Transcript
Page 1: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN PERKEMBANGANNYA

DI INDONESIA

Bermawi P. Iskandar

Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, Jln Ganesha 10, Bandung,

Indonesia,40132

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Produk yang dapat bertahan lama (seperti kendaraan bermotor, komputer,

mesin/peralatan) umumnya dijual dengan garansi. Garansi (warranty) adalah suatu

perjanjian krontraktual yang mengharuskan produsen untuk memperbaiki atau mengganti

produk yang mengalami kerusakan selama masa garansi. Baik konsumen maupun

produsen mendapatkan manfaat dari garansi. Bagi konsumen, garansi melindungi dari

membeli produk yang cacat, dan bagi produsen, garansi membatasi klaim yang tidak

rasional dari konsumen. Disamping itu, produsen dapat memanfaatkan garansi sebagai

alat promosi yang efektif karena produk dengan masa garansi yang lebih lama

memberikan sinyal kepada konsumen bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang

lebih baik. Namun, memberikan garansi berarti tambahan ongkos (disebut ongkos

garansi) bagi produsen. Ongkos garansi berkisar 2-10% dari harga produk. Untuk suatu

perusahaan otomotif di Indonesia, ongkos garansi yang harus ditanggung dapat mencapai

50-100 milyar rupiah per tahun. Dengan demikian, gagal dalam mengelola garansi secara

efektif dapat berakibat bukan saja ongkos garansi yang tidak terkendali tapi juga

berdampak pada ketidakpuasan konsumen dan kehilangan penjualan. Dan ini kemudian

berdampak pada penurunan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pengelolaan garansi

produk, awalnya, hanya melibatkan aspek teknikal seperti desain produk, proses

manufaktur dan pemeliharaan yang memengaruhi keandalan produk. Namun, kemudian

perlu juga mempertimbangkan aspek komersial (yang meliputi pemasaran dan pelayanan

Page 2: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

purna-jual), karena garansi produk dapat digunakan sebagai alat promosi yang efektif.

Dengan demikian, diperlukan pendekatan komprehensif untuk mengelola garansi produk

yang efektif, yang melibatkan aspek teknikal dan komersial. Pada makalah ini, dibahas

pengelolaan garansi yang tidak saja untuk penurunan ongkos garansi, tapi juga untuk

meningkatkan kepuasan konsumen, citra produk, dan akhirnya penjualan perusahaan.

Disamping itu, juga dibahas perkembangan manajemen garansi di Indonesia yang

umumnya masih pada tahap I, masih bersifat reaktif, lebih memfokuskan pada

pemrosesan klaim garansi dan penyelesaian permasalahan yang muncul akibat dari

garansi. Perusahaan belum banyak menggunakan garansi sebagai an offensive tool dalam

pemasaran produk. Kebanyakan perusahaan menawarkan garansi untuk memenuhi

persyaratan memasuki suatu pasar (atau digunakan sebagai a deffensive tool).

PENDAHULUAN

Sekarang ini, produsen yang memproduksi durable products seperti produk

otomotif, produk elektronik, mesin/peralatan, menjual produk tersebut dengan garansi.

Garansi (warranty) adalah suatu perjanjian krontraktual (contractual agreement) yang

mengharuskan produsen untuk merektifikasi (memperbaiki atau mengganti) produk yang

mengalami kerusakan selama masa garansi. Umumnya perbaikan produk rusak tidak

dikenakan biaya kepada konsumen. Untuk garansi tertentu, rektifikasi mengharuskan

pengembalian uang (money back) sebagian atau 100% dari harga jual kepada konsumen.

Sangat sulit untuk mengetahui kapan tepatnya garansi pertama kali dikenalkan.

Namun, jika garansi dipandang sebagai liabilitas produk (pertanggung-jawaban

produsen), maka pada zaman Raja Babilonia, Hammurabi pada tahun 1800 sebelum

Masehi, ditemukan undang-undang yang memberikan hukuman keras untuk craftmen

yang terbukti melakukan kesalahan sehingga menghasilkan produk cacat (Blischke dan

Murthy, 1994). Di Amerika, undang-undang yang berhubungan dengan garansi produk

terdapat dalam The Magnuson-Moss Act dan Uniform Commercial Code (UCC) yang

efektif sejak tahun 1975. Sejak saat itu, hak konsumen untuk mendapatkan produk yang

baik dalam transaksi pembelian produk dilindungi oleh undang-undang, karena undang-

undang tersebut mengharuskan produsen memberikan garansi untuk durable products

Page 3: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

yang harganya lebih dari $15. Dengan demikian, aturan umum yang sebelumnya berlaku

yaitu caveat emptor (let the buyer beware) atau konsumen harus waspada dalam memilih

produk agar terhidar dari membeli produk cacat, berubah menjadi let the manufacturer

beware karena produsen wajib untuk mengganti dengan yang baru atau memperbaikinya

(merektifikasi) jika produk rusak selama masa garansi dan kerusakan bukan karena

kesalahan pakai (misuse). Di Indonesia, undang-undang yang melindungi hak konsumen

terdapat pada Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Dengan undang-undang ini, produsen/pelaku usaha yang memproduksi produk/barang

yang umur pakainya 1 (satu) tahun atau lebih, wajib menyediakan suku cadang dan/atau

fasilitas purna jual serta memberikan garansi.

Garansi, pada kenyataannya, tidak saja memberikan manfaat kepada konsumen

tetapi juga kepada produsen. Bagi konsumen, garansi melindungi dari membeli produk

yang cacat, dan bagi produsen, garansi membatasi klaim yang tidak rasional dari

konsumen. Disamping itu, produsen juga dapat memanfaatkan garansi sebagai alat

promosi yang efektif untuk produknya, karena produk dengan masa garansi yang lebih

lama memberikan sinyal kepada konsumen bahwa produk tersebut memiliki kualitas

yang lebih baik.

