Download pdf - Penyesuaian Diri Remaja

Transcript

Penyesuaian Diri Remaja Kategori Individual Oleh : Zainun Mutadin, SPsi. MSi. Jakarta, 09 April 2002 Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Pengertian Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Ia mengatakan: "Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation".(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment. Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut : 1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri. 2. Penyesuaian Sosial Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubunganhubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidahkaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

Pembentukan Penyesuaian Diri Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi. Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Lingkungan Keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman. Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut. Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi

orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut. Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya. b. Lingkungan Teman Sebaya Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawankawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya. c. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilainilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan

diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.

2.5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri pada Remaja.Sebagaimana telah dipahami bahwa dalam perkembangannya manusia akan melewati masa remaja. Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak anak menjelang dewasa. Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan perubahan dalam bentuk fisk dan psikis. Badannya tumbuh berkembang menunjukkan tanda tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakn menyadari keberadaa dirinya, ingin diakui dan berkembang pemikiran maupun wawasannya secara lebih luas. Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer dalam penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkn efek bagi proses penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Kondisi kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf kelenjar, sistem otot, kesehatan, penyakit dan sebagainya. 2. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional. 3. Penentu psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarya, pemgkondisian, penentua diri (self determination), frustasi dan konflik. 4. Kondisi lingkungan khususnya kelurga dan sekolah. 5. Penentu cultural termasuk agama. Pemahaman tentang faktor faktor diatas dan bagamana fungsinya dalam penyesuaian merupakan syarat untuk memahami proses penyesuaian diri. Berikut akan dijelaskan mengenai faktor faktor diatas. 1. Kondisi Jasmaniah Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system syaraf, kelenjar dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan gangguan dalam system syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.

Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, perasaan rendah diri, ketergantungan, perasaan ingin dikasihani dan sebagainya. 1. Perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri. Sikap dapat diartikan sebagai kesediaan bereaksi indiviu terhadap suatu hal. Lebih terperinci lagi sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki seseorang dalam mereaksi (baik reaksi negatif maupun reaksi positif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda situasi / kondisi sekitarnya. Sikap remaja awal yang berkembang terutama menonjol dalam sikap sosial, lebih lebih sikap sosial yang berhubungan dengan teman sebaya. Sikap positif remaja awal terhadap teman sebaya berkembang dengan pesat setelah remaja mengenal adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama. Sikap solider atau senasib seperjuangan dirasakan dalam kehidupan kelompok baik dalam kelompok yang sengaja dibentuk ataupun kelompok yang terbentuk dengan sendirinya. Simpati dan merasakan perasaan orang lain telah mulai berkembang dalam usia remaja awal. Remaja berusaha bersikap sesuai dengan norma kelompokmya. Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda beda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual. 1. Penentu psikologis terhadap penyesuaian diri. Faktor psikologis ini banyak sekali macamnya diantaranya adalah : 1. Pengalaman Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan penyesuaian diri yang baik dan sebaliknya. 1. Belajar Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagaian besar respon dan ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar daripada yang diperoleh secara diwariskan. Proses belajar ini akan berlangsung sepanjang hayat. 1. Determinasi diri

Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor faktor terebut diatas, orang itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi. Faktor faktor itulah yang disebut determinasi diri. Determinasi diri mempunyai peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena mempuyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Ada beberapa orang dewasa yang mengalami pengalaman penolakan ketika masa kanak kanak, tetapi mereka dapat menghindarka diri dari pengaruh negatif karena dapat menentukan sikap atau arah dirinya sendiri. 1. Konflik dan Penyesuaian Tanpa memperhatikan tipe tipe konflik, mekanisme konflik secara essensial sama yaitu pertentangan antara motif motif. Ada beberapa pandangan bahwa konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Namun ada yang berpandangan bahwa konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan. 1. Kondisi Lingkungan

Rumah / keluarga

Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupa remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik atau cntoh tauladan dalam keluarga khususnya orang tua akan sangat memberi input yang luar biasa. Dalam keluarga yang bahagia dan sejahtera serta memiliki tauladan keislaman yang baik dari orang tua, Insya Allah remaja akan tumbuh dengan rasa aman, berakhlak mulia, sopan santun dan taat melaksanakan perintah agamanya. Selain pendidikan agama, remaja juga memerukan komunikas yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar, dan diperhatikan keluhannya. Dalam masalah ini diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas namun akrab (friendly). Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal atau logis, mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain karena remaja sekarang kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi

Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru.

