Transcript

FERMENTASI ASAM SITRAT

FERMENTASI ASAM SITRAT

KATA PENGANTARDengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan segala rahmat serta karuniaNya sehingga penyusun telah dapat menyelesaikan Tugas Tekhnologi Bioproses Pembuatan Asam Sitrat Secara Fermentasi oleh Aspergilus niger, dimana tugas ini merupakan tugas yang diberikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah bioproses Program Studi Teknik Kimia, Politeknik Negeri Ujung Pandang.Tugas Tekhnologi Bioproses Pembuatan Asam Sitrat Secara Fermentasi oleh Aspergilus niger ini disusun berdasarkan pada beberapa sumber yang berasal dari beberapa literatur , data-data , majalah kimia, dan internet. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas segala bantuan baik berupa saran, sarana maupun prasarana sampai tersusunnya tugas teknologi bioproses ini kepada Bapak Muhammad Saleh, S.T., M,Si selaku dosen mata kuliah Tekhnologi Bioproses yang telah memberikan petunjuk, bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian tugas ini.Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, karena itu segala kritik dan saran yang membangun penyusun harapkan dalam sempurnanya tugas ini.Sebagai akhir kata, penyusun mengharapkan semoga tugas yang telah disusun ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang jurusan Teknik Kimia.

Makassar, Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar1Daftar Isi2

I. BAB I. PENDAHULUANI.1. Latar Belakang 3I.2. Rumusan Masalah4I.3. Tujuan Penulisan4I.4. Manfaat Penyusunan4

II. BAB. II PROSES PMBENTUKAN ASAM SITRATII.1. Bahan baku pembuatan asam sitrat5II.2. Mikroba yang berperan dalam pembentukan asam sitrat6II.2.1. Aspergilus niger6II.3. Mekanisme pembentukan asam sitrat8II.4. Proses pembuatan asam sitrat dari aspergilus niger10

III. BAB. III MANFAAT ASAM SITRATIII.1. Dalam industri14III.2. Industri makanan15III.3. Industri Farmasi, Kosmetik Dan Pewangi16III.4. Industri lainnya17

IV. BAB.IV PENUTUPIV.1. Kesimpulan 18IV.2. Saran18

Daftar pustaka19

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSaat ini industri bioteknologi merupakan salah satu bidang yang menunjang perekonomian di Indonesia. Bioteknologi didefinisikan sebagai suatu bidang penerapan biosains dan teknologi yang menyangkut penerapan praktis organism hidup atau komponen subselulernya pada industri jasa dan manufaktur serta pengelolaan lingkungan bioteknologi memanfaatkan bakteri, ragi, alga, sel tumbuhan atau sel jaringan hewan yang dibiakkan sebagai konsituen berbagai proses.Teknologi fermentasi sebagian besar merupakan teknologi yang menggunakan mikroorganisme baik secara seluler maupun subseluler untuk produk makanan dan minuman seperti keju yogurt minuman alkohol asam-asam organik acar sosis kecap dan lain-lain. Asam sitrat merupakan padatan kering atau putih dengan rumus kimia C6H8O7 dan memiliki berat molekul 192,12. Senyawa ini terdapat sebagai konstituen alami dalam buah-buahan, seperti jeruk, nanas, apel dan anggur. Asam sitrat untuk pertama kalinya diisolasi dari sari buah jeruk oleh pada tahun 1784. Asam sitrat yang diperoleh dengan ekstraksi ini disebut sebagai asam sitrat alami. Pada tahun 1880, Grimoux dan aadm menemukan cara pembuatan asam sitrat secara sintesa kimia. Jalan reaksinya didasarkan pada reaksi antara gliserol derivate 1,3-dikloroaseton dengan sianida.Wehmer pada tahun 1893, pertama kali mendiskripsikan produksi asam sitrat dengan proses fermentasi kapang yaitu Citromyces pfefferianus dan Citromyces glaber dari larutan sukrosa yang mengandung kalsium karbonat. Curie pada tahun 1917 menyatakan bahwa sejumlah strain Aspergillus niger memiliki kemampuan produksi paling baik di dalam fermentasi asam sitrat. Sejak ditemukannya cara fermentasi asam sitrat dari larutan-larutan yang mengandung gula, peranan dari asam sitrat alami semakin menurun (tjokroadikoesoemo, P.S, HFS dan industri ubi kayu lainnya. PT. Gramedia Jakarta 1993 hal 160)

