BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan
darah yang bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain, bahkan penyebab penyakit jantung, stroke, dan
ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah besar dan serius.
Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi ke-tiga setelah
stroke dan tuberkolosis. Mencapai 6,7% dari populasi kematian di
Indonesia. (Depkominfo, 2010) Data sosiodemografi tingkat pengukuran
ekologi sebagai variabel independen utama, diperoleh dari Profil
Kesehatan Indonesia, Statistik Indonesia, Statistik Kesehatan, Statistik
Kesejahteraan Rakyat, dan Data Departemen Dalam Negeri, unit
pengamatan provinsi. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi
hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi
36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di
perdesaan 44,1% (36,2%-51,7%). (FKM UI,2004).
Pada usia-usia remaja juga bisa terkena hipertensi, bukan hanya
pada usia tua saja. Bisa saja karena perilaku remaja yang tidak baik seperti
minum alcohol, merokok, dan lain-lain. Tingkat prevalensi kasus
hipertensi ini cukup banyak, dan tingkat keganasannya juga tinggi berupa
morbiditas dan mortalitas.
Genetik juga salah satu factor terjadinya hipertensi. Seseorang
yang mempunyai riwayat hipertensi dua kali lebih besar risiko terkena
hipertensi disbanding yang tidak mempunyai riwayat hipertensi pada
keluarganya. Obesitas juga dapat menimbulkan hipertensi. Karena lemak
dapat menyumbat pembuluh darah yang dapat menaikan tekanan darah.
Olahraga dapat menurunkan risiko hipertensi, karena jika tidak
dibiasakan berolahraga kerja jantung akan lebih keras tiap kontraksi.
1
Makin keras otot jantung melakukan kontraksi akan semakin besar beban
yang ditekankan pada arteri. Kurang olahraga juga bisa menimbulkan
kelebihan berat badan, dan penimbunan lemak yang berbahaya bagi
jantung.
1.2. Perumusan Permasalahan
Adakah hubungan antara klasifikasi BMI (Body Mass Index)
terhadap resiko terkena hipertensi?
1.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara klasifikasi BMI (Body Mask Index)
terhadap resiko terkena hipertensi.
1.4. Tujuan
Tujuan umum:
Untuk mengetahui hubungan antara klasifikasi BMI (Body
Mask Index) terhadap resiko hipertensi.
Tujuan khusus:
a. Mengetahui karakteristik responden (kebiasaan merokok, umur,
status perkawinan, tingkat pendidikan, sering atau tidaknya
mengkonsumsi makanan asin, kebiasaan olahraga, tekanan darah
yang digolongkan hipertensi atau tidak, dan tingkatan BMI
responden)
b. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kelompok BMI
(Body Mass Index) dengan resiko terkena hipertensi.
1.5. Manfaat
1.5.1 Manfaat bagi peneliti
Sebagai prasyarat tugas dalam menempuh pembelajaran modul
riset di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2
1.5.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan
masyarakat tentang informasi kesehatan khususnya tentang bahaya
hipertensi dan bagaimana cara pencegahannya, minimal untuk mengurangi
risiko terjadinya hipertensi.
1.5.3 Bagi Institusi
Hasil penilitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian
lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi dalam
hal ini adalah faktor resiko yaitu berat badan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
Kategori Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi +
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
4
Berat badanTinggi Badan
klasifikasi bmi (body mass index)
genetiklifestyleobesitassexusia
HIPERTENSI
2.2.2 Mekanisme Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
2.2.3 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer merupakan tipe yang paling umum, yaitu
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopati (hipertensi tanpa
kelainan dasar patologi yang jelas). Lebih dari 90% kasus merupakan
5
hipertensi primer. Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan
lingkungan.
b. Hipertensi sekunder
Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenja tiroid.
Faktor risiko Hipertensi dibedakan menadi 2 kelompok, yaitu :
a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40 %,
dengan kematian sekitar di atas 65 tahun pada usia lanjut.
2. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi,
dimana pria lebih banyak menderita hipertensi di bandingkan dengan
perempuan, dengan rasio 2,29% untuk peningkatan tekanan darah
sistolik. Pria di duga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan.
3. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) yang mempertinggi risiko (ensensial). Tentunya faktor
genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor
genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan
rennin membran sel.
b) Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari pasien
hipertensi antara lain :
1) Obsesitas
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
di nyatakan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan
6
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter berkaitan
erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi.
2) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk
terjadinya kematian akibat kardiovaskuler, dan penelitan telah
menunjukan bahwa penghentian merokok dapat mencegah terjadinya
penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan infark miokard.
3) Stress
Steress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga tibul perubahan patologis. Gejala yang muncul
dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
2.2.4 Dampak Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan dampak pada diri si penderita antara lain :
1. Sakit kepala, pegal-pegal, perasaan tidak nyaman di tengkuk,
perasaan berputar/ingin jatuh, berdebar-debar, detak jantung
yang cepat, telinga berdenging.
2. Gagal jantung, karena jantung bekerja lebih keras sehingga otot
jantung membesar (hipertropi ventrikel kiri).
3. Berkembangnya plak lemak dalam dinding pembuluh darah
(atherosclerosis) dan plak garam-garaman (arteriosclerosis).
4. Atherosclerosis dan arteriosclerosis menyebabkan sumbatan aliran
darah, sehingga meningkatkan potensi kebocoran pembuluh darah.
Sumbatan di pembuluh nadi leher dapat menyebabkan
7
berkurangnya suplai oksigen ke sel-sel otak. Apabila otak
mengalami kekurangan oksigen dalam jangka waktu tertentu dapat
menimbulkan matinya sel-sel saraf otak (stroke iskhemik).
5. Pecahnya pembuluh darah kapiler di otak menyebabkan
pendarahan, sehingga sel-sel saraf dapat mati. Penyakit ini disebut
stroke hemoragik (stroke pendarahan). Stroke pendarahan sering
menimbulkan kematian mendadak.
6. Pecahnya pembuluh darah menyebabkan matinya beberapa organ
sehingga terjadi kelumpuhan. Lumpuh separuh badan sering terjadi
pada penderita stroke.
7. Pecahnya pembuluh darah tajuk di jantung, menyebabkan matinya
sebagian sel otot jantung. Hipertensi menyebabkan resiko gagal
jantung 6 X lebih besar dari orang yang tekanan darahnya normal.
8. Pecahnya pembuluh darah ginjal menyebabkan pendarahan pada
ginjal dan terjadi gagal ginjal.
9. Pecahnya pembuluh darah retina menyebabkan pandangan mata
menjadi kabur bahkan bisa buta (retrinopati).
10. Bersamaan dengan hipertensi akan mengalami kencing manis
(Diabetes mellitus), hiperfungsi kelenjar tiroid (hyperthyroid),
rematik, serta meningkatnya kadar lemak (hyperlipidemia)b.
2.2.5 Pencegahan Hipertensi
Modifikasi pola hidup
Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita
hipertensi, sangat
menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang
harus diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika ada kegemukan,
mengurangi minum alcohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi
asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang adekuat, mempertahankan
asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok,
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. Intervensi nonfarmakologis ini
harus dimulai sebelum menggunakan obat-obatan. Mengingat risiko-risikonya
8
yang hebat, maka dianjurkan pengukuran tekanan darah secara teratur, misalnya
dengan mengukur tekanan darah setiap satu bulan sekali, terutama untuk mereka
yang berusia di atas 45 tahun.
2.2.6 Tatalaksana Hipertensi
Pengobatan Hipertensi :
1.Terapi farmakologis
Pengobatan hipertensi tergantung dari etiologi maupun derajat hipertensi.
Adapun tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mencegah terjadinya morbilitas
dan mortalitas akibat tekanan darah yang tinggi. Program pengobatan hipertensi
terdiri dari dua macam, yaitu :
Pengobatan konservatif dengan obat-obat anti hipertensi, untuk
hipertensi essensial.
Tindakan pembedahan untuk hipertensi sekunder
Penderita dengan hipertensi berat harus segera diobati, sedangkan untuk
hipertensi ringan perlu dipastikan dulu dengan pengukuran ulang.
