Download doc - Stase interna lapkas.doc

Transcript
Page 1: Stase interna lapkas.doc

Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Usia : 48 tahun

TTL : solo, 27 agustus 1963

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : pegawai swasta

Status : Menikah

Masuk Rumah Sakit : 25 maret 2012

No. kamar : marwah atas

Anamnesis

(Autoanamnesis)

KU : Pusing seperti mau pingsan SMRS

KT : Berat dan pegal di tengkuk kepala, mual, muntah, keringat dingin

RPS : OS masuk ke RS karena mengeluh pusing seperti mau pingsan, pusing seperti

berputar-putar, pusing seperti ini jarang dirasakan OS tetapi saat ini yang

dirasakan paling parah. Saat masuk UGD tensi OS 250/100mmHg kemudian

diberikan tindakan (obat antihipertensi captopril 25mg), OS juga mengeluh

berat dan pegal di daerah tengkuk kepala. flu (-), batuk (-), mual (+), muntah (+)

saat di UGD berupa cairan bening ± 3sendok makan, sesak napas (-), BAB dan

BAK tidak ada keluhan, keringat dingin (+), demam disangkal. OS mengaku

punya riwayat hipertensi.

RPD : DM (-), penyakit ginjal (-), jantung (-)

Riwayat Keluarga : Hipertensi (+), DM (-), stroke (+) ibu

Riwayat Pengobatan : Konsumsi obat antihipertensi (captopril) tiap pusing atau sakit kepala

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Psikososial : menu makanan tidak diperhatikan, Merokok (setengah bungkus

rokok/hr), Minum kopi (± 1x/hr), Bergadang (jarang), Olahraga (-)

1

Page 2: Stase interna lapkas.doc

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : sakit ringan

kesadaran : compos mentis

Tanda Vital :

TD : 170/100 mmHg

P : 18x /menit,

N : 80/ menit

Suhu : 36 0C

Antropometri :

BB : 75 kg

TB : 168cm

IMT : 26,57 (obes 1)

Status Generalisata

Kepala : normal

- Mata

Konjungtiva : anemis (-)

Sklera : ikterik (-)

Reflex cahaya : (+)

Pupil : Ishokor

Hidung : Sekret (-), epitaksis (-),

mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),

Leher : pembesaran KGB (-)

Telinga : tidak ada kelainan

Paru

Inspeksi : kedua lapang paru simetris, otot bantu pernapasan (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler

Jantung

Auskultasi : BJ I&II normal

2

Page 3: Stase interna lapkas.doc

Abdomen

Inspeksi : simetris

Auskultasi : bising usus(+)

Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+) , hepatomegali (-),splenomegali (-)

Perkusi : timpani pada ke empat kuadran

Ekstremitas atas : akral hangat,udem (-)

Ekstremitas bawah :akral hangat, udem (-)

RCT : <2 detik

Pemeriksaan Penunjang

tgl 25-03-2012

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai

Normal

Hematologi

Hemoglobin 14,3 g/dl L:13,2 –

17,3

Hematrokit 42 % L:40-52

Trombosit 240 Ribu/mm3 L:150-440

Leukosit 9,85 Sel/mm3 3,8 – 10,6

GDS H 216 Mg/dl 70-200

SGOT H 36 U/L 10-34

SGPT H66 U/L 9-43

ureum 42 10-50

Kreatinin darah 1,1 <1,4

Resume

Tn. S 48th masuk ke RS dengan keluhan vertigo. OS juga mengeluh berat dan pegal di

daerah tengkuk kepala , nausea (+), vomitus (+), keringat dingin (+). OS mengaku punya

riwayat hipertensi. Ada riwayat hipertensi pada keluarga.

