Transcript

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN CD PEMBELAJARAN SISWA KELAS III SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

Dosen Pembimbing 1. Dra. Wahyuningsih, M.Pd. 2. Drs. Mujiyono, M.Pd.

Oleh TEGAR ARENANDA MISBACHAR 1402408199

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 20121

PROPOSAL PTK A. Judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran Siswa Kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang

B. Bidang Kajian Model dan Media Pembelajaran

C. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Beberapa bentuk nyata dari pernyataan di atas adalah proses pembelajaran harus dapat memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Selain itu pembelajaran juga disarankan menggunakan beragam pendekatan

pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. Berdasarkan lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI yang tercantum dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali 2

peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Adapun tujuan dari pembelajaran matematika yang termuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyebutkan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain : (1). Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. (2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan kemampuan matematika. (3). Memecahkan masalah yang meliputi memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4). Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki ra\sa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Matematika merupakan ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika di sekolah dasar merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki ruang lingkup meliputi aspek-aspek bilangan, geometri, pengukuran, dan pengolahan data. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Unsur pokok pembelajaran matematika adalah guru yang 3

bertindak sebagai perancang kegiatan pembelajaran, siswa sebagai pelaku kegiatan pembelajaran, serta matematika itu sendiri sebagai mata pelajaran yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu dalam pembelajaran matematika, guru harus dapat merancang suatu pembelajaran matematika yang bermakna agar matematika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa agar siswa dapat memiliki kemampuan-kemampuan tersebut. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika adalah seringkali siswa merasa kesulitan dalam belajar, selain itu belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep salah. Akibatnya prestasi siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensip atau secara parsial. Sedangkan guru yang bertugas sebagai pengelola pembelajaran seringkali belum mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara bermakna, serta penyampaiannya juga terkesan monoton tanpa memperhatikan potensi dan kreativitas siswa sehingga siswa merasa bosan karena siswa hanya dianggap sebagai botol kosong yang siap diisi dengan materi pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika guru harus

menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan dan siswa lebih berkesan dengan pembelajaran yang telah disampaikan serta siswa akan lebih mengingat dan tidak mudah melupakan hal- hal yang dipelajarinya. (Sulianto dan Porniawati dalam

http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=

article&id=2011:

upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-kreativitas-siswa-dalam-pembelajaranmatematika-di-sekolah-dasar-dengan-metode-pemecahan-masalah) Permasalahan tersebut juga menjadi gambaran pelaksanaan

pembelajaran matematika yang terjadi di SDN Pakintelan 03 Kota Semarang khususnya di kelas III. Berdasarkan observasi dilakukan selama pelaksanaan 4

PPL di SDN Pakintelan 03 kota Semarang, diperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di kelas III masih berdiri sendiri menurut jadwal dan belum menggunakan suatu tema. Salah satu catatan ketika observasi dilakukan, pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 dengan materi pengurangan dengan teknik menyimpan dilaksanakan dengan kegiatan berkelompok 5-6 orang anggota tiap-tiap kelompok. Guru kemudian menjelaskan materi pengurangan dengan teknik menyimpan dengan menggunakan media manik-manik. Guru mempraktekkan cara penggunaan manik-manik untuk soal pengurangan yang dituliskan di papan tulis beberapa kali. Guru menanyakan apakah siswa sudah paham. Kemudian beberapa siswa diminta maju memempraktekkan cara penggunaan manikmanik untuk mengerjakan soal-soal pengurangan. Kegiatan selanjutnya guru membagikan lembar Soal kepada masing-masing kelompok lalu menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Siswa diminta untuk mengerjakan soal secara berkelompok pada lembar jawaban yang sudah diberikan oleh guru. Guru memberikan waktu sekitar 20 menit untuk mengerjakan lembar soal. Selama siswa berkelompok, ada 2 kelompok yang mengganggu kelompok laim dan tidak bisa bekerja sama dalam kelompok sehingga guru harus beberapa kali memperingatkan kelompok tersebut. Dalam kegiatan diskusi ini kembali terlihat ketidakoptimalan penggunaan kelompok secara besar karena dari 5 kelompok yang ada, semuanya mengalami permasalahan yang sama yaitu lembar soal hanya dikerjakan oleh 1-2orang atau dalam kata lain hanya beberapa orang siswa yang aktif dalam kelompok siswa yang lain hanya diam, berbicara sendiri, membuat gaduh, dan bahkan mengganggu kelompok lain. Selama kegiatan diskusi ini guru terus berkeliling kelas selama siswa mengerjakan lembar soal untuk memberikan bimbingan kepada kelompok dan menenangkan siswa-siswa yang membuat gaduh. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar soal, kemudian secara bergiliran guru menunjuk kelompok untuk mengirimkan wakilnya mengerjakan soal di 5

papan tulis. Lalu guru mengadakan koreksi secara interaktif bersama dengan seluruh siswa. Setiap kelompok diminta untuk mengoreksi hasil

pekerjaannya. Kelompok yang mendapat skor paling besar mendapat reward tambahan. Terdapat 2 kelompok terbaik dengan skor akhir sama yaitu 40. Hasil pekerjaan siswa kemudian dikumpulkan di meja guru untuk diberi nilai berdasarkan skor yang diperoleh. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk kembali ke tempat duduk awal. Selanjutnya masuk kedalam bagian penutup. Guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan yang sudah dilakukan. ada yang menjawab diskusi, bermain manik-manik, berhitung pengurangan pak, dan pinjam-meminjam. Setelah itu guru memancing siswa untuk menyimpulkan cara pengurangan dengan teknik meminjam secara bersamasama. Kemudian guru bertanya kembali apakah siswa sudah paham. Sebagian siswa menjawab sudah. pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan evaluasi secara individual. Evaluasi dilakukan selama sekitar 15 menit. Kemudian guru mengumpulkan hasil evaluasi dan menutup pelajaran dengan salam. Berdasarkan uraian jalannya pembelajaran di atas, dapat ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi saat pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang antara lain (1). siswa belum mempersiapkan diri terhadap materi yang akan dipelajari. Terlihat dari walau sebagian siswa mampu menjawab soal pancingan yang berupa pengurangan tanpa meminjam yang merupakan materi yang telah dikuasai sebelumnya. Tetapi pada materi pengurangan dengan teknik meminjam yang merupakan materi yang akan dipelajari sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan. (2). Pembagian kelompok secara besar belum efektif dan optimal. Yang pertama terlihat dari pengaturan kelompok yang memakan waktu lama karena anggota yang terlalu banyak. Kemudian dari dari seluruh kelompok,terlihat hanya beberapa siswa yang aktif dalam mengerjakan lembar soal. Sisanya hanya diam, ikut-ikutan, dan mengganggu teman atau kelompok lain. (3). 6