Dalam lingkungan inilah remaja berlatih untuk menigkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima tapi mereka juga mampu beradu argumen dengan pengajarnya. Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan penting sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu, diperlukan guru yang arif, bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktif dan maju, memahami perkembangan remaja serta seseorang yang dapat dijadikan tauladan.

Lingkungan teman sepergaulan

Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi kehidupan remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Pada usia remaja mereka berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak bergantung pada orang tua. Akan tetap pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak kanak. Oleh karena itu, kita wajib berhati hati dalam memilih teman, karena pergaulan yang salah dapat empengaruhi proses dan pola pola penyesuaian diri.

Lingkunga dunia luar

Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman sepergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan mempengaruhi remaja baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar ataupun salah, baik itu Islami ataupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor faktor kemajuan teknologi, transportasi, teknologi, informasi maupun globalisasi. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, sehingga sering kita jumpai remaja berusaha menonjolkan identitas pribadi atau kelompoknya. Peniruan terhadap figure figure tertentu dan menemukan tokoh tokoh idla yang digandrungi, seperti guru, ulama, pahlawan, bintang film atau penyanyi. Dalam beberapa kejadian, kita dapat temukan adanya kelompok remaja yang membentuk kelompok yang menonjolkan aktivitas penggunaan narkotika, minuman keras, kebut kebutan bahkan free seks. Naudzubillaahimindzalik.. 1. Kultural dan agama sebagai penentu penyesuaian diri Proses penyesuaian diri anak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipegaruhi oleh faktor faktor kutur dan agama. Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola penyesuaian diri. Contohnya tata cara kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.

Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama memberi tuntunan, konsep dan falsafah hidup yang meyakinkan dan benar. Oleh pemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan hidup, apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam hidup sehingga hidupnya di dunia tidak sia- sia. Dengan penemuan makna yang sebenarnya dari kehidupan manusia akan memiliki langkah langkah yang mantap, yakin dan tegar , tidak mudah terpengaruh oleh bujukan dan rayuan yang akan membawanya ke jurang kesengsaraan. 2.6 Permasalahan Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja Diantara persoalan terpentingnyan yang dialami oleh remaja dalam kehidupan sehari hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Masalah wajar yang berhubungan dengan orang tua antara lain berhubungan dengan : 1. Pelaksanaan tugas perkembangan dala hal mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua. Remaja ingin bebas menentukan tujuan hidupnya sendiri, sementara orang tua masih takut memberi tanggung jawab kepada remaja sehingga terus membayangi remajanya. 2. Kebutuhan kebutuhan akan perhatian, kasih sayang dari orang tua yang tidak selamanya dapat terpenuhi karena antara lain kesibukan dalam soal ekonomis orang tuanya. 3. Tugas tugas perkembangan yang bertentangan dengan kebergantungan secara ekonomis, khususnya dalam kelangsungan pendidikan atau sekolah. Kesemuanya menjadi bahan pemikiran dan dirasakan sebagai pengganggu hidupnya. Permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis kelurga seperti keretakan kelurga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup dirumah tangga yang retak , mengalami masalah emosi, tampak padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri, disamping kurng kepekaa terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelsah dibandingkjan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Masalah wajar yang berhubungan dengan diri atau pribadi remaja itu sendri antara lain : 1. Perasaan dan pikiran mengenai fisik (jasmani)nya. Ada bentuk badan yang diidam idamkan dan dipikirkan untuk dicapai. Diidamkannya bentuk badan atau wajah bintang film dalam poster poster atau majalah, yang dbandigkan dengan keadaan dirinya sendiri. 2. Sikap dan perasaan mengenai kemampuannya. Remaja ingin berhasil dalam mengerjakan sesuatu, sementara dirumah dan disekolah anak remaja tersebut sering kali menghadapi

