Download docx - File Makalah Mafia Hukum

Transcript
Page 1: File Makalah Mafia Hukum

PENEGAKAN HUKUM DAN MARAKNYA KASUS

MAFIA HUKUM DI NEGARA INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam

tentang penegakan suata negara, terutama yang berkaitan dengan keadaan dan

situasi penegakan hukum di negara kita yaitu negara Indonesia. Hal ini penting

bagi kita karena erat hubungannya dengan apa yang kita saksikan dalam realita

kehidupan masyarakat saat ini.

Terkadang masih banyak orang yang salah mengartikan dan belum banyak

mengerti tentang keadaan sisitem hukum di Indonesia, sehingga kita sebagai

masyarakat kadang pasrah saja menerima hukuman dari kesalahan, terkadang hal

tersebut dialami suatu perusahaan karena lemahnya pengetahuan sebagaian

masyarakat akan pengetahuan tentang proses hukum dan sanksi-sanksi yang

diberikan kepada para pelaku yang berlaku di negara Indonesia.

Banyak kasus hukum yang di selesaikan secara tak adil, dimana para

penegak hukum memiliki peran ganda sebagai mafia hukum secara tak kasat

mata.

Para mafia hukum inilah yang memporak-porandakan sistem hukum yang

berlaku di tanah air kita. Gencarnya aksi mafia hukum tersebut disambut kritik

dan protes yang tajam dari masyarakat sendiri, namun tak ayal, jarang yang

sanggup untuk menghentikan mereka.

Page 2: File Makalah Mafia Hukum

“Sejak hukum itu dijarah oleh banjir rasionalisme dan rasionalisasi, maka

ia menjadi institusi yang terisolasi dan asing… maka menjadi tugas para

ilmuwannya untuk mengutuhkan kembali hukum dengan lingkungan, alam, dan

orde kehidupan yang lebih besar.”

( Satjipto Raharjo)

A. Latar Belakang

Perkembangan sosial dan budaya dalam penyelenggaraan negara dewasa

ini tampak ada yang sangat memprihatinkan dalam konteks ideologi. Betapa

manusia-manusia yang mengklaim sebagai “produk dari proses reformasi” telah

dengan lantang menafikan makna terdalam Pancasila.

Apa yang tidak tepat dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang siapapun

secara sadar semestinya mengakui sebagai nilai-nilai keabadian. Nilai-nilai

Pancasila dengan Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan

adalah agung dan menakjubkan. Banyak pakar dari belahan dunia Barat dan

Timur telah mengkaji Pancasila dengan kesimpulan yang senada “betapa

beruntungnya bangsa Indonesia yang telah mampu menggali dan berdiri di atas

Pancasila”.

Kita semua tahu bahwa berdasarkan UUD 1945 adalah bahwa Indonesia

merupakan Negara Hukum. Namun kini kita menyaksikan bahwa hukum di

Republik Indonesia sedang menapaki kisahnya di era reformasi yang tidak

berwibawa. Hukum disinyalir benar-benar ada dalam titik ketidakberdayaan

melawan keangkuhan sosial dan dominasi politik.

Salah satu fungsi hukum adalah alat penyelesaian sengketa atau konflik,

disamping fungsi yang lain sebagai alat pengendalian sosial dan alat rekayasa

sosial . Pembicaraan tentang hukum barulah dimulai jika terjadi suatu konflik

antara dua pihak yang kemudian diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. Dalam

Page 3: File Makalah Mafia Hukum

hal ini munculnya hukum berkaitan dengan suatu bentuk penyelesaian konflik

yang bersifat netral dan tidak memihak .

Pelaksanaan hukum di Indonesia sering dilihat dalam kacamata yang

berbeda oleh masyarakat. Hukum sebagai dewa penolong bagi mereka yang

diuntungkan, dan hukum sebagai hantu bagi mereka yang dirugikan. Hukum yang

seharusnya bersifat netral bagi setiap pencari keadilan atau bagi setiap pihak yang

sedang mengalami konflik, seringkali bersifat diskriminatif , memihak kepada

yang kuat dan berkuasa.

Penegakan hukum merupakan masalah penting yang harus segera

ditangani. Masalah hukum ini paling dirasakan oleh masyarakat dan membawa

dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Persepsi masyarakat

yang buruk mengenai penegakan hukum, menggiring masyarakat pada pola

kehidupan sosial yang tidak mempercayai hukum sebagai sarana penyelesaian

konflik, dan cenderung menyelesaikan konflik dan permasalahan mereka di luar

jalur. Cara ini membawa akibat buruk bagi masyarakat itu sendiri.

Pemanfaatan penegakan hukum oleh sekelompok orang demi

kepentingannya sendiri, selalu berakibat merugikan pihak yang tidak mempunyai

kemampuan yang setara. Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan tumbuh

subur di masyarakat Indonesia. penegakan hukum yang konsisten harus terus

diupayakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap hukum di

Indonesia.

Perilaku publik menjadi sangat tidak merefleksikan nilai dasar Pancasila

secara tepat. Pancasila pun ditafsir secara serampangan dan jauh dari kaidah

awalnya untuk menata semua perikehidupan dan dimensi keilmuan untuk

berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan dan berkeadilan.

Maka perilaku komunitas public sekarang ini yang cenderung adu kuat ala

gerombolan telah mengingatkan pada kisah historis yang dilansir oleh Thomas

Hobbes: ”homo homini lupus” yang arti sebenarnya adalah manusia menjadi

serigala (pemangsa) bagi sesamanya sendiri.

Semua itu (yang menistakan hidup ber-Pancasila) tidak akan terjadi dalam

kehidupan yang memiliki hukum atas jiwa terdalam Pancasila. Kenyataan

Page 4: File Makalah Mafia Hukum

kekerasan (fisik maupun psikologis) yang terus mengemuka sekarang ini adalah

cerminan peradaban klasik (pra-sejarah) yang sepertinya belum tercerahkan.

Kita semua harusnya menyadari bahwa Pancasila merupakan produk

budaya dan pemikiran cerdas untuk melandasi semua dimensi kehidupan negara.

Ilmu hukum juga merupakan hasil dari proses keilmuan yang secara domestic

mestinya dapat menyerap prinsip-prinsp utama Pancasila. Hukum yang

berdasarkan Pancasila tetaplah ilmiah (“scientific-mind”) dan bukan kumpulan

dogma semata-mata.

Kita bangsa Indonesia sudah menghadapi banyak masalah: bagaimana

rakyat antri beras, antri minyak tanah, antri gas elpiji, antri sembako, dan lain

sebagainya. Dalam kondisi demikian sesungghnya kita tidak mempunyai

kesempatan lagi untuk mencibir ilmu hukum ataupun Pancasila. Bagaimana

mungkindalam sebuah negara yang memiliki Pancasila sedang antri penderitaan

sedangkan para ilmuwan hukum asyik dengan pasal-pasalnya. Di satu sisi orang

antri dan di sisi lain orang korupsi, sementara akademisi sibuk berargumentasi.

Maka masalah tersebut disikapi dengan pengembangan hukum yang mampu

mengatur distribusi kebutuhan secara Panccasilais agar manusia-manusia

Indonesia tidak egois seperti sekarang.

Maka Archie J. Bahm menjelaskan bahwa sikap ilmiah memiliki watak

dasar; keingintahuan, kespekulatifan, keobyektifan, keterbukaan, kesabaran, dan

kesementaraan. Dalam perjalanan waktu, meskipun seorang ilmuwan secara sadar

dalam menyelesaikan masalah hanya menggunakan sebagian saja komponen ilmu,

misalnya sikap dan metode saja, usahanya tersebut tetap ilmiah. Ada titik-titik

kebijaksanaan yang dapat ditempuh demi rakyat sebagai tujuan akhirnya.

Penggunaan dana publik untuk rakyat merupakan langkah utama dalam

menyelesaikan kekurangan kebutuhan publik.

Berbagai kasus yang berserakan sekarang ini merupakan cermin tidak

dihargainya hukum secara konsisten dalam sebuah kerangka sistem. Hukum

cenderung diputarfungsikan sesuai dengan selera masing-masing penggunanya,

Page 5: File Makalah Mafia Hukum

termasuk Pancasila sedang mengalami nasib serupa. Kasus pemilihan Kepala

Daerah di banyak wilayah dengan banyak sentuhan politiknya amat sangat

membuktikan bahwa hukum dan Pancasila selalu dimain-mainkan sesuai

seleranya.

“Hukum adalah fakta dan kaidah sekaligus”, kata D.H.M. Meuwissen.

Untuk itulah hukum harus dipahami tanpa terlepas dari nuansa etis, sosiologis,

politis, ekonomis, historis, maupun kultural. Konsekuensinya adalah bahwa ilmu

hukumakan menarik perhatian publik dan penggunaan hukum nyaris mudah

dimanipulasi atas nama ambisi yang mengabaikan jiwa Pancasila yang

mengandung spirit: Tuhan, Manusia, Bangsa yang bersatu, Rakyat, dan Keadilan.

Hal tersebut senada dengan gagasan seorang Begawan ilmu hukum

Indonesia Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH. yang telah menggaagas tentang

“Hukum Progresif”, Pandangan ini menyatakan:

Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia pada

dasarnya adalah baik, memiliki sifat-sifat kasih saying serta kepedulian terhadap

sesama. Ini menjadi modal penting bagi membangun masyarakat. Dengan

demikian hukum menjadi alat untuk menjabarkan dasar kemanusiaan tersebut.

Hukum bukanlah raja, tetapi alat yang berfungsi memberikan kedamaian kepada

dunia dan manusia. Hukum mempunyai tujuan besar berupa kesejahteraan dan

kebahagiaan manusia, maka hukum itu selalu berada pada status law in making.

Memahami hukum sebagai suatu sistem yang berwatak Pancasila adalah

kebutuhan sebagaimana melihat hukum dengan mempergunakan System

Approach. Wacana ilmu Hukum menunjukkan rotasi historik watak hukum yang

“empiris” maupun “normatif” yang dalam perkembangannya mengikuti jejak

kemasyarakatan yang menurut Henry Maine bergerak secara evolusioner dari

tipe tradisional ke tipe modern.

Negara menciptakan hukum bermuatan norma, memerintah sesuatu,

pedoman perilaku, yang secara sosiologis acapkali didayagunakan sebagai

instrumen kontrol “law is governmental social control” model Donald Black.

Page 6: File Makalah Mafia Hukum

Meski pemikiran ini banyak dicibir oleh pengagum aliran positifistik yang

legalistik tanpa tahu kegunaannya. M,aka sangat disayangkan apabila aliran atau

mazhab demikian masuk pada wilayah hukum tanpa filtter Pancasila. Hukum akan

terlihat kering dan seperti ada menara gading berdiri tanpa kegunaan bagi

publiknya.

Permasalahan hukum sangat beragam dan telah menjadi fokus sentral

kajian Ilmu Hukum dengan persepsi dan visi yang berbeda. Apa yang terjadi

sekarang perlu dihentikan apabila tidak ada titik keseimbangan pengajaran yang

mengedepankan Pancasila. Terjadi dominasi reduksi normatif terhadap hukum

yang mengakibatkan hukum lebih menonjolkan momentum positifnya ataupun

empirisnya melalui influensi tradisi cabang ilmu dalam mendefinisikan hukum

yang berkedilan. Pada akhirnya hukum menjadi terisolir dari elementasi non-

yuridis lainnya yang menentukan keberadaan hukum dalam masyarakat dan

kurang peduli terhadap kebutuhan rakyat.