3

Page 4: Stase interna lapkas.doc

Pemfis : TD :170/100mmHg, S: 36⁰c, P: 18x/mnt, N: 80x/m, nyeri tekan epigastrium

Lab : GDS (H216), SGOT (H 36), SGPT (H66)

Daftar Masalah

hipertensi grade 2

vertigo

hiperglikemia

Assesment

1. hipertensi grade 2

Berdasarkan anamnesis Tn. S 48th mengeluh pegal dan berat pada daerah tengkuk kepala,

OS ada riwayat hipertensi. Dikeluarga ada riwayat hipertensi (ibu)

Pemfis : Tekanan darah 170/100mmHg

D/ Hipertensi grade 2

Rdx : H2TL, GDS, GDP, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, ECG, foto thoraks, profil lipid

Rx :

Farmakologi non farmakologi

captopril 25mg 3x1 diet rendah garam dan lemak

ISDN 10mg 3x1 olahraga teratur (min.30menit)

Tiazid 2mg /hr minum obat antihipertensi teratur

rajin kontrol tekanan darah

berhenti rokok dan kopi

2. vertigo

Berdasarkan dari anamnesis Tn. S 48th mengeluh pusing seperti berputar-putar, mual

(+), muntah (+). Keringat dingin

Pemfis : nyeri epigastrium

Wd/ vertigo e.c Hipertensi

Dd/ vertigo e.c hiperglikemi, migrain, BPPV, epilepsy, meniere diseases, neuritis

vestibularis,

4

Page 5: Stase interna lapkas.doc

Rdx : Foto Rontgen tengkorak, leher, Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi

(EMG), USG, H2TL,

Rx :

Farmakologi non farmakologi

Antivertigo 6mg 3x1/hr -Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi

-Bangun secara perlahan sebelum berdiri dari

tempat tidur

-Hindari posisi membungkuk bila mengangkat

barang

-Hindari posisi mendongak

-Gerakkan kepala secara hati-hati

3. Hiperglikemia

Berdasarkan anamnesis Tn. S 48th mengeluh mual dan muntah

Tgl 25-03-2012 : GDS (216mg/dl)

D/ Hiperglikemi

Rdx : H2TL, SGOT, SGPT, profil lipid, GDS, GDP, TTGO, analisa gas darah, elektrolit,

urinalisis, EKG, foto thoraks

Rx :

Farmakologi non farmakologi

OHO (metformin 250mg 3x1) - diet dengan gizi seimbang

- olahraga teratur

- minum obat teratur

- edukasi

- kontrol kadar gula darah teratur

Follow up

26-03-2012

S : tidak ada keluhan

O : nadi 80x/m, suhu 36c, pernapasan 18x/m, tensi 140/90mmHg

-GDS = 193mg/dl (05.00)

5

Page 6: Stase interna lapkas.doc

195mg/dl (11.00)

215mg/dl (17.00)

A : hipertensi dan Hiperglikemi

-hipertensi

berdasarkan pemfis TD 140/90mmHg

Rdx : foto thoraks, profil lipid, ekg,

P : Th :

farmakologi = captopril 25mg 3x1

nonfarmakologi = diet gizi seimbang, kontrol tensi teratur, minum obat teratur

- Hiperglikemia

Berdasarkan pemeriksaan darah

GDS = 193mg/dl (05.00)

195mg/dl (11.00)

215mg/dl (17.00)

Rencana pemeriksaan : GDS, GDP, TTGO, SGOT, SGPT, profil lipid, urinalisis, uji

ketonuria

P : Th :

Farmakologi = metformin 250 3x1

Non farmakologi = edukasi, teratur minum obat, diet gizi seimbang, olahraga teratur

(min 30menit), teratur kontrol gula darah

27-03-2012

S : tidak ada keluhan

O : nadi 92x/m, suhu 36,2c, pernapasan 20x/m, tensi 120/90mmHg

A : hipertensi

Berdasarkan pemfis 120/90mmHg

Rdx : ekg, foto thoraks, profil lipid

P :

6

Page 7: Stase interna lapkas.doc

Farmakologi non farmakologi

captopril 25mg 3x1 - diet dengan gizi seimbang

- olahraga teratur

- minum obat teratur

- kontrol tekanan darah dan kadar gula darah teratur

TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI

Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga

melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan

produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output.

Epidemiologi

Data Epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia

lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana

baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada

lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah

yang dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola

kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien

hipertensi.

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negara-

negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination survey

(HNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah

sekitar 29 – 31 %, yang berarti terdapat 58 – 65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi

7

Page 8: Stase interna lapkas.doc

peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988 – 1991. Hipertensi esensial sendiri

merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.

