5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 1/34
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 09-02-2004
Umur : 7 tahun 8 bulan
Pendidikan : SD kelas 1
Agama : Islam
Alamat : Jl. Nirbaya 99 tatakota no 121 Pontianak
Tanggal Masuk RS : 17 Januari 2011
IDENTITAS ORANG TUA
Data Orang Tua Ayah Ibu
Nama
Umur
Perkawinan ke
Umur saat menikah
Pekerjaan
PendidikanPangkat
Agama
Suku Bangsa
Tn.Pujo
39 Tahun
1
31 Tahun
TNI AD
SMA TamatKoptu
Islam
Jawa
Ny. Neni
29 Tahun
1
21 Tahun
Ibu Rumah Tangga
SMA Tamat-
Islam
Jawa
II. ANAMNESIS
Alloanamnesa dari ibu pasien pada tanggal 27 Oktober 2011
Keluhan Utama : Biru pada bibir, ujung-ujung dari kedua jari kaki
dan tangan.
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan rujukan dari RS. Kesdam Pontianak dengankeluhan tampak kebiruan pada bibir, ujung-ujung dari kedua jari kaki dantangan setelah menangis. Keluhan mulai disadari sejak 7 tahun yang lalu,saat pasien berusia 6 bulan. Keluhan biru terutama timbul ketika pasiensedang menangis, setelah makan, dan saat lelah bermain. Keluhan juga
muncul apabila pasien berada di ruangan yang panas. Awalnya keluhankebiruan dapat menghilang bila pasien sudah tenang, namun semakin lama
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 2/34
2
warna kebiruan pada bibir dan ujung jari tangan dan kaki menetap, dantidak pernah sampai menghilang, meskipun pasien dalam keadaan tenang.
Menurut keterangan ibu pasien, terkadang pasien tampak lemas,lalu napasnya menjadi cepat, berkeringat, dan keluhan kebiruan pun
memburuk. Keluhan dapat muncul sewaktu-waktu, baik saat pasien sedangtertidur, sehabis makan, maupun saat pasien sedang bermain. Saat keluhanmuncul, ibu pasien tidak memposisikan pasien dalam posisi tertentu,hanya menggendong dan mencoba menenangkan pasien.
Sejak lahir sampai usia 6 bulan, pasien tumbuh dengan cukup baik.Berat badan pasien dikatakan selalu bertambah setiap bulannya. Namunsetelah usia 6 bulan, ibu pasien merasa bahwa berat anaknya sulitbertambah. Nafsu makan pasien dikatakan berkurang, dan pasien hanyabisa makan dengan porsi yang sedikit setiap kali makan. Bila makan buburatau nasi yang dilunakkan hanya bisa menghabiskan rata-rata 3 sendok makan biasa. Pasien tidak suka biskuit, sehingga ibu pasien sering
memberi cemilan berupa buah dan susu untuk mengisi kekurangan asupanmakan pasien.
Saat usia 6 bulan, pasien sering mengalami batuk dan pilek,sehingga ibu pasien membawanya ke dokter untuk berobat. Saat diperiksa,di RS Kesdam Pontianak dokter mengatakan ada gangguan pada
jantungnya, sehingga pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah dilakukan berbagaipemeriksaan, awalnya dokter mendiagnosis penyakit pasien dengan PAVSD, kemudian dokter menyarankan untuk operasi.
Pada tahun 2009, pasien berusia 5 tahun dilakukan operasi BTshunt kanan di RSPAD Gatot Soebroto. Pada tahun 2010, pasien berusiapasien 6 tahun, dilakukan operasi BT shunt kiri di RSPAD Gatot soebroto.Kemudian dokter mendiagnosis pasien menjadi Tetrallogy of Fallot (TOF)dan pada 10 November 2011 akan dilakukan operasi koreksi total jantung.
Keluhan pasien tanpa disertai demam, tidak ada mual, tidak adamuntah. Pasien juga tidak pernah mengalami serangan sesak yang berat,dan tidak pernah sampai terjadi penurunan kesadaran.
Pasien sudah dirawat di IKA 2 RSPAD Gatot Soebroto selama 43hari, dan telah dilakukan berbagai pemeriksaan. Selama masa perawatankondisi pasien stabil, namun pasien kurang nafsu makan, sehingga beratbadan pasien tidak bertambah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah berobat ke RS. Kesdam Pontianak dan dinyatakan
menderita kelainan pada jantung, pasien tidak dirawat. Namun, pasien
dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pasien
sudah menjalani tindakan operasi 2 kali.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa seperti pasien.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 3/34
3
Riwayat Kehamilan Ibu
Selama hamil, ibu pasien melakukan pemeriksaan kandungannya
secara rutin di bidan. Saat usia kehamilan 4 minggu, ibu pasien pernah
mengalami flek, dan dikatakan bahwa kandungannya lemah. Saat itu ibu
pasien diberikan obat dan vitamin, dan keluhan flek pun menghilang.
Sejak sebelum hamil, selama hamil, sampai saat ini, ibu pasien tak
pernah meminum minuman keras (alkohol), tidak merokok, dan tidak
menggunakan obat-obatan terlarang. Ibu pasien juga tidak pernah
dilakukan pemeriksaan USG selama hamil.
Sebelumnya ibu pasien pernah mengalami keguguran pada usia
kehamilan 4 bulan karena kandungan ibu lemah dan dilakukan kuret.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir tunggal, SC karena sungsang bokong di rumah sakit,ditolong oleh dokter. Kehamilan kurang bulan. Saat dilahirkan pasien
langsung menangis kuat. Tidak ada trauma selama proses melahirkan.
Berat lahir : 2500 gram
Panjang Lahir : 51 cm
Kelainan bawaan : Tidak tahu
Pasien anak pertama dari 1 anak.
Riwayat Perkembangan
Gigi pertama : 10 bulanMotorik kasar: - Tengkurap : 6 bulan
- Duduk : 8 bulan
- Merangkak : 20 bulan
- Berdiri sendiri : 24 bulan
- Berjalan sendiri : 24 bulan
Motorik halus: - Memegang dengan jempol dan telunjuk : 12 bulan
- Mencorat-coret : 4 tahun
- Menyusun menara dari 2 kubus : 2 tahun
- Menyusun menara dari 4 kubus : 2,5 tahun
- Menyusun menara dari 8 kubus : 3 tahun
- Sosial : - Menirukan kegiatan : 12 bulan
- Minum dari cangkir : 13 bulan
- Membantu di rumah : 6 tahun
- Menggunakan sendok garpu : 14 bulan
- Membuka pakaian : 3 tahun
- Bahasa : - Mengucapkan 1 kata : 12 bulan
- Mengucapkan 2 kata : 14 bulan
- Mengucapkan 3 kata : 24 bulan
- mengartikan kata-kata : 3 tahun
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 4/34
4
Kesan : Perkembangan anak tidak sesuai umur.
Riwayat Makanan
Umur
(bulan)
ASI /PASI Buah Biskuit Bubur
Susu
Nasi Tim
0-2
2-4
4-6
6-8
8-10
10-12
+/-
+/-
+/-
+/+
+/+
+/+
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
+
+
Batas 1 tahun
Jenis Makanan Frekuensi
Nasi
Sayuran
Daging
Telur
Ikan
Tahu
Tempe
Susu
Setiap hri, @2x/hari @ 2 sendok makan
Setiap hari, @2x/hari @ 1/2 sendok sayur
1x/minggu,@1x/hari @ ¼ potong sedang
3x/minggu, @2x/hari @ 1/2 butir
2x/minggu, @2x/hari @ 1/4 potong sedang
4x/minggu, @2x/hari @ 1 potong sedang
4x/minggu, @2x/hari @ 1 potong sedang
Setiap hari, @4x/hari @ 60 cc, dan ASI sesuai
keinginanKesan : Kualitas makanan cukup dan kuantitas makanan kurang
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi I II III IV Ulangan
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kesan : imunisasi dasar lengkap, imunisasi ulangan dilakukan saat kelas 1
Sekolah Dasar.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 5/34
5
Riwayat Keluarga
Corak reproduksi ibu/keadaan anak
No Tanggal
lahir (umur)
Kelamin Hidup Lahir
mati
Abortus Mati/
sebab
Keterangan
kesehatan/
pendidikan
1 4 bulan - - - 2 09/02/2004 Laki-laki SD kelas 1
Riwayat yang pernah diderita :
ISPA (saat usia 6 bulan)
Alergi disangkal
Asma disangkalCacingan disangkal
Demam typoid disangkal
Demam berdarah disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 27 Oktober 2011
Keadaan Umum : Baik , tenang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
Nadi = 96 x/menit (reguler, isi cukup, equal)
Pernapasan= 22 x/menit
Suhu = 36,8ºC (aksilla)
Berat badan : 15 Kg
Tinggi badan : 107 cm
Berat badan ideal : 18,5 kg/m2 (berdasarkan BB/TB)
Status Gizi : BB/U = 15/ 24,9 x 100% = 60,24 %
(gizi kurang/ mild PEM )
TB/U = 107/125 x 100% = 85,6 %
(gizi kurang/ mild PEM )BB/TB = 15/18,5 x 100% = 81,08 %
(mild malnutrition)
Status Generalisata
Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar sudah menutup, datar,
deformitas tak ada.
Rambut : Hitam, distribusi tidak merata, tidak mudah dicabut.
