Download pdf - Buletin Edisi 2

Transcript
Page 1: Buletin Edisi 2

Sangata. Perge-rakan Mahasiswa Is-lam Indonesia (PMII) Kutim nampaknya sa-at ini makin meman-tapkan pergerakannya dengan salah satu visi dan misinya yaitu menciptakan kader ya-ng berwawasan ilmu pengetahuan yang lu-as. Untuk mewu-judkan itu, selain melakukan diskusi dan kajian-kajian keilmuan yang rutin dilakukan, PMII juga memberikan kesempatan kadernya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar lainnya. Salah satunya kemarin (Rabu, 10/03/2010), PMII Kutim mengirimkan delegasi untuk mengikuti Pelatihan Riset & Penulisan yang diadakan selama delapan hari dari tanggal 11-19 Maret 2010, oleh lembaga Nala Dwipa dan Penerbit buku Desantara yang bertempat di Samarinda.

Kegiatan yang bertema Desentralisasi Ditinjau dari Beragam Perspektif ini bertujuan untuk mengkaji dan memahami kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah yang otonom, baik kelebihan maupun kelemahannya, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Dengan adanya pelatihan tersebut nampaknya PMII Kutim merespon

positif dan antusias. Hal ini dibuktikan dengan mengirim kadernya untuk mengikuti pelatihan tersebut, yang diikuti Sahabat Nano Syahrudin dan Sahabat M. Fahruddin Anshari.

Sahabat Mukhtar (Ketua Dept. Pengkaderan PMII Kutim), kemarin siang (15/03) di sekretariat mengatakan “saya berharap para delegasi betul-betul mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh, sehingga bisa memberikan pengetahuannya kepada sahabat-sahabat PMII lainnya dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh”.

PMII KUTIM. Ta-ring Pergerakan Ma-hasiswa Islam In-donesia (PMII) Ku-tai Ti-mur akan mulai nampak, hal ini ditengarai deng-an diadakannya Pe-latihan Jurnalistik

Tingkat Dasar pada tanggal 10 Februari 2010 di sekerteriat PMII. Kegiatan yang bertujuan untuk membentuk kader-kader yang kritis melalui karya tulisannya. Peserta yang mengikuti pelatihan tersebut berjumlah dua puluh orang.

Kegiatan tersebut sangat berguna bagi peserta

yang notabenenya adalah Mahasiswa. Dalam pelatihan tersebut, peserta mempelajari cara membuat artikel, opini, esai dan sebagainya, yang belum tentu semua mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mempelajari cara-cara membuat karya tulis tersebut.

Pada saat menyampaikan materi Minggu (10/02) Mustatho’ selaku nara sumber mengatakan ”kesempatan belum tentu datang ke-dua kali, jadi manfaatkanlah kesempatan ini untuk berlatih dengan sungguh-sungguh, karena nantinya kegiatan menulis bisa menjadi mata pencaharian atau profesi seseorang atau sahabat-sahabat sekalian”.

1

PMII Kutim kirim kader ikuti Pelatihan Riset & Penulisan

Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (Tahap I)

Page 2: Buletin Edisi 2

MukaddimahTelah menjadi maklum, bahwa setiap kali

bulan Rabi’ul Awal tiba, kaum muslim bersiap untuk mengadakan perayaan maulid nabi. Perayaan maulid kini sudah menjadi tradisi hampir di seluruh pelosok tanah air. Di hampir setiap mushalla, masjid, sekolah, bahkan instansi pemerintahanpun seakan berlomba-lomba mengadakan berbagai aktivitas sebagai bagian dari pasrtisipasi mereka dalam merayakan maulid. Lebih dari itu, umat Islam di belahan bumi lainnya juga melakukan hal serupa.

Terlepas dari kemeriahan dan suka cita kaum muslim dalam merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad itu, tahukah Anda bahwa perayaan maulid merupakan perbuatan baru yang tidak pernah dilakukan oleh umat Islam pada masa Rasulullah dan sahabat? Maka tak heran, bila sebagian orang menganggap perayaan maulid adalah bid’ah. Dengan berpijak pada alasan itulah mereka kemudian menyatakan bahwa perayaan maulid adalah perbuatan maksiat dan pelakunya dihukumi berdosa atau lebih kasarnya “sesat”. Mereka yang menolak maulid dan mengharamkannya dikenal dengan sebutan Gerakan Anti Maulid (GAM).

Anggota GAM kini mulai bertebaran dan menyusup di masyarakat kita. Kepada masyarakat yang masih awam, mereka sengaja membisikkan sebuah hadis rasulullah yang bunyinya:

Maknanya : "dan jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap bid'ah adalah sesat".