Memperhatikan penjelasan di atas, garansi memiliki 2 peranan penting yaitu (1)

sebagai instrumen untuk melidungi konsumen dari membeli produk cacat dan juga

melindungi produsen dari klaim konsumen yang tidak masuk akal, serta (2) sebagai alat

promosi yang efektif untuk meningkatkan penjualan produk.

Untuk produk baru, konsumen umumnya ragu terhadap kinerja produk tersebut.

Pada konteks ini, garansi memainkan peranan penting dalam memberikan jaminan

kepada konsumen bahwa produk akan berfungsi sesuai dengan yang dijanjikan.

Sekarang ini, dengan berkembangnya kompleksitas dari produk, maka sangat sulit

bagi konsumen untuk mengevaluasi mutu produk pada saat membeli. Jenis produk yang

sebanding dari produsen yang berbeda sangat sulit dibedakan kualitasnya, sebagai

contoh, TV, komputer, telepon genggam, dan lain-lain. Apabila produk sejenis dengan

merek berbeda sangat sulit dibedakan, maka faktor-faktor purna jual, garansi,

ketersediaan dan ongkos suku cadang, layanan, pemeliharaan, dan lain-lain menjadi

penentu bagi konsumen dalam memilih produk (Lele dan Karmarkar, 1983).

Page 4: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Namun, menawarkan produk dengan garansi berarti tambahan ongkos bagi

produsen, karena harus memperbaiki produk rusak (atau disebut layanan garansi) selama

masa garansi. Ongkos garansi ini membebani produsen secara signifikan dengan sebaran

ongkos 1,5-3% dari total penjualan (Blischke dan Murthy, 1994). Sebagai contoh,

industri otomotif di Amerika Utara mengeluarkan 10 milyar dollar (100 triliyun rupiah)

untuk pelayanan garansi per tahun (Roehm, 2003). Sekarang ini di Eropa, belum pernah

terjadi sebelumnya, garansi telah menjadi salah satu tantangan besar bagi manajemen

perusahaan, karena ongkos garansi yang semakin besar (dapat mencapai 10 juta euro per

tahun (120 milyar rupiah) untuk satu produsen produk elektronik di Eropa) dan

meningkatnya ketidakpuasan konsumen terhadap layanan garansi (Thomann, 2005).

Di Indonesia, untuk industri sepeda motor dengan empat juta unit per tahun,

ongkos pelayanan garansi per tahun diperkirakan sebesar 200 milyar rupiah (atau 0,5%

dari perjualan per tahun). Besaran itu tidak besar secara nasional, tetapi jika dilihat dari

satu perusahaan yang memiliki pangsa pasar 57%, maka ongkos garansi yang harus

ditanggung diperkirakan sebesar 100 milyar per tahun (dihitung dari data klaim tahun

1998) dan jumlah ini cukup signifikan bagi perusahaan (Iskandar dan Blischke, 2001).

Untuk industri mobil, diperkirakan sebesar 50-100 milyar rupiah per tahun untuk satu

produsen (perkiraan ini masih kasar dan perlu dilengkapi dengan data yang lebih akurat).

Hal ini disebabkan karena data klaim garansi merupakan data yang tidak terbuka untuk

publik atau sangat dirahasiakan oleh perusahaan.

Sejak tahun 1980-an garansi telah dimanfaatkan sebagai instrumen yang efektif

dalam mempromosikan produk. Industri otomotif Jepang berhasil melakukan penetrasi

pasar di Amerika dengan menawarkan masa garansi yang lebih lama yaitu dua sampai

tiga tahun, sedangkan yang lainnya menawarkan garansi hanya satu tahun. Pada konteks

ini, garansi dapat memberikan informasi untuk pembedaan produk (product

differentiation). Dan sepuluh tahun balakangan ini, layanan purna jual, termasuk garansi,

telah menjadi elemen penting dalam memenangkan persaingan di pasar (Murthy dan

Blishcke, 1995).

Dengan demikian, gagal dalam mengelola garansi secara efektif berakibat bukan

saja ongkos pelayanan garansi yang tidak terkendali tapi juga berdampak pada

Page 5: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

ketidakpuasan konsumen dan kehilangan penjualan. Ini selanjutnya berdampak negatif

terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Pada makalah ini, akan dibahas pendekatan komprehensif untuk mengelola

garansi produk yang tidak saja untuk meminimalisasi ongkos garansi tapi juga untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan dan penjualan produk.

PEMBAHASAN

Konsep Dasar Garansi

Jenis garansi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu garansi satu

dimensi, garansi dua dimensi, dan garansi tambahan (extended warranty).

1. Garansi Satu Dimensi

Kebijakan garansi satu dimensi dikarakteristikkan oleh satu atribut, yaitu umur

produk atau pemakaian. Sebagai contoh, sebuah TV digaransi selama satu tahun. Jenis

garansi ini dibagi ke dalam dua kategori utama yaitu Free Replacement Warranty (FRW)

dan Pro Rata Warranty (PRW).

Pada FRW, perbaikan produk yang mengalami kerusakan selama masa garansi

tanpa dikenakan biaya kepada konsumen. Sedangkan, pada PRW, produk baru sebagai

pengganti dari produk yang rusak dalam masa garansi diberikan dengan harga diskon.

Atau konsumen harus mengeluarkan sejumlah uang (yang besarnya proporsional

terhadap sisa masa garansi pada saat produk rusak) untuk mendapatkan produk baru.

FRW cocok diterapkan untuk produk yang dapat direparasi, misalnya komputer,

sedangkan PRW tepat untuk produk yang tidak dapat direparasi, misalnya ban mobil.

Penelitian untuk garansi sederhana ini telah banyak dilakukan dan kajian dapat dilihat

pada Blischke dan Murthy (1994).

