BAB I
REKAM MEDIS
IDENTIFIKASI
Nama : Ny. M
Umur : 29 tahun
Alamat : Bukit Selabu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Nama Suami : Tn. S
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SLTP
MRS : 2 Agustus 2012, pukul 15.15 WIB
ANAMNESIS
Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Mau melahirkan dengan hamil cukup bulan
Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 8 jam SMRS, Parturient mengeluh perut mules, menjalar ke pinggang,
hilang timbul, makin lama makin sering dan kuat serta tidak hilang dibawa
berjalan. Riwayat keluar darah lendir (+) ± 6 jam SMRS. Riwayat keluar air (-).
Parturient lalu datang ke RSUD Sekayu. Os mengaku hamil cukup bulan dan
gerakan anak masih dirasakan.
Anamnesis Umum (2 Agustus 2012)
Riwayat Obstetri : G1P0A0
NoTempat
BersalinTahun
Hasil
Kehamilan
Jenis
PersalinanPenyulit Nifas
Anak
Kel Berat Kead.
1. Hamil ini
Riwayat Reproduksi
Haid : Teratur, siklus 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : Biasa
HPHT : 4 November 2011
Taksiran persalinan : 11 Agustus 2012
Lama hamil : 38-39 minggu
Gerakan anak dirasakan : Masih dirasakan
Periksa hamil : 4 kali di bidan
Nafsu makan : baik
Miksi : normal
Defekasi : normal
Riwayat Persalinan
Dikirim oleh : Datang Sendiri
Puret mules sejak : 2 Agustus 2012 pukul 07.00 WIB
Darah lendir sejak : 2 Agustus 2012 pukul 09.00 WIB
Ketuban belum/sudah pecah : belum pecah
Riwayat Perkawinan : 1 kali selama 2 tahun
Riwayat Sosial ekonomi : menengah ke bawah
Riwayat gizi : sedang
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86 x/mnt
Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,5 oC
Berat badan : 54 kg
Tinggi badan : 142 cm
Konjunctiva palpebra pucat : -/-
Sklera ikterik : -/-
Gizi : Sedang
Payudara hiperpigmentasi : (+/+)
Jantung : HR 86 x/menit, gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : Bising nafas vesikuler (+) N, Wheezing (-), Ronkhi
(-)
Hati dan lien : Sulit dinilai
Edema pretibia : (-/-)
Varises : (-/-)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Status Obstetri
Pemeriksaan luar:
Tanggal : 2 Agustus 2012 pukul 16.00 WIB
Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah procesus xyphoideus (35 cm), memanjang,
punggung kanan, terbawah kepala, penurunan 5/5, his 2 kali dalam 10 menit
selama 25 detik, DJJ 145 kali/menit, TBJ 3410 gr. Perasat Osborn (±), Perasat
Muller-Munro Kerr (-).
Pemeriksaan Dalam:
Tanggal : 2 Agustus 2012 pukul 16.10 WIB
Portio : lunak, posterior, effacement 50 %, pembukaan 2 cm, ketuban intak (+),
terbawah kepala, penurunan Hodge I, penunjuk belum dapat dinilai.
Pemeriksaan Panggul:
Promontorium teraba, KD 12,0 cm, KV 10,5 cm, linea innominata teraba 1/3-1/3,
sakrum konkaf, spina iskiadika tak menonjol, arkus pubis >900, dinding samping
lurus, kesan panggul sedang.