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Tirmidzi. Meski status hadis ini sahih, namun orang-orang semisal GAM tidak memahami makna hadis ini sebagaimana mestinya, sehingga ia sering dijadikan stigma untuk menyesatkan orang

dan mengklaim pelakunya sebagai ahli bid’ah, hanya gara-gara apa yang dilakukannya belum pernah dilakukan oleh nabi.

Sejarah Peringatan Maulid Nabi Peringatan Maulid pertama kali dilakukan

oleh raja Irbil; Muzhaffaruddin al Kawkabri pada awal abad ke 7 H. Ibnu Katsir dalam kitab Tarikhnya berkata: “Raja Muzhaffar mengadakan peringatan maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awwal dan beliau merayakannya secara besar-besaran. Beliau adalah seorang pemberani, pahlawan, alim dan adil, semoga Allah merahmatinya“. Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibnu al Jawzi bahwa dalam peringatan tersebut raja Muzhaffar mengundang segenap rakyatnya dan seluruh para ulama dalam berbagai disiplin ilmu, baik ulama fiqh, hadis, kalam, ushul, tasawwuf dan lainnya. Sejak tiga hari sebelum hari pelaksanaan beliau telah melakukan persiapan, ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para tamu yang akan hadir.

Seluruh para ulama ketika itu membenarkan apa yang dilakukan oleh raja, dan mereka menganggap baik perayaan maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya dalam sejarah umat Islam. Ibnu Khallikan dalam kitab “Wafayat al A’yan” menerangkan bahwa al Hafizh Ibnu Dihyah datang dari Maroko menuju Syam untuk selanjutnya menuju Irak. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 H, ia melihat besarnya perhatian Raja Irbil terhadap perayaan Maulid Nabi, karenanya ia kemudian menulis sebuah buku maulid yang diberi nama “at-Tanwir fi Maulid al Basyir an-Nadzir” yang selanjutnya ia hadiahkan kepada raja.

Sejak saat itulah, perayaan maulid menjadi tradisi umat Islam di seluruh belahan dunia setiap bulan Rabi’ul Awwal. Seluruh ulama baik masa itu maupun kini tetap memandang bahwa perayaan maulid Nabi adalah sesuatu yang baik,

Menimbang Hukum Peringatan Maulid Nabi(Upaya Klarifikasi atas Tuduhan GAM)

2

Page 3: Buletin Edisi 2

mereka adalah seperti al Hafizh Ibnu Dihyah (abad 7 H), al Hafizh al 'Iraqi (W. 806 H), Al Hafizh Ibnu Hajar al 'Asqalani (W. 852 H), al Hafizh as-Suyuthi (W. 911 H), al Hafizh as-Sakhawi (W. 902 H), Syekh Ibnu Hajar al Haytami (W. 974 H), Imam Nawawi (W. 676 H), Imam al ‘Izz ibn 'Abdissalam (W. 660 H), Syekh Muhammad Bakhit al Muthi'i (W. 1354 H), Mantan Mufti Mesir yang lalu, Syekh Mushthafa Naja (W. 1351 H) mantan Mufti Beirut terdahulu dan masih banyak lagi yang lain. Bahkan Imam as-Suyuthi menulis karangan khusus tentang maulid yang berjudul “Husn al Maqsid fi ‘Amal al-Maulid”.

Hukum Memperingati Maulid Nabi Maulid Nabi biasanyadi peringati dengan cara

membaca ayat al-Qur'an, sirah nabawiyyah (sejarah nabi), lantunan shalawat, dan ceramah agama. Siapapun pasti sepakat bahwa hal-hal semacam ini adalah baik dan sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip Islam, bahkan sejalan. Anehnya, meski baik namun tetap saja dianggap sebagai bid’ah yang tercela oleh anggota GAM.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa perayaan maulid Nabi mulai dilakukan pada permulaan abad ke 7 H, ini berarti kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi, para sahabat dan generasi salaf. Meskipun demikian, tidak berarti perayaan Maulid Nabi dihukumi haram karena sesuatu yang tidak pernah dilakukan Nabi belum tentu bertentangan dengan ajaran nabi.

Dalam kasus perayaan maulid Nabi para ulama menggolongkannya ke dalam bid’ah hasanah (perkara baru yang selaras dengan al-Qur’an dan tidak bertentangan dengannya). Mereka mendasarkan argumen mereka dengan hadis:

Maknanya: "Barang siapa yang memulai dalam Islam sebuah perkara yang baik maka ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut dan pahala orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun". (H.R. Muslim dalam shahih).

