Download doc - Mioma uteri

Transcript
Page 1: Mioma uteri

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri merupakan tumor jinak dari otot rahim. Jumlah penderita mioma

uteri ini sulit diketahui secara akurat karena banyak yang tidak menimbulkan keluhan

sehingga penderita tidak memeriksakan dirinya ke dokter. Sampai saat ini belum

diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial.

Mioma dapat bervariasi dalam ukuran dan jumlahnya, mulai dari beberapa

gram sampai mencapai lebih 45 kg serta jumlahnya bisa tunggal atau lebih dari satu.

Mioma merupakan penyebab gangguan kesuburan sebesar 27% dan sebagai salah satu

penyebab diangkatnya rahim seorang wanita. Di USA, perdarahan rahim berlebih

akibat mioma merupakan salah satu indikasi dilakukannya tindakan pengangkatan

rahim dan diperkirakan 600.000 kasus pengangkatan rahim dilakukan setiap tahun.

Jumlah penderitanya belum diketahui secara pasti karena banyak yang tidak

merasakan keluhan sehingga tidak periksa ke dokter, namun diperkirakan insiden

mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita. Di Indonesia, kasus mioma uteri di

temukan sebesar 2,39%-11,7% pada semua pasien kebidanan yang dirawat. Mioma 3-

9 kali lipat lebih sering pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih.

Mioma paling sering ditemukan pada usia 35-45 tahun, jarang ditemukan pada

usia 20 tahun juga setelah menopause. Kejadian mioma uteri sebesar 20-40% di

temukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun. Mioma cenderung membesar

ketika hamil dan mengecil ketika menopause. Apabila pertumbuhan mioma semakin

membesar setelah menopause maka kecugiaan ke arah keganasan harus dipikirkan.

Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori

menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada

jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot

kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh

lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang

ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause). Sering kali mioma

uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang

sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa Jerman yang

berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada

1

Page 2: Mioma uteri

perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan berbenjol-

benjol seperti layaknya tumor perut.

Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin. Diagnosis

mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa

yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah

bagian dari uterus. Sedangkan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mioma dapat

dilakukan ultrasonografi, histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang

akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang

diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi

alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

2

Page 3: Mioma uteri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Mioma uteri atau yang disebut juga leiomioma, fibromioma dan fibroid adalah

neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat, sehingga bila banyak

mengandung sel otot maka konsistensinya lunak, sedangkan bila mengandung banyak

jaringan ikat (fibroid) maka konsistensinya kenyal, dengan ukuran bervariasi dari

sangat kecil sampai sangat besar yang mengisi pelvis dan abdomen dapat tunggal atau

multipel.

II.2 Epidemiologi

Mioma terjadi pada kira-kira 5 persen wanita selama masa reproduksi. Tumor

ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan

dekade keempat. Pada dekade keempat ini insidennya mencapai kira-kira 20%.

Mioma lebih sering pada wanita nulipara atau wanita yang mempunya 1 anak. 

Mioma pada kehamilan menurut perkiraan frekuensi dalam kehamilan dan

persalinan berkisar sekitar 1 persen dan banyak mioma kecil tidak dikenal. Dalam

banyak kasus kombinasi mioma dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa-apa. Di

pihak lain, kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang besar artinya.

Hal itu tergantung besarnya dan lokalisasinya. Secara umum, angka kejadian mioma

uteri diprediksi mencapai 20%-30% terjadi pada wanita berusia di atas 35 tahun.

II.3 Etiologi

Penyebab pasti dari mioma pada rahim masih belum diketahui secara jelas.

Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa mioma muncul dari satu sel ganas

yang berada di antara otot polos dalam rahim. Selain itu adanya faktor keturunan juga

diduga sebagai penyebab mioma.

Pertumbuhan dari mioma uteri diduga berkaitan dengan hormon estrogen.

Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika

pengeluaran estrogen maksimal dan dapat bertambah besar dengan cepat selama

kehamilan dimana saat itu kadar estrogennya sangat tinggi. Tidak didapatkan bukti

3

Page 4: Mioma uteri

bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma namun diketahui bahwa

estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor

estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya

namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron

meningkatkan aktivitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan

faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron

memungkinkan pembesaran tumor down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen

berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks

ekstraseluler.

Teori Mayer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblas.