Kulit : Sawo matang, tidak anemis, tidak ikterik, tidak sianosis
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 6/34
6
Mata : Palpebra kanan dan kiri tidak cekung dan tidak udem,
Konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, sklera kanan dan
kiri tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih, pupil bulat
isokor Ø 2 mm/ 2 mm, Reflek cahaya langsung dan tidak
langsung kanan dan kiri positif normal, lensa kanan dan
kiri normal.
Telinga : Bentuk daun telinga kanan dan kiri normal, liang telinga
kanan dan kiri tidak terdapat serumen dan tidak terdapat
cairan, membran timpani kanan dan kiri intak.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, nafas cuping
hidung tidak ada, sekret tidak ada.
Mulut : Bentuk normal, mukosa bibir basah, tampak sianosis.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang.
Leher : Bentuk simetris, trakea ditengah, kelenjar getah beningtidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, JVP tidak
meningkat.
Thoraks : Bentuk normal, gerak simetris saat statis dan dinamis,
retraksi tidak ada.
Paru-paru
- Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis, retraksi suprasternal
dan subkosta tidak ada.
- Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada
rhonki.
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga 5 garis midklavikula kiri,
tidak kuat angkat, tidak ada thrill
- Perkusi : Batas kanan jantung di sela iga 4 garis parasternal kanan
Batas kiri jantung di sela iga 5 garis midklavikula kiri
Batas atas jantung di sela iga 2 garis sternal kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada gallop, terdapat
murmur sistolik dengan intensitas bising derajat 3/6 dan
pungtum maksimum di sela iga 2 garis parasternal kiri
dengan penjalaran sepanjang tepi kiri sternum sampai di
sela iga 3 garis parasternal kiri.
Abdomen
- Inspeksi : Datar, tidak ada venektasi, tidak ada massa
- Auskultasi : Bising usus positif normal
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 7/34
7
- Palpasi : Supel, turgor kulit cukup, nyeri tekan tidak ada, hepar tak
teraba, lien tak teraba, ballotement tidak ada, kandung
kemih tidak penuh.
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, asites tidak ada, nyeri
ketok sudut kostovertebra tidak ada.
Ekstremitas : tampak sianosis pada kuku jari kedua tangan dan kaki,
tidak ada udem, akral hangat, perfusi perifer baik, terdapat
jari tabuh (clubbing finger ).
Genital : Bentuk normal, testis (+).
Pemeriksaan Neurologis
Reflek fisiologis
- Reflek Bisep : +/+ normal
- Reflek Trisep : +/+ normal
- Reflek Patella : +/+ normal- Reflek Archilles : +/+ normal
Reflek patologis
- Reflek Babinski : -/- normal
- Reflek Oppenheim : -/- normal
- Reflek Scehaefer : -/- normal
- Reflek Chaddock : -/- normal
Tanda rangsang meningeal
- Kaku kuduk : -
- Brudzinski I : -- Brudzinski II : -
- Kernig : -
Kekuatan Motorik : Superior 5/5, Inferior 5/5
Tonus otot : cukup baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
PEMERIKSAAN 03-03-2010 08-08-2011 17-10-2011 Rujukan
Hemoglobin 13,6 18,7 18,5 12-16 g/dL
Hematokrit 43 55 55 37-47 %
Eritrosit 5,5 6,9 7,0 4.3 – 6.0 jt/uL
Leukosit (1-6 thn) 10900 8900 9000 5000-14500/uL
Trombosit 215000 291000 308000 150000-400000/uL
Protombin time 15”K 12”
APTT 38”K 32”
MCV 79 78 80-96 fL
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 8/34
8
MCH 27 24 27-32 pg
MCHC 34 34 32-36g/dL
Basofil 0 0 0-1 %
Eosinofil 2 1 1-3 % Netrofil Batang 0 2 2-6 %
Netrofil Segmen 45 55 50-70 %
Limfosit 44 37 20-40 %
Monosit 9 5 2-8 %
Protrombin time 9,8-12,6 detik
APTT 31,0-47,0 detik
Imuno Serologi
HbsAg rapid on reaktif
Anti HBs rapid on reaktif
Protein total 7,1 7,2 6 – 8,5 g/dL
Albumin 4,1 4,5 3,5 – 5,0 g/dL
Globulin 3,0 2,7 2,5 – 3,5 g/dL
Bilirubin Total 1,9 1,7 < 1,5 mg/dL
Bilirubin Direk 0,4 0,5 < 0.3 mg/dL
Bilirubin Indirek 1,5 1,2 < 1.1 mg/dL
SGPT (ALT) 15 19 < 35 U/L
SGOT (AST) 43 48 < 40 U/L Ureum 20 43 32 20-50 mg/dL
Kreatinin 1,4 0,5 0,5 0.5-1.5 mg/dL
Asam Urat 7,2 6,5 3.6-7.4 mg/dL
Natrium 140 Material
kurang
135-145 mEq/L
Kalium 4,4 3.5-5.3 mEq/L
Klorida 105 93 97-107 mEq/L
Glukosa sewaktu 98 100 86 <140 mg/dL
nalisa gas darah
PH 7,43 7,37-7,45
PCO2 33,8 32 – 46 mmHg
PO2 41,9 71-104 mmHg
HCO3 22,0 21-29 mEq/L
Base axces -1,5 -2,+2 mEq/L
O2 saturation 79,6 94-98%
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 9/34
9
Kateterisasi Jantung (tanggal 02-06-2008 di RSPAD GS)
Hasil : Telah dilakukan kateterisasi jantung melalui vena femoralis kanan selama
dalam tindakan os dalam anestettika dormikum dan ketalar tidak terdapat
komplikasi selama tindakan.
RV grafi :
Kateter mengisi RV, terdapat pulmoinal atresia, kontras mengisi aorta (right
atrium), arteri pulmonal kanan bawah terlihat dengan MAPCAs dari arteri
subklavia kanan arteri pulmonalis kiri dari aorta descenden.
Kesimpulan : Pulmonal Atresia
Echocardiografi (tanggal 02-06-2009 di RSPAD GS)
2 atrium, 2 ventrikel, pulmonal arteri, RPA 0,8 LPA 0,4.
Kesimpulan : PA, VSD post BT shunt kiri
Rontgen Thorax (tanggal 06-01-2010 di RSPAD GS)
Kesan : Pulmo tak tampak kelainan, kardiomegali sesuai VSD, apeks terangkat,
arteri pulmonal cekung.
MSCT Scan (08-02-2010 di RSPAD GS)
Kesan : Tetrallogy of fallot post BT shunt dengan oklusi parsial pada setinggi
VTh4, masih tampak vaskularisasi pada arteri pulmonalis dekstra, collateralisasi
aorta thorakalis descendens ke aorta pulmonalis sinistra pada setinggi thorakal 8.
Elektrokardiografi (02-03-2010 di RSPAD GS)
Kesan : Sinus rhythm, HR 100 x / menit, right ventricular hypertrophy.
Laporan operasi TOF pasca BT shunt (kanan) MAPCAS ( 09-01-2010 di
RSPAD GS)
Pasien terlentang diatas meja operasi, dilakukan induksi, pemasangan cvp
Posisi RLD dilakukan a dan antiseptik 8 drepping
Insisi posterolateral toracotomi sesuai dengan prosedur
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 10/34
10
Temuan intraoperasi terdapat mapcas diameter 0,3 mm distal LPA besar mengecil
diproksimalnya. Diputuskan untuk melakukan operasi ligasi mapcas dan LBT
shunt diameter 3 mm
Saturasi sebelum LBT shunt & ligasi 80-85 % pasca ligasi 83% dengan FiO2 50%
Perdarahan diatasi, luka operasi ditutup lapis demi lapis
Operasi selesai.
Echocardiografi (17/06/2011 di RSPAD GS)
IVS gap 0,2 dengan overidding aorta 50%, pada CFM R-L shunt pada level VSD,
left ventrikel besar dengan diameter sama dengan RV
Kesimpulan : TOF, 2x BT shunt, pertumbuhan LV baik
Anjuran: CT scan evaluasi pertumbuhan pulmonal arteri.
MSCT Scan (11-07-2011 di RSPAD GS)
Situs solitus, AV concordans, VA concordans, Tampak VSD subaortic dengan
diameter 1,47, Rv berhubungan dengan aorta melalui VSD, Aorta thorakalis
ascendens dan arcus aorta melebar dengan diameter 3,15 cm, Aorta thorakalis
descendens dalam batas normal, Tampak infundibulum pulmo selanjutnya tampak
cabang ke RPA dengan diameter 0,68 dan LPA ke inferior dengan diameter 1,55
cm tidak tampak cabang ke LPA superior. Persisten left canal vein dengan
drainase langsung ke sinus koronarius, left ventrikel tampak lebih besar dari right
ventrikel, dinding right ventrikel lebih tebal dari left ventrikel.
Hemithoraks kanan kiri simetris, corakan vaskuler dalam batas normal. Tidak tampak infiltrat atau nodul/ lesi patologis lain pada kedua hemithoraks.
Tidak tampak pembesaran KGB para tracheal, retrocaval, subcarinal, hilus kanan
kiri maupun mediastinum anterior.
Hepar, kandung empedu, pankreas dan lien yang tervisualisasi tak tampak
kelainan.
V. RESUME
Pasien anak laki-laki berusia 7 tahun 8 bulan dengan berat badan15 kg dan tinggi badan 107 cm datang dengan rujukan dari RS Kesdam
pontianak dengan keluhan biru pada bibir, ujung-ujung dari kedua jari kakidan tangan.