Dengan memahami hukum berikut dengan segenap komponennya, intristik

mengahargai hukum yang adikuat: hukum adalah fakta maupaun kaidah dengan

sumber ideologisnya: Pancasila. Pengertian demikian akan menjadikan hukum

memiliki sifat dialektis antara fakta dan kaidah, bentuk dan isi. Pengkajian

Hukum menjadi tidak akan berhenti pada anatomi sepihak: bentuk-isi, kaidah-

kaidah, melainkan berusaha untuk memikirkannya dalam suatu hubungan

sistematik.

Pancasila adalah motivasi dan pedoman sekaligus confirm and deepen the

identity of their people. Sebagaimana kita tahu bahwa Pancasila terdiri atas lima

sila yang membentuk suaru rangkaian siste ideologis dan filosofis yang logic

saintifik yang menjadi dasar hukum utama (yang dalam bahasa populernya

disebut “sumber dari segala sumber hukum”).

Rangkaian sila-sila Pancasila itu secara terang menginformasikan bahwa

kaidah dasar yang merupakan nilai fundamental Pancasila adalah: Ketuhanan,

Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai dasar ini

Page 7: File Makalah Mafia Hukum

memberikan arah bagi semua warga negara Republik Indonesia untuk

menyelenggarakan kehidupan yang berbasis Ketuhanan, Kemanusiaan,

Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Dengan kata lain bahwa kita dalam

pengajaran Ilmu Hukum dilarang berbuat yang tidak berketuhanan,

berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan.

Dari sisi demikianlah maka tidaklah patut dalam suatu penyelenggaraan

Pendidikan Tinggi yang berdasarkan Pancasila diketemukan adanya kolusi,

korupsi, dan nepotisme (KKN), atau pembunuhan karakter, karena hal itu

bertentangan dengan Pancasila yang memiliki nilai-nilai universal.

Hukum tak bisa dipisahkan dari keadilan masyarakat. Hukum untuk

manusia bukan “hukum untuk hukum” yang malah membuahkan berbagai praktik

penyimpangan hukum, seperti maraknya kasus mafia hukum kelas kakap yang

begitu melecehkan supremasi hukum di Indonesia.

Mafia hukum merujuk sekelompok orang, baik terorganisir atau tidak yang

bisa mencampuri dan mengatur persoalan hukum. Bentuk-bentuk praktik mafia

hukum meliputi: makelar kasus, suap-menyuap, pemerasan, jual-beli perkara,

mengancam saksi dan pihak tertentu, pungutan-pungutan gelap, dan sebagainya.

Bagaimana realitas mafia hukum harus diberantas?

Sudah saatnya kita merasakan keadilan yang seutuhnya. Pemberantasan

para mafia hukum harus direalisasikan demi tegaknya hukum dan keadilan di

negara Indonesia.

Oleh karena itu, makalah ini membahas tentang apa itu hukum dan segala

sesuatunya yang berakaitan dengan hukum dalam realita kehidupan masyarakat

terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam negara

Indonesia yang erat kaitannya dengan permasalahan di atas dan diharapkan

dengan mempelajari materi di atas dengan lebih dalam, dapat menghindari hal-hal

yang tidak diinginkan, seperti masalah ketidak-adilan dalam proses hukum.

Page 8: File Makalah Mafia Hukum

B. Tujuan

1) Mengetahui hukum di Indonesia.

2) Mengetahiu apa itu hukum progresif dan latar belakangnya.

3) Mengetahui apa yang disebut mafia hukum dan modus-modusnya di

peradilan Indonesia.

4) Mengetahui penanganan mafia hukum di indonesia.

Page 9: File Makalah Mafia Hukum

BAB II

HUKUM DI INDONESIA

A. Pengertian Hukum

Arti kata hukum secara etimologi memiliki beberapa istilah,

diantaranya yaitu :

1) Hukum

Kata hukum berasal dari bahasa Arab, yang selanjutnya diambil

alih dalam bahasa Indonesia. Di dalam pengertian hukum

terkandung pengertian yang bertalian erat dengan pengertian yang

dapat melakukan paksaan.

2) Recht

Recht berasal dari “Rectum” (bahasa Latin) yang mempunyai arti

bimbingan atau tuntunan, atau pemerintahan. Bertalian dengan kata

‘Rectum” di kenal pula kata “Rex” yaitu orang yang pekerjaannya

memberikan bimbingan atau memerintah. “Rex” juga dapat

diartikan raja yang mempunyai kerajaan (regimen).

3) Ius

Kata “Ius” berasal dari bahasa Latin yang mengandung arti hukum.

“Ius” berasal dari kata “Iubere” artinya mengatur atau memerintah.

Kata “Ius” seringkali bertalian erat dengan kata “Iustitia” atau

keadilan. Pada zaman Yunani Kuno, Iustitia adalah dewi keadilan

yang dilambangkan sebagai seorang wanita dengan kedua matanya

tertutup dengan tangan kirinya memegang neraca dan tangan

kanannya memegang sebuah pedang.

4) Lex

Kata “Lex” berasal dari bahasa Latin yakni “Lesere”. Lesere

mengandung arti mengumpulkan orang-orang untuk diberi

perintah.

Page 10: File Makalah Mafia Hukum

Sebenarnya para sarjana telah lama mencari suatu batasan tentang

hukum tetapi belum ada yang dapat meberikan suatu batasan atau definisi

yang tepat. Batasan-batasan yang diberikan adalah bermacam-macam,

berbeda satu sama lain dan tidak lengkap. Maka sangatlah tepat apa yang

telah dikatakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1800 : “Noch suchen die

juristen eine definition zu ihren begriffe von recht”, yang artinya para

juris masih mencari suatu definisi mengenai pengertian tentang hukum.

Berdasarkan uraian tersebut, untuk membuat definisi hukum adalah

sulit. Seandainya ada yang mendefinisikan, maka definisinya akan

dipengaruhi oleh latar belakang mereka masing-masing. Diantara beberapa

definisi hukum yang dikemukakan oleh pakar hukum antara lain ialah :

a) Prof.Dr. P.Brost

Hukum ialah merupakan peraturan atau norma, yaitu petunjuk atau

pedoman hidup yang wajib ditaati oleh manusia. Dengan demikian

hukum bukanlah kebiasaan.

b) Prof.Dr.Van Kan

Dalam bukunya “Inleiding tot de rechtswetenschap”, hukum ialah

keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk

melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

c) Prof.Mr.Dr.L.J.Van Apeldoorn

Hukum mengatur perhubungan antara manusia atau inter hukum.

d) Kantorowich

Dalam bukunya “The definition of law” beliau mengatakan hukum

adalah keseluruhan peraturan-peraturan social yang mewajibkan

perbuatan lahir yang mempunyai sifat keadilan serta dapat

dibenarkan.

 

Page 11: File Makalah Mafia Hukum

B. Tujuan Hukum

Mengingat banyaknya perndapat yang berbeda-beda berkaitan dengan

tujuan hukum, maka untuk mengatakan secara tegas dan pasti adalah suatu

hal yang sulit. Ada yang beranggapan bahwa tujuan hukum itu kedamaian,

keadilan, kefaedahan, kepastian hukum dan sebaginya. Kesemuanya itu

menunjukan bahwa hukum itu merupakan gejala masyarakat.  Mengenai

pendapat dari beberapa pakar hukum, dapat diketengahkan sebagai berikut

:

o Dr.Wirjono Projodikoro,SH

Dalam bukunya “Perbuatan Melanggar Hukum”, beliau katakan

bahwa tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan,

kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat.

o Prof. Subekti,SH

Dalam bukunya “Dasar-dasar Hukum dan Pengadilan”, beliau

katakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang

intinya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan

rakyatnya.

o Prof.Mr.Dr.L.J.Apeldoorn

Dalam bukunya “Inleiding tot de studie van het Nederlandse

recht”, beliau menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur

tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.

o Aristoteles

Dalam bukunya “Rhetorica”, beliau cetuskan teorinya bahwa

tujuan hukum menghendaki keadilan semata-mata dan isi daripada

hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang adil dan

apa yang tidak adil.

o Jeremy Bentham

Dalam bukunya “Introduction to the moral and legislation”, ia

mengatakan bahwa hukum bertujuan semata-mata apa yang

berfaedah bagi orang.

Page 12: File Makalah Mafia Hukum

o Prof.Mr.J.Van Kan

Tujuan hukum adalah menjaga kepentingan tiap-tiap manusia

supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

C. Fungsi Hukum

Secara umum fungsi hukum dapat dikatakan untuk menertibkan dan

mengatur pergaualan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah

yang timbul. Dalam perkembangan masyarakat saat ini, fungsi hukum dapat

terdiri dari :

Sebagai alat pengetur tata tertib hubungan masyarakat.

Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan social lahir dan batin.

Sebagai sarana penggerak pembangunan.

Sebagai fungsi kritis.

Agar fungsi-gungsi hukum dapat terlaksana dengan baik, maka bagi para

penegak hukum  dituntut kemampuannya untuk melaksanakan dan menerapkan

hukum dengan baik, dengan seni yang dimiliki masing-masing petugas,

misalnya :menafsirkan hukum sesuai dengan keadilan dan posisi masing-

masing, serta bila diperlukan melakukan penafsiran analogis penghalusan

hukum.

D. Permasalahan Hukum

Permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, baik dari

sistem peradilannya, perangkat hukumnya, inkonsistensi penegakan hukum,

intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum . Diantara banyaknya

permasalahan tersebut, satu hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh

masyarakat awam adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat.

Inkonsistensi penegakan hukum ini kadang melibatkan masyarakat itu

sendiri, keluarga, maupun lingkungan terdekatnya yang lain (tetangga, teman,

Page 13: File Makalah Mafia Hukum

dan sebagainya). Namun inkonsistensi penegakan hukum ini sering pula

mereka temui dalam media elektronik maupun cetak, yang menyangkut tokoh-

tokoh masyarakat (pejabat, orang kaya, dan sebagainya). Inkonsistensi

penegakan hukum ini berlangsung dari hari ke hari, baik dalam peristiwa yang

berskala kecil maupun besar.

Peristiwa kecil bisa terjadi pada saat berkendaraan di jalan raya.

Masyarakat dapat melihat bagaimana suatu peraturan lalu lintas (misalnya

aturan three-in-one di beberapa ruas jalan di Jakarta) tidak berlaku bagi

anggota TNI dan POLRI. Polisi yang bertugas membiarkan begitu saja mobil

dinas TNI yang melintas meski mobil tersebut berpenumpang kurang dari tiga

orang dan kadang malah disertai pemberian hormat apabila kebetulan

penumpangnya berpangkat lebih tinggi.

Contoh peristiwa klasik yang menjadi bacaan umum sehari-hari adalah :

koruptor kelas kakap dibebaskan dari dakwaan karena kurangnya bukti,

sementara pencuri ayam bisa terkena hukuman tiga bulan penjara karena

adanya bukti nyata.

E. Beberapa Akibat Inkonsistensi Penegakan Hukum di Indonesia

Inkonsistensi penegakan hukum di atas berlangsung terus menerus selama

puluhan tahun. Masyarakat sudah terbiasa melihat bagaimana law in action

berbeda dengan law in the book. Masyarakat bersikap apatis bila mereka tidak

tersangkut paut dengan satu masalah yang terjadi. Apabila melihat penodongan

di jalan umum, jarang terjadi masyarakat membantu korban atau melaporkan

pelaku kepada aparat. Namun bila mereka sendiri tersangkut dalam suatu

masalah, tidak jarang mereka memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum

ini.

Page 14: File Makalah Mafia Hukum

Beberapa contoh kasus berikut ini menunjukkan bagaimana perilaku

masyarakat menyesuaikan diri dengan pola inkonsistensi penegakan hukum di

Indonesia.

