Download pdf - saraf integrasi

Transcript
  • 7/27/2019 saraf integrasi

    1/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    TRAUMA KEPALA

    1. Etiologi

    a. Trauma

    b. Tamparan atau pukulan (tempat terkena disebut impact)

    Neurologi Klinis Dasar, Priguna Sidharta

    2. Mekanisme

    Cedera otak dapat terjadi akibat benturan langsung atau tidak langsung pada kepala.

    Benturan dapat dibedakan menjadi:

    Kompresi

    Akselerasi

    Deselerasi

    Dari tempat benturan, gelombang kejut disebarkan ke segala arah. Gelombang ini

    mengubah tekanan jaringan, dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan

    jaringan otak di tempat benturan, disebut coup, atau di tempat yang berseberangan

    dengan datangnya benturan disebut contracoup.

    Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong

    Pada impact bisa terjadi:

    Indentasi

    Fraktur linear

    Fraktur stelatum

    Fraktur impresi

    Tidak terdapat apa-apa, hanya edema atau perdarahan subkutan saja

    Akibat trauma kapitis dengan berbagai macam kemungkinan pada impact, penderita bisa:

    Pingsan sejenak lalu sadar kembali dan tidak menunjukkan kelainan apapun

    (Komosio)

    Pingsan beberapa jam, kemudian menunjukkan gejala-gejala organic brain

    syndrome untuk sementara waktu

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    2/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    o Kontusio serebri

    o Laserasio serebri

    o Hemoragia intraserebral

    o Hemoragia subdural

    o Hemoragia epidural

    Pingsan lama, lalu sadar, namun menunjukkan deficit neurologic

    Meninggal langsung pada waktu mendapatkan trauma kapitis atau sedikit lama

    setelah mengalami kecelakaan

    Neurologi Klinis Dasar, Priguna Sidharta

    3. Gambaran Klinis

    a. Hematom epidural

    i. Sakit kepala

    ii. Mual dan muntah

    iii. Penurunan kesadaran

    iv. Pupil mata anisokor (pupil ipsilateral yang melebar)

    v. Kenaikan tekanan darah

    vi. Bradikardia

    vii. Terdapat interval bebas antara saat terjadinya trauma dengan tanda

    pertama yang berlangsung beberapa menit sampai jam

    b. Hematom subdural

    i. Sering disertai cedera otak berat lain

    ii. Gejala timbul pada hari pertama sampai dengan hari ketiga, subakut bila

    timbul antara hari ketiga hingga minggu ketiga, dan kronik bila timbul

    sesudah minggu ketiga

    c. Higroma subdural

    i. Kenaikan tekanan intrakranialis

    ii. Sering tanpa tanda fokal

    d. Hematom intraserebral

    i. Paling banyak terjadi di lobus frontalis atau temporalis

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    3/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    ii. Gambaran klinis tergantung pada lokasi dan besarnya hematom

    Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong

    4. Diagnosis

    Tanda Klinis NilaiE. Buka Mata Sendiri 1. tidak ada walaupun diberikan rangsang nyeri

    2. pada rangsang nyeri

    3. jika dipanggil

    4.secara spontan

    V. Reaksi Secara Lisan 1. tidak ada reaksi

    2. tidak dapat dimengerti

    3. kata inadekuat/tidak lengkap

    4.bahasa kacau

    5.cukup dengan bahasa yang dapat dimengerti

    M. Reaksi Motorik 1. tidak ada

    2. ekstensi pada rangsang nyeri3. fleksi aneh pada rangsang nyeri

    4.gerakan adekuat pada rangsang nyeri

    5.menunjuk atau memegang lokasi yang

    dirangsang

    6.gerakan sesuai dan memadai

    Derajat kesadaran ditentukan oleh jumlah angka dari ketiga pemeriksaan di dalam bagian

    tingkat koma ini.

    Skor total :

    Ringan: 13-15

    Sedang: 9-12

    Berat : 3-8

    Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong

    5. Komplikasi

    a. Gangguan neurologic

    b. Sindrom pascatrauma

    i. Nyeri kepala

    ii. Kepala terasa berat

    iii. Mudah lupa

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    4/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    iv. Daya konsentrasi menurun

    v. Cemas

    vi. Mudah tersinggung

    c. Sindrom psikis pascatraumai. Penurunan intelegensia (verbal maupun perilaku)

    ii. Gangguan berfikir

    iii. Rasa curiga serta sikap bermusuhan

    iv. Cemas

    v. Menarik diri

    vi. Depresi

    vii. Gangguan daya ingat

    d. Ensefalopati pasca trauma

    e. Epilepsi pascatrauma

    f. Hidrocefalus pascatrauma

    g. Koma vigil

    Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong

    6. Penatalaksanaan

    a. Penentuan dan evaluasi

    i. Fungsi vital (A,B,C)

    ii. Kesadaran (GCS)

    iii. Kondisi neurologic

    b. Pemberian cairan dan elektraolit

    c. Pemasangan dan perawatan kateter kandung kemih menetap

    i. Pemantauan keseimbangan cairan

    ii. Pencegahan dekubitus: kulit tidak selalu basah

    d. Pencegahan (pengobatan)

    i. Pneumonia

    1. Fisioterapi paru

    2. Menghisap timbunan secret

    3. Perubahan posisi berbaring berkala

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    5/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    ii. Dekubitus

    1. Perubahan posisi berbaring berkala

    2. Perawatan kulit agar bersih dan kering

    iii. Kontraktur1. Gerakan sendi secara pasif

    iv. Keratitis

    v. Kegelisahan

    1. Penyebab:

    a. Massa tengkorak

    b. Kandung kemih penuh

    c. Nyeri

    2. Sedative memadai (cukup)

    vi. Derham/hipetermi

    1. Dehidrasi

    2. Infeksi : paru, kandung kemih, luka

    Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong

    VERTIGO

    1. Definisi

    Gangguan berupa timbulnya perasaan berputar pada aksisnya sendiri (subjektif) atau

    semua di sekelilingnya berputar dengan cepat (objektif)

    The Merck Manual , 13th edition

    2. Etiologi

    Karena kelainan-kelainan:

    a. Otogenic

    i. Meniere syndrome

    ii. Otitis media

    b. Toxic

    i. Alcohol

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    6/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    ii. Streptomycin

    c. Psikogenik

    d. Lingkungan : motion sickness

    e. Ocular : diplopiaf. Sirkulasi : trancient vertebrobasilar ischemic attacks

    g. Neurologic

    i. Multiple schlerosis

    ii. Encephalitis

    h. Neoplastik

    i. Tumor pada pons

    i. Hematogenik

    i. Leukemia yang mempengaruhi labirin.