Percobaan Lipschurz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata

menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain di

dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat

progesteron atau testosteron. Pukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor

estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut

Meyer asal mioma adalah sel immatur, bukan dari selaput otot yang matur.

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori

onkogenik, maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor, yaitu inisiator dan

promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum

diketahui secara pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphate

dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler.

Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik

dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth

faktor. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan

tumor.

II.4 Faktor Predisposisi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya mioma uteri. Berikut

adalah beberapa faktor tersebut :

Genetik

Wanita  dengan  garis  keturunan  tingkat  pertama  dengan  penderita mioma 

uteri  mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan

dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma

yang mempunyai riwayat  keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali

4

Page 5: Mioma uteri

lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (alfa myoma-related growth factor) 

dibandingkan  dengan  penderita  mioma  yang  tidak  mempunyai riwayat

keluarga penderita mioma uteri.

Ras

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afro-Amerika

memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri

dibandingkan dengan wanita Kaukasia.

Usia

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun (20%), ditemukan

sekitar 40%-50% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Mioma uteri jarang

ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada

wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%. Mioma menunjukkan

pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi dimana saat itu kadar

estrogen sangat tinggi. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis

antara 35-45 tahun dan mengalami pengecilan pada saat menopause.

Fungsi ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan

mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah

kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil

histerektomi wanita yang telah menopause,  diterangkan bahwa hormon 

estrogen endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang

rendah/sedikit. Ditemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma

uteri lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada 

fase proliferasi dari siklus menstruasi.

Paritas

Lebih sering terjadi pada nulipara, multipara atau pada wanita yang relatif

infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan

mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau

apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

Kehamilan

5

Page 6: Mioma uteri

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar  estrogen

dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus  kemungkinan

dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri.  Hal ini mungkin 

berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim

aromatease di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen

tubuh yang mampu meningkatkan prevalensi mioma uteri.

Makanan

Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan 

prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi,

daging setengah matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden

mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak 

diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau fitoestrogen berhubungan 

dengan mioma uteri.

Kebiasaan merokok

Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan

penurunan bioaviabilitas estrogen dan penurunan konversi androgen  menjadi

estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.

Selain itu, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari

mioma uteri, diantaranya adalah :

Faktor hormonal

1. Hormon estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan

tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma

uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.

Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen

seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%),

adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri

banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita

dengan sterilitas. 17B hidroxydehidrogenase : enzim ini mengubah

estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas

enzim ini berkurang pada jaringan miomatous yang juga mempunyai

jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.

6

Page 7: Mioma uteri

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron

menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu : mengaktifkan

17B hidroxydehidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada

tumor.

3. Growth hormon

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon

yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat

pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari

leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil kerja sinergis

antara HPL dengan estrogen.

Faktor genetik

Mioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi

antara kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12

Faktor pertumbuhan

Faktor pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel

otot polos dan fibroblas, mengontrol proliferasi sel dan merangsang

pertumbuhan dari mioma.

II.5 Klasifikasi

Klasifikasi mioma uteri didasarkan atas lokasi dan lapisan uterus yang terkena.

Berdasarkan lokasi, mioma uteri dibedakan menjadi :

1) Korpus (91%) → merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa gejala

2) Servikal (2,6%) → umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi

3)  Isthmus (7,2%) → lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus

urinarius

Berdasarkan lapisan uterus yang terkena dan arah pertumbuhan, dibedakan menjadi :

1) Mioma Submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini

dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum

memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil

sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

7

Page 8: Mioma uteri

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan

adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai “Currete bump” dan dengan

pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis

ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.

Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang

mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,

dikenal dengan nama “mioma geburt” atau mioma yang dilahirkan, yang

mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Kemungkinan terjadinya

degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini.

Adanya bentuk pedikel menyebabkan dismenore sebagai usaha dari uterus

untuk mengeluarkannya. Ulserasi dan nekrosa mengakibatkan adanya

discharge yang bau dan warna yang tidak tetap, sehingga sering salah

dianggap sebagai kanker serviks.

2) Mioma Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial dan terdapat di dinding uterus di

antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot

sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi

tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus

akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat.

Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan

menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat

menimbulkan keluhan miksi.

Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila

besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan

berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti

kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah

bawah. 

Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang

sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan

ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Prevalensi sebesar 54%

dari seluruh kasus mioma.