Diagnosis
G1P0A0 hamil aterm inpartu kaela I fase laten JTH, presentasi kepala + suspek
DKP
Prognosis
Ibu : dubia
Janin : dubia
Tindakan
Informed Consent
Observasi : His, DJJ, dan tanda vital ibu
Rencana partus perabdominam
IVFD RL gtt XX/m
Cek darah rutin, urin rutin, kimia darah, crossmatch
Follow Up
Tanggal 3 Agustus 201 2 ( Jam 06.30 WIB) / Hari I Post Operasi
S : Keluhan: nyeri di bagian luka operasi
O : Status Presens
Keadaan Umum : Sedang
Sensorium : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : 36.5 C
Status Obstetri
PL : Tifut 2 jbpst, kontraksi uterus baik, perdarahan aktif (-), tampak
luka bekas operasi tertutup perban, vulva tenang, lokhia rubra (+)
A : D/ P1A0 Post SSTP a.i DKP perawatan hari I
P : 1) Observasi TVI, kontraksi dan perdarahan
2) Diet makanan biasa (TKTP)
3) Imobilisasi 24 jam post op dengan bantal tinggi
4) IVFD Asering : D5 (1:3) gtt XX/mnt
5) Kateter menetap catat input output
6) ASI sesuai kebutuhan
7) Obat
- inj Cefotaxime 2x1 gr iv (skin test)
-inj Kalnex 3x250 mg iv pelan
- inj Tramadol 3x100 mg iv pelan
- Metronidazole 3x500 mg iv habis dalam 10 menit
Tanggal 4 A gustus 201 2 (Jam 06.30 WIB) / Hari II Post Operasi
S : Keluhan: nyeri pada luka bekas jahitan (+)
O : Status Presens
Keadaan Umum : Sedang
Sensorium : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : 36.5 C
Status Obstetri
PL : Tifut 2 jbpst, kontraksi uterus baik, perdarahan aktif (-), tampak
luka bekas operasi tertutup perban, vulva tenang, lokhia rubra (+)
A : D/ P1A0 Post SSTP a.i DKP perawatan hari II
P : 1) Observasi TVI, kontraksi, dan perdarahan
2) Diet makanan biasa (TKTP)
3) Mobilisasi duduk
4) Up infus dan kateter
5) ASI sesuai kebutuhan
6) Ganti obat oral
- Ciprofloxacine 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Folaplus 1x1 tab
Tanggal 5 A gustus 201 2 (Jam 06.30 WIB) / Hari III Post Operasi
S : Keluhan (-)
O : Status Presens
Keadaan Umum : Sedang
Sensorium : Compos Mentis
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36.5 C
Status Obstetri
PL : Tifut 2 jbpst, kontraksi uterus baik, perdarahan aktif (-), tampak
luka bekas operasi tertutup perban, vulva tenang, lokhia rubra (+)
A : D/ P1A0 Post SSTP a.i DKP perawatan hari III
P : 1) Observasi TVI, kontraksi, perdarahan
2) Diet makanan biasa (TKTP)
3) Mobilisasi berjalan
4) ASI sesuai kebutuhan
5) Obat
- Ciprofloxacine 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Folaplus 1x1 tab
Tanggal 6 A gustus 201 2 (Jam 06.30 WIB) / Hari IV Post Operasi
S : Keluhan (-)
O : Status Presens
Keadaan Umum : Sedang
Sensorium : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36.5 C
Status Obstetri
PL : Tifut 3 jbpst, kontraksi uterus baik, perdarahan aktif (-), tampak
luka bekas operasi tertutup perban, vulva tenang, lokhia rubra (+)
A : D/ P1A0 Post SSTP a.i DKP perawatan hari IV
P : 1) Observasi TVI, kontraksi, perdarahan
2) Diet makanan biasa (TKTP)
3) Mobilisasi berjalan
4) R/ ganti perban
5) R/ pulang, kontrol poliklinik kebidanan
6) Obat
- Ciprofloxacine 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Folaplus 1x1 tab
Laporan Operasi
Tanggal 2 Agustus 2012
Pukul 22.30 WIB Operasi dimulai
Penderita terlentang dalam keadaan anestesi spinal. Dilakukan tindakan aseptik
dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan Operasi dipersempit
dengan doek steril. Dilakukan insisi mediana mulai 1 jari diatas simfisis sampai 2
jari dibawah pusat sepanjang ± 10 cm. Kemudian insisi diperdalam secara tajam
dan tumpul sampai menembus peritoneum. Setelah peritoneum dibuka, tampak
uterus sebesar kehamilan aterm. Diputuskan untuk melakukan SSTP dengan cara
sebagai berikut :
Insisi segmen bawah rahim semilunar kemudian bagian tengah ditembus
secara tumpul dengan jari sampai menembus kavum uteri lalu diperlebar
ke lateral secara tumpul. Ketuban minimal, jernih, bau (-).