1. Ketidakpercayaan Masyarakat pada Hukum

Masyarakat meyakini bahwa hukum lebih banyak merugikan mereka,dan

sedapat mungkin dihindari. Bila seseorang melanggar peraturan lalu lintas

misalnya, maka sudah jamak dilakukan upaya “damai” dengan petugas polisi

yang bersangkutan agar tidak membawa kasusnya ke pengadilan . Memang

dalam hukum perdata, dikenal pilihan penyelesaian masalah dengan arbitrase

atau mediasi di luar jalur pengadilan untuk menghemat waktu dan biaya.

Namun tidak demikian hal nya dengan hukum pidana yang hanya

menyelesaikan masalah melalui pengadilan.

Di Indonesia, bahkan persoalan pidana pun masyarakat mempunyai pilihan

diluar pengadilan. Pendapat umum menempatkan hakim pada posisi “tertuduh”

dalam lemahnya penegakan hukum di Indonesia, namun demikian peranan

pengacara, jaksa penuntut dan polisi sebagai penyidik dalam hal ini juga

penting. Suatu dakwaan yang sangat lemah dan tidak cermat, didukung dengan

argumentasi asal-asalan, yang berasal dari hasil penyelidikan yang tidak akurat

dari pihak kepolisian, tentu saja akan mempersulit hakim dalam memutuskan

suatu perkara.

Kelemahan penyidikan dan penyusunan dakwaan ini kadang bukan

disebabkan rendahnya kemampuan aparat maupun ketiadaan sarana

pendukung, tapi lebih banyak disebabkan oleh lemahnya mental aparat itu

sendiri.

Beberapa kasus menunjukkan aparat memang tidak berniat untuk

melanjutkan perkara yang bersangkutan ke pengadilan atas persetujuan dengan

pihak pengacara dan terdakwa, oleh karena itu dakwaan disusun secara

sembarangan dan sengaja untuk mudah dipatahkan. Beberapa kasus pengadilan

Page 15: File Makalah Mafia Hukum

yang memutus bebas terdakwa kasus korupsi yang menyangkut pengusaha

besar dan kroni mantan presiden Soeharto menunjukkan hal ini. Terdakwa

terbukti bebas karena dakwaan yang lemah.

2. Penyelesaian Konflik dengan Kekerasan

Penyelesaian konflik dengan kekerasan terjadi secara sporadis di beberapa

tempat di Indonesia. Suatu persoalan pelanggaran hukum kecil kadang

membawa akibat hukuman yang sangat berat bagi pelakunya yang diterima

tanpa melalui proses pengadilan. Pembakaran dan penganiayaan pencuri

sepeda motor, perampok, penodong yang dilakukan massa beberapa waktu

yang lalu merupakan contoh. Menurut Durkheim masyarakat ini menerapkan

hukum yang bersifat menekan (repressive). Masyarakat menerapkan sanksi

tersebut tidak atas pertimbangan rasional mengenai jumlah kerugian obyektif

yang menimpa masyarakat itu, melainkan atas dasar kemarahan kolektif yang

muncul karena tindakan yang menyimpang dari pelaku. Masyarakat ingin

memberi pelajaran kepada pelaku dan juga pada memberi peringatan anggota

masyarakat yang lain agar tidak melakukan tindakan pelanggaran yang sama.

Pada beberapa kasus yang lain, masyarakat menggunakan kelompoknya

untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Mulai dari skala “kecil” seperti

kasus Matraman yang melibatkan warga Palmeriam dan Berland, kasus

tawuran pelajar, sampai dengan kasus-kasus besar seperti Ambon, Sambas,

Sampit, dan sebagainya. Pada kasus Sampit, misalnya, konflik antara etnis

Dayak dan Madura yang terjadi karena ketidakadilan ekonomi tidak dibawa

dalam jalur hukum, melainkan iselesaikan melalui tindakan kelompok.

Dalam hal ini, kebenaran menurut hukum tidak dianut sama sekali,

masing-masing kelompok menggunakan norma dan hukumnya dalam

menentukan kebenaran serta sanksi bagi pelaku yangmelanggar hukum

menurut versinya tersebut. Tidak diperlukan adanya argumentasi dan

Page 16: File Makalah Mafia Hukum

pembelaan bagi si terdakwa. Suatu kesalahan yang berdasarkan keputusan

kelompok tertentu, segera divonis menurut aturan kelompok tersebut.

3. Pemanfaatan Inkonsistensi Penegakan Hukum untuk Kepentingan

Pribadi

Dalam beberapa kasus yang berhasil ditemukan oleh media cetak, terbukti

adanya kasus korupsi dan kolusi yang melibatkan baik polisi, kejaksaan,

maupun hakim dalam suatu perkara. Kasus ini biasanya melibatkan pengacara

yang menjadi perantara antara terdakwa dan aparat penegak hukum. Fungsi

pengacara yang seharusnya berada di kutub memperjuangkan keadilan bagi

terdakwa , berubah menjadi pencari kebebasan dan keputusan seringan

mungkin dengan segala cara bagi kliennya.

Sementara posisi polisi dan jaksa yang seharusnya berada di kutub yang

menjaga adanya kepastian hukum, terbeli oleh kekayaan terdakwa. Demikian

pula hakim yang seharusnya berada ditengah-tengah dua kutub tersebut, kutub

keadilan dan kepastian hukum, bisa jadi condong membebaskan atau

memberikan putusan seringan-ringannya bagi terdakwa setelah melalui

kesepakatan tertentu.

Dengan skenario diatas, lengkaplah sandiwara pengadilan yang seharusnya

mencari kebenaran dan penyelesaian masalah menjadi suatu pertunjukan yang

telah diatur untuk membebaskan terdakwa. Dan karena menyangkut uang,

hanya orang kaya lah yang dapat menikmati keadaan inkonsistensi penegakan

hukum ini. Sementara orang miskin (atau yang relatif lebih miskin) akan

putusan pengadilan yang lebih tinggi.

4. Penggunaan Tekanan Asing dalam Proses Peradilan

Campur tangan asing bagaikan pisau bermata dua. Disatu pihak tekanan

asing dapat membawa berkah bagi pencari keadilan dengan dipercepatnya

penyidikan dan penegakan hukum oleh aparat. Lembaga asing non pemerintah

Page 17: File Makalah Mafia Hukum

biasanya aktif melakukan tekanan-tekanan semaam ini, misalnya dalam

pengusutan kasus pembunuhan di Aceh, tragedi Ambon, Sambas, dan

sebagainya. Namun di lain pihak tekanan asing kadang juga memberi mimpi

buruk pula bagi masyarakat.

Beberapa perusahaan asing yang terkena kasus pencemaran lingkungan,

gugatan tanah oleh masyarakat adat setempat, serta sengketa perburuhan,

kadang menggunakan negara induknya untuk melakukan pendekatan dan

tekanan terhadap pemerintah Indonesia agar tercapai kesepakatan yang

menguntungkan kepentingan mereka, tanpa membiarkan hukum untuk

menyelesaikannnya secara mandiri. Tekanan tersebut dapat berupa ancaman

embargo, penggagalan penanaman modal, penghentian dukungan politik, dan

sebagainya.

Kesemuanya untuk meningkatkan posisi tawar mereka dalam proses

hukum yang sedang atau akan dijalaninya.

F. Paradigma Hukum Progresif

1. Pengertian Hukum Progresif

Hukum Progresif secara linguistik merupakan ungkapan sifat dan substansi

dan hukum. Dalam kamus bahasa Indonesia progresif diartikan sebagai ke

arah kemajuan, berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang.

Sedangkan dari istilah Satjipto Rahardjo mengkristalisasi apa yang

dimaksud dengan hukum progresif dan paradigm yang menopangnya, yaitu:

Pertama, hukum adalah untuk manusia, bukan manusia untuk hukum.

Nilai ini menempatkan bahwa yang menjadi titik sentral dari hukum bukanlah

hukum itu sendiri, melainkan manusia. Bila manusia berpegang pada

keyakinan bahwa manusia ada untuk hukum, maka manusia itu akan selalu

diusahakan, mungkin juga dipaksakan, untuk bisa masuk ke dalam skema-

Page 18: File Makalah Mafia Hukum

skema yang telah dibuat oleh hukum. Sebaliknya, pandangan yang menyatakan

bahwa hukum adalah untuk manusia senada dengan pandangan antroposentris

yang humanis dan membebaskan.

Kedua, Hukum Progresif menolak untuk mempertahankan status quo

dalam berhukum. Mempertahankan status quo berarti mempertahankan

segalanya, dan hukum adalah tolak ukur untuk semuanya. Pandangan status

quo itu sejalan dengan cara positifistik, normatif, dan legalistik. Sehingga

sekali undang-undang menyatakan atau merumuskan seperti itu, kita tidak bisa

berbuat banyak, kecuali hukumnya dirubah terlebih dahulu.

Ketiga, Hukum Progresif memberikan perhatian besar terhadap peranan

perilaku manusia dalam berhukum. Perilaku disini dipengaruhi oleh

pengembangan pendidikan hukum lebih menekankan penguasaan terhadap

perundang-undangan yang berakibat terpinggirnya manusia dari perbuatannya

di dalam hukum.

Secara ringkas beliau memberikan rumusan sederhana tentang hukum

progresif, yaitu melakukan pembebasan, baik dalam cara berpikir maupun

bertindak dalam hukum, sehingga mampu membiarkan hukum itu mengalir

saja untuk menuntaskan tugasnya mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan.

2. Latar Belakang Munculnya Hukum Progresif

Hukum progresif muncul sebagai bentuk reaksi dari berhentinya aliran

positivisme hukum.

Ada beberapa kritik terhadap aliran positivis.; Pertama, bahwa tidak

semua hukum lahir dari keinginan pihak yang berdaulat. Kebiasaan-kebiasaan

yang diperkenalkan oleh pengadilan, sama sekali tidak merupakan ungkapan

keinginan pihak yang berdaulat.

Kedua, deskripsi Austin tentang hukum lebih mendekati hukum pidana

yang membebankan kewajiban-kewajiban.

Page 19: File Makalah Mafia Hukum

Ketiga, rasa takut bukan satu-satunya motif sehingga orang menaati

hukum. Terdapat banyak motif lain sehingga orang menaati hukum, seperti

rasa respek terhadap hukum, simpati terhadap pemeliharaan tata tertib hukum,

atau alasan yang sifatnya manusiawi sehingga rasa takut hanya motif

tambahan.

Keempat, definisi hukum dari kaum positivis tidak dapat diterapkan

terhadap hukum tata negara, karena hukum tata negara tidak dapat digolongkan

dalam perintah dari yang berdaulat.

Aliran hukum positif memandang perlu untuk memisahkan secara tegas

antara hukum dan moral. Dalam kacamata positivis, tiada hukum kecuali

perintah peenguasa, bahkan aliran positivitas legalisme menganggap bahwa

hukum identik dengan undang-undang.

Pengaruh positivis modern telah memasuki segala sektor keilmuan.

Ditandai dengan kebangkitan semangat Eropa, melalui Renaisance, sebagai

abad pencerahan yang diyakini akan mampu membawa harapan melalui ilmu

pengetahuan pada orde peradaban yang dapat memecahkan segala persoalan

hidup manusia.

Di bidang hukum sejak lebih kurang 200 tahun, negara-negara di dunia

menggunakan konsep hukum modern. Praktis, hukum manghadapi pertanyaan

yang spesialitik, teknologis, bukan pertanyaan moral. Keadaan demikian itu

sangat kuat nampak pada hukum sebagai profesi.

Hukum positif muncul bersamaan dengan berkembangnya tradisi keilmuan

yang mampu membuka cakrawala baru dalam sejarah umat manusia yang

semula terselubung cara-cara pemahaman tradisional.