belum diberikannya permasalahan atau isu yang berhubungan dengan materi yang merangsang siswa untuk tertarik mengikuti pembelajaran. (4). Penyampaian materi yang langsung menuju pada pokok pembahasan sehingga tidak ada proses berpikir yang dilakukan oleh siswa. Seharusnya siswa diberikan rangsangan materi berupa permasalahan yang menuntut siswa untuk berfikir terlebih dahulu. (5). Belum diberikannya kesempatan pada tiap-tiap kelompok untuk membagikan hasil diskusi dan hasil jawabannya pada tiap-tiap anggota kelompok, sehingga banyak anggota kelompok yang tidak paham dan tidak mengerti dengan jawaban dan hasil kerja kelompoknya. (6). media yang digunakan kurang menarik dan mencakup keseluruhan siswa. media kurang inovatif karena hanya satu jenis berupa benda nyata saja yaitu manik-manik. Pada prakteknya siswa terlihat tertarik pada awal, namun kemudian siswa terlihat bosan terhadap media yang hanya satu jenis dan penggunaannya yang monoton. (7). Media yang digunakan belum sesuai dengan materi yang dipelajari. (8). Lembar soal yang diberikan kurang dapat menjangkau dan mengaktifkan seluruh siswa sehingga banyak siswa yang tidak tertarik dan lebih suka membuat gaduh sendiri. (9). Belum diberikannya kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami sehingga siswa terkesan hanya menerima penjelasan dari guru. (10) pembelajaran yang digunakan sudah cukup inovatif tetapi dirasa masih kurang karena hanya menggunakan bentuk kelompok secara konvensional. Terlihat dari kegiatan pembelajaran yang hanya pemaparan materi, diskusi, presentasi, lalu evaluasi yang monoton dan kurang menarik. (11). Walau dalam RPP tertulis pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah tematik, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih berdiri sendiri. (12). Tema yang digunakan belum sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. (13). Kurang antusiasnya siswa yang dikarenakan oleh penyampaian materi yang kurang menarik, media yang hanya satu jenis dan kurang mencakup keseluruhan siswa, model 7

pembelajaran yang kurang inovatif, serta kegiatan pembelajaran yang terkesan monoton. Permasalahan-permasalahan di atas menyebabkan perolehan hasil belajar siswa yang kurang optimal yaitu 52 % atau 16 dari 31 orang siswa kelas III SD Negeri Pakintelan 03 tidak mengalami ketuntasan dalam pembelajaran Matematika dengan perolehan nilai dibawah KKM yang ditentukan yaitu 60. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran tersebut perlu sekali proses pembelajaran untuk diperbaiki agar kualitas pembelajaran matematika meningkat. Mengacu pada uraian permasalahan pembelajaran di atas,

seharusnya pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal apabila guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas. Langkah-langkah tersebut antara lain dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok yang lebih kecil untuk mendorong keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara mandiri sehingga masing-masing individu dapat menemukan pemahaman awalnya sendiri, serta dengan menggunakan bantuan media yang dapat menarik minat sekaligus membantu jalannya pembelajaran agar lebih efektif dan optimal. Disisi lain, model pembelajaran TPS merupakan model

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Trianto, 2007:61). Dalam penerapannya, model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga model ini mempunyai potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Langkah-langkah pelaksanaan model TPS menurut Gunter, Estes dan Schwab (dalam Chotimah, 2007:17-1) terdapat empat tahap dalam TPS. 8

Tahap 1, guru mengemukakan pertanyaan atau memberikan permasalahan, tahap 2 peserta didik berpikir secara individu. Tahap kedua ini merupakan tahapan yang secara otomatis menyediakan waktu tunggu. Tahap 3, setiap peserta didik mendiskusikan jawabannya dengan seorang mitra. Tahap 4, peserta didik berbagi jawaban dengan seluruh kelas. Pada tahap ini peserta didik secara individu mewakili kelompok atau berdua/berempat maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Isjoni (dalam Salam, 2011:24) menegaskan pembelajaran TPS memiliki keunggulan yaitu memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. kemudian optimalisasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Keuntungan penerapan model TPS dalam pembelajaran lebih rinci dapat terlihat dalam beberapa kegiatan berikut, yaitu: memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain; Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok; Interaksi dalam kelompok lebih mudah;. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya; Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas; Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas; Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil; Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan;

Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung 9

memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan; Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah; Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar; Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran; Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya. (Assyafi'i dalam

http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan-tps.html) Untuk mendukung pelaksanaan model TPS ini, peneliti

menggunakan media CD Pembelajaran. CD Pembelajaran merupakan gabungan dari beberapa media yang diringkas dalam bentuk CD (Compact Disk) yang meliputi intro, menu utama, menu materi, menu soal, menu kuis, halaman isi materi, halaman soal, halaman informasi, dan halaman penutup. Bentuk penggunaan media CD Pembelajaran terlihat dalam kegiatan penyampaian materi ajar, pemberian soal serta kuis yang dikemas dalam suatu tema yang sesuai dengan materi ajar. Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan CD pembelajaran (Satianinggar, 2009) ini antara lain (a). Dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkret dan nyata sehingga mudah diterima siswa. (b). Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan mendalam pada diri siswa. (c). Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat merangsang berbagai macam perkembangan kecerdasan, serta (d). Dapat menyeragamkan 10

materi pembelajaran dan mengurangi resiko kesalahan konsep. Sehingga dengan penerapan media CD pembelajaran ini akan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang akan dipelajari, pembelajaran dapat dilaksanakan lebih menarik, CD pembelajaran dapat digunakan dan disesuaikan dengan berbagai materi pelajaran, serta dapat meningkatkan aktivitas siswa, keterampilan guru, serta hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran. Model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran ini sebelumnya juga pernah diterapkan dalam penelitian tindakan kelas, diantaranya penelitian oleh Ulfatusani (2011: Vol.1-3) yang menunjukkan hasil bahwa penerapan model TPS dengan CD pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SD PKn Kelas IVC SD Negeri Tambakaji 04 Semarang. Kemudian penelitian oleh Nugrahaeni (2011) yang memperoleh hasil bahwa kemampuan siswa dalam menyunting karangan dapat meningkat setelah menerapkan model TPS. Penelitian Ningrum (2011) juga menunjukkan bahwa model TPS dan CD pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang didalamnya

menyangkut keterampilan guru, aktifitas siswa, dan hasil belajar siswa. Lebih lanjut, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa pembelajaran untuk kelas I,II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Rusman (2010:254) menjelaskan pengertian pembelajaran tematik sebagai berikut: Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Keuntungan yang dapat dicapai ketika seorang guru melaksanakan pembelajaran tematik antara lain: (a). Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu. (b). Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan

11

mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi matapelajaran dalam tema yang sama. (c). Pemahaman materi matapelajaran lebih mendalam dan berkesan. (d). Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. (e). Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.(f). Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. (g). Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus. (Panduan KTSP,2007:253). Maka dalam penelitian di kelas III SDN Pakitntelan 03 ini nantinya akan dilaksanakan secara tematik namun difokuskan untuk mata pelajaran matematika yang berkaitan dengan tema yang dipilih. Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran TPS, media CD pembelajaran, serta pembelajaran tematik maka peneliti dapat menetapkan tindakan yang sesuai dengan permasalahan pembelajaran matematika yang terjadi di kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan berbantuan CD Pembelajaran. Penetapan tindakan ini didasarkan pada kelebihan dari model TPS, media CD pembelajaran, serta pembelajaran tematik yang dapat menutupi permasalahan dan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang. Pembelajaran TPS ini akan dilaksanakan secara tematik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menetapkan judul : Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran Siswa Kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang.