2. Garansi Dua Dimensi

Kebijakan garansi dua dimensi dikarakteristikkan oleh dua atribut (dimensi), di

mana satu dimensi menjelaskan batas umur dan dimensi yang lainnya penggunaan.

Garansi dua dimensi banyak ditawarkan untuk produk otomotif, pesawat terbang, dan

lain-lain. Sebagai contoh, sebuah mobil atau sepeda motor diberi garansi satu tahun atau

12.000 km, tergantung yang mana yang berakhir lebih dahulu. Penelitian dalam garansi

Page 6: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

dua dimensi belum banyak dilakukan dan berikut ini adalah sebagian riset dalam bidang

ini: Iskandar (1992); Iskandar, Murthy dan Wilson (1994); Murthy, Iskandar dan Wilson

(1995); Iskandar, Murthy, dan Jack ( 2005).

3. Garansi Tambahan (Extended Warranty)

Beberapa tahun terakhir ini, produsen menawarkan garansi tambahan (extended

warranty). Sebagai contoh, banyak dealer yang menawarkan penjualan mobil dengan

garansi tambahan setelah masa garansi dasar (base warranty) berakhir, misalnya

perpanjangan waktu garansi satu tahun. Hal serupa untuk produk elektronik, di mana

pembeli dapat mengajukan garansi tambahan, misalnya satu sampai dua tahun. Garansi

dapat diperpanjang dengan melakukan kontrak kesepakatan baru tetapi konsumen harus

mengeluarkan sejumlah uang atau membeli jasa ini. Garansi tambahan ini merupakan

pilihan bagi konsumen untuk memperpanjang atau tidak, atau sifatnya tidak diwajibkan.

Garansi tambahan dapat ditawarkan oleh produsen maupun pihak ketiga. Garansi

tambahan mirip dengan service contract di mana ada pihak luar (produsen atau pihak

ketiga) yang sanggup merawat produk untuk periode tertentu berdasarkan kontrak dengan

pemilik produk (Padmanabhan dan Rao, 1993).

Bagi produsen, garansi tambahan memberikan layanan purna jual kepada

konsumen yang tidak terbatas pada masa garansi tetapi juga di luar garansi. Layanan

purna jual yang baik akan menciptakan kepuasan pelanggan (customer satisfication) yang

tinggi, sehingga akan menambah loyalitas konsumen terhadap produk. Dan ini dapat

digunakan sebagai alat promosi yang efektif untuk memenangkan persaingan dengan

produk yang sejenis.

Penawaran ongkos yang relatif murah dan garansi tambahan yang

menguntungkan konsumen membuat jasa garansi tambahan menjadi suatu produk yang

menarik bagi konsumen. Dan ini membuka peluang bisnis untuk memberikan jasa garansi

tambahan oleh pihak ketiga.

Upaya Penurunan Ongkos Garansi

Telah dijelaskan pada bagian Pendahuluan bahwa menjual produk dengan garansi

menambah ongkos kepada produsen. Dilaporkan di dalam literatur garansi produk, bahwa

ongkos garansi per tahun untuk satu perusahaan besar (misalnya, perusahaan otomotif

Page 7: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

(General Motor) atau komputer (HP) dapat mencapai milyaran dollar per tahun.

Besarannya antara 2-10% dari harga jual yang tergantung pada produk dan

perusahaannya (informasi rinci dapat dilihat dalam “Warranty Week”

(www.warrantyweek.com))

Dengan demikian, pendekatan untuk mengurangi ongkos garansi mendapat

perhatian besar dari pemanufaktur (manufacturer). Terdapat tiga pendekatan untuk

mereduksi ongkos garansi, yaitu:

(1) meningkatkan keandalan produk,

(2) menerapkan pemeliharaan pencegahan, dan

(3) menggunakan strategi layanan garansi yang efektif.

Peningkatan keandalan (misalnya, menggunakan material/komponen yang lebih

andal/kuat, desain produk yang lebih baik) merupakan satu cara untuk menurunkan

peluang terjadinya kerusakan selama masa garansi. Dan hal ini selanjutnya berdampak

pada penurunan jumlah kerusakan dan klaim garansi. Upaya ini memerlukan ongkos

(tetap dan variabel) tetapi di sisi lain, dapat menurunkan ongkos garansi. Pendekatan ini

dilakukan jika penurunan ongkos garansi yang dihasilkan lebih besar dari ongkos

peningkatan keandalan.

Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) dapat diterapkan untuk

mengendalikan degradasi kinerja (penurunan keandalan) produk yang berlebihan,

sehingga dapat mengurangi jumlah kerusakan selama masa garansi. Melakukan tindakan

pemeliharaan, di satu sisi, membutuhkan ongkos tetapi di sisi lain, dapat mengurangi

jumlah kerusakan dan klaim garansi. Kebijakan pemeliharaan yang optimal diperlukan

untuk mengendalikan kerusakan selama masa garansi dan ongkos garansi.

Untuk produk yang dapat direparasi, strategi pelayanan garansi memberikan

pedoman kepada pemanufaktur (manufacturer) untuk merektifikasi

(memperbaiki/mengganti) produk rusak selama masa garansi, apakah produk yang rusak

direparasi atau diganti. Mengganti item (komponen, modul, assembly atau produk)

memerlukan ongkos yang mahal, tetapi dapat mengurangi/menghindari kerusakan selama

sisa masa garansi. Sedangkan mereparasi ongkosnya murah, tetapi kemungkinan

terjadinya kerusakan berulang tinggi. Suatu strategi yang efektif dapat menurunkan

ongkos garansi secara signifikan. Pada kasus ini, pemanufaktur memiliki pilihan, yaitu

Page 8: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

mereparasi atau mengganti item yang rusak selama masa garansi. Apabila ongkos

penggantian mahal dibandingan ongkos reparasi, maka strategi layanan garansi (warranty

servicing strategy) tidak ekonomis. Murthy dan Jack (2007) membahas berbagai strategi

layanan yang telah dikembangkan untuk produk yang dijual dengan garansi satu dimensi

(seperti TV, komputer dan produk elektronik lainnya). Untuk produk yang dijual dengan

garansi dua dimensi, seperti produk otomotif (truk, bus, mobil dan sepeda motor),

Iskandar dan Murthy (2003) dan Iskandar et al., (2005) meneliti dua strategi layanan

yang berbeda.

