Transcript
Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN

KARYA AL-IMAM ABU LAITS AS-SAMARQANDI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ZULFA ALI MAKHRUS

NIM 114 13 012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

ii

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

iii

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

iv

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

v

MOTTO

ن هكاسم األخالق إنوا بعثت ألتو

”Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan

akhlak”.

(HR.Ahmad, 1991: 323)

اس ركشى بخالصة أخلصناىن إنا الذ

“Sungguh, Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak

yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri

akhirat.” (Departemen Agama RI, 1999: QS. Shaad: 46)

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

vi

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

vii

KATA PENGANTAR

Atas nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji dan

syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Karena dengan segala

limpahan taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan

dan kelapangan hati dalam menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam

semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW.

keluarga, sahabat dan pengikut setianya.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga. Terselesainya skripsi ini tidaklah semata-mata hasil dari jerih

payah penulis sendiri, melainkan banyak pihak terkait yang telah membantu baik

moril maupun spiritual, oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga, beserta staf-

stafnya, yang telah menyediakan tempat serta fasilitas gedung kuliah yang

nyaman dan kondusif.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga

4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I sebagai dosen pembimbing yang telah tulus,

ikhlas dan menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan akademika yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

viii

6. Bapak (M. Abadi) dan Ibu tercinta (Sa‟amah), Kakak dan Adik-adik saya

(Zulfigar Dimas Ulinnuha, Muhammad Kafabihi dan Muhammad Bahrul

Ulum).

7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu dalam

menyelesaikan sekripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT senantiasa

memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada semua pihak.

Jazakumullahu ahsanal jaza‟. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

untuk kajian yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua. Amin.

Salatiga, 26 Februari 2018

Penulis

Zulfa Ali Makhrus

NIM. 114 13 012

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

ix

ABSTRAK

Makhrus, Zulfa Ali. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul

Ghafilin Karya Al Imam Al Faqih Abu Laits As Samarqandi. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun

Anis, M.Pd.I

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak, Kitab Tanbihul Ghafilin

Pendidikan akhlak merupakan bagian terpenting dalam pendidikan Islam.

Kitab Tanbihul Ghafilin merupakan sebuah kitab karya Abu Laits As Samarqandi.

Sebuah kitab yang membahas seputar peringatan orang-orang yang lalai,

pendidikan akhlak dan religiusitas. Berisikan renungan dan nasehat yang

diarahkan kepada pembentukan akhlak terpuji. Penelitian ini memiliki rumusan

masalah sebagai berikut: Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

Tanbihul Ghafilin?. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

kitab Tanbihul Ghafilin?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library research),

yaitu meneliti secara mendalam mengenai Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam

Kitab Tanbihul Ghafilin. Sumber data penelitian di sini berasal dari sumber data

primer dan sumber data sekunder, sedangkan untuk menganalisis data yang ada

penulis mengorganisir, memilih dan memilah untuk disintesiskan kemudian

menemukan pola dan menyimpulkannya. Adapun metode analisis ini

menggunakan metode content analysis.

Setelah dilakukan penelitian dengan pendekatan tersebut dapat diketahui

bahwa Imam Nasr bin Muhammad As-Samarqandi bernama lengkap Abul Laits

Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Hanafi, dikenal dengan Abu Laits,

seorang Ulama Tabi‟ut Tabi‟in, hidup pada awal abad ke-4 Hijriah dan Wafat 373 H.

Beliau juga dikenal dengan julukan Imamul Huda. Konsep pendidikan akhlak dalam

kitab Tanbihul Ghafilin adalah keseimbangan dalam hubungan vertikal

(hablumminallah) selaku hamba Allah, dan dalam hubungan horisontal

(hablumminannas) selaku makhluk individu dan makhluk sosial untuk mencapai

derajat takwa. Kitab Tanbihul ghafilin ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan

referensi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada mata

pelajaran akhlak, dan juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, agar menjadi

manusia yang berakhlak serta berkepribadian mulia.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7

E. Penegasan Istilah .............................................................. 8

F. Metode Penelitian .......................................................... 12

G. Sistematika Penulisan .................................................... 16

BAB II BIOGRAFI ABU LAITS AS SAMARQANDI

A. Riwayat Hidup Abu Laits As Samarqandi ..................... 18

B. Latar Belakang Penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin ....... 20

C. Sistematika penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin ............. 23

D. Pendidikan Abu Laits As Samarqandi ........................... 31

E. Karya-karya Abu Laits As Samarqandi ......................... 32

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

xi

BAB III PEMIKIRAN ABU LAITS AS-SAMARQANDI TENTANG

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

TANBIHUL GHAFILIN

A. Nilai-nilai pendidikan ....................................................... 34

1. Pengertian Nilai dan Sumber Nilai ............................... 34

2. Pengertian Pendidikan .................................................. 36

3. Tujuan Pendidikan ........................................................ 36

B. Pengertian Akhlak ............................................................ 38

1. Etika .............................................................................. 40

2. Moral ............................................................................ 40

C. Pemikiran Abu Laits As-Samarqandi Tentang

Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab

Tanbihul Ghafilin .............................................................. 42

BAB IV ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN

A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab

Tanbihul Ghafilin Karya Al-Imam Al-Faqih Abu Laits

As-Samarqandi ................................................................. 54

B. Relevansi Materi Akhlak pada Kitab Tanbihul Ghafilin

dengan Pendidikan Agama Islam ..................................... 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 104

B. Saran ............................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan sifat dan tabiat resah

gelisah lagi bakhil dan kikir. Apabila ditimpa kesusahan, dia sangat resah dan

gelisah. Dan apabila dia mendapat kesenangan, dia sangat bakhil dan kikir.

Dengan sifat dan tabiat ini sekiranya Allah SWT berikan kepadanya pelajaran

bagi manusia kenikmatan dunia maka dengan mudahnya dia lupa, sombong

bahkan merasa takabur seakan-akan dia merasa semua yang datang atas jerih

payahnya sendiri. Manusia sering tidak sadar bahwa segala nikmat yang

diberikan oleh Allah SWT merupakan karunia yang hendaknya digunakan

untuk kemaslahatan dan kebaikan alam semata.

Akhlak merupakan langkah awal seseorang menciptakan suatu keadilan

dan kebenaran di muka bumi berdasarkan syariat Allah SWT serta

menghapus kedzaliman yang ada. Ketika seluruh penduduk suatu bangsa

memiliki akhlak yang mulia, maka tidak bisa dipungkitri kalau bangsa

tersebut akan mengalami suatu keadaan yang damai, tentram tanpa adanya

kedzaliman yang membuat mereka resah.

Oleh karena itu, manusia dibekali akal pikiran yang berguna untuk

membedakan antara yang hak dan yang bathil, baik buruk dan hitam putihnya

dunia. (Mansur, 2000: 165) Bahkan selamat dan tidaknya manusia, tenang

dan resahnya manusia tergantung pada akhlaknya. Adapun tujuan dari semua

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

2

tuntunan al-Quran dan al-Sunnah menurut Quraish Shihab adalah menjadi

manusia yang secara pribadi dan kelompok mampu menjalankan fungsinya

sebagai hamba Allah SWT dan kholifah di bumi, guna membangun dunia ini

dengan konsep yang ditetapkan Allah SWT dengan kata lain yang lebih

singkat dan sering digunakan adalah untuk menjadi hamba yang bertaqwa

pada Allah SWT. (Shihab, 1994: 152).

Akhlak merupakan salah satu hasil dari iman dan ibadat. Iman dan

ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau dapat mempengaruhi akhlak

dalam mu‟amalah kepada Allah SWT dan makhluk-nya (Omar Muhammad,

1979: 312). Ia menyatakan alasannya bahwa ikhlas dalam menyembah Allah

SWT akan menjadikan seorang hamba yang saleh lagi berakhlak mulia,

disukai sesama, dikasihi dan disayangi Allah SWT. Seseorang belum bisa

dikatakan sempurna imanya terhadap Tuhannya kecuali bahwa ia benar-benar

beriman dan menyempurnakan ketaatan dalam beribadah kepada-Nya.

Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam tujuan

Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang–Undang No. 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa

tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

Pada kenyataanya di lapangan usaha-usaha membina akhlak melalui

berbagai lembaga pendidikan dan mulai dari berbagai macam metode terus

dikembangkan. Ini menunjukan bahwa membina akhlak sangat dibutuhkan

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

3

dan pembinaan akhlak ini ternyata menghasilkan pribadi-pribadi muslim yang

berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, menghormati orang

tua, dan lain sebagainya.

Untuk itu harus ada pembinaan terhadap siswa baik di sekolah maupun

di luar sekolah, baik itu oleh guru maupun orang tua. Upaya tersebut harus

dilakukan dengan kerjasama yang harmonis, baik pendidikan pada keluarga

maupun (pembinaan mental) pada lingkungan masyarakat. Namun kenyataan

di lapangan sering menemukan berbagai macam kendala untuk mewujudkan

kerjasama yang harmonis tersebut. Di antaranya dikarenakan tingkat

pendidikan orang tua yang rendah, kesibukan orang tua, maupun lingkungan

masyarakat yang kurang menunjang.

Disamping itu, banyak para remaja yang melakukan tindakan kriminal

dan sering terjadinya tawuran antar pelajar adalah salah satu contoh yang

membuktikan bahwa tidak berhasilnya pembinaan akhlak dan budi pekerti

pada siswa. Kegagalan pembinaan akhlak ini akan menimbulkan masalah

yang sangat besar, bukan saja pada kehidupan bangsa pada saat ini tetapi juga

pada masa yang akan datang.

Akhlak merupakan pondasi utama yang kuat untuk terciptanya

hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT. (hablumminallah) serta

antar sesama manusia (hablumminannas). Akhlak yang baik dan mulia tidak

lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi,

membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak.

Sebagaimana pengertian akhlak yang telah diringkas oleh Muchson dan

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

4

Samsuri, bahwa Al-Ghazali mengemukakan pengertian akhlak, sebagai

persamaan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat

dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari

dalam diri secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan

sebelumnya. (Muchson Samsuri, 2013: 1)

Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya

ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Bahkan ada yang mengatakan

bahwa “Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas akhlak bangsa

(manusia) itu sendiri”. (Majid Dian, 2011: 2) Tujuan pendidikan adalah untuk

membentuk akhlak yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan

prilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Akhlak menjadi identitas yang

mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan

akhlak inilah, kualitas seorang pribadi diukur. (Majid Dian, 2011: 8)

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membentuk sosok atau

pribadi yang berbudi pekerti luhur atau berakhlakul karimah. Membina

akhlak merupakan inti dari ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda, yang

diwirayatkan oleh Ahmad :

األخالق ىبس ب ثؼضذ ألر أحمد ( ) رواه ئ

Artinya: ”Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan

kemuliaan akhlak”. (HR.Ahmad, 1991: 323)

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

5

Dari hadis tersebut, dapat terlihat bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah

menyempurnakan akhlak. Sehingga pantas apabila para „alim ulama selalu

mendakwahkan untuk beramar ma‟ruf nahi mungkar. Guru yang selalu

berusaha keras untuk membentuk pribadi-pribadi anak didiknya menjadi

sosok yang berkepribadian luhur.

Meskipun demikian, pendidikan akhlak masih sering terabaikan karena

mengejar ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif dan duniawi serta tidak

melihat pada pendidikan akhlaknya. Oleh karena itu, banyak tercetak ilmuan

yang memiliki pengetahuan agama namun memiliki akhlak yang tidak sesuai

dengan Islam yang di bawa Rasulullah SAW. Al Ghozali (2003: 56)

mendefinisikan akhlak yaitu khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan macam-macam perbuatan yang dengan gampang dan mudah

tanpa memerlukan pikiran dan timbangan. Perbuatan tersebut dapat berupa

perbuatan terpuji maupun tercela. Namun dalam Islam yang sangat

dianjurkan dan diwajibkan adalah mengarahkan akhlak pada akhlak terpuji

(akhlakul karimah).

Nipan Abdul Halim (2000: 43) menyebutkan bahwa pokok-pokok

akhlak meliputi akhlak kepada Allah SWT, terhadap semua manusia dan

terhadap makhluk lainya. Nipan membagi lagi dari pokok-pokok akhlak

tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu mengenali Allah SWT dengan baik

dan benar, mengesakan dan berprasangka baik kepada-Nya, membenarkan

segala firman-Nya, mentaati perintah dan menjauhi segala larangan-Nya,

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

6

mencintai Allah SWT, senantiasa mengingat dan memuji Allah SWT,

mensyukuri nikmat Allah SWT, tawakal dan tawadhu‟ kepada-Nya.

Sedangkan Boehori (1983: 116) menambahkan mengenai akhlak

kepada Allah SWT yaitu: taubat kepada Allah SWT, cinta terhadap Allah

SWT, takut terhadap Allah SWT. Akhlak terhadap sesama manusia meliputi

mengikuti jejak Rasulullah, menghormati keberadaan para Nabi dan Rasul,

berbakti kepada kedua orang tua, menghormati yang tua dan menyayangi

yang muda, menyantuni pihak yang lemah (sedekah), menghormati tetangga

dan tamu, menghargai lawan jenis.

Dari uraian diatas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai

pendidikan akhlak pemikiran Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi

melalui sebagian karyanya yaitu kitab Tanbihul Ghafilin yang didalamnya

terdapat beberapa uraian tentang pendidikan akhlak. Untuk itu, penulis

mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: Nilai-nilai

Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-Faqih

Abu Laits As-Samarqandi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul

Ghafilin?

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

7

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul

Ghafilin terhadap pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah susunan apa yang ingin diketahui atau

ditentukan atau dikemukakan dalam melaksanakan penelitian dengan kata

lain apa yang akan dilakukan dalam penelitian sehingga akan jelas apa yang

akan dihasilkan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari

beberapa permasalahan di atas, yaitu :

1. Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

kitab Tanbihul Ghafilin.

2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

kitab Tanbihul Ghafilin terhadap pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas pemikiran dalam

keilmuan Islam sekaligus mendalami pemahaman nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-Faqih Abu

Laits As-Samarqandi.

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

8

b. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam memecahkan krisis

moral yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat membarikan sumbangan perbaikan

dalam pendidikan Islam terutama pada pendidikan akhlak.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai landasan pijak atau rujukan bagi pemerhati masalah pendidikan

akhlak.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman pendidikan akhlak

dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut kepada

peserta didik supaya terbiasa untuk melakukan atau menjalankan

perintah agama.

c. Menambah khazanah mengenai nilai pendidikan yang terdapat dalam

kitab Tanbihul Ghafilin sehingga mengetahui betapa pentingnya

pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Sebagai referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu pendidikan

akhlak.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai permasalahan

dalam penelitian ini, maka penulis menetapkan batasan nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin sebagai berikut:

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

9

1. Pengertian Nilai

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang

diyakini sebagai identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola

pemikiran, perasaan keterkaitan maupun pola tingkah laku (Zakiyah

Darajat, 1996: 260). Definisi lain menyebutkan nilai adalah patokan

normative yang mempengaruhi manusia dalam menetukan pilihannya

diantara cara-cara tindakan alternatif.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia

serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara (Depdiknas, 2003: 2).

3. Pengertian Akhlak

Secara bahasa (linguistik) kata akhlak berasal dari bahasa arab,

kata akhlak adalah bentuk jamak dari „khilqun‟ dan „khuluqun‟ artinya

perbuatan, tingkah laku atau budi pekerti. (Munawwir, 1997: 367)

Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia,

dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah SWT (ibadah dan arti khas) dan hubungan manusia dengan

manusia dan lainya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

10

hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupanya yang dilandasi

oleh aqidah yang kokoh (Muhaimin, 2004: 308).

4. Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-

Samarqandi

Kitab Tanbihul Ghafilin adalah Kitab Tanbihul Ghafilin bi

Ahaditsi Sayyidil Anbiya‟ wal Mursalin (peringatan bagi orang-orang

yang lalai dengan hadits-hadits dari para Nabi dan Rasul) merupakan

buah karya Abul Laits as-Samarqandi yang dikenal dengan julukan Al-

Faqih.

Kitab Tanbihul Ghafilin merupakan kitab yang sangat berbobot,

tinggi kualitasnya dan merupakan pondasi kuat yang dapat melandasi

umat manusia serta mengembalikan fitrah aslinya guna memacu amal

untuk bekal di alam akhirat kelak. Dalam kitab ini terdapat upaya untuk

mewujudkan kondisi ideal manusia sebagai khalifah dimuka bumi yaitu

berkewajiban menyeru pada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar

yang merupakan misi dan amanah yang harus dimiliki oleh setiap muslim

dan mukmin.

5. Syaikh Abu Laits As-Samarqandi

Syaikh Abu Laits As-Samarqandi yang bernama lengkap Abu

Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Hanafi,

dikenal dengan Abu Laits, seorang Ulama Tabi‟ut Tabi‟in, hidup pada

awal abad ke-4 Hijriah dan Wafat 373 H. Beliau juga dikenal dengan

julukan Imamul Huda.

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

11

Abu Laits As-Samarqandi ini pada masa muda beliau tidak

pernah dan sangat jarang membaca Al-Quran tetapi di sekitar usia 50-an

barulah beliau mulai belajar dan pada usia 57 tahun beliau telah berhasil

menguasai Bahasa Arab dan Al-Quran. Selanjutnya beliau mulai

mewariskan ilmu yang ada padanya melalui penulisan Abu Laits

bermazhab hanafi.

Kitab tafsir yang dibuat oleh beliau berjudul Bahrul Ulum dan

tergolong sebagai tafsir bil ma‟tsur. Dalam menulis tafsir ini, Al-Imam

menempuh jalan penafsiran para sahabat dan tabiin. Beliau banyak

mengutip komentar mereka tetapi tidak menyebut sanad-sanadnya.