2. Penggolongan obat-obat anti hipertensi :
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi
metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam
memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis
kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan.
Diuretik didefinisikan sebagai zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran
kemih atau diuresis akibat khasiat langsung terhadap ginjal. Diuretik digunakan
untuk pengobatan hipertensi terutama hipertensi yang ringan atau sedang. Pada
penderita hipertensi yang berat sering digunakan diuretik bersama dengan obat-
obat penurun tekanan darah yang lain.
Khasiat dari diuretika ini adalah menurunkan tekanan darah dengan
mempertinggi pengeluaran natrium dan air sehingga volume dan tekanan darah
menurun. Adanya penyakit penyerta lainnya akan menjadi pertimbangan dalam
pemilihan obat antihipertensi.
9
Pada penderita dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin
sangat bermanfaat; namun demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-
keadaan seperti penyakit arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif.
Pada penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung
kongestif, diuretik, penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau
kombinasi keduanya merupakan ptlihan terbaik.
Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural (penyekat
adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi) atau obat-obatan yang
dapat menyebabkan disfungsi kognitif (agonis 2 sentral) harus diberikan
dengan hati-hati. Perlu diperhatikan adanya interaksi obat antara
antihipertensidengan obat lainnya. Obat yang potensial memberikan efek
antihipertensi misalnya : obat anti psikotik terutama fenotiazin, antidepresan
khususnya trisiklik, L-dopa, benzodiapezin, baklofen dan alkohol.
Obat yang memberikan efek antagonis antihipertensi adalah:
kortikosteroid dan obat antiinflamasi nonsteroid. Interaksi yang menyebabkan
toksisitas adalah: (a)tiazid: teofilin meningkatkan risiko hipokalemia, lithium
risiko toksisitas meningkat, karbamazepin risiko hiponatremia menurun; (b)
Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia, asistole, hipotensi, gagal
jantung; digoksin memperberat bradikardia, obat hipoglikemik oral meningkatkan
efek hipoglikemia, menutupi tanda peringatan hipoglikemia. Dosis beberapa obat
diuretic penyekat beta, penghambat ACE, penyekat kanal kalsium, dan penyakat
alfa yang dianjurkan pda penderita hipertensi pada lanjut usia adalah sebagai
berikut.
Dosis obatobat diuretic (mg/hari) msialnya: bendrofluazid 1,25- 2,5,
klortiazid 500-100, klortalidon 25-50, hidroklortiazid 12,5-25, dan indapamid SR
1,5. Dosis obat-oabat penyekat beta yang direkomendasikan adalah: asebutolol
400 mg sekali atau dua kali sehari, atenolol 50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20
mg sekali sehari, celiprolol 200-400 mg sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg
sekali sehari, oksprenolol 180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg
sekali sehari. Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah:
kaptopril 6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari,
perindropil 2-8 mg sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-
10
10 mg sekali sehari. Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium yang dianjurkan
adalah: amlodipin 5-10 mg sekali sehari, diltiazem 200 mg sekai sehari, felodipin
5-20 mg sekali sehari, nikardipin 30 mg dua kali sehari, nifedipin 30-60 mg sekali
sehari, verapamil 120-240 mg dua kali sehari. Dosis obat-obat penyakat alfa yang
dianjurkan adalah; doksazosin 1-16 mg sekali sehari, dan prazosin 0,5 mg sehari
sampai 10 mg dua kali sehari.
2.3 Kerangka Konsep
11
BAB III
Metodologi Penelitian
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik
dengan pendekatan croos sectional untuk mengetahui hubungan obesitas
dengan kejadian hipertensi pada Laki-Laki yang berumur 18 tahun keatas
pada daerah puri intan ciputat,tangerang selatan.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Puri intan ciputat sejak hari
selasa-rabu,22 s/d 24 januari 2011.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi-nya yaitu warga laki-laki berumur 18 tahun keatas yang
berada di daerah Puri intan ciputat dengan pembatasan populasi
berdasarkan kriteria inklusi.
Pengambilan sample dilakukan dengan cara Sistematic Random
Sampling mengingat jumlah warga yang diambil tidak teralalu banyak .