kegagal;an dalam berbagai hal. Dirinya kadang kadang bersifat apatis dan merasa telah gagal. Ini terjadi pada masa remaja awal dan akhir. 3. Sikap pandangan diri terhadap nilai nilai. Akibat perkembangan kemampuan pikir, remaja memikirkan tentang nilai nilai, yang benar dan yang salah yang baik dan yang buruk yang patut dan tidak patut. Informasi tentang hal itu diterima dari lingkungannya. Tidak hanya masalah masalah yang berasal dari keluarga atau diri sendiri, remaja juga mendapatkan permasalahan yang berasal dari masyarakat ketika mereka melakukan proses penyesuaian diri. Masalah yang berhubungan degan masyarakat luas antara lan : 1. Pergaulan sehari hari dalam masyarakat luas, menatangkan masalah sejak remaja keluar dari ikatan keluarga, sejak memperluas pergaulan dari kelompok teman sebaya. 2. Persiapan dalam masa depan, sekolah dan jabatan menjadi bahan pemikiran.

Penyesuaian Diri Pada Remaja

Minggu, Agustus 09, 2009

Pemahaman penyesuaian diri pada remaja sangat penting dipahami oleh setiap remaja karena masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Setiap individu mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis. Maka dari itu situs belajar psikologi ini memberikan sedikit pemahaman tentang penyesuaian diri pada remaja. Seorang ahli bernama Schneiders ( Gunarso, 1989 ) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri dan dapat diterima oleh lingkungannya.Lebih jauh ia memberi pengertian bahwa penyesuaian diri itu baik atau buruk selalu melibatkan proses mental dan respon tingkah laku. Penyesuaian diri merupakan usaha-usaha individu untuk mengatasi kebutuhan dari dalam diri, ketegangan, frustasi, dan konflik serta untuk menciptakan keharmonisan atas tuntutantuntutan dalam dunia sekitar. Menurut Daradjat (1972) penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku agar terjadi hubungan yang selaras antara dirinya dan lingkungannya. Dikatakan

bahwa penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial. Penyesuaian diri pribadi adalah penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan percaya pada diri sendiri. Sedangakan penyesuaian sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam lingkungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya. Geringan (1986) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sendiri dengan keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya, Tentu saja hal ini tidak menimbulkan koflik bagi diri sendiri dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Hillgard (dalam Damayanti, 2002), individu mengadakan penyesuaian diri untuk menghilangkan konflik dan melepaskan rasa ketidak enakan dalam dirinya. Menurut Gunarso (1995) penyesuaian diri sebaiknya menjadi dasar dari pembetukan hidup dengan pola-pola yang berintegrasi tanpa tekanan emosi yang berarti. Katono (1980) mengartikan penyesuaian diri sebagi usaha untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan sehingga rasa bermusuhan, dengki, iri hati, pasangka, kecemasan, kemarahan sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dengannya terkikis habis. Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan seseorang. Setiap saat seseorang mempunyai kebutuhan penyesuaian diri, baik dengan dirinya sendiri antara kebutuhan jasmani dan rohani, maupun kebutuhan luarnya yaitu kebutuhan sosial. (Prastyawati, 1999). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk menyelaraskan kebutuhan dalam diri sendiri maupun dengan situasi diluar dirinya guna mendapatkan hubungan yang lebih baik serasi antara diri dan lingkungan yang dihadapinya. Pada masa penyesuaian diri ini peran orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan dalam melakukan penyesuaian diri untuk membangun jati diri yang baik. Orang tua bertugas untuk memberi tauladan dan mengawasi tindak tanduk tetapi tidak dengan mengekang semua kegiatanya, serta memberikan kebebasan yang bertanggung jawab, misalnya berilah kebebasan kepada anak anda untuk bergaul dengan siapapun dan dari strata manapun asalkan tidak membawa pengaruh yang buruk baginya. Orang tua hendaknya membiasakan anak untuk mengenal dengan baik lingkungan sekitarnya agar mereka mampu beradaptasi dengan baik dimanapun mereka berada. Orang tua hendaknya juga bisa menjadi teman bagi anaknya terutama pada masa remaja sehingga anak bisa terbuka tentang segala masalah yang dihadapinya, karena dengan itu orang tua mampu mengawasi secara tidak langsung kegiatan- kegiatan yang dilakukannya