Janin dilahirkan dengan cara meluksir kepala.
Pukul 23.00 WIB Lahir hidup neonatus laki-laki dengan BB 2900 g, PB 42 cm,
AS 8/9 FT AGA. Ke dalam cairan infus dimasukkan oksitosin 20 IU. Plasenta
dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat.
Pukul 23.05 WIB Plasenta lahir lengkap dengan BP 500 g, PTP 50 cm, Ø 18x19
cm. Dilakukan pembersihan kavum uteri dengan kassa. Dilakukan eksplorasi,
didapatkan kontraksi uterus baik. Kemudian dilanjutkan dengan penjahitan pada
uterus sebagai berikut:
Lapisan SBR dijahit secara jelujur feston dengan benang vicryl no.1
Dilanjutkan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara
sebagai berikut :
Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut no.2.0
Otot dijahit secara jelujur dengan plain catgut no.2.0
Fascia dijahit secara jelujur dengan vicryl no.1
Subkutis dijahit secara terputus dengan plain catgut no.2.0
Kutis dijahit secara jelujur subkutikuler dengan vicryl no.3.0
Luka operasi ditutup dengan perban.
Pukul 23.45 WIB Operasi selesai
Cairan masuk : Cairan keluar :
RL : 1000 cc Urine : 150 cc
Haemacell : 500 cc Darah : 500 cc
Total : 1500 cc Total : 650 cc
Diagnosis pra bedah : G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten JTH,
presentasi kepala + suspek DKP
Diagnosis pasca bedah : P1A0 Post SSTP a.i DKP
Tindakan : Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda
BAB II
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini tepat ?
2. Bagaimana cara penegakan diagnosis yang ideal pada kasus ini ?
3. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini tepat ?
4. Mengapa kasus ini dilakukan persalinan perabdominal bukan pervaginam?
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. CPD (CEPHALO PELVIC DISPROPORSIONAL)
1. Pengertian Disprorposi Kepala Panggul
Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadan yang timbul karena tidak
adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin.
2. Jenis-Jenis Panggul
Caldwell dan Mooloy berdasarkan penyelidikan rontgenologik dan
anatomic mengklasifikasikan panggul-panggul berdasarkan morfologinya
dalam 4 jenis:
1. Panggul ginekoid, dengan pintu atas pangul yang bundar atau dengan
diameter transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter
anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul
yang cukup luas. Panggul jenis ini paling baik untuk wanita, ditemukan
pada 45% wanita.
2. Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih
panjang daripada diameter transversa, dan denagn arkus pubis menyempit
sedikit. Ditemukan pada 355 wanita.
3. Pangul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk segitiga
berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica
menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis menyempit. Umumnya pria
yang memiliki panggul jenis ini, dan hanya ditemukan 15% pada wanita.
4. Pangul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih
pendek daripada diameter transversa pada pintu atas pangul dan dengan
arkus pubis yang luas. Ditemukan pada 5% wanita.
Berhubung dengan faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan
ukuran-ukuran jenis pangul berbeda-beda diantara berbagai bangsa.
Dengan demikian standar untuk panggul normal pada seorang wanita
Eropa berbeda dengan standar wanita Asia. Pada panggul dengan ukuran
normal, kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak
akan mengalami kesukaran.
B.
3. Faktor-Faktor Disproporsi Kepala Panggul
1. Faktor panggul ibu
a. Terdapat pangul-panggul sempit yang umumnya disertai peubahan
dalam bentuknya. Menurut klasifikasi yang dianjurkan Munro Kerr yang
diubah sedikit, panggul-pangul yang terakhir dapat digolongkan sebagai
berkut:
1). Perubahan bentuk karena kelainan perubahan intrauterine: a). Panggul
Naegele b). Panggul Robert c). Split pelvis d). Panggul asimilasi 2).