Beliau menegaskan bahwa seseorang tidak boleh menafsirkan Al-Quran

semata-mata dengan rasionya sendiri sedang ia tidak mengerti kaedah-

kaedah bahasa dan kondisi di saat Al-Quran itu turun. Ia harus

memahami betul ilmu tafsir terlebih dahulu.

Karya-karya beliau yang lain adalah Kitab Tanbihul Ghafilin bi

Ahaditsi Sayyidil Anbiya‟ wal Mursalin (peringatan bagi orang-orang

yang lalai dengan hadits-hadits dari Penghulu para Nabi dan Rasul), Ia

juga memiliki kitab al-Fatawa. Di dalam kitab beliau yang lain, yaitu

Tarikhul Islam.

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

12

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kepustakaan

(Library Research) artinya sebuah studi dengan mengkaji buku-buku,

naskah-naskah, atau majalah-majalah yang bersumber dari khazanah

kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian. Semua sumber berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian dan dokumenter literatur lainnya. (Hadi,

1980:3)

Penelitian yang penulis lakukan dapat dikategorikan dengan

penelitian pustaka karena tidak memerlukan terjun langsung ke lapangan

melalui survey maupun observasi untuk mendapatkan data yang dicari.

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari penelitian kepustakaan yaitu

dari hasil pembacaan atau kesimpulan dari berbagai buku, kitab-kitab

terjemahan, dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan materi dan

tema pengkajian.

2. Sumber Data

Penelitian ini, jika dilihat dari sumber data termasuk kategori

penelitian kepustakaan. Data berarti keterangan-keterangan suatu fakta.

(Ndraha, 1981:76) Karena penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan

yang bersifat kualitatif maka objek material penelitian ini adalah

kepustakaan dari kitab Tanbihul Ghafilin dan lebih fokusnya ke Terjemah

Kitab Tanbihul Ghafilin maupun dokumen-dokumen lain yang berkaitan

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

13

dengan nilai pendidikan akhlak yang ada pada kitab Tanbihul Ghafilin dan

buku -buku lain yang mendukung penelitian ini.

Sumber data dalam penelitian ini akan dikelompokkan menjadi dua

bagian, yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang bersumber dari Kitab Tanbihul Ghafilin

ataupun Terjemahan Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-

Faqih Abu Laits As-Samarqandi.

b. Data sekunder, yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki

kajian yang sama yang dihasilkan oleh pemikir lain, baik yang

berbicara tentang kitab Tanbihul Ghafilin, pendidikan keluarga,

pendidikan akhlak, maupun pemikiran-pemikiran mereka sendiri yang

membahas masalah yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga hal

ini dapat membantu memecahkan permasalahan yang menjadi fokus

penelitian ini. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data-data

tersebut adalah dengan metode dokumentasi, yaitu mencari data atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan

sebagainya. (Arikunto, 1993:202)

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library

Research) yang dalam pengumpulan datanya banyak diperoleh melalui

pengumpulan data-data yang terdapat dari berbagai literer. Literatur yang

diteliti tidak terbatas pada buku-buku atau kitab saja, melainkan juga

diperoleh melalui bahan-bahan studi dokumentasi, majalah, jurnal dan

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

14

lain-lain. (Muhajir, 2002:45) Karena merupakan studi pustaka, maka

pengumpulan datanya merupakan telaah dan kajian-kajian terhadap

pustaka yang berupa data verbal dalam bentuk kata dan bukan angka.

Sehingga pembahasan dalam penelitian ini dengan cara mengedit,

mereduksi, menyajikan dan selanjutnya menganalisis. Penekanan dalam

penelitian ini adalah menemukan berbagai prinsip, dalil, teori, pendapat

dan gagasan Al-Imam Al-Faqih Abu LaitsAs-Samarqandi yang tertuang

dalam salah satu karyanya yaitu kitab Tanbihul Ghafilin yang difahami

untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti.

Langkah-langkah yang dipakai penulis untuk mengumpulkan data

yang relevan diantaranya:

1) Membaca, mengkaji kemudian penulis mengklasifikasikan menjadi

tiga topik yaitu:

a. Merumuskan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam

kitab Tanbihul Ghafilin secara global.

b. Merumuskan unsur-unsur pendidikan akhlak.

c. Identifikasi adanya relevansi kitab Tanbihul Ghafilin dengan

pendidikan Islam.

2) Mendeskripsikan dan menganalisa dari masing-masing topik yang

telah diklasifikasikan dalam perspektif pendidikan Islam.

3) Membuat kesimpulan dari masing-masing topik yang telah

diklasifikasikan.

4. Metode Analisis

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

15

Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitik, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data,

kemudian diusahakan pula adanya analisis dan intepretasi atau penafsiran

terhadap data-data tersebut, oleh karenanya lebih tepat jika dianalisis

menurut dan sesuai dengan isinya saja yang disebut content analysis atau

analisis isi. (Nata, 2001:141)

Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat rumusan

kesimpulan-kesimpulan dengan mengidentifikasi karakterisik spesifikan

pesan-pesan dari suatu teks secara sistematik dan objektif. (Nawawi,

1998:69) Analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan data berupa nilai-

nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin. Dengan demikian,

akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dalam pokok

permasalahan.

Melalui metode content analysis atau analisis isi, peneliti

melakukan penafsiran teks atau bacaan dari kitab Tanbihul Ghafilin yang

mengandung pendidikan akhlak. Adapun langkah- langkah yang ditempuh

meliputi:

a. Menentukan arti langsung yang primer.

b. Menjelaskan arti-arti yang implisit.

c. Menentukan tema. (Endraswara, 2004: 45)

G. Sistematika Pembahasan

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

16

Untuk memudahkan pencarian dan penelaahan pokok-pokok masalah

yang akan dibahas, sistematika penulisan skripsi sangat diperlukan.

Sistematika disini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang menjadi isi

pembahasan skripsi ini. Untuk memudahkan memahami permasalahan yang

akan dibahas, skripsi ini disajikan dengan sistematika pembahasan sebagai

berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi ini meliputi: halaman judul, nota pembimbing,

halaman judul, abstrak, kata pengantar, halaman motto, halaman

persembahan, dan daftar isi.

2. Bagian Isi

Dalam bagian isi skripsi ini terdapat lima bab pembahasan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan, yang memuat latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II merupakan pembahasan mengenai biografi pengarang kitab

Tanbihul Ghafilin meliputi riwayat hidup Abu Laits As-Samarqandi, latar

belakang penulisan kitab Tanbihul Ghafilin, sistematika penulisan kitab

Tanbihul Ghafilin, pendidikan Abu Laits As Samarqandi, karya-karya Abu

Laits As Samarqandi.

Bab III membahas tentang pemikiran Abu Laits As-Samarqsandi

mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin.

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

17

Bab IV berisi tentang analisis data dan relevansi mengenai nilai-nilai

pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul Ghafilin dengan pendidikan

Islam.

Bab V merupakan penutup dari keseluruhan bab sebelumnya yang

meliputi kesimpulan, saran.

3. Bagian Akhir

Bagian ini meliputi: Daftar pustaka, lampiran-lampiran dan Biodata

penulis.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

18

BAB II

BIOGRAFI ABU LAITS AS SAMARQANDI

A. Riwayat Hidup Abu Laits As Samarqandi

Pengarang Kitab Tanbihul Ghafilin adalah Shaykh Nasr bin

Muhammad bin Ibrahim Assamarqandi (wafat pada tahun 373 H atau

983 M). disebut juga Abu Laits As Samarqandi yang bernama lengkap

asli Abu Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi Al-

Hanafi, dikenal dengan Abu Laits yaitu seorang Ulama‟ Tabi‟ut Tabi‟in

dan hidup pada awal abad ke-4 Hijriah dan Wafat 373 H.

(http://wongndeso-tholabulilmi.blogspot.com/p/abu-laits-as-

samarqandi.html diakses tanggal 6 maret 2017)

Beliau juga dikenal dengan julukan Imamul Huda. Beliau adalah

seorang Sufi dan Ahli Hukum mazhab Hanafi yang disegani.

Samarqandi merupakan sebuah nama yang diambil dari nama kota

Samarqand yang terletak di negara Uzbekistan. Samarqand adalah kota

tua berusia lebih dari 2750 tahun kota indah dengan ribuan masjid yang

terletak di jalur sutra antara Cina dan Eropa adalah kota tua yng

didirikan pada tahun 700 SM.

Uzbekistan, adalah negara di Asia Tengah, yang sebelumnya

merupakan bagian dari Uni Soviet. Negara dengan wilayah yang

terkurung daratan ini bersempadanan dengan Kazakhstan di sebelah

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

19

barat dan utara Kirgizstan dan Tajikistan di timur dan Afganistan dan

Turkmenistan di selatan. Bahasa resmi satu-satunya adalah bahasa

Uzbek, sebuah bahasa Turki, tetapi bahasa Rusia tetap dipergunakan

secara luas, sisa peninggalan pemerintahan Uni Soviet. Kota Samarqand

inilah yang dipercaya sebagai tempat lahir seorang tokoh sufi yaitu

Shaykh Nasir bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi. Kota ini juga

menjadi kiblat bagi para pelajar yang haus akan ilmu pengetahuan,

karena banyak dari fuqaha‟, mutasawwif yang pergi kesana. Sehingga

pada saat itu Samarkand menempati tempat tertingi di antara negara-

negara Islam dalam hal keilmuan.

(https://ikzulsalleh.wordpress.com/tag/abu- Laits-as-samarqandi/ diakses

tanggal 6 maret 2017 pukul 10.00)

Abu Laits As Samarqandi ini pada masa muda belianya beliau

tidak pernah dan jarang membaca Al-Quran tetapi disekitar usia 50-an

barulah beliau mulai belajar dan pada usia 57 tahun beliau telah

berhasil menguasai Bahasa Arab dan Al-Quran. Seterusnya beliau

mulai mewariskan ilmu yang ada padanya melalui penulisan Abu Laits

bermazhab hanafi.

Julukan Abu Laits As Samarqandi adalah Al Faqih yang

menandakan bahwa beliau telah sampai pada derajat yang tinggi dalam

dunia ilmu Fiqih yang mana pada saat itu tiada seorangpun yang dapat

menyamainya pada zamannya. Beliau begitu menyukai julukan

tersebut dan beliau juga tabarrukan dengan julukan tersebut, di

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

20

karenakan julukan tersebut diberikan langsung oleh Nabi Saw melelui

mimpi beliau. Hal itu terjadi ketika beliau mengarang kitab “Tanbihul

Ghafilin” lalu beliau membawa kitab tersebut untuk sowan ke

Raudlahnya Nabi SAW setelah itu beliau menginap di sana, kemudian

beliau bermimpi melihat Nabi SAW mengambil kitabnya seraya

berkata “Ambillah kitabmu, Wahai Faqih”. Lalu beliau pun terjaga dan

beliau menemukan di dalam kitabnya tempat-tempat yang di koreksi

Nabi. (https://udhadotme.wordpress.com/2014/10/15/imam-nasr-bin-

muhammad-as-samarqandi/ diakses hari Jum‟at 06 Maret 2017 pukul

11.00)

B. Latar Belakang Penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin

Latar belakang penulisan kitab “Tanbihul Ghafilin” yang artinya

adalah peringatan bagi manusia yang lalai, Al Imam Al Faqih Abu Laits

As Samarqandi memberikan pernyataan sebagai berikut: “Saya

menghimpun nasihat-nasihat dan hikmah yang menarik lagi

menyenangkan para pembaca kitab karena terdorong rasa tanggung

jawab yang diberikan Allah SWT ilmu pengetahuan tentang: adab,

kesopanan, kebahagiaan, hikmah, nasehat, pendirian orang-orang salih

dan upaya para Mujtahidin kepada Allah SWT”. (Abu Imam Taqiyudin,

2009: 2)

Berlandaskan Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an:

ئ ادع خ سثه عج١ ذى ػظخ ثب ا ذغخ ا جبد

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

21

ثبز أدغ سثه ئ أػ ث ػ ػ عج١

أػ زذ٠ -- ثب

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan

cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih

Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih

Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Departemen Agama RI,

1999: QS. An-Nahl: 125)

Al Imam Al Faqih Abu Laits As Samarqandi pun juga berpesan

agar pembaca dan khususnya pada generasi muda agar senantiasa

berpikir dan introspeksi diri agar selalu beramal dan berbuat kebaikan,

karena dengan demikian akhlak yang baik akan selalu melekat dalam

diri. Karena beramal baik dimulai dari dalam diri sendiri baru keluar

diajarkan kepada orang lain. Berdasarkan Firman Allah SWT dalam

surat Ali Imran: 79:

ب ىزبة للا ٠إر١ أ جشش وب ا ذى ا ح اج ٠مي ص

ػجبدا وا بط ـى للا د وا سثب١١

ب ث وز ىزبة رؼ ب ا ث وز -٩٧- رذسع

Artinya: Tidak mungkin bagi seseorang yang telah Diberi kitab oleh

Allah SWT, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada

manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah SWT,”

tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah SWT,

karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajari-nya!”.

(Departemen Agama RI, 1999: QS. Ali Imran: 79)

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

22

Setengah Ulama Tafsir, mengartiakannya: “... Jedilah kamu orang-

orang yang mengamalkan ilmu yang terkandung dalam kitab,

sebagaimana kamu mengajarkan kepada manusia”.

Sedang pada ayat lain, Allah SWT berfiran:

اة ابط اذ ؼب األ خزف ا ب وزه أ ئ

٠خش للا بء ػجبد ؼ ا ئ -٢- غفس ػض٠ض للا

Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak

yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam

warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut

kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah SWT Maha

Perkasa, Maha Pengampun.(Departemen Agama RI, 1999: QS.Fathir:

28)

Dan Firman Allah SWT:

ب ٠ب صش أ٠ ذ -- ا -- فأزس ل

Artinya: Wahai orang yang berkemul (berselimut)! bangunlah, lalu

berilah peringatan! (Departemen Agama RI, 1999: QS.Al-Muddatstsir:

1-2)

Juga Firman Allah SWT:

ش رو وش فا رفغ از ١ إ -- ا

Artinya: Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya

peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang Mukmin. (Departemen

Agama RI, 1999: QS.Adz-Dzariyaat: 55)

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

23

Abu Laits As Samarqandi menegaskan: “Barang siapa memandang

rendah terhadap hikmah dan nasihat, serta perjalanan Ulama salaf,

maka akibatnya terkena salah satu dari antara dua efek negatif, pertama:

Membanggakan amalnya yang sangat terbatas, lalu beranggapan

tingkatanya sejajar dengan para Ulama salaf, kedua: Berlaku sombong

dengan amalnya yang besar, lalu beranggap lebih unggul dan sempurna

daripada lainnya, maka menjadi batallah ibadatnya dan lenyap atau

gugurlah semua amalnya. (Abu Imam Taqiyudin, 2009: 4)

Adapun bagi orang-orang yang pandai memetik hikmah pendirian

dan perjalanan Ulama-ulama salaf, adalah sangat besar keuntungannya,

karena ia akan merasa keterbatasan atau kekurangannya dalam

beribadat dan beramal, sehingga menjadi pendorong, untuk

meningkatkan, memperbaiki atau menyempurnakan ibadat dan amalnya

yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan para Ulama terdahulu.

C. Sistematika penulisan Kitab Tanbihul Ghafilin

Kitab Tanbihul Ghafilin adalah kitab yang tergolong

populer karena digandrungi oleh para Kiyai dan santri di banyak

pesantren, karena selalu dijadikan rujukan dan referensi mereka

sebagai da`i dan muballigh dalam aktifitas-aktifitas dakwah baik

di Masjid, Madrasah ataupun majlis-majlis ta`lim.

(https://udhadotme.wordpress.com/2014/10/15/imam-nasr-bin-

muhammad-as-samarqandi/ diakses hari Jum‟at 06 Maret 2017

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

24

pukul 11.00) Tanbihul Ghafilin memiliki muatan nasihat yang

tinggi dan mengena ke dalam diri setiap insan. Dan peringatan

yang ditampilkannya mampu menjadi bekal pengertian dan

kesadaran yang mendalam untuk memperbaiki jiwa dan moral

umat manusia dari kelalaiannya.

Tujuan esensial yang ingin dicapai Abu Laits As Samarqandi

adalah mengajak ke jalan yang benar yakni jalan Tuhan (Allah SWT),

dan segala hal yang disampaikannya mampu disampaikan kembali

dalam bingkai dakwah Islam kepada orang lain. Kitab ini juga

berusaha membongkar pengalaman-pengalaman menakjubkan

berkaitan dengan kehidupan keberagamaan yang terjadi dalam sejarah

manusia dan tak luput dari konsep-konsep ketauhidan, ibadah,

mua‟amalah, dan syari‟at-syari‟at Islam yang diajarkan baginda Nabi

Muhammad SAW, para sahabat, tabi‟in, dan para ulama salaf yang

shaleh. (https://udhadotme.wordpress.com/2014/10/15/imam-nasr-bin-

muhammad-as-samarqandi/ diakses hari Jum‟at 06 Maret 2017 pukul

11.00)

Sistematika setiap uraian penjelasan dimana sifat

pembahasannya adalah tematik senantiasa diperkuat oleh argumen-

argumen yang kuat dari nash Al-Quran ataupun As-Sunah dan juga

fatwa-fatwa ulama, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan

kebimbangan dalam menerima semua nasehat kebaikan yang

disampaikan.