MAKALAH PENYESUAIAN DIRI REMAJA DALAM SUATU LINGKUNGAN

PENDAHULUANI. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usia berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang sering disebut usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi perubahan juga pada dirinya baik secra psikis, fisik dan social (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat mengalami masa

krisis yang ditandai dengan kecerundungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. (Ekowarni,1993). Melihat kondisi tersebut jika tidak didukung kondisi lingkungan yang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai perilaku penyimpangan dan perbuatan-perbuatan yang negative yang dapat melanggar aturan dan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat diwilayah tertentu. Untuk itu, pada masa remaja dibutuhkan penyesuaian diri dimana pun dia akan berada. Penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi yang kontinyu antara diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia luar. Ketiga faktor ini secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik (Calhoun dan Acocella,1976). Dari diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada diri individu, tubuh, perilaku dan pemikiran serta perasaan. Orang lain yaitu orang-orang disekitar individu yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan individu. Dunia luar yaitu penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi individu Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980). Agar penyesuaian yang dilakukan terhadap lingkungan sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus menyelaraskan antara tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya, sehingga remaja mendapatkan kepuasan dan memiliki kepribadian yang sehat. Misalnya sebagian besar remaja mengetahui bahwa para remaja tersebut memakai model pakaian yang sama denga pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Untuk itu remaja harus mengetahui lebih banyak informasi yang tepat tentang diri dan lingkungannya. A. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut : 1. Penyesuaian Pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang

menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri. 2. Penyesuaian Sosial Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya samasama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. ]Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat. B. Pembentukan Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi. Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Lingkungan Keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulangulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman. Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut.

Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut. Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya. b. Lingkungan Teman Sebaya Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawankawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami polapola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya. c. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini

berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi. II. Rumusan Masalah Pada tahun-tahun pertama perkembangan anak di warnai dengan berbagai kegiatan mulai bersosialisasi dengan lingkungan sehingga pengetahuan dan perasaannya dapat berkembang. Masalah sebagai bagian dari kcbutuhan sescorang yang perlu di pccahkan Suharsini Arikunto (1993 : 22) 1. Bagaimana subjek menyesuaikan dirinya didalam tempat tinggal baru? 2. Bagaiman subjek menyesuaikan dirinya didalam keluarganya? 3. Bagaimana subjek menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolahnya? III. Tujuan Wawancara. Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, penulis membuat makalah tersebut guna untuk : 1. Mendeskripsikan penyesuaian diri di lingkungan tempat tinggal baru. 2. Mendeskripsikan penyesuaian diri dilingkungan keluarga. 3. Mendeskripsikan penyesuaian diri dilingkungan sekolah. IV. Metode Wawancara Metode wawancara yang digunakan dalam wawancara ini adalah semi terstruktur. Secara umum, pertanyaan yang digunakan dalam wawancara menggunakan pertanyaan terbuka dan tidak sepenuhnya berpedoman pada naskah pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya, pertanyaan yang akan diajukan tergantung pada konteks jawaban dari interview nantinya.

Namun, masih dalam batasan-batasan pertanyaan yang relevan dengan tujuan wawancara itu sendiri. I. Identitas Subjek Wawancara a. Nama : A W b. Umur : 20 tahun c. Universitas : swasta d. Fakultas : Farmasi e. Asal : Klaten f. Alamat : Yogyakarta II. Pelaksanaan Wawancara a. Tempat : Rumah A W, Yogyakarta b. Tanggal : 23 Mei 2009 c. Durasi : 54 menit.

PEMBAHASANI. Hasil Wawancara Dari wawancara yang telah dilakukan subjek mengidentifikasikan dirinya sebagai orang yang pemalu dalam lingkungan social. Sehingga rasa pemalu tersebut membuat dirinya sulit untuk mengajak berkenalan terlebih dahulu dengan orang yang baru saja ditemuinya. Subjek juga terkadang merasa tidak mudah menyesuaikan dirinya ditempat yang baru, tetapi subjek akan berusaha untuk menyesuaikan dirinya dilingkungan baru tersebut. Dalam lingkungan keluarga, subjek termasuk orang yang dekat dengan keluarganya. Subjek merasa nyaman berada dilingkungan keluarganya walaupun terkadang bertengkar sewaktu kecil akan tetapi subjek merasa nyaman berada dengan keluarganya. Dengan anggota keluarga baru pun subjek dapat menyesuaikan dirinya dengan baik walaupun pada dasarnya subjek adalah seseorang yang pemalu. Karena subjek menganggap orang baru tersebut adalah keluarganya. Dalam lingkungan sekolah / kampus, subjek akan berusaha menyesuaikan dirinya dengan orang yang baru subjek kenal dengan mengajak bicara dan subjek merasa nyaman berada dalam lingkungan