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
a. Kriteria Inklusi
1. Menderita hipertensi dan tidak hipertensi (kontrol)
2. Warga yang berada di daerah puri intan ciputat
3. Jenis kelamin laki-laki
4. Usia 18 tahun ke atas
5. Bersedia menjadi responden.
6. Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data.
12
b. Kriteria Eksklusi
1. menderita penyakit diabetes melitus, penyakit ginjal, dan kelainan
pada
korteks adrenal.
2. menderita penyakit psikosis
3. memiliki riwayat merokok
4. memiliki riwayat hipertensi di keluarga (faktor genetik)
5. konsumsi garam berlebih
3.5 Cara Kerja
Mempersiapkan alat yang akan digunakan seperti timbangan berat
badan. Kemudian mengidentifikasi subjek yang akan di teliti dengan
meminta informasi jumlah warga yang ada kepada kelurahan setempat.
Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian dengan membagi 2
kelompok yaitu yang bukan termasuk penderita hipertensi dan termasuk
penderita hipertensi. Sebelumnya diminta persetujuan (informed cnsent)
dimana subjek akan mendapatkan salinan lembar persetujuan. Subjek yang
bersedia di tiap masing-masing kelompok di interview berat badan
kemudian di analisis.
3.6 Alur Penilitian
3.7 Management Data
13
Informed consent
random
Identifikasi subjek
Persiapan penelitian
hipertensiNon hipertensi
Metode pengolahan data diambil secara random dengan cara
interview dan observasi dan metode pengolahan data dilakukan secara
manual dan komputerisasi.
Karena data berbentuk analitik komperatif kategorik tidak
berpasangan maka dalam menganalisis data menggunakan uji “Chi square
Fisher KS” dengan rumus pengambilan besar sampel :
Bila dimasukkan ke dalam data penelitian maka :
Zα : 1.96 P : 0.54
Zβ : 0.842 Q: 0.46
P1 : 0.64 Q1 : 0.36
P2 : 0.44 Q2 : 0.562
Besar Sample = 1.96√2(0.54 x 0.46) + 0.842√(0.64 x 0.36) + (0.56 + 0.44)
0.2
= 57.95 dibulatkan menjadi 58
Jadi minimal sample yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebanyak 58 responden yang mewakili populasi, namun dalam penelitian
memakai seluruh populasi untuk dijadikan sampel penelitian agar mengurangi
resiko ketidakvalidan data.
3.8 Etika Penilitian
Mengajukan usulan penelitian kepada komisi etik
Memberikan informed consent kepada subjek penelitian dan rumah
sakit
3.9 Definisi Operasional
14
Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2
P1 – P2
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur1. Hipertensi Suatu keadaan dimana tekanan
darah responden melebihi batas normal yaitu sistolik > 140 mmHg dan Diastolik > 100 mmHg.12
Tekanan darah sistolik :- < 120 : normal- 120 – 139 : prehipertensi- 140 – 159 : hipertensi stage 1- > 160 : hipertensi stage 2Tekanan darah diastolik :- < 80 : normal- 80 – 89 : prehipertensi- 90 – 99 : hipertensi stage 1- > 100 : hipertensi stage 2
- Kuesioner-Tensi Meter
- Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran
1.Hipertensi ( TD>120)2. Non Hipertensi (TD <=120)
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah arteri. Tekanan itu diukur dalam satuan milimeter mercury (mmHg) and direkam dalam dua angka-tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi)11
- Kuesioner-Tensi Meter
- Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran
Sesuai hasil pengukuran, lalu dikelompokkan menjadi hipertensi atau tidak.