Pembentukan asam sitrat di dalam fermentasi larutan gula didasarkan pada teori bahwa asam piruvat yang terbentuk dari glukosa dapat dihasilkan asetil coA yang di dalam kondensasi dengan asam oksaloasetat menghasilkan asam sitrat (siklus krebs). Proses fermentasi asam sitrat diterapkan secara besar-besaran untuk pertama kalinya oleh negara jerman pada awal abad ke-20 ini. Dewasa ini hampir 90% dari seluruh produksi asam sitrat di Amerika serikat dihasilkan dengan cara fermentasi.(sri kumaningsih,1995). Dengan mendirikan pabrik asam sitrat ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan bahan yang ada dan diharapkan pula ketergantungan terhadap luar negeri dapat berkurang.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari makalah ini adalah: Apa yang dimaksud dengan asam sitrat? Bagaimana mekanisme yang terjadi pada asam sitrat? Apa kegunaan asam sitrat?

1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan ini adalah: Untuk mengetahui apa yang dimaksud asam sitrat. Untuk mengetahui mekanisme yang terjadi dari asam sitrat. Untuk mengetahui kegunaan asam sitrat.

1.4 Manfaat PenyusunanAdapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu agar kita bisa mempelajari produksi asam sitrat pada proses fermentasi menggunakan A. niger. dan bisa mengaplikasikan di dalam kehidupan terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB IIPROSES PEMBENTUKAN ASAM SITRAT

2.1 Bahan Baku Pembuatan Asam SitratMikroorganisme : Aspergillus niger berumur 5 hari. 1. Medium propagasi untuk inokulum terdiri dari: Gula pasir 15 gram Ekstrak tauge 20% (b/v) 11 ml (NH4)2SO4 450 mg KH2PO4 225 mg Semuanya bahan kemudian dilarutkan dalam 100 ml akuades, pH 6,0 2. Medium fermentasi terdiri dari: Gula pasir 15% (b/v) (NH4)2SO4 0,6% (b/v) KH2PO4 0,3% (b/v) pH medium fermentasi 6,0 3. Kondisi fermentasi : Suhu : 29oC Agitasi 150 rpm Lama 5 hari 4. Sumber karbon dalam proses fermentasiPada proses fermentasi ini, sumber gula yang digunakan adalah sukrosa. Sukrosa akan dipecah menjadi fruktosa dan glukosa. Menurut Kubicek dan Rohr (1989) sukrosa baik untuk dijadikan sebagai sumber glukosa oleh A. niger karena memiliki ikatan intervase mycelium ekstraselular yang kuat dan aktif pada pH rendah sehingga hidrolisis sukrosa relatif lebih cepat. Gupta et al. (1976), Hossain et al. (1984) dan Xu et al. (1989) melaporkan keunggulan penggunaan sukrosa dari pada glukosa dan fruktosa pada proses fermentasi asam sitrat.

Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, tabung reaksi, gelas ukur, timbangan, vortex, erlenmeyer, labu ukur, pipet, kertas pH, shaker, autoklaf, kertas saring, oven, alat titrasi dan alat vakum.

2.2 Mikroba yang Berperan dalam Pembentukan Asam Sitrat2.2.1 Aspergilus NigerAspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 C dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur.1. Habitat Aspergillus NigerA. niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 C, dengan suhu minimum 6-8 C, dan suhu maksimum 45-47 C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.2. Metabolisme Aspergilus NigerDalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. A. niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase.Selain itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.

A. niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan -glaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.

Gambar 1. Aspergillus nigerMikrograf dari A. niger yang ditumbuhkan pada medium Sabouraud agardenganperbesaran 100x

Klasifikasi ilmiahDomain:Eukaryota

Kerajaan:Fungi

Filum:Ascomycota

Upafilum:Pezizomycotina

Kelas:Eurotiomycetes

Ordo:Eurotiales

Famili:Trichocomaceae

Genus:Aspergillus

Spesies:A. niger

Nama binomialAspergillus nigervan Tieghem 18672.3 Mekanisme Pembentukan Asam sitrat

Gambar 2. Skema reaksi metabolik dalam produksi asam sitratMekanisme pembentukan asam sitrat dapat dilihat pada gambar 2. Langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah "mengantar" asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2 dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs. Pada A. niger, fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfoenol piruvat karboksilase. Reaksi tersebut membutuhkan ATP sebagai sumber energi, Mg2+, atau Mn2+, dan K+, atau NH4+.