3) Mioma Subserosa

8

Page 9: Mioma uteri

Tumbuh keluar dari dinding uterus dan letaknya di bawah tunika serosa. Dapat

bertangkai atau melayang dalam kavum abdomen. Mioma subserosa yang

bertangkai dapat mengalami torsi dan terasa sangat nyeri. Oleh karena itu

vena-vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan

intraabdominal. Kadang-kadang mioma subserosa timbul di antara dua

ligamentum latum, merupakan mioma interligamenter yang dapat

menyebabkan penekanan pada ureter dan A. Iliaca. Ada kalanya tumor ini

mendapat vaskularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun

terlepas dari uterus, disebut sebagai parasitik mioma. Prevalensi mencapai

38,2% dari total kejadian mioma.

II.6 Gambaran Mikroskopik

Pada pembelahan, jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya.

Pada pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai sel-sel otot polos panjang, yang

membentuk bangunan yang khas sebagai kumparan (whorle like pattern). Inti sel juga

panjang dan bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan transversal, sel

berbentuk polihedral dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada

pemotongan longitudinal inti sel memanjang dan ditemukan adanya “mast cells” di

antara serabut miometrium dan sering diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel

raksasa (giant cells).

9

Page 10: Mioma uteri

II.7 Perubahan Sekunder

Perubahan sekunder pada myoma uteri sebagian besar bersifat degeneratif

karena berkurangnya aliran darah ke myoma uteri. Perubahan sekunder tersebut

meliputi :

Atrofi

Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi

kecil.

Degenerasi hialin

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar

atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu

kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

Degenerasi kistik

Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair,

sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,

dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga

menyerupai limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar

dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

Degenerasi membatu (calcireous degeneration)

Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan

dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma

maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

Degenerasi merah (carneous degeneration)

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis

diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi.

Pada pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna

merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah

tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai emesis dan

haus, sedikit demam, kesakitan, tumor dan uterus membesar serta nyeri pada

perabaan. Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir

atau mioma bertangkai.

Degenerasi lemak

10

Page 11: Mioma uteri

Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang

lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.

II.8 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Diagnosis mioma uteri didasarkan atas gejala klinis yang didapatkan saat

anamnesa dan dari hasil pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Gejala klinis

tergantung dari lokasi dan besarnya tumor.

Anamnesa :

1. Perdarahan uterus yang abnormal

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering

terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma

uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan

haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan metrorrhagia sering

terjadi pada pasien mioma uteri. Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan

anemia defisiensi besi.

Patofisiologi perdarahan belum diketahui pasti tapi diduga disregulasi dari

beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang mempunyai efek

langsung pada fungsi vaskuler dan angiogenesis. Perubahan-perubahan ini

menyebabkan kelainan vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler di

dalam uterus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain berupa peningkatan ukuran

endometrium, peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus, gangguan

kontraktilitas uterus, ulserasi endometrium pada mioma submukosum dan

kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium.

Yang sering menyebabkan gejala perdarahan ialah jenis submukosa sebagai

akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah. Mioma intramural juga dapat

menyebabkan perdarahan, oleh karena ada gangguan kontraksi uterus. Jenis

subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal. Kalau ada

perdarahan yang abnormal harus diingat akan kemungkinan yang lain yang

timbul bersamaan dengan mioma yaitu :

- Adeno karsinoma

- Polip

- Faktor fungsionil

11

Page 12: Mioma uteri

2. Nyeri panggul

Gejala ini tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Keluhan yang

sering diutarakan ialah rasa berat dan dismenore. Timbulnya rasa sakit dan

nyeri pada mioma disebabkan karena adanya degenerasi akibat adanya oklusi

vaskuler, infeksi, torsio dari mioma yang bertangkai (sifatnya akut dan disertai

rasa eneg dan muntah-muntah) maupun akibat kontraksi miometrium yang

disebabkan mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga

pelvis dan menekan bagian tulang pelvis yang dapat menekan saraf sehingga

dapat menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan

ekstremitas posterior.

3. Penekanan dan pendesakan

Tanda-tanda penekanan dan pendesakan tergantung dari lokasi dan besar

tumor. Bila menekan kandung kencing, akan menimbulkan kerentanan

kandung kencing (bladder irritability), polakisuria dan disuri. Bila uretra

tertekan dapat menimbulkan retensio urine, dan bila hal ini berlangsung lama

dapat menyebabkan hidronefrosis. Tekanan pada rektum tidak terlalu besar,

kadang-kadang menyebabkan konstipasi dan kadang-kadang sakit pada waktu

defekasi. Tumor dalam kavum Douglas dapat menyebabkan retensio urin.