Hadis ini memberikan keleluasaan kepada ulama ummat Muhammad untuk berinovasi denggan merintis perkara-perkara baik yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah, Atsar maupun Ijma'. Peringatan maulid Nabi adalah perkara baru yang baik dan tidak menyalahi satu-pun di antara dalil-dalil tersebut, dengan kata lain, ia dihukumi boleh (mubah), bahkan berpahala. Jika anggota GAM mengharamkan peringatan Maulid, berarti mereka telah mempersempit keleluasaan yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Tidak semua hal baru dapat dikategorikan sebagai bid’ah, yang berdampak dosa pada pelakunya. Bid’ah dalam agama ada yang terpuji (mahmudah) dan ada yang tercela (madzmumah). Dalam hal ini Imam Syafi'i –semoga Allah meridlainya- berkata :

Maknanya: “Perkara yang baru terbagi menjadi dua bagian. Pertama, perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma' atau Atsar (apa yang dilakukan atau dikatakan sahabat tanpa ada di antara mereka yang mengingkari), inilah bid'ah yang sesat. Kedua, perkara baru yang baik dan tidak menyalahi al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma', inilah bid’ah yang baik". (Diriwayatkan oleh al Bayhaqi dengan sanad yang sahih dalam kitabnya Manaqib asy-Syafi'i.)

3

Zainul Muflihin (Dosen STAIS Kutai Timur)

Page 4: Buletin Edisi 2

Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW terkadang disebit Maulid Nabi atau Maulud saja adalah peringatan hari lahir, Nabi Muhammad SAW yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini sebagai bentuk kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Maulid Nabi SAW memang bukan hari besar Islam kalau dilihat dari sudut pandangan al Quran dan Hadis. Nabi SAW sendiri tidak menganjurkan harinya diperingati. Tetapi merujuk pada sejarah, bahwa ulama terdahulu juga pernah mengadakan peringatan kelahiran Nabi SAW. Untuk itu, sebagi umat islam setidaknya kita mengingat hari lahirnya Nabi SAW yang kita cintai. Seseorang yang diberi anugrah Allah sebagai penerang dengan membawa ajaran hingga akhir jaman.

12 Rabiul Awwal Aamul Fiil ( Tahun Gajah ), 20 April 571 Masehi…

Jika kita mencoba merenunginya, maka akan kita dapatkan beberapa hikmah lahirnya Rasulullah SAW, diantaranya: 1. Yaumu ar-Risalah, hari disaat risalah Allah yang agung akan diperkenalkan kepada semua umat manusia dengan hadirnya manusia yang agung.2. Yaumu Wiladah al-Ummah, hari disaat umat ini dilahirkan dan disatukan dalam satu agama, yaitu agama Islam. 3. Yaumun Nahdhah al-Ummah, hari disaat umat ini akan diselamatkan dari kegelapan kedzaliman yang hidup tanpa aturan dan menyengsarakan manusia.4. Yaumu Syarafu al-Ummah, hari disaat umat ini dianugerahkan oleh Allah sebuah nikmat yang sangat besar yaitu nikmat Islam. 5. Yaumu Tazkiyah al-Ummah, hari disaat umat ini

akan dibersihkan dari segala bentuk penyembahan terhadap berhala, yang merupakan symbol dari segala kegelapan dan kesesatan.

Rasulullah SAW adalah sosok mulia lagi terpuji yang dengan memperingati hari lahirnya diharapkan kita dapat mendalami keteladanan beliau, sesuai dengan firman Allah dalam al-Quran:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangannya) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (zikrullah)”. (Q.S. Al Ahzab: 21)

Salah satu refleksi peringatan maulid adalah mengambil keteladanan Nabi Muhammad SAW yang telah mengeluarkan ummat manusia dari lembah kemiskinan harta, kemiskinan ilmu, kemelaratan mental (akhlak) maupun spritual (hakekat uluhiyah dan rububiyah), serta kemiskinan komunikasi (ukhuwwah). Nabi Muhammad SAW, mengentaskan ummat dari kemiskinan harta dengan memacu kepada usaha individu dengan memberi bibit untuk ditanam bukan menyediakan nasi untuk dimakan. Petunjuk yang tersirat dalam beberapa sabda Rasulullah SAW. Di antaranya: "Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan-akan-akan hidup selamanya dan berusahalah kamu untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari". (H.R. Ibnu ‘Asakir)