Keluhan baru disadari keluarga saat usia 6 bulan yaitu biru pada
bibir dan ujung jari kedua tangan dan kaki setelah menangis. Keluhan biru
terutama timbul ketika pasien sedang menangis, setelah makan, dan saat
lelah bermain. Terkadang pasien tampak lemas, lalu napasnya menjadi
cepat, berkeringat, dan keluhan kebiruan pun memburuk. Keluhan dapat
muncul sewaktu-waktu. Nafsu makan menurun. Ibu pasien mengantar
anaknya berobat karena batuk pilek ke RS Kesdam Pontianak, namun
dikatakan ada gangguan pada jantungnya, karena keterbatasan alat pasien
di rujuk ke RSPAD GS. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 11/34
11
mengatakan pasien memiliki penyakit jantung bawaan yaitu PA VSD dan
dokter menyarankan operasi BT shunt kanan, satu tahun kemudian pasien
dilakukan operasi BT shunt kiri. Dan dokter mendiagnosis pasien menjadi
Tetralogy of Fallot, dan saat ini pasien akan dilakukan operasi jantung
yang ketiga yaitu koreksi total jantung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sianosis pada bibir, dan ujung-
ujung dari kedua jari tangan dan kaki. Pada auskultasi jantung didapatkan
murmur sistolik dengan intensitas bising derajat 3/6 dan pungtum
maksimum di sela iga 2 garis parasternal kiri dengan penjalaran sepanjang
tepi kiri sternum sampai di sela iga 3 garis parasternal kiri. Pada
ekstremitas kanan dan kiri didapatkan jari tabuh.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan peningkatan
kadar hematokrit dan eritrosit. Pada rontgen thorax tampak segmen
pulmonalis cekung, apeks jantung terangkat, dan kardiomegali. Padakateterisasi jantung didapatkan kesan pulmonal atresia. Dilakukan BT
shunt (kanan) dan MAPCAs. Satu tahun kemudian dilakukan BT shunt kiri
dan ligasi MAPCAs, karena pada temuan intraoperasi terdapat MAPCAs
diameter 0,3 mm distal LPA besar mengecil diproksimalnya. Kemudian
dilakukan echocardiografi didapatkan kesan PA, VSD post BT shunt kiri.
Dilakukan MSCT scan didapatkan tetrallogy fallot post BT shunt dengan
oklusi parsial VTh. Dilakukan Echokardiografi didapatkan overidding
aorta 50%, pada CFM R-L shunt pada level VSD, left ventrikel besar
dengan diameter sama dengan RV kesan Tertrallogi fallot 2 kali BT shunt,pertumbuhan LV baik. Dilakukan MSCT Scan didapatkan kesan
Tetrallogy of fallot dengan Tampak VSD subaortic dengan diameter 1,47,
Rv berhubungan dengan aorta melalui VSD, Aorta thorakalis ascendens
dan arcus aorta melebar dengan diameter 3,15 cm, Aorta thorakalis
descendens dalam batas normal, Tampak infundibulum pulmo selanjutnya
tampak cabang ke RPA dengan diameter 0,68 dan LPA ke inferior dengan
diameter 1,55 cm tidak tampak cabang ke LPA superior. Saat ini akan
dilakukan operasi koreksi total jantung.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Tetralogi Fallot
VII. DIAGNOSIS BANDING
- AP-VSD
- TGA
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 12/34
12
VIII. PENATALAKSANAAN
- Vit. C 1 x 10 mg p.o
- Vit. B1, B6, B12 1 x 1/3 tab p.o
- Rencana operasi jantung (koreksi total)
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
27-10-2011 28-10-2011
SSesak (-), demam (-), kebiruan (+), batuk (-),
BAB dan BAK tak ada keluhan
Sesak (-), demam (-), kebiruan (+), batuk (-), BAB
dan BAK tak ada keluhan
O -KU: baik
-Kes: CM
-TTV:
TD : 100/70 mmHg
N : 72x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36,5°C
-Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi
tak merata
-Mata: Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik
-Telinga: tidak ada secret
- Hidung: tidak NCH, sekret tidak ada
- mulut: bibir sianosis, faring tidak hiperemis,
T1-T1 tenang
- Leher : KGB tidak teraba
-Thoraks : simetris saat statis dan dinamis,
retraksi tidak ada
- Paru : suara dasar vasikuler, ronki tidak ada,
wheezing tidak ada
- Jantung : Bunyi jantung I-II regular, terdapat
murmur, gallop tidak ada- Abdomen : datar, BU + normal, supel, hepar
dan lien tidak teraba, turgor kulit cukup, timpani
seluruh lapang abdomen.
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis kuku
tangan dan kaki, tidak ada edema, terdapat jari
tabuh
-KU: baik
-Kes: CM
-TTV:
TD : 100/60 mmHg
N : 84x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36,3°C
-Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi tak
merata
-Mata: Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik
-Telinga: tidak ada secret
- Hidung: tidak NCH, sekret tidak ada
- mulut: bibir sianosis, faring tidak hiperemis, T1-
T1 tenang
- Leher : KGB tidak teraba
-Thoraks : simetris saat statis dan dinamis, retraksi
tidak ada
- Paru : suara dasar vasikuler, ronki tidak ada,
wheezing tidak ada
- Jantung : Bunyi jantung I-II regular, terdapat
murmur, gallop tidak ada
- Abdomen : datar, BU + normal, supel, hepar danlien tidak teraba, turgor kulit cukup, timpani
seluruh lapang abdomen.
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis kuku tangan
dan kaki, tidak ada edema, terdapat jari tabuh
A TOF TOF
P -Vit. B1, B6, B12 1 x 1/3 tab p.o
-Rencanaoperasi (10/11/2011)
-Vit. B1, B6, B12 1 x 1/3 tab p.o
-Rencanaoperasi (10/11/2011) pasien pulang
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 13/34
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKATETRALOGI FALLOT
I. DEFINISI1
Tetralogi Fallot klasik terdiri atas kombinasi dari (1) penyumbatan
(obstruksi) aliran keluar vetrikel kanan (stenosis pulmonal), (2) defek sekat
ventrikel (VSD), (3) desktroposisi aorta dengan menumpangi sekat (overriding
aorta), dan (4) hipertrofi ventrikel kanan.
Penyumbatan aliran darah arteri pulmonalis biasanya pada infundibulumventrikel kanan (area subpulmonal) maupun katup pulmonal. Batang arteri
pulmonalis sering lebih kecil daripada biasanya, dan mungkin ada juga berbagai
tingkat stenosis cabang arteri pulmonalis. Penyumbatan sempurna aliran keluar
ventrikel kanan (atresia pulmonal) dengan VSD juga digolongkan sebagai bentuk
ekstrem tetralogi Fallot.
II. INSIDENS2
Tetralogi Fallot merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling
banyak ditemukan, yakni merupakan lebih kurang 10% dari seluruh penyakit
jantung bawaan. Setelah umur 1 tahun maka tetralogi Fallot merupakan penyakit
jantung bawaan sianotik yang paling sering ditemukan. Keadaan ini juga
ditemukan di klinik RS Soetomo dan di RS Cipto Mangunkusumo. Di RS
Soetomo sebagian besar pasien tetralogi Fallot didapatkan di atas usia 5 tahun,
dan prevalensinya menurun setelah umur 10 tahun.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 14/34
14
III. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO TETRALOGI FALLOT3
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor-
faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom seperti sindrom
down.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
d. Ibu yang alkoholik
e. Usia ibu saat kehamilan diatas 40 tahun.2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter. (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu). Gizi yang buruk
selama hamil.
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya.
c. Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari
90% kasus penyebab adalah multifaktor.
IV. PATOFISIOLOGI1
Anulus katup pulmonalis mungkin berukuran hampir normal atau mungkin
sangat sempit. Katup sendiri seringkali bikuspid dan kadang-kadang merupakan
satu-satunya tempat stenosis. Lebih sering, ada hipertrofi muskulus subpulmonal,
Krista supraventrikularis, yang turut menyebabkan stenosis infundibuler. Bila
saluran keluar aliran ventrikel kanan tersumbat sempurna (atresia pulmonal),
anatomi cabang arteri pulmonalis sangat bervariasi, mungkin ada segmen batang
arteri pulmonalis yang berlanjut dengan aliran keluar ventrikel kanan, dipisahkan
oleh katup pulmonal fibrosa tetapi tidak berlubang, atau seluruh batang segmen
arteri pulmonalis mungkin tidak ada. Kadang-kadang, cabang arteri pulmonalis
dapat terputus. Pada kasus yang lebih berat ini, aliran darah pulmonal dapat
dipasok oleh duktus arteriosus (major aortopulmonary collateral arteries =
MAPCA) yang keluar dari aorta.
VSD biasanya nonrestriktif dan besar, terletak tepat di bawah katup aorta,
dan terkait pada kuspid aorta posterior dan kanan. VSD mungkin jarang berada
pada bagian dalam sekat ventrikel (varietas defek sekat atrioventrikuler).
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 15/34
15
Keberlanjutan fibrosa katup mitral dan aorta normal biasanya dipertahankan.
Arkus aorta ada di sisi kanan pada sekitar 20% kasus; akar aorta hampir selalu
besar dan menumpang VSD sampai berbagai tingkat. Bila aorta menumpang lebih
daripada 50%, dan jika ada pemisah muskuler yang berarti antara katup aorta dan
anulus mitralis (konus subaorta), defek ini biasanya digolongkan sebagai bentuk
ventrikel kanan saluran keluar ganda; namun, patofisiologinya sama dengan
tetralogi Fallot.
Aliran balik vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan normal.