kelasnya karena orang-orang disekitarnya ramah dan baik. Subjek akan bersikap cuek dengan orang yang subjek tidak sukai. Namun, subjek berusaha untuk tidak mempunyai musuh dalam lingkungan kampusnya. II. Kesimpulan Subjek adalah seorang yang pemalu tetapi subjek dapat menyesuaikan dirinya dilingkungan sekitarnya dan dapat menempatkan dirinya dalam berbagai lingkungan sesuai dengan posisi dia dalam suatu lingkungan tersebut. Subjek akan berusaha untuk menyesuaikan dengan orang-orang yang baru dia kenal dengan mengajak bicara dan akan membuat suasana menjadi nyaman dengan beraktifitas yang membuat dia merasa nyaman apabila dalam suatu lingkungan yang baru tersebut subjek merasa nyaman Sehingga subjek dapat merasa nyaman dan tetap dapat berada di lingkungan tersebut.

LAMPIRAN WAWANCARANama : A W Umur : 20 tahun universitas : swasta Fakultas : Farmasi Asal : Klaten

A. Lingkungan tempat tinggal a. Tanya : Apakah anda pemalu? Jawab : Ya, saya pemalu b. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang suka mengajak orang berkenalan terlebih dahulu? Jawab : Kadang-kadang c. Tanya : Apak anda termasuk orang yang suka menyapa orang yang belum anda kenal apabila bertemu? Jawab : Ya d. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang susah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan?

Jawab : Kadang-kadang e. Tanya : Faktor- faktor apakah yang menyebabkan anda susah untuk menyesuaikan diri? Jawab : Karena saya anaknya pemalu, tidak pedean, kadang agak bingung untuk memulai suatu pembicaraan. f. Tanya : Pernah langsung dapat menyesuaikan diri? Jawab : Pernah g. Tanya : Apa sebabnya anda merasakan gampang menyesuaikan diri? Jawab : Karena orang yang saya ajak kenalan itu orangnya ramah, tidak cuek, tidak jutek, sehingga enak untuk diajak kenalan. h. Tanya : Apa anda pernah merasa bosan di kost? Jawab : Iya, apalagi saat di kost gak ada teman. i. Tanya : Usaha apa yang dilakukan anda pada saat merasa bosan di kost? Jawab : Saya melakukan aktifitas yang membuat saya tidak merasa kesepian. B. Lingkungan keluarga a. Tanya : Apakah anda merasa dekat dengan keluarga? Jawab : Iya, saya termasuk orang yang dekat dengan keluarga. b. Tanya : Apakah anda sering tidak nyaman dengan keluarga anda? Jawab : Tidak c. Tanya : Apakah orang tua anda selalu menekan anda setiap melakukan sesuatu? Jawab : Tidak, orang tua saya terserah dengan semua kegiatan yang saya lakukan. d. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang betah tinggal di dalam rumah? Jawab : Ya e. Tanya : Apakah anda sering bertengkar dengan saudara anda? Jika iya, apa penyebabnya? Jawab : Iya, tapi dulu. Kalo sekarang sudah tidak lagi, karena saya sudah besar.

f. Tanya : Apakah anda langsung dekat dengan hadirnya anggota keluarga yang baru?apa sebabnya? Jawab : Iya, karena saya sudah merasa sudah menjadi keluarga, makanya langsung bisa agak dekat. g. Tanya : Bagaimana penyesuaian anda terhadap anggota keluarga yang baru? Jawab : Saya berusaha untuk mengajak ngobrol walaupun saya anaknya pemalu tapi saya akan berusaha untuk mengajak berbincang. h. Tanya : Pernah merasa tertekan dengan keputusan keluarga?kalau iya, kenapa? Jawab : Iya , pada saat saya harus menuruti keputusan orang tua saya padahal saya tidak menginginkan keputusan itu. C. Lingkungan sekolah a. Tanya : Apakah anda mempunyai banyak teman di sekolah? Jawab : Iya, saya punya banyak teman di sekolah. b. Tanya : Apakah dengan teman sekolah mudah menyesuaikan diri? Jawab : Iya, karena teman saya di kuliah baik-baik, enak diajak berteman, ramah-ramah c. Tanya : Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan teman yang baru anda kenal? Jawab : Saya berusaha untuk mempunyai banyak teman dengan bersikap ramah dan tidak membeda-bedakan teman d. Tanya : Apakah anda merasa mempunyai musuh? Jawab : Tidak, tetapi saya mempunyai teman yang agak saya tidak sukai e. Tanya : Bagaimana bila anda bertemu dengan teman anda itu? Jawab : Ya saya cuekin aja f. Tanya : Apa yang anda rasakan apabila anda masuk dalam komunitas yang tidak anda kenal, misal ikut kuliah dengan kelas lain? Jawab : Saya merasa asing, gak comfort, agak terganggu. g. Tanya : Apakah lingkungan yang tidak nyaman mempengaruhi prestasi anda dan minat belajar anda?