Dalam kehidupannya Rasulullah telah memberi contoh, tidak pernah menolak pengemis yang datang ke rumahnya. Bahkan sering para pengemis diberi bibit kurma untuk ditanam sehingga sang pengemis dapat memberi makan anak cucunya. Rasulullah SAW sangat menghargai makna sebuah kerja. Etos kerja Islam merupakan manifestasi kepercayaan muslim yang memiliki kaitan dengan tujuan hidup yang

ummat manusia. Nabi Muhammad SAW

Membangun Kembali Eksistensi Umat

4

Page 5: Buletin Edisi 2

telah berhasil membawa masyarakat jahiliyah yang miskin mental menjadi masyarakat yang luhur, berakhlak. memiliki sopan santun dan tata krama dalam pergaulan dan penuh peradaban, dengan menghidupkan empat sikap utama. Pertama, Syaja‘ah artinya berani pada kebenaran dan takut pada kesalahan dan dosa. Selanjutnya, Iffah artinya pandai menjaga kehormatan diri lahiriah dan batiniyah. Kemudian, Hikmah artinya tahu rahasia diri dan pengalaman hidup, dan terakhir adalah ‘Adalah artinya adil walaupun pada diri sendiri.

Muhammad SAW adalah figur teladan yang mesti diidolakan kaum muslimin. Setiap langkahnya selalu dibawah kontrol Ilahi. Tindakan dan ucapannya adalah mutiara berharga, menjadi landasan pemebentukan akhlak ummatnya dalam berbuat dan menjadi hukum yang ditaati. Tiada seorang pun yang dapat meragukan keagungan peribadi Rasulullah SAW. Keperibadiannya menjadi contoh teladan dalam segala hal. Rasulullah sebagai seorang suami yang teladan, sebagai ayah teladan, sebagai guru teladan, sebagai tokoh teladan, sebagai ahli strategi teladan, sebagai ahli ekonomi teladan, sebagai pejuang hak-bak asasi manusia teladan, dan sebagai kepala negara yang teladan. Keteladanan Muhammad SAW mampu mereformasi sistem dan tatanan yang ada, ke arah yang lebih baik dan tujuan yang mulia, yakni baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur (negeri yanq makmur dan penuh ampunan Tuhan).

Nilai-nilai keteladanan tersebut hendaknya menjadi warisan yang paling berharga bagi kita ummat manusia, tanpa terkecuali. Setiap langkah yang kita ayunkan, setiap niat yang kita bulatkan, setiap pernyataan yang kita ikrarkan dan setiap perbuatan yang kita lakukan bercermin pada RasululIah saw. yang mesti diterapkan dalam kehidupan. Maka dalam upaya mengikuti ajaran beliau, semestinya sifat beliau menjadi jati diri seorang muslim.

Diantara sifat mulia yang beliau miliki

adalah sifat shiddiq, sehingga Rasulullah SAW. diberi gelar Al Amin (orang yang dapat dipercaya). Shidiq (as shidqu) artinya benar atau jujur, lawan dan dusta atau bohong (al kidzbu). Seorang muslim dituntut memiliki sifat shidiq; dalam keadaan benar lahir maupun batin. Sifat shidiq yang utama adalah Shidqul qalb, yaitu benar hati atau kejujuran hati nurani, hanya dapat dicapai jika hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dan segala macam penyakit hati. Sifat ini akan mencapai kematangan bila didukung dengan sifat ihsan. Selanjutnya Shidqul hadits, yaitu benar atau jujur dalam ucapan dan perkataan. Seseorang dapat dikatakan jujur dalam perkataan apabila semua yang diucapkannya adalah suatu kebenaran bukan kebatilan. Di samping itu perlu ada Shidqul ‘amal, yaitu benar perbuatan atau beramal shaleh sesuai dengan syari’at Islam. Sifat shidiq mengantarkan seseorang ke pintu gerbang kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, sesuai firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 177. Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang sang telah jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebaqai seorang yang jujur (shidiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Oranq yang se1a1u berbohonq dan mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebaqai pembohonq (kadzdzab)". (HR. Bukhari)

Sifat shidiq adalah “tambang emas” dalam diri seseorang yang sangat berharga. Dan sifat inilah yang dijadikan standar kepercayaan orang lain kepadanya. Apabila seseorang telah kehilangan sifat shidiq, maka hilanglah arti dirinya, karena tiada yang mau mempercayainya. Sikap ini pula yang amat diperlukan di dalam membangun bangsa dan negara Indonesia tercinta ini. Allahu a‘lam bishawab .