Bila ventrikel kanan berkontrak pada adanya stenosis pulmonal yang mencolok,
darah melalui shunt VSD ke dalam aorta. Akibatnya, desaturasi arteria dan
sianosis menetap. Aliran darah pulmonal, bila sangat dibatasi oleh penyumbatan
aliran keluar ventrikel kanan, dapat ditambah dengan sirkulasi kolateral bronkial
(MAPCA) dan, terutama pada masa dekat neonatus oleh PDA. Tekanan sistolik
dan diasistolik puncak pada setiap ventrikel sama, dan pada jajaran sistemik terjadi perbedaan tekanan besar di sebelah saluran aliran keluar ventrikel kanan
yang tersumbat, dan tekanan arteriapulmonalis biasanya lebih rendah dari normal.
Tingkat penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan menentukan waktu mulainya
gejala, keparahan sianosis, dan tingkat hipertrofi ventrikel kanan. Bila
penyumbatan pada aliran keluar ventrikel kanan ringan samapai sedang dan ada
keseimbanagan shunt disebelah VSD, penederita mungkin tidak tampak sianosis
(tetralogi Fallot asianotik atau merah).
V. MANIFESTASI KLINIS1
Bayi dengan derajat penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan ringan
pada mulanya disebabkan oleh shunt dari kiri ke kanan setinggi ventrikel. Sering
Sianosis tidak ada pada saat lahir, tetapi dengan makin bertambahnya hipertrofi
infundibulum ventrikel kanan dan pertumbuhan, sianosis kemudian terjadi pada
umur 1 tahun pertama. Paling mencolok adalah pada membrana mukosa bibir dan
mulut, dan pada kuku jari dan tangan. Pada bayi dengan derajat obstruksi
ventrikel kanan berat, sianosis tampak segera pada masa neonatus. Pada bayi ini
aliran pulmonal dapat tergantung pada aliran melalui duktus arteriosus. Bila
duktus mulai menutup pada umur beberapa jam pertama, sianosis berat dan kolaps
sirkulasi dapat terjadi. Anak yang lebih tua dengan sianosis telah berlangsung
lama dapat menderita sianosis ekstrem, dengan permukaan kulit biru, sklera abu-
abu dengan pembuluh darah melebar (memberi kesan konjungtivis ringan), dan
jari tangan dan kaki tabuh.
Dispnea terjadi pada saat kerja. Bayi dan anak yang baru mulai berjalan
akan bermain secara aktif selama waktu pendek dan kemudian duduk atau tiduran.
Anak yang lebih tua mungkin dapat berjalan satu blok atau lebih sebelum berhenti
untuk istirahat. Khas, anak menganggap posisi jongkok melegakan dispnea karena
upaya fisik; anak biasanya mampu menerima aktifitas fisik dalam beberapa menit.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 16/34
16
Tanda-tanda ini terjadi paling sering pada penderita yang cukup sianosis pada saat
istirahat.
Serangan hipersianotik paroksimal (serangan hipoksis “biru” atau “tet”)
terutama merupakan masalah umur 2 tahun pertama. Bayi menjadi hiperpnea dan
gelisah, sianosis bertambah, terjadi pernafasan terengah-engah (gasping) dan
dapat berlanjut dengan sinkop. Serangan terjadi paling sering pada pagi hari saat
bangun pertama atau sesudah episode menangis keras. Menghilang atau
mengurangnya intensitas bising sistolik sementara biasanya ketika aliran yang
melewati saluran aliran keluar ventrikel kanan berkurang. Serangan dapat berakhir
dari beberapa menit sampai beberapa jam tetapi jarang mematikan. Kejadian
singkat disertai dengan kelemahan umum dan tidur. Serangan berat dapat dapat
menjelek menjadi tidak sadar dan kadang-kadang sampai kejang atau hemiparesis.
Mulainya biasanya spontan dan tidak dapat diramalkan. Serangan disertai dengan
pengurangan aliran darah pulmonal yanng telah terganggu, yang bila lamaberakibat hipoksia sistemik berat dan asidosis metabolik. Bayi yang hanya
sianosis ringan pada saat istirahat sering lebih cenderung untuk terjadi serangan
hipoksik karena pada mereka telah tidak terjadi mekanisme homeostatik untuk
mentoleransi penurunan saturasi oksigen arterial yang cepat misalnya, polisitemia.
Tergantung pada keseringan dan keparahan serangan hipersianotik, atau
lebih prosedur berikut harus dilakukan berurutan :
(1) Penempatan bayi pada abdomen pada posisi lutut-dada (knee-chest),
memastikan bahwa tidak ada pakaian yang ketat;
(2) pemberian oksigen ; dan(3) injeksi morfin subkutan dengan dosis tidak melebihi 0,2 mg/kg.
Menenangkan bayi, sementara mepertahankan bayi pada posisi lutut-dada,
dapat menghentikan perburukan serangan awal. Upaya terlalu awal untuk
mendapatkan tes darah dapat menyebabkan kegelisahan lebih lanjut dan tidak
produktif.
Karena terjadi asidosis metabolik bila PO2 arterial di bawah 40 mmHg,
koreksi cepat (dalam beberapa menit) dengan pemberian natrium bikarbonat
intravena diperlukan jika serangan sangat berat dan kurang berespons terhadap
terapi sebelumnya. Penyembuhan dari serangan biasanya cepat bila pH telah
kembali normal. Pengukuran pH berulang mungkin diperlukan karena kumat
asidosis yang cepat dapat terjadi. Penyekat adrenergik –β dengan pemberian
propanolol intravena (0,1 sampai maksimum 0,2 mg/kg) telah digunakan secara
berhasil pada beberapa penderita dengan serangan berat, terutama serangan yang
disertai oleh takikardi. Obat-obat yang menaikkan tahanan vaskuler sistemik,
seperti metoksamin intravena atau fenilefrin akan memeperbaiki aliran keluar
ventrikel kanan, mengurangi shunt kanan ke kiri, dan dengan demikian
meperbaiki gejala, tetapi penggunaannya terbatas dan jangan dibolehkan menunda
pembedahan yang diperlukan.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 17/34
17
Pertumbuhan dan pekembangan mungkin terlambat pada penderita dengan
tetralogi Fallot berat yang tidak ditangani. Ketinggiannya dan status nutrisinya
biasanya dibawah rata-rata menurut umur. Pubertas terlambat pada penderita yang
tidak dioperasi.
Nadi biasanya normal, sebagaimana tekanan venosa dan arterial.
Hemitoraks anterior kiri dapat mengembung ke anterior karena hipertrofi ventrikel
kanan. Jantung biasanya berukuran normal, dan ada impuls ventrikel kanan
substernal. Pada 50% kasus getaran sistolik teraba sepanjang linea parasternalis
kiri pada sela parasternal ke-3 dan ke-4. Bising sistolik sering kasar dan keras; ia
dapat dijalarkan secara luas terutama ke paru-paru, tetapi yang paling kuat pada
linea paraternalis kiri. Bising mungkin ejeksi atau holosistolik dan mungkin
didahului oleh klik. Bising disebabkan turbulensi melalui saluran aliran keluar
ventrikel kanan. Ia cenderung menjadi lebih keras, lebih lama, dan lebih kasar
karena keparahan stenosis pulmonal bertambah dari ringan menjadi sedang;namun sebenarnya ia dapat menjadi kurang mencolok pada penyumbatan berat,
terutama selama hipersianotik. Bunyi jantung ke-2 tunggal atau komponen
pulmonal halus. Jarang dapat terdengar bising kontinyu.
VI. DIAGNOSIS
Anamnesis3
• Riwayat kehamilan: apakah ada yang terdapat pada etiologi (faktor
endogen dan eksogen yang terpenuhi)
• Riwayat keluarga: apakah ada di anggota keluarga yang memiliki riwayatblue babies, lahir mati karena penyakit jantung kongenital, adanya
hipertensi, arterosklerosis, stroke, aritmia.
• Pada anak usia tahun pertama: Kebiruan pada bibir, mulut ujung-ujung jari
tangan dan kaki terutama saat menangis, melakukan aktivitas fisik dan
atau setelah makan atau minum.
• Kesulitan bernafas terutama saat menangis, melakukan aktivitas fisik dan
mereda dengan menghentikan aktivitas fisik kemudian berjongkok
(squatting) untuk meringankan dan menghilangkan dispnea.
• Mudah lelah ketika melakukan aktivitas fisik.
• Pada anak usia 2 tahun pertama kehidupan penderita terjadi dispnea dan
gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, penderita mulai sulit
bernapas dan disusul dengan terjadinya sinkop. Serangan demikian paling
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 18/34
18
sering terjadi pada pagi hari. Serangan tersebut dapat berlangsung dari
beberapa menit hingga beberapa jam.
Pemeriksaan Fisik4
• Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak
biru setelah tumbuh usia tahun pertama. Sianosis dengan berbagai derajat
yang bervariasi akan terjadi dan tampak paling menonjol pada mukosa
bibir dan mulut serta jari jari tangan dan kaki. Pada kasus kasus berat,
sianosis terjadi pada masa neonatal. Dengan adanya sianosis berat, maka
kulit tampak berwarna biru kehitaman dan sklera berwarna kelabu akibat
kongesti pembuluh pembuluh darah yang memberikan petunjuk adanya
konjungtivitis ringan.
• Didapatkan anak dengan gangguan pertumbuhan dan mungkin
perkembangan. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya dibawah rata-rataserta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak. Masa
pubertas terlambat.
• Tekanan darah dan denyut nadi pada umumnya normal, tetapi sianosis
berat dan polisistemia yang berlangsung beberapa tahun dapat
menyebabkan hipertensi.