Untuk memperoleh penurunan ongkos garansi yang optimal, diperlukan suatu

pendekatan yang terintegrasi yang mengkombinasikan pendekatan (1)-(3) di atas (lihat

Gambar 1).

Topik riset dalam bidang garansi yang menarik untuk diteliti meliputi: (1) model

yang mengkombinasikan strategi layanan dan peningkatan keandalan, (2) model strategi

layanan yang mempertimbangkan pemeliharaan pencegahan, serta (3) model yang

mengintegrasikan strategi layanan, peningkatan keandalan dan pemeliharaan pencegahan.

Catatan, (4) merupakan topik penelitian dalam bidang keandalan dan pemeliharaan, di

luar materi makalah ini. Beberapa mahasiswa S3 sedang meneliti topik-topik tersebut.

Gambar 1: Pendekatan terintegrasi untuk mengurangi ongkos garansi

Page 9: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Manajemen Garansi

Manajemen garansi dapat didefinisikan sebagai suatu pengelolaan (manajemen)

dari semua kegiatan yang berhubungan dengan garansi produk. Pada awalnya,

pengelolaan garansi bersifat reaktif, yaitu difokuskan pada penanganan klaim garansi dari

konsumen. Dalam konteks ini, mengelola garansi dapat berarti bagaimana

meminimalisasi atau bahkan menghindari klaim dari konsumen.

Perkembangan bisnis sekarang mengharuskan perusahaan harus mengubah

paradigma dalam mengelola garansi—yaitu dari moda reaktif menjadi moda proaktif—

yang memanfaatkan garansi untuk membangun citra merek dan loyalitas konsumen

melalui layanan purna-jual yang prima (exceptional customer service) kepada konsumen,

bukan sekadar meminimalisasi jumlah klaim garansi (atau tanggung jawab produsen

terhadap produk yang dijual).

Manajemen garansi harus mengintegrasikan aspek teknikal dan aspek komersial

karena aspek teknikal (misalnya keandalan dan kualitas produk) memengaruhi ongkos

garansi dan ini selanjutnya memengaruhi aspek komersial (misalnya harga jual dan

penjualan) dan akhirnya memengaruhi kinerja perusahaan.

Namun, hal ini membutuhkan pendekatan yang komprehensif melibatkan fungsi

desain produk, manufaktur, pemasaran dan layanan purna jual, dan mempertimbangkan

interaksi antar fungsi-fungsi tersebut dari aspek komersial dan aspek teknikal. Atau

dengan kata lain, dibutuhkan pendekatan yang terintegrasi dalam manajemen garansi.

Manajemen Garansi dan Perkembangannya

Literatur dalam bidang garansi berkembang dengan pesat dan aspek yang diteliti

sangat beragam, meliputi aspek rekayasa (desain, manufaktur, pelayanan), legal,

akuntansi, pemasaran, dan analisis ongkos. Penelitian yang dilakukan masih terkotak-

kotak, membahas dari satu aspek saja, dan belum mengintegrasikan aspek-aspek yang

lainnya. Murthy dan Blishcke (1995) mengembangkan suatu kerangka yang koheren—

mengintegrasikan beberapa aspek yang berbeda—untuk menganalisis garansi.

Sebaliknya, literatur mengenai manajemen garansi produk belum banyak

mendapatkan perhatian dari peneliti. Penelitian Brennan (1994) lebih difokuskan pada

administrasi garansi, Menezes dan Quelch (1990) membahas penggunaan garansi sebagai

Page 10: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

senjata strategi ofensif untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. Selanjutnya,

Blishcke dan Murthy (2000) meneliti manajemen garansi dengan mempertimbangkan

aspek yang lebih komprehensif. Dua aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam

pengelolaan garansi adalah (1) aspek teknikal dan (2) aspek komersial.

Aspek teknikal (meliputi rekayasa dari desain produk dan proses manufaktur),

yang memengaruhi kualitas produk. Kegagalan dari aspek ini berakibat pada keandalan

dan kualitas produk rendah, dan ini kemudian berdampak pada jumlah klaim yang sangat

besar (eksesif klaim). Eksesif klaim juga bisa disebabkan oleh masa garansi yang terlalu

panjang. Pendekatan pada bagian (3) memfokuskan pada aspek teknikal dan juga

melibatkan tindakan pemeliharaan dan strategi layanan garansi (atau masih bersifat

parsial).

Aspek komersial meliputi pemasaran dan pelayanan purna jual. Eksesif klaim,

karena aspek teknikal, yaitu kualitas dan keandalan produk yang rendah, akan

menyebabkan peningkatan ongkos garansi dan jumlah ketidakpuasan konsumen. Dan ini

selanjutnya berakibat pada penurunan citra produk dan kehilangan penjualan dari produk

saat ini. Citra produk (dan citra merek) yang menurun dapat memengaruhi penjualan

produk lain pada masa mendatang. Ketidakpuasan konsumen juga dapat disebabkan oleh

pelayanan garansi yang buruk, keterlambatan dalam memproses klaim, reparasi yang

tidak sempurna, dan lain-lain. Dan akhirnya, adalah penuruan keuntungan perusahaan.