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

25

Di samping beberapa kelebihan yang dimiliki kitab Tanbihul

Ghafilin, kitab ini juga memiliki kelemahan menurut beberapa

pendapat. Diantaranya pendapat dari Al-Imam Adz-Dzahabi di dalam

Siyar A‟lamin Nubala‟ membawakan biografi beliau kemudian di

dalamnya (yaitu Tanbihul Ghafilin) tersebar luas hadis-hadis palsu.

(http://www.buyahaerudin.com/2013/03/muqaddimah.html diakses

tanggal 6 maret 2017 pukul 11.00) Kemudian menurut Syaikh

Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah bahwasanya

Tanbihul Ghafilin adalah kitab yang berisi nasihat yang pada umumnya

banyak mengandung hadis-hadis dha‟if bahkan kadang palsu. Di

dalamnya juga terdapat hikayat-hikayat yang tidak shahih dimana

penulisnya ingin menggunakannya untuk melembutkan hati dan

menjadikan mata menjadi menangis. Kemudian menurutnya memang

dalam kitab ini terdapat hal-hal yang tidak dipermasalahkan, namun

beliau tidak menasihatkan untuk membacanya kecuali bagi orang

yang memiliki ilmu dan faham serta bisa membedakan antara hadis-

hadis yang shahih, dha‟if dan mauqu‟f.

(http://www.buyahaerudin.com/2013/03/muqaddimah.html diakses

tanggal 6 maret 2017 pukul 11.00)

Selain berisi pengalaman-pengalaman menakjubkan berkaitan

dengan kehidupan keberagamaan yang terjadi dalam sejarah manusia

kitab ini juga mengandung materi-materi akhlak yang perlu dipelajari

oleh setiap manusia untuk menjalankan segala moral yang baik dan

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

26

menjauhi segala perbuatan yang buruk. Yang mana di dalamnya

terdapat 94 bab. Adapun rincian bab dalam Tanbihul Ghafilin adalah

sebagai berikut:

1. Bab Tentang Ikhlas

2. Bab Tentang Mati dan Penderitaanya

3. Bab Tentang Siksa Kubur dan Penderitaanya

4. Bab Tentang Hari Kiamat, Dahsyat dan Ngerinya

5. Bab Tentang Sifat dan Penghuni Neraka

6. Bab Tentang Sifat dan Penghuni Surga

7. Bab Tentang Sesuatu Yang Diharap Dari Rahmat Allah SWT

8. Bab Tentang Amar Makruf Nahi Munkar

9. Bab Tentang Taubat

10. Bab Tentang Kewajiban Anak Memenuhi Hak Kedua

Orangtua

11. Bab Tentang Kewajiban Memenuhi Hak Anak

12. Bab Tentang Silaturrahmi

13. Bab Tentang Hak dan Kewajiban Tetangga

14. Bab Tentang Larangan Minum Arak dan Sejenisnya

15. Bab Tentang Larangan Berdusta

16. Bab Tentang Ghibah (Mengungkap Keburukan Orang)

17. Bab Tentang Namimah (Adu-domba)

18. Bab Tentang Hasud (Dengki dan Iri)

19. Bab Tentang Sombong

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

27

20. Bab Tentang Ihtikar (Menggaruk Untung Dengan Menimbun

Bahan Pokok Makanan)

21. Bab Tentang Larangan Tertawa Terbahak-bahak

22. Bab Tentang Mengekang Emosi (Marah)

23. Bab Tentang Memelihara Lisan

24. Bab Tentang Rakus dan Berkhayal

25. Bab Tentang Keutamaan Fakir-miskin

26. Bab Tentang Tidak Perdulikan Dunia

27. Bab Tentang Sabar Terhadap Bala dan Kesulitan

28. Bab Tentang Sabar Atas Derita (Musibah)

29. Bab Tentang Keutamaan Wudhu

30. Bab Tentang Shalat Lima Waktu

31. Bab Tentang Keutamaan Adzan dan Iqomah

32. Bab Tentang Thaharah dan Nadhafah (Bebersih)

33. Bab Tentang Keutamaan Jum‟at

34. Bab Tentang Keagungan Masjid

35. Bab Tentang Keutamaan Sedekah

36. Bab Tentang Sedekah Penolak Bala

37. Bab Tentang Keutamaan Bulan Ramadhan

38. Bab Tentang Keutamaan 10 Hari Awal Bulan Dzulhijah

39. Bab Tentang Keutamaan Hari Ke-10 Muharram

40. Bab Tentang Puasa Sunah dan Hari-hari Putih

41. Bab Tentang Membelanjani (Nafkah) Keluarga

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

28

42. Bab Tentang Membimbing Pelayan Atau Pembantu

43. Bab Tentang Menyayangi Anak Yatim

44. Bab Tentang Zina (Pelacuran)

45. Bab Tentang Memakan Barang Riba

46. Bab Tentang Perbuatan Dosa

47. Bab Tentang Penganiayaan (Zalim)

48. Bab Tentang Rahmat dan Kasih-sayang

49. Bab Tentang Khauf (Takut) Kepada Allah SWT

50. Bab Tentang Keutamaan Zikrullah

51. Bab Tentang Do‟a

52. Bab Tentang Bacaan Tasbih

53. Bab Tentang Shalawat dan Keutamaannya

54. Bab Tentang Keutamaan “Laa Ilaaha Ilallaahh”

55. Bab Tentang Keistimewaan Al-Qur‟an

56. Bab Tentang Keutamaan Menimba Ilmu

57. Bab Tentang Beramal Dengan Ilmu

58. Bab Tentang Keutamaan Majelis Ilmu

59. Bab Tentang Syukur

60. Bab Tentang Menciptakan Lapangan Kerja (Kasab Atau

Usaha)

61. Bab Tentang Bahaya Usaha dan Hindarilah Haram

62. Bab Tentang Memberi Makan dan Keutamaannya

63. Bab Tentang Tawakal (Berserah Diri) Kepada Allah SWT

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

29

64. Bab Tentang Wira‟i (Berhati-hati)

65. Bab Tentang Haya (Malu)

66. Bab Tentang Amal Ditentukan Tujuan (Niat)-nya

67. Bab Tentang Ujub (Membanggakan) Amalnya

68. Bab Tentang Keutamaan Ibadah Haji

69. Bab Tentang Keutamaan Perang Sabil

70. Bab Tentang Keutamaan Bertahan Di Garis Terdepan

71. Bab Tentang Keutamaan Memanah dan Berkendaraan Kuda

dan Lain-lainya

72. Bab Tentang Teknik Atau Aturan Perang

73. Bab Tentang Kelebihan Umat Nabi Muhammad SAW

74. Bab Tentang Hak Suami (Kewajiban Istri)

75. Bab Tentang Hak istri (Kewajiban Suami)

76. Bab Tentang Mendamaikan Perselisihan Dan Melenyapkan

Dendam

77. Bab Tentang Mendekati Pengusaha

78. Bab Tentang Keutamaan Menderita (Sakit) dan

Menengoknya

79. Bab Tentang Keutamaan Shalat Tathawwu‟ (Shalat Sunnah)

80. Bab Tentang Shalat Dengan Sempurna dan Khusyuk

81. Bab Tentang Do‟a Mustajab (Terkabul)

82. Bab Tentang Berhati Lunak (Pemurah)

83. Bab Tentang Melaksanakan Sunnah Rasul SAW

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

30

84. Bab Tentang Prihatin Dalam Urusan Akhirat

85. Bab Tentang Persiapan Amal Di Pagi Hari

86. Bab Tentang Tafakkur (Berfikir)

87. Bab Tentang Tanda-tanda Dekatnya Kiamat

88. Bab Tentang Hadis-hadis Abu Dzar Alghifary

89. Bab Tentang Tekun Beribadah (Sungguh-sungguh Taat)

90. Bab Tentang Perlawanan Setan Atau Cara Mematahkannya

91. Bab Tentang Rela Menerima Keputusan Allah SWT

92. Bab Tentang Mauidhah (Nasehat)

93. Bab Tentang Kisah-kisah (Cerita)

94. Bab Tentang Do‟a dan Tasbih (Terj. Abu Imam Taqiyudin:

2009)

Dimana ada beberapa bab yang membahas tentang akhlak, baik

akhlak terpuji atau akhlak tercela. Diantaranya yaitu: taubat, khauf,

khlas, tawakal, wira‟i, haya‟, sabar, syukur, larangan tertawa

terbahak-bahak, larangan berdusta, memelihara lisan, keutamaan

menuntut ilmu, silaturrahmi, amar ma‟ruf nahi munkar, berhati

lunak (pemurah), rahmat dan kasih sayang, mengamalkan ilmu,

sombong, ghibah, namimah, hasud, dzalim, ujub, rakus dan berkhayal.

Kitab Tanbihul Ghafilin ini merupakan salah satu kitab karangan

Shaykh Nasr bin Muhammad bin Ibrahim Assamarqandi yang terkenal.

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

31

D. Pendidikan Abu Laits As Samarqandi

Mengenai perjalanan intelektualnya, penulis tidak menemukan data-

data di mana ia pernah menimbah ilmu, apakah ia melanglang buana ke

satu daerah ke daerah yang lainnya. Yang pasti bahwa Abu Laits As

Samarqandi mempunyai beberapa guru yang ahli dalam bidangnya

masing-masing dan murid-murid serta karya tulis dengan berbagai

bidang ilmu keislaman. Sementara mazhab yang dianut adalah mazhab

Hanafi. Hal ini terlihat dari beberapa kitab-kitab fiqih yang ditulis,

banyak bercorak mazhab Hanafi.

1. Adapun guru-guru Abu Laits As Samarqandi, sebagai berikut :

a. Muhammad bin Ibrahim Al-Tawziy adalah bapaknya sendiri

yang merupakan guru pertamanya, seorang ahli dalam bidang

fiqih dan hadis, sehingga Abu Laits As Samarqandi dalam

tafsirnya banyak menukil hadis dari bapaknya.

b. Abu Ja‟far Al-Hawdawi

c. Al-Khalil bin Ahmad Al-Qadhi Al-Zafsy, ahli dalam fiqh dan

hadis.

d. Muhammad bin Al-Fadhl Al-Balkhi Al-Mufassar.

2. Murid-murid Abu Laits As Samarqandi, diantaranya adalah:

a. Luqman bin Hakim Al-Farqani

b. Na‟im Al-Kahtib Abu Malik

c. Muhammad bin Abd Al-Rahman Al-Zubairy

d. Ahmad bin Muhammad Abu Suhad

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

32

e. Thair bin Muhammad bin Ahmad bin Nashr Abdullah Al-

Hadady

(https://ikzulsalleh.wordpress.com/tag/abu-Laits-as-samarqandi/

diakses tanggal 6 maret 2017 pukul 10.00)

E. Karya-karya Abu Laits As Samarqandi

Abu Laits As Samarqandi dalam perjalanan hidupnya telah

menghasilkan berbagai macam karya dalam berbagai bidang. Adapun

karya-karya Abu Laits As Samarqandi berdasarkan bidangnya adalah

sebagai berikut:

1. Dalam bidang fiqih adalah :

a. Hizanat Al-Fiqh ditahqiq oleh Dr. Salahuddi Al-Nahiy.

b. „Uyun Al-Masail, yaitu sebuah kitab yang menguraikan

cabang-cabang mazhab Hanafi.

c. Muqaddimat Abu Laits As Samarqandi fi Al-Shalah

d. Al-Nawazil fi Al-Fatawa

e. Ta‟sis Al-Nadzair Al-Fiqhiyyah

f. Al-Nawadi Al-Muqayyad

g. Al-Mabahits fi Furu‟ Al-Fiqhi Al-Hanafiy

h. Syarh Al-Jam‟u Al-Kabir oleh kitab Muhammad bin Hasan

Al-Syibaniy

i. Syarh Al-Jamu‟ Al-Shagir oleh kitab Muhammad bin Hasan

Al-Syibany

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

33

j. Muqaddimat fi Bayan Al-Kibar wa Al-Shigar

k. Fatwa Abu Al-Laits.

2. Dalam bidang tasawwuf adalah :

a. Tanbihul Gafilin

b. Bustan Al-„Arifin

c. Qurrat Al-„Uyun wa Mufrih Al-Qalb

3. Dalam bidang ushul Al-Din, adalah:

a. Ushul Al-Din

b. Bayan Aqidat Al-Ushul

c. Risalat fi Ma‟rifat wa Al-Iman

d. Risalah Al-Hukumi

e. Quwwat Al-Nafs fi Ma‟rifat Al-Arkan Al-Khams

4. Dalam bidang tafsir adalah:

Salah satu tafsir yang dikarang oleh Abu Laits As Samarqandi

adalah bahrul„Ulum.(http://www.kumpulanmakalah.com/2016/09/s

tudi-kritis-tafsir-bahr-al-ulum.html diakses 06 Maret 2017)

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

34

BAB III

PEMIKIRAN ABU LAITS AS-SAMARQANDI

TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN

A. Nilai-nilai pendidikan

1. Pengertian Nilai dan Sumber Nilai

Nilai merupakan sebuah keyakinan bagi setiap orang yang

membuat seseorang merasa bahagia dan senang dihargai oleh orang

lain. Hanafi (2001: 88) mengatakan bahwa nilai adalah suatu perangkat

keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai identitas yang

memberikan corak khusus pada pola pemikiran, perasaan keterkaitan

maupun pola tingkah laku. Definisi lain menyebutkan nilai adalah

patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menetukan

pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif.

Nilai muncul ketika orang sadar akan adanya baik dan buruk,

senang dan bahagia, tenang dan tidak tenang, perang dan damai, dan

lain sebagainya yang saling bertentangan. Adanya nilai disebabkan oleh

berbagai macam sumber. Zakiyah Daradjat (1994: 262) menyebutkan

sumber nilai ada dua macam, yaitu nilai Ilahi dan nilai duniawi. Nilai

Ilahi meliputi Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Nilai yang berasal dari Al-

Qur‟an berupa perintah shalat, perintah zakat, perintah puasa, pertintah

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

35

haji, dan sebagainya. Sedangkan nilai yang berasal dari As-Sunnah ada

dua yaitu hukum yang wajib „ain dan fardhu kifayah. Hukum yang

wajib „ain berupa tata pelaksanaan thaharah, tata pelaksanaan shalat,

dan sebagainya. Sedangkan hukum fardhu kifayah berupa memandikan

jenazah, menguburkan jenazah, shalat jum‟at.

Nilai duniawi meliputi ra‟yu dan pikiran (yaitu memberikan

penafsiran dan penjelasan terhadap Al-Qur‟an dan As-Sunnah, hal yang

berhubungan dengan kemasyarakatan yang tidak diatur oleh Al-Qur‟an

dan As-Sunnah, dan sebagainya, adat-istiadat (yaitu tata cara

berkomunikasi, berinteraksi dengan sesama manusia dan sebagainya),

dan kenyataan alam (yaitu tata cara berpakaian, tata cara makan dan

sebagainya).

Dari berbagai macam pemaparan tersebut, dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa nilai yang sangat kuat sebenarnya adalah nilai yang

bersumber dari Allah SWT yang berupa Al-Qur‟an. Oleh karena itu

nilai-nilai yang bersumber dari Allah SWT merupakan nilai yang wajib

untuk dilaksanakan. Sedangkan nilai yang bersumber dari Rasulullah

SAW (As-Sunnah/Hadist) kita dianjurkan untuk mengikutinya.

Sementara itu, nilai yang bersumber dari ra‟yu atau pikiran manusia

boleh dilaksanakan apabila tidak bertentangan dengan sumber nilai

yang utama yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

36

2. Pengertian Pendidikan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990: 209) pendidikan

diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan. Ahmad D. Marimba dalam Ahmad tafsir (2002:

6) mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani murid

(terdidik) menuju terbentuknya kepribadian utama.

Sementara itu Munir Al-Marasi Sarkan (1978: 19) berpendapat

bahwa pendidikan adalah proses yang terbentuk antara individu dan

lingkunganya, dan ini timbul karena pergaulan individu baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam percaturan manusia yang

menjaga manusia.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendidikan dalam hal ini adalah proses bimbingan dan pengajaran yang

diberikan oleh pendidik dalam hal ini guru, orang tua, dan lingkungan

peserta didik yaitu seorang atau sekelompok orang baik jasmani

maupun rohani yang dilakukan secara sengaja untuk mengubah tingkah

laku agar terbentuk kepribadian utama.

3. Tujuan Pendidikan

Sejak manusia diciptakan, pendidikan memang sudah ada. Hal

tersebut oleh Allah SWT dimaksudkan agar manusia bisa merasakan

kebahagiaan dan mengenal atau mengetahui apapun yang dimiliki oleh

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

37

Allah SWT untuk menambah ketaatan setiap insan dalam beribadah

kepada-Nya. Sampai pada akhirnya turun utusan Allah SWT yaitu Nabi

pembawa risalah berupa agama Islam untuk diajarkan kepada umat

manusia agar kelak bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam hal ini, Muhammad Athiyah Al Abrosyi (1970: 103)

mengemukakan bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam yaitu

pembentukan akhlak dan budi pekerti yang menghasilkan orang-orang

yang bermoral baik laki-laki maupun perempuan, jiwa yang bersih,

kemauan yang keras, cita-cita luhur, dan akhlak tinggi serta dapat

membedakan hal yang baik dan buruk.

Senada dengan pendapat di atas, dalam Sisdiknas (2003: 6) telah

dirumuskan tujuan pendidikan secara umum yaitu untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Oleh karena itu dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan adalah untuk membentuk sosok pribadi yang memiliki

keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan memiliki akhlak

yang mulia, jiwa yang bersih dan sehat, kreatif, berilmu, berkemauan

keras, bercita-cita tinggi lagi mulia, mandiri, berdedikasi tinggi

terhadap agama, bangsa, dan negara serta bisa bersikap demokratis

terhadap sesama.