3. Obesitas Kelebihan massa tubuh responden yang didapat berdasarkan perhitungan rasio berat badan dan tinggi badan pada kurun waktu tiga bulan terakhir.9
- Kuesioner- Timbangan- Pengukur
Tinggi Badan
- Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran
1. Obesitas2. Tidak
Obesitas
4. IMT Metode yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas.9
Klasifikasi IMT :- < 18,5 : Underweight- 18,5-24,9 : Normal- 25-29,9 : Overweight- 30-34,9 : Obesitas Tahap I- 35-39,9 : Obesitas Tahap II- >40 : Ekstrim,
Obesitas Tahap III
Kuesioner - Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran
1. Non obesitas (underweight, normal)
2. Obesitas (overwight, Obesitas)
5. Berat Badan
Adalah ukuran massa seseorang dan diketahui dengan satuan kilogram (kg)9
Kuesioner - Wawancaraberdasarkan kuesioner- Penimbangan
Sesuai hasil penimbangan (kg)
6. Tinggi Badan
Adalah ukuran tinggi seseorang dari ujung kepala hingga ujung kaki dan diketahui dengan satuan centimeter (cm) / meter (m)9
Kuesioner - Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran
Sesuai hasil pengukuran (m)
3.10 Perincian Anggaran
15
1. Biaya peralatan
No Jenis Jumlah Barang Harga Satuan Total Biaya
1 Tensimeter 3 Rp.200.000 Rp.600.000
2Timbangan
badan3 Rp.200.000 Rp.600.000
3 steteskop 3 Rp.30.000 Rp.90.000
JUMLAH Rp. 1.290.000
2. Perjalanan
No Jenis KendaraanBahan
Bakar/hariJumlah Hari Total Biaya
1 Motor 1 L @ 5000 3 Rp. 15.000
JUMLAH Rp. 15.000
3. Alat Tulis Kantor
No Jenis Jumlah Barang Harga Satuan Total Biaya
1 Buku 3 Rp.5000 Rp.15.000
2 Pulpen 3 Rp.2000 Rp.6.000
3 Pensil 3 Rp.2000 Rp.6.000
4 Penghapus 3 Rp.1000 Rp.3.000
5 Tipe-X 3 Rp.2500 Rp.7.500
Jumlah Rp.37.500
4. Biaya Pengelolaan
No Jenis Jumlah Barang Harga Satuan Total Biaya
3 Biaya Print 20 500 Rp.10.000
4 Jilid 2 2000 Rp.4.000
Jumlah Rp.14.000
16
5. Konsumsi
Jumlah
Makan/hari
HargaWaktu Jumlah Total
2 kali Rp.10.000 3 Rp.60.000
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pendeksripsian Data
a. Kebiasaan Merokok
HasilKebiasaan MerokokTak
PernahPerna
hMasi
hNilai 23 32 154Persen (%) 11 15.3 73.7
b. Status Perkawinan
HasilStatus Perkawinan
Sudah Belum DudaNilai 189 12 8Persen (%) 90.4 5.7 3.8
c. Pendidikan Responden
HasilPendidikan Responden
Buta Huruf
Baca Tulis SD
SMP SMA
S1 S2 Tak Diketahui
Nilai 8 50 89 21 30 2 1 1Persen (%) 3.8 23.9 42.6 10 14.4 1 0.5 0.5
d. Makanan Asin
HasilMakanan Asin
Hampir tak pernah
Kurang dari seminggu 1-2 kali seminggu
3-4 kali perminggu
Hampir tiap hari
Nilai 18 5 28 23 135Persen (%) 8.6 2.4 13.4 11 64.6
18
e. Kebiasaan Olahraga
HasilKebiasaan Olah Raga
Tak Pernahkurang dari 3 kali
seminggulebih dari 3 kali
semingguNilai 78 42 89Persen (%) 37.3 20.1 42.6
f. Golongan Umur
HasilGolongan Umur
Remaja Dewasa LansiaNilai 3 131 75Persen (%) 1.4 62.7 35.9
g. Hipertensi
HasilGolongan Hipertensi
Hipertensi
Non Hipertensi
Nilai 130 79Persen (%) 62.2 37.8
h. Klasifikasi BMI
HasilBMI
Obesitas
Non Obesitas
Nilai 23 186Persen (%) 11 89
19
4.1.2 Hubungan Klasifikasi BMI (Body Mass Index) dengan resiko
terkenanya Hipertensi
ObesitasGolongan Hipertensi
non Hipertensi HipertensiNon Obesitas Nilai 69 117
Persen (%) 37.1 62.9Obesitas Nilai 10 13
Persen (%) 43.5 56.5
Tes Chi SquareAsymp sig(2-sided)
Exact sig (2-sided)
Exact sig (1-sided)
Pearson Chi Square 0.552Continuity Correction 0.713likelihood Ratio 0.555Fisher Exact Test 0.649 0.352linear by linear Association N ofvalid Cases 0.553
Berdasarkan tabel diatas apabila dilihat dari nilai P, P bernilai 0.649 jadi
lebih dari nilai alpa (0.05) maka hubungan antara klasifikasi BMI dengan resiko
terkena hipertensi menurut statistik tidak bermakna namun menurut teori,
klasifikasi BMI itu berpengaruh resiko terkenanya hipertensi atau tidak.