    The Merck Manual , 13th edition

    3. Klasifikasi

    a. Vertigo peripheral

    i. Terjadi dari labirin atau nervus vestibular

    ii. Paroksismal atau serangan episodic vertigo dipisahkan oleh fase normal

    iii. Tuli unilateral dan tinnitus keterlibatan N. cochlear

    b. Vertigo sentralis

    i. Terjadi dari nucleus vestibular atau hubungan lain yang lebih atas

    ii. Nistagmus rotary atau kortikal

    The Merck Manual , 13th edition

    4. PatofisiologiSusunan saraf mempunyai bagian-bagian yang mengurusi soal keseimbangan. Adapun

    bagian-bagian itu adalah:

    1. Susunan vestibuler yang terdiri dari utrikulus, ampula, dan kanalis semisirkularis.

    Di alat-alat tersebut terdapat reseptor:

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    7/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    a. Macula utrikuli yang terangsang oleh gaya sentrifugal yang terjadi pada

    perubahan sikap kepala, atau oleh gaya tarik bumi bila tubuh naik/turun

    b. Krista ampularis dari kanalis semisirkularis yang peka terhadap gaya

    gerakan endolimfa akibat akselerasi baik yang angular maupun yangrotatorik

    c. Otolit sakuli yang terangsang oleh gaya tarik bumi dang gaya yang

    melawan gaya tarik bumi

    Perangsangan itu menimbulkan impuls keseimbangan yang dihantarkan oleh

    nervus vestibularis ke inti-inti vestibularis di bagian dorsolateral dari medulla

    oblongata dan sebagian juga disampaikan secara langsung ke serebellum.

    2. Serebelum menerima impuls propioseptif yang dicetuskan oleh berbagai reseptor

    di sendi-sendi dan otot-otot pada waktu suatu gerakan berlangsung. Melalui

    nodulus, flokulus, uvula dan piramis dan nucleus fastigii impuls propioseptif itu

    mempengaruhi inti vestibuler

    3. Korteks serebri dan batang otak. Impuls-impuls keseimbangan yang disampaikan

    kepada serebelum dan inti-inti vestibularis merupakan informasi yang akan

    diteruskan kepada pusat pola gerakan volunteer dan reflektorik di tingkat korteks

    serebri. Berdasarkan informasi tersebut gerakan dan sikap semua bagian dari

    tubuh direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan gerakan dan sikap tubuh

    yang mendahuluinya. Dengan demikian stabilitas tubuh dengan semua bagian-

    bagiannya terpelihara. Adapun 3 macam gerakan yang dikendalikan dalam

    pemeliharaan keseimbangan tubuh ialah:

    a. Gerakan volunteer dan reflektorik dari kepala, leher, badan dan keempat

    anggota gerak

    b. Gerakan volunteer dan reflektorik kedua bola mata

    c. Gerakan involunter visceral

    Dalam mekanisme pelaksanaan gerakan-gerakan tersebut korteks serebri merencakan dan

    mengatur bangunan-bangunan di batang otak dan di medulla spinalis. Adapun bagian-

    bagian korteks serebri yang langsung mengatur gerakan volunteer dan reflektorik dari

    kepala, leher, badan dan keempat anggota gerak ialah korteks piramidalis dan

    ekstrapiramidalis. Sedangkan korteks premotorik area 8 mengatur gerakan kedua bola

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    8/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    mata secara konyugat. Dalam keadaan okuler ini inti-inti vestibularis digiatkan juga oleh

    korteks serebri untuk menyumbangkan pengaruhnya terhadap inti-inti saraf otak III, IV

    dan VI. Adapun jaras yang menghantarkan impuls vestibuler ke inti saraf otak okuler

    tersebut ialah fasikulus longitudinalis mendialis.Dalam pengendalian viseromotorik, korteks serebri memberikan pesannya kepada inti

    vestibularis yang meneruskannya ke inti-inti nervus glosofaringeus dan vagus.

    Maka, gangguan pada susunan vestibuler mengakibatkan timbulnya:

    1. Kecenderungan untuk jatuh atau penyimpangan gerakan volunteer kea rah lesi

    2. Nistagmus ritmik

    3. Mual dan muntah

    Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Priguna Sidharta

    5. Gambaran klinis

    a. Kecenderungan untuk jatuh atau penyimpangan gerakan volunteer kea rah lesi

    b. Nistagmus ritmik

    c. Mual dan muntah

    Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Priguna Sidharta

    6. Diagnosis

    a. Anamnesis

    i. Lama pusingnya

    ii. Setiap hari pusing atau sekali-kali saja (frekuensi)

    iii. Berapa lama pusing berlangsung?

    iv. Apa yang dirasakan jika pusing timbul?

    v. Onset pusing

    vi. Bagaimana mulanya timbul, setelah kurang enak tidur malam atau setelah

    mengidap penyakit demam

    vii. Gejala-gejala apakah yang terasa juga jika pusing bangkit?

    viii. Factor yang meringankan

    b. Pemeriksaan fisik

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    9/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    i. Biasanya pasien menegangkan kepala dan lehernya serta memandang

    lurus ke depan

    ii. Nistagmus, dibedakan menjadi :