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

38

B. Pengertian Akhlak

Telah diketahui bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk

sosok pribadi yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT

dengan memiliki akhlak yang mulia, jiwa yang bersih dan sehat, kreatif,

berilmu, berkemauan keras, bercita-cita tinggi lagi mulia, mandiri,

berdedikasi tinggi terhadap agama, bangsa, dan negara serta bisa bersikap

demokratis terhadap sesama maka perlu diketahui juga apa sebenarnya

yang dimaksud dengan akhlak.

Akhlak merupakan langkah awal seseorang menciptakan suatu

keadilan dan kebenaran di muka bumi berdasarkan syariat Allah SWT

serta menghapus kedzaliman yang ada. Ketika seluruh penduduk suatu

bangsa memiliki akhlak yang mulia, maka tidak bisa dipungkiri kalau

bangsa tersebut akan mengalami suatu keadaan yang damai, tentram tanpa

adanya kedzaliman yang membuat mereka resah.

Akhlak merupakan pondasi utama yang kuat untuk terciptanya

hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT. (hablumminallah) serta

antar sesama manusia (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir

berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi,

membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak.

Sebagaimana pengertian akhlak yang telah diringkas oleh Muchson dan

Samsuri, bahwa Al-Ghazali mengemukakan pengertian akhlak, sebagai

persamaan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat

dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

39

dari dalam diri secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan

direncanakan sebelumnya. (Muchson dan Samsuri, 2013: 1)

Akhlak merupakan salah satu hasil dari iman dan ibadat. Iman dan

ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau dapat mempengaruhi akhlak

dalam mu‟amalah kepada Allah SWT dan makhluk-nya (Omar

Muhammad, 1979: 312). Ia menyatakan alasannya bahwa ikhlas dalam

menyembah Allah SWT akan menjadikan seorang hamba yang saleh lagi

berakhlak mulia, disukai sesama, dikasihi dan disayangi Allah SWT.

Seseorang belum bisa dikatakan sempurna imannya terhadap Tuhannya

kecuali bahwa ia benar-benar beriman dan menyempurnakan ketaatan

dalam beribadah kepada-Nya.

Secara bahasa (linguistik) kata akhlak berasal dari bahasa arab, kata

akhlak adalah bentuk jamak dari „khilqun‟ dan „khuluqun‟ artinya

perbuatan, tingkah laku atau budi pekerti. (Munawwir, 1997: 367) Akhlak

merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti

bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah

SWT (ibadah dan arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan

lainya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia

dalam menjalankan sistem kehidupanya yang dilandasi oleh aqidah yang

kokoh (Muhaimin, 2004: 308).

Kata Akhlak sering didefinisikan sama dengan kata etika dan moral.

Padahal dari ketiga istilah tersebut memiliki beberapa perbedaan

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

40

pengertian. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan pengertian

etika dan moral.

a. Etika

Etika adalah ilmu menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk

dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat

diketahui oleh akal dan pikiran. (Muhaimin, 2004: 307). Menurut Achmad

Charris Zubair (1990: 15) bahwa etika berasal dari kata Yunani “Ethos”

yang berarti watak kesusilaan atau adat. Ki Hajar Dewantara dalam

Achmad Charris Zubair (1990: 15) Etika adalah ilmu yang mempelajari

segala soal kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia semuanya,

terlebih pada yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat

merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuanya yang

dapat merupakan perbuatan.

b. Moral

Moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang

tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. (Muhaimin, 2004: 307).

Sedangkan menurut Boehori (1983: 75) moral adalah realisasi kepribadian

(mental) pada umumnya. Bukan semata-mata hasil pekerjaan pikiran.

Kemudian Syamsu Yusuf (2002: 132) mengemukakan mengenai moral,

yaitu moral berasal dari kata latin “mos” (moris) berarti adat istiadat,

kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau cara kehidupan. Sedangkan moralitas

merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai

atau prinsip-prinsip moral.

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

41

Nilai-nilai moral itu seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang

lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan

memelihara hak orang lain. Larangan mencuri, berzina, membunuh,

meminum minuman keras atau mabuk, dan berjudi. Seseorang dapat

dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan

nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.

Dapat diketahui makna ketiga istilah tersebut, yakni akhlak

merupakan sifat yang dimiliki seseorang dan telah meresap dalam

jiwanya. Etika merupakan ilmu atau teori yang digunakan untuk

memperoleh akhlak. Sedangkan moral merupakan perbuatan yang jelas

kelihatan oleh penglihatan manusia yang dilakukan dengan tidak berpikir

lebih dulu atau dilakukan secara sepontan. Sehingga terlihat bahwa

perbedaan etika, moral, dan akhlak tersebut terutama menyangkut

sumbernya. Akhlak bersumber dari kholiq (Allah SWT), sunnah Nabi

Muhammad SAW, dan ijtihad manusia.sedangkan etika dan moral hanya

bersumber dari manusia. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa akhlak

cakupanya lebih mendalam dan luas dibandingkan dengan etika dan moral.

Etika dan moral bisa dikatakan sebagai bagian dari akhlak.

Pada hakekatnya akhlak ialah suatu sifat yang dimiliki manusia dan

telah meresap kedalam jiwa dan telah menjadi kepribadiannya. Kemudian

lahirlah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa

dibuat-buat serta tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Jika dari

kondisi tersebut lahir kelakuan baik dan terpuji menurut pandangan syariat

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

42

dan akal pikiran, maka bisa disebut akhlak mulia (akhlak mahmudah).

Akan tetapi jika yang lahir perbuatan yang buruk maka disebut akhlak

tercela (akhlak madzmumah).

C. Pemikiran Abu Laits As-Samarqandi Tentang Nilai-nilai

Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul Ghafilin

Akhlak merupakan kemuliaan tersendiri di hadapan Allah SWT,

karena Allah SWT lebih bangga dan menyukai seorang hamba yang

memiliki akhlak baik dan mulia. Seperti halnya pada saat memuji

Rasulullah SAW dalam QS. Al-Qalam: 4:

ئه خك ؼ -- ػظ١

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berada pada akhlak yang

agung. (Departemen Agama RI, 1999: QS. Al-Qalam: 4)

Pujian tersebut merupakan pujian yang indah yang datang secara

langsung dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW pengemban akidah suci

yang di dalamnya seseorang dapat menemukan elemen akhlak secara jelas

dan kokoh. Akidah tersebut adalah akidah yang menyeru pada kebenaran,

kebajikan, kejujuran, kebersihan, keikhlasan, kesesuaian niat hati dengan

perkataan maupun perbuatan, pemeliharaan janji dan keadilan, serta

melarang kedzaliman, penipuan, iri hati, memakai harta orang lain dengan

cara batil, dan lain-lain.

Pendidikan Akhlak yang ada pada kitab Tanbihul Ghafilin dapat

penulis paparkan sebagai berikut:

1. Taubat

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

43

ح ف اجغذ ذ اش بدا خ مج ثخ از

( ٥٣تنبيو الغافلين : )

”Artinya: Taubat itu diterima adaah selama ruh masih

berada dalam tubuh/jasad.”

2. Khauf (takut) kepada Allah SWT

ب للا ػ ف فبجزبة خ خ ا بػال أ

(٩٥١تنبيو الغافلين : )

”Artinya: Adapun tanda orang takut adalah menjauhi apa

yang di larang Allah SWT”

3. Ikhlas

ش١ئ ب ؼ ا للا رؼب ل٠مج ػ أ

ب خبظ ب وب (٥تنبيو الغافلين : ) ال

”Artinya: Bahwasannya Allah SWT tidak akan meneria

amal seseorang kecuali orang tersebut beramal dengan murni

dan ikhlas.”

4. Tawakal

و ثضالس از اشج ب ٠غزذي ػ رم ا

دغ ب لذ بي اشػب ف١ دغ ٠ ب ف١

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

44

ب لذ فبد (٩٦١تنبيو الغافلين : ) اظجشف١

”Artinya: Sesungguhnya bukti terhadap takwa seseorang

dengan tiga hal/perkara yaitu bertawakal di dalam apa yang

tidak di dapatkan, menerima/ridho terhadap apa yang telah

terjadi pada dirinya, dan sabar yang baik terhadap apa yang

lepas.”

5. Wira‟i

مغ خبفخ ا ذالي ا وب ذع رغؼخ أػشبس

ف ا ذشا ف ا (٩٧١تنبيو الغافلين : ) شجخ أ

”Artinya: Kami metinggalkan 99% (sembilan puluh

sembilan persen) dari yang halal, khawatir terperosok ke dalam

subhat atau haram.”

6. Haya‟ (malu)

جزاء ا ف اجخ ب ٠ ال ذ١بء ا

جفبء ف ابس ا (٩٧١تنبيو الغافلين : ) اجفبء

”Artinya: Sifat malu adalah bagian dari iman,

sedangkan ketika seseorang beriman maka akan menjadi

penghuni surga. Dan yang berbuat keji adalah setengah dari

kebejatan moral, yang akan masuk ke dalam neraka.”

7. Syukur

للا رؼب ذ ا ٠ذ وب ز ٠ ا ٠بد ١م١ ص

٠ذب عت ص ل١ اء ف١م اؼش اء ف اغش

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

45

(٩٦١الغافلين : تنبيو ) عبئشاب ط

”Artinya: Dipanggilah untuk berdiri orang-orang yang

memuji Allah SWT baik dalam keadaan senang maupun susah

sangat sedikit manusia yang dapat melakukannya kemudian

semua manusia di hisab.”

8. Sabar

a. Sabar terhadap balak dan kesulitan

ضخ ... سث جش ال اظ اأ اػ

جغذ فغذ أط ا جغذ فبرا فبسق اش ا اشأط

س سفغذد ال ارا فبسق اظجشال اجغذ

(٩١١تنبيو الغافلين : )

”Artinya: Dan ketahuilah bahwasannya sabar

dalam menghadapi segala urusan itu seperti kepala di

badan, maka ketika kepala itu terlepas dari badannya,

rusaklah badan tersebut, demikian pula jika sabar lepas

dari suatu urusan, lalu rusaklah urusan (keadaan)

tersebut.”

b. Sabar atas derita (musibah)

سصلب ه اظجش أ للا ه الجش فؼظ

أ٠بن اشىش (١٩تنبيو الغافلين : )

”Artinya: Semoga Allah SWT membesarkan

pahalamu, dan memberi kesabaran bagimu, serta memberi

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

46

rezeki kepda kami dan juga rasa syukur pada kamu.”

9. Larangan tertawa terbahak-bahak

ذه غ١شػجت ٠ؼ ثب ؼ ذه آؼ بل ا

فبء اغ ػ ىش مخ م تنبيو الغافلين ) ا

:٧١)

”Artinya: Adapun ucapannya tentang tertawa terbahak-

bahaka adalah kurang baik (hukumnya makruh). Karena

tertawa terbahak-bahak merupakan perbuatan yang dapat

mengurangi setengah akal pikiran dan merupakan amal

perbuatan yang kurang baik.”

10. Larangan Berdusta

ذ ئ ىزة ٠ ا ىزة فب ا ا٠بو

ا س فج ذ أ ابس ا س٠ فج (٣٣تنبيو الغافلين : ) ا

”Artinya: Dusta menunjukan kepada keburukan,

jauhilah dusta karena sesungguhnya dari keburukan

menunjukan kejalan neraka.”

11. Mengekang emosi (marah)

آد لذ ف فإد' اث ٠ غؼت فأ ا ا٠بو

(٧٥تنبيو الغافلين : ) ابس

“Artinya: Jauhiah marah, karena marah dapat

menyaakan api di dalam hati manusia.”

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

47

12. Memelihara lisan

غبه ٠ؼ ادفظ غبه ال اخض ...

اعىذ دز رغ ا ادز رغ د١ش خ١ش٠ؼ ل

د ى خ ف اغ اغال (٧٦تنبيو الغافلين : ) فب

“Artinya: Jagaah lisanmu, kecuali dalam kebaikan,

yaitu katakan hal yang baik sehingga kamu menang atau

diamah sehingga kamu selamat, maka sesungguhnya

keselamatan itu berada dalam diam.”

13. Keutamaan menuntut ilmu

للا اجبد ف عج١ ش١أ أفؼ بأػ

جبد ف ا فب افؼ ؼ ؽت ا ٠ى أ ال

ف ؽت ثبة ث١ز خشط للا عج١

ط ال ئىخ ثأجذزب خفز ا ؼ ا ذ ػ١

ذ١زب ا جش جبع ف ا اغ بء اغ س ف ج اط١

طذ ٠م ب عجؼ١ ائ١ ارب للا أجش جذش ف ا

ذ ا اغى١خ ؼ ا اؽج ؼ ا ا ألفبؽج

اػؼ ر لبس ا رؼ رزؼ ا

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

48

اغفبء اث بس لر بء ؼ ا اث لرجب

ػ ا ث لرطب شاء ئ ال ا ث لرذزف

بء ا ؼ ججبثشح ا ا ػجبدللا فزى أدسو ز ٠

ف بسج ب خش ػ تنبيو ) عخؾ للا فىج

(٩٣٣الغافلين :

“Artinya: tidak ada sesuatu yang paing aku ketahui

keutaaanya di dalam berjihad di jalan Allah SWT kecuali

menuntut ilmu. Barang siapa yang keluar dari rumah untuk

mencari 1 bab ilmu, maka malaikat melindungi dengan

sayapnya, segala burung udara mendoakannya, juga

hewan-hewan buas hutan, dan lautan, serta Allah SWT

membalas dengan pahala 72 orang sidiq. Oleh karena itu,

tuntutlah ilmu, dancarilah ketenangan untuknya, kesabaran,

kesopanan dan tawadlu‟, kepada pendidiknya, para

penimbanya (pelajar), jangan menyalahgunakan dengan

menyaingi Ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau

menjilat penguasa dan sombong kepada manusia, maka akan

menjadi Ulama yang dimarahi Allah SWT, yang akhirnya di

jerumuskan ke dalam neraka jahanam.”

14. Silaturrahmi/Akhlak terhadap Keluarga

ب طخ اشد اث ب ص دغخ أػج ب

ثخ ف اؼم للا ظب دج ٠ؼج ت أجذسأ ر

ب٠ذخشف الخشح غ ١ب (٩٧تنبيو الغافلين : ) اذ

“Artinya: Tidak ada kebaikan yang lebih cepat balasan

pahalaya daripada silaturrahmi dan keburukan yang Allah

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

49

SWT lebih cepat balasannya di dunia sampai akhirat kelak

daripada memutus silaturahmi.”

ل ت ػظ١ ر د لطغ اش ػ ا د١

ج١غ وب ػ خ ػ د غ اش اجت ػ ٠ فب

٠غزغفشللا رؼب د لطغ اش ة ٠ز ا غ ا

سد ٠ظ

“Artinya: dalil memutuskan tali silaturahmi adalah

dosa besar, rahmat tetolak baginya, berikut teman-teman

terdekatnya. Oleh karena itu, setiap muslim wajib bertaubat

memohon ampun kepada Allah SWT dan menyambung

silaturahmi.”

15. Amar ma‟ruf nahi munkar

ا ػ ف ؼش شثب بي ال الػ افؼ

ىش (٥١تنبيو الغافلين : ) ا

“Artinya: Amal yang paling utama atau amal yang

paling afdhol adalah Amar ma‟ruf nahi munkar yaitu

menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.”

16. Berhati lunak (pemurah)

اشفك فمذ اػط أػط دظ

اشفك فمذ دظ دش ا٢خشح ١ب خ١شاذ

ا٢خشح ١ب خ١ش اذ دظ (٩١١تنبيو الغافلين : ) دش

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

50

“Artinya: Barang siapa yang diberikan

kelembutan/kelunakan maka sesungguhnya dia diberikan

kebaikan dunia dan akhirat, dan barang siapa yang tidak

diberikan kelembutan/kelunakan maka dia diberikan kebaikan

dunia dan akhirat.”

17. Rahmat dan kasih sayang

دز ى خب طخ فغ خ ادذو ١ظ سد

ألللا ل٠شد خ ابط ػب (٩٥٧تنبيو الغافلين : ) ٠شد

“Artinya: Bukan kasih sayang salah satu/seseorang

dari kami, tetapi merata pada umumnya manusia (berperi

kemanusiaan), dan tiada yang sanggup merahmati semua

manusia, kecuali Allah SWT.”

18. Mengamalkan Ilmu

فز ه از ٠ذػ ف ػ ػ ػ

ب اد ػظ١ د اغ ى (٩٣٦تنبيو الغافلين : )

“Artinya: Barang siapa yang diberi ilmu dan

mengamalkan ilmunya maka dia dipanggil di dalam kerajaan

langit sebagai orang yang agung/besar.”

19. Sombong

ا ف خ رس م١ب ا ٠ زىجش ٠أ ر ا

ىب و از ي ٠أ ر١ ا جبي ٠غشب ساش ط

ا ف بس ذجبي ٠غى ؽ١خ ا ٠غم ١شا

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

51

ابس ػظبسح ا (٦٦تنبيو الغافلين : )

“Artinya: Orang yang sombong kelak di hari kiamat

akan datang seperti orang-orang yang mengecil sekecil semut,

yang ditutupi kehinaan ditempat mana saja, masuk neraka

diberi minum darah campur nanah. Dia adalah ahli neraka.

20. Ghibah

س٠خ خ ف أ ذى ب ا بء ذى جؼغ ا ل١

ي للا ذ سع ػ ػ زب وب ذ رزج١ تنبيو ) اغ١جخ

(٣١الغافلين :

“Artinya: Dan telah diberitahukan oleh setengah ulama

ahli hikmah apa baunya orang ghibah sudah tercium sejak

jaman Rasulullah SAW.”