4.2 Pembahasan
Dilihat dari sampel yang didapat ditemukan ada 130 orang yang
terpajan hipertensi. Namun hanya 13 orang yang terpajan hipertensi disertai
obesitas. Sehingga sampel yang diambil belumlah menunjukan adanya hubungan
antara klasifikasi BMI dengan resiko terkena hipertensi.
Secara statistik hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara
orang yang obesitas dengan resiko terkenanya hipertensi. Namun menurut teori
yang kita temukan adanya keterkaitan antara seseorang yang obesitas dengan
resiko terkenannya.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Subjek penelitian yang menjadi sampel terdistribusi sebagai berikut :
a. Hipertensi dengan Obesitas : 13 responden
b. Hipertensi tanpa Obesitas : 117 responden
c. Obesitas tanpa Hipertensi : 10 responden
d. Tanpa Obesitas dan tanpa hipertensi : 69 responden
2. Walaupun dalam penelitian secara statistik tidak terbukti adanya
hubungan antara obesitas dengan resiko hipertensi, tetapi menurut
landasan teori yang kami dapatkan tertuliskan bahwa terdapatnya
hubungan antara klasifikasi BMI dengan resiko terkena hipertensi, maka
dengan itu menurut landasan teori yang kami temukan untuk mencegah
hipertensi haruslah mencegah obesitas terlebih dahulu
3. Secara teori obesitas (meningkatnya berat badan) meningkatkan
kemungkinan terkena hipertensi walaupun secara statistik terbukti tidak
ada hubungan antara hipertensi dengan obesitas.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Bagi Pasien
Berdasarkan penelitian, tidak ditemukan adanya kecenderungan
bahwa orang yang obesitas dapat terpajan hipertensi, namun menurut
teori yang kita temukan terdapat kecendrungan orang yang obesitas
resiko terkena hipertensi Oleh karena itu pasien haruslah menjaga
pola hidupnya dengan menjaga pola makan, teratur berolah raga, dan
pola hidup sehat lainnya. Sehingga hipertensi pada pasien bisa
dicegah.
21
5.2.2 Saran Bagi Institusi
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat hipertensi di daerah puri
intan ciputat didapatkan banyaknya responden yang menderita
hipertensi yaitu sebanyak 130 orang atau sekitar 62.2 persen dari
responden. Oleh karena itu diperlukan suatu penyuluhan / edukasi
terhadap pasien tersebut tentang pentingnya hidup sehat.
5.2.3 Saran Bagi Peneliti
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini
dengan memperbaiki teknik sampling sehingga diperoleh
sampel yang lebih representatif terhadap populasi.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikut sertakan variabel-
variabel lain yang diduga berhubungan dengan hipertensi yang
tidak dapat diteliti pada penelitian ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Van Rossum CTM, van de Mhen H, Witteman JCM, Hoftnan A,
Mackenbach JP, Groobee DE. Prevalence, treatment, and control of
hypertension by sociodemographic factors among the dutch elderly.
Hypertension 2000;35:814-21.
2. Borzecki AM, Glickman ME, Kader B, Bcrlowitz DR. The effect of age on
hypertension control and management. AJH 2006; 19:520-527.
3. National Intervention Cooperative Study in Elderly Hypertensives Study
Group (NICS-EH). Randomized double-blind comparison of a calcium
antagonist and a diuretic in elderly hypertensives. Hypertension
1999;34:1129-33.
4. Sylvia A.Price & Lorraine M.wilson. Patofisiologi.Jakarta:EGC.2005.
23
24
Recommended