Peranan dan pentingnya garansi semakin besar dari tahun ke tahun dan hal ini

menjadi pemicu terjadinya perubahan dari manajemen garansi. Perkembangan

manajemen garansi dapat dijelaskan ke dalam tiga tahap berdasarkan karakteristik

pengelolaannya, apakah bersifat reaktif, preventif, atau proaktif (Murthy dan Blishcke,

2007).

Manajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu

hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan setelah

keputusan pada pengembangan dan perancangan produk, proses manufaktur, dan

pemasaran dilakukan. Sebagai contoh, layanan purna jual tidak dipandang sebagai

sesuatu yang strategik dan ongkos garansi dihitung secara sederhana, yaitu beberapa

persen dari harga jual.

Page 11: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Tujuan moda ini difokuskan pada minimalisasi ongkos garansi dan mempercepat

penyelesaian permasalahan yang berhubungan dengan klaim garansi (lihat Gambar 2).

Hubungan antara fungsi pengembangan dan perancangan produk, proses

manufaktur, dan pemasaran dijelaskan berikut ini. Pengembangan produk dimulai dengan

riset dan pengembangan yang dilaksanakan melalui serangkaian langkah termasuk

pembentukkan prototipe, pengujian, dan rancangan final. Selanjutnya, adalah proses

manufaktur, yang meliputi perencanaan proses, tools, lintas produksi, dan persiapan

lainnya yang diperlukan untuk proses produksi produk. Selanjutnya kegiatan pemasaran,

meliputi promosi produk, distribusi produk, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan

pemasaran. Dengan pendekatan concurent engineering, keputusan pada tahap desain dan

manufaktur dapat dilakukan secara bersamaan dan juga keputusan pada tahap pemasaran.

Dan ini selanjutnya dapat memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk meluncurkan

produk ke pasar. Penerapan pendekatan concurent engineering untuk pengembangan

produk memberikan manfaat yang signifikan. Setelah produk dibeli oleh konsumen,

produsen dapat menerapkan kebijakan pemeliharaan pada produk selama masa garansi.

Hal ini dilakukan dengan memberikan pemeliharaan periodik yang tidak dikenakan

ongkos kepada konsumen atau dengan ongkos yang tidak penuh (potongan harga)

sehingga menarik bagi konsumen. Cara lain adalah mewajibkan konsumen untuk

melakukan pemeliharaan periodik ke service station resmi dengan ongkos ditanggung

konsumen, jika tidak melakukan pemeliharaan periodik maka klaim garansi tidak

berlaku.

Gambar 2: Manajemen Garansi Tahap I (Blishcke dan Murthy,1995).

Page 12: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Manajemen garansi tahap II merupakan moda preventif yang bertujuan untuk

meminimalisasi klaim garansi dan permasalahan yang timbul dengan menjual produk

bergaransi. Hal ini dilakukan dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi

sebagai hasil dari proses pengembangan dan perancangan produk, dan manufaktur yang

baik. Pada tahap ini, garansi sudah dipertimbangkan sebagai alat promosi sehingga sudah

menjadi bagian dari pemasaran, tetapi pertimbangan aspek teknikal dan aspek komersial

untuk memberikan layanan purna jual yang prima masih bersifat sekuensial (lihat

Gambar 3). Moda ini berkembang dalam sepuluh tahun terakhir ini, yaitu setelah layanan

purna jual (garansi dasar dan garansi tambahan) menjadi elemen penting dalam

memenangkan persaingan di pasar. Karena itu, keputusan mengenai layanan purna jual

dipertimbangkan sebagai bagian dari keputusan pemasaran, tetapi belum terintegrasi

dengan pengembangan dan perancangan produk serta proses manufaktur (Blishcke dan

Murthy, 1995).

Gambar 3: Manajemen Garansi Tahap II (Blishcke dan Murthy, 1995).

Manajemen garansi tahap III merupakan moda proaktif, yang memanfaatkan

garansi sebagai instrumen penting dalam membangun kepuasan konsumen, citra produk,

product differentiation dan loyalitas konsumen. Di sini, garansi digunakan sebagai alat

untuk berkompetisi di pasar. Koordinasi yang erat antara aspek teknikal dan komersial

dalam pengelolaan garansi sangat diperlukan untuk memberikan layanan purna jual yang

prima dan meningkatkan kepuasan konsumen disatu pihak serta meminimalisasi ongkos

garansi di pihak yang lain (lihat Gambar 4). Prasyarat keberhasilan manajemen garansi

tahap III ini adalah interaksi yang erat antara aspek teknikal dan aspek komersial. Atau

Page 13: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

dengan kata lain, pendekatan yang efektif untuk mengelola garansi harus

mengintegrasikan aspek teknikal dan aspek komersial.

Gambar 4 : Manajemen Garansi tahap III

Kebutuhan untuk Pendekatan Terintegrasi

Manajemen garansi tahap III membutuhkan suatu pendekatan yang komprehensif

yang mengintegrasikan fungsi-fungsi pengembangan dan perancangan produk,

manufaktur, pemasaran, pemeliharaan dan layanan purna jual. Melalui dua aspek penting,

yaitu aspek teknikal dan aspek komersial, berikut ini dijelaskan hubungan antar fungsi-

fungsi tersebut.

Hubungan Antar Fungsi dari Aspek Teknikal

Berikut ini dijelaskan hubungan antar fungsi pengembangan dan perancangan

produk, dan manufaktur (dan juga pemeliharaan) dari aspek teknikal yang berhubungan

dengan keandalan dan kualitas produk.

Page 14: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Pada tahap desain, fitur utama (yang berhubungan dengan garansi) adalah

keandalan produk dan fitur yang lainnya seperti kemampuan-rawat (maintainability).

Tahap manufaktur meliputi penentuan dua hal penting yaitu manufacturablity

(kemudahan untuk diproduksi dalam jumlah besar) dan kualitas dari proses manufaktur

yang berhubungan dengan kemampuan proses untuk menghasilkan produk yang dapat

memenuhi persyaratan kualitas. Produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas

(produk cacat) memiliki keandalan yang rendah (inferior) dibandingkan dengan yang

memenuhi persyaratan.