21. Namimah (Adu domba)

ب جخ لزبد ٠ؼ ا ا (٦٩تنبيو الغافلين : ) ل٠ذد

“Artinya: Tidak akan masuk surga orang yang suka adu

domba atau namimah.”

22. Hasud (dengki dan iri)

٠ظ ذغذأل ا شأػش اش ١ظ ش١ئ

ئ ٠ظ أ ثبد لج ظ ػم ذبعذخ ئ ا

اضب مطغ ل٠ بغ ا ىش د ذغ ا

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

52

ظ١جخ ل٠إ اش ذ ثب زفخ ل٠ذ اضبش جشػ١

اة اث ظ رغك ػ١ـ خب ا ة اش اثغ ٠غخؾ ػ١

ف١ك (٦٩تنبيو الغافلين : ) از

“Artinya: Tiada kejahatan yang lebih bahaya melebihi

hasud, karena adanya 5 bencana yang menimpa penghasud

(orang yang hasud), yaitu: 1. Hatinya selalu kacau. 2. Ditimpa

bala‟ (cobaan) yang tiada terputus. 3. Seburuk-buruk celaan

yang tidak terpuji. 4. Dimarahi Tuhan. 5. Tidak mendapatkan

taufik Allah SWT.”

23. Zalim (penganiayaan)

خ ل م١ب ا ٠ للا زم ب ال ا إ ى ادذ ٠ظ

(٩٥٣تنبيو الغافلين : )

“Artinya: Tiada seseorang mukmin menganiaya orang

lain maka Allah SWT akan membalasnya di hari Kiamat.”

24. Ujub (Membanggakan Amalnya)

ال ن ف اجبح ف ا ا١خ ازم اصز١

األػجبة ؽ م ا (٩٧٣تنبيو الغافلين : ) اصز١

“Artinya: Faktor penyebab selamat ada dua macam,

yaitu: 1. Takwa kepada Allah SWT 2. Niat. Dan faktor penyebab

binasa juga dua macam, yaitu: 1. putus asa, 2. Membanggakan

amalnya (ujub).”

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

53

Ujub adalah bangga atas apa yang diperbuatnya. Akibat

adanya ujub tersebut maka tidak akan selamat di Akhirat kelak.

25. Rakus dan Berkhayal

دشص ز دشص ج١ ذشص ػ ا

غ١ش ز ذشص از فب رشو افؼ ز

بي غ ا ٠ش٠ذج شللا ا ا اداءا ٠شغ ػ ا ف

ا ف ز غ١ش باز ا ازفبخش زىبصش

شللا ا ا بي ل٠زشن ش١ئ ب غ ا ج رؼب لج

اطذبة ل ز ازفبخشفزاغ١ش ل٠ش ٠ذ ث

غ ٠ج ثؼؼ وب ع ي للا ط للا ػ١ سع

ي للا ط للا ػ١ سع ىشػ١ ٠ بي ا

ع رشو افؼ ا ث١ (١١تنبيو الغافلين : )

“Artinya: Rakus itu ada 2 acam yaitu rakus tercela dan

rakus tidak tercela, dan meninggalkanya lebih utama. 1) Rakus

yang tercela adalah hingga melupakan kewajiban/perintah

Allah SWT, menghimpun harta untuk kesombongan. 2) Rakus

yang tidak tercela, tidak sampai meninggalkan kewajiban dan

tidak untuk menyombongkan diri, karena di antara para sahabat

ada yang mengumpulkan harta dan Rasul SAW menjelaskan

bahwa meninggalkannya lebih utama.”

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

54

BAB IV

ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI

PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB TANBIHUL GHAFILIN

A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin Karya

Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi

Melakukan perbuatan yang tecela dapat merugikan diri sendiri,

keluarga dan lingkungan sekitarnya. Contoh dari akibat perbuatan tercela

adalah jika seseorang suka mencaci, maka suatu ketika ia akan dicaci

orang pula, jika seseorang suka berdusta, suatu saat jika ia berkata benar,

orang lain akan tetap tidak percaya, dan ia juga akan dibohongi orang lain,

Hatinya tidak pernah tentram dan bahagia karena kesalahan dan

keserakahannya takut terbongkar oleh orang lain dan apa yang dicita-

citakan tidak akan terkabul, kecuali hanya kejahatan yang mengikuti

dirinya. Oleh karena itu jauhilah akhlak yang tercela dan tidak baik

(akhlaq madzmumah), hindarilah perbuatan yang dapat merusak

pergaulan. Ingat, barang siapa yang melakukan perbuatan tercela, maka

menandakan bahwa hatinya juga tercela atau buruk. Allah SWT tidak

menyukai orang yang hatinya buruk. Allah SWT berfirman QS. Al-

Maidah: 100:

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

55

ل ل خج١ش ٠غز اط١ت ا خج١ش وضشح أػججه ا

٠ب للا فبرما جبة أ األ ؼى -- رفذ

Artinya:“Katakanlah: tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun

banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada

Allah SWT Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat

keberuntungan." (Departremen Agama, 199: QS. Al-Maidah: 100)

Semua pembahasan dalam kitab Tanbihul Ghafilin disajikan oleh Al-

Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi dengan ringkas akan tetapi tetap

terperinci dan tidak ada yang tertinggal satupun terutama pembahasan

tentang akhlak. Berbeda dengan materi yang disajikan dalam media yang

lain yang mungkin hanya dijelaskan pengertiannya saja dan beberapa

penguatan dalilnya saja. Atau mungkin bagi orang-orang yang belum

mengetahui lebih jauh tentang dalil naqli dan aqli, maka dianjurkan untuk

membaca kitab ini agar dapat mengetahui bermacam-macam akhlak secara

rinci disertai ayat al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW. Dengan begitu materi

akhlak dapat dipahami, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

sebagai langkah untuk bersosial terhadap alam sekitar.

Materi akhlak dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-Imam Al-

Faqih Abu Laits As-Samarqandi ini disajikan dalam bentuk ujaran-ujaran

para sahabat dan hadis Rasulullah dengan kata-kata yang dapat menyentuh

hati pembacanya seperti dalam penjelasan Abu Laits As-Samarqandi

mengenai akibat dari sifat ujub, sombong, rakus dan berkhayal, hasud,

ghibah, namimah, dan dapat digunakan sebagai rujukan ketika membahas

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

56

permasalahan-permasalahan akhlak, tetapi dalam kitab ini ada sebagian

pendapat yang mengatakan bahwasanya beberapa hadis yang terdapat di

dalamnya merupakan hadis dha‟if. Untuk itu sebaiknya kitab ini dipelajari

dengan seseorang yang telah menguasai ilmu-ilmu yang yang berkaitan

tentang hadis, agar dapat memilah antara hadis yang shahih dan dha‟if.

Kitab ini penting juga dipelajari oleh setiap generasi. Karena melihat

kondisi moral saat ini. Agar memiliki akhlak terpuji (mahmudah) sehingga

dapat berinteraksi dengan baik terhadap Allah SWT, terhadap diri sendiri,

baik terhadap sesama manusia, dan terhadap makhluk hidup lainnya.

Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi memulai mengarang

karyanya dengan terlebih dahulu memanjatkan pujian kepada Allah

SWT yang telah memberi petunjuk kepada orang yang mencintai-Nya

menuju jalan yang lurus. Kemudian Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-

Samarqandi membaca shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW sang

pemilik akhlak mulia dan kepada keluarga dan sahabatnya dan orang-

orang yang berperilaku seperti perilaku Nabi Muhammad SAW. Hal ini

menunjukkan kecintaan Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi

kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang terdapat dalam muqodimmah

kitabnya. Sehubungan dengan itu Abu Laits As-Samarqandi berpesan,

penuh harap agar benar-benar kitab ini mendapatkan perhatian dan

sambutan hangat dari para pembaca, khususnya generasi muda, lalu

menjadi bahan pemikiran/intropeksi terhadap diri sendiri (pengamalan

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

57

dimulai dari dalam), kemudian keluar, diajarkan pada orang lain. (Abu

Imam Taqiyudin, 2012: 3)

Disebutkan beberapa akhlak dari segi sifatnya yang terbagi

menjadi akhlak mahmudah yang patut dijadikan pedoman bagi manusia

dalam kehidupan sehari-hari dan akhlak madzmumah yang yang

merupakan akhlak yang buruk yang harus dihindari, di antaranya:

1. Akhlak Mahmudah dalam kitab Tanbihul Ghafilin

Akhlak mahmudah dalam kitab Tanbihul Ghafilin terbagi kedalam

beberapa aspek yaitu:

B. Akhlak terhadap Allah SWT.

1. Taubat

ة أر فا اعزغفش ا ئ للا ث ٠بأ٠ب ابط ر

ح ش بئخ ا١ هسلن ( سواه) ف

Artinya: “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada

Allah SWT dan memohonlah ampun kepada-Nya,

sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100

kali.” (HR. Muslim no: 2702). (Alfath, 2007: 44)

Abu Laits As-Samarqandi menjelaskan seseorang

yang mau bertaubat (sungguh-sungguh) pasti diterima

taubatnya, oleh karena itu Islam tidak menghendaki manusia

berputus asa dari rahmat Allah SWT.

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

58

Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada

Allah SWT dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan

kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga

ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal,

meratapi atas kelengahannya. Jika dia orang baik, maka dia

menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya,

dan jika dia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak

bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah SWT.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu‟anhu, ia berkata,

Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

و للا العزغفبس جؼ ض ب فشج

د١ش ل سصل ب خشج ػ١ك و

( سواه أبو داود) ٠ذزغت .

Artinya: “Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah

SWT menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan

untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya

rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Daud

no: 1518) (Siroj, 2009: 25)

Rabi‟ah Al-Adawiyah menegaskan: Istighfar yang

hanya di ucapkan, tanpa niat berhenti dari perbuatannya, berarti

taubatnya palsu, bahkan tidak dianggap taubat. Karena ada tiga

syarat taubat yaitu:

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

59

a) Menyesali perbuatannya,

b) Mulutnya mengucapkan Istighfar,

c) Niat tidak lagi mengulangi perbuatannya. (Abu Imam

Taqiyudin, 2012: 113)

Secara garis besar dalam hadis yang diriwayatkan oleh

Imam Muslim tersebut menjelaskan bahwa ketika seseorang

bertaubat pasti akan diterima taubatnya, yaitu dengan cara

berIstighfar setiap harinya dan memenuhi 3 syarat dari taubat.

Sebagi seorang muslim sebaiknya setiap saat kita bertaubat

kepada Allah SWT.

2. Khauf (takut) kepada Allah SWT

Menurut Malik bin Dinar seseorang yang merasakan

bukti takut dan berharap kepada Allah SWT, berarti ia benar-

benar berpedoman kokoh dengan pergelangan dan perintah.

Sedangkan bukti takut yaitu: menjauhi maksiat (larangan)

Allah SWT, dan bukti berharap yaitu: menjalankan perintah-

Nya.

Adapun menurut Ulama lainnya: bukti berharap yaitu:

melakukan segala amal yang di ridhoi Allah SWT secara ikhlas

karena-Nya. Dan bukti takut yaitu: menjauhi segala larangan-

Nya. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 427)

Rasulullah SAW bersabda:

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

60

ئرا ع ي للا ط للا ػ١ سع ػ س

خش١خ للا رؼب رذبرذ ػ إ ت ا ل الشؼش

سلب جشح اش ب٠زذبد ( يتشهزسواه ال) خطب٠ب و

Artinya: “Diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Ketika seorang

mukmin hatinya bergetar karena takut kepada Allah SWT maka

berguguranlah dosa-dosanya seperti rontoknya daun kering

dari tangkai pohonnya.” (HR. Tirmidzi)

Tanda takut kepada Allah SWT itu terbukti 7 macam:

a) Lisan tidak pernah berdusta, ghi<bah, dan bicara kosong

(tanpa ada manfaatnya) lalu digunakan untuk dzikir

kepada Allah SWT, membaca al-Qur‟an dan mempelajari

ilmu (agama).

b) Perut tidak pernah makan kecuali yang halal dan menurut

kadar hajatnya.

c) Memperhatikan penglihatannya sehingga tidak melihat

yang haram dan tidak melihat dunia ini kecuali hanya

untuk peringatan.

d) Menjaga tangannya sehingga tidak mengulurkannya

kepada perkara yang haram. Hanya digunakan untuk taat

kepada Allah SWT semata.

e) Menjaga kakinya sehingga tidak digunakan untuk

ma‟siat.

f) Menjaga hati dari hasud, dengki, iri, dan penuh rasa

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

61

sayang terhadap sesama muslim.

g) Ibadah/taatnya dilandasi dengan penuh keikhlasan, jauh

dari riya‟ dan nifaq. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 197)

Empat perkara yang ditakutkan yaitu:

a. Takut tidak diterima sebab Allah SWT hanya

menerima dari orang yang benar-benar bertaqwa.

b. Takut kehinaan dalam taat sebab belum tahu apakah

tetap mendapat taufiq atau tidak.

c. Takut dalam hal penjagaan keselamatannya.

d. Takut riya‟

sebab Allah berfirman dalam QS. Al-Bayyinah:

ين حنفاء مخلصين له الد وما أمروا إلا ليعبدوا للاا

مة كاة وذلك دين القي لة ويؤتوا الزا -٥-ويقيموا الصا

Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah

SWT, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena

(menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan

menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

(benar).” (Departemen Agama RI,1999: QS. Al-Bayyinah: 5)

Dengan demikian bukti takut kepada Allah SWT yaitu

dengan cara menjauhi segala yang dilarang-Nya, karena ketika

seseorang takut kepada Allah SWT maka berguguranlah setiap

dosa-dosanya.

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

62

3. Ikhlas

Sebagian ahli hikmah meletakkan definisi ikhlas adalah

tidak ingin (seseorang) amalnya yang baik dilihat orang,

apalagi diperlihatkan, tidak jauhnya seperti dia melakukan

kejahatan yang tidak diketahui umumnya masyarakat.

Sedangkan sebagian ulama lainnya meletakkan dasar ikhlas

adalah “tidak menghendaki pujian orang”. (Abu Imam

Taqiyudin, 2012: 7)

إ عؼ ب عؼ١ب أساد ا٢خشح

شىسا عؼ١ -٧-فأئه وب

Artinya: “Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat

dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan

dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas

dengan baik.”(Departemen Agama RI, 1999: QS. Al-Isra‟: 19)

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah

bersabda:

ي للا ص : ا اث ش٠شح سع لبي: لبي سع ػ

اجغ ظش ا للا ل ٠ ى سو ط ل ا ى ب

ثى ل ظش ا ( هسلن سواه) ٠

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat (menilai)

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

63

bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu,

tetapi Allah SWT melihat (menilai) keikhlasan hatimu”. (HR.

Muslim no: 2564) (Alfath, 2007: 28)

Ikhlas merupakan suatu sifat yang tidak menghendaki

pujian orang lain dan tidak ingin amalnya diperlihatkan. Ketika

seseorang tidak ikhlas maka sia-sialah semua perbuatan yang

dilakukannya. Untuk itu sebagai seorang muslim sebaiknya

kita memiliki akhlak ikhlas, karena dengan ikhlas maka jiwa

kita akan merasa tenang dan ibadah pun juga tidak terasa berat.

4. Tawakal

Menurut Nipan Abdul Halim (2000: 78) kata

“Tawakal” menurut bahasa berarti menyerahkan, mewakilkan

atau mempercayakan. Maka “Tawakal kepada Allah SWT”

berarti berserah diri, mewakilkan diri atau mempercayakan diri

kepada-Nya. Tawakal kepada Allah SWT juga merupakan

pokok akhlak yang harus ditegakkan dalam rangka

mengabdikan diri secara total kepada-Nya. Orang-orang yang

bertawakal sangat disukai Allah SWT. Sebagaimana firman-

Nya dalam QS. Ali Imran: 159:

ب خ فج سد ذ للا غ١ظ فظب وذ

ت م ا ا لفؼ ه فبػف د اعزغفش ػ

س شب ش ف ذ فارا األ ػض و للا ػ فز ئ

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

64

٠ذت للا ١ و ز -٧- ا

Artinya: Maka berkat rahmat Allah SWT engkau (Muhammad)

berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau

bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan

diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan

mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah

dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau

telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah

SWT. Sungguh, Allah SWT mencintai orang yang bertawakal.

(Departemen Agama RI, 1999: QS. Ali Imran: 159)

Perlu diketahui bahwasannya arti tawakal itu bukanlah

berserah diri tanpa ikhtiar. Sebab selain Allah SWT

memerintahkan agar hamba-Nya bertawakal kepada-Nya juga

dengan tegas memerintahkan agar hamba-Nya giat dalam

berikhtiar. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. At-Taubah:

105:

ل ا للا فغ١ش اػ ى سع ػ إ ا

عزشد ئ غ١ت ػب اشبد ا ب ف١جئى ح ث وز

-- رؼ

Artinya: Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah SWT

akan Melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-

orang Mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah

SWT) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu

Diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

(Departemen Agama RI, 1999: QS. At-Taubah: 105)

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

65

Dengan demikian jelas bahwa tawakal itu bukanlah

berserah diri tanpa ikhtiar. Namun sebaliknya, bertawakal itu

berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan

melaksanakan setiap perintah-Nya. Manusia telah dilengkapi

dengan akal sehat dan juga kemampuan berikhtiar, disisi lain

Allah SWT juga memerintahkan agar manusia giat berusaha,

berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan berikhtiar

sepenuhnya dan seluruh kemampuan yang dimiliki manusia

dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan apa

yang telah diikhtiarkan itu.

C. Akhlak Pribadi atau Diri Sendiri.

1. Wira‟i

Wira‟i artinya berhati-hati dalam melakukan hukum,

menghindari barang syubhat, takut mendekati haram.