    1. Nistagmus spontan2. Nistagmus kalorik

    3. Nistagmus posisionil

    c. Pemeriksaan penunjang

    i. Audiogram membedakan kehilangan pendengaran neural atau

    cochlear

    ii. X-Ray, Tomografi Piramidal Petrosus, EEG dan CAT (Computerized

    Axial Tomography) melihat ada tidaknya perubahan di Susunan Saraf

    Pusat

    Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Priguna Sidharta

    Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Priguna Sidharta

    7. Diagnosis banding

    a. Pusing non-vertigo badan melayang, sempoyongan atau bergoyang seolah-olah

    mabuk arak atau mabuk laut

    b. Syndrom Meinner adanya gangguan pendengaran atau tinnitus

    c. Tension headache serangan pusing timbul karena hal-hal yang mengganggu

    pikiran

    d. Trauma kapitis

    e. Pusing iatrogenic pusing setelah minum obat (streptomycin, kina, aspirin)

    Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Priguna Sidharta

    8. Penatalaksanaan

    Tergantung pada penyebab

    a. Tirah baring

    b. Dimenhydramine 50-100 mg p.o 4-6 kali/hari

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    10/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    c. Perphenazine 4-8 mg p.o atau 5 mg IM 3x/hari

    d. Meclizine 25 mg p.o 3x/hari

    The Merck Manual, 13th edition

    STROKE

    1. Definisi

    Menurut WHO 1995

    Suatu penyakit gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan

    gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat

    menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak

    Neurologi, FK UNDIP

    2. Etiologi

    a. Blockage arteri di otak

    b. Kumpulan bekuan darah di jantung atau pembuluh darah

    c. Perubahan aliran darah

    d. Kelainan pembuluh darah

    e. Kelainan pembekuan darah

    f. Penyebab: pemakaian obat-obatan, trauma

    g. Kombinasi dari gout, diabetes mellitus dan hipertensi yang tidak dirawat dengan

    baik selama 5-10 tahun

    Dambro/Griffiths 5 Minutes Clinical Consult

    3. Factor risiko

    a. Usia lanjut/tua

    b. Diabetes

    c. Tekanan darah tinggi

    d. Penyakit jantung

    e. Merokok

    f. Riwayat keluarga

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    11/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    g. Faktor lain seperti: konsumsi kopi, obesitas, inaktivitas, kelelahan, kelaparan,

    penggunaan obat-obatan antidepresan, penggunaan alcohol dan stress.

    Dambro/Griffiths 5 Minutes Clinical Consult

    4. Klasifikasi

    Menurut etiologinya:

    a. Stroke hemoragik

    i. Perdarahan subaraknoid

    ii. Perdarahan intraserebral

    iii. Perdarahan intracranial nonspesifik dan yang lain misalnya perdarahan

    ekstradural atau intradural non traumatic; perdarahan atau hematoma

    subdural non traumatic dan perdarahan ekstrakranial nonspesifik

    b. Stroke non hemoragik

    i. TIA (Transcient Ischemic Attack)

    Suatu gangguan akut dari fungsi serebral di mana gejalanya tidak lebih

    dari 24 jam dan disebabkan oleh emboli atau trombosis

    ii. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)

    Gangguan akut fungsi serebral di mana gejalanya lebih dari 24 jam tapi

    kurang dari 21 hari

    iii. Progressing Stroke atau Stroke in Evolution

    Kelainan yang ada terus berkembang ke arah yang lebih parah/berat

    iv. Completed stroke

    Kelainan neurologis yang sifatnya menetap dan tidak dapat berubah lagi

    Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit FK UNDIP

    5. Pathogenesis

    Stroke Non Hemoragik

    a. Plak arteriosklerosis mengaktifkan mekanisme pembekuan darah

    menghasilkan bekuan untuk membentuk dan menghambat arteri menyebabkan

    hilangnya fungsi otak secara akut pada daerah yang terlokalisasi

    Stroke Hemoragik

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    12/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    b. Tekanan darah tinggi mengakibatkan salah satu pembuluh darah pecah/ruptur

    c. Perdarahan mengakibatkan terjadi kompresi pada jaringan otak setempat

    Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Guyton & Hall

    6. Patofisiologi

    Factor-faktor yang mengatur Aliran Darah Otak

    a. Faktor ekstrinsik

    i. Tekanan darah sistemik

    ii. Diameter pembuluh darah

    iii. Kualitas darah

    1. Viskositas darah

    2. Eritrosit

    3. Platelet

    b. Factor intrinsic

    i. Autoregulasi

    ii. Factor biokimiawi

    1. CO2 yang meningkat akan menyebabkan vasodilatasi sehingga

    resistensi serebral menurun dan aliran darah otak meningkat

    2. O2 menurun menyebabkan vasodilatasi sehingga aliran darah otak

    meningkat

    3. Kadar ion H+ yang turun menyebabkan daerah iskemik berubah

    menjadi infark

    4. Peningkatan kadar ion K+ menyebabkan peningkatan perfusi

    regional

    iii. Susunan saraf otonom

    1. Rangsangan system simpatis servikal menyebabkan vasokonstriksisehingga menurunkan aliran darah otak

    2. System kolinergik mengakibatkan pembuluh darah bereaksi

    terhadap CO2 yang meningkat

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    13/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit FK UNDIP

    7. Gambaran klinis

    a. Stroke non hemoragik

    TIA (Transcient Ischemic Attack)

    i. Gangguan di system carotis

    1. Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri

    (amaurosis fugax) terutama bila disertai atau bergantian dengan:

    2. Kelumpuhan lengan atau tungkai atau kedua-duanya pada sisi yang

    sama

    3. Deficit sensorik atau motorik dari wajah saja, wajah, lengan atau

    tungkai secara unilateral4. Kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara (afasia)

