan numbering atau penyerian dilakukan? Jelaskan secara
singkat mengenai alir produksi tersebut!
4. Buat contoh pembuatan buku artikel?
5. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengendalian mutu pada
proses numbering atau penyerian?
Evaluasi Kinerja (Performance)
Lembar evaluasi ini adalah untuk melihat kinerja siswa dalam melakukan
praktek pemilahan dan penomoran dan pengikatan potongan-potongan bahan.
Dalam praktek tersebut yang akan dinilai meliputi ketepatan, kerapihan,
ketekunan, kedisiplinan, dan kreatifitas yang diberi bobot masing-masing 80.
Untuk memudahkan dalam penilaian maka dibuat tabel sebagai berikut:
No Nama Ketepatan Kerapihan Ketekunan Disiplinan Kreatifitas Nilai
Kinerja
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 19
LEMBAR KUNCI JAWABAN
A. Kunci Jawaban Latihan Kegiatan Belajar I
1. Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah potong-potongan kain dari
kemeja pria berbagai warna dan ukuran berikut kain kerasnya. Setiap
potongan kain dalam bentuk berlapis-lapis sesuai dengan jumlah produksi
yang akan dihasilkan. Dalam proses spreading atau menggelar kain yang
akan dipotong, pertama mengukur panjang kain yang dibutuhkan sesuai
dengan kertas marker. Di dalam kertas marker tersebut sudah tercetak pola
kemeja dengan ukuran M, L, dan XL. Misalnya dalam satu kertas marker
tersebut dibuat untuk ukuran XL sebanyak 1, ukuran L sebanyak 3, dan
ukuran M sebanyak 2 kemeja. Bagi industri skala besar, maka kertas
marker tersebut digunakan sebagai pola dalam menggunting kain, karena
bila akan digunakan kembali cukup dengan mencetaknya kembali.. Bila
industrinya kecil, maka kertas marker tersebut dijiplak pada kain, dan kain
yang sudah berisi jiplakan pola tersebut dijadikan patokan untuk
menggunting kain, sehingga kertas marker yang ada masih utuh dan
sewaktu-waktu bisa digunakan kembali. Setelah itu ambil kain yang masih
dalam bentuk fiece, bentangkan, kemudian potong sesuai dengan panjang
lembaran kain yang sudah berisi jiplakan pola. Potong terus kain tersebut
sampai gulungan kain tersebut habis, kemudian ambil fiece lain, lakukan
seperti diatas, ambil fiece kain lagi dan seterusnya atau sampai sesuai
dengan jumlah produksi yang akan dihasilkan. Dengan demikian pada saat
menggunting kain tersebut, akan didapatkan tumpukan potongan kain
yang berlapis-lapis sesuai dengan jumlah fiece kain yang dipotong.
2. Memilah potong-potongan kain yang berlapis-lapis tersebut sesuai dengan
ukuran masing-asing. Demikian pula dengan potong-potongan kain
kerasnya, yaitu berdasarkan ukurannya. Misalnya:
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 20
- Pilah potong-potongan kain dari kemeja pria yang terdiri dari
potongan badan muka dan belakanbg, bahu, kerah, lengan, lipatan
tengan muka, dan manset yang berukuran M.
- Pilah potong-potongan kain dari kemeja pria yang terdiri dari
potongan badan muka dan belakang, bahu, kerah, lengan, lipatan
tengan muka, dan manset yang berukuran L.
- Pilah potong-potongan kain dari kemeja pria yang terdiri dari
potongan badan muka dan belakang, bahu, kerah, lengan, lipatan
tengan muka, dan manset yang berukuran XL.
- Pilah potongan-potongan kain keras berdasarkan pola dan ukuran
masing-masing
3. Kelompokkan potong-potongan kain diatas sesuai dengan ukuran
masing-masing. Misalnya:
- Kelompokkan potong-potongan kemeja pria yang berukuran M.
- Kelompokkan potongan-potongan kemeja pria yang berukuran L.
- Kelompokkan potongan-potongan kemeja pria yang berukuran XL.
- Kelompokkan potongan-potongan kain keras sesai dengan pola dan
ukuran masing-masing.
B. Kunci Jawaban Latihan Kegiatan Belajar II
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan pengikatan dan
penomoran kain yuang sudah dipotong adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses numbering dan
pengikatan seperti yang telah disebutkan di atas.
2. Ambil salah satu kelompok potongan kain yang berlapis-lepis tersebut,
misalnya kelompok ukuran M yang terdiri dari setumpuk potongan badan
depan, badan belakang, kerah, bahu, manset, dan lipatan tengah muka
.Potongan kain yang berlapis-lapis tersebut terdiri dari beberapa piece kain,
maka setiap piece kain tersebut diberi nomor urut, meskipun nampak bahwa
antara piece yang satu dengan yang lain sama, akan tetapi tetap dianggap
berbeda, karena kadang-kadang kelihatannya sama, kenyataan biasanya ada
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 21
perbedaan sedikit. Dengan demikian untuk menghindari terjadinya belang,
maka setiap piece diberi nomor yang berbeda.Misalnya menghabiskan sampai
15 piece, maka piece yang paling atas diberi nomor 1, piece yang kedua diberi
nomor 2, dan seterusnya sampai piece yang ke 15.