ا ذالي ث١ ث١ ذشا شزجبد س ب ا ث١

ازم ا بل٠ؼ ابط ف جبد ف مذاعزجشأ ش

الغ جبد لغ ف اش ، د٠ ا ؼشػ ، ذشا

شه ا ٠ ذ ي ا اػ د مغ ٠ وبش أحوذ ( ) سواه ف١

Artinya: " Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah

sangat jelas, tetapi di antara keduanya ada barang-barang

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

66

yang menyerupai (samar-samar), tidak diperhatikan oleh

umumnya manusia maka orang yang memelihara dirinya dari

syubhat, berarti bersih agama dan kehormatannya. Sedangkan

yang terjerumus kedalam syubhat, berarti terjerumus pula

dalam haram, seperti orang yang mengembalakan ternak di

sekitar daerah terlarang, maka sangat mungkin ia akan

melanggar larangan tersebut.”(HR. Ahmad no:17624) (Siroj,

2009: 51)

Menurut Abu Laits As-Samarqandi, bukti adanya wira'i

(wara') dalam diri seseorang adalah jika dalam diri orang

tersebut telah ada sepuluh kewajiban, yaitu:

a) Memelihara lisan, tidak sampai ghibah atau menggunjing.

Firman Allah SWT. dalam surah Al-Hujurat ayat 12 yang

artinya: "Janganlah setengah di antara kamu menggunjing

terhadap setengah lainnya."

b) Tidak buruk sangka. Firman Allah SWT. dalam surah Al-

Hujurat ayat 12 yang artinya: "Hindarkanlah prasangka

buruk, karena setengahnya adalah dosa." Dalam hadits

Nabi saw. dijelaskan yang artinya: "Hati-hatilah kamu dari

prasangka buruk, karena hal itu adalah perkataan paling

bohong."

c) Tidak menghina (merendahkan) orang lain. Firman Allah

SWT. dalam surah Al-Hujurat ayat 11 yang artinya:

"Janganlah suatu kaum menghina kaum lainnya, boleh jadi

kaum yang dihina itu adalah lebih baik dari pada kaum

yang menghina."

d) Memelihara pandangan mata dari yang haram. Firman

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

67

Allah SWT. dalam surah Nur ayat 30 yang artinya:

"Katakanlah, ada orang-orang mukmin agar memejamkan

pandangan matanya dari yang haram."

e) Berbicara benar. Firman Allah SWT. dalam surah Al-An'am

ayat 152 yang artinya: "Dan apabila kamu berkata, maka

hendaklah kamu berlaku adil."

f) Mengingat nikmat Allah SWT agar tidak sombong. Firman

Allah SWT. dalam surah Al-Hujurat ayat 17 yang artinya:

"Bahkan Allah-lah yang memberi karunia kepadamu ketika

kau diberi petunjuk, sehingga kau beriman. Jika kau benar-

benar beriman."

g) Menggunakan hartanya dalam jalan kebenaran, bukan pada

kebatilan. Firman Allah SWT. dalam surah Al-Furqan ayat

67 yang artinya: "Orang-orang yang membelanjakan

hartanya tiada berlebihan dan tiada kikir, mereka tengah-

tengah (berlaku sedang) dalam hal itu."

h) Tidak ambisi kedudukan dan tidak pula berlaku sombong.

Firman Allah SWT. dalam surah Al-Qashash ayat 83 yang

artinya: "Negeri akhirat sengaja Kami sediakan bagi

mereka yang tidak ambisi kedudukan dunia dan tidak pula

suka merusak."

i) Memelihara (waktu) sholat dan menyempurnakan ruku dan

sujudnya. Firman Allah SWT. dalam surah Al-Baqarah ayat

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

68

238 yang artinya: "Peliharalah (waktu-waktu) sholat,

terutama sholat pertengahan, tegakkanlah dengan khusyu',

diam bermunajat."

j) Istiqomah mengikuti sunnah Rasul dan jamaah umat Islam.

Firman Allah SWT. dalam surah Al-An'am ayat 153 yang

artinya: "Inilah ajaran yang menuju kepada keridhoan-Ku

(jalan lurus-benar), lalu ikutilah, jangan mengikuti jalan-

jalan lain, (jika demikian), pasti menyimpang jauh dari

jalan Allah SWT. Demikianlah pesan Dia kepadamu agar

kamu bertakwa."(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 529)

Wira‟i adalah berhati-hati ketika melakukan suatu

perbuatan karena takut mendekati perbuatan haram dan

syubhat. Pahala wira‟i juga melebihi pahala dari puasa,

shalat dan sedekah. Dengan melakukan 10 kewajiban

seseorang bisa dikatakan wira‟i.

2. Haya‟ (malu)

Malu adalah menahan hawa nafsu dari ucapan yang

tidak baik dan perbuatan yang tidak baik pula. Dari Imran bin

Husain RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ذ١بء ل ٠أر ئل ثخ١ش ( هسلن سواه) ا

Artinya: “Rasa malu itu semuanya baik.” (HR. Muslim no:

4854) (Alfath, 2007: 65)

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

69

شؼجخ ، عز ثؼغ أ عجؼ ثؼغ ب اإل٠

بؽخ األر أدبب ئ ي ل ئ ئل للا، فأفؼب ل

ب اإل٠ ذ١بء شؼجخ ا اطش٠ك، ( سواه البخا سي) ػ

Artinya: “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam

puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan

„Lâ ilâha illallâh,‟ dan yang paling rendah adalah

menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah

salah satu cabang Iman.”(HR.al-Bukhari dalam al-Adabul

Mufrad no. 598)

Penjelasan Abu Laits As-Samarqandi ada dua macam malu:

a) Malu kepada Allah SWT, maksudnya: merasakan

nikmat dari Allah SWT hingga tidak sampai hati (malu)

berbuat maksiat (melanggar larangan-Nya).

b) Malu kepada sesama manusia maksudnya: menutup

pandangan mata dari hal-hal yang tidak halal.(Abu

Imam Taqiyudin, 2012: 535)

Malu yaitu menahan dari hawa nafsu dan perbuatan

yang tidak baik. Karena malu merupakan sunnah Rasulullah

SAW. Dan dalam hadis dikatakan seseorang yang malu

berarti mempunyai iman, ketika seseorang beriman maka

akan menjadi salah satu penghuni syurgaNya Allah SWT.

3. Syukur

Sebagai manusia yang diciptakan Allah SWT ke

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

70

dunia sudah selayaknya bersyukur kepada yang

menciptakannya, yaitu Allah SWT. Ketika mendapat nikmat

sehat ia bersyukur, mendapat nikmat berupa kekayaan ia

bersyukur. Seberapa pun besar nikmat yang diberikan Allah

SWT kepadanya harus disyukuri. Dengan demikian Allah

SWT akan menambah nikmat-Nya dengan nikmat yang lebih.

Abu Laits As-Samarqandi meriwayatkan dengan

sanadnya dari Muhammad Fadil, Muhammad Ja‟far, Ibrahim

Yusuf, Yazid Zuri‟ Hisyam Dastawa-i, Qatadah, Khalil,

Abdullah Al-Ashary, Abu Dardaak, Nabi SAW bersabda:

“Setiap Matahari terbit dua malaikat memanggil masyarakat

dunia dari sebelahnya, semua mendengar panggilan itu,

kecuali jin dan manusia, yaitu: “Sekalian manusia, cepat-

cepatlah menuju Allah SWT, bahwasannya yang sedikit

dapat mencukupi, adalah lebih baik, daripada yang banyak

melupakan. Lalu kata mereka berdua: “Ya Allah SWT,

berilah ganti, pada orang yang membelanjakannya, dan

binasakanlah harta orang yang kikir”. (Abu Imam Taqiyudin,

2009: 339)

Abu Laits As-Samarqandi meriwayatkan dengan

sanadnya dari Anas, Nabi SAW bersabda: “Allah SWT

senang kepada orang yang mengucapkan

ALHAMDULILLAH sesudah selesai makan atau minum”.

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

71

Dari Sa‟id dari Qatadah, Nabi SAW bersabda: “Orang yang

diberi 4 macam untung dunia-akhirat, yaitu:

1. Bibir yang selalu zikir

2. Hati yang selalu bersyukur

3. Badan yang selalu sabar

4. Istri yang mukmin yang salihah.(Abu Imam

Taqiyudin, 2009: 495)

ا٢خشح ١ب خ١ش اذ فمذ أػط أػط١ أسثغ

ا غب ب راوش ا , ج ب شبوش جالء طبثش ل ثذ ب ػ ا ,

ب دث ب ف فغب جخ ل رجغ١ ص ) سواه الطبشاني (

Artinya: “Ada empat perkara, jika seseorang diberinya,

berarti ia telah diberi kebaikan dunia dan akhirat, yaitu: hati

yang bersyukur, lisan yang berdzikir, badan yang sabar akan

musibah, dan isteri yang tidak durhaka, berbuat dosa dalam

dirinya dan harta suaminya“. (HR. Thabrani) (Abu Imam

Taqiyudin, 2009: 395)

Segala nikmat dari yang terkecil hingga yang terbesar

merupakan nikmat yang datang dari Allah SWT. Hal ini

menunjukan betapa sayangnya Allah SWT kepada hamba-

Nya. Namun seringkali mereka melupakan hal itu. Namun

berbeda dengan hamba yang bertakwa, ia akan

mensyukurinya selalu walau sekecil apa pun nikmat yang ia

dapatkan.

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

72

Cara seorang hamba mensyukuri nikmat Allah SWT

dengan baik dan benar, yaitu syukur dengan hati, syukur

dengan lisan, syukur dengan anggota badan. Syukur dengan

hati ialah meyakini bahwa seluruh nikmat itu datangnya pasti

dari Allah SWT. Syukur dengan lisan ialah memuji sang

pemberi nikmat dengan memperbanyak ucapan

“Allhamdulillah”. Termasuk didalamnya ialah

mengungkapkan nikmat itu kepada orang lain disertai dengan

perasaan syukur. Sedangkan syukur dengan anggota badan

ialah menggunakan seluruh anggota badan untuk beramal

shalih.

4. Sabar

c. Sabar terhadap malapetaka dan kesulitan

Bersabar atas segala yang tidak disenangi adalah

baik, dan bahwasanya setiap kesulitan itu pasti ada jalan

pemecahannya (yang akhirnya menjadi kemudahan).

(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 267)

Firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syura: 30:

ب أطبثى ظ١جخ ب وغجذ فج أ٠ذ٠ى

٠ؼف -- وض١ش ػ

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

73

Artinya: “Dan musibah apa pun yang menimpa kamu

adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah

SWT Memaafkan banyak (dari kesalahan-

kesalahanmu).” (Departemen Agama RI, 1999: QS. Asy-

Syura: 30)

Seseorang tidak mungkin menduduki tingkat

orang shalih, kecuali dengan sabar menderita kesulitan,

dan gangguan.(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 268) Oleh

karena itu setiap musibah yang menimpa kita adalah

tidak luput dari (akibat) berlaku curang, maksiat/dosa

kita, dinyatakan di dunia sebagai balasan. Dan

barangsiapa dibalas (laku maksiatnya) di dunia maka

tidak di ulangi di akhirat. Demikian pula jika Allah SWT

telah memaafkan laku maksiatnya di dunia maka tidak

akan menuntut di hari kiamat dengan siksa-Nya.

d. Sabar atas derita (musibah)

Dalam nasehatnya Abu Laits As-Samarqandi

berkata: manusia seyogyanya memikirkan pahala

musibah kelak ketika dihari kiamat. Saat itu

menginginkan seandainya ditinggal mati dahulu oleh

sanak keluarganya. Agar memperoleh pahala musibah

yang ditentukan oleh Allah SWT bagi setiap orang yang

sabar.

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

74

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 155-157:

ى ج ء ثش خف جع ا ا مض

اي األفظ األ شاد اض ش ثش بثش٠ -- اظ

ظ١جخ أطبثز ئرا از٠ ئب لبا ب ل ئـ ئ١

أـئه -- ساجؼ اد ػ١ ط ث س

خ سد أـئه زذ -٩- ا

Artinya: “Dan Kami pasti akan Menguji kamu dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa,

dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira

kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang

yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā

lillāhi wa innā ilaihi rāji„ūn”. Mereka itulah yang

memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan-nya, dan

mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(Departemen Agama RI, 1999: QS. Al-Baqarah: 155-

157)

Tiada kekangan yang lebih disenangi Allah SWT

kecuali dua perkara yaitu mengekang amarah dengan

kesabaran dan mengekang musibah dengan kesabaran

pula. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 278)

Sabar terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Sabar melakukan ibadah.

2. Sabar menjauhi maksiat.

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

75

3. Sabar ditimpa musibah. (Abu Imam Taqiyudin,

2012: 273)

Ketika seseorang sabar Allah SWT sangat senang

terhadapnya, karena dapat mengekang emosi dan

musibah yang dihadapinya. Seseorang yang sabar ketika

terkena musibah maka Allah SWT pun menghapus satu

dosa untuknya.

5. Larangan tertawa terbahak-bahak

Tertawa terbahak-bahak adalah kurang baik (makruh).

Dan Nabi SAW tidak pernah tertawa, kecuali hanya

tersenyum, tidak menoleh, kecuali dengan wajah penuh

(artinya tidak melirik). (HR. Ja‟far, Ibnu Mas‟ud dan

Abdillah).

Abu Laits As-Samarqandi menjelaskan: bahwa

tersenyum hukumnya sunnah, sedang tertawa terbahak-bahak

hukumnya makruh. Maka sebaiknya kita menjauhinya,

karena dengan itu berarti menyimpan banyak tangisan di

Akhirat. Firman Allah SWT:

ب وبا ١جىا وض١شا جضاء ث ١ؼذىا ل١ال ف

-٢-٠ىغج

Artinya: “Maka biarkanlah mereka tertawa sedikit dan

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

76

menangis yang banyak, sebagai balasan terhadap apa yang

selalu mereka perbuat.” (Departemen Agama RI, 1999: QS.

At-Taubah: 86)

Delapan bahaya akibat tertawa terbahak-bahak:

a) Para Ulama dan ahli fikir mencela.

b) Orang jahil berani kepadamu.

c) Jika kau jahil pasti meningkat kedunguanmu dan jika

pandai pasti merosotlah ilmu padamu.

d) Terlena akan dosa-dosa terdahulu.

e) Berani berbuat dosa.

f) Lengah terhadap mati dan kehidupan akhirat.

g) Bertambah berat dosanya.

h) Menyebabkan hujan tangis di akherat. (Abu Imam

Taqiyudin, 2012: 209)

Tertawa hukumnya makruh. Karena dengan banyak

tertawa akan membawa tangis di Akhirat nantinya. Ketika

seseorang tertawa maka akan hilang apa yang telah

dipelajarinya atau hilang ilmu yang telah didapatkannya,

sehingga sebagai orang yang bertaqwa tertawa merupakan

perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang mukmin.

6. Larangan Berdusta

Dalam hadis dijelaskan:

ػذ أخف ئرا بفك صالس ئرا دذس وزة آ٠خ ا

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

77

خب ئرا اؤر ( سواه البخا سي)

Artinya: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Jika

berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika

dipercaya ia berkhianat.” (HR Bukhari no: 32) (Al-Qasimi

2005: 57)

Nabi SAW bersabda: “Dusta adalah tidak patut, kecuali di

tiga tempat:

a. Ketika perang

b. Ketika mendamaikan dua orang yang

berselisih/bertengkar

c. Demi kemaslahatan/memperbaiki akhlak istrinya.”

(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 163)

Bagi orang Islam seyogyanya pandai menahan diri

dari berdusta dan jangan membiasakannya, agar tidak

terjerumus menjadi orang yang munafik, dan perintis pelaku

dosa yang akhirnya menanggung dosa-dosa orang yang

mengikutinya di samping dosa yang diperbuatnya sendiri.

(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 163)

Dusta merupakan perbuatan yang sangat tercela.

Karena ketika seseorang berdusta maka dia termasuk orang

yang munafik. Sehingga dia juga akan menanggung dosa-

dosa setiap orang yang dia dustakan.

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

78

7. Mengekang emosi (marah)

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasul bersabda:

اث ش٠شح ي للا ص لبي: ػ سع سع ا

ه ٠ ذ٠ذ از ب اش شػخ. ا ذ٠ذ ثبظ ١ظ اش

ذ اغؼت ( سواه البخا سي) فغ ػ

Artinya: “Orang yang kuat itu bukan orang yang kuat dalam

bergulat tapi orang yang kuat dalam menahan dirinya ketika

marah.” (HR. Bukhari no: 6116) (Al-Qasimi 2005: 49)

Manusia dalam hal marah ini bermacam-macam, ada

yang cepat marah, tetapi cepat pula reda, yang berarti

seimbang. Dan ada pula yang lamban tetapi lambat pula

redanya, berarti seimbang juga. Dalam hal ini yang baik

lamban emosinya tetapi cepat sembuh redanya, sebaliknya

yang paling jahat yaitu cepat emosi lamban sembuhnya.

(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 218)

Cara meredam amarah yaitu dengan berbaring dan

merebahkan badannya di tanah, maka akan hilang

sendirinya amarah tersebut.

