Transcript

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

TOPIK: BERMAIN TERAPEUTIK

SUB TOPIK: MENYUSUN PUZZLE

SASARAN: ANAK SEKOLAH

TEMPAT: RUANG PERAWATAN ANAK (R.CATELYA)

WAKTU: Rabu, 26 Agustus 2015, pkl 10.00-10.25

Latar Belakang

Permainan puzzle termasuk permainan multifungsi yaitu permainan yang mengandung banyak fungsi atau manfaat. Selain itu, permainan puzzle termasuk permainan yang dapat meningkatkan daya kognitif, karena anak akan bermain dengan cara memfokuskan perhatiannya kepermainan (Andang, 2006).

Berdasarkan permasalahan yang ada mahasiswa tertarik untuk menerapkan permainan edukatif berupa menyusun puzzle untuk meningkatkan daya pikir anak. Puzzle dapat diimplementasikan pada pembelajaran daya pikir anak karena pada dasarnya anak-anak salangatlah menyukai permainan-permainan salah satunya menyusun puzzle. Melalui puzzle anak dapat mempelajari sesuatu yang rumit serta anak akan berpikir bagaimana puzzle ini dapat tersusun dengan rapi. Kognitif merupakan suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.

Tujuan

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan bermain terapeutik dengan menyusun puzzle diharapkan anak dapat meningkatkan kemampuan kognitif, melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan serta menurunkan kecemasan anak di rumah sakit.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan bermain terapeutik selama 25 menit diharapkan:

Anak dapat menyususn puzzle yang sudah disediakan.Anak dapat berkenalan dan mengungkapkan perasaan dengan tepat.Anak dan orangtua mengatakan senang dan kejenuhan selama dirawat di Rumah Sakit berkurang.

Karakteristik Peserta

Usia 6-12 tahunJumlah peserta 2-4 anak dan didampingi orang tuaGambarkan keadaan umum pesertaNama : An.Gabriel

Karakter: Kooperatif dan tenang

Dx.Medis: Gatroenteritis

Nama : An.Riko

Karakter: Kooperatif dan tenang

Dx.Medis: Bronkopnemonia

Nama: An.Desti

Karakter: Kooperatif dan tenang

Dx.Medis: Febris

Nama: An.fika

Karakter: Kooperatif dan tenang

Dx.Medis: Viral infection

Strategi Pelaksanaan

No

Kegiatan

Waktu

Persiapan5 menit

Menyiapkan ruanganMenyiapkan alatMenyiapkan peserta

5 menit

Pembukaan5 menit

Perkenalan dengan anak dan keluargaAnak yang akan bermain saling berkenalanMenjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaanMenanyakan kesetujuan/ kesiapan anak dan keluarga

5 menit

Kegiatan20 menit

Anak diminta untuk memilih puzzle yang akan disusun yang sudah tersedia.Anak diminta untuk menyusun puzzle yang sudah disediakan.Setelah selesai menyusun, anak diminta bertukar puzzle dan membongkar puzzle yang tersusun untuk kembali disusun.Setelah selesai menyusun puzzle, anak diberi pujian dan diminta untuk memilih puzzle yang disukai untuk dibawa pulang.

10 menit

Penutup

Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya.

Menanyakan perasaan anak dan keluarga

Menutup kegiatan terapi bermain

5 menit

Metode

Menyusun puzzle

Media

Puzzle yang siap disusun

Materi

Terlampir

Pembagian Tugas

Penanggung jawab: Yoga Adigondo

Tugas: Bertanggung jawab terhadap jalannya kegiatan

terapi bermain

Pemimpin: Ari Suinto

Tugas:

Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan

kerah tujuan dengan memberi motivasi dan arahan kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.

Pengambil keputusan hasil diskusi dari anggotaModerator: 1. Saefudin Anwar

Tugas:

Membuka kegiatan terapi bermainMemimpin jalannya kegiatan terapi bermainMenutup kegiatan terapi bermain Fasilitator: 1. Eka Novita S

2. Ngasarotun K

3. Anggit Amalia Y

Tugas:

Mempertahankan kehadiran pesertaMempertahankan dan meningkatkan motivasi

peserta

Mencegah gangguan atau hambatan terhadap

kelompok baik dari luar maupun dari dalam

kelompok

Observer: 1. Nelly Nurfitri O

2. Lusi Ratnasari

Tugas :

Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermainMemperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatanMemperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermainSetting Tempat

keterangan :

: pasien

Evaluasi

StrukturMedia yang digunakan dalam kegiatan terapi bermain semuanya lengkapKegiatan yang direncanakan dapat terlaksanaProsesTerapi bermain dapat berjalan dengan lancarAnak dapat mengikuti terapi bermain dengan baikTidak ada hambatan saat melakukan terapi bermainSemua anggota kelompok dapat bekerjasama dan bekerja sesuai tugasnya.Hasil Anak dapat meningkatkan kemampuan kognitif dengan menyusun puzzleAnak dapat mengikuti kegiatan dengan baikAnak merasa senangAnak tidak takut lagi dengan perawatOrangtua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesaiOrangtua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain

LAMPIRAN MATERI

Konsep Dasar Bermain

Pengertian

Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).

Klasifikasi Bermain

Berdasarkan Isi Permainan

Social affective play

Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah Cilukba, berbicara sambil tersenyum dan tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan mengoceh.

Sense of pleasure play

Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga susah dihentikan

c. Skill play

Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.

d. Games atau permainan

Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.

e. Unoccupied behaviour

Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut .

f. Dramatic play

Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .

2. Berdasarkan Karakter Social

a. Onlooker play

Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.

b. Solitary play

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.

c. Parallel play

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.

d. Associative play

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.

e. Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.

Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :

1.Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.

Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

2.Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

3.Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.

4.Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat

Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.

Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

1.Perkembangan Sensoris Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.

2.Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

3.Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.

4.Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

5.Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain

6.Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

7.Bermain Sebagai Terapi

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.

B.Konsep Dasar Preschool

a.Anak usiaPreschool ( >3 tahun sampai 6 tahun)

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat.

Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia prasekolah.

b.Reaksi Hospitalisasi

1.Sering bertanya

2.Menangis perlahan

3.Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

4.Kehilangan kontrol

5.Pembatasan aktivitas

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut sehinggamenimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidakmaubekerja sama dengan perawat.

C.Konsep Dasar School

a.Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)

Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian, permainan pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.

Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.

b.Reaksi Hospitalisasi

1.Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan

2.Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik

3.Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail and Laraia, Michele. (1998).Principles and practice of psychiatric nursing. St. Louis: Mosby.

Internet.http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-penyandang-autisme-1/. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 04.00 p.m.

Internet.http://konsultanmainan.multiply.com/journal/item/5/Terapi_Bermain. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.30 p.m.

Internet.http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916947-terapi-bermain/Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.45 p.m.

Supartini, Yupi. (2004).Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. (2003).Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.