Jawab : Kadang-kadang h. Tanya : Apa yang anda lakukan agar tetap bisa bertahan dalam komunitas itu? Jawab : Saya berusaha untuk mengenal satu sama lain dan tetap berusaha agar merasa nyaman dan betah di komunitas itu.

Makalah Perkembangan Peserta DidikREP | 25 October 2010 | 19:21 Dibaca: 18588 Komentar: 0 Nihil

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK1. Memahami hakikat perkembangan anak didik 2. Memahami konsep dan implikasi perkembangan biologis dan perseptual anak Disusun Oleh : Nama : Dhini Ferry HidayahNIM : K7110517

Kelas : 1A UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FKIP UNS KAMPUS VI KEBUMEN TAHUN 2010

Kata PengantarPuji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Dr. H. Y. Padmono selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan ilmu dan bimbingan sebelum pembuatan makalah ini

Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang sudah sangat membantu dalam terselesaikannya makalah ini Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung juga membantu dalam pembuatan makalah iniHarapan penulis semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat membuat bakat dan kreativitas kita sebagai calon guru sekolah dasar dalam bidang tulis menulis semakin bertambah Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih baik dimasa yang akan dating. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya.

PENDAHULUANA. Latar Belakang Pembuatan makalah ini didasarkan karena adanya mata kuliah Pendidikan Peserta Didik yang mengharuskan setiap mahasisiwa S1 program studi PGSD Universitas Sebelas Maret untuk dapat menyumbangkan karyanya minimal 1 artikel ataupun makalah disetiap akhir penutupan Kompetensi Dasar. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan? 2. Apa maksud dari anak adalah totalitas? 3. Apa maksud perkembangan sebagai proses holistic? 4. Apakah yang dimaksud kematangan dan pengalaman? 5. Apakah yang dimaksud kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan? 6. Bagaimana perkembangan biologis dan perseptual anak? 7. Apakah pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan anak? C. Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anak adalah totalitas

3. Mengetahui maksud perkembangan sebagai proses holistic 4. Mengetahui arti kematangan dan pengalaman 5. Mengetahui arti kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan 6. Mengetahui perkembangan biologis dan perseptual anak 7. Mengetahui pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan anak

PEMBAHASANA. Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu. Konsep pertumbuhan mempunyai makna luas, mencangkup segi-segi kuantitatif dan kualitatif serta aspek-aspek fisik-psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan, kematangan dan belajar atau pendidikan dan latihan. Belajar atau pendidikan menunjukkan kepada perubahan pola-pola sambutan atau perilaku dan aspek-aspek kepribadian tertentu sebagai hasil usaha individu atau organisme yang bersangkutan dalam batas-batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa perubahan-perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar itu berlangsung secara intensional atau dengan sengaja diusahakan oleh individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambahan waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan. Pertumbuhan terbatas pada perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (menuju ke arah yang lebih sempurna). Perubahan-perubahan aspek fisik dapat diidentifikasikan relative lebih mudah manifestasinya karena dapat dilakukan pengamatan langsung seperti tinggi dan berat badan, tanggal dan tumbuhnya gigi dan sebagainya. Lain halnya dengan segi-segi psikis yang relative sulit diidentifikasi karena kita hanya mengamati dan sampai batas tertentu. Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis. Perkembangan juga bertalian dengan beberapa konsep pertumbuhan (growth), kematangan (maturation), dan belajar (learning) serta latihan (training).. Perkembangan individu dapat ditujukan dengan munculnya atau hilangnya, bertambah atau berkurangnya bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat psikofisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang sampai batas tertentu dapat diamati dan diukur dengan mempergunakan teknik dan instrument yang sesuai. Contoh perkembangan proses berpikir, kemampuan berbahasa dan lain-lain.