• Gigi geligi sering dalam keadaan buruk, seperti pada kelainan jantung
sianotik lainnya, akibat gangguan perkembangan email. Sering terjadi
hipertrofi gusi dan lidah menunjukan gambaran peta (geographic tongue
terdapat margin putih yang keratotik).• Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
• Pada anak besar dapat terlihat osteoartropati. Dapat terjadi kelainan
ortopedi berupa skoliosis.
• Polisistemia dapat menimbulkan kelainan pada mata, yaitu retinopati
berupa pelebaran pembuluh darah retina.
• Tetralogi Fallot jarang sekali menyebabkan gagal jantung.
• Bila terdapat splenomegali harus dicurigai endokarditis.
• Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Pada pemeriksaan
jantung biasanya jantung mempunyai ukuran normal dan impuls apeks
(ictus) tampak jelas. Suatu getaran sistolik (thril) dapat dirasakan pada
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 19/34
19
50% kasus di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke 3
dan ke 4. Bising sistolik yang ditemukan sering kali terdengar keras dan
kasar; bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar
intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising tersebut dapat bersifat
bising ejeksi atau bising pansistolik serta dapat didahului dengan
terdengarnya bunyi klik. Bising sistolik tersebut disebabkan oleh
turbulensi darah yang terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan
serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari
kiri ke kanan. Bunyi jantung ke 2 terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh
penutupan katub aorta. Bising sistolik tersebut jarang disertai bising
diastolik; bising terus menerus dapat terdengar pada setiap bagian dada,
baik di anterior maupun posterior; bising tersebut dihasilkan oleh
pembuluh pembuluh darah kolateral bronkus yang melebar atau terkadang
oleh suatu duktus arteriosus menetap. Temuan ini sering didapatkan padaatresi paru.
• Jari Tabuh atau Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
Laboratorium 2
Didapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit yang sesuai dengan
derajat desaturasi dan stenosis. Pasien tetralogi Fallot dengan kadar hemoglobin
dan hematokrit normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
Radiologis1
Secara roentgenografi, konfigurasi khas seperti terlihat pada pandangan
anteroposterior terdiri atas dasar sempit, cekungan tepi kiri jantung pada daerah
yang biasanya ditempati oleh arteria pulmonalis, dan ukuran jantung normal.
Ventrikel kanan yang hipertrofi menyebabkan bayangan apeks bundar terangkatsehingga ia terletak lebih tinggi di atas diafragma daripada normal. Siluet jantung
serupa dengan sepatu boot atau sepatu kayu (coeur en sabot). Daerah hilus dan
lapangan paru-paru relatif terang, karena aliran darah pulmonal mengurang
dan/atau ukuran arteria pulmonalis kecil. Aorta biasanya besar, dan pada sekitar
20% kasus arkus aorta ke kanan bukannya ke kiri; hasil ini pada lekukan posisi ke
arah kiri bayangan trakeobronkial terisi udara pada pandangan anteroposterior
atau dapat dikonfirmasi dengan perpindahan tempat esofagus berisi barium ke
kiri.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 20/34
20
EKG1
Elektrokardiogram menampakkan deviasi sumbu ke kanan dan bukti
adanya hipertrofi ventrikel kanan. Yang terakhir ini terdapat pada hantaran dada
prekordial k anan. Konfigurasi kompleks QRSnya adalah Rs, R, qR, qRs, atau rsR’
dan gelombang T dapat positif. Gelombang P tinggi dan runcing atau kadang-
kadang bifida.
Ekokardiografi1
Ekokardiografi dua dimensi menegakkan diagnosis dan memberi informasi
mengenai luas penumpangan aorta pada sekat, lokasi dan derajat penyumbatan
saluran aliran keluar ventrikel kanan, ukuran cabang proksimal arteria pulmonalis,
dan sisi arkusaorta. Eko juga berguna dalam menentukan apakah duktus arteriosuspaten memasok sebgaian aliran darah pulmonal. Eko ini dapat meniadakan
keharusan untuk katerisasi.
Kateterisasi Jantung1
Katerisasi jantung memperagakan tekanan sistolik dalam ventrikel kanan
sama dengan tekanan sistemik, dengan penurunan tekanan yang mencolok ketika
kateter masuk arteria pulmonalis atau pada beberapa kasus, ruang infundibulum di
luar sumbatan. Rata-rata tekanan arteria pulmonalis biasanya 5-10mm Hg;
Tekanan atrium kanan biasanya normal. Tingkat saturasi oksigen arterialtergantung pada besarnya shunt dari kanan ke kiri; pada penderita yang agak
sianotik pada istirahat biasanya 75-85%. Pada tidak adanya shunt dari kiri ke
kanan, sampel darah dari vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan dan arteria
pulmonalis, kadar oksigennya akan sama Ventrikulografi kanan selektif paling
baik memperagakan anatomi tetralogi Fallot. Bahan kontras menggambarkan
ventrikel kanan yang sangat bertrabekula. Stenosis infudibuler bervariasi dalam
panjang, lebar kontur, dan daya mengembangnya. Katup pulmonal biasanya
menebal, dan anulus mungkin kecil. Pada penderita dengan atresia pulmonal dan
VSD, anatomi pembuluh darah pulmonal mungkin sangat kompleks. Informasi
menyeluruh dan tepat berkenaan dengan anatomi arteria pulmonalis sangat
penting dalam mengevaluasi anak ini sebagai calon pembedahan.
Ventrikulografi1
Ventrikulografi kiri memperagakan ukuran ventrikel kiri, posisi VSD, dan
penumpangan aorta; ia juga memperkuat keberlanjutan mitral-aorta,
mengesampingkan ventrikel kanan saluran keluar ganda. Aortografi atau
arteriografi koroner akan mengambarkan perjalanan arteria koronaria. Pada 5-10%
penderita dengan tetralogi Fallot, arteria koronaria utama aberan melewati di atas
saluran keluar ventrikel kanan; arteri ini harus tidak dipotong selama perbaikan
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 21/34
21
bedah. Penggambaran arteria koronaria normal dengan angiografi adalah paling
penting ketika memikirkan pembedahan pada bayi muda yang dapat memerlukan
tembelan melewati annulus katup pulmonal. Ekokardiografi pafa banyak kasus
menggambarkan anatomi arteria koronaria.
VII. VARIAN TETRALOGI FALLOT2
Beberapa penyakit jantung menunjukkan gambaran klinis yang mirip
dengan tetralogi Fallot. Frekuensi kelainan-kelainan tersebut lebih sedikit
daripada tetralogi Fallot, dan harus dipikirkan sebagai diagnosis banding.
Kemiripan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pada pelbagai kelainan
tersebut disebabkan oleh persamaan kelainan anatomik dengan tetralogi Fallot,
yakni:
1. Terdapat komunikasi kanan dan kiri di tingkat ventrikel melalui defek
septum ventrikel2. Terdapat obstruksi jalan keluar ventrikel kanan (stenosis pulmonal)
3. Terdapat pirau kanan ke kiri pada tingkat ventrikel
Sebelum era ekokardiografi, diagnosis pasti kelainan-kelainan tersebut
hanya dapat dilakukan dengan kateterisasi dan angiokardiografi. Akan tetapi
dengan berkembangnya teknik ekokardiografi dan Doppler, maka sebagian besar
kasus dapat ditegakkan diagnosisnya dengan metode non-invasif tersebut. Gejala
klinis pasien sama dengan pada tetralogi, yaitu hipoksemia; gagal jantung
kongestif tidak terjadi kecuali bila terdapat penyulit. Pada auskultasi biasanya
terdengar bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Elektrokardiografimenunjukkan deviasi sumbu ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. Foto dada
memperlihatkan vaskularisasi paru yang menurun, sedang ukuran jantung normal
atau sedikit besar. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah:
1. Ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda (VKAJKG, double outlet right
ventricle, DORV) dengan stenosis pulmonal.
2. Tetralogi Fallot dengan defek septum atrioventrikularis
3. Ventrikel tunggal dengan stenosis pulmonal dan transposisi
4. Transposisi arteri besar dengan defek septum ventrikel dan stenosis
pulmonal
5. Transposisi terkoreksi dengan defek septum ventrikel dan stenosis
pulmonal
6. Penyakit jantung bawaan dengan asplenia
VIII. DIAGNOSIS BANDING6
Pasien tetralogi Fallot perlu dibedakan dengan pasien penyakit jantung
bawaan lain yang memberikan gejala sianosis, vaskularisasi paru berkurang, dan
elektrokardiogram menunjukkan dominasi kanan. Termasuk diantaranya adalah:
- Atresia pulmonal
- Double outlet right ventricle dengan stenosis pulmonal
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 22/34
22
- Transposisi arteri besar dengan stenosis pulmonal
Ekokardiografi biasanya akan menjawab semua persoalan diagnosis.
IX. KOMPLIKASI2
Satu atau lebih komplikasi berikut dapat terjadi pada pasien tetralogi Fallot
yang tidak dikoreksi:
1. Bencana serebrovaskular (cerebrovascular accident) dapat terjadi pada
pasien berumur kurang dari 5 tahun, biasanya terjadi setelah serangan
sianotik, paska kateterisasi jantung, atau dehidrasi.
2. Abses otak dapat terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 5 tahun,
dengan gejala sakit kepala, muntah-muntah, disertai gejala neurologik.