5

Dewi Murthysari

Page 6: Buletin Edisi 2

Kita menyadari sepenuhnya bahwa dalam kehidupan ini tidak sedikit cobaan yang kita hadapi, duri-duri yang merintangi perjalanan kita, keadaan silih berganti mengisi ruang hidup kita, senang, susah, dan sebagainya semua akan berputar bagaikan roda tanpa henti sehingga ajal menjemput kita.

Menghadapi persoalan kehidupan yang pelik dan rumit seperti ini hendaknya kita berpegang teguh pada prinsip Islam dengan mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah SAW dalam menghadapi persoalan tersebut.

Sebagai seorang Rasul, Muhammad SAW adalah seorang yang tinggi dan mulia akhlaqnya baik dalam tutur kata maupun perbuatannya. Beliau terpelihara dari sifat-sifat mazmumah, jahat, keji, dzalim, iri hati dan lain-lain. Bahkan beliau adalah orang yang terjamin bahagia dunia dan akhirat. Oleh karena itu hendaknya kita menjadikan beliau sebagai figure yang kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab Ayat 21 yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiaat dan dia banyak menyebut Allah SWT".

Ayat ini merupakan penegas bahwa Rasulullah SAW itu adalah figur yang tidak ada duanya, hingga Allah memuji akhlaq beliau didalam Al-Qur’an. Jika kita mencontoh Rasulullah berarti kita termasuk orang yang mengharap keridhoan Allah sebagaimana yang di sebutkan dalam ayat di atas.

Sebagai manusia yang diciptakan paling

sempurna dari pada makhluk yang lain, seharusnya mempunyai akhlaq atau budi pekerti yang luhur sebagaimana akhlaq Rasulullah SAW. Meskipun kita tidak dapat mencontoh beliau sepenuhnya, namun kita harus berusaha semampu kita untuk mencontoh prilaku beliau.

Di era yang sudah saat ini banyak sekali anak-anak muda yang kehilangan pegangan, ketika mereka kebingungan karena sedang dirundung masalah dan tidak menemukan jalan keluar, maka mereka lebih memilih hal-hal yang buruk. Seperti minum-minuman keras, narkoba, dan lain sebagainya, bukan mendekat kepada Allah SWT. Umat Islam yang mengaku punya bernabi Muhammad SAW dan kitab Al-Qur’an, namun mereka tidak menjadikannya sebagai kiblat dan pegangan untuk menyelesaikan setiap masalah dalam kehidupannya. Oleh sebab itu masih dalam suasana bulan Rabiul Awwal ini, dimana Rasulullah SAW dilahirkan. Mari kita kembali ber tauladan, pegang teguh pada ajaran beliau dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan, sebagai barometer dalam memutuskan setiap masalah dalam kehidupan kita dan memang itulah solusi yang sangat tepat.

Banyak sekali orang yang mengaku cinta kepada Allah SWT, Cinta kepada Rasulullah

“Katakanlah jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad SAW), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Meneladani Akhlaq Rasulullah SAW

6

Page 7: Buletin Edisi 2

Khoirul Huda

7

Berguru Pada Rasulullah SAW

Tak seorang pun di dunia ini yang terbebas dari kesusahan, penderitaan, kesempitan dan kesulitan. Semua hamba Allah akan merasakan dan melewati situasi yang sama. Tak terkecuali orang yang beriman. Ujian Allah untuk hambanya tidak hanya berupa kesulitan yang menyakitkan namun juga perlu diketahui, kesenangan, kekayaan, kenikmatan yang melimpah juga merupakan ujian yang sama beratnya bagi orang-orang beriman dan berfikir. Berhasil atau tidaknya seseorang melewati ujian Allah, hanyalah dari apa yang diusahakan dan seberapa besar keyakinannya kepada Allah SWT.

Kita lihat kembali bagaimana kehidupan Rasulullah sangat jauh berbeda dengan kehidupan kita sekarang ini. Kehidupan beliau jauh dari kesenangan. Padahal kalau difikir beliau

adalah seorang hamba pilihan dimana disaat beliau berdoa langsung terkabul apapun yang di inginkan dapat langsung terkabulkan. Tapi beliau tidak mau melakukan hal tersebut, karna sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang yang bermalas-malasan tanpa ada usaha apapun.

Untuk dapat bertahan hidup beliau bekerja keras denan mengembala kambing untuk Bani sa’ad dan penduduk mekkah. Pada usia 25 tahun ia bekerja pada khadijah sebagai pedagang ke syam bersama maesaroh.

Makna yang dapat diambila adalah bahwa hidup di dunia ini, untuk memperoleh sesuatu kebahagiaan atau kesuksesan, kita harus berusaha (ikhtiar).

Nurlela

Page 8: Buletin Edisi 2

8