B. Anak Sebagai Suatu Totalitas Konsep anak sebagai suatu totalitas mengandung tiga pengertian, yaitu : 1. Anak adalah makhluk hidup yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Sebagai suatu totalitas, anak dipandang sebagai makhluk hidup yang utuh, yakni sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek fisik dan psikis anak tersebut tidak dapat dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu anak dipandang sebagai suatu individu. Dalam hal ini kita tidak akan memandang anak sebagai kumpulan organ-organ misalnya ada kepala, kaki, tangan, dan bagian tubuh yang terpisah satu sama lain. 2. Keseluruhan aspek anak saling terjalin satu sama lain Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara terintegrasi saling terjalin dan memberikan dukungan satu sama lain. Sebagai misal, anak yang dimarahi orang tuanya bisa tidak berselera makan, anak yang sedang sakit nafsu makannya berkurang dan lain-lain. Contoh tersebut mengilustrasikan adanya keterkaitan dan perpaduan dalam proses kehidupan dan aktivitas anak. Reaksi-reaksi psikis anak selalu disertai dengan reaksi fisiknya, begitu pula sebaliknya. 3. Anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar fisik, tetapi secara keseluruhan. Anak bukan miniature orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya bisa berbeda dengan orang dewasa, baik dalam segi fisik, cara berfikir, rasionalitas, daya pikir maupun pola pikirnya. Jadi jangan memaksa anak sesuai dengan yang kita inginkan karena anak itu juga mempunyai dunianya sendiri. Biarlah mereka menjadi diri mereka sendiri, suatu saat dengan kematangan dan pengalaman mereka akan menjadi dewasa. C. Perkembangan sebagai Proses Holistik dari aspek biologis, kognitif, dan psikososial. Sesuai dengan konsep anak sebagai suati totalitas atau sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistik). Artinya perkembangan terjadi tidak hanya dalam aspek tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin satu sama lain. Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat dikelompokkan ke dalam 3 domain, yaitu : 1. Proses Biologis Proses biologis atau perkembangan fisik mencangkup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon,

organ-organ indrawi, dan sejenisnya. Perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau keterampila motorik dan perkembangan seksual juga dikelompokkan ke dalam domain ini. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencangkup perubahan fisik karena kecelakaan, sakit, atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya. 2. Proses Kognitif Proses ini melibatkan perubahanperubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran bahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman merefleksikan peran kognitif dalam perkembangan anak. 3. Proses Psikososial Proses ini melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Misalnya saja jika seorang anak mengalami gangguan pendengaran maka dia dapat mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa dikarenakan tidak adanya kata-kata yang dapat masuk dan dicerna di otaknya. D. Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan (readiness) dari suatu fungsi (psikofisis) untuk menjalankan fungsinya.Pengalaman adalah peristiwa-peristiwa yang dialami individu dalam interaksi dengan lingkungan. Kematangan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, pola asuh dan kesempatan yang diberikan. Secara usia anak yang berusia 7tahun harusnya memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan usia 6tahun. Namun pengalaman menjadi berbeda ketika pola asuh yan diberikan berbeda E. Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan Perkembangan dari segi kesinambungan menjelaskan bahwa perkembangan merupakan perubahan kumulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia. Perkembangan adalah perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam proses perkembangan ini terjadi penambahan maupun pengurangan keterampilan yang akan dikombinasikan dengan keterampilan yang sudah ada untuk menghasilkan perilaku yang semakin kompleks.