12

2. Perumusan dan Pemecahan Masalah a. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang? Dari rumusan khusus tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1. Apakah model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang ? 2. Apakah model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang? 3. Apakah model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada siswa kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang? b. Pemecahan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis merancang pemecahan masalah dengan tahapan-tahapan TPS dengan CD

Pembelajaran sebagai berikut : Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran TPS menurut Suprijono (2011:91) adalah sebagai berikut : Tahap I : Thinking ( berpikir ). pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipirkan

13

oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Tahap II : Pairing ( berpasangan ). guru meminta peserta didik berpasangan-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasanagan itu untuk berdiskusi. Diharapakan diskusi ini dapat memperdalam makan dari jawaban yang telah dipirkannya dengan pasangannya Tahap III : Sharing ( berbagi ). hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Diharapakn terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara interaktif. Model TPS ini akan dipadukan dengan penggunaan media berbentuk Compact Disc (CD) yaitu CD Pembelajaran. Menurut Ariani dalam Pembelajaran Multimedia di Sekolah (2010:88), CD Pembelajaran merupakan gabungan dari beberapa media yang diringkas dalam bentuk CD (Compact Disk) yang meliputi intro, menu utama, menu materi, menu soal, menu kuis, halaman isi materi, halaman soal, halaman informasi, dan halaman penutup. Poerwadarminta (dalam Rusman, 2010:254) Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Bentuk pembelajaran nantinya akan menggabungkan antara media CD Pembelajaran dengan model TPS yang akan dilaksanakan dalam tema-tema tertentu. Pentuk penggunaan media terlihat dalam kegiatan penyampaian materi ajar, pemberian soal serta kuis yang dikemas dalam suatu tema yang sesuai dengan materi ajar. Dalam CD Pembelajaran akan diselipi dengan animasi dan multimedia interaktif sehingga dapat merangsang dan menarik perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. 14

Dengan merujuk pada teori tentang model pembelajaran TPS, pembelajaran tematik dan CD Pembelajaran di atas, maka peneliti menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu : 1) Guru menyampaikan materi dengan bantuan CD Pembelajaran yang telah dibuat sebagai penguatan terhadap hasil diskusi berpasangan siswa; 2) Memberikan pertanyaan dan soal yang berkaitan dengan materi yang merangsang siswa untuk berfikir secara individu (think); 3) Guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan dan soal yang sudah diberikan oleh guru secara individual; 4) Membagi siswa berpasangan menjadi 15 kelompok (pair); 5) Memberikan waktu siswa untuk mendiskusikan jawaban dari soal yang telah dikerjakan secara individu bersama pasangannya; 6) Membagikan Lembar soal sesuai dengan materi yang dipelajari secara berpasangan; 7) Memimpin pembahasan hasil diskusi Lembar soal yang dilakukan bersama dalam kelas(share); 8) Penyimpulan materi yang dilanjutkan dengan evaluasi materi yang telah dipelajari. 3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. b. Tujuan Khusus 1) Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang melalui model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran.

15

2) Meningkatkan keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika Pembelajaran. 3) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika di kelas III SD N Pakintelan 03 Kota Semarang melalui model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran. 4) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD N Pakintelan 03 Kota Semarang melalui model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai antara lain : a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah dasar. b. Manfaat praktis 1) Bagi siswa (a) Motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika meningkat (b) Siswa lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran matematika (c) Meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok. (d) Meninkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. 2) Bagi guru (a) Memberikan alternative pemecahan masalah yang dapat melalui model Think Pair Share dengan CD

digunakan oleh guru dalam menghadapi permasalahan yang muncul dari siswa yang berhubungan dengan pembelajaran. (b) Meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan

pembelajaran matematika. 16

3) Bagi sekolah (a) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. (b) Sebagai bahan kajian untuk pengembangan bentuk pembelajaran selanjutnya.

17

D. Kajian Pustaka 1. Kajian Teori a. Pengertian belajar Slavin (dalam Anni 2007:2) menyebutkan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Daryanto (2010:2) yang menyatakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan pemahaman Sardiman (2001:20) bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku manusia yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan lain sebagainya. Belajar menurut Gagne (dalam Winataputra 2008:1.8) learning is a change in human disposition or

capability that persists over a period of time and is not simply ascribable to processes of growth. Hamdani (2011:21-22) menegaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku ataupun penampilan sebagai hasil dari serangkaian kegiatan dan akan lebih bermakna jika subjek belajar mengalami dan melakukan kegiatan tersebut secara langsung. Morgan (dalam Suprijono, 2009:3), belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Daryanto (2010:3-4) menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai hasil dari belajar memiliki 6 ciri yaitu : a. Perubahan terjadi secara sadar Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan di dalam dirinya b. Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional

18

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehudupan ataupun proses belajar selanjutnya. c. Perubahan dalam berlajar bersifat positif dan aktif Perubahan ini senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. d. Perubahan bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benarbenar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalamu perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dsb. Jadi secara umum belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara manusia dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat tetap dan perubahan ini tidak berhubungan dengan proses pertumbuhan. b. Pengertian Pembelajaran UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Briggs (dalam Sugandi, 2007:9-10), pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si 19

belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Selanjutnya menurut Rombepajung (dalam Thobroni &

Mustofa, 2011:18), pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Thobroni & Mustofa (2011:21)

menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Pengertian pembelajaran ditegaskan lagi oleh pendapat Winartapura (dalam

http//ningningocha.wordpress.com), pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Lebih lanjut ia ungkapkan bahwa pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar.. Berasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran adalah adanya suatu interaksi antara pendidik, peserta didik, sumber belajar, serta lingkungan melalui pelajaran,

pengalaman, atau pengajaran sehingga terjadi proses belajar untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan. c. Kualitas Pembelajaran Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu (http://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas). Kualitas pembelajaran

secara operasional diartikan sebagai inensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kulikuler. Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Daryanto (2010:57) mendefinisikan evektifitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Peningkatan tersebut berupa peningkatan 20

pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. DIKTI (2004:7) mengklasifikasikan indikator kualitas pembelajaran antara lain : keterampilan guru, aktivitas siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yaitu menyangkut pada keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. a) Keterampilan Guru Keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya tergantung oleh faktor kemampuan, motivasi, dan keaktifan para peserta didik, tetapi juga ditentukan oleh sejauh mana seorang guru mampu

mengembangkan keterampilan dasar yang dimilikinya untuk menunjang kegiatan pembelajaran dalam kelas. Menurut mengajar Harjati bagi

(http://www.purjatifis.blogspot.com),

keterampilan

seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai sumbstansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar. Hasibuan dan Moedjiono (2009:58) membagi keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru menjadi 8 macam. 8 keterampilan dasar yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Keterampilan memberi penguatan Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut muncul kembali. Komponen yang ada dalam keterampilan ini adalah : (a) penguatan verbal; (b) penguatan penguatan gestural; 21

(c) penguatan dengan cara mendekati; (d) penguatan dengan sentuhan; (e) penguatan dengan memberikan kegiatan menyenangkan; (f) penguatan berupa tanda atau benda, 2) Keterampilan bertanya Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Bertanya merupakan stimulus efektid yang

mendorong kemampuan berfikir. Komponen dari keterampilan bertanya antara lain : (a) pengungkapan pertanyaan secara jelas, (b) pemberian acuan, (c) pemusatan kearah jawaban yang diminta, (d) pemindahan giliran menjawab, (e) penyebaran pertanyaan, (f) pemberian waktu berfikir, (g) pemberian tuntunan. 3) Keterampilan mengadakan variasi Menurut Harjati (dalam http://www.purjatifis.com./), variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksud sebagai proses perubahan dalam pengajaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pembelajaran dan variasi dalam pola interaksi dalam kelas. Komponen dari keterampilan ini adalah : a) Variasi dalam Gaya Mengajar: variasi suara Pemusatan perhatian

22

Kesenyapan Mengadakan kontak pandang Gerakan badan dan mimik Pergantian posisi guru dalam kelas b) Penggunaan Media dan Bahan Pelajaran Variasi alat/ bahan yang dapat dilihat Variasi alat yang dapat didengar Variasi alat yang dapat diraba dan dimanipulasi c) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa Pola guru-murid Pola guru-murid-guru Pola guru-murid-murid Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid Pola melingkar (setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban) 4) Keterampilan menjelaskan Menjelaskan berarti menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi. Komponen keterampilan ini adalah : (a) Merencanakan Guru harus memperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa dengan segala kesiapannya) (b) Penyajian Suatu Penjelasan Kejelasan. Penggunaan Contoh dan Ilustrasi. Pemberian Tekanan