3. Endokarditis infektif dapat terjadi paska bedah rongga mulut dan
tenggorok, seperti manipulasi gigi, tonsilektomi, dan lain-lain. Infeksi
lokal di kulit, tonsil, dan nasofaring juga merupakan sumber infeksi yang
dapat mengakibatkan endokarditis.4. Anemia relatif, yang ditandai oleh hematokrit yang tinggi dibandingkan
dengan kadar hemoglobin. Pada darah tepi didapatkan hipokromia,
mikrositosis, dan anisositosis.
5. Trombosis paru. Trombosis lokal pada pembuluh darah paru kecil, ini
akan menambah sianosis.
6. Perdarahan. Pada polisitemia hebat, trombosit dan fibrinogen menurun
hingga dapat terjadi petekie, perdarahan gusi. Hemoptisis terjadi pada
pasien yang lebih tua karena lesi trombotik di paru.
X. PENATALAKSANAAN2
Tatalaksana pada pasien dengan tetralogi Fallot terdiri dari perawatan
medis serta tindakan bedah. Tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk
persiapan prabedah dan perawatan paskabedah.
Tatalaksana medis
1. Pada saat serangan sianotik akut:
a. Pasien diletakkan dalam knee-chest position
b. Diberikan O2 masker 5-8 liter/menit
c. Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg/subkutan (sebagian ahli menyarankan
IM)
d. Diberikan sodium bikarbonat 1mEq/kg/IV untuk koreksi asidosis
e. Diberikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15
g/dl jumlah darah rata-rata yang diberikan adalah 5 mg/kgBB
f. Diberikan propanolol 0,1 mg/kg/IV secara bolus. Janganlah sekali-
kali memberikan digoksin pada saat pasien menderita serangan
sianotik, karena akan memperburuk keadaan.
2. Apabila tidak segera dilakukan operasi dapat diberi propanolol rumat,
dengan dosis 2 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Bila pasien
mengalami serangan sianotik disertai dengan anemia relatif, maka
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 23/34
23
diperlukan preparat Fe. Dengan Fe ini akan terjadi retikulositosis dan
kadar hemoglobin meningkat.
3. Higiene mulut dan gigi perlu diperhatikan, untuk meniadakan sumber
infeksi untuk terjadinya endokarditis infektif atau abses otak.
4. Terjadinya dehidrasi harus dicegah, khususnya pada infeksi interkuren.
Tatalaksana bedah
Pengobatan operatif terdiri dari 2 jenis, yakni operasi paliatif untuk
menambah aliran darah paru, dan bedah korektif.
a. Bedah paliatif
Bedah paliatif dilakukan dengan melakukan shunt procedure, yang
tujuannya adalah untuk menambah aliran darah ke paru.
- Jenis terapi paliatif yang pertama dikenal adalah anastomosis ujung-
ke-sisi (end-to-side anastomosis) a. subklavia dengan a. pulmonalisproksimal ipsilateral. Tindakan ini disebut prosedur Blalock-Taussig,
atau BT shunt.
- Prosedur Waterston, yaitu anastomosis antara aorta asendens dengan a.
pulmonalis kanan
- Prosedur Glenn, yaitu anastomosis antara vena kava superior dengan a.
pulmonalis kanan.
b. Bedah korektif
Koreksi total pada pasien tetralogi Fallot dilakukan dengan cara
menutup defek septum ventrikel dan eksisi infundibulum. Mortalitastergantung dari klinik yang mengerjakannya. Seringkali masih dapat
terdengar bising diastolik dini di basis jantung akibat insufisiensi
pulmonal.
Pemilihan tindakan bedah, apakah paliatif atau korektif bergantung
kepada masing-masing klinik. Pada umumnya tindakan bedah paliatif
dilakukan pada bayi kecil, atau pasien dengan hipoplasia a. pulmonalis.
Dengan bertambahnya darah ke paru, maka oksigenasi jaringan akan
membaik, sehingga sianosis akan berkurang. Setelah a. pulmonalis tumbuh
sehingga diameternya memadai, maka tindakan korektif dapat dilakukan.
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan untuk melakukan koreksi total
pada pasien tetralogi Fallot pada bayi di bawah usia 2 tahun, bila a.
pulmonalis tidak terlalu kecil.
Bedah Paliatif Operasi paliatif meningkatkan aliran darah paru, sementara menstabilkan
pasien dan memungkinkan dia untuk menjalani perbaikan masa depan atauprosedur paliatif. Dengan demikian, tujuan dari shunt sistemik ke paru arteripembedahan dibuat adalah untuk meningkatkan aliran darah paru sementarasebelum definitif (yaitu, anatomi) rekonstruksi. Dalam tulisan mereka, Blalock
dan Taussig jelas menguraikan berbagai faktor penting dalam produksi sianosis.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 24/34
24
Pada monograf asli oleh Lundsgaard dan Van Slyke (1923), menurut para penulis4 faktor-faktor berikut:
Tinggi hemoglobin
Volume darah vena didorong ke dalam sirkulasi sistemik
Tingkat jaringan perifer menggunakan oksigen Tingkat aerasi paru-paruMereka menunjukkan pentingnya faktor kelima (yakni, sirkulasi aliran darah
melalui paru-paru). Mereka menyatakan bahwa ini mungkin yang paling pentingkarena aliran darah tertentu minimal untuk paru-paru diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, semakin besar aliran darah paru, semakin tinggisaturasi oksigen sistemik. Bahkan di hadapan intrakardiak pencampuran,meningkatkan jumlah aliran darah paru dapat meningkatkan saturasi oksigendarah aorta, maka, mengurangi sianosis).
Mereka menunjukkan ini dengan memberikan darah ke paru-paru melaluishunt sistemik ke paru arteri pembedahan dibuat. Para ahli bedah mengakuibahwa, meskipun hal ini tidak menyembuhkan masalah, prosedur sianosisberkurang dan meningkatkan toleransi latihan dan kualitas hidup pada pasien ini.Memang, mereka mencatat bahwa hal ini dilakukan dengan mengorbankan bebanpeningkatan volume di sisi kiri jantung karena beberapa darah ini baru sajakembali dari paru-paru.
Paling umum, shunt adalah dari arteri sistemik (misalnya, subklavia atauaorta) ke arteri pulmonalis (utama, kanan, atau kiri). Tipe lain dari shunt paliatif adalah dari vena sistemik (vena kava superior [SVC]) dengan arteri pulmonalis.Hal ini disebut shunt Glenn. Karena ini hanya mengarahkan darah terdeoksigenasike arteri pulmonalis sebelum masuk ke dalam jantung, mengurangi beban volume
pada jantung. Namun, karena kepala tekanan di sini adalah tekanan SVC, tekananarteri pulmonalis harus rendah untuk ini harus sukses. Ini biasanya terjadi setelahbayi berusia lebih dari 2-3 bulan usia.
BT SHUNT (Blaclock Tauusig Shunt)7
Sebuah operasi pembuatan sambungan antara arteri sistemik dan arteripulmonalis (PA) disebut shunt arteri sistemik ke paru atau, lebih umum, sebuahshunt BT (setelah Blalock dan Taussig, dokter pertama untuk menggambarkankoneksi). Sebagian besar akan setuju bahwa deskripsi dari prosedur ini dalamJournal of American Medical Association (JAMA) pada tahun 1945 telahmerevolusi bidang kardiologi pediatrik.
Tipe Shunt7
Beberapa jenis shunts paliatif diakui. Sebuah shunt yang ideal diharapkanmemiliki atribut sebagai berikut:
Cepat dan secara teknis sederhana
Menyediakan aliran darah yang memadai namun tidak berlebihan paru,maka meminimalkan risiko kegagalan jantung kongestif dan hipertensipulmonal
Menyediakan jangka panjang yang baik patensi
Teknis mudah dan tidak ada kelainan setelah penutupan
Tidak ada sisa kardiopulmoner setelah penutupan
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 25/34
25
Klasik Blalock-Taussig shunt
Shunt Blalock-Taussig klasik (CBTS) adalah operasi yang asli dijelaskanoleh Alfred Blalock dan Helen Taussig dan melibatkan anastomosis langsung
antara arteri subklavia transeksi (atau arteri innominate) dan arteri pulmonalis.Ketika mereka digambarkan, operasi itu dilakukan pada sisi yang berlawananarkus aorta untuk meminimalkan kinking dari arteri subklavia saat melintasi diatas menonjol aorta. Selain itu, semakin lama innominate arteri mengurangikinking dari arteri paru-paru.
CBTS adalah anastomosis ujung-ke-sisi antara subklavia (atau innominate)dan arteri pulmonalis. Hal ini dilakukan dalam mode extrapericardial. Salah satukeuntungan unik dari shunt ini adalah prediktabilitas aliran darah, karena diameterarteri subklavia mencegah aliran darah yang berlebihan dan, karenanya, gagal
jantung kongestif. Untuk alasan yang sama, shunt ini tidak mungkin menyebabkanpenyakit pembuluh darah paru. Keuntungan lainnya termasuk kemudahan selama
operasi korektif penutupan dan pertumbuhan potensi adaptif anastomosis.Salah satu kelemahan utama termasuk trombosis dari shunt karena kekecilan
nya. Selain itu, mutilasi dari arteri subklavia atau innominate adalah kelemahandari prosedur ini, meskipun tampaknya tidak memiliki efek klinis yang jelassignifikan.