    5. Pemakaian dari kata-kata yang salah atau diubah

    ii. Gangguan di system vertebrobasilaris

    1. Vertigo dengan atau tanpa disertai nausea dan atau muntah

    terutama bila disertai dengan diplopia, dysphagia atau dysarthria

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    14/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    2. Mendadak tidak stabil

    3. Unilateral atau bilateral (atau satu sisi kemudian diikuti oleh sisi

    yang lain) gangguan visual, motorik atau sensorik

    4. Hemianopsia homonym5. Drop attack, yaitu keadaan di mana kekuatan kedua tungkai tiba-

    tiba menghilang sehingga penderita jatuh

    b. Stroke hemoragik

    i. Perdarahan intraserebral

    1. Khas terjadi saat melakukan aktivitas

    2. Biasanya disertai dengan penurunan kesadaran

    3. Sakit kepala dan muntah (tidak khas dan lebih mengarah ke

    diagnosis perdarahan subaraknoid)

    4. Jarang dijumpai kejang

    ii. Perdarahan subaraknoid

    1. Onset terjadi secara tiba-tiba

    2. Dimulai dengan sakit kepala yang sangat hebat

    3. Nyeri dan kekakuan pada leher

    4. Muntah dan mual sering dijumpai

    5. Hilang kesadaran

    6. Kejang

    Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit FK UNDIP

    8. Diagnosis

    a. Anamnesis

    i. Onset atau awitan

    Pada stroke non hemoragis dan hemoragik awitannya selalu mendadak

    ii. Saat onset

    1. Stroke non hemoragis : saat yang bersangkutan sedang beristirahat

    2. Stroke hemoragis : saat yang bersangkutan sedang beraktivitas

    iii. Peringatan atau warning

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    15/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Adanya rasa kesemutan pada wajah (tanda suatu serangan TIA) atau

    kesemutan di kaki

    iv. Nyeri kepala, muntah, kejang, kesadaran menurun

    b. Pemeriksaan fisik

    Stroke Non Hemoragis

    i. Pemeriksaan klinis neurologic

    1. Bradikardia, udem pupil

    Tanda adanya kenaikan tekanan intracranial (pada stroke

    hemoragis)

    Pada stroke non hemoragis, ditemukan sekitar hari 4-7.

    2. Tanda kernig, Brudzinski, kaku kuduk

    Manifestasi dari rangsangan meningeal

    ii. Pemeriksaan klinis dengan menggunakan alat-alat

    1. Funduskopi : melihat ada/tidaknya perdarahan retina

    2. Pungsi lumbal

    a. Tekanan liquor cerebrospinalis : 6-14 cmH2O

    (Normal)

    b. Warna liquor: jernih atau tidak berwarna (Normal)

    Stroke Hemoragis

    1. Pada perdarahan putamen

    a. Deviation conjugae ke arah lesi

    b. Reaksi pupil normal atau bila terjadi herniasi unkus maka pupil

    anisokor dengan paralisis N. III ipsilateral lesi

    2. Perdarahan nucleus caudatus

    a. Kelumpuhan gerak horizontal mata dengan deviation conjugae kea

    rah lesi

    3. Perdarahan di thalamus

    a. Kelumpuhan gerak mata ke atas

    b. Pupil miosis dan reaksi lambat

    4. Perdarahan pons

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    16/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    a. Kelumpuhan gerak horizontal mata dengan ocular bobbing

    Penggolongan perdarahan subaraknoid (menurut Hunt dan Hess)

    Derajat I : asimtomatik atau sakit kepala minimal atau kaku kuduk

    Derajat II : hanya sakit kepala lebih hebat dan kaku kuduk

    Derajat III : mengantuk atau bingung, mungkin disertai hemiparesis

    ringan

    Derajat IV : stupor dalam, mungkin disertai hemiparesis sedang-berat,

    reaksi awal deserebrasi

    Derajat V : koma dalam

    c. Pemeriksaan penunjang

    i. CT scan

    Merupakan prosedur diagnosis terpilih, jika tidak ada dilakukan pungsi

    lumbal

    ii. Arteriografi

    Diperlukan untuk meyakinkan adanya aneurisma tunggal atau multiple,

    untuk mendeteksi malformasi arteriovena (MAV), menentukan kualitas

    vasospasmus, memperlihatkan area yang mengalami obstruksi vaskuler

    dan member informasi tentang sirkulasi kolateral

    iii. Echo-Encephalography (EEG)

    Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit FK UNDIP

    9. Diagnosis banding

    a. Migren

    b. Tumor

    c. Hematoma subdural

    d. Hipoglikemia

    Dambro/Griffiths 5 Minutes Clinical Consult

    TIA

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    17/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    1. Epilepsy parsial : tangan bergerak-gerak, sedangkan stroke, tangan mengalami

    kelumpuhan

    2. Migren klasik

    3. Sindrom Menierre4. Syncope

    Progressing Stroke

    1. Perdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid primer

    2. Perdarahan subdural akut atau kronis

    3. Tumor otak, baik primer maupun metastasis

    4. Infeksi otak

    Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit FK UNDIP

    10. Penatalaksanaan

    a. Stroke non hemoragis

    i. Pengobatan umum

    1. Breathing

    Jalan nafas harus baik dan penyakit paru harus diobati terlebih

    dahulu. Oksigen hanya diberikan bila kadar oksigen dalam darah

    berkurang.

    2. Blood

    a. Tekanan darah

    b. Komposisi darah

    Pemberian infuse glukosa harus dicegah untuk mengurangi

    asidosis di daerah infark yang mempermudah terjadinya

    udem

    3. Bowel

    Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Bila perlu diberikan

    nasogastric tube

    4. Bladder

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    18/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jika terjadi

    inkontinensia, pada laki-laki harus dipasang kondom-kateter, jika

    wanita harus dipasang kateter tetap

    5. BrainMencegah udem otak dan kejang. Jika ada udem otak, maka

    penderita terlihat mengantuk, bradikardia dan dapat diberikan

    manitol.