3. Selanjutnya ambil semua potongan kain dari piece nomor 1, baik potongan
basan depan, belakang, kerah, lengan, manset, dan lipatan tengan muka,
pisahkan, kemudian masing-masing dilipat atau digulung. Sebelumnya
dihitung terlebih dahulu berapa potong jumlah kemeja yang berukuran M dari
warna kain nomor 1 tersebut. Misalnya kemeja yang berukuran M pada warna
kain nomor 1 sebanyak 20 potong. Untuk nomor kain berikutnya, jumlah
kemeja ukuran M biasanya tidak sama, hal ini tergantung dari besar kecilnya
piece dari kain tersebut. Makin besar gulungan kain (piece), maka akan
semakin banyak jumlah potongan kemeja yang dihasilkan. Untuk menentukan
jumlah kemeja yang akan dibuat adalah sesuai dengan produksi yang akan
dihasilkan.
4. Satukan kumpulan lipatan atau gulungan potongan kain berukuran M tersebut.
5 Selanjutnya diikat dengan menggunakan tali yang berasal dari sisa kain itu
sendiri, kemudian tempelkan nomornya. Contoh pemberian nomornya ada
pada halaman berikut:
M
1 X 25 PT
L
1 X 20 PT
XL
1 X 15 PT
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 22
Keterangan gambar ada pada halaman berikut:
Keterangan gambar:
M : menunjukan ikatan kain kemeja berukuran M.
1 x 25 Pt : kain nomor 1 (dari piece kain nomor 1) sebanyak 25 potong
kemeja ukuran M
L : menunjukkan ikatan kain kemeja berukuran L
1 x 20 Pt : kain nomor 1 (dari piece kain nomor 1) sebanyak 20 potong
kemeja ukuran L
XL : menunjukkan ikatan kain kemeja berukuran XL
1 x 15 Pt : kain nomor 1 (dari piece kain nomor 1) sebanyak 15 potong
kemeja ukuran L
6. Lanjutkan pemberian nomor tersebut pada kain nomor 2 dan seterusnya sampai
terakhir kain nomor 15.
Contoh penomoran untuk kain nomor 2 (piece yang kedua):
Keterangan gambar:
M : menunjukan ikatan kain
kemeja berukuran M.
2 x 20 Pt : kain nomor 2 (dari piece kain
nomor 2) sebanyak 20 potong
kemeja ukuran M
7. Setelah pengikatan dan penomoran selesai, maka segera diberikan pada bagian
berikutnya, yaitu penjahitan.
M
2 X 20 PT
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 23
D. Kunci Jawaban Evaluasi (Kognitif)
Soal A:
1. S 6. B
2. B 7. S
3. S 8. B
4. S 9. B
5. S 10. S
Soal B:
1. Numbering/penomoran atau penyerian merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam industri busana yang berupa pemberian nomor serta pengikatan kain
yang sudah dipilah sebelumnya.
2. Tujuan numbering agar antara kemeja yang satu dengan yang lainnya tidak
terjadi belang (shadding) antara warna kain yang satu dengan warna kain yang
lain atau supaya tidak tertukar.
3. Alir produksi busana seperti contoh di bawah ini: .
4. Contoh pembuatan buku artikel adalah sebagai berikut:
5. Untuk mengetahui apakah hasil penomoran dan pengikatan tersebut sudah
sesuai dengan standar mutu yang diinginkan. Maka perlu dilihat dari
Seleksi bahan
Patron Potong Pemberian Nomor Potongan Kain
(Menyeri)
Jahit
Aksesoris Finishing Seterika Packing Pengiriman
Order Gudang bahan
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 24
pengendalian mutu untuk proses numbering dan pengikatan, yaitu tulisan pada
pengikat potong-potongan kain tersebut harus sesuai dengan warna, ukuran,
dan jumlah potongannya.
Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana
Program Keahlian Tata Busana 25
DAFTAR PUSTAKA Lestari, S.Y. 2002. PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta . Malang. Laporan
Praktek Industri. Malang: Program Studi Tata Busana TI FT UM. Lutfiati, N.E. 2002. CV Firhan (Garment Busana Muslim Pria Gresik) Malang.
Laporan Praktek Industri. Malang: Program Studi Tata Busana TI FT UM.
Rosalinda, S. 2002. Pembuatan Kemeja di Cross Garment Malang. Malang.
Laporan Praktek Industri. Malang: Program Studi Tata Busana TI FT UM.
Utami, R.S. 2002. CV Fithan (Garment Busana Muslim Pria Gresik). Malang.
Laporan Praktek Industri. Malang: Program Studi Tata Busana TI FT UM.
Widiastutik, Y. 2002. Adastra First Custom Tailor. Malang. Laporan Praktek
Industri Malang: Program Studi Tata Busana TI FT UM. Wibawati, P. 1999. PT Eratex Djaja Ltd. Tbk. Probolinggo. Laporan Praktek
Industri. Malang: Program Studi Tata Busana TI FT UM . Wulandari, S. 200. Garmen Baju Muslim UD Cipta Purnama. Laporan Praktek
Industri Malang: Program Studi Tata Busana TI FT UM.