Judoamidjojo dan Darwis (1992) menyatakan bahwa apabila sumber karbon bukan glukosa, misalnya asam asetat, atau senyawa alifatik berantai panjang (C9 C23), maka isositrat liase akan terinduksi sehingga dengan asam isositrat diubah menjadi glioksilat, selanjutnya glioksilat diubah menjadi malat oleh sintetase. Bila glukosa ditambahkan siklus tersebut akan terhambat. Pada pembentukan asam sitrat dalam proses fermentasi dibatasi oleh ketersediaan beberapa unsur kelumit (P, Mn, Zn). Peranan ion logam dalam proses ini belum diketahui secara menyeluruh. Nilai pH optimum sekitar 1,7 2,0. Jika pH lebih tinggi (alkalis) menyebabkan pembentukan asam asam oksalat dan glukonat dalam jumlah banyak. Karenanya pengendalian kondisi proses secara cermat merupakan prasyarat untuk mempertahankan keteraturan metabolik dan mendukung pembentukan asam sitrat yang lebih banyak. Kondisi yang sesuai tersebut memungkinkan stimulasi glikolisis untuk penyediaan aliran karbon yang tidak terbatas ke dalam metabolisme antara. Akumulasi sitrat selanjutnya tergantung pada pemasokan oksaloasetat (Mangunwidjaja & Suryani 1994). Mangunwidjaja & Suryani (1994) juga menjelaskan bahwa kekurangan mangan akan menurunkan aktivitas enzim dalam siklus asam trikarboksilat yang diikuti oleh penurunan anabolisme. Gangguan metabolisme ini menyebabkan perbedaan tingkat ion amonium intraselluler yang dapat membantu menghilangkan penghambatan enzim fosfofruktose oleh sitrat. Mangan juga terlibat dalam biokimia permukaan sel dan morfologi hifa. Kebutuhan oksigen yang tinggi memungkinkan reoksidasi sitoplasma NADH tanpa pembentukan ATP dan melibatkan suatu cabang respirasi alternatif yang berbeda dari rantai respirasi normal.

2.4 Proses Pembuatan Asam Sitrat dari Aspergilus NigerBerikut adalah contoh proses pembuatan asam sitrat dari Aspergilus niger :

1. Membuat media propagasi dengan komposisi yang sudah ditentukan. Namun, gula Melakukan inokulasi dengan suspense spora A.niger sebanyak 2% (v/v). Selanjutnya hasil inokulasi pada media propagasi yang telah diinkubasi ini disebut inokulum.2. Kemudian lakukan inkubasi pada incubator goyang pada suhu 29oC (suhu kamar) selama 24 jam. 3. Bioreaktor tangki pengaduk (CSTR) yang akan digunakan juga dilakukan sterilisasi. 4. Membuat media fermentasi dengan komposisi yang telah ditentukan dalam Erlenmeyer 1000 ml dengan melarutkan 900 ml media dan inokulum 100 ml. Namun gula dan bahan lainnya dpisahkan. Kemudian disterilisasi pada suhu 121oC, 15 menit dan dinginkan. 5. Kemudian melakukan inokulasi inokulum. 6. Pengambilan sample dilakukan setiap hari selama 5 hari. 7. Pada setiap pengamatan, yang diamati adalah sebagai berikut : 8. Dipisahkan dari bahan lainnya. Lalu semua bahan disterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit dan dinginkan. a) pH : dilakukan dengan mengukur pH cairan fermentasi dengan pH meter b) Biomassa : dilakukan dengan menyaring cairan fermentasi pada kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Biomassa dihitung sebagai bobot residu kering hasil penyaringan per ml cairan kultivasi c) Gula sisa : dilakukan dengan metoda DNS. Memasukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan pereaksi DNS sebanyak 3 ml. Lalu larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit, kemudian didinginkan pada suhu kamar. Blanko dibuat dengan mengganti sampel dengan 1 ml akuades. Lalu mengukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Kurva standar dibuat untuk pengukuran gula dengan metode DNS. Hasil mengukuran diplotkan pada kurva standar sehingga dapat diketahui kadar gula sisa.

d) Total asam : Pengukuran asam organic dilakukan dengan metode titrasi. Mengambil 10 ml sampel kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N yang telah distandarisasi. Titrasi dilakukan dengan bantuan indicator PP. Titrasi dihentikan bila telah terbentuk warna merah muda. Penentuan kadar total asam organic tertitrasi adalah :