    Untuk mengatasi kejang diberikan Diphenylhydantion atau

    Carbamazepin.

    ii. Pengobatan khusus

    Mengatur viskositas darah yang dipengaruhi oleh:

    1. Hematokrit

    2. Plasma fibrinogen

    3. Rigiditas eritrosit

    4. Agregasi trombosit

    iii. Fisioterapi

    Kontraindikasi:

    Penyakit sistemik yang berat

    Gangguan mental yang berat

    b. Stroke hemoragis

    i. Menghindari peningkatan tekanan darah

    ii. Sedasi dengan fenobarbital atau diazepam guna mengatasi kegelisahan

    iii. Antifibrinolitik

    1. Asam epsilon aminokaproat 30-36 gram/hari secar IV sampai

    dilakukan operasi

    iv. Mencegah vasospasmus1. Calcium channel blocker 60-90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari

    atau 15-30 mikogram/kg/jam selama 7-10 hari, kemudian

    dilanjutkan per oral 360 mg/hari selama 11-14 hari

    Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit FK UNDIP

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    19/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    11. Komplikasi

    a. Kecacatan

    b. Depresi

    Dambro/Griffiths 5 Minutes Clinical Consult

    12. Prognosis

    Tergantung pada derajat keparahan stroke.

    Dambro/Griffiths 5 Minutes Clinical Consult

    MENINGITIS

    1. DefinisiInfeksi pada selaput otak yang memberikan gejala dan tanda peradangan selaput otak

    (demam, sakit kepala, dan kaku kuduk)

    Pedoman Pelayanan Medik Anak, IKA FK Undip

    2. Etiologi

    a. Kuman/bakteri

    b. Virus

    c. Ricketsia

    d. Jamur

    e. Cacing

    f. Protozoa

    3. Factor risiko

    a. Kelainan system imun

    b. Trauma kapitis

    c. Neurosurgery

    d. Bedah abdominal

    e. Alkoholisme

    4. Klasifikasi

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    20/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    a. Menurut lapisannya

    i. Pachi meningitis : duramater

    ii. Lepto meningitis : arachnoid & piamater

    b. Menurut etiologinyai. Kuman/bakteri

    ii. Virus

    iii. Ricketsia

    iv. Jamur

    v. Cacing

    vi. Protozoa

    c. Menurut LCS

    i. Meningitis purulenta : LCS keruh (karena bakteri)

    ii. Meningitis serosa : LCS jernih (karena virus dan TB)

    5. Pathogenesis Kolonisasi kuman

    Invasi local (I: Mucosal

    Invation)

    Bakteremia (II : Intravascular

    Invation)

    Invasi selaput otak (III:

    crossing BBB)

    Melekat pada endotel plexus choroideus / endotel

    vaskuler otak

    Kerusakan sel endotel

    Replikasi bacterial di LCS +

    Inflamasi LCS (IV: Survival in

    LCS)

    Meningitis

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    21/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Kulit mencapai leptomeningen dan subarachnoid melalui:

    1. Luka terbuka di kepala2. Penyebaran langsung dari:

    a. Infeksi telinga bagian tengah (Otitis Media Akut)

    b. Sinus paranasalis

    c. Kulit kepala-muka

    d. Benda asing terinfeksi (shunting)

    3. Sepsis

    4. Thromboplebitis cortical

    5. Abses sub/ekstra dural ke otak

    6. Lamina cribosa os ethmoidalis dan rhinorhea

    7. Pungsi lumbal

    8. Neurotoksin dari focus yang jauh

    Daya tahan Susunan Saraf Pusat lemah

    1. Pembentukan antibody kurang

    2. Masuknya antibody tidak melalui BBB (Blood Brain Barrier)

    3. LCS (Liquor Cerebrospinalis/Cairan Serebrospinal) merupakan media yang baik

    4. Tidak ada jalan keluar untuk kuman

    Daya tahan kuman non pathogen menjadi kuman pathogen

    6. Patofisiologi

    7. Gambaran klinis

    a. Meningitis bakteri

    i. Anak 5-12 tahun

    1. Demam

    2. Kaku kuduk

    3. Nyeri kepala

    4. Kelemahan umum

    5. Mual/muntah

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    22/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    6. Fotofobia

    7. Kejang

    Dua atau lebih gejala tersebut di atas curiga meningitis

    Tanda iritasi meningeal:1. Kaku kuduk

    2. Brudzinsky I-IV

    3. Kernigs sign

    Permulaan penyakit:

    1. Kaku kuduk (-)

    2. Tanda meningeal (+)

    3. Tekanan Intrakranial meningkat ()

    Reflex cushing:

    1. Bradikardia

    2. Hipertensi

    3. Paresis N. VI

    4. Papil edema

    5. Muntah proyektil

    b. Dewasa

    i. Infeksi saluran nafas atas

    ii. Kelemahan umum

    iii. Mialgia

    iv. Nyeri punggung beberapa jam/hari

    8. Diagnosis

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    23/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Pemeriksaan penunjang:

    1. Meningitis purulenta

    a. Cairan serebrospinal berwarna keruh, reaksi Nonne dan Pandy positif.

    b. Jumlah sel meningkat lebih dari 400/mm3 dengan PMN dominan

    c. Perbandingan glukosa cairan serebrospinal/darah 40% dan kadar protein

    100 mg%2. Meningitis aseptic

    a. Cairan serebrospinal jernih

    b. Jumlah sel 25-500/mm3 dengan PMN dominan

    c. Glukosa dalam batas normal dan 2/3 penderita protein dalam batas normal

    sedangkan 1/3 lainnya meningkat sampai 50-200 mg%

    3. Meningitis tuberkulosa

    a. Cairan serebrospinal jernih

    b. Jumlah sel 10-350 mm3 dengan limfosit dominan

    c. Perbandingan kadar glukosa cairan serebrospinal/darah kurang dari 30%

    9. Diagnosis banding

    a. Sepsis

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    24/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    b. Abses otak

    c. Bakteremia

    10. Penatalaksanaana. Meningitis bakteri

    No. Etiologi Obat Dosis Rute

    1. H. Influenzae Ampisilin 200-400

    mg/kgBB/hari

    Iv

    Kloramfenicol 100 mg/kgBB/hari Iv, oral

    2. Pneumococcus Ampisilin 200-400

    mg/kgBB/hari

    Iv

    Streptococcus Cephalosporin 80 mg/kgBB/hari Oral

    3. Meningococcus Ampisilin 200-400mg/kgBB/hari

    Iv

    Gantrein 600 mg/kgBB/hari Oral

    4. Basil coli Gentamisin 4 mg/kgBB/hari Im, iv

    b. Meningitis TBC

    i. Streptomisin : 20-30 mg/kgBB/hari (im)