23

Penggunaan Balikan 5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar siswa terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Berikut adalah komponen keterampilan membuka dan menutup pembelajaran : a) komponen membuka: menarik perhatian siswa; menimbulkan motivasi; memberikan acuan; membuat kaitan,

b) komponen menutup: meninjau kembali; mengevaluasi,

6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan mempunyai tujuan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dapat terjadi antara guru-siswa, maupun antara siswa dan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun perorangan Harjati (dalam http://www.purjatifis.blogspot.com/). Komponen yang

terdapat dalam keterampilan ini adalah : (a) keterampilan pribadi; untuk mengadakan pendekatan secara

24

(b) keterampilan mengorganisasikan; (c) keterampilan siswa.; (d) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan membimbing dan memudahkan belajar

belajar mengajar 7) Keterampilan mengelola kelas Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan maupun dengan kegiatan remedial. Komponen dari keterampilan ini : (a) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, meliputi: (1) menunjukkan sikap tanggap; (2) membagi perhatian; (3) memusatkan perhatian kelompok; (4) memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas; (5) menegur; (6) memberi penguatan, (b) keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, meliputi: (1) modifikasi tingkah laku; (2) pengelolaan kelompok; (3) menemukan dan memecahkan tingkah laku yang

menimbulkan masalah 8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka 25

kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah. Komponen yang terdapat dalam keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah : (a) memusatkan perhatian; (b) memperjelas masalah atau urunan pendapat; (c) menganalisa pandangan siswa; (d) meningkatkan urunan siswa; (e) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; (f) menutup diskusi. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati 9 keterampilan dasar guru yaitu: keterampilan membuka pelajaran, kemampuan

menyampaikan materi pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memimpin diskusi dan kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, dan

keterampilan menutup pelajaran,

Dari 8 keterampilan tersebut akan

ditambahkah keterampilan yang sesuai dengan langkah perbaikan yang akan dilaksanakan yaitu : keterampilan menggunakan model Think Pair Share dan keterampilan menggunakan media pembelajaran. Dengan melaksanakan semua keterampilan tersebut, maka diharapkan dapat berimbas pada meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran. b) Aktivitas Siswa Menurut Sriyono (dalam ipotes.wordpress.com/ 2008 / 05 / 24 / prestasi-belajar) menyatakan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. 26

Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2008:172) membagi kegiatan belajar dalam delapan kelompok, yaitu: kegiatan-kegiatan visual, kegiatan-kegiatan oral, kegiatan-kegiatan mendengarkan, kegiatankegiatan menulis, kegiatan-kegiatan menggambar, kegiatan-kegiatan metric, kegiatan-kegiatan mental, kegiatan-kegiatan emosional. a. Kegiatan-kegiatan visual Bentuk pelaksanaannya : membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) Bentuk pelaksanaannya : mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan Bentuk pelaksanaannya : mendengarkan penjelasan guru,

mendengarkan penjelasan teman satu kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok lain. d. Kegiatan-kegiatan menulis Komponen komponennya: menulis laporan, mengerjakan tes, menulis rangkuman, mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar Bentuk pelaksanaannya : menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metric

27

Bentuk pelaksanaannya : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, mmembuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental Bentuk pelaksanaannya : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat, menghubungkan, dan membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional Bentuk pelaksanaannya : minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Pendapat lain dikemukakan oleh Djamarah (2008:38) yang membagi aktivitas belajar siswa menjadi 11 kelompok, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Aktivitas mendengarkan, Aktivitas memandang, Aktivitas meraba, membau, dan mencicipi/mengecap, Aktivitas menulis atau mencatat, Aktivitas membaca, Aktivitas membuat ringkasan, Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan, Aktivitas menyusun kertas kerja, Aktivitas mengingat, dan Aktivitas latihan atau praktek. Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati aktivitas siswa yang berhubungan dengan pelaksanaan model TPS dengan CD pembelajaran. Indikator aktivitas tersebut mengacu pada kegiatan pembelajaran yang telah memadukan sintaks dari model TPS dengan CD pembelajaran, yaitu: kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui TPS dengan CD

Pembelajaran, kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat 28

(Think), kemampuan siswa berdiskusi dalam kelompok berpasangan (pair), kesiapan siswa mempresentasikan hasil diskusi (share), kemampuan bertanya kepada guru, kemampuan menjawab pertanyaan dari guru, kemampuan menyimpulkan materi pembelajaran Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi c) Hasil Belajar Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi, dan keterampilan. hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu, hasil belajar dapat dilihat dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajar setelah mengalami proses belajar (Anni, 2007:5) Bloom (dalam Suprijono, 2009:7) menjelaskan hasil belajar mencakup 3 ranah kemampuan, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berupa knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation. Ranah afektif mencakup reciving, responding, valuing, organization, dan characterization. Ranah psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine dan routinized. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari proses belajar yang mencakup 3 ranah kemampuan yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan hanya pada ranah kognitif. Sehingga peneliti akan melakukan pengolahan data berdasarkan tes yang diberikan kepada siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model TPS berbantuan media CD Pembelajaran yang akan menentukan tingkat kelulusan belajar siswa. d. Pembelajaran Matematika 29

a) Hakekat Matematika Pada hakekatnya belajar matematika adalah kegiatan berfikir dam berbuat, atau kegiatan adalah studi besaran, mengerjakan matematika. Matematika struktur, ruang, Soedjadi dan (dalam perubahan Heruman,

(id.wikipedia.org/wiki/Matematika).

2010:1) menjelaskan bahwa hakekat matematika adalah memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola piker deduktif. Ruseffendi (dalam Sulianto dan Puniowati, http://dikti.go.id) mengemukakan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Dalam matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami oleh siswa harus segera diberi penguatan oleh guru misalnya melalui latihan soal yang dilakukan berulang-ulang sehingga konsep tersebut dapat mengendap dalam pola piker dan pola tindakan siswa. Matematika merupakan ilmu pasti dan kongkret yang bisa diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bentuk, diterapkan dalam menyelesaikan masalah. Unsur pokok pembelajaran matematika adalah guru yang bertindak sebagai perancang kegiatan pembelajaran, siswa sebagai pelaku kegiatan pembelajaran, serta matematika itu sendiri sebagai mata pelajaran yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran. Adam dan Hamm (dalam Wijaya, 2012:5-6) menjabarkan pandangannya mengenai peran dan posisi matematika, yaitu: 1) Matematika sebagai suatu cara berfikir; Matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan antar data. 2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan;

30

Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki. 3) Matematika sebagai suatu alat; Konsep-konsep dalam matematika bisa kita gunakan dan terapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. 4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi. Simbol-simbol dalam matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari bahasa yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hakekat matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum (deduktif) tentang besaran, struktur, ruang, dan perubahan yang berasal dari buah piker manusia. b) Tujuan Matematika di SD Tujuan mata pelajaran matematika seperti tercantum dalam SK dan KD matematika yang disusun oleh BSNP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 31

5) Memiliki

sikap

menghargai

kegunaan

matematika

dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. c) Ruang Lingkup Matematika di SD Pembelajaran matematika di sekolah dasar diarahkan pada pencapaian standar kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan

pembelajaran matematika tidak berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi

matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai. Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa maka ruang lingkup materi matematika adalah bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:3). d) Pembelajaran matematika di SD Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika sehingga terdapat keserasian antara pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dengan lingkungan. Matematika bagi siswa 32

SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian (Karso, 2004:1.5) Memperhatikan pola pemikiran anak usia Sekolah Dasar di kelas rendah yang memandang sesuatu masih dalam satu keutuhan (holistic). Pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan mengaitkan materi yang diajarkan dengan apa yang ada dalam kehidupan seharihari siswa. Pengkaitan konsep matematika dengan lingkungan dan atau konsep dalam mata pelajaran lain dapat menumbuhkan kebermaknaan konsep matematika secara mantap. Untuk keterkaitan konsep mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran lainnya diwujudkan melalui pendekatan tematik yang selanjutnya disebut pembelajaran tematik. Untuk memperoleh hasil maksimal dalam setiap pembelajaran matematika, seorang guru haruslah memperhatikan prinsip cara belajar siswa. Simanjuntak (1993:81-82) menguraikan prinsip-prinsip belajar peserta didik sebagai berikut: 1) Setiap konsep baru selalu diperkenalkan melalui kerja praktek yang cukup. 2) Kerja praktek merupakan bagian dari keseluruhan pengajaran matematika, bahkanbagian yang terpadu dalam pengajaran matematika secara keseluruhan. 3) Dengan kerja praktek, pengalaman siswa akan bertambah. 4) Penerapan konsep baru harus dilakukan berulang kali dengan variasi. 5) Pemberian kesempatan untuk mengemukakan pertanyaan dan hasil penemuan siswa. 6) Mempergunakan matematika. 33 pengalaman sehari-hari dalam pengajaran

7) Evaluasi tidak hanya dilihat dari hasil kerja, tetapi juga proses kegiatan mendapatkan hasil tersebut. Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Pembelajaran matematika dikelas rendah hendaknya dilaksanakan pula melalui pembelajaran secara tematik

e. Pembelajaran Tematik Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa pembelajaran untuk kelas I,II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Rusman (2010:254) menjelaskan pengertian pembelajaran tematik sebagai berikut : Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik Pembelajaran Tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5) Teori pembelajaran ini dimotori oleh tokoh psikologi Gestalt dan Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Karakteristik pembelajaran tematik menurut Rusman (2010:258-259) adalah sebagai berikut :

34

a) Berpusat pada siswa; b) Memberikan pengalaman langsung; c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; e) Bersifat fleksibel; f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Pelaksanaan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilihdan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Poerwadarminta (dalam Rusman, 2010:254) menerangkan tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut : a) Disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dikembangkan. b) Dimulai dengan lingkungan terdekat dengan anak (expanding community approach). c) Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang kongkret menuju yang abstrak. Pelaksanaan pembelajaran tematik ini dapat divariasikan dengan penggunaan berbagai media antara lain media visual, media audio, maupun media audio visual. Keuntungan yang dapat dicapai ketika seorang guru melaksanakan pembelajaran tematik antara lain sebagai berikut : a) Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu b) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi matapelajaran dalam tema yang sama. c) Pemahaman materi matapelajaran lebih mendalam dan berkesan. 35

d) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. e) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. f) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. g) Guru dapat menghemat waktu sebab matapelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus. (Panduan

KTSP,2007:253) Jadi pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep atau tema serta prinsip-prinsip secara holistic dan autentik yang akan lebih optimal apabila didukung oleh media yang sesuai dengan materi yang diajarkan. f. Model Think Pair Share Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, -

http://blog.umy.ac.id/sitirahmahwati/2011/12/01/pembelajaran-efektif pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran)

Model Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Frang Lyman dan kolega di Universitas Maryland. Arends (dalam Trianto, 2007:61) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas. Sahrudin dan Ariani (dalam http://www.sriudin.com) menjelaskan bahwa model pembelajaran TPS menggunakan metode

diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model 36

pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa TPS adalah model pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. a. Langkah-lankah Model Pembelajaran Think-Pair-Share Suprijono (2011:91) membagi model TPS menjadi 3 tahapan, yaitu: Tahap I : Thinking ( berpikir ). pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Tahap II : Pairing ( berpasangan ). guru meminta peserta didik berpasangan-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasanagan itu untuk berdiskusi. Diharapakan diskusi ini dapat memperdalam makan dari jawaban yang telah dipirkannya dengan pasangannya Tahap III : Sharing ( berbagi ). hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Diharapakn terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian

pengetahuan secara interaktif. 37

Langkah-langkah pelaksanaan model TPS menurut Gunter, Estes dan Schwab (dalam Chotimah, 2007:17-1) terdapat empat tahap dalam TPS. Tahap 1, guru mengemukakan pertanyaan atau memberikan permasalahan, tahap 2 peserta didik berpikir secara individu. Tahap kedua ini merupakan tahapan yang secara otomatis menyediakan waktu tunggu. Tahap 3, setiap peserta didik mendiskusikan jawabannya dengan seorang mitra. Tahap 4, peserta didik berbagi jawaban dengan seluruh kelas. Pada tahap ini peserta didik secara individu mewakili kelompok atau berdua/berempat maju bersama untu k melaporkan

hasil diskusinya ke seluruh kelas. Jika perlu, mereka dapat pula menyusun poster atau transparan untuk menyajikan jawaban mereka, terutama kalau dalam bentuk gambar atau diagram. Isjoni (dalam Salam, 2011:24) menegaskan pembelajaran TPS memiliki keunggulan yaitu memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. kemudian optimalisasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Forgaty dan Robin (dalam fisikasma-online.blogspot.com/ 2010/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar TPS mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut : a) mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar b) memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran c) memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan. g. Media CD Pembelajaran 38

1) Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale Edgar Dale membuat jenjang kongkrit-abstrak dengan dimulai dari kegiatan siswa yang berkaitan dengan pengalaman nyata, menuju siswa bertindak sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol. Dale (dalam Daryanto, 2010:14-15) menggambarkan perubahan jenjang tersebut dalam kerucut pengalaman sebagai berikut :

Simbol Verbal

Symbolic

Simbol visualRadio, audio tape recorder, dan gambar diam

Film Televisi Pameran Karyawisata Demosntrasi Pengalaman dramatisasi Pengalaman tiruan yang diatur Pengalaman langsung yang bertujuan

Iconic

enactive

Kerucut pengalaman Dale (Daryanto, 2010:15) Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang

39

dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. (Sanjaya dalam

http://goeroendeso.wordpress.com/2009/02/07/peranan-mediapembelajaran/) Berdasarkan teori tentang perkembangan anak di atas, maka peneliti menyimpulkan media bahwa yang suatu pembelajaran untuk hendaknya

menggunakan

bertujuan

mengoptimalkan

pengalaman belajar yang diperoleh siswa terhadap konsep dan materi yang dipelajari. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menyertakan media dalam bentuk CD pembelajaran yang akan mendukung pelaksanaan perbaikan dan diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep dan materi yang akan diajarkan. 2) Hakekat Media pembelajaran Istilah media berasal dari kata medium, yang berarti perantara atau pengantar. Criticos mendefinisikan media sebagai salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Daryanto, 2010:4-5). Hamidjojo (dalam Arsyad, 2005:4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, media digunakan untuk menyampaiakan pesan/informasi dari guru kepada siswa. Schramm (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) mengemukakan bahwa media 40

pembelajaran

adalah teknologi pembawa pesan yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Kustandi dan Sutcipto, 2011:9). Daryanto (2010:5-6) menjabarkan beberapa kegunaan pemanfaatan media pembelajaran antara lain: (a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; (b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (c) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dan sumber belajar; (d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestertisnya; (e) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama; (f) Mampu menyalurkan pesan, sehingga dapat merangsang

perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan definisi tentang media pembelajaran di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau informasi, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam penelitian ini peneliti memilih CD pembelajaran sebagai media bantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model TPS. 3) Media CD Pembelajaran