Kalau besar sekali mungkin ada gangguan pencernaan. Kalau terjadi tekanan

pada vena kava inferior akan terjadi edema dari tungkai bawah.

4. Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas.

Dilaporkan sebesar 27%-40% wanita dengan mioma uteri mengalami

fertilitas. Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan

dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat oklusi tuba bilateral.

Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang

sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus.

Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan

disfungsi reproduksi.

Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaaan mioma akibat

perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa

tumor.

5. Benjolan

Mengeluh benjolan di perut bagian bawah.

12

Page 13: Mioma uteri

Pemeriksaan Fisik :

Dapat dilakukan dengan dua cara :

a. Pemeriksaan luar/abdomen

Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang membesar dapat dipalpasi pada

abdomen terutama jika ukurannya besar. Tumor teraba sebagai nodul

ireguler, gerakan bebas serta tidak sakit. Area perlunakan memberi kesan

adanya perubahan-perubahan degeneratif. Biasanya letak tumor di tengah-

tengah. Perlunakan abdomen yang disertai nyeri dapat disebabkan oleh

perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan tumor.

b. Pemeriksaan bimanual rutin

Pemeriksaan bimanual dilakukan bila pemeriksaan luar belum jelas,

terutama pada wanita gemuk. Diagnosis mioma uteri dicurigai bila

dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih

licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah

bagian dari uterus. Pada keadaan tertentu, mioma submukosa yang

bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada ostium

servikalis. Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk

nodul.

Pemeriksaan Penunjang :

a. Darah lengkap

Hb turun, albumin turun, leukosit turun/meningkat, eritrosit turun.

b. USG (Ultrasonography)

Menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan

keadaan adneksa dalam rongga pelvis.

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama

lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainan pada rahim, termasuk mioma

uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi melalui ultrasonografi

transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas

yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.

Sehingga sangatlah tepat untuk digunakan dalam monitoring.

Adanya kalsifikasi ditandai dengan fokus-fokus hiperekoik dengan

bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai dengan adanya gambaran

hipoekoik.

13

Page 14: Mioma uteri

c. Histeroskopi

Menggunakan alat berupa teleskop yang tipis dan dimasukkan ke uterus

melalui serviks.

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai

alat untuk penegakan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena

dapat diangkat.

d. Laparaskopi

Untuk mengevaluasi massa di daerah pelvis.

e. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran dan lokasi mioma tetapi

jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. Pada

MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat

dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi

sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma

submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus

yang tidak dapat disimpulkan

f. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP)

Menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan

ureter.

g. Papaniculou Test

14

Page 15: Mioma uteri

Merupakan pemeriksaan sitologis yang memungkinkan untuk mendeteksi

adanya sel yang abnormal dan mendeteksi keganasan tumor pada tahap

awal.

II.9 Diagnosa Banding

Seorang pemeriksa harus mampu membedakan diagnosa mioma uteri dengan

penyakit lain karena setiap penyakit mempunyai metode penanganan yang berbeda.

Berikut adalah diagnosa banding dari mioma uteri :

1. Kehamilan

Uterus membesar merata. Tes kehamilan positif.

2. Pseudosiesis

Terdapat amenorrhea, perut membesar tetapi uterus sebesar biasa, tanda tanda

kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.

3. Kistoma Ovarii

Mungkin ada amenorrhea, perut penderita membesar tetapi ukuran uterus

biasa.

4. Vesika urinaria dengan retensio urine

Uterus biasanya membesar.

5. Menopause

Terdapat amenorrhea. Umur wanita kira kira di atas 43 tahun. Uterus sebesar

biasa, tanda-tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.

II.10 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dengan timbulnya mioma uteri antara lain

adalah :

a. Degenerasi ganas

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang

telah diangkat. Kecurigaan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat

membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

b. Torsi (putaran tungkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.

c. Nekrosis dan infeksi

15

Page 16: Mioma uteri

Setelah torsi dapat diikuti infeksi dan nekrosis.

d. Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan

1. Pengaruh mioma terhadap kehamilan dan persalinan

Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil (infertilitas), terutama

pada mioma uteri submukosa

Kemungkinan abortus bertambah

Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar

dan letak subserosa

Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang

letaknya di serviks

Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di

dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma

Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus

dan intramural

2. Pengaruh kehamilan terhadap mioma

Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan

edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, karena pengaruh hormon

estrogen. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi.

Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk,

dan mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi

perdarahan dan nekrosis, terutama ditengah-tengah tumor. Tumor

tampak merah (degenerasi merah) atau tampak seperti daging

(degenerasio karnosa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut

yang disertai gejala-gejala rangsangan peritonium dan gejala-gejala

peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama

(steril). Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas

karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan

sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.

Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran

tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar.

Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis yang

menimbulkan gambaran klinik perut mendadak (akut abdomen).

II.11 Penatalaksanaan

16

Page 17: Mioma uteri

Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi dan ukuran

tumor. Terbagi atas :

a. Konservatif

Tidak ada ukuran standar kapan mioma harus diterapi. Mioma besar tanpa

gejala dan tidak mengarah ke keganasan tidak perlu diterapi. Pemeriksaan

fisik dan USG harus diulangi setiap 6-8 minggu untuk mengawasi

pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah. Apabila pertumbuhan stabil maka

pasien diobservasi setiap 3-4 bulan

Bila mioma uteri berukuran kecil, tidak cenderung membesar dan tidak

memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6

bulan sekali termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak

membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat

menghentikan pertumbuhan mioma uteri

Bila seorang wanita dengan mioma mencapai menopause, biasanya tidak

mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil. Oleh karena itu sebaiknya mioma

pada wanita premenopause tanpa gejala diobservasi saja. Bila mioma besarnya

sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat

sebaiknya dioperasi, walaupun tidak ada gejala atau keluhan. Mioma yang

besar kadang-kadang memberikan kesukaran pada operasi.

Pada masa postmenopause, mioma biasanya tidak memberikan keluhan.

Tetapi bila ada pembesaran mioma pada masa post menopause harus dicurigai

kemungkinan keganasan (sarkoma).

b. Hormonal

Menggunakan agonis GnRH. Bekerja dengan menurunkan regulasi

gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi ovariu

m menghilang dan  diciptakan  keadaan menopause yang reversibel. Sebanyak

70% mioma  mengalami  reduksi  dari  ukuran  sebelumnya  telah  dilaporkan 

terjadi  dengan  cara ini,  menyatakan  kemungkinan  manfaatnya  pada 

pasien  perimenopausal  dengan menahan atau mengembalikan  pertumbuhan 

mioma  sampai  menopause yang sesungguhnya  mengambil  alih.  Tidak 

terdapat  resiko penggunaan agonis GnRH  jangka panjang dan kemungkinan

rekurensi mioma setelah terapi dihentikan.

17

Page 18: Mioma uteri

Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3

menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Efek maksimum dalam

mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.

Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena

memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama

pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.

Adapun preparat lain yang digunakan untuk terapi hormonal adalah

progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti prostaglandin,

agen-agen lain (gossipol, amantadin).

Baru-baru ini ada penemuan obat oral terbaru berupa Ulipristal asetat.

Ulipristal asetat (Esmya) adalah modulasi selektif terhadap reseptor

progesteron yang telah disetujui untuk terapi pre-operasi mioma uteri pada

wanita dewasa yang reproduktif. Lama pemberian terbatas sampai dengan 3

bulan. Ulipristal asetat mempunyai bagian yang spesifik memberi efek

antagonis terhadap progesteron, bekerja pada reseptor progesteron di

endometrium dan myometrium sehingga mencegah rangsangan lebih lanjut

terhadap pertumbuhan mioma. Ulipristal asetat juga memberi efek langsung

terhadap mioma, mengurangi ukuran mioma dengan cara menghambat

peroliferasi sel dan menginduksi apoptosis. Disarankan dosis pemberian per

hari 5 mg. Dengan dosis tersebut dapat menekan kadar produksi FSH.

Penggunaan terapi secara farmakologis adalah jika ukuran mioma uteri

berukuran kurang dari 3 cm. Bagaimanapun juga, jika mioma uteri berukuran

lebih dari 3 cm dan disertai oleh keadaan klinis yang menunjang, pilihan terapi

terbatas pada analog GnRh dan terapi pembedahan..