Positivisme adalah aliran yang mulai menemui bentuknya dengan jelas

melalui karya Agust Comte (1798-1857) dengan judul Course de Philoshopie

Positive, yang hany mengakui fakta-fakta positif dan fenomena-fenomena yang

bisa diobservasi dengan hubungan obyektif fakta-fakta ini, danhukum-hukum

Page 20: File Makalah Mafia Hukum

yang menentukannya, meninggalkan semua penyelidikan menjadi sebab-sebab

atau asal-usul tertinggi. Agust Comte membagi evolusi menjadi tiga tahap;

Pertama, tahap teologis dimana semua fenomena dijelaskan dengan

menunjukkan sebab-sebab supernatural dan intervensi yang bersifat

ilahi.

Kedua, tahap metafisika, pada tahp ini pemikiran diarahkan menuju

prinsip-prinsip dan ide-ide tertinggi.

Ketiga, tahap positif yang menolak semua konstruksi hipotesis

dalam filsafat dan membatasi diri pada observasi empirik dan

hubungan fakta-fakta di bawah bimbingan metode-metode yang

dipergunakan dalam ilmu-ilmu alam.

Garis besar ajaran positivisme berisi sebagai berikut: pertama, hanya ilmu

yang bebas nilai yang dapat memberikan pengetahuan yang sah; kedua, hanya

fakta (ikhwal/peristiwa empiris) yang dapat menjadi obyek ilmu; ketiga,

metode filsafat tidak berbeda dengan metode ilmu; keempat, tugas filsafat

adalah menemukan asas-asas umum yang berlaku bagi semua ilmu dan

menggunakan asas-asas tersebut sebagai pedoman bagi perilaku manusia dan

menjadikan landasan bagi semua organisasi sosial; keenam, mengacu pada

ilmu-ilmu alam dan ketujuh berupaya memperoleh suatu pandangan tunggal

tentang dunia fenomena, baik dunia fisik, maupun dunia manusia melalui

aplikasi metode-metode dan perluasan jangkauan hasil-hasil alam.

Positivisme oleh Hart diartikan sebagai berikut: pertama, hukum adalah

perintah; kedua, analis terhadap konsep-konsep hukum adalah suatu yang

berharga untuk dilakukan; ketiga, keputusan-keputusan dapat didedukasikan

secara logis dari peraturan-peraturan yang sudah ada terlebih dahulu tanpa

menunjukkan kepada tujuan-tujuan sosial, kebijaksanaan maupun moralitas;

keempat, penghukuman secara moral tidak dapat ditegakkan dan dipertahankan

oleh penalaran rasional, pembuktian atau pengujian, dan kelima, hukum

Page 21: File Makalah Mafia Hukum

sebagaimana diundangkan, ditetapkan harus senantiasa dipisahkan dari hukum

yang seharusnya diciptakan yang diinginkan.

Dalam negara modern, hukum positif dibuat oleh penguasa yang berdaulat.

Penguasa digambarkan sebagai manusia superior yang bersifat menentukan.

Penguasa ini mungkin seorang individu. Menurut John Austin, karakteristik

hukum positif terletak pada karakteristik imperatifnya. Artinya, hukum

dipahami sebagai suatu perintah dari penguasa. Pemikiran semacam ini

kemudian dikembangkan oleh Rudolf van Hearinga dan George Jellinek yang

menekankan pandangan pada orientasi untuk mengubah teori-teori negara

berdaulat sebagai gudang dan sumber hukum.

Paham positivisme mempengaruhi kehidupan bernegara untuk

mengupayakan positivisasi norma-norma keadilan agar segera menjadi norma

perundang-undangan untuk mempercepat terwujudnya negara bangsa yang

diidealkan.

Hukum adalah perintah penguasaan negara. Hakikat hukum menurut John

Austin terletak pada unsur perintah. Hukum dipandang sebagai suatu sistem

yang tetap, logis, dan tertutup. Karena itu, pihak penguasalah yang menentukan

apa yang diperbolehkan dan yangtidak diperbolehkan. Kekuasaan dari

penguasa dapat memberlakukan hukum dengan cara menakuti dan

mengarahkan tingkah laku orang lain kea rah yang diinginkan.

John Austin, pada mulanya, membedakan hukum dalam dua jenis, yaitu

hukum dari Tuhan untuk manusia dan hukum yang dibuat oleh manusia dapat

dibedakan dengan hukum yang sebenarnya dan hukum yang tidak sebenarnya.

Hukum yang sebenarnya inilah yang disebut hukum positif yang meliputi

hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia

secara individual untuk untuk melaksanakan hak-hak yang diberikan

kepadanya. Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum yang tidak dibuat

oleh penguasa sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum. Hukum

Page 22: File Makalah Mafia Hukum

yang sebenarnya memiliki empat unsure, yaitu perintah (Command), sangsi

(sanction), kewajiban (duty), dan kedaulatan (soveignty).

Sementara menurut Hans Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasir-

anasir non yuridis sperti unsure sosiologis, politis, historis, bahkan nnilai-nilai

etis. Pemikiran inilah yang dikenal sebagai teori hukum murni (reine

rechlehre). Jadi hukum adalah suatu kategori keharusan (sollens kategorie)

bukan kategori faktual (sains kategorie). Hukum baginya merupakan suatu

keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional.

Dasar-dasar pokok pikiran teori hukum Hans Kelsen adalah sebagai

berikut: pertama, tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu adalah

untuk ,mengurangi kekalutan dan meningkatkan kesatuan (unity); kedua, teori

hukum adalah ilmu, bukan kehendak, keinginan. Ia adalah pengetahuan tentang

hukum yang ada bukan tentang hukum yang seharusnya ada; ketiga, ilmu

hukum adalah normatif bukan ilmu alam; keempat, sebagai teori tentang

hukum adalah formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari sisi yang

berubah-ubah menurut jalan atau pikiran yang spesifik; kelima, hubungan

antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu adalah seperti

antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.

3. Teori-teori yang Menopang Hukum Progresif

a. Teori Hukum Responsif

Teori hukum responsive ini digagas oleh Nonet & Selznick. Teori

hukum responsive menghendaki agar hukum senantiasa peka terhadap

perkembangan masyarakat, dengan karakternya yang menonjol yaitu

menawarkan lebih dari sekedar procedural justice, berorientasi pada

keadilan, memperhatikan kepentingan publik, dan lebih dari pada itu

mengedepankan pada substancial justice.

b. Teori Realisme Hukum

Page 23: File Makalah Mafia Hukum

Teori hukum realis atau legal realism (Oliver wendel Holmes)

terkenal dengan kredonya bahwa “The life of the law has not been logic: it

has been experience”. Dengan konsep bahwa hukum bukan lagi sebatas

logika tetapi experience, maka hukum tidak dilihat dari kacamata hukum

itu sendiri, melainkan dilihat dan dinilai dari tujuan sosial yang ingin

dicapai, serta akibat-akibat yang timbul dari bekerjanya hukum.

Menurut Bernard L. Tanya teori-teoei yang berada dalam paying

realisme hukum, sesungguhnya berinduk pada empirisme yang oleh David

Hume dipatrikan sebagai pengetahuan yang bertumpu pada kenyataan

empiris. Empirisme namun menolak pengetahuan spekulatif yang hanya

mengandalkan penalaran logis ala rasionalisme abad ke-18. Ide-ide

rasional, menurut empirisme, bukanlah segala-galanya. Ia tidak bisa

diandalkan sebagai sumber kebenaran tunggal. Ide-ide itu perlu dipastikan

kebenarannya dalam dunia empiris. Dari situlah kebenaran sejati bisa

terjadi.

Realisme sendiri bercabang dua, yakni Realisme Hukum Amerika

dan Realisme Hukum Skandinavia. Realisme Hukum Amerika

menempatkan empirisme dalam sentuhan pragmatis—sikap hidup yang

menekankan aspek manfaat dan kegunaaan berdasarkan pengalaman.

Maka Realisme Amerika beranjak dari sikap yang demikian itu. Holmes

dan Frank, dan Cardozo misalnya, tidak terlalu tergiur dengan gambaran-

gambaran ideal tentang hukum, dan juga tidak terbiuus dengan lukisan-

lukisan normatif yang apriori tentang hukum.

Realisme Hukum Skandinavia, berbeda lagi. Aliran ini

menempatkan empirisme dalam sentuhan psikologi. Aliran yang

berkembang di Uppsala, Swedia awal abad ke-20 ini, mencari kebenaran

suatu pengertian dalam situasi tertentu dengan menggunakan psikologi,

yang justru menaruh perhatian pada perilaku manusia ketika berada dalam

‘kontrol’ hukum. Dengan memanfaatkan psikologi, para eksponen aliran

ini mengkaji perilaku manusia (terhadap hukum) untuk menemukan arti

hukum yang sebenarnya.

Page 24: File Makalah Mafia Hukum

c. Teori Hukum Sosiological Jurisprudence

Teori hukum lain yang lahir dari proses dialektika antara tesis

positivisme hukum dan antithesis aliran sejarah, yaitu sociological

jurisprudence yang berpendapat bahwa hukum yang baik haruslah hukum

yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Teori ini

memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan hukum yang hidup.

Tokoh aliran ini terkenal di antaranya adalah Eugen Ehrlich yang

berpendapat bahwa hukum positif baru akan berlaku secara efektif apabila

berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Tokoh

lain yaitu Roscoe Pound yang mengeluarkan teori hukum adalah alat

untuk merekayasa sosial (law of a tool of social engineering), juga

menganjurkan supaya ilmu sosial didayagunakan untuk kemajuan dan

pengembangan ilmu hukum.

Langkah progresif yang memfungsikan hukum untuk menata

perubahan. Dalam teori Pound tentang law as a tool of social engineering,

yaitu menata kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Pound

mengajukan tiga kategori kelompok kepentingan, yaitu kepentingan

umum, sosial, dan kepentingan pribadi.

Kepentingan-kepentingan yang tergolong kepentingan umum,

terdiri atas dua, yaitu:

Kepentingan- kepentingan negara sebagai badan hukum dalam

mempertahankan kepribadian dan hakikatnya.

Kepentingan- kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan-

kepentingan sosial.

Sementara yang tergolong kepentingan pribadi/ perorangan adalah:

Pribadi (Integritas fisik, kebebasan berkehendak,

kehormatan/nama baik, privacy, kebebasan kepercayaan, dan

kebebasan berpendapat).

Page 25: File Makalah Mafia Hukum

Kepentingan- kepentingan dalam hubungan rumah

tangga/domestic (Orang tua, anak, suami/istri).

Kepentingan substansi meliputi perlindungan hak milik,

kebebasan menyelesaikan warisan, kebebasan berusaha dan

mengadakan kontrak, hak untuk mendapatkan keuntungan yang

sah, pekerjaan, dan hak untuk berhubungan dengan orang lain.

Sedangkan kepentingan sosial meliputi enam jenis kepentingan:

Pertama, kepentingan sosial dalam soal keamanan umum. Ini

meliputi kepentingan dalam melindungi kepentingan dan ketertiban,

kesehatan dan keselamatan, keamanan atau transaksi-transaksi dan

pendapatan.

Kedua, kepentingan sosial dalam hal keamanan institusi sosial

meliputi:

Perlindungan huibungan-hubungan rumah tangga dan lembaga-

lembaga politik serta ekonomi yang sudah lama diakui dalam

ketentuan-ketentuan hukum yang menjamin lembaga perkawinan

atau melindungi keluarga sebagai lembaga sosial.

Keseimbangan antara kesucian perkawinan dan hak untuk bercerai.

Perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan antara suami dan istri

terhadap hak bersama untuk menuntut ganti rugi karena perbuatan

yang tidak patut.

Keseimbangan antara perlindungan lembaga-lembaga keagamaan

dan tuntutan akan kemerdekaan beragama.

Menyangkut kepentingan keamanan lembaga-lembaga politik,

maka perlu ada keseimbangan antara jaminan kebebasan berbicara

dan kepentingan.