Sedangkan dari segi ketidaksinambungan menganggap bahwa perkembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda. Dalam hal ini perkembangan individu dianggap berlangsung melalui terjadinya perubahan yang relatif tiba-tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya. F. Perkembangan Biologis dan Perseptual Anak 1. Perkembangan Fisik a. Tinggi dan Berat Badan Pertumbuhan fisik pada usia SD cenderung lebih lambat dan relatif konsisten. Laju perkembangan seperti ini berlangsung sampai terjadinya perubahan-perubahan besar pada awal masa pubertas. Kaki anak lazimnya menjadi lebih panjang dan tubuhnya menjadi lebih kurus. Massa dan kekuatan otot anak secara bertahap terus meningkat di saat semakin menurunnya kadar lemak bayi. Selama usia SD ini, kekuatan fisik anak lazimnya meningkat dua kali lipat. Gerakan-gerakan lepas pada masa sebelumnya sangat menbantu pertumbuhan otot ini. b. Proporsi dan Bentuk Tubuh Anak SD kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas-kelas akhir SD, lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan. Berdasarkan tipologi Sheldon ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD. Tiga bentuk primer tubuh tersebut adalah : 1) Endomorph, yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar 2) Mesomorph, yakni yang kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar 3) Ectomorph, yakni yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak berotot 2. Perkembangan Perseptual Persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi. a. Persepsi Visual Adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan dan sangat mengutamakan peran indra penglihatan dalam proses perseptualnya. Dilihat dari dimensinya, ada enam jenis persepsi visual yang dapat dibedakan, yakni :

1) Persepsi Konstanitas Ukuran Adalah kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap objek memiliki suatu ukuran yang konstan meskipun jaraknya berbeda. Contohnya anak mampu mempersepsikan bahwa bahwa jalan dipegunungan itu sama lebarnya tetapi ketika digambar semakin jauh semakin kecil. Anak yang sudah mengerti tentang konsep ini akan menjawab bahwa ini berkaitan dengan jarak, tetapi yang belum mengerti mereka akan menjawab dengan sekenanya Emang dari dulu gambarnya gitu bu !. 2) Persepsi Objek atau Gambar Pokok dan Latar Persepsi ini memungkinkan individu untuk menempatkan suatu objek yang berada atau tersimpan pada suatu latar yang membingungkan. Kemampuan ini akan terlihat dalam gambar anak. Misalnya kemampuan anak dalam menggambar gambar yang tertutup oleh gambar lain. 3) Persepsi Keseluruhan dan Bagian Merupakan kemampuan untuk membedakan bagian-bagian suatu objek atau gambar dari keseluruhannya. 4) Persepsi Kedalaman Kemampuan seseorang untuk mengukur jarak dari posisi tubuh ke suatu objek.persepsi ini memerlukan ketajaman visual yang baik 5) Persepsi Tilikan Ruang Merupakan kemampuan penglihatan untuk mengidentifikasi, mengenal, dan mengukur dimensi 6) Persepsi Gerakan Melibatkan kemampuan memperkirakan dan mengikuti gerakan atau perpindahan suatu objek oleh mata. Kemampuan persepsi ini juga sudah mulai dikembangkan sejak bayi terhadap gerakan horizontal, disusul terhadap gerakan vertikal, gerakan diagonal, dan terakhir terhadap gerakan berputar. b. Persepsi Pendengaran Persepsi pendengaran merupakan pengamatan dan penilaian terhadap suara yang diterima oleh bagian telinga. Seperti halnya persepsi penglihatan, perkembangan persepsi pendengaran mencakup beberapa dimensi, yaitu: persepsi lokasi pendengaran, persepsi perbedaan terhadap suara-suara yang mirip, dan persepsi pendengaran pokok dan latarnya.

1) Persepsi Lokasi Pendengaran Persepsi ini berkenaan dengan kemampuan mendeteksi tempat munculnya suatu sumber suara. Misalnya, kalau si anak dipanggil dari sebelah kiri, maka ia menenggok ke sebelah kiri; kalau ada pada langit langit ada suara yang menakutkan, maka ia memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara tersebut 2) Persepsi Perbedaan 3) Persepsi Pendengaran Utama dan Latarnya Kemampuan untuk memperhatikan suara-suara tertentu dengan mengabaikan suara-suara lain yang tidak berhubungan. Misalnya kita perlu mendengarkan suara guru yang sedang mengajar sambil mengabaikan suara-suara gaduh yang datang dari luar kelas. G. Faktor Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan Anak Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Faktor Hereditas Faktor hereditas ada dalam diri manusia itu sendiri. Disini terjadi totalitas karakter dari orang tua kepada anak, dari sini pula kepribadian anak mulai terbentuk karena didikan orang tua. b. Faktor Lingkungan Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak diajarkan tentang nilai-nilai budaya setempat.Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan. Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.

Diantara kedua faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.


Recommended