8. Memelihara lisan

Definisi taqwa adalah: melakukan segala perintah

Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya, disamping

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

79

memelihara lisan dari kata-kata yang tidak baik agar

memperoleh keuntungan dan selamat, jika tidak mampu

melakukan hal itu (berkata baik), maka lebih baik diam,

pasti menang (artinya dilindungi dari godaan syetan) dan

Allah SWT menyimpan rahasianya. (Abu Imam Taqiyudin,

2012: 229)

Firman Allah SWT dalam QS. Qaaf: 18:

ب فظ ٠ ي ئل ل -٢- ػز١ذ سل١ت ذ٠

Artinya: “Tidak ada sepatah katapun yang diucapkan,

melainkan senantiasa ada pengawas di sisinya malaikat

Raqib dan Atid yang selalu siap (mencatat).” (Departemen

Agama RI, 1999: QS. Qaaf: 18)

Memelihara lisan sangatlah dianjurkan, ketika

seseorang mampu memelihara lisannya maka akan selamat

dari siksa api neraka. Karena lidah bagaikan belati yang

apabila tidak dijaga akan melukai siapapun.

9. Keutamaan menuntut ilmu

Pernyataan Ibnu Mas‟ud: Sekarang kalian hidup di

zaman “Amal lebih baik daripada Ilmu” tetapi di masa datang

“Ilmu lebih utama daripada Amal.” Dari Sa‟id Musayyab dari

Abu Sa‟id al Khudhry, Rasul SAW bersabda: Menuntut ilmu

agama adalah kewajiban setiap Muslim.

ظ ث أ ػ للا للا ط ي ع س بي : ل بي ه , ل ب

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

80

غ و ػ خ ؼ ٠ ش ف ؼ ا ت : ؽ ع ١ ػ

Artinya: “Dari Anas bin Malik Radhiyallahu‟anhu, ia berkata:

“Rasulullah Shallallahu‟alaihi wa sallam bersabda:

“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.”

(Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah

didalam Sunan nya, hadits no 223. Dishahihkan oleh Syaikh

Al-Albani).

Orang belajar dan mengajar ilmu dengan ikhlas

seperti orang berjihad dijalan Allah SWT. Di Dunia ini amal

yang paling utama ada tiga:

a. Menimba ilmu, karena orang yang selalu menimba

ilmu menjadi kekasih Allah SWT.

b. Jihad/perang sabil, karena orang yang jihad adalah

Waliyullah.

c. Mencari penghidupan (kasab), karena pengusaha

yang takwa kepada Allah SWT adalah

Shiddiqullah.(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 476)

Ulama adalah sebagai pelita zaman, ia menerangi

masyarakat yang hidup di zamannya. (Abu Imam

Taqiyudin, 2012: 476)

Menuntut ilmu adalah wajib. Bahkan dalam hadis

diatas dijelaskan ketika seseorang menuntut ilmu maka para

malaikat akan mengepakkan sayapnya untuk

melindunginya. Karena menuntut ilmu termasuk amal yang

utama.

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

81

D. Akhlak terhadap Keluarga

Silaturrahmi merupakan akhlak terhadap keluarga. Abu

Laits As-Samarqandi menjelaskan bahwasanya memutuskan

tali persaudaraan adalah dosa besar, rahmat tertolak baginya

serta kerabatnya. Oleh karena itu setiap muslim wajib

bersilaturrahmi dan memperbaiki hubungan dengan kerabatnya

agar memperoleh rahmat dari Allah dan terhindar dari api

neraka.

Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa amal yang paling

cepat pahalanya adalah silaturrahmi, dan dosa yang

disegerakan akibatnya adalah putusnya hubungan

persaudaraan, dan penganiayaan. (Abu Imam Taqiyudin, 2012:

139)

ط للا ط ؼشػ رمي ؼمخ ثب د اش

لطؼ لطؼ للا

Artinya: “Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang

siapa yang menyambungku, maka Allah SWT akan

menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka

Allah SWT akan memutus hubungan dengannya”. (Muttafaqun

„alaihi syarah beliau atas sahih muslim 16/328-329).

ادذح فظ از خمى ب ابط ارما سثى ٠ب أ٠

غبء ب سجبل وض١شا ثش جب ب ص خك

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

82

للا وب ئ األسدب ث ارما للا از رغبء

سل١جب --ػ١ى

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang

telah Menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah

SWT) Menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan

dari keduanya Allah SWT Memperkembangbiakkan laki-laki

dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang

dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah)

hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah SWT selalu

Menjaga dan Mengawasimu.” (Departemen Agama RI, 1999:

QS. An-Nisa‟: 1)

Keuntungan bersilaturrahmi ada 10 perkara, diantaranya:

a. Memperoleh ridha Allah SWT.

b. Membuat orang mukmin gembira.

c. Kesukaan para malaikat, karena mereka senang

bersilaturrahmi.

d. Pujian kaum muslimin kepadanya.

e. Memarahkan iblis terkutuk.

f. Memanjangkan usia.

g. Menambah barakah rizkinya.

h. Membuat senang orang yang telah meninggal.

i. Memupuk rasa kasih sayang antar keluarga.

j. Menambah pahala. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 140)

Silaturrahmi hukumnya wajib. Karena dengan

silaturrahmi seseorang dapat memperbaiki hubungan kerabat.

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

83

Dan ketika silaturrahmi terputus maka dosanya akan

disegerakan di Akhirat kelak.

E. Akhlak Bernegara

Amar ma‟ruf nahi munkar Yaitu menganjurkan kebaikan

dan mencegah kemungkaran. Tujuan Amar ma‟ruf nahi munkar

itu adalah mencari ridha Allah SWT, menegakkan agamanya

dan tidak ada sedikitpun unsur mementingkan diri sendiri

semata.

Abu Laits As-Samarqandi menjelaskan ada lima syarat Amar

ma‟ruf nahi munkar yaitu:

a) Berilmu, karena umumnya masyarakat belum mengerti

mana yang ma‟ruf dan mana yang munkar.

b) Dasarnya ikhlas, semata mencari ridha Allah SWT dan

menegakkan agama-Nya.

c) Menggunakan metode yang baik.

d) Berlaku tenang dan sabar. Berdasarkan firman Allah

SWT:

ػ ا ؼشف ش ثب أ الح اظ أل ٠ب ث

اطجش ػ ىش ا ره ب أطبثه ئ

س األ -٩-ػض

Artinya: “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

84

suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah

(mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap

apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu

termasuk perkara yang penting. (Departemen Agama RI,

1999: QS. Luqman: 17)

e) Melakukan hal-hal yang diperintahkan (menyesuaikan

ucapan dan perbuatannya) agar terhindar dari ejekan

masyarakat dan ancaman. (Abu Imam Taqiyudin, 2012:

95)

Amar ma‟ruf nahi munkar yaitu menganjurkan kebaikan

dan mencegah kemungkaran. Yang mana merupakan kewajiban

setiap mukmin. Lima cara Amar ma‟ruf nahi munkar yang telah

dijelaskan diatas.

F. Akhlak terhadap Masyarakat

1. Berhati lunak (pemurah)

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda:

ئ ض ع ل ٠ ء ئل صا ف ش فك ل٠ى اش

هسلن ( سواه) شء ئل شب

Artinya: “Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan

akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala

sesuatu akan nampak jelek.” (Muslim no. 2594) (Alfath,

2007: 62)

Dari Hadith di atas dapat diambil hikmah

bahwasanya seharusnya kita memiliki sifat berhati lunak

terhadap sesama makhluk. Karena dengan berhati lunak

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

85

maka akan hilang dengan sendirinya rasa dendam, rasa ingin

menyakiti orang lain dan sebagainya.

2. Rahmat dan kasih sayang

Sebaiknya kita mengmbil suri tauladan dari para

sahabat Nabi sebab Allah SWT telah memuji mereka (kasih

sayang di antara mereka). Dan mereka saling mengasihi

bukan terbatas pada sesama umat Islam bahkan sampai

kepada kafir Dzimmi. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 422)

Rasul SAW bersabda:

للا ابط ل ٠شد ٠شد ـ ( سواه البخا سي )

Artinya: “Siapa yang tidak menaruh belas kasihan kepada

manusia, maka Allah SWT tidak menaruh belas kasihan

kepadanya.”(HR. Bukhari no: 7376) (Al-Qasimi, 2005: 101)

Sesama muslim berkasih sayang adalah merupakan

kewajiban. Karena Allah SWT sangat senang terhadap orang

yang saling mangasihi. Sementara Allah SWT tidak akan

mengasihi terhadap orang yang tidak mengasihi sesama

makhluk Allah SWT.

3. Mengamalkan Ilmu

Abu Laits As Samarqandi meriwayatkan dengan

sanadnya dari Anas bin Malik ra berkata Rasulullah SAW

bersabda:

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

86

زضػ زضاػب ٠ ا ؼ للا ل ٠مجغ ا ؼجبد، ئ ا

٠ ؼبء. دز ئرا ثمجغ ا ى ػبب ارخز جك

ا فؼ ا ثغ١ش ػ عب جبل فغأا فأفز ابط سؤ

( ( البخاسى و هسلنسواه ا أػ

Artinya: “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta‟ala tidak

mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan

tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama

sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka

orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang

bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa

dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. al-Bukhari

no. 100 dan Muslim no. 2673) (Al-Qasimi, 2005: 93)

Ada tiga macam Ulama yaitu:

a) Mengenal Allah SWT dan perintah-Nya, yaitu: orang

yang pandai yang takut kepada Allah SWT (bertaqwa

dengan sesungguhnya), ketika melaksanakan hukum,

perintah atau menghindari larangan-Nya.

b) Mengenal Allah SWT tapi tidak mengenal perintah-

Nya, yaitu: orang yang takut kepada Allah SWT tetapi

buta masalah hukum, tidak mengerti mana yang halal

dan mana yang haram, serta tidak tahu perintah-

perintah-Nya.

c) Mengenal perintah-Nya, tapi tidak kenal Allah SWT:

orang pandai hukum atau ilmu agama-Nya (Islam)

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

87

tetapi tidak takut pada-Nya. (Abu Imam Taqiyudin,

2012: 485)

Mengamalkan ilmu hukumnya wajib. Maka dari itu

jadilah Ulama seperti yang dimaksud pada yang pertama.

Orang yang mengamalkan ilmu mendapat pahala yang lebih

disisi Allah SWT. Dan mengamalkan ilmu yang dianjurkan

dengan cara tulus dan ikhlas tanpa mengharap imbalan

apapun.

2. Akhlak Madzmumah dalam Kitab Tanbihul Ghafilin

A. Sombong

Sombong adalah membanggakan diri. Dalam QS. Al-

Mu‟min dijelaskan mengenai sifat sombong sebagai berikut:

ئ سث جخ أ لث ب آرا ٠إر از٠

--ساجؼ

Artinya: “dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan

(sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu)

bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan-nya.”

(Departemen Agama RI, 1999: QS. Al-Mu‟min: 60)

Dari Abu Hurairah RA Nabi SAW bersabda: Allah SWT

berfirman: “Kebesaran adalah sarung-Ku dan kibir adalah

selendang-Ku, maka barang siapa menyerupai Aku dalam hal

kebesaran atau kibir, Aku lemparkan ia kedalam api neraka.

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

88

Abu Laits As-Samarqandi menjelaskan hadith tersebut

diatas: Kedua sifat Allah SWT tersebut dimuat dalam al-Qur‟an,

oleh karenanya manusia yang lemah tidak pantas menyandang

(sombong) nya. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 197)

Sombong adalah sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT.

Dalam hadith diatsa dijelaskan akibat dari perbuatan sombong

maka kelak di akhirat akan diberikan minuman dari nanah yang

sudah membusuk. Yang pantas dan boleh menyandang sifat

sombong adalah Allah SWT. Manusia hanya makhluk yang

seharusnya bersifat tawadhu‟.

B. Ghibah

Ghibah adalah membicarakan orang lain. Abu Laits As-

Samarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah RA

Nabi SAW bersabda: yang dimaksud Ghibah adalah:

غ١جخ ؟ ب ا ي للا لبي : أرذس سع ش٠شح أ أث ػ

، لبي : روشن أػ سع ا : للا ب ٠ىش، لب أخبن ث

وب ي ؟ لبي : ئ ب أل أخ ف وب : أفشأ٠ذ ئ فم١

ي فمذ ثز ب رم ف١ ٠ى ئ ي فمذ اغزجز, ب رم ف١

سواه هسلن ) )

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu bahwsanya

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

89

kalian apakah ghibah itu?”. Sahabat menjawab: “Allah SWT dan

Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu „alaihi wa

sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak

disukai oleh saudaramu”, Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam

ditanya: “Bagaimanakah pendapat anda, jika itu memang benar ada

padanya ? Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab: “Kalau

memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya,

tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau

telah berdusta atasnya”. (HR. Muslim no 2589) (Alfath, 2007: 124)

Abu Laits As-Samarqandi menegaskan sekalipun hanya

mengatakan contoh baju dia terlalu pendek atau panjang dan lain-

lain. Itu sudah termasuk ghibah. Ada tiga efek negatif akibat

ghibah, yaitu:

1) Kufur, mengungkap kejelekan seorang muslim, lalu ketika

diingatkan jawabnya: ini kan bukan ghibah, mengungkap

kenyataan yang ada padanya, maka dengan demikian dia

berani menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh

Allah SWT dan hukumnya kafir.

2) Munafik, mengungkap kejelekan seseorang dengan tidak

menyebutkan namanya di muka umum, tapi masyarakat telah

mengerti siapa yang dituju oleh pembicara itu, bahkan dia

menganggap dirinya wira‟i (menjauhi larangan Allah SWT).

3) Berdosa (maksiat), mengungkap kejelekan seseorang tetapi ia

merasa bahwa dia melanggar larangan Allah SWT, telak

maksiat kepada-Nya.

Adapun ghibah yang positif yaitu: mengungkap kefasikan

yang sengaja dilakukan dimuka umum (terbuka) atau tukang

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

90

bid‟ah, maka yang demikian ini tidak berdosa, bahkan berpahala,

karena bertujuan memberantasnya dengan harapan masyarakat

dapat menjauhkan diri dan menyelamatkan diri dari perbuatan fasik

tersebut. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 172)

Firman Allah SWT:

ثؼغ ئ اظ ا اجزجا وض١شا آ ب از٠ ٠ب أ٠

ل ٠غزت ثؼؼى ثؼ ل رجغغا ئص ؼب أ٠ذت اظ

ئ ارما للا ز ١زب فىش أخ١ ذ أ ٠أو أدذو

د١ اة س ر --للا

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari

prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan

janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah

ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah

ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang

sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada

Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”

(Departemen Agama RI, 1999: QS. Al-Hujurat: 12)

Ghibah merupakan akhlak madzmumah. Ketika seseorang

ghibah berarti telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh

Allah SWT. Sebagaimana penjelasan diatas ghibah dapat mencapai

tingkat kufur terhadap Allah SWT.

C. Namimah (Adu domba)

Rasul SAW bersabda:

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

91

ي للا ص: ل ٠ذخ دز٠فخ سع لبي: لبي سع ػ

ب هسلن ( و البخاسى سواه) اجخ

Artinya: “Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat

namimah”. (HR. Bukhari, Muslim no: 91) (Alfath, 2007: 27)

Disebutkan ada tiga perkara yang mengakibatkan beratnya

siksa kubur yaitu:

1. Ghibah,

2. Kurang bersihnya air kencing,

3. Adu domba.

Kata Yahya bin Aktsam: Fitnah atau adu domba lebih

berbahaya dan lebih buruk daripada sihir, karena fitnah lebih cepat

proses kejahatannya, juga lebih berbahaya daripada syetan, karena

syetan hanya dapat berupa bisikan dan khayal-bayangan, tetapi

fitnah langsung berhadapan dan praktek nyata. (Abu Imam

Taqiyudin, 2012: 182)

ل رجغغا ئص ثؼغ اظ ...ئ ...

Artinya: “...sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan

janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain...”

(Departemen Agama RI, 1999: QS. Al-Hujurat: 12)

Akibat dari adanya sifat namimah maka Allah SWT akan

membuatkan dua mulut dari api neraka dan memberatkan siksa di

alam kubur kelak. Dan kejahatan namimah lebih cepat daripada

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

92

syaiton.

D. Hasud (dengki dan iri)

Hasud atau dengki adalah perasaan ingin memiliki apa yang

dimiliki oleh orang lain. Sabda Rasulullah SAW :

ع ػ١ ط للا : لبي سعي للا

وا ػجبد ل رذاثشا، ل رذبعذا، ل رجبغؼا،

ق صالصخ جش أخب، ف ٠ أ غ ل ٠ذ ا ب، ئخ للا

(صحيح البخاسي) أ٠ب

Artinya: “Janganlah kalian saling membenci, jangan saling dengki

dan iri, dan jangan pula saling memusuhi, jadilah bersaudara

sesama hamba Allah SWT, dan tiadalah halal bagi muslim untuk

memutus hubungan / memusuhi saudara muslimnya lebih dari tiga

hari” (Shahih Bukhari no: 2564) (Al-Qasimi, 2005: 162)

Abu Laits As-Samarqandi menjelaskan bahwa ketika dalam

hati terselip rasa hasud, maka jangan diungkapkan, karena Allah

SWT akan mengampuni selama hasud itu belum diucapkan atau

dilakukan. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 188)

Hasud tidak diperkenankan kecuali kepada dua perkara yaitu:

1) Seseorang yang diberi kepandaian Al-Qur‟an, lalu

mengamalkannya setiap hari dan malamnya.

2) Seseorang yang dikaruniai harta, lalu bersedekah siang

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

93

malamnya. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 192)

Sifat hasud dan dengki dapat menghapus amal baik

seseorang. Sebagai seseorang muslim jika terselip rasa hasud

janganlah diungkapkan agar melebur sendiri dalam hati. Oleh

karena itu, setiap muslim diwajibkan membersihkan diri dari hasud

dan dengki, karena hal itu merupakan amal yang utama.