Dengan demikian, produk cacat yang sampai ke pembeli dapat menimbulkan

ongkos garansi yang jauh lebih besar dari produk yang memenuhi persyaratan kualitas.

Kualitas manufaktur dapat dipengaruhi oleh desain proses dan kemampuan proses,

kinerja pemasok material dan komponen, pengendalian kualitas, dan tingkat keterampilan

operator. Setelah produk dibeli dan dipergunakan oleh konsumen, fungsi pemeliharaan

dapat diterapkan oleh produsen dengan memberikan layanan pemeliharaan periodik gratis

atau dengan potong harga, sehingga tindakan pemeliharaan tersebut dapat mengendalikan

jumlah kerusakan selama masa garansi.

Hubungan Antar Fungsi dari Aspek Komersial

Aspek komersial berhubungan dengan penentuan harga, promosi, kepuasan

konsumen, keuntungan, dan lain-lain. Garansi, pada aspek ini, secara langsung dan tidak

langsung memengaruhi fungsi pemasaran dan fungsi layanan purna jual. Penjelasan

hubungan antar fungsi dari aspek komersial dalam pengelolaan garansi produk dijelaskan

berikut ini.

Sebagai alat pemasaran, garansi memainkan peranan penting dalam memberikan

jaminan terhadap ketidakpastian dari kualitas produk. Pemanfaatan garansi sebagai alat

pemasaran tergantung pada apakah strategi pemasaran yang dilakukan bersifat offensive

atau deffensive. Dan hal ini tergantung dari apakah perusahaan adalah pemimpin pasar

(market leader) atau bukan. Garansi dipandang sebagai senjata penyerang (an offensive

tool) apabila digunakan untuk memberikan sinyal keandalan produk yang tinggi kepada

konsumen.

Page 15: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Apabila produsen menggunakan moda reaktif, garansi dipergunakan sebagai

senjata bertahan (a deffensive tool) dengan tujuan untuk memenuhi kompetisi agar tidak

kehilangan penjualan dan memperbaiki kesalahpahaman konsumen terhadap kualitas

produk. Garansi FRW dapat dipandang sebagai an offensive strategy, sedangkan PRW

sebagai a deffensive strategy.

Interaksi Aspek Teknikal dan Aspek Komersial

Interaksi aspek teknikal dan aspek komersial menentukan tingkat profitabilitas

dari suatu produk. Garansi yang lebih lama dapat menimbulkan efek promosi yang

dahsyat dan meningkatkan penjualan secara signifikan, tetapi hal ini membutuhkan

kualitas produk yang tinggi untuk meminimalisasi jumlah kerusakan/klaim selama masa

garansi dan akhirnya dapat mengendalikan ongkos garansi. Terdapat trade-off antara (1)

ongkos desain dan manufaktur, dan (2) ongkos untuk pelayanan garansi. Kerjasama yang

erat antara fungsi desain, manufaktur, dan pemasaran dapat memberikan alokasi ongkos

yang optimal dari kedua ongkos tersebut.

Di samping itu, interaksi antara beberapa fungsi di dalam perusahaan dan

pemasok (supplier) dan pihak ketiga yang memberikan jasa garansi tambahan dibutuhkan

dalam mengelola garansi secara efektif. Manajemen garansi yang efektif harus

mempertimbangkan interaksi dari keempat faktor tersebut (lihat Gambar 4), selama siklus

hidup produk, dari tahap sebelum peluncuran produk dan setelah peluncuran produk.

Pilihan pada tahap desain dan manufaktur memengaruhi kualitas produk dan

kemudian ongkos garansi. Sebaliknya, keputusan mengenai garansi yang ditawarkan

harus sesuai dengan kualitas produk agar ongkos klaim garansi terkendali, dan ini

selanjutnya memengaruhi keputusan pada desain produk dan manufaktur (proses

produksi dan pengendalian kualitas).

Sebelum peluncuran produk baru, pertimbangan garansi produk dimulai sejak

awal yaitu dari tahap pengembangan produk, desain produk, desain proses, persiapan

rencana pemasaran, dan akhirnya perumusan spesifikasi garansi. Di sini, manajemen

harus menentukan nilai target dari produk seperti fitur fungsional yang diiginkan, ongkos

per-unit dan harga jual yang diinginkan.

Page 16: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Pada tahap setelah peluncuran produk, manajemen garansi memonitor dan

mengevaluasi layanan purna jual, umpan balik ke desain dan manufatur untuk

peningkatan kualitas produk, pemasaran untuk perubahan kebijakan garansi, harga jual

dan layanan purna jual, dan semua tindakan revisi pada tahap ini yang diperlukan selama

masa garansi. Pada tahap ini, kecepatan penyampaian data kinerja dan kualitas produk

yang diperoleh dari konsumen melalui service station/dealer untuk analisis keandalan

produk sangat diperlukan. Dan selanjutnya, bermanfaat untuk perbaikan kualitas produk

di lantai pabrik dan desain produk.

Sumber data kinerja dan kualitas produk umumnya hanya berasal dari data klaim

garansi dan data perbaikan produk rusak. Data ini selanjutnya digunakan untuk

memperbaiki ongkos garansi dan untuk prediksi klaim garansi ke depan. Di samping itu,

data tersebut diteruskan ke divisi rekayasa, produksi, pengendalian kualitas, dan

manajemen garansi untuk mengevaluasi kebijakan garansi yang diberikan.