Adapun preparat lain yang digunakan untuk terapi hormonal adalah

progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti prostaglandin,

agen-agen lain (gossipol, amantadin).

c. Radioterapi

Syarat dilakukan radioterapi :

Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk

patient)

Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 3 bulan

Bukan merupakan jenis submukosa

Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rektum

18

Page 19: Mioma uteri

Tidak dilakukan pada wanita muda, karena dapat menyebabkan

menopause.

Jenis radioterapi :

Radium dalam kavum uteri

X-ray pada ovaria

Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan

d. Pembedahan

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetrics and

Gynecologists (ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine

(ASRM), indikasi pembedahan pasien mioma uteri adalah :

1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif

2. Sangkaan adanya keganasan

3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause

4. Infertilitas karena gangguan kavum uteri maupun karena oklusi tuba

5. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu

6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius

7. Anemia akibat perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi dan histerektomi

Miomektomi :

Miomektomi dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi

reproduksinya. Ada beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi,

berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi dapat

dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi.

1. Laparotomi

Dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari

uterus. Sebelum melakukan, dokter harus memperhatikan keadaan pasien,

seperti hipermenorea dan semua bentuk dari perdarahan abnormal

membutuhkan evaluasi karena perdarahan juga merupakan komplikasi dari

operasi. Perdarahan yang terjadi berhubungan dengan ukuran dari uterus,

total berat mioma yang diangkat, dan lamanya operasi.

19

Page 20: Mioma uteri

Keunggulan : lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga

penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan

pada miomektomi dapat ditangani dengan segera.

Kerugian : Resiko perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi

faktor fertilitas pada pasien. Disamping itu, masa penyembuhan pasca

operasi juga lebih lama, sekitar 4-6 minggu.

2. Histeroskopi

Untuk mioma submukosa yang terletak pada kavum uteri. Ahli bedah

memasukkan alat histeroskop melalui serviks dan mengisi kavum uteri

dengan cairan untuk memperluas dinding uterus.

Indikasi :

Multipel mioma, riwayat multipel miomektomi, perdarahan abnormal,

riwayat abortus, infertilitas, dan nyeri.

Kontraindikasi :

Karsinoma endometrium, infeksi alat reproduksi, ketidakmampuan uterus

untuk membesar dan tumor yang meluas ke miometrium.

Kelebihan :

Masa penyembuhan pasca operasi singkat (2 hari).

Kerugian :

Timbul perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan

perdarahan.

3. Laparoskopi

Merupakan prosedur standar bagi pasien yang ingin mempertahankan

fungsi reproduksi. Caranya adalah dengan memasukkan alat laparoskop ke

dalam abdomen melalui insisi kecil pada dinding abdomen.

Indikasi :

Mioma bertangkai di luar kavum uteri dan mioma subserosa yang terletak

pada permukaan uterus.

Kelebihan :

Masa penyembuhan pasca operasi yang cepat antara 2-7 hari.

Kerugian :

Perlengketan, trauma terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium, rektum

serta perdarahan.

20

Page 21: Mioma uteri

Histerektomi :

Indikasi :

Menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan

ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.

Terdapat 3 cara, yaitu :

1. Pendekatan abdominal (laparatomi)

Terdiri dari 2 metode berupa total abdominal histerektomi (TAH) dan

subtotal abdominal histerektomi (STAH).

a. TAH

Dapat terjadi banyak perdarahan, trauma operasi pada ureter, kandung

kemih dan rektum. Jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina

dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina.

b. STAH

Terhindar dari banyak perdarahan, trauma pada ureter, kandung kemih

dan rektum.

2. Pendekatan vaginam

Merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang

dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus

dapat diminimalisasi. Oleh karena pendekatan operasi tidak melalui

dinding abdomen, maka pada histerektomi vaginal tidak terlihat parut

bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu,

kemungkinan terjadinya perlengketan pada operasi juga lebih minimal.

Masa penyembuhan lebih cepat daripada yang menjalani histerektomi

abdominal.

3. Laparoskopi

Berupa miolisis. Miolisis adalah prosedur operasi invasif yang minimal

dengan jalan menghantarkan sumber energi yang berasal dari laser

Neodynium:yttrium alumunium garmet (Nd:YAG) ke jaringan mioma,

dimana akan menyebabkan denaturasi protein sehingga menimbulkan

proses koagulasi dan nekrosis di dalam jaringan yang diterapi. Efektif

untuk mengurangi gejala yang terjadi. Miolisis merupakan alternatif terapi

prosedur miomektomi.