    1. Dewasa : 1 gr/hari (im)

    ii. INH : 5 mg/kgBB/hari (oral)

    1. Dewasa : 400 mg/hari

    iii. Ethambutol : 25 mg/kgBB/hari (oral)

    iv. Rifampisin : 15 mg/kgBB/hari (oral)

    v. Kortikosteroid (prednisone) kadang-kadang

    11. Komplikasi

    a. Cranial nerve palsies (III,VI,VII,VIII)

    b. Kehilangan sensori pendengaran

    c. Hidrocephalis obstruktif

    d. Efusi subdural

    12. Prognosis

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    25/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Menurut British Medical Research Center

    a. Golongan I

    Prognosis baik jika:

    i. Kesadaran baikii. Tanda fokal baik

    b. Golongan II

    80% prognosis baik

    i. Kesadaran menurun

    ii. Tanda fokal (+)

    Hemiparesis, paresis N. III, IV, VI

    c. Golongan III

    50% hidup dengan sequence

    i. Kesadaran menurun (sopor,koma)

    ii. Kelumpuhan total, plegia

    iii. Sequence:

    1. Hemiplegia

    2. Retardasi mental

    3. Hydrocephalus

    KEJANG

    1. Klasifikasi

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    26/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    2. Mekanisme

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    27/43

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    28/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Columna vertebra dibentuk oleh serangkaian 33 vertebra :

    - 7 cervical

    - 12 thoracal

    - 5 lumbal- 5 sacral

    - 4 coccygeal

    Vetebra cervical, thoracal, lumbal, masih jelas terpisah satu dengan yang lain sehingga disebut

    TRUE VERTEBRA

    Vertebra sacral dan coccygeal berfusi satu dengan yang lain membentuk 2 tulang, sacrum dan

    coccyg dan disebut PSEUDO VERTEBRA

    ( Nyeri Punggung Bawah , PERDOSSI )

    Diantara 2 tulang belakang terdapat tulang rawan yang dinamakan diskus yang sifatnya elastis

    dan berfungsi sebagai peredam benturan. Diskus2 tsb menghubungakan antar tulang belakang

    mulai dari leher sampai ke tulang pinggang.Bersama struktur lain, otot dan tendo mendukung

    tegaknya tubuh.

    Discus tersusun oleh suatu annulus fibrosus dan sebuah nucleus pulposus. Annulus fibrosus

    adalah suatu struktur mirip ban radial yang kuat yang membentuk lamela: lembaran serabut

    kolagen konsentrik yang menghubungkan lempeng vertebra.

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    29/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Nucleus pulposus tersusun oleh air, kolagen dan proteoglikan (PG). Air dan PG. Molekul PG

    penting karena dapat menarik dan menahan air. Nucleus pulposus mengandung suatu bahan

    mirip jel yang tahan terhadap kompresi.

    ( Kapita selekta neurology, dr. Harsono, fakultas kedokteran UGM )

    Anatomi dan fisiologi tulang belakang

    1. Vertebra lumbal berjumlah 5 ruas

    2. Terdapat beberapa persendian :

    Diskus intervertebralis

    Prosesus artikulatio superior

    Prosesus artikulatio inferior

    3. Diskus vertebralis tersusun atas

    Nucleus pulposus

    Annulus fibrosus

    4. Kemampuan aligment oleh ligamentum

    Ligamentum longitudinalis anterior

    Ligamentum longitudinalis posterior

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    30/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Ligamentum flavum

    5. Tempat berjalannya medulla spinalis (L1-L2) dan sisanya terdapat cauda equine

    6. Terdapat jaringan peka nyeri, yaitu :

    Lig spinal (lig longitudinal post & anterior)

    Kapsul dari sendi apophyse

    Periosteum

    Dinding pembuluh darah

    Akar/radix saraf

    Otot yang spasme

    Facet articuler cartilago

    Lapisan synovia dari facet

    Fisiologi vertebrae

    Struktur discus intervertebralis:

    Sebagai gerakan ekstensi dan fleksi, memutar, dan tetap karena mempunya ligamentum

    Annulus fibrosus

    Berfungsi sebagai penahan nyeri (shock absorpment).

    Nucleus pulposus

    Terdapat proteoglikan dan air (supaya kenyal dan sebagai bantalan)

    Nyeri

    a. Definisi nyeri

    Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

    akibat kerusakan jaringan

    b. Etiologi :

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    31/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    i. Viserogenik : nyeri pinggang rujukan dari organ-organ visera