PottShunt Sebuah hubungan antara aorta desendens, dan PA kiri, shunt Potts awalnya
diusulkan sebagai alternatif untuk CBTS pada neonatus. Hal ini lebih mudahuntuk melakukan karena tidak melibatkan kapal kaliber kecil, seperti arterisubklavia, sehingga mengakibatkan insiden lebih rendah trombosis shunt danoklusi. Itu jatuh dari nikmat karena tingginya insiden hipertensi pulmonalberikutnya. Alasan lain shunt ini adalah ditinggalkan termasuk aliran darah khususuntuk satu paru-paru dengan uji puntir dan distorsi dari arteri pulmonalis dankesulitan teknis dengan pencopotan.Waterston shunt
Hubungan antara aorta asendens dan arteri pulmonalis yang tepat juga tidak lagi digunakan karena memiliki kelemahan serupa dengan shunt Potts (berlebihanaliran darah paru, risiko hipertensi pulmonal). Gagal jantung kongestif dilaporkandalam sebanyak 20% pasien dengan salah satu dari shunt.
Cooleyshunt Ini merupakan anastomosis intrapericardial dari aorta asendens ke arteriparu-paru kanan. Keuntungan teknik ini diusulkan termasuk menggunakan insisitorakotomi anterolateral yang tepat untuk semua pendekatan, menghindari diseksimediastinum (yang bisa memicu pendarahan extrapleural dari agunan melebar),dan menggunakan sayatan yang sama untuk lainnya prosedur bedah yangdiperlukan (misalnya, perbaikan lengkap). Selanjutnya, anastomosis diciptakandalam bidang operasi masa depan perbaikan total. Hal ini memungkinkanpenutupan anastomosis paliatif tanpa diseksi tambahan selama perbaikan akhir.
Shunt ini tidak lagi sering digunakan karena aspek teknis dari prosedur inidianggap menantang, dan konstruksi dari suatu anastomosis berukuran benar
dapat menyebabkan gagal jantung dan kongesti paru. Selain itu, karena
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 26/34
26
perikardium diserang, pasien pada risiko tinggi untuk adhesi di wilayah jantungperbaikan masa depan.
ModifikasiBlalock-Taussigshunt
Shunt Blalock-Taussig dimodifikasi (MBTS) saat ini modifikasi palingumum digunakan. Pada tahun 1962, awalnya digambarkan Klinner prosedur, yanglain kemudian dirinci. Para penulis mengusulkan operasi ini untuk mencegah efek mutilasi dari CBTS. Kelompok terakhir ini juga menunjukkan bahwa MBTSberguna ketika CBTS tidak dapat dengan mudah dilakukan, seperti di sisi yangsama sebagai arkus aorta. Mereka juga menyatakan bahwa distorsi arteripulmonalis kurang mungkin dibandingkan dengan CBTS.
Penutupan pirau ini juga secara teknis mudah. Sebuah penempatanpolitetrafluoroetilena (PTFE, atau Gore-Tex) cangkok antara arteri subklavia danarteri paru digunakan untuk mencegah mengorbankan arteri subklavia. PTFEditemukan menjadi lebih unggul untuk Dacron karena memiliki ukuran pori yang
lebih kecil yang membatasi ingrowth jaringan, tetapi memungkinkan untuk penggabungan fibroblastik untuk mengikat ke struktur di sekitarnya.
Tingkat patensi Excellent 90% pada usia 2 tahun telah dilaporkan. Merekamenganjurkan menggunakan shunts minimal 5 mm, bahkan pada bayi kecil,dengan alasan bahwa lubang dari arteri subklavia berfungsi untuk mengatur alirandarah melalui shunt tersebut.
Komplikasi jarang dilaporkan termasuk kebocoran cairan serosa melaluiPTFE di dada dan pembentukan pseudoaneurysm, yang dapat menyebabkanhemoptisis masif yang fatal.Central shunt
Sebuah shunt pusat adalah anastomosis antara aorta asendens dan arteripulmonalis utama terbuat dari PTFE. Sebuah pusat shunt menggunakan koneksiPTFE pendek antara aorta asendens dan arteri pulmonalis utama. Perikardiumadalah menorehkan melalui sternotomy median, dan 4-mm lurus PTFE korupsidengan 2 ujung miring digunakan untuk anastomosis. Shunt pusat dapatdiindikasikan pada neonatus dan anak-anak muda dari 3 bulan. Hal ini dapatdilakukan hanya pada bayi dengan patent ductus arteriosus atau beberapa sumberlain aliran darah paru. Sebuah pusat shunt dapat sangat berguna dengan cabangkecil arteri bilateral paru, prosedur bersamaan membutuhkan sternotomy median,ataukeduanya.
Keuntungan dari teknik ini adalah sebagai berikut:- Menghindari arteri subklavia mencuri
- Kemudahan penutupan selama perbaikan korektif
- Penerapan kepada anak-anak kecil dengan pembuluh perifer kecil
Pencegahan distorsi arteri paru
- Rendah tingkat oklusi (dibandingkan dengan CBTS atau teknik MBTS)
Glennshunt Ini adalah sambungan antara vena sistemik, SVC, dan arteri paru-paru
kanan. Sebagai awalnya digambarkan, ini melibatkan anastomosis ujung-ke-sisiSVC ke ujung arteri paru-paru kanan, yang memberikan aliran darah searah paru.Ini sekarang disebut shunt Glenn klasik. Modifikasi yang digunakan saat ini
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 27/34
27
disebut bidirectional Glenn karena melibatkan sambungan dari SVC ke arteripulmonalis kanan, yang masih terhubung ke arteri pulmonalis utama, maka, darahdari SVC dapat memasukkan kedua arteri paru.
Salah satu keuntungan paling signifikan adalah bahwa, tidak seperti sistemik
lain untuk shunts paru, tidak meningkatkan beban volume pada ventrikel.Kekurangan dari shunt ini berhubungan dengan keterbatasan spesifik
anatomi dan fisiologis, yang paling penting yang adalah bahwa resistensipembuluh darah paru harus rendah. Akibatnya, anak-anak muda dari 3-6 bulanumumnya dikecualikan, seperti juga pasien dengan tingkat resistensi vaskulerparu meningkat.
XI. PROGNOSIS3
Umumnya, prognosis buruk tanpa operasi. Pasien tetralogi derajat sedang
dapat bertahan sampai umur 15 tahun dan hanya sebagian kecil yang dapat
bertahan sampai dekade ketiga.
Pulmonary Atresia dengan VSD7
Defek ini merupakan bentuk dari tetralogi fallot dimana terdapat obstruksikomplit pada arteri pulmonal dg total disversi aliran darah dari ventrikel kanan keaorta. Angka kehidupan bergantung dari bentuk persambungan antara pembuluhdarah dengan aorta dan arteri pulmonalis pada paru, yang disebut Collateral atauMAPCAs (Major Aorto-Pulmonary Collateral Arteries).
Collaretal biasanya berat dan membawa darah ke bagian sirkulasi paru yangberbeda. Operasi sering menghubungkan banyak collateral pada operasi sebelumbentuk perbaikan komplit. Akhir perbaikan biasanya dimasukan graft valve
(conduit)untuk mengganti ketiadaan pulmonary valve.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 28/34
28
After several procedures / operations to
connect collaterals / pulmonary arteriesand central 'shunt' Central shunt
After final complete repair with
VSD closed and Conduitconnecting RV to Pulmonary
Artery Conduit VSD closed with
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 29/34
29
BAB III
ANALISA KASUS
Diagnosis 1: Tetralogi Fallot
Presentan setuju dengan diagnosis Tetralogi Fallot yang ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan.
Pada anamnesa didapatkan bahwa pasien berusia 7 tahun 8 bulan dengan
berat 15 kg dan tinggi badan 107 cm, dengan keluhan :
Kebiruan pada bibir, ujung-ujung jari kedua tangan dan kaki terutama saat
menangis, saat bermain, dan setelah makan.
Kebiruan akan berkurang jika pasien berhenti menangis atau beristirahat.
terkadang pasien tampak lemas, napasnya menjadi cepat, berkeringat, dan
keluhan kebiruan memburuk.
Keluhan muncul sewaktu-waktu, baik saat pasien sedang tertidur, sehabis
makan, maupun saat pasien sedang bermain.
Pasien juga menjadi kurang nafsu makan, hanya mau makan sedikit, dan
berat badannya sulit bertambah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
Sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari tangan dan kaki.
Murmur sistolik dengan intensitas bising derajat 3/6 dan pungtum
maksimum di sela iga 2 garis parasternal kiri dengan penjalaran sepanjang
tepi kiri sternum sampai di sela iga 3 garis parasternal kiri.
Jari tabuh pada ekstremitas kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar hematokrit dan eritrosit yang
meningkat.
Rontgen thorax menunjukkan apeks jantung terangkat, segmen pulmonalis
cekung, dan bentuk jantung seperti sepatu.
Elektrokardiografi : hipertrofi ventrikel kanan
Echokardiografi didapatkan overidding aorta 50%, pada CFM R-L shunt pada
level VSD, left ventrikel besar dengan diameter sama dengan RV Tertrallogi
fallot 2 kali BT shunt, pertumbuhan LV baik.
Dilakukan MSCT Scan didapatkan kesan Tetrallogy of fallot dengan
Tampak VSD subaortic dengan diameter 1,47, Rv berhubungan dengan
aorta melalui VSD, Aorta thorakalis ascendens dan arcus aorta melebar
dengan diameter 3,15 cm, Aorta thorakalis descendens dalam batas
normal, Tampak infundibulum pulmo selanjutnya tampak cabang ke RPA
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 30/34
30
dengan diameter 0,68 dan LPA ke inferior dengan diameter 1,55 cm tidak
tampak cabang ke LPA superior
Tindakan yang telah dilakukan:
Pasien telah dilakukan kateterisasi jantung didapatkan kesan pulmonal
atresia. Dilakukan operasi BT shunt kanan dan MAPCAs. Satu tahun
kemudian dilakukan BT shunt kiri dan ligasi MAPCAs, karena temuan
intraoperasi terdapat MAPCAs diameter 0,3 mm distal LPA besar
mengecil diproksimalnya.