41

CD atau compact disc merupakan suatu sistem penyampaian informasi gambar dan suara pada piringan atau disc (Sadiman, 2003:280). CD pembelajaran memuat perpaduan media yaitu media audio dan media visual yang sangat memungkinkan komunikasi dua arah antara guru sebagai tenaga pengajar dengan siwa di dalam proses pembelajaran. Sehingga yang dimaksud dengan CD pembelajaran adalah suatu bentuk sistem penyimpanan informasi dalam bentuk perpaduan dari media audio dan visual pada piringan atau disc yang dapat menimbulkan suatu interaksi antara pendidik, peserta didik, sumber belajar, serta lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan. Pertimbangan dipilihnya CD pembelajaran dalam penelitian ini dikarenakan melalui pemanfaatan media CD pembelajaran siswa tidak hanya melihat saja, akan tetapi juga dituntut untuk menggunakan indera pendengaran juga. Selain itu juga, sesuai dengan teori Piaget siswa SD masih berada dalam usia 6-12 tahun yang masih berada dalam tahapan operasional kongkrit dan menyukai sesuatu yang berupa visual, dapat bergerak, ada variasi warna, variasi bentuk, serta suara sehingga media CD pembelajaran ini dirasa cocok untuk diterapkan pada siwa SD. Lebih lanjut keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan CD pembelajaran (Satianinggar, 2009) ini adalah sebagai berikut: a) Dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkret dan nyata sehingga mudah diterima siswa; b) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan mendalam pada diri siswa; c) Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat merangsang berbagai macam perkembangan kecerdasan; d) Dapat menyeragamkan materi pembelajaran dan mengurangi resiko kesalahan konsep. 42

Langkah-langkah penyusunan CD pembelajaran (Ariani dan Haryanto, 2010:88) 1) Perancangan struktur CD Pembelajaran; 2) Pengumpulan data-data yang berhubungan dengan materi ajar; 3) Membangun tampilan multimedia dalam CD pembelajaran agar menarik; 4) Proses pengisian materi ke struktur desain; 5) Evaluasi terhadap file multimedia dalam CD pembelajaran; 6) Burning ke dalam media compact disc (CD). Penerapan media CD pembelajaran dalam pembelajaran

matematika dengan model TPS ini akan terlihat dalam kegiatan inti, dimana melalui CD pembelajaran ini guru akan menjelaskan materi melalui LCD proyektor yang sudah dipersiapkan. Guru bertindak sebagai operator sekaligus menjelaskan isi dari materi yang tercantum dalam CD pembelajaran. Dalam CD pembelajaran ini tidak hanya berisi materi, tetapi juga akan diisi dengan soal yang sesuai dengan materi dan diselipi dengan animasi-animasi yang diharapkan dapat membuat siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias. Pemanfaatan CD pembelajaran pada penelitian ini lebih dimaksudkan untuk

menanamkan pemahaman konsep. Dengan CD pembelajaran yang sudah dirancang dengan baik, konsep-konsep akan dapat ditemukan sendiri oleh siswa. h. Pembelajaran Think Pair Share malalui Model TPS dengan CD Pembelajaran Berdasarkan uraian teori di atas, maka peneliti menyusun sintaks pembelajaran sesuai dengan langkah perbaikan yang akan dilaksanakan yaitu melalui model TPS dengan CD Pembelajaran. Sintaks ini tetap berdasarkan pada sintaks TPS dengan ciri khas yaitu think, pair, dan share yang dimodifikasi agar sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kelas. 43

Berikut ini sintaks pembelajaran matematika dengan model TPS berbantuan CD pembelajaran: a) Guru menyampaikan materi dengan bantuan CD Pembelajaran yang telah dibuat sebagai penguatan terhadap hasil diskusi berpasangan siswa; b) Memberikan pertanyaan dan soal yang berkaitan dengan materi yang terdapat pada CD c) Guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan dan soal yang sudah diberikan oleh guru secara individual (think); d) Membagi siswa berpasangan menjadi 15 kelompok (pair); e) Memberikan waktu siswa untuk mendiskusikan jawaban dari soal yang telah dikerjakan secara individu bersama pasangannya; f) Memberikan pemantapan terhadap solusi yang diperoleh dari pertanyaan atau soal yang diberikan guru; g) Membagikan lembar soal sesuai dengan materi yang dipelajari secara berpasangan; h) Memimpin pembahasan hasil diskusi lembar soal yang dilakukan bersama dalam kelas(share); i) Penyimpulan materi yang dilanjutkan dengan evaluasi materi yang telah dipelajari.

2. Kajian Empiris Ulfatusani (2011: Vol.1-3) dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Siswa melalui Model Cooperative Think Pair Share (TPS) dengan Media CD Pembelajaran pada Pelajaran PKn Kelas IVC SD Negeri Tambakaji 04 Semarang menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran TPS dengan CD Pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas IVC SDN Tambakaji 04 kota Semarang. Peningkatan aktivitas belajar tersebut ditandai dengan peningkatan aktivitas siswa dalam 44

mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan saran dan pendapat, menyelesaikan tugas, serta keberanian menyampaikan pendapat di depan kelas. Peningkatan hasil belajar siswa ditandai dengan perolehan ratarata nilai siswa pada siklus I sebesar 63,38 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 74,13, dan pada siklus III rata-rata nilai siswa mampu mencapai 77. Penelitian oleh Ningrum (2011) dengan judul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Berbasis Penemuan Terbimbing Berbantuan CD Pembelajaran Dan Alat Peraga pada Pencapaian Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Lingkaran Siswa Kelas VIII Semester 2 yang dilaksanakan dengan menerapkan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I sebesar 78,95, kelas eksperimen II sebesar 71,81 dan kelas kontrol sebesar 70,38. Dari hasil uji ketuntasan belajar dengan uji t dan uji proporsi diperoleh bahwa siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol telah mencapai ketuntasan belajar, baik ketuntasan individual maupun klasikal. Dilihat dari ratarata, kelas eksperimen I memiliki rata-rata hasil belajar tertinggi di antara lainnya. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Nugrahaeni (2011) dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Hasil yang ditunjukkan penelitian ini memperlihatkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS), nilai rata-rata kelas siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan. Pada siklus I nilainya sebesar 61 dengan tingkat ketuntasan sebesar 25%, pada siklus II nilainya sebesar 74,75 dengan tingkat ketuntasan sebesar 70%, dan pada siklus III nilainya sebesar 78 dengan tingkat ketuntasan sebesar 80%. Peningkatan kemampuan menyunting karangan siswa ini juga diikuti dengan 45

perubahan perilaku dan juga peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. Pada siklus III, siswa terlihat lebih siap dan bersemangat mengikuti pembelajaran, semakin aktif, lebih banyak bertanya. Siswa juga semakin senang dan antusias terhadap pembelajaran menyunting karangan.

3. Kerangka Berfikir KONDISI AWAL Pembelajaran yang bersifat teacher centered. Kegiatan belajar belum mampu mengaktifkan siswa sepenuhnya. Siswa jenuh dalam pembelajaran dan cenderung bosan Siswa tidak tertarik pada kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang dapat memahami konsep yang diajarkan.