Ketiga, kepentingan-kepentingan sosial menyangkut moral umum.

Meliputi perlindungan masyarakat terhadap merosotnya moral seperti

korupsi, judi, fitnah, transaksi-transaksi yang bertentangan dengan

Page 26: File Makalah Mafia Hukum

kesusilaan, serta ketentuan-ketentuan yang ketat mengenai tingkah

laku.

Keempat, kepentingan sosial menyangkut pengamanan sumber

daya sosial. Ini diuraikan Pound sebagai tuntutan yang berkaitan

dengan kehidupan sosial dalam masyarakat beradab agar orang jangan

boros dengan apa yang ada. Penyalahgunaan hak atas barang yang

dapat merugikan orang termasuk dalam kategori ini.

Kelima, kepentingan sosial menyangkut kemajuan sosial. Ini

berkaitan dengan keterjaminan hak manusia memanfaatkan alam untuk

kebutuhannnya, tuntutan agar rekayasa sosial bertambah banyak dan

terus bertambah baik, dan lain sebagainya.

Keenam, kepentingan sosial menyangkut kehidupan individual

(pernyataan diri, kesempatan, kondisi kehidupan ). Ini berkaitan

dengan tuntutan agar kehidupannya sesuai dengan patokan-patokan

masyarakat. Kepentingan inilah yang oleh Pound dilukiskan sebagai

“hal yang paling penting dari semuanya”. Hal ini diakui dalam

perlindungan hukum atas kebebasan berbicara, kebebasan bekerja, dan

kebebasan berusaha sesuai patokan-patokan masyarakat.

d. Hukum Alam atau Natural Law

Teori hukum ini memberi penjelasan tentang hal-hal yang meta-

juridical. Hukum alam sesungguhnya merupakan suatu konsep yang

mencakup banyak teori. Berbagai anggapan dan pendapat yang

dikelompkkan dalam hukum alam ini bermunculan. Istilah hukum alam

dituangkan dalam berbagai arti oleh berbagai arti oleh barbagai arti oleh

kalangan pada masa yang berbeda.

Page 27: File Makalah Mafia Hukum

Macam-macam anggapan tersebut diantaranya adalah: pertama,

merupakan ideal yang menuntun perkembangan hukum dan

pelaksanaannya; kedua, suatu dasar dalam berhukum yang bersifat moral

yang menjaga jangan sampai terjadi suatu pemisahan secara total antara

yang ada sekarang dan yang seharusnya; ketiga, suatu metode untuk

menuntun hukum yang sempurna; keempat, isi dari hukum yang sempurna

yang dapat didiskusikan secara akal, dan kelima, suatu kondisi yang harus

ada bagi kehadiran hukum.

Tokoh pendekatan ini diantaranya adalah Hugo de Graat atau

Grotius yang memunculkan pemahaman hukum alam bersifat sekuler.

Menurut paham ini,hukum berasal dari alam dan keberadaannya tidak

bergantung pada Tuhan.

Kelemahan hukum alam adalah karena ide atau konsep tentang apa

yang disebut hukum bersifat abstrak. Hal ini akan menimbulakan

perubahan orientasi berpikir dengan tidak lagi menekankan pada nilai-nilai

yang ideal dan abstrak, melainkan lebih mempertimbangkan persoalan

yang nyata dalam pergaulan masyarakat.

e. Studi Hukum Kritis Atau Critical Legal studies

Studi hukum kritis atau Critical Legal Studies (CLS) dipelopori

oleh Roberto M. Unger yang tidak puas dengan hukum modern yang

antara lain penuh dengan prosedur. CLS menawarkan analisis kritis

terhadap hukum dengan melihat relasi suatu doktrin hukum dengan

realitas dan mengungkapkan kritiknya.

Kalangan CLS ingin mengedepankan analisis hukum yang tidak

hanya bertumpu semata-mata pada segi-segi doktrinal (internal relation),

tetapi juga dengan mempertimbangkan berbagai faktor dari luar itu seperti

prefensi- prefensi ideologis, bahasa, kepercayaan, nilai-nilai, dan konteks

politik dalam proses pembentukan dan aplikasi hukum (external relation).

CLS menuntut pemahaman terhadap kepustakaan fenomenologi, post-

Page 28: File Makalah Mafia Hukum

struktualisme, dekonstruksi, dan linguistik untuk membantu memahami

relasi eksternal tersebut.

BAB III

EKSISTENSI MAFIA HUKUM DI INDONESIA

Dibukanya rekaman pembicaraan hasil sadapan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dari telepon milik pengusaha Anggodo Widjoyo dalam siding di

Mahkamah Konstitusi (MK) pada bulan November 2009 yang lalu seakan

membuka mata dan telinga seluruh masyarakat Indonesia mengenai keberadaan

mafia di system masyarakat Indonesia. Dari rekaman berdurasi 4,5 jam itu

terungkap adanya konspirasi antara pejabat di Kepolisian, Kejaksaan, pengacara

serta sejumlah orang di lingkaran dunia hukum dengan Anggodo untuk menjebak

pimpinan KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.

Walaupun belum terbukti kebenarannya, rekaman pembicaraan itu seakan

membeberkan dengan jelas bagaimana permainan para aparat hukum baik

Kepolisian, Kejaksaan, dan pengacara dalam merekayasa atau mengarahkan suatu

perkara mulai dari membuat keterangan palsu di BAP sampai menyuap para

penyidik di Kepolisian.

Terungkapnya rekayasa peradilan ini, juga menyadarkan semua pihak

bahwa kebobrokan sistem hukum yang selama ini seakan hanya bayangan,

ternyata benar-benar ada dan terbukti di depan mata.

Page 29: File Makalah Mafia Hukum

1. Pengertian dan peristilahan

Apabila dilihat aspek bahasa, mafia hukum terdiri akar kata mafia dan

hukum. Mafia berasal dari bahasa Sisiliakuno, Mafiusu, yang diduga mengambil

kata Arab mahyusu yang artinya tempat perlindungan atau pertapaan. Setelah

revolusi pada 1848, keadaan pulau Sisilia kacau sehingga mereka perlu

membentuk ikatan suci yang melindungi mereka dari serangan bangsa lain dalam

hal ini bangsa Spanyol. Nama mafia mulai terkenal setelah sandiwara dimainkan

pada1863 dengan judul mafusi di la Vicaria “Cantiknya rakyat Vicaria”, yang

menceritakan tentang kehidupan padda gang penjahat di penjara Palermo.

Dari beberapa sumber ada dua bentuk pengertian dari mafia hukum ini,

yaitu penyebutan mafia hukum dan mafia peradilan . Pertama, Mafia Hukum di

sini lebih dimaksudkan pada proses pembentukan Undang-Undang oleh Pembuat

undang-undang yang lebih sarat dengan nuansa politis sempit yang lebih

berorientasi pada kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Bahwa sekalipun

dalam politik hukum di Indonesia nuansa politis dalam pembuatan UU dapat saja

dibenarkan sebagai suatu ajaran keputusan politik yang menyangkut kebijakan

politik, namun nuansa politis di sini tidak mengacu pada kepentingan sesaat yang

sempit akan tetapi ‘politik hukukm” yang bertujuan mengakomodir pada

kepentingan kehidupan masyarakat luas dan berjangka panjang.

Sebagai contoh kecil lahirnya Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 25

tahun 1997 yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 oktober 2002 (berdasarkan

Perpu No.3 tahun2000 yang telah ditetapkan sebagai UU berdasarkan UU No. 28

tahun 2000), namun belum genap berumur 6 bulan UU tersebut berlaku UU

tersebut telah dicabut pada tanggal 25 Maret 2003 dengan diundangkan lagi UU

No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengganti UU No. 25 tahun

1997.

Kedua, Mafia Peradilan di sini dimaksudkan pada hukum dalam praktik

yang ada di tangan para Penegak Hukum dimana secara implicit “hukum dan

keadilan” telah berubah menjadi suatu komoditas yang dapat diperdagangkan.

Page 30: File Makalah Mafia Hukum

Bentuk-bentuk mafia peradilan, misalnya makelar kasus, suap menyuap,

pemerasan, mengancam pihal-pihak lain, pungutan-pungutan yang tidak

semestinya, dan sebagainya.

Mafia Peradilan tidak bisa dibuktikan keberadaanya. Jika bisa dibuktikan

berarti bukan “mafia” namun kejahatan biasa. Menurut Ensiklopedi Nasional

Indonesia, mafia adalah suatu organisasi kriminal yang hampir menguasai seluruh

aspek kehidupan masyarakat. Istilah mafia merujuk pada kelompok rahasia

tertentu yang melakukan tindak kejahatan terorganisasi sehingga kegiatan mereka

sangat sulit dilacak secara hukum.

Ada pengertian lain dari mafia hukum ini. Istilah mafia disini menunjuk

pada adanya “suasana” yang sedemikian rupa sehingga perilaku, pelayanan,

kebijaksanaan maupun keputusan tertentu akan terlihat secara kasat mata sebagai

suatu yang berjalan sesuai dengan hukum padahal sebetulnya “tidak”. Dengan

kata lain mafia peradilan ini tidak akan terlihat karena mereka bisa berlindung

dibalik penegakan dan pelayanan hukum. Masyarakat menjadi sulit untuk

mengenali mana penegak hukum yang jujur dan tidak terpengaruh oleh mafia

dengan para penegak hukum yang sudah terkontaminasi.

2. Eksistensi Mafia Hukum di Lembaga Peradilan

Mafia Peradilan dalam perkara pidana mencakup semua proses pidana

sejak pemeriksaan di kepolisian, penututan di kejaksaan, pemeriksaan di semua

tingkat peradilan, sejak pengadilan tingkat pertama hingga Mahkamah Agung.

Misalnya perihal Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3) di tingkat

kepolisian maupun kejaksaan. SP3 ini tidak mungkin bisa diterbitkan secara

gratis. Pasti ada harganya. Harganya bisa dalam rupiah maupun keuntungan

politis tertentu.

Hak penyidik, penuntut umum atau hakim untuk menahan atau tidak

menahan seseorang tersangka atau terdakwa adalah wilayah paling rawan

terjadinya transaksi yang sifatnya moniter. Hukum acara yang mendasari

wewenang untuk menahan memang lemah. Hanya atas dasar kekhawatiran maka

Page 31: File Makalah Mafia Hukum

para penegak hukum ini dengan mudah dapat melakukan penahanan terhadap

tersangka.

3. Modus Operandi Beberapa Kasus Mafia Hukum

3.1. Modus Operandi Mafia Kasus

Rekaman yang diputar di Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah bukti

bahwa ternyata mafia itu ada. Makelar itu punya akses VIP ke orang-orang VVIP

di puncak-puncak badan penegak hukum. Mafia itu kuatdan bisa bahkan

menjebloskan orang, memerangkap orang, dan mengatur berbagai kesaksian agar

bisa dipercepat dan dieksekusi badan penwgak hukum.

Rekaman selama beberapa jam itu membeberkan misteri yang selama ini

hanya diketahui sepotong-sepotong dan tidak ada bukti yang jelas. Jika

diungkapkan ke publik pun akan dikenai pasal pencemaran nama baik. Mereka

adalah korps tidak terlihat, tangan-tangan yang mengatur semua perkara apa yang

bisa diselesaikan sesuai permintaan.

Busyro Muqoddas membeberkan modus operandi dari mafia hukum ini.

Menurutnya, ada empat modus operandi mfia peradilan di Indonesia.

Modus pertama, adalah penundaan pembacaan putusan oleh majelis

hakim. “Kalau ditanyakan ke panitera, akan dapat sinyal bahwa hakim minta

sesuatu”.