Perkembangan Manajemen Garansi di Indonesia

Manajemen garansi di Indonesia umumnya masih pada tahap I dan sebagian kecil

sudah berada pada tahap II. Umumnya, masih bersifat reaktif, lebih memfokuskan pada

pemrosesan klaim garansi dan penyelesaian permasalahan yang muncul akibat dari

garansi. Perusahaan belum banyak menggunakan garansi sebagai an offensive tool dalam

pemasaran produk. Kebanyakan perusahaan menawarkan garansi untuk memenuhi

persyaratan memasuki suatu pasar, lebih pada a deffensive tool. Bahkan, pada periode

sebelum tahun 2000, pada industri sepeda motor, garansi hanya melindungi kerusakan

pertama selama masa garansi yang pendek, yaitu enam bulan, atau bersifat membatasi

tanggung jawab produsen. Sementara itu, pada periode tersebut, di negara maju, garansi

untuk produk otomotif diberikan dua sampai lima tahun dan melindungi semua kerusakan

(untuk komponen yang dijamin) yang terjadi selama masa garansi.

Di samping itu, untuk produk yang dijual di Indonesia, tidak semua komponen

kendaraan bermotor dijamin oleh garansi tetapi hanya sebagian komponen saja.

Sedangkan di Amerika dan Eropa, sejak beberapa tahun yang lalu, produsen telah

menawarkan bumper-to-bumper warranty yang menjamin hampir seluruh komponen dari

Page 17: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

suatu kendaraan bermotor dan memberikan garansi tiga sampai sepuluh tahun untuk

power train.

Bahkan, di Amerika, telah diberlakukan aturan baru untuk melindungi pembeli

kendaraan bermotor yang disebut Lemon Law. Dengan aturan ini, jika suatu komponen

dari produk mengalami kerusakan lebih dari jumlah tertentu, misalnya tiga kali, selama

masa garansi maka konsumen berhak atas produk baru. Perlindungan yang maksimal ini

akan berdampak positif terhadap kepuasan pelangan yang selanjutnya meningkatkan citra

produk. Ini merupakan contoh dari pemanfaatan garansi sebagai an offensive tool dalam

mempromosikan produk.

Berhubungan dengan data klaim dan data perbaikan produk rusak, data tersebut

belum digunakan secara maksimal untuk memperbaiki kinerja produk dan mengevaluasi

ongkos garansi atau untuk prediksi klaim garansi. Data klaim dikumpulkan oleh dealer

hanya untuk keperluan penagihan pembayaran klaim garansi ke produsen yang dilakukan

bulanan. Data ini sudah dipergunakan untuk keperluan perbaikan kualitas produk, tetapi

umpan balik kinerja produk ke pabrik masih lambat, yaitu dua sampai empat minggu,

karena mengikuti mekanisme penagihan pembayaran klaim garansi. Hal ini

menunjukkan bahwa perlu suatu mekanisme yang berbeda (berbasis web atau

memanfaatkan Internet) untuk mendapatkan data kinerja produk yang bersumber dari

data klaim, untuk peningkatan kualitas produk.

Hanya sebagian kecil produsen yang sudah memanfaatkan garansi sebagai

instrumen untuk penetrasi pasar (manajemen garansi tahap II), seperti pada industri

sepeda motor, di mana satu produsen menawarkan garansi untuk mesin selama tiga tahun

(garansi sebagai an offensive tool), dan kemudian diikuti oleh produsen lainnya (garansi

sebagai a deffensive tool).

Umumnya, data klaim belum digunakan secara maksimal untuk memodelkan

keandalan produk dan memperbaiki kinerja garansi, misalnya untuk prediksi klaim

garansi. Penelitian yang telah memanfaatkan data klaim garansi untuk memodelkan

keandalan produk (sepeda motor) dan memprediksi ongkos garansi dapat dilihat pada

Iskandar dan Blischke (2003) dan Anantasari dan Iskandar (2003).

PENUTUP

Page 18: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Peranan dan pentingnya garansi dalam pemasaran produk dari tahun ke tahun

semakin besar. Bersamaan dengan itu, beban ongkos garansi dan ketidakpuasan

konsumen terhadap layanan garansi juga meningkat secara signifikan sehingga semakin

meminta perhatian yang besar dari manajemen.

Perkembangan garansi tersebut menyebabkan pengelolaan garansi produk

berubah dari moda reaktif menjadi proaktif. Moda reaktif lebih memfokuskan pada

penanganan klaim garansi dan bertujuan untuk meminimalisasi jumlah klaim konsumen

(ongkos garansi). Manajemen garansi dengan moda proaktif bertujuan tidak saja

meminimalisasi ongkos garansi tapi juga memaksimumkan kepuasan konsumen, citra

produk dan penjualan sehingga membutuhkan pendekatan yang terintegrasi, yang

menggabungkan aspek teknikal dan aspek komersial dalam pengelolaan garansi. Pada

makalah ini, telah dibahas suatu pendekatan terintegrasi dalam pengelolaan garansi, di

mana interaksi antar fungsi desain produk, manufaktur, pemasaran dan purna jual dilihat

dari kedua aspek penting tadi. Dan pengelolaan garansi dengan pendekatan terintegrasi

ini dilakukan baik selama periode sebelum maupun sesudah peluncuran produk ke pasar.

Manajemen garansi di Indonesia umumnya masih pada tahap I yaitu bersifat

reaktif, lebih memfokuskan pada pemrosesan klaim garansi dan penyelesaian

permasalahan yang muncul akibat dari garansi. Perusahaan belum banyak menggunakan

garansi sebagai an offensive tool dalam pemasaran produk. Kebanyakan perusahaan

menawarkan garansi untuk memenuhi persyaratan memasuki suatu pasar, jadi lebih pada

a deffensive tool. Hanya sebagian kecil produsen yang sudah memanfaatkan garansi

sebagai instrumen untuk penetrasi pasar (manajemen garansi tahap II), seperti pada

industri sepeda motor, di mana satu produsen menawarkan garansi untuk mesin selama

tiga tahun (garansi sebagai an offensive tool), dan kemudian diikuti oleh produsen lainnya

(garansi sebagai a deffensive tool).