Perubahan bentuk karena penykit pada tulng-tulang panggul dan/atau
sendi panggul: a). Rakitis b). Neoplasma c). Fraktur d). Atrofi, karies,
nekrosis 3). Perubahan bentuk karena penyakit kaki: a). Koksitis b).
Luksasio koksa c). Atrofi atau kelumpuhan satu kaki 4). Perubahan bentuk
karena penyakit tulang belakang: a). Kifosis b). Skoliosis c).
Spondilolistesis
b. Berdasarkan pintu masuk panggul
1). Kesempitan pada pintu atas panggul 4
Pintu atas panggul dianggap sempit bila diameter anteroposterior
terpendeknya kurang dari 10 cm, atau diameter taransversa kurang dari 12
cm. oleh karena pada pangul sempit kemungkinan besar bahwa kepala
tertahan oleh pintu atas panggul, menyebabkan serviks uteri kurang
mengaami tekanan kepala sehingga dapat menyebabkan inersia uteri dan
lambatnya pembukaan serviks. 2). Kesempitan panggul tengah Apabila
ukurannya distansia interpinarum kurang dari 9,5 cm diwaspadai akan
kemungkinan kesukaran dalam persalinan, ditambah agi bila ukuran
diameter sagitalis juga pendek. 3). Kesempitan pintu bawah panggul Pintu
bawah pangul terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang
mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Bila distansia
tuberum dengan diameter sagitalis posterior kurangdari 15 cm, maka dapat
timbul kemacetan pada kelahiran ukuran normal.
2. Kelainan bentuk janin
a. Pertumbuhan yang berlebihan
Berat neonates normal pada kehamilan aterm berkisar 2500-4000 gram.
Yang dinamakan bayi besar jika berat lahirnya melebihi 4000 gram. Pada
janin besar, faktor keturunan memegang peranan penting. Pada wanita
hamil dengan diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada
grandemultipara juga dapat mengakibatkan janin besar. Menentukan
besarnya janin secara klinis memang sulit dilakukan. Kadang-kadang baru
diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan dalam
persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Walaupun panggul ibu
luas dan dapat dilewati janin lebih dari 4000 gram sebaiknya dilakukan
persalinan perabdominal dengan pertimbangan jalan lahir lunak ibu.
Disebut makrosomia bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan untuk
persalinan pervaginam dilakukan paa janin engan lingkar kepala <37 cm. 5
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus dalah penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran-pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun di ventrikel biasanya antara
500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karena
kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagia bawah
uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang. Pada presentasi
kepala, hidrosefalus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dala teraba
sutura-sutura dan ubun-ubun yang melebar dan tegang, sedangkan tulang
kepala sanga tipis dan mudah ditekan. Pemeriksaan rontgenologik
menunjukka kepala janin angat besar dengan tulang-tulang yang sangat
tipis.
3. Mal presentasi kepala
Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati pintu jalan lahir
berada dalam keadaan fleksi dengan presentasi belakang kepala. Dengan
adanya malpresentasi kepala seperti presentasi puncak kepala, presentasi
dahi dan presentasi muka maka dapat menimbulkan kemacetan dalam
persalinan. Hal ini dimungkinkan karena kepala tidak dapat masuk PAP
karena diameter kepala pada malpresentasi lebih besar disbanding ukuran
panggul khususnya panjang diameter anteroposterior panggul.
4. Pemeriksaan Disproporsi Kepala Panggul
1. Pelvimetri rontgen, untuk mengukur ukuran panggul
2. Magnetik Resonance Imaging (MRI)
3. Vaginal toucher
4. Tinggi badan ibu <150 cm.
5. Prognosis
Apabila persalinan dengan disproporsi kepala panggul dibiarkan
berlangsung sendiri tanpa penagambilan tindakan yang tepat, timbul
bahaya bagi ibu dan janin yaitu:
1. Bahaya pada ibu:
a. Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan
kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi inrapartum.
b. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan
dapat timbul regangan segmen bawah uterus (rupture uteri mengancam)
dan bila tidak segera diambil tindakan akan terjadi rupture uteri.
c. Dengan persalinan tidak maju karena diproporsi kapala panggul, jalan
lahir mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa
hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis atau fistula
vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis.