Modus kedua, adalah manipulasi fakta hukum. “Hakim sengaja tidak

memberi penilaian terhadap suatu fakta atau sutu bukti tertentu sehingga

putusannya ringan atau bebas”.

Modus ketiga, adalah manipulasi penerapan peraturan perundang-

undangan yang tidak sesuai dengan fakta hukum yang terungkap di persidangan.

Majelis hakim, mencariperaturan hukum sendiri sehingga fakkta-fakta hukum

ditafsirkan berbeda.

Page 32: File Makalah Mafia Hukum

Modus keempat, adalah pencaria peraturan perundang-undangan oleh

majelis hakim agar dakwaan jaksa beralih ke pihak lain. Terutama pada kasus

korupsi. “ Dibuat agar terdakwamelakukan hal tersebut atas perintah atasan

sehingga terdakwa dibebaskan”.

Selain itu, terdapat bentuk-bentuk dan modus operansi dari mafia hukum

mulai dari kepolisian hingga di Lembaga pemasyarakatan;

Kepolisian

a. Tahap Penyelidikan

Permintaan uang jasa. Laporan ditindak lanjuti setelah

menyerahkan uang jasa.

Penggelapan perkara. Penanganan perkara dihentikan setelah

ada kesepakatan membayar sejumlah uang pada polisi.

b. Tahap Penyidikan

Negosiasi perkara

Tawar menawar pasal yang dikenakan terhadap tersangka

dengan uang yang berbeda-beda.

Menunda surat pemberitahuan dimulainya penyidikan

kepada kejaksaan.

Pemerasan oleh Polisi

Tersangka dianiaya lebih dulu agar mau kooperatif dan

menyerahkan uang.

Mengarahkan kasus lalu menawarkan jalan damai.

Pengaturan ruang Tahanan

Penempatan di ruang tahanan menjadi alat tawar menawar.

Kejaksaan

a. Pemerasan

Penyidikan diperpanjang untuk merundingkanuang damai

Surat panggilan sengaja tanpa status “saksi” atau “tersangka”,

pada ujung agar statusnya tidak menjadi “tersangka”.

Page 33: File Makalah Mafia Hukum

b. Negosiasi Status

Perubahan status tahanan seorang tersangka juga jadi alat

tawar-menawar.

c. Pelepasan Tersangka

Melalui surat perintah penghentian penyidikan (SP3) atau

sengaja membuat dakwaan ynga kabur (obscuur libel)

sehingga terdakwa di vonis bebas.

d. Penggelapan Perkara

Berkas perkara dapat dihentikan jika memberikan sejumlah

uang.

e. Negosiasi Perkara

Proses penyidikan yang diulur-ulur merupakan isyarat agar

keluarga tersangka menghubungi jaksa.

Dapat melibatkan Calo, antara lain dari kejaksaan, anak

pejabat, pengacara rekanan jaksa.

Berat atau kecilnya dakwaan menjadi alat tawar menawar.

f. Pengurangan tuntutan

Tuntutan dapat dikurangi apabila tersangka memberikan

uang.

Berita acara pemeriksaan dibocorkan saat penyidikan.

Pasal yang disangkakan juga dapat diperdagangkan.

Persidangan

♪ Permintaan uang jasa

→ Pengacara harus menyiapkan uang ekstra untuk bagian

registrasi pengadilan.

♪ Penentuan Majelis Hakim

→ Dapat dilakukan sendiri, atau menggunakan jasa panitera

pengadilan.

Page 34: File Makalah Mafia Hukum

♪ Negosiasi Putusan

→ Sudah ada koordinasi sebelumnya mengenai tuntutan jaksa

yang berujung pada vonis hakim.

→ Tawar menawar antara hakim, jaksa dan pengacara mengenai

besarnya hukuman serta uang yang harus dibayarkan.

Tahap Banding Perkara

Negosiasi putusan

Pengacara menghubungi hakim yang mengadili, lalu tawar

menawar hukuman.

Penundaan eksekusi

Pelaksanaan putusan dapat ditunda dengan membayar

sejumlah uang kepada jaksa melalui calo perkara atau

pelaksana eksekusi.

Lembaga Pemasyarakatan

Pungutan bagi pengunjung

Uang cuti

Menggunakan orang lain yang identitasnya disesuaikan

identitas terpidana

Perlakuan istimewa

3.2. Contoh Kasus Mafia Hukum Di Indonesia

a. Kasus Jaksa urip Tri Gunawan

Seorang yang dikategorikan sebagai jaksa terbaik sehingga

dipercaya menjadi ketua Tim Penyelidikan Kasus BLBI-BDNI, Urip Tri

Gunawan, tertangkap tangan menerima uang yang diduga suap oleh

Komisi pemberantasan korupsi (KPK), 2 Maret 2008. Tak ttanggung-

tanggung, ia menerima suap sebanyak US$ 660.000 atau sekitar 6,1 milyar

Page 35: File Makalah Mafia Hukum

dari artalyta Suryani teman baik Sjamsul Nursalim, pengusaha yang terkait

kasus BLBI.

Jaksa itu, oleh KPK, dijadikan sebagai tersangka penerima suap,

kendati ia membantah dan mengakuinya sebagai transaksi jual-beli

permata. Namun KPK berkeyakinan telah punya bukti kuat bahwa hal itu

adalah suap.

b. Kasus Anggodo Widjoyo

Dalam rekaman percakapan antara Anggodo Widjoyo dan

beberapa pejabat Polri, Kejaksaan agung, penyidik polisi/jaksa, makelar

kasus, pengacara, adalah pembuktian adanya mafia peradilan. Arek

Surabaya di Jalan Karet 12 Surabaya itu, si Anggodo, membuktikan diri

sebagai kepala mafia.

Anggodo, dengan uangnya yang nyaris tak terbatas, bisa dengan

enaknya mendikte siapa saja. Termasuk mendikte orang-orang penting di

jajaran penegak hukum negeri ini. Dan memang begitulah kerja mafia.

Sejak dulu ada, bahkan dipraktikkan setiap hari, tapi sulit dibuktikan. Baru

kali ini rakyat Indonesia mendengar langsung ulah mafia itu.

Anggodo ibarat dewa sakti bertangan seribu. Dia paham betul yang

namanya BAP, berita acara pemeriksaan. Bagaimana cara menjebloskan

orang KPK, Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto, ke dalam penjara.

Dalam perkembangannya, kasus Anggodo dilimpahkan ke KPK

oleh pihak kepolisian, dengan harapan Anggodo dapat disilidiki dan

dijadikan tersangka.

4. Faktor-faktor Ketidak-adilan Penegakan Hukum dan Munculnya Mafia

Hukum

Kasus-kasus ketidakadilan penegakan hukum di Indonesia terjadi karena

beberapa hal. Penulis mengelompokkannya berdasarkan beberapa alasan yang

banyak ditemui oleh masyarakat awam, baik melalui pengalaman pencari keadilan

Page 36: File Makalah Mafia Hukum

itu sendiri, maupun peristiwa lain yang bisa diikuti melalui media cetak dan

elektronik.

1. Tingkat Kekayaan Seseorang

Salah satu keputusan kontroversial yang terjadi adalah jatuhnya putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) terhadap terpidana kasus korupsi

proyek pemetaan dan pemotretan areal hutan antara Departemen Hutan dan PT

Mapindo Parama, Mohammad “Bob” Hasan . PN Jakpus menjatuhkan hukuman

dua tahun penjara potong masa tahanan dan menetapkan terpidana tetap dalam

status tahanan rumah.

Putusan ini menimbulkan rasa ketidakadilan masyarakat, karena untuk

kasus korupsi yang merugikan negara puluhan milyar rupiah, Bob Hasan yang

sudah berstatus terpidana hanya dijatuhi hukuman tahanan rumah. Proses

pengadilan pun relatif berjalan dengan cepat.

Demikian pula yang terjadi dengan kasus Bank Bali, BLBI (Bantuan

Likuiditas Bank Indonesia), kasus Texmaco, dan kasus-kasus korupsi milyaran

rupiah lainnya. Dibandingkan dengan kasus pencurian kecil, perampokan

bersenjata, korupsi yang merugikan negara “hanya” sekian puluh juta rupiah,

putusan kasus Bob Hasan sama sekali tidak sebanding.

Masyarakat dengan mudah melihat bahwa kekayaanlah yang

menyebabkan Bob Hasan lolos dari hukuman penjara. Kemampuannya menyewa

pengacara tangguh dengan tarif mahal yang dapat mementahkan dakwaan

kejaksaan, hanya dimiliki oleh orang-orang dengan tingkat kekayaan tinggi. Kita

bisa membandingkan dengan kasus Tasiran yang memperjuangkan tanah

garapannya sejak tahun 1985.

Tasiran, seorang petani sederhana, yang terlibat konflik tanah seluas 1000

meter persegi warisan ayahnya, dijatuhi hukuman kurungan tiga bulan dengan

masa percobaan enam bulan pada tanggal 2 April 1986, karena terbukti

mencangkuli tanah sengketa. Karena mengulang perbuatannya pada masa

percobaan, Tasiran kembali masuk penjara pada bulan Agustus 1986. Sekeluarnya

dari penjara, Tasiran berkelana mencari keadilan dengan mondar-mandir

Page 37: File Makalah Mafia Hukum

BojonegoroJakarta lebih dari 100 kali dengan mendatangi Mahkamah Agung,

Mabes Polri, Kejaksaan Agung, Mabes Polri, DPR/MPR, Bina Graha, Istana

Merdeka, dan sebagainya. Pada tahun 1996 ia kembali memperoleh keputusan

yang mengalahkan dirinya.

2. Tingkat Jabatan Seseorang

Kasus Ancolgate berkaitan dengan studi banding ke luar negeri (Australia,

Jepang, dan Afrika Selatan) yang diikuti oleh sekitar 40 orang anggota DPRD

DKI Komisi D. Dalam studi banding tersebut anggota DPRD yang berangkat

memanfaatkan dua sumber keuangan yaitu SPJ anggaran yang diperoleh dari

anggaran DPRD DKI sebesar 5.2 milyar rupiah dan uang saku dari PT

Pembangunan Jaya Ancol sebesar 2,1 milyar rupiah. Dalam kasus ini, sembilan

orang staf Bapedal dan Sekwilda dikenai tindakan administratif, semenara Kepala

Bapedal DKI Bambang Sungkono dan Kepala Dinas Tata Kota DKI Ahmadin

Ahmad tidak dikenai tindakan apapun.

Dalam kasus ini, terlihat penyelesaian masalah dilakukan segera setelah

media cetak dan elektronik menemukan ketidakberesan dalam masalah pendanaan

studi banding tersebut. Penyelesaian secara administratif ini seakan dilakukan

agar dapat mencegah tindakan hukum yang mungkin bisa dilakukan. Rasa

ketidakadilan masyarakat terusik tatkala sanksi ini hanya dikenakan pada pegawai

rendahan. Pihak kejaksaan pun terkesan mengulur-ulur janji untuk mengusut

kasus ini sampai ke pejabat tertinggi di DKI, yaitu Gubernur Sutiyoso, yang

sebagai komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol ikut bertanggungjawab.

3. Nepotisme

Terdakwa Letda (Inf) Agus Isrok, anak mantan Kepala Staf Angkatan

Darat (KASAD), Jendral (TNI) Subagyo HS, diperingan hukumannya oleh

mahkamah militer dari empat tahun penjara menjadi dua tahun penjara.

Disamping itu, terdakwa juga dikembalikan ke kesatuannya selama dua minggu

sambil menunggu dan berpikir terhadap vonis mahkamah militer tinggi. Putusan

Page 38: File Makalah Mafia Hukum

ini terasa tidak adil dibandingkan dengan vonis-vonis kasus narkoba lainnya yang

terjadi di Indonesia yang didasarkan atas pelaksanaan UU Psikotropika.