E. Zalim (penganiayaan)

Abu Laits As-Samarqandi menyatakan: tiada dosa yang

paling besar selain aniaya, alasannya jika dosa kepada Allah SWT,

Dia Maha Pemurah untuk memaafkannya, tetapi jika dosa itu

berhubungan dengan sesama manusia maka harus meminta maaf

kepada orang yang dianiaya dan jika sudah mati maka wajib

istighfar baginya Sufyan Ats Tsauri berkata berbuat dosa 70x

secara langsung kepada Allah SWT adalah lebih baik dan ringan,

daripada menghadap-Nya dengan membawa satu dosa yang

berhubungan dengan sesama manusia. Dan faktor penyebab iman

seseorang kebanyakan dari perbuatan aniaya terhadap sesamanya.

(Abu Imam Taqiyudin, 2012: 413)

Allah SWT berfirman dalam QS. Luqman: 13:

ئر لبي ب م لث ٠ب ٠ؼظ ل ث

رششن ثبل شن ئ اش ظ -- ػظ١

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

94

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada

anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai

anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah SWT,

sesungguhnya mempersekutukan (Allah SWT) adalah benar-

benar kezaliman yang besar.”(Departemen Agama RI, 1999:

QS. Luqman: 13)

Aniaya merupakan salah satu dosa yang sangat besar.

Karena ketika seseorang menyakiti hati orang lain maka Allah

SWT tidak akan memaafkannya sebelum yang disakiti memaafkan

kesalahannya. Sebagaimana Allah SWT telah mewajibkan untuk

saling mengasihi antar sesama makhluk Allah SWT.

F. Ujub (Membanggakan) Amalnya

Abu Laits As-Samarqandi meriwayatkan dengan sanadnya

dari Abu Ubaidah, dari Ibnu Mas‟ud, katanya; “Faktor penyebab

selamat dua, yaitu: 1. Tawakkal 2. Niat. Dan factor penyebab

binasa juga dua, yaitu: 1. putus asa, 2. Membanggakan amalnya

(ujub). (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 175)

Nasihat Abu Laits As-Samarqandi: Ada empat faktor

penghapus rasa ujub, yaitu:

1) Tahu persis bahwa: “Taufik dan hidayah untuk beramal itu

dari Allah, lalu bersyukur kepada Allah SWT dan tidak

bangga dengan amalnya.

2) Tahu persis bahwa ni‟mat itu dari Allah SWT, dan

mensyukurinya serta tidak bangga dengan amalnya.

3) Takut amalnya tidak diterima, dan tidak otomatis dia tidak

bangga atas amalnya.

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

95

4) Menyesali perbuatan dosa-dosanya terdahulu, lalu khawatir

mengalahkan kebaikannya, kemudian jauh dari rasa bangga

dengan amal perbuatannya. (Abu Imam Taqiyudin, 2009:

564)

ي للا ط للا ػ١ ػ أظ لبي: لبي سع

ا رى ع: خش١ذ ػ١ى رزج أوضش

ره اؼجت

Artinya: “Dari Anas (bin Malik) radliyalllahu anhu berkata, telah

bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Seandainya

kalian tidak mengerjakan dosa, aku khawatir kepada kalian yang

lebih banyak dari hal itu yaitu ujub”. (HR al-Uqailiy, Ibnu „Adiy

dan al-Qudlo‟iy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan, lihat

Shahih al-Jami‟ ash-Shaghir: 5303 dan Silsilah al-Ahadits ash-

Shahihah: 658)

Orang yang belum tahu persis hasil amalnya kelak di hari

kiamat, pasti tidak berani membanggakannnya, dan hal ini adalah

menimpa setiap orang, oleh karena itu, tidak pantas seseorang ujub

atas amalnya. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 544)

Ujub adalah bangga atas apa yang diperbuatnya. Akibat

adanya ujub tersebut maka tidak akan selamat di Akhirat kelak

sebagaimana yang telah diterangkan oleh hadith yang telah

disebutkan. Untuk itu menghapus rasa ujub dapat dilakukan dengan

cara diatas.

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

96

G. Rakus dan Berkhaya

Al-Faqih menjelaskan rakus yaitu menginginkan sesuatu

melebihi kadarnya. Rakus ada dua macam, yaitu:

1) Yang tercela, hingga melupakan kewajibannya, menghimpun

harta untuk kesombongan.

2) Yang tidak tercela, tidak sampai meninggalkan kewajiban

dan tidak untuk menyombongkan diri, karena di antara para

sahabat ada juga yang kaya raya, Rasul SAW tidak

melarangnya. (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 240)

Berkhayal juga merupakan sifat tercela. Karena Allah SWT

memberikan jaminan bagi orang yang menghentikan hayalannya:

1) Mampu beribadah, karena rasa takut menghadapi kesulitan

beramal, tidak dikhayal-khayalkan, yang ada hanyalah rasa

akan mati.

2) Kekacauan pikiranya menurun.

3) Rela hidup sederhana, karena bersemangat menuju akhirat.

4) Hatinya bersinar terang.

Karena berkhayal akan rugi empat perkara:

1. Malas beribadah.

2. Pikiran kacau harta.

3. Rakus harta.

4. Keras hati. (Abu Imam Taqiyudin, 2009: 483)

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

97

Rasulallah SAW pernah mengkhabarkan bahwa sifat tamak

yaitu cinta dunia tidak pernah mengenal kata puas.

ىخ ف جش ث ث١ش ػ ا اض اث ػ اجخبس س

ط للا ػ١ اج ٠مي: ٠ب أ٠ب ابط ئ خطجز

أل اد٠ ب أػط آد اث أ ٠مي: ع وب

صب١ ب صبض ب رت أدت ئ١ صب١ ب أدت ئ١ أػط

ػ ٠زة للا ئل ازشاة آد ف اث ل ٠غذ ج ،

ربة ( سواه البخا سي)

Artinya: “Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu al-Zubair tatkala

di atas mimbar di Mekah dalam kubtahnya, beliau berkata;

Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi

wasallam pernah bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam

diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan

menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua

maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah

menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah SWT

menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-

Bukhari No.6438) (Al-Qasimi, 2005: 144)

Segala sesuatu yang ada pada manusia, pasti binasa kecuali

dua yaitu: 1) Rakus harta. 2) Dan menghayalnya (HR. Qatadah dari

Anas bin Malik ra.). (Abu Imam Taqiyudin, 2012: 241)

Rakus dan berkhayal merupakan sifat yang sering dimiliki

oleh setiap insan, namun sifat tersebut seharusnya dihilangkan.

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

98

Karena sifat rakus dan berkhayal tersebut membawa dampak yang

tidak baik. Selain itu akibat perbuatan tersebut akan merugikan

ketika di akhirat nantinya. Allah SWT menganjurkan untuk

bersedekah dan tidak rakus terhadap harta yang dimilikinya.

B. Relevansi Materi Akhlak pada Kitab Tanbihul Ghafilin dengan

Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat pokok dan penting

bagi kehidupan manusia yang harus dipenuhi seiring perkembangan

zaman. Tanpa pendidikan sama sekali manusia akan kesulitan dalam

merahih kebahagiaan hidup atau meraih cita-cita yang mereka inginkan.

Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki naluri untuk

berinteraksi dan bermasyarakat, dengan pendidikan manusia dapat saling

tolong menolong dalam rangka mengembangkan dan memajukan

kehidupan mereka.

Untuk memajukan kehidupan mereka itu, maka pendidikan

menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan

konsisten sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia

adalah makhluk yang dinamis, dan memiliki cita-cita untuk meraih

kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti luas, baik lahir maupun

batin, duniawi maupun ukhrawi. Namun demikian cita-cita itu tidak akan

mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras

meningkatkan kemampuannya seoptimal mugkin melalui pendidikan,

karena proses pendidikan adalah suatu proses kegiatan secara bertahap

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

99

berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-

cita tersebut. (Ihsan, 1995: 2-3)

Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara

lahir dan batin. Secara lahir pendidikan menjadikan manusia bermanfaat

bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah hidupnya

kedepan. Sedangkan secara batin pendidikan diharapkan dapat

membentuk jiwa-jiwa yang berbudi dan berakhlak, memiliki tata krama,

sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik secara personal

maupun kolektif. Hal ini berarti bahwa pendidikan akan membawa

perubahan pada setiap orang sesuai dengan aturan yang ada.

Akhlak adalah salah satu Pendidikan Islam yang terdapat dalam

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipelajari oleh peserta

didik di Sekolah. Pendidikan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari

tentang pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari. Akhlakul karimah sangat penting dipraktikkan dan

dibiasakan oleh peserta didik dalam menjalankan kehidupan guna

bersosial terhadap diri sendiri, masyarakat maupun Negara.

Dalam pembinaan, akhlakul karimah merupakan materi dasar

dalam Islam dan wajib diamalkan seseorang, nilai-nilai yang harus

dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil. Ibadah dalam Islam

erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak dan pembinaan

akhlak adalah ajaran paling dasar dalam Islam. Dalam persepektif

pendidikan Islam, pendidikan akhlakul karimah adalah faktor penting

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

100

dalam pembinaan umat manusia. Oleh karena itu, Pembentukan akhlakul

karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan pendidikan Islam.

Akhlakul karimah ini sangat penting dipraktikkan dan dibiasakan

oleh peserta didik dalam menjalankan kehidupan guna bersosial terhadap

diri sendiri, masyarakat maupun Negara. Dalam pembinaan, akhlak mulia

merupakan materi dasar dalam Islam dan wajib diamalkan seseorang,

nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.

Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak

dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalam Islam. Dalam

persepektif pendidikan Islam, pendidikan akhlakul karimah adalah faktor

penting dalam pembinaan umat manusia. Oleh karena itu, Pembentukan

akhlakul karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan pendidikan Islam.

Dari uraian di atas, dapat di analisis bahwasanya akhlak adalah sifat

dasar yang harus ada pada setiap insan, setelah membaca dan memahami

materi akhlak yang ada dalam kitab Tanbihul Ghafilin dengan materi

akhlak yang terdapat pada pendidikan agama Islam, ternyata keduanya

memiliki keterkaitan. Yakni keduanya sama-sama membahas materi

akhlak yang bersumber dari al-Qur‟an dan al-hadis. Meskipun tidak semua

materi dalam kitab Tanbihul Ghafilin memiliki keterkaitan dengan materi

akhlak yang terdapat pada pendidikan agama Islam saat ini namun

keduanya memiliki tujuan yang sama dalam dunia pendidikan. Adapun

tujuan tersebut adalah agar setiap peserta didik memiliki sikap berbudi

pekerti yang luhur, bertingkah laku, beradat istiadat yang baik sesuai

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

101

ajaran Islam dan mampu memahami akhlak yang tercela yang tidak patut

untuk diterapkan.

Relevansi materi akhlak pada kitab Tanbihul Ghafilin dengan

pendidikan Islam saat ini adalah: Secara umum, materi Akhlak yang

terdapat dalam kitab Tanbihul Ghafilin Karya Al-Imam Al-Faqih Abu

Laits As-Samarqandi terdapat relevansi dengan materi pendidikan Islam

saat ini karena keduanya sama-sama menerangkan tentang akhlak

mahmudah dan madzmumah walaupun penyajiannya tidak sama persis.

Adapun materi akhlak mahmudah dan madzmumah antara lain: taat, riya‟,

nifaq, kufur, ikhtiar, qana‟ah, namiah, putus asa, ghadhab, tamak,

husnudzan, tawadhu‟, tasamuh, ta‟awun, dendam, fitnah, kerja keras,

kreatif, produktif, akhlak dalam pergaulan remaja. Materi tersebut pun ada

yang terdapat dalam materi pendidikan agama Islam saat ini dan ada yang

terdapat dalam kitab Tanbihul Ghafilin Karya Al-Imam Al-Faqih Abu

Laits As-Samarqandi.

Diantara nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat diambil dan

diterapkan terhadap dunia pendidikan dari kitab Tanbihul ghafilin yang

berhubungan dengan pembagian sebagai berikut: Akhlak terhadap Allah

SWT, Akhlak pribadi atau diri sendiri, Akhlak terhadap keluarga, Akhlak

terhadap negara, dan Akhlak bermasyarakat, antara lain sedikit dapat

penulis uraikan sebagai berikut:

a) Akhlak terhadap Allah SWT yaitu taubat, khauf, ikhlas,

tawakkal

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

102

b) Akhlak terhadap diri sendiri yaitu wira‟i, syukur, haya‟, sabar,

larangan tertawa terbahak-bahak, larangan berdusta,

mengekang emosi, memelihara lisan, keutamaan menimba ilmu

c) Akhlak terhadap keluarga yaitu silaturrahmi.

d) Akhlak bernegara yaitu amar ma‟ruf nahi munkar

e) Akhlak terhadap masyarakat yaitu berhati lunak (pemurah),

rahmat dan kasih sayang, beramal dengan ilmu.

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tanbihul ghafilin ini

sangat relevan dengan pendidikan Islam saat ini, yaitu ditinjau dari

tujuannya yang menitikberatkan pada tercapainya kebaikan berupa

kemampuan peserta didik untuk berakhlakul karimah, yang sesuai dengan

Al-Qur‟an dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keadaan

dengan orang lain atau ramai maupun saat sedang sendiri. Pendidikan

akhlak diawali dengan penanaman akidah dalam hubungan vertikal

dimana manusia menjadi abdullah (Hamba Allah SWT), untuk menuntun

manusia dalam menjalankan perannya sebagai makhluk individu dan

sosial, yaitu hubungan horisontal sesuai dengan ajaran Islam. Akhlak

dalam hubungan horisontal merupakan perwujudan dari baik-buruknya

dalam hubungan vertikal (akhlak terhadap Allah SWT). Serta ditinjau dari

materi yang ditawarkan maupun metode yang dipakai dalam

menyampaikan pendidikan akhlak, dan Kitab Tanbihul ghafilin ini dapat

dijadikan sebagai rujukan dan referensi dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam, khususnya pada materi akhlak, dan juga diterapkan kepada

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

103

para pelajar dari jenjang terendah sampai tertinggi untuk mendisiplinkan

kehidupan mereka yang saat ini dalam krisis moral. Dapat juga diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari, agar menjadi manusia yang berakhlak serta

berkepribadian mulia.

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

104

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis paparkan tersebut, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Tanbihul Ghafilin

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Tanbihul ghafilin

adalah semua ungkapan atau pernyataan yang merupakan gagasan

tercapainya tujuan pendidikan akhlak yaitu tercapainya kedekatan diri

manusia kepada Allah SWT. Nilai-nilai akhlak dalam Kitab Tanbihul

Ghafilin karya Shaykh Nasr bin Muhammad bin Ibrahim As-

Samarqandi terbagi menurut sifatnya yaitu tentang Akhlak mahmudah

di antaranya yaitu: Akhlak terhadap Allah SWT yaitu taubat, khauf,

ikhlas, tawakkal. Akhlak terhadap diri sendiri yaitu wira‟i, syukur,

haya‟, sabar, larangan tertawa terbahak-bahak, larangan berdusta,

mengekang emosi, memelihara lisan, keutamaan menimba ilmu.

Akhlak terhadap keluarga yaitu silaturrahmi. Akhlak bernegara yaitu

amar ma‟ruf nahi munkar. Akhlak terhadap masyarakat yaitu berhati

lunak (pemurah), rahmat dan kasih sayang, beramal dengan ilmu. Dan

tentang Akhlak madzmumah diantaranya: sombong, ujub, ghibah,

namimah, hasad, zalim, rakus dan berkhayal.

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

105

2. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tanbihul

Ghafilin terhadap pendidikan Islam

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Tanbihul ghafilin

ini sangat relevan dengan pendidikan Islam saat ini, yaitu ditinjau dari

tujuannya yang menitikberatkan pada tercapainya kebaikan berupa

kemampuan peserta didik untuk berakhlakul karimah, yang sesuai

dengan Al-Qur‟an dan As-Sunnah dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam keadaan dengan orang lain atau ramai maupun saat sedang

sendiri. Serta ditinjau dari materi yang ditawarkan maupun metode

yang dipakai dalam menyampaikan pendidikan akhlak, dan Kitab

Tanbihul ghafilin ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan referensi

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada mata

pelajaran akhlak, dan juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

agar menjadi manusia yang berakhlak serta berkepribadian mulia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pendidikan akhlak adalah pendidikan tentang penanaman karakter

kepribadian, dan membutuhkan proses yang lama. Oleh karena itu

harus dimulai sedini mungkin. Untuk mengakar-kuatkan karakter

terpuji dalam diri anak. Orang tua sebagai penanggung jawab utama

atas amanah yang Allah berikan, hendaknya meningkatkan kesadaran

akan posisi tersebut, karena perananya sangat vital dalam keberhasilan

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

106

pendidikan akhlak pada anak, disamping peran sekolah dan

masyarakat.

2. Penanaman akidah yang kuat hendaklah menjadi perhatian utama bagi

orang tua. Dengan kuatnya akidah atau hubungan vertikal anak, maka

menjadi bekal yang baik untuk menanamkan akhlak terpuji dalam

hubunganya secara horisontal, baik terhadap orang tua, guru, ataupun

masyarakat secara umum.

3. Bagi para pendidik baik lingkungan formal maupun non formal

hendaknya mampu menjadi seorang pendidik yang mempunyai

kepribadian dengan akhlak yang baik sehingga mampu menjadi

panutan bagi para peserta didiknya. Jika kepribadian baik sudah

dimiliki oleh pendidik maka akan tercipta pendidikan yang harmonis

antara pendidik dan peserta didik.

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

107

Page 119: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

108

Page 120: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

109

Page 121: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

110

Page 122: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

111

Page 123: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai

112

Page 124: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai
Page 125: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai
Page 126: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TANBIHUL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4077/1/ZULFA FIX.pdf · perbuatan terpuji maupun tercela. ... 116) menambahkan mengenai