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas sebagai berikut:1. Derajat keasaman (pH)Hal ini merupakan hal yang sangat penting dallam proses fermentasi, pH pada media juga mempengaruhi produksi asam sitrat dari A. niger karena beberapa enzim yang berperan dalam siklus TCA sensitif terhadap pH. pH yang rendah selama fermentasi untuk produksi asam sitrat yang optimal diperlukan pH sekitar 2. Jika kondisi tersebut tidak diperoleh hasil produksi akan berkurang (Mattey, 1992). Papagianni (1995) & Papagianni et al. (1999) melaporkan bahwa pH mempengaruhi morfologi dan produktivitas asam sitrat dari A. niger dari hasil data kuantitatif. Morfologi dengan agregat yang kecil dan filament yang pendek berkaitan dengan meningkatnya produksi asam sitrat pada pH sekitar 2,0 0,2. Pada pH 1,6 morfologi akan berkembang abnormal (bulbous hyphae) dan produksi asam sitrat akan menurun secara drastis. Pada pH 3,0 agregat mempunyai bentuk perimeter yang lebh panjang dan terbentuk asam oksalat.2. SuhuSuhu medium fermentasi merupakan salah satu factor yang penting dalam produksi asam sitrat. Suhu 300C adalah suhu yang paling baik. Jika suhu medium rendah, aktivitas enzim juga rendah sehingga mempengaruhi produksi asam tetapi jika suhu meningkat di atas 300C, biosintesis asam sitrat akan menurun dan terjadi akumulasi produk samping seperti asam oksalat.

3. Konsentrasi SubstratPengaruh konsentrasi substrat terhadap jumlah sel : pada konsentrasi 2200 g/l jumlah sel lebih sedikit dibandingkan pada konsentrasi di bawahnya karena sebagian besar glukosa yang ada digunakan mikroba untuk menghasilkan produk bukan untuk berkembang biak.Pengaruh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi glukosa :konsentrasi glukosa tertinggi berada pada konsentrasi substrat 2200 g/l karena semakin besar konsentrasi substrat maka konsentrasi glukosanya akan semakin besar pula. Pengaruh konsetrasi substrat terhadap konsentrasi asam sitrat :semakin tinggi konsentrasi substrat maka konsentrasi asam sitrat jugaaka semakin tinggi karena semakin banyak jumlah glukosa yang dapat dirubah menjadi produk oleh mikroba.4. Konsentrasi GlukosaPengaruh konsentrasi glukosa terhadap jumlah sel : dari hasil penelitian didapatkan bahwa penurunan konsentrasi glukosa menyebabkan penurunan jumlah sel,karena semakin sedikit makanan dan nutrisi yang tersedia untuk mikroba. Pengaruh konsentrasi glukosa terhadap konsenrasi asam sitrat : semakin besar konsentrasi glukosa semakin banyak jumlah glukosa yang dapat diubah menjadi asam sitrat.

BAB IIIMANFAAT ASAM SITRAT

3.1 Dalam IndustriIndustri makanan dan farmasi menggunakan asam sitrat dikarenakan alasan keamanan secara umum, dapat memberikan rasa asam yang memuaskan, kelarutannya yang tinggi didalam air dan sebagai buffering dan chelating agent. Untuk industri kosmetik dan wewangian digunakan sebagai buffering agent. Serta secara luas digunakan sebagai buffering dan chelating agent di berbagai macam industri. Berikut ini adalah penggunaan asam sitrat dalam industri-industi tersebut. 3.1.1 Industri Makanan 1. Minuman Asam sitrat digunakan secara extensive dalam industri minuman untuk memberikan rasa asam pada minuman dan sebagai komplemen pada rasa berry pada minuman. Pada minuman yang tidak berkarbonisasi asam sitrat dapat memberikan pH yang beragam pada minuman, selain itu asam sitrat pada minuman jus buah merupakan komponen alami yang tercampur secara baik dengan aroma dari minuman tersebut. Untuk minuman berkarbonisasi asam sitrat digunakan sebagai adiculant atau penguat rasa.

2. Jeli dan selai Asam sitrat digunakan sebagai pemberi rasa asam pada jeli dan selai serta digunakan untuk menyesuaikan pH.

3. Kembang Gula Asam sitrat digunakan untuk memberikan rasa asam dan meminimalkan inversi sukrosa pada produk kembang gula.