Garansi yang ditawarkan bersifat terbatas–tidak semua komponen kendaraan

bermotor dijamin oleh garansi–hanya sebagian komponen saja. Sedangkan, sejak

beberapa tahun yang lalu, di Amerika dan Eropa, produsen telah menawarkan bumper-to-

bumper warranty yang menjamin hampir seluruh komponen dari suatu kendaraan

bermotor dan memberikan garansi tiga sampai sepuluh tahun untuk power train.

Page 19: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Dalam rangka mendapatkan proteksi yang layak bagi konsumen terhadap produk

yang dibeli, lembaga konsumen (yang merepresentasikan kepentingan konsumen)

bekerjasama dengan pembuat peraturan publik (law maker) harus berperan aktif untuk

menghasilkan undang-undang (peraturan) mengenai garansi produk (yang spesifik untuk

setiap jenis durable product) yang dapat memberikan proteksi baik bagi konsumen

maupun produsen. Dan ini akan melengkapi Undang-Undang nomor 8 tahun 1999,

tentang perlindungan konsumen, yang masih bersifat global, untuk semua jenis produk.

DAFTAR PUSTAKA

Anantasari dan Iskandar, B.P. 2003, “Estimasi Ongkos Garansi Sepeda Motor dengan

Melibatkan Data Follow-up”, Proceeding Seminar Sistem Produksi VI Jurusan

Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung.

Brennan, J.R. (1994), Warranties, Planning, Analysis, and Implementation,

Mc.GrawHill, New York.

Blischke, Wallace R. and Murthy, D.N. Prabharkar (1994), Warranty Cost Analysis,

Marcel Dekker Inc., New York.

Blischke, Wallace R. and Murthy, D.N. Prabharkar (1995), Product Warranty Handbook,

Marcel Dekker Inc., New York.

Husniah, H., B.P. Iskandar. 2008, Optimal replacement policy for a product sold with a

two-dimensional warranty, Proceedings Asia Pacific Industrial Engineering and

Management Systems Conference.

Iskandar, BP. (1992), “Modelling and Analysis of Two-Dimensional Warranty Policies”,

Disertasi S3, The Departement of Mechanical Engineering University of

Queensland St. Lucia, Brisbane.

Iskandar, B.P., Murthy, D.N.P, Wilson, R. J. (1994),.Two Dimensional Combination

Warranties, RAIRO, France.

Iskandar, B.P., Murthy, D.N.P., Repair-Replace Strategies for Two-Dimensional

Warranty Policies, Mathematical and Computer Modelling, 38, ISSN 0895-7177,

Desember, 2003, 1233--1241.

Page 20: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Iskandar, B.P. and Blischke, W.R. 2003, Reliability and Warranty Analysis of a

Motorcycle Based on Claims Data, Case Studies in Reliability and Maintenance,

edited by W. R. Blischke and D. N. P. Murthy, John Wiley & Sons.

Iskandar B.P., Murthy, D.N.P., Jack, N. 2005, A New Repair – Replace Strategy for

Items Sold with A Two – Dimensional Warranty, Computer & Operations Research

32, pp. 669 – 682.

Iskandar B.P., Murthy, D.N.P., Jack, N. 2007, A New Repair – Replace Strategy Based

on Usage Rate for Items Sold with A Two – Dimensional Warranty, Proceedings,

Asia Pacific Conference on Manufacturing Systems.

Iskandar B.P, and Jack N.( 2008), Warranty servicing with imperfect repair for products

sold with a two-dimensional warranty. Proc. of the 3rd International Workshop on

Advanced Reliability Modelling III, 529--536.

Jack, N., B.P. Iskandar and D.N.P. Murthy. 2009, A new repair-replace strategy based on

usage rate for items sold with a two-dimensional warranty. Reliability Engineering

and System Safety 94 611–617.

Lele, M.M dan Karmarkar, U.S. (1983), Good product support is smart marketing,

Harvard Business Rev., Vol. 61, pp. 124--132.

Menezes, M.A.J dan Quelch, J.A.(1990), Leverage your warranty program, Sloan

Manage. Rev., Vol 31, No. 4, pp. 69--80.

Murthy, D. N. P., Iskandar, B.P, and Wilson, R. J. (1995), “Two-dimensional failure free

warranties: Two-dimensional point process models,” Operations Research 43:

356--366.

Murthy, D.N. Prabharkar dan Blischke, Wallace R. 2000. Strategic Warranty

Management: A Life-Cycle Approcah, IEEE Transaction of Engineering

Management, Vol. 47, No. 1, pp. 40--54.

D.N.P. Murthy and N. Jack. 2007, Warranty servicing. Encyclopaedia of statistics in

quality and reliability. pp. 2091--2097.

Murthy, D.N. Prabharkar dan Blischke, Wallace R. 2007, Warranty Management and

Produc Manufacture, Spriger, London.

Page 21: MANAJEMEN GARANSI PRODUK DAN … · Web viewManajemen garansi tahap I merupakan pengelolaan dengan moda reaktif, yaitu hanya mengelola klaim garansi. Pada tahap ini, garansi dipertimbangkan

Padmanabhan, V. dan Rao, Ram C., (1993), “Warranty Policy and Extended Service

Contracts: Theory and an Application to Automobiles”, Marketing Science, Vol

12, No 3.

Roehm, T. 2003, Warranty management as your competitive differentiator: how to reduce

cost and improve customer satisfaction, cycle time: your competitive advantage,

[online]. Available:http:// www.sas.com.

Thomann, J. 2005, Management-The need for a holistic view (online). Available:http://

www.blogs.ittoolbox.com/cgi-bin/mt/tb-ittb.cgi/2556.


Recommended