2. Bahaya pada janin:
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi bila
ditambah dengan infeksi intrapartum.
b. Dengan adanya disprpoporsi kepala panggul kepala janin dapat
melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage. Moulage
dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas
tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut dilampaui akan terjadi
sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan intracranial.
c. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh
simfisis dapat menyebabkan perlukan pada jaringan diatas tulang kepala
janin dan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
F. Penanganan
Dewasa ini ada dua tindakan utama yang dilakukan untuk menangani
persalinan dengan disproporsi kepala panggul, yaitu seksio sesarea dan
partus percobaan. Disamping itu kadang-kadang ada indikasi dilakukan
kraniotomia yang dikerjakan bila pada janin mati.
C. 1. Seksio sesarea
D. 7
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalina mulai atau pada awal fase persalinan, dan secara sekunder yakni
sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Seksio sesarea
elektif direncanakan lebih dulu dan dalakukan pada kehamilan cukup
bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat atau karena terdapat
disproporsi kepala panggul yang cukup nyata. Selain itu, seksio sesarea
dilakukan pada kesempitan pangul ringan apabila ada faktor-faktor lain
yang merupakan komplikasi seperti primigravida tua, kelainan letak janin
yang tidak dapat diperbaiki, kehamila pada wanita yang mwngalami masa
infertilitas yang lama dan riwayat penyakit jantung. Seksio sesarea
sekunder dilakukan karena partus percobaan dianggap gagal atau karena
timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang
syarat-syarat untuk persalianan per vaginam tidak atau belum terpenuhi.
2. Partus percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua
diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam
semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah
dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk
dilakukan persalinan percobaan. Persalinan ini merupakan suatu test
terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala
janin. Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan
dengan cermat. Janin harus berada pada presentasi kepala dan tuanya
kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Mengenai penanganan khusus pada
partus percobaan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan
janin. Pada persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya
dehidrasi dan asidosis pada ibu.
b. Kualitas dan turunnya kepala janin harus terus diawasi. Kesempitan
panggul tidak jarang mengakibatkan kelainan his dan gangguan pembukan
serviks.
c. Sebelum ketuban pecah, pada umumnya kepala janin tidak dapat masuk
kedalam rongga panggul dengan sempurna. Pemecahan ketuban secar aktif
hanya dapat dilakukan bila his berjalan secara teratur dan udah ada
pembukaan serviks sepruhnya atau lebih.
d. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus percobaan
boleh berlangsung. Apabila his cukup sempurna maka sebgai indicator
berhasil atau tidaknya partus percobaan tersebut ada hal-hal yang
mencakup keadaan-keadaan berikut:
1). Adakah gangguan pembukaan serviks, misalnya pemanjangan fase
laten; pemanjangan fase aktif 2). Bagaimana kemajuan penurunan bagian
terendah janin (belakang kepala)? 3). Adakah tanda-tanda klinis dari pihak
anak maupun ibu yang menunjukkan adanya bahaya bagi anak atau ibu
(gawat janin, rupture uteri) Apabila ada salah satu gangguan diatas maka
menandakan bahwa persalinan per vaginam tidak mungkin dan harus
diseleaikan dengan seksio sesarea. Sebaliknya bila kemajuan pembukaan
serta penurunan kepala berjalan lancar, maka persalinan per vaginam bisa
dilaksanakan.
Penolongan persalinan harus mampu mengenal panggul normal dalam kehamilan
serta mampu mengenal penyimpangan dari keadaan normal. Jalan lahir yaitu
panggul secara fungsional terdiri dari dua bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis di atas linea terminalis, yang
tidak banyak pentingnya dalam bidang obstetri. Pelvis minor yang berkaitan erat
drngan obstetri dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul
(outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke
depan (sumbu Carus).