Disamping itu, proses pengadilan ini juga memperlihatkan eksklusivitas

hukum militer yang diterapkan pada kasus narkoba. Tommy Soeharto, anak

mantan presiden Soeharto, yang dihukum 18 bulan penjara karena kasus

manipulasi tukar gling tanah Bulog di Kelapa Gading dan merugikan negara

sebesar 96 milyar rupiah, sampai saat ini tidak berhasil ditangkap dan dimasukkan

ke LP Cipinang sesuai perintah pengadilan setelah permohonan grasinya ditolak

oleh presiden.

Masyarakat melihat bagaimana pihak pengacara, kejaksaan, dan kepolisian

saling berkomentar melalui media cetak dan elektronik, namun sampai saat

makalah ini dibuat Tommy Soeharto masih berkeliaran di udara bebas. Dua kasus

ini mengesankan adanya diskriminasi hukum bagi keluarga bekas pejabat.

4. Tekanan Internasional

Kasus Atambua, Nusa Tenggara Timur, yang terjadi pada tanggal 6

September 2000, yang menewaskan tiga orang staf NHCR mendapatkan perhatian

internasional dengan cepat. Dimulai dengan keluarnya Resolusi No. 1319 dari

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), surat dari Direktur

Bank Dunia kepada Presiden Abdurrahman Wahid untuk segera menyelesaikan

permasalahan tersebut, permintaan DK PBB untuk mengirim misi penyelidik

kasus Atambua ke Indonesia, desakan CGI (Consultatif Group on Indonesia),

sampai dengan ancaman embargo oleh Amerika Serikat. Tekanan internasional ini

mengakibatkan cepatnya pemerintah bertindak, dengan segera melucuti

persenjataan milisi Timor Timur dan mengadili beberapa bekas anggota milisi

Timor Leste yang dianggap bertanggung jawab.

Apabila dibandingkan dengan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di

bagian lain di Indonesia, misalnya : Ambon, Aceh, Sambas, Sampit, kasus

Atambua termasuk kasus yang mengalami penyelesaian secara cepat dan tanggap

dari aparat. Dalam enam bulan sejak kasus ini terjadi, kekerasan berhasil diatasi,

milisi berhasil dilucuti, dan situasi kembali aman dan normal. Meskipun ada

Page 39: File Makalah Mafia Hukum

perhatian internasional dalam kasus-kasus kekerasan lain di Indonesia, namun

tekanan yang terjadi tidak sebesar pada kasus Atambua. Dalam pandangan

masyarakat, derajat tekanan internasional menentukan kecepatan aparat

melakukan penegakan hukum dalam mengatasi kasus kekerasan.

Sedangkan beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya mafia hukum,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini lebih kepada faktor

yang berasal dari orang atau oknum itu sendiri, faktor tersebut antara lain;

Pertama, Adanya keakraban antara elit hukum dengan masyarakat yang

berperkara.

Kedua, aspek pertemanan.

Ketiga, budaya konsumerisme aparat hukum. Soehandojo menegaskan

bahwa justru aspek konsumerisme yang paling menonjol diantara ketiga aspek

yang ada.

Keempat, kualitas moral para aparat penegak hukum menjadi hal yang

utama dalam Mafia Peradilan ini. Ini menyebabkan tidak ada rasa takut dan

bersalah yang dirasakan oleh para penegak hukum kita meskipun dalam hal

melaksanakan hukum dengan hukum yang salah. Sehingga tidak heran ketika

melaksanakan tugas mulianya, para penegak hukum lebih memilih uang dari pada

memberikan putusan dengan benar. Mungkin pendidikan moral dan agama ini

menjadi salah satu titik tekan yang harus diperhatikan yang harus dimiliki oleh

setiap penegak hukum dimanapun. Karena agama manapun tidak pernah

menghalalkan perbuatan itu.

Kelima, kualitas keilmuan yang rendah juga menjadi hal yang penting

dalam menimbulkan mafia peradilan ini. Kualitas keilmuan dari orang-orang yang

terlibat dalam proses penegakan hukum sangat berpengaruh besar terhadap

kualitas/bobot proses peradilan dan kualitas/bobot putusan seorang hakim.

Page 40: File Makalah Mafia Hukum

Sehingga mafia peradilan itupun menjadi hal yang tidak akan dilakukan dalam

penegakan hukum.

Sedangkan faktor Eksternal antara lain;

Pertama, kondisi peraturan perundang-undangan kita kebanyakan

memberikan celah bagi para penegak hukum untuk melakukan hal-hal yang

sebenarnya bertentangan dengan hukum. Para penegak hukum pada umumnya

mampu untuk menafsirkan dengan berbagai arti tentang aturan perundang-

undangan yang ada sehingga tafsiran itu bisa diterapkan dalam memenangkan

sebuah kasus.

Kedua, kurangnya kesadaran hukum dalam masyarakat sehingga dari

kalangan masyarakat pun kurang membudayakan taat hukum. Hal ini sebenarnya

juga dapat dipengaruhi kondisi penegak hukum dalam melaksanakan hukum.

Ketiga, kekuasaan dan kewenangan para penegak hukum terutama hakim

yang sangat kuat, terutama dalam melakukan sebuah putusan seorang hakim

mempunyai kekuatan yang tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun. Namun,

putusan dari hakim justru banyak yang tidak sesuai dengan rasa keadilan di

masyarakat.

Praktik-praktik mafia peradilan yang selama ini terjadi sudah menjadi

bagian dari rekayasa para penegak hukum baik kasus kecil maupun besar.

Semakin besar kasus yang diperiksa semakin bessar pula”pendapatan “ yang

diperoleh para pelaku mafia peradilan ini. Mafia peradilan menjadi sebuah

momok yang sangat menakutkan dalam proses rekonstruksi hukum dan supremasi

hukum di negara kita sehingga harus dibasmi. Langkah yang harus ditempuh oleh

para petinggi negara kita pun harus mampu menjadikan peradilan kita membaik

dan mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Page 41: File Makalah Mafia Hukum

BAB IV

MAFIA HUKUM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PROGRESIF

Siapapun yang memiliki semangat antikorupsi sepakat bahwa jual beli perkara,

tawar menawar pasal, pemerasan, penyauapan dan varian modus operandi mafia

hukum harus diberantas. Praktik haram mafia hukum saja melukai rasa keadilan

masyarakat. Lebih jauh, ia menjadi slah satu virus perusak sendi-sendi ekonomi

dan sosial masyarakat. Tak terhitung energy bangsa terbuang sia-sia hanya

karena praktik korupsi dan mafia hukum. (Denny Indrayana)

1. Mafia Hukum Bentuk Pergulatan Hukum Vis a Vis Realitas Sosial

Hukum adalah karya manusia yang berupa norma berisikan petunjuk-

petunjuk tingkah laku. Ia merupakan pencerminan dari kehendak manusia tentang

bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan. Oleh

karena itu pertama-tama hukum itu mengandung ide-ide yang dipilih oleh

masyarakat tempat hukum itu diciptakan. Ide-ide ini adalah ide mengenai

keadilan.

Cita atau ide tetang keadilan ini jangan dikacaukan dengan cita atau ide oleh

kaum skolastik yang mengidealkan keadilan sebagai keadilan Tuhan saja.

Keadilan disini adalah keadilan dalam koridor hukum ciptaan manusia. Seiring

dengan perkembangan hukum modern untuk mengakomodasi kepentingan kaum

kapitalis yang merebak sejak munculnya Negara modern, masyarakat juga

menginginkan peraturan-peraturan yang dapat menjamin kepastian dan kegunaan

dalam hubungan mereka satu sama lain.

Pencarian untuk menemukan ketiga cita hukum tersebut sampai sekarang

terus dilakukan baik yang terwujud dalam ruang-ruang peradilan maupun di

dalam ruang lain yang memberikan kemungkinan muncul dan didapatkan cita

hukum-hukum itu.

Studi hukum dengan menguakkan pendekatan normatif-dogmatis tak dapat

uran yang lazim yngmenjangkau gambaran tersebut karena pendekatan normatif-

Page 42: File Makalah Mafia Hukum

dogmatis pada hakikatnya menganggap apa yang tercantum dalam peraturan

hukum sebagai deskripsi dari keadaan yang sebenarnya.

Studi sosiologis terhadap fenomena-fenomena hukum yang spesifik dititik

beratkan pada masala-masalah yang berhubungan langsung dengan legal relations,

misalnya court room, solicitor`s office. Selain itu adalah studi terhadap proses

abolisi dan konstruksi sosial. Dengan demikian, hukum merupakan suatu proses,

lebih tepatnya lagi adalah proses sosial.

Salah satu proses sosial yang terlihat dalam dinamika hukum adalah apa uang

terjadi di pengadilan. Pengadilan tidak hanya terdiri dari gedung, Hakim,

peraturan yang lazim dikenal oleh ilmu hukum, melainkan merupakan suatu

interaksi antara system hukum dan masyarakat.

Jadi proses peradilan adalah jauh lebih kompleks daripada yang dikira banyak

orang, yaitu sekedar menerapkan ketentuan dalam perundang-undangan. Perilaku

para pejabat maupun para pengguna jasa pengadilan menentukan arsitektur

pengadilan. Proses peradilan juga tercermin dalam perilaku orang-orang yang

berperkara atau perilaku dari pejabat pengadilan. Mengadili tidak selalu

berkualitas full adjudication, melainkan sering juga berlangsung in the shadow of

law, dimana penyelesaian secara hokum hanya merupakan lambing di permukaan

saja, sedang yang aktif berbuat adalah interaksi para pihak dalam mencari

penyelesaian. Hukum dipakai untuk mengemas proses-proses sosiologis dan

kemudian memberinya legitimasi melalui ketukan palu hakim.

Hukum yang berintikan keadilan tidak lain berisi “janji-janji” kepada

masyarakat yang terwujudkan melalui keputusan birokkratis. Ini berarti lembaga

pengadilan mempunyai kewajiban untuk memberikan dan menjaga terwujudnya

janji-janji hokum dan keadilan melalui keputusan-keputusan yang meliputi segala

aspek kehidupan seperti bidang ekonomi, demokrasi, lingkungan hidup,

kesejahteraan dan hak-hak sipil lainnya.

Page 43: File Makalah Mafia Hukum

Kenyataan menunjukkan bahwa pengadilan yang disebut sebagai benteng

terakhir keadilan hanyalah mitos belaka, karena banyak keputusan yang

dihasilkan ternyata justru tidak adil.

Citra pengadilan di masyarakat cukup banyak ditentukan oleh integritas,

sikap dan tindakan hakim. Persoalan yang berkaitan dengan lembaga peradilan,

citra pengadilan dan perilaku hakim dalam memberi keputusan suatu perkara

adalah berhubungsn dengan proses bekerjanya hukum.

Dari hal tesebut terlihat bahwa bekerjanya hukum itu merupakan suatu proses

sosial dan lebih khusus lagi adalah proses interaksi antara orang-orang yang

mengajukan permintaan dan penawaran. Lebih spesifik lagi orang-orang tersebut

adalah para aktor dalam ruang pengadilan serta masyarakat yang bertindak selaku

pengawas, pengontrol, dan juga korban.

2. Aparat Penegak hukum sebagai tonggak penegakan hukum

Sejak dicetuskan pada 2002, telah bermunculan banyak tulisan yang mencoba

mengeksplorasi gagasan hukum progresif dalam aspek keilmuan. Sekalipun ide

hukum progresif dalam bisa dipandang sebagai teori yang final (sesuai dengan

hakekatnya sebagai law in making atau going goon process), namun dari

sedemikian banyak tulisan dan kajian mengenai hukum progresif dapat ditarik

beberapa pokok gagasan.