    (misalnya : ginjal, organ pelvis, saluran cerna, prostat, paru,

    retroperitoneal)

    ii. Vaskulogenik: nyeri pinggang yang disebabkan kelainan vaskuler (missal: Aneurisma a. abdominalis, thrombosis a. terminalis = Sindroma Leriche,

    gangguan peredaran darah, insufisiensi a. glutealis superior)

    iii. Neurogenik : nyeri pinggang yang disebabkan oleh kelainan saraf

    (missal : neurofibroma, kista, arakhnoitis, stenosis kanalis spinalis)

    iv. Spondilogenik : nyeri pinggang yang disebabkan oleh kelainan

    tulang vertebra, sendi, otot, dan jaringan pengikatnya (missal : kifosis,

    scoliosis, spondilitis, fraktur, herniasi diskus intervertebralis (HNP),

    osteoma, multiple myeloma, metastasis, osteoporosis, nyeri pinggang

    miofasial, spasme otot, spondilitis angiopoetika)

    v. Psikogenik : nyeri pinggang yang disebabkan oleh factor psikologis

    (missal : neurosis, ansietas, depresi)

    c. Klasifikasi

    Nyeri neuromuskulo skeletal

    i. neurogenik : langsung ke syaraf

    1. nyeri radikular

    a. brachialgia : ke lengan atas (Plexus brachialis

    b. ischialgia : sepanjang N. ischiadicus (biasanya

    menyerang L4-L5 dan L5-S1)

    2. nyeri neuritik

    ii. non : terkena di otot yang ada syarafnya

    1. kapsulogenik

    2. non : miotendinogenik

    1. Berdasar waktu

    a. Nyeri akut

    Nyeri ini bersifat singkat dan tidak pernah terjadi nyeri yang

    berkeanjangan

    b. Nyeri kronik

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    32/43

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    33/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    o Nyeri inflamasi : karena inflamasi, berhubungan dengan

    prostaglandin, mengakibatkan kerusakan jaringan

    o Nyeri neuropatik : karena defek langsung pada saraf

    o Nyeri fisiologis : di jalur protopatik, tidak mengakibatkan

    kerusakan jarinagn

    e. Perbedaan nyeri akut dan kronis

    o Nyeri akut : lebih somatic, penyebabnya jelas

    o Nyeri kronis : nyeri lebih visceral, penyebabnya tidak jelas

    f. Mekanisme nyeri

    Tergantung penyebabnya

    Semua sel mempunyai prostaglandin, kecuali sel darah merah jika ada

    kerusakan mengeluarkan PGE

    Inflamasi memanggil sitokin mengeluarkan PGE

    Neuropatik entrapment

    Fisiologik jalur protopatik ke pusat nyeri di thalamus

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    34/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    2. nyeri pinggang

    a. definisi

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    35/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    nyeri (sensasi yang tidak menyenangkan) yang dirasakan di daerah pinggang, bisa

    radikuler (reffered pain) ataupun local. Dirasakan mulai di bawah costa hingga ke

    atas gluteus.

    b. Etiologi

    Beserta klasifikasi:

    i. Spondilogenik : vertebrae

    ii. Viserogenik : organ visceral dalam pelvis

    iii. Vaskulogenik : aneurisma

    iv. Neurogenik : karena neurofibroba

    v. Psikogenik : karena anxietas

    Berdasarakan penyebab

    o Mekanik : fraktur pada corpus vertebrae, stenosis spinalis,

    arachnoiditis

    o Non mekanik : sindrom neurology, kelainan sistemik, neoplasma

    metastasis primer

    spondilogenik

    akibat gangguan vertebra dan jaringannya

    viserogenik

    akibat gangguan organ visera

    vaskulogenik

    akibat adanya gangguan vaskular

    neurogenik

    akibat sensitasi dari medulla spinalis

    psikogenik

    karena depresi atau anxietas

    c. Klasifikasi

    1. berdasar temporal

    nyeri pinggang akut

    nyeri pinggang yang berlangsung kurang dari 3 bulan

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    36/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    nyeri pinggang kronik

    nyeri pinggang yang berlangsung lebih dari 3 bulan

    2. berdasar jenis nyeri

    nyeri local

    bersifat lokal (setempat)

    akibat proses patologis berupa iritasi saraf penghantar impuls

    nyeri ini biasanya terus menerus atau hilang timbul

    terdapat factor modifikasi

    nyeri rujukan

    nyeri pada pinggang yang disebabkan lesi dari daerah lain

    sukar terlokalisasi nyeri visceral

    nyeri radikuler

    nyeri pada daerah lain akibat nyeri pinggang

    dipengaruhi factor dermatom

    sifat nyeri tajam, tegas, terasa nyata dipermukaan tubuh dan

    sesuai dermatom

    terdapat factor modifikasi nyeri akibat spasme otot

    terjadi akibat tonus otot yang meningkat

    d. factor risiko

    i. usia

    ii. jenis kelamin

    iii. jenis pekerjaan

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    37/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    iv. antropometri (berat badan)

    v. postur tubuh yang salah (misalnya: sering duduk membungkuk)

    e. patogenesis

    menurut etiologi

    o non mekanik : degeneratif, infeksi hematogen A. vertebralis

    spinalis anteroposterior dan A. radikularis mengenai jaringan peka nyeri

    (ligamentum, otot sekitar, cairan sinovial)

    f. manifestasi klinis dan patofisiologi

    i. nyeri di pinggang

    HNP

    spondilogenikviserogenikvaskulogenikneurogenikpsikogenik

    nyeri localnyeri rujukannyeri radikulernyeri akibat spasmeotot

    Lig spinal (lig longitudinal post &anterior)Kapsul dari sendi apophysePeriosteumDinding pembuluh darahAkar/radix sarafOtot yang spasmeFacet articuler cartilagoLapisan synovia dari facet

    nyeri pinggang akutnyeri pinggangkronik

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    38/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    o Pada L3 discus L2-L3 pada gluteus, paha belakang, lutut depan