Pasien akan dilakukan operasi korektif total.
Menurut kepustakaan yang presentan baca, Tetralogi Fallot adalah penyakit
jantung bawaan tipe sianotik yang digambarkan dengan 4 macam kelainan 5 :
- Stenosis pulmonalis (valvular, infundibular)
- Defek septum ventrikel- Hipertrofi ventrikel kanan
- Overriding aorta pada septum ventrikel.
Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling
sedikit sama besar dengan lubang aorta. Diagnosis tetralogi Fallot dapat
ditegakkan bila :
Anamnesis :
1. Sianosis , bertambah waktu bangun tidur, menangis atau sesudah makan.2. Dispneu
3. Kelelahan
4. Gangguan pertumbuhan
5. Hipoksia (timbul sekitar umur 18 bulan)
6. Dapat terjadi apneu.
7. Dapat terjadi kehilangan kesadaran.
8. Sering jongkok bila berjalan 20-50 meter, untuk mengurangi dispneu.
9. Takipneu
10. Jari tabuh dengan kuku seperti gelas arloji.
11. Hipertrofi gingiva
12. Vena jugularis terlihat penuh/menonjol
13. Jantung :
- Bising sistolik keras nada rendah pd sela iga 4 LPS kiri/VSD
- Bising sistolik nada sedang, bentuk fusiform, amplitude maksimum
pada akhir sistole, berakhir dekat S2 pd sela iga 2-3 LPS kiri
(stenosis pulmonalis).
- Stenosis pulmonalis ringan : bising kedua lebih keras dengan
amplitudo maksimum pada akhir sistole, S2 kembar.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 31/34
31
- Stenosis pulmonalis berat : bising lemah, terdengar pada permulaan
sistole. S2 keras, tunggal, kadang terdengar bising kontinyu pada
punggung (pembuluh darah kolateral).
14. Kadang-kadang hepatomegali, dengan hepatojugular reflux.
15. EKG : - Sumbu frontal jantung ke kanan, Hvka
- Khas untuk TF : transisi tiba-tiba dari kompleks QRS pada V1 dan
V2.
- Pada V1 QRS hampir seluruhnya positif, pada V2 berbentuk RS
16. Darah : - Hb dapat sampai 17 g%;
- Ht dapat sampai 50-80%;
- Kadang-kadang ada anemia hipokromik relatif.
17. Radiologik :
- Paru : gambaran pembuluh darah paru sangat berkurang, diameter
pembuluh darah hilus kecil, tampak cekungan pulmonal (karena a.pulmonalis dan cabang-cabangnya hipoplasi).
- Jantung: arkus aorta 75% di kiri dan 25% di kanan, tampak
prominen, besar jantung normal, apeks jantung agak terangkat ke
kranial.
- Kosta : tampak erosi kosta bila ada sirkulasi kolateral.
18. Ekokardiografi : - VSD subaortik/subarterial besar,kebanyakan pirau kanan
ke kiri
- Overriding aorta < / = 50%
- Stenosis infundibuler dan valvuler- Hipertrofi ventrikel kanan
- Penting diukur a.pulmonalis kanan dan kiri
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
didapat sesuai dengan tanda dan gejala pada tetralogi Fallot.
Penatalaksanaan pasien dengan tetralogi Fallot, yaitu dengan :
Tatalaksana medis
1. Pada saat serangan sianotik akut:
a. Pasien diletakkan dalam knee-chest position
b. Diberikan O2 masker 5-8 liter/menit
c. Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg/subkutan
d. Sodium bikarbonat 1mEq/kg/IV untuk koreksi asidosis
e. Transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl
f. Propanolol 0,1 mg/kg/IV secara bolus.
2. Perhatikan higiene mulut dan gigi, untuk meniadakan sumber infeksi
untuk terjadinya komplikasi.
3. Cegah dehidrasi, khususnya pada infeksi interkuren.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 32/34
32
Tatalaksana bedah
Pengobatan operatif terdiri dari 2 jenis, yakni :
a. Bedah paliatif, dengan melakukan shunt procedure, yang tujuannya adalah
untuk menambah aliran darah ke paru, antara lain dengan prosedur
Blalock-Taussig, atau BT shunt.
b. Bedah korektif, dengan cara menutup defek septum ventrikel dan eksisi
infundibulum. Setelah a. pulmonalis tumbuh sehingga diameternya
memadai, maka tindakan korektif dapat dilakukan.
Teknik BT Shunt 7
Sebuah operasi pembuatan sambungan antara arteri sistemik dan arteri
pulmonalis (PA) disebut shunt arteri sistemik ke paru atau, lebih umum, sebuah
shunt BT (setelah Blalock dan Taussig, dokter pertama untuk menggambarkan
koneksi). 7 yang bertujuan untuk meningkatkan aliran darah paru sementarasebelum definitif.
Blalock dan Taussig jelas menguraikan berbagai faktor penting dalam
sianosis, yang terdiri dari 4 faktor yaitu:
Tinggi hemoglobin
Volume darah vena didorong ke dalam sirkulasi sistemik
Tingkat jaringan perifer menggunakan oksigen
Tingkat aerasi paru-paru
Pulmonary Atresia dengan VSD7
Defek ini merupakan bentuk dari tetralogi fallot dimana terdapat obstruksikomplit pada arteri pulmonal dg total disversi aliran darah dari ventrikel kanan keaorta. Angka kehidupan bergantung dari bentuk persambungan antara pembuluhdarah dengan aorta dan arteri pulmonalis pada paru, yang disebut Collateral atauMAPCAs (Major Aorto-Pulmonary Collateral Arteries).
Presentan menyarankan untuk menambahkan diagnosis yaitu,
Global Delayed Development
Pada pasien ini dengan usia 7 tahun 8 bulan , berdasarkan grafik Denver II,
perkembangan yang seharusnya dicapai antara lain:- Motorik kasar : berdiri sendiri, membungkuk kemudian berdiri, berjalan
dengan baik, lari, berjalan naik tangga.
- Bahasa : bicara 1 kata, 2 kata, 3 kata, 6 kata, berbicara lancar.
- Motorik halus : mencorat-coret, ambil manik-manik ditunjukkan,
menyusun menara dari 2 kubus, 4 kubus, 8 kubus.
- Personal sosial : main bola dengan pemeriksa, menirukan kegiatan, minum
dari cangkir, membantu di rumah, menggunakan sendok garpu, membuka
pakaian.
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 33/34
33
Sedangkan pada pasien ini :
- kemampuan gerak motorik kasarnya: pasien baru bisa tengkurap pada usia
6 bulan, merangkak pada usia 20 bulan, berjalan usia 2 tahun delayed
- Kemampuan bahasanya sudah dapat mengartikan kata-kata.
- Kemampuan motorik halusnya: pasien bisa mencorat coret pada usia 4
tahun baru bisa menyusun menara 8 kubus delayed
- Kemampuan personal sosialnya, pasien sudah dapat minum dari cangkir
dan menggunakan sendok garpu, pasien bisa menggunakan pakaian.
Dari keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan pasien
terlambat pada motorik kasar dan motorik halusnya. Sehingga pasien dapat
didiagnosis sebagai global delayed development, karena sudah memenuhi dua
keterlambatan perkembangan.
Gizi kurang
Diagnosis gizi kurang yang diterapkan pada pasien ini. Berdasarkan
perhitungan status gizi pasien didapatkan:
Berat badan : 15 Kg
Tinggi badan : 107 cm
Berat badan ideal : 18,5 kg/ m2 (berdasarkan BB/TB dengan menggunakan
kurva NCHS)
Status Gizi : BB/U = 15/24,9 x 100% = 60,24%(gizi kurang/ mild PEM )
TB/U = 107/125 x 100% = 85,6%
(gizi kurang/ mild PEM )
BB/TB = 15/18,5 x 100% = 81,08%
(mild malnutrition)
Height-age : sesuai dengan anak usia 7 tahun
Kebutuhan kalori berdasarkan RDA :
usia 7 – 9 tahun 80 kcal/kgBB
RDA kalori = 80 kcal/kgBB x 18,5 kg = 1480 kcal
Pemberian kebutuhan kalori dibagi dalam:
- Karbohidrat 50% x 1480 kcal = 740 kcal
- Protein 15% x 1480 kcal = 222 kcal
- Lemak 35% x 1480 kcal = 518 kcal
5/11/2018 Preskas Sri TOF - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/preskas-sri-tof 34/34
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Bernstein D. Congenital Heart Disease. Edisi 18. Nelson textbook of
pediatrics. Elsevier. Pp :1601 – 1605
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak . Jakarta :
Binarupa Aksara. pp: 1- 404.
3. Israr, Y.A. 2010. Tetralogi Fallot (TOF). Riau: Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
4. Anonim, Tetralogi Fallot . Diakses tanggal 31 Maret 2011; tersedia dalam:
http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=70
5. Ontoseno, T, Soebijanto Poerwodibroto, Mahrus AR. Tetralogi Fallot Dan
Serangan Sianosis. Diakses tanggal 31 Maret 2011; tersedia dalam:http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori
=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-gwtp250.html
6. Sastroasmoro, S. 1998. Dasar Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Jantung Bawaan. Jakarta: Perhimpunan Kardiologi anak Indonesia.
7. www.Medscape.com/BT Shunt/2010