Pertama, paradigma hukum progresif adalah hukum untuk manusia yang

mengandung makna bahwa manusia merupakan sentral dalam cara berhukum.

Kedua, prinsip-prinsip hukum progresif adalah tidak ingin mempertahankan

status quo dalam berhukum mengutamakan factor dan peran manusia di atas

hukum; membaca peraturan adalah membaca maknanya bukan teksnya;

membebaskan dari kelaziman yang keliru dan menghambat pencapaian tujuan

hukum. Selain itu, mengutamakan modal empati, rasa-perasaan, dedikasi,

kesungguhan, kejujuran dan keberanian; dan hukum bukan mesin namun lebih

merupakan jerih payah manusia yang bernurani.

Page 44: File Makalah Mafia Hukum

Dengan demikian hukum progresif merubah cara berhukum dari sekedar

menerapkan hukum positif secara tekstual menjadi cara berhukum dengan

mendayagunakan hukum dengan tujuan, misi dan dimensi spiritual.

Sedangkan dalam doktrin hukum progresif, aparat penegak hukum menjadi

tonggak utama dalam penegakkan hukum. Sehingga di tangan aparatlah bisa-

tidaknya hukum ditegakkan.

Dalam tipe penegakan hukum progresif, komponen psikologis mendapat

temapat yang paling penting. Penegakan hukum tidak dikonsepkan sebagai

menajalankan peraturan begitu saja, tetapi menjalakannya dengan semangat

tinggi, seperti dengan empati, dedikasi dan determinasi. Itulah sebabnya

keberanian menjadi salah satu faktor.

Cara luar biasa lain yang tidak mudah untuk dilakukan adalah keberanian

untuk melakukan pembebasan terhadap praktik konvensional yang selama ini

dijalankan, termasuk membari makna kepada undang-undang, asas, prosedur dan

sebabagainya. Hakim dan jaksa membutuhkan pencerahan, sehingga berani

mengatakan, bahwa “hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya. Sikap ini

akan membawa konsekuensi besar dalam memberi makna kepada hukum, dan

itulah sikap dasar yang diinginkan oleh hukum progresif.

Pemberantasan mafia hukum secara progresif tidak dapat hanya diserahkan

kepada para jaksa, hakim, advokat dan polisi. Seluruh bagian masyarakat perlu

dilibatkan dan terlibat. Adalah tidak adil untuk hanya”menghakimi” jaksa dan

hakim karena tidak menunjukkkan prestasi yang memuaskan masyarakat.

Advokatpun diminta untuk berpikir dan bertindak progresif.

Para akademisi, ilmuwan, teoritisi juga tidak bisa mengelak dari tanggung

jawab membantu dan mendorong pemberantasan mafia hukum yang progresif.

Peran mereka adalah memberikan pencerahan kepada para penegak hukum agar

berani melakukan pembebasan dari praktik dan konvensi yang lebih banyak

membelenggu dan mengahambat pemberantasan mafia hukum. Untuk itu, maka

para akademisi perlu mengajukan konsep-konsep alternatif yang progresif, agar

Page 45: File Makalah Mafia Hukum

dengan demikian langkah-langkah progresif para penegak hukum bisa

memperoleh dukungan legitimasi ilmiah.

Selama ini mafia hukum masihh lebih banyak dipersepsikan sebagai “kejahatan

hukum” dan belum menjadi “kejahatan sosial”. Perbuatan korupsi masih lebih

difahami sebagai “perbuatan hukum”, belum “perbuatan sosial”. Disini para

rohaniwan, para kiai, dan ulama dapat turut berperan besar dalam menjadikan

korupsi sebagai “kaidah sosial” dan bukan hanya “kaidah hukum”.

Dalam pemberantasan mafia yang progresif diperlukan pula rakyat yang

progresif. Ini menarik, karena biasanya rakyat ditempatkan pada posisi yang pasif.

Mereka hanya menjadi penonton yang “terkena getahnya” saja.

3. Mengembalikan kepercayaan Masyarakat terhadap Institusi Hukum

Lembaga peradilan sudah lama relative tidak bisa diandalkan sebagai benteng

wong tertindas, teraniaya, tersiksa, miskin/melarat, cilik, dan lemah. Ketika terjadi

penyerangan skelompok orang anti-Ahmadiyah di empat Kabupaten Cianjur, tak

seorangpun pelaku tindakan anarkhis yang diadili atau ditindak secara hukum.

Ketika rakyat memrotes keberadaan Tempat Pengelolaan sampah Terpadu

Bojong, Jawa Barat, aparat penegak hukum tanpa piker panjang juga tanpa

pandang bulu menembaki mereka.

Hukum sebagai tempat jaminan atas apa yang benar dan adil bukan

diperuntukkan bagi mereka. Apakah negeri ini menjadi tempat yang baik bagi

mereka untuk hidup, itulah yang selalu menjadi pertanyaan mereka.

Satjipto rahardjo, Seorang Guru Besar Sosiologi Universitas Diponegoro

mengategorikan ribuan aparat hakim di negeri ini menjadi dua kategori. Kategori

pertama hakim yang berpikir dengan hati nurani. Hakim yang kedua hakim yang

bertanya dulu keapa perut baru kemudia mencari pasal-pasalnya. (Kompas,21/09)

Page 46: File Makalah Mafia Hukum

Menurut Henny Mono, menyatakan bahwa untuk memulihkan kembali

kepercayaan masyarakat terhadap hukum dalam rangka mewujudkan good

governance, diperlukan langkah-langkah kongkret dan sistematis. Langkah –

langkah kongkret dan sistimatis langkah – langkah tersebut adalah:

Pertama, Reformasi Konstitusi merupakan sumber hukum bagi seluruh tata

penyelenggaran negara.Untuk menata kembali sistim hukum yang benar perlu

diawali dari penataan konstitusi yang oleh banyak kalangan masih banyak

mengandung celah kelemahan.

Kedua, Penegakan hukum syarat mutlak pemulihan pepercahan rakyat

terhadap hukum adalah penegakan hukum.Reformasi di bidang penegakkan

hukum yang bersifat strategasi dan mendesak untuk dilakukan adalah;

Pertama ,reformasi Mahkamah Agung dengan memperbaiki sistim rekrutmen

{Pengangkatan}, pemberhentian, pengawasan dan penindakan yang lebih

menekankan aspek transparansi dan partisipasi masyarakat. Perbaikan

sebagaimana tersebut di atas harus dilakukan oleh Komisi Yudisial Independen

yang anggotanya terdiri dari mantan hakim agung, kalangan praktisi hukum,

akademisi/cendekiawan hukum dan tokoh masyarakat.

Ketiga, Reformasi Kejaksaan. Untuk memulihkan kinerja kejaksaan saat ini

khususnya dalam menangani kasus KKN dan pelanggaran HAM, perlu dilakukan

fit and proper test terhadap Jaksa Agung dan pembantunya sampai eselon II untuk

menjamin integritas pribadi yang bersangkutan. Selain itu untuk mengawasi

kinerja kejaksaan perlu dibentuk sebuah komisi Independent Pengawas

Kejaksaan.

Keempat, Pemberantasan KKN. KKN merupakan penyebab utama dari tidak

berfungsinya hukum di Indonesia. Untuk memberantas KKN diperlukan

setidaknya dua cara; Pertama, dengan cara mencegah (preventif) dan Kedua,

upaya penaggulangan (represif). Upaya pencegahan dilakukan dengan cara

memberi jaminan hukum bagi perwujudan pemerintahan terbuka (open

government) dengan memberikan jaminan kepada hak publik seperti hak

Page 47: File Makalah Mafia Hukum

mengamati perilaku pejabat, hak ,emperoleh akses informasi, hak berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan dan hak mengajukan keberatan bila ketiga hak di

atas tidak dipenuhi secara memadai. Sedangkan upaya penaggulangan (setelah

korupsi muncul) dapat diatasi dengan mempercepat pembentukan Badan

Independent Anti Korupsi yang berfungsi melakukan penyelidikan dan

penuntutan kasus-kasus korupsi , memperkenalkan hakim-hakim khusus diangkat

khusus untuk kasus korupsi (hakim ad hock) dan memperlakukan atas pembuktian

terbalik secara penuh.

Kelima, Sumbangan Hukum dalam Mencegah dan Menaggulangi Disintegrasi

Bangsa Pengakuan identitas terhadap nilai-nilai lokal, pemberian kewenangan dan

representasi yang lebih luas kepada daerah, pemberdayaan

kemampuan masyarakat dan akses pengelolaann terhadap sumbar daya alam local

menjadi isu penting yang sangat strategis di dalam menciptakan integritas sosial,

karena selama lebih dari tiga dekade masyarakat selalu ditempatkan sebagai

obyek, tidak diakui berbagai eksistensinya dan diperlakukan tidak adil. Akumulasi

dari permasalahan tersebut akhirnya menciptakan potensi yang sangat signifikan

bagi proses disintegrasi.

Keenam, Pengakuan terhadap Hukum Adat dan Hak Ekonomi Masyarakat.

Untuk menjamin hak-hak masyarakat hukum adat, maka diperlukan proses

percepatan di dalam menentukan wilayah hak ulayat adat secara parsitipatif.

Dengan begitu rakyat akan mendapatkan jaminan di dalam menguasai tanah

ulayat adat mereka dan juga akses untuk mengelola sumber daya alam di

lingkungan dan milik mereka sendiri.

Ketujuh, Pemberdayaan Eksekutif, Legislatif, dan Peradilan untuk lebih

meningkatkan representasi kepentingan daerah di tingkat nasional, perlu

dilakukan rekomposisi keanggotaaan utusan daerah, di mna keterwakilan rakyat di

daerah secara kongkret diakomodasi melalui pemilihan anggota utusan daerah

secara langgsung oleh rakyat. Sistem pemilihan langsung juga dilakukan untuk

para pejabat publik di daerah khususnya gubernur, bupati/walikota.

Page 48: File Makalah Mafia Hukum

PENUTUP

Melihat penyebab ketidakadilan penegakan hukum di Indonesia, maka

prioritas perbaikan harus dilakukan pada aparat, baik polisi, jaksa, hakim, maupun

pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang bersangkutan.

Tanpa perbaikan kinerja dan moral aparat, maka segala bentuk kolusi, korupsi,

dan nepotisme akan terus berpengaruh dalam proses penegakan hukum di

Indonesia.

Selain perbaikan kinerja aparat, materi hukum sendiri juga harus terus

menerus diperbaiki. Kasus tidak adanya perundangan yang dapat menjerat para

terdakwa kasus korupsi, diharapkan tidak akan muncul lagi dengan adanya

undang-undang yang lebih tegas. Selain mengharapkan peran DPR sebagai

lembaga legistatif untuk lebih aktif dalam memperbaiki dan menciptakan

perundangundang yang lebih sesuai dengan perkembangan jaman, diharapkan

pula peran dan kontrol publik baik melalui perorangan, media massa, maupun

lembaga swadaya masyarakat.

Peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga menjadi faktor kunci

dalam penegakan hukum secara konsisten. Semoga dengan dimuatnya artikel ini

pengunjung dapat lebih memahami kondisi penagakan hukum di Indonesia dan

dapat ikut serta memikirkan langkah-langkah strategis dalam menegakkan hukum

dan keadilan.

Page 49: File Makalah Mafia Hukum

DAFTAR PUSTAKAEfendi, S.H.I., Jonaedi, Mafia Hukum, Prestasi pustaka Publisher, Jakarta,

2010.

Ali, Achmad. Pengadilan dan Masyarakat, Hasanudin University Press,

Ujung Pandang, 1999.

Doyle, Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert

M.Z. Lawang, Gramedia, Jakarta, 1986.

Soemardi, Dedi, Pengantar Hukum Indonesia, Ind-Hill-Co, Jakarta, 1997.