    SLR (-)

    o Pada L4 discus L3-L4 pada gluteus, paha belakang, medial lutut

    SLR (+)

    o Pada L5 discus L4-L5 gluteus dan dorsum pedis SLR (+)

    g. Diagnosis Nyeri Pinggang

    A. Anamnesis

    a. Daerah mana dari punggung bawah yang terasa nyeri

    b. Disertai nyeri dimanac. Sifat nyeri bagaimana

    d. Derajad rasa nyeri bagaimana

    e. Mula timbul bagaimana

    f. Ada panas apa tidak

    g. Ada nausea dan vomitus apa tidak

    h. Apakah nyeri ada hub. Dgn sikap tubuh

    i. Apakah ada hub.dgn aktivitas tubuh

    j. Apakah ada hub,dgn makan

    k. Adakah kelainan BAB dan BAK

    l. Pada wanita, apakah nyeri ada hub, dgn menstruasi

    m. Apakah disertai massa yg keluar dari lubang tubuh

    n. Riwayat Pengobatan terdahulu

    B. Pemeriksaan Umum

    1. Posisi Tegak

    Apakah ada deformitas misalnya lordosis dan skoliosis

    Adakah kemiringan pelvis

    Bagaimana gerakan tulang belakang dalam keadaan fleksi, ekstensi,

    laterofleksi, dan rotasi

    2. Posisi Terlentang

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    39/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Tes Lasegue : mengangkat tungkai ke atas pada posisi berbaring +

    Tes Patrick : dng melakukan fleksi pinggul kemudian abduksi dan

    eksorotasi +

    Tes Kontra Patrick : pada tungkai dilakukan fleksi, aduksi dan endorotasi

    pada sendi pinggul +

    tes Valsava (+)

    tes Naffzinger (+)

    3. Posisi Tengkurap

    Diperhatikan adanya nyeri tekan pada lamina dan nyeri ketok pada daerah

    ginjal

    C. Pemeriksaan Neurologik

    1. Pemeriksaan Motorik

    Adakah kelemahan dan kelumpuhan otot

    Adakah gangguan sfingter ani dan uretrae

    Bagaimana reflex patella dan Achilles

    L5-S1 ekstensi jari ke V kaki berkurang, refleks Achilles (),

    L4-L5 ekstensi ibu jari kaki berkurang, refleks patella ()

    (Nyeri Pengenalan dan Tata Laksana, FK UNDIP, Semarang)

    D. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :

    - pemeriksaan darah rutin : adanya tanda-tanda infeksi, px serologi/rheumatoid factor, px

    adanya keganasan.

    - urine rutin : adanya gangguan fungsi ginjal, adanya kelainan prostat/retensi, adanya

    kanker prostat.

    - Endokrin : kelainan tiroid/paratiroid, osteoporosis pada penderita tua.( Nyeri Punggung Bawah , PERDOSSI )

    E. Pemeriksaan Radiologik

    Meliputi X-foto tulang belakang khususnya daerah lumbosakral (posisi AP,

    lateral, dan oblik) dan X-foto pelvis. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    40/43

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    41/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    Adalah factor psikologis yang member petunjuk bahwa nyeri pada

    penderita NPB cenderung untuk berkembang menjadi kronik.

    Kalau Red Flags memberi petunjuk kemungkinan adanya suatu kondisi

    atau kelainan serius yang mendasari NPB, maka yellow flags adakah factor

    biopsikososial yang dapat menghambat penyembuhan NPB sehingga

    berkembang menjadi kronik.

    Arti klinisnya adalah :

    i. Sebagai factor risiko dan predictor untuk berkembangnya NPB

    menjadi kronik.

    ii. Menentukan bentuk intervensi awal untuk mencegah NPB

    menjadi kronik, berupa cognitive-behavioral preventive

    intervention.

    Factor psikologis dapat memodifikasi nyeri dengan menaktivasi

    inhibisi sentral terhadap nyeri, dan memodulasi proses nyeri

    nosiseptif, hal ini berpengaruh terhadap persepsi, memori dan

    perilakunya terhadap nyeri yang dapat dilihat dari respon

    emosionalnya.

    Factor psikologis dipengaruhi oleh lingkungan social, cultural, sosio-

    ekonomi, usia dan jenis kelamin. Oleh karena itu dalam

    penatalaksanaan nyeri bukan saja ditujukan pada mengatasi nyeri

    secara biomedical, tetapi juga harus dimasukkan komponen

    biopsikososial.

    i. diagnosis banding

    i. strain lumbal : nyeri pinggung saat pasien berdiri dan gerakan berputar

    ii. tumor

    iii. reumatik

    j. penatalaksanaan

    AKut , SubAkut

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    42/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    a. Obat-obatan : Non opioid (NSAID,aspirin,parasetamol,relaksan otot), Opioid

    (morfin)

    b. Analgetik regional : Low tech (blok saraf,analgetik lokal), High tech (infus

    epidural)c. Terapi alternatif, yaitu manipulasi spinal dan terapi fisik

    (akupuntur,masase,TENS).

    Terapi manipulasi :

    Osteopathic , Untuk mengoptimalkan sirkulasi darah pada sistem

    muskuloskeletal didaerah punggung bawah

    Chiropratic , ditujukan kpd sistem saraf vertebra spinalis untuk

    memperbaiki neurotransmisi

    d. Pendekatan psikologi : metode relaksasi, hipnosis

    e. Kembali ke aktivitas normal secepat mungkin, hindari mengangkat berat

    f. Operasi : untuk skiatika, pseudoclaudication, spondilolitesis

    Kronik

    a. Terapi NPB yang akut,subakut seperti a-d dpt dipertimbangkan untuk diberikan

    pada NPB kronik

    b. Obat antidepresan seperti trisiklik antidepresan

    c. Obat antikonvulsan

    d. Epidural steroid

    e. Back exercises

    f. Terapi psikologis : cognitive-behavioral therpy, edukasi penderita

    g. Terapi operatif : dilakukan bila terapi konservatif tdk berhasil dgn baik atau atas

    indikasi bedah.

    h. Rehabilitasi medik

    ( Nyeri Punggung Bawah , PERDOSSI )

    k. Komplikasi

    i. Perusakan psikososial persistent

    ii. Diagnosis yang tidak tepat

    iii. Nyeri pinggang kronik

  • 7/27/2019 saraf integrasi

    43/43

    Modul Saraf

    OSCE Comprehensive Reinforcer 2007

    l. Prognosis

    Sebagian besar akan membaik, tetapi dapat terjadi kekambuhan sebanyak 5%.