PELAKSANAAN TINDAKAN Menerapkan model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran

KONDISI AKHIR Pembelajaran tidak terpaku pada guru, siswa mampu menemukan konsep secara mandiri Aktivitas dan keterampilan guru meningkat. Pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan akan meningkat. Hasil belajar mata pelajaran matematika siswa akan meningkat Kualitas pembelajaran matematika akan meningkat. 46

Bagan 1. Skema Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh fakta bahwa pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 kota Semarang belum optimal. Ketidakoptimalan ini terlihat dari pencapaian hasil belajar siswa yaitu 52% atau 16 dari 31 orang siswa kelas III SD Negeri Pakintelan 03 tidak mengalami ketuntasan dalam pembelajaran Matematika dengan perolehan nilai dibawah KKM yang ditentukan yaitu 60. Permasalahan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari guru, siswa, media, hingga proses pelaksanaan kegiatan belajar itu sendiri. Dari pengamatan pada pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 kota Semarang terlihat pembelajaran masih bersifat teacher centered. Guru belum memberikan kegiatan yang mampu mengaktifkan siswa. Guru tidak mengajukan isu atau masalah kepada siswa sebagai rangsangan awal sehingga siswa lebih tertarik untuk mempelajari materi yang akan diajarkan. Pemilihan model pembelajaran dengan menggunakan kelompok besar kurang efektif karena tidak dapat mengaktifkan seluruh kelas. Hal ini terlihat dari hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok. Guru tidak memberikan

kesempatan kepada siswa berfikir untuk mencari penyelesaian masalah atau isu yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Guru tidak memberikan kesempatan untuk share antar anggota di dalam kelompok. Kemudian dari faktor siswa, siswa tidak mendapat kesempatan untuk berfikir tentang permasalahan atau pertanyaan yang berhubungan dengan materi. Di dalam kelompok besar terjadi dominasi siswa, hanya beberapa siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi secara klasikal. Tidak semua siswa mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan ide dan gagasannya dalam diskusi kelompok dikarenakan anggota kelompok yang banyak. Siswa tidak mendapat kesempatan untuk 47

melakukan

share

dalam

kelompok

masing-masing.

Siswa

tidak

mempersiapkan diri belajar materi yang akan diajarkan sehingga motivasi dan pemahaman siswa kurang. Banyaknya siswa yang suka bermain sendiri dan mengganggu teman karena merasa bosan dengan pembelajaran yang dilaksanakan baik dalam kegiatan kelompok maupun klasikal (kelas). Dari faktor media yaitu media yang digunakan pada saat pembelajaran tidak sesuai untuk materi yang diajarkan. Dan dari faktor proses pembelajaran, tidak adanya kegiatan yang mengajak siswa untuk berfikir secara mandiri terhadap suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi. Model pembelajaran dengan kelompok besar yang diterapkan belum mampu mengaktifkan seluruh siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Tidak adanya presentasi atau share dalam kelompok tentang hasil diskusi atau hasil kerja kelompok yang telah dilaksanakan. Pembelajaran tematik yang dilaksanakan masih belum tepat karena tema tidak sesuai dengan materi yang diajarkan serta masing-masing mata pelajaran masih berdiri sendiri-sendiri. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti

menetapkan tindakan perbaikan yaitu dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS) berbantuan CD Pembelajaran. Arends (dalam Trianto, 2007:61) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi dan tujuan pembelajaran. Guru memancing siswa agar berfikir atau mencari jawaban dari sebuah pertanyaan, kemudian secara berpasangan saling mendiskusikan apa yang telah diperoleh, kemudian guru meminta siswa untuk berbagi dengan keseluruhan siswa tentang jawaban masing-masing pasangan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat 48

kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pertimbangan dipilihnya CD pembelajaran dalam penelitian ini dikarenakan melalui pemanfaatan media CD pembelajaran siswa tidak hanya melihat saja, akan tetapi juga dituntut untuk menggunakan indera pendengaran juga. Selain itu juga, sesuai dengan teori Piaget siswa SD masih berada dalam usia 6-12 tahun yang masih berada dalam tahapan operasional kongkrit dan menyukai sesuatu yang berupa visual, dapat bergerak, ada variasi warna, variasi bentuk, serta suara sehingga media CD pembelajaran ini dirasa cocok untuk diterapkan pada siwa SD. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Diharapkan melalui penerapan model TPS dengan CD pembelajaran ini siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dalam diskusi berpasangan maupun dalam kegiatan klasikal. Pemahaman terhadap konsep yang diajarkan akan meningkat. Sehingga aktivitas siswa, keterampilan guru, serta hasil belajar siswa dapat mencapai kriteria yang telah ditentukan. 4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada uraian secara teoritis, beberapa kajian empiris yang relevan, serta kerangka berfikir di atas, maka ditetapkan hipotesa tindakan untuk penelitian ini adalah model Think Pair Share (TPS) dengan CD Pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang. E. Metode Penelitian 1. Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Pakintelan 03 Kota Semarang dengan subjek penelitian adalah guru, dan 6 siswa yang di ambil dari siswa kelas 49

III SD N Pakintelan 03 kota Semarang yang berjumlah 32 anak yang didasarkan pada tingkat kecerdasan siswa yang terdiri dari dua orang siswa berkemampuan tinggi, dua orang siswa berkemampuan sedang, dan dua siswa berkemampuan rendah. Tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran tetap melibatkan semua siswa kelas III SD N Pakintelan 03. 2. Variabel yang Diselidiki Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Keterampilan guru dalam pembelajaran matematika di kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang melalui model TPS dengan CD Pembelajaran. b. Aktivitas siswa kelas III SDN Pakintelan 03 Kota dalam pembelajaran matematika Semarang melalui model TPS dengan CD Pembelajaran. c. Hasil belajar siswa kelas III SDN Pakintelan 03 Kota dalam pembelajaran matematika melalui model TPS dengan CD Pembelajaran.

3. Prosedur PTK Prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas meliputi 4 aspek, yaitu dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan, dilakukan bebrapa hal sebagai berikut : (a). Menelaah kompetensi dan indikator mata pelajaran matematika dan mata pelajaran lain yang cocok atau dapat dimasukkan kedalam satu tema yang telah ditentukan (membuat jaringan tema) (b). Menyusun RPP matematika secara tematik sesuai indikator yang telah ditetapkan dan scenario pembelajaran dengan menggunakan model PBL (c). Menyiapkan media pembelajaran berupa CD Pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran. (d). Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar soal siswa 50

(e). Menyipakan lembar pengamatan untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siwa dalam pembelajaran yang dilaksanakan. (f). Menyiapkan catatan lapangan untuk mendeskripsikan proses

pembelajaran yang berlangsung melalui model PBL.Pelaksanaan tindakan b. Pelaksanaan tindakan yaitu kegiatan penerapan isi rancangan tindakan yang telah disusun sebelumnya, yaitu pelaksanaan pembelajaran matematika secara tematik dengang menggunakan model TPS berbantuan media CD Pembelajaran yang diterapkan dalam 3 siklus dengan 1 kali pertemuan dalam masing-masing siklus.. c. Observasi Observasi dalam PTK pada hakikatnya adalah kegiatan pemerekaman segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan atau perbaikan dilaksanakan. Sebelum observasi dilaksanakan perlu ada kejelasan mengenai: jenis data yang diperlukan dalam satu siklus, indikator yang relevan yang termanivesta-sikan dalam bentuk perilaku guru dan siswa, prosedur perekaman data yang paling sesuai, pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi. (http://rumah-blog-

baca.blogspot.com/2011/07/bagaimana-menyajikan-laporan-ptk.html) Dalam penelitian ini observasi dilakukan secara kolaboratif dengan tim obsebver untuk mengamati mengamati proses pembelajaran yang berlangsung, mengamati tingkah laku dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran, serta mengamati keterampilan guru dalam melaksaakan kegiaran pembelajaran matematika secara tematik melalui model TPS dengan CD Pembelajaran di SDN Pakintelan 03 Kora Semarang. d. Refleksi Menurut Arikunto (2009:19), refleksi adalah kegiatan uintuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam penelitian ini, refleksi dilakukan setelah tindakan dilaksanakan yaitu dengan mengkaji 51