21

Page 22: Mioma uteri

Bisa juga dilakukan dengan laparoskopi yang tujuannya untuk

mengalihkan histerektomi abdominal ke histerektomi laparoskopi secara

keseluruhan. Ada beberapa teknik :

a. Laparoscopically Assisted Vaginal Hysterectomy (LAVH)

Memisahkan adneksa dari dinding pelvis dan memotong mesosalfing

ke arah ligamentum kardinale di bagian bawah. Pemisahan pembuluh

darah uterine dilakukan dari vagina.

b. Classic Intrafascial Serrated Edged Macromorcellated

Hysterectomy (CISH) tanpa colpotomy.

Modifikasi dari STAH, dimana lapisan dalam dari serviks dan uterus

direseksi menggunakan morselator. Diharapkan dapat

mempertahankan integritas lantai pelvis dan aliran darah pada pelvis

untuk mencegah prolaps.

Keunggulan :

Mengurangi resiko trauma pada ureter dan kandung kemih, perdarahan

yang lebih minimal, waktu operasi yang lebih cepat, resiko infeksi

yang lebih minimal dan masa penyembuhan yang cepat.

II.12 Pencegahan

Terjadinya mioma uteri dapat dicegah dengan kiat-kiat sebagai berikut :

1. Paritas

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada perbandingan terbalik antara

jumlah paritas dengan timbulnya mioma. Karena pada waktu kehamilan

paparan estrogen berkurang, sehingga total waktu terpaparnya estrogen pada

wanita yang pernah hamil sampai melahirkan lebih sedikit daripada wanita

yang tidak pernah hamil.

2. Hindari obesitas

Berdasarkan penelitian, obesitas meningkatkan faktor resiko terjadinya mioma

sekitar 21% setiap kenaikan berat badan 10 kg di atas berat badan ideal.

3. Rajin olahraga

Berdasarkan penelitian, wanita yang jarang berolahraga mempunyai resiko

timbulnya tumor jinak uterus 1,4x lebih besar daripada wanita yang rajin

berolahraga.

22

Page 23: Mioma uteri

4. Hindari penggunaan kontrasepsi oral pada usia remaja (13 -16 tahun)

Berdasarkan penelitian, penggunaan kontrasepsi oral pertama pada usia remaja

(13 – 16 tahun) meningkatkan resiko timbulnya mioma dikemudian hari.

5. Hindari penggunaan Hormonal Replacement Therapy (HRT) pada post

menopause

Berdasarkan penelitian, penggunaan HRT pada wanita post menopause

meningkatkan jumlah mioma yang diderita.

23

Page 24: Mioma uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. http://nepjol.info/index.php/NJOG/article/view/2397/2137

2. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3163653/

3. http://www.pnas.org/content/110/6/1980.full.pdf+html

4. http://www.paloaltoinstitute.org/PDF/SympatheticandTHelper.pdf

5. http://www.nichd.nih.gov/health/topics/uterine/Pages/default.aspx

6. Varghese BV, et al. (2013) Loss of the repressor REST in uterine fibroids

promotes aberrant G protein-coupled receptor 10 expression and activates

mammalian target of rapamycin pathway. Proc Natl Acad Sci USA 110 :

2187–2192

7. Ciarmela P, et al. (2011) Growth factors and myometrium: Biological effects

in uterine fibroid and possible clinical implications. Hum Reprod Update

17(6):772–790

8. Sabry M, Al-Hendy A (2012) Medical treatment of uterine leiomyoma.

Reprod Sci 19(4):339–353

9. Tendal VR . Jeffcoates’s Principle of Gynaecology ; fifth edition ; Butterworth

London ; 1993 ; 419-32

10. Wallach EE, VlahouaNF. Uterine myoma : Anoverview of development,

clinical features and management. Obstet Gynaecol 2004 ; 104 : 393-

406

11. EA Stewart uterine fibroid. Lancet 2001; 357: 293-298

12. Joedosaputro MS. Tumor jinak alat genital. Dalam : Sarwono Prawiroharjo,edisi

kedua. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta : 1994 ;338-345

13. Derek Llewellyn-Jones. Fundamentals of Obstetry and Gynaecology. Edisi 6.

Syney ; 1994

24

Page 25: Mioma uteri

25