4. Makanan Beku Asam sitrat digunakan sebagai chelating agent dan pengatur pH sehingga memungkinkan pengoptimalan kestabilan dari makanan beku dengan meniadakan aktivitas antioksidan dan menon-aktifkan enzim.

3.2 Industri Farmasi, Kosmetik dan Pewangi 1. Farmasi Asam sitrat digunakan sebagai bahan dasar tablet effervescence, dimana asam sitrat bila bereaksi dengan zat yang mengandung bikarbonat atau karbonat dalam air akan membentuk gas karbondioksida dan garam dari asam tersebut. Selain itu asam sitrat digunakan sebagai buffering agent dan pemberi rasa asam pada obat-obatan.

Gambar 2. Obat-obatan dari Asam Sitrat2. Kosmetik dan Pewangi Dalam industri ini asam sitrat digunakan sebagai pengatur pH dan sebagai antioxidan pada metallic-ion chelator.

Gambar 3. Kosmetik dan Pewangi yang Terbuat dari Asam Sitrat3.3 Industri Lainnya Untuk industri-industri lainnya asam sitrat digunakan untuk industri detergen, agrikultur, fotografi, tekstil, kertas dan lain sebagainya. Selain itu dalam industri asam sitrat dapat digunakan sebagai pembersih metal dan pengabsorbsi sulfur dioxide dan dapat digunakan pula dalam proses treatment pada limbah. (Othmer, K.,Encyclopedia of Chemical Technology,3rd ed. 1987) Berikut ini komposisi penggunaan asam sitrat secara umum : 1. Industri makanan dan minuman : 75 % 2. Farmasi : 10 % 3. Industri lainnya : 15 %

Gambar 4. Deterjen yang Terbuat dari Asam Sitrat

BAB IVPENUTUP4.1 KESIMPULANAsam sitrat termasuk salah satu asam organik dengan nama kimia 2-hydroxy-1,2,3-propanetricarboxylic acid. Asam sitrat merupakan asam organik yang larut dalam air dengan citarasa yang menyenangkan dan banyak digunakan dalam industri pangan, kosmetik, farmasi dan lain lain. Kebutuhan dunia akan asam sitrat terus meningkat dari tahun ke tahun dan produksi asam sitrat tiap tahun meningkat 2 3 %. Berdasarkan kenyataan bahwa penggunaan asam sitrat yang luas dalam dunia industri, maka kebutuhan pemenuhan bagi asam sitrat baik di dalam maupun luar negeri masih sangat besar. Asam sitrat digunakan dalam industri untuk mengikat (squester) ion, menetralkan basa dan berperan sebagai buffer. Dalam kosmetika, asam sitrat digunakan sebagai buffer untuk pengatur pH produk. Beberapa jenis sitrat, khususnya garam sodiumnya, dipakai luas dalam produk makanan, farmasi dan detergen. Ester dari asam sitrat dipakai secara komersial sebagai plasticizer dalam penyiapan komposisi polimer, coating dan adhesive.Dalam proses fementasi pembuatan asam sitrat harus dilakukan pada laboratorium steril dan khusus yang terpisah dari laboratorium lain. Hal ini dimungkinkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi akibat Aspergiilus Niger dan hal-hal yang berpengaruh dalam proses fermentasi harus diperhatikan untuk menghasilkan asam sitrat yang optimal.

4.2 SARANDalam proses fermentasi pembuatan asam sitrat harus dilakukan pada laboratorium steril dan khusus yang terpisah dari laboratorium lain. Hal ini dimungkinkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi akibat Aspergiilus Niger dan hal-hal yang berpengaruh dalam proses fermentasi harus diperhatikan untuk menghasilkan asam sitrat yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

http:// Pengertian Dan Manfaat Asam Sitrat Ilmu-Pintarku.htmhttp://Hasil Penelusuran Gambar Google untuk http bp.blogspot.com P7FQp5qvvt0 UAt8BOVqbnI AAAAAAAAAfc JIiTuxglPxI s1600 tabel4.jpg.htmhttp://id.wikipedia.org/wiki/AsamSitrathttp://makalah-pembuatan-asamsitrat.htmlwww.wikipedia.org/wiki/ApergillusnigerSchlegel, Hans dan Karin Schmidt. 1972. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gajahmada University Press.Soedarmaji. 2000. Diktat Mikrobilogi Industri. Semarang: Universitas Diponegoro.

Page 17