pelaksanaan pembelajaran, kemudian mengkaji aktivitas siswa, aktivitas guru, hasil belajar matematika, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama dan kedua, kemudian bersama tim kolaborasi membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus ketiga. Apabila hasil refleksi pada siklus ketiga belum menunjukkan peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka tidak menutup kemungkinan penelitian ini akan dilanjutkan dalam siklus empat, dan seterusnya. Jadi dalam refleksi ini akan dilihat apakah penelitian itu berhasil atau tidak, harus selesai disitu atau masih harus dilanjutkan dengan siklus berikutnya. 4. Siklus Penelitian a. Siklus Pertama 1) Perencanaan a) Menyusun RPP matematika secara tematik sesuai indikator yang telah ditetapkan dan scenario pembelajaran dengan menggunakan model TPS. b) Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran berupa CD pembelajaran. c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar soal beserta kunci jawabannya. d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan dengan model TPS. 2) Pelaksanaan Tindakan a) Pendahuluan Pada tahap ini dilakukan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RPP siklus I. Peneliti menggunakan

52

model pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran. Sehingga tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Guru melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. Secara garis besar, pelaksanaan sebagai berikut : (a) Guru menyampaikan materi dengan bantuan CD Pembelajaran yang telah dibuat sebagai penguatan terhadap hasil diskusi berpasangan siswa; (b) Memberikan pertanyaan dan soal yang berkaitan dengan materi yang terdapat pada CD (c) Guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan dan soal yang sudah diberikan oleh guru secara individual (think); (d) Membagi siswa berpasangan menjadi 15 kelompok (pair); (e) Memberikan waktu siswa untuk mendiskusikan jawaban dari soal yang telah dikerjakan secara individu bersama

pasangannya; (f) Memberikan pemantapan terhadap solusi yang diperoleh dari pertanyaan atau soal yang diberikan guru; (g) Membagikan Lembar soal sesuai dengan materi yang dipelajari secara berpasangan; (h) Memimpin pembahasan hasil diskusi Lembar soal yang dilakukan bersama dalam kelas(share); (i) Penyimpulan materi yang dilanjutkan dengan evaluasi materi yang telah dipelajari. 3) Observasi a) Melakukan pengamatan terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran.

53

b) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran. 4). Refleksi Setelah melaksanakan siklus I, peneliti menganalisis tes hasil belajar siswa dan lembar observasi. Apakah sudah mencapai indikator kenerhasilan dalam penelitian. Dalam tahap refleksi ini peneliti melakukan: a) Identifikasi permasalahan yang muncul pada siklus 1 b) Pengkajian terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus1 c) Pengkajian terhadap kekurangan dan kelemahan pada proses pembelajaran siklus 1 d) Evaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 e) Pengelompokan siswa berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran f) Perancangan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2 b. Siklus Kedua 1) Perencanaan a) Menyusun RPP matematika secara tematik sesuai indikator yang telah ditetapkan dan scenario pembelajaran dengan menggunakan model TPS. b) Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran berupa CD pembelajaran. c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar soal beserta kunci jawabannya. d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan dengan model TPS. 2) Pelaksanaan Tindakan 54

Pada tahap ini dilakukan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RPP siklus II. Peneliti menggunakan model pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran. Sehingga tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Guru melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. Secara garis besar, pelaksanaan sebagai berikut : (a) Guru menyampaikan materi dengan bantuan CD Pembelajaran yang telah dibuat sebagai penguatan terhadap hasil diskusi berpasangan siswa; (b) Memberikan pertanyaan dan soal yang berkaitan dengan materi yang terdapat pada CD (c) Guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan dan soal yang sudah diberikan oleh guru secara individual (think); (d) Membagi siswa berpasangan menjadi 15 kelompok (pair); (e) Memberikan waktu siswa untuk mendiskusikan jawaban dari soal yang telah dikerjakan secara individu bersama pasangannya; (f) Memberikan pemantapan terhadap solusi yang diperoleh dari pertanyaan atau soal yang diberikan guru; (g) Membagikan Lembar soal sesuai dengan materi yang dipelajari secara berpasangan; (h) Memimpin pembahasan hasil diskusi Lembar soal yang dilakukan bersama dalam kelas(share); (i) Penyimpulan materi yang dilanjutkan dengan evaluasi materi yang telah dipelajari. 3) Observasi a) Melakukan pengamatan terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran.

55

b) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran. 4). Refleksi Setelah melaksanakan siklus II, peneliti menganalisis tes hasil belajar siswa dan lembar observasi. Apakah sudah mencapai indikator kenerhasilan dalam penelitian. Dalam tahap refleksi ini peneliti melakukan: a) Identifikasi permasalahan yang muncul pada siklus b) Pengkajian terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklusII c) Pengkajian terhadap kekurangan dan kelemahan pada proses pembelajaran siklus II d) Evaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II e) Pengelompokan siswa berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran f) Perancangan perencanaan tindak lanjut untuk siklus III. c. Siklus ketiga 1) Perencanaan a) Menyusun RPP matematika secara tematik sesuai indikator yang telah ditetapkan dan scenario pembelajaran dengan menggunakan model TPS. b) Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran berupa CD pembelajaran. c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar soal beserta kunci jawabannya. d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan dengan model TPS. 2) Pelaksanaan Tindakan 56

Pada tahap ini dilakukan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RPP siklus II. Peneliti menggunakan model pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran. Sehingga tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Guru melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. Secara garis besar, pelaksanaan sebagai berikut : a) Guru menyampaikan materi dengan bantuan CD Pembelajaran yang telah dibuat sebagai penguatan terhadap hasil diskusi berpasangan siswa; b) Memberikan pertanyaan dan soal yang berkaitan dengan materi yang terdapat pada CD c) Guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan dan soal yang sudah diberikan oleh guru secara individual (think); d) Membagi siswa berpasangan menjadi 15 kelompok (pair); e) Memberikan waktu siswa untuk mendiskusikan jawaban dari soal yang telah dikerjakan secara individu bersama pasangannya; f) Memberikan pemantapan terhadap solusi yang diperoleh dari pertanyaan atau soal yang diberikan guru; g) Membagikan Lembar soal sesuai dengan materi yang dipelajari secara berpasangan; h) Memimpin pembahasan hasil diskusi Lembar soal yang dilakukan bersama dalam kelas(share); i) Penyimpulan materi yang dilanjutkan dengan evaluasi materi yang telah dipelajari. 3) Observasi a) Melakukan pengamatan terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran.

57

b) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran TPS dengan CD pembelajaran. 4). Refleksi Setelah melaksanakan siklus II, peneliti menganalisis tes hasil belajar siswa dan lembar observasi. Apakah sudah mencapai indikator kenerhasilan dalam penelitian. Dalam tahap refleksi ini peneliti melakukan: a) Identifikasi permasalahan yang muncul pada siklus b) Pengkajian terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklusII c) Pengkajian terhadap kekurangan dan kelemahan pada proses pembelajaran siklus II d) Evaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II e) Pengelompokan siswa berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran f) Perancangan perencanaan tindak lanjut untuk siklus III.

1. Data dan Cara Pengumpulan Data a. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Siswa kelas III SDN Pakinelan 03 Kota Semarang 2) Guru kelas III SDN Pakintelan 03 Kota Semarang 3) Data dokumen yang berupa hasil belajar