Klasifikasi Hipertensi

Tabel . Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik (mmHg) Dan/Atau Diastolik (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi

Hipertensi Stage 1

Hipertensi Stage 2

140-159 Atau 90-99

≥ 160 Atau ≥ 100

Sumber : Joint National Committee VII, 2003

Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :

Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang

dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak

diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90% dari kasus hipertensi.2 Hipertensi sekunder adalah

hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini

penyebabnya diketahui dan ini menyangkut ± 10% dari kasus-kasus hipertensi.2

Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu hipertensi diastolik, campuran, dan sistolik

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa

diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada

sistol dan diastol. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan

sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.3

Etiologi hipertensi

8

Page 9: Stase interna lapkas.doc

Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,

volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari

ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan

denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA.17

Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan

hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh

penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi.18

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat

peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air

oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron

maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.

Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga

terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan preload biasanya berkaitan

dengan peningkatan tekanan sistolik.19

Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari

arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan

pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara

lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah

melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung

dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload

berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan

hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus

mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada

hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada

akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.20

Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

9

Page 10: Stase interna lapkas.doc

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.17

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetus keadaan hipertensi.21

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung

jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.17

10

Page 11: Stase interna lapkas.doc

11

Page 12: Stase interna lapkas.doc

Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,

tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan

cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus

optikus).22 Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi

yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada

malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang

bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam

penglihatan.23

12

Page 13: Stase interna lapkas.doc

Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa,

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan

darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah

yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran

darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan

tekanan kapiler.17 Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,

muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan

lain-lain.24

Diagnosis Hipertensi

Kerangka Diagnosis Hipertensi

FAKTOR FAKTOR RISIKO

Faktor yang tidak dapat diubah / dikontrol

1. Usia

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih

tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.Faktor

13

Page 14: Stase interna lapkas.doc

usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin

tinggi mendapat risiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya

usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,

pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan

insiden penyakit arteri koroner dan kematian premature.9 Risiko terkena hipertensi dimulai sejak

usia 40 tahun.9

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa

muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi

setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.9 Perbandingan antara pria

dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa

Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra

Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang

didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta

didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita.24

3.Riwayat keluarga

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi cenderung

merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi

maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi.18 Adanya riwayat

keluarga yang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat risiko penyakit jantung

dan pembuluh darah dua kali lebih besar disbanding dengan yang tidak memiliki riwayat

keluarga.9 Kaplan (1998) menyatakan bahwa kemungkinan untuk menderita hipertensi pada

seseorang yang orang tuanya memiliki riwayat hipertensi sebesar 2 kali lipat dibandingkan

dengan orang lain yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada orang tuanya. Sekitar 70 – 80%

pasien hipertensi memiliki riwayat faktor hipertensi dalam keluarganya.25

Faktor yang dapat diubah / dikontrol

1.Garam dapur.

14

Page 15: Stase interna lapkas.doc

Menurut profesor D.G.Beevers, konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun akan

meningkatkan tekanan darah karena kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding arteriol

juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan masuknya kalsium ke dalam sel-sel

tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan arteriol berkontraksi dan menyempit pada lingkar

dalamnya.26 Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang

minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika

asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung dan tekanan darah.27

Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) perhari.

Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari garam dan sumber lain, seperti

produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan risiko penyakit

jantung.9 Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang yang peka sodium

lebih mudah meningkat sodiumnya sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan

tekanan darah.15

2.Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun hubungan merokok

dengan hipertensi adalah nikotin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin

akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga

ke otak. Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon

monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan

tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup

kedalam organ dan jaringan tubuh.18 Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang

dibungkus dengan kertas. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian

jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun.28

Ringan = 0 – 200

Sedang= 200- 600

15

Page 16: Stase interna lapkas.doc

Berat = >600

3.Aktivitas fisik

Beberapa studi menunjukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit

jantung dan pembuluh darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan

pembuluh darah, dengan meningkatkan efesiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri

dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan baru bila sudah

ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya gumpalan darah, meningkatkan

kemampuan tubuh termasuk meningkatkan kemampuan seksual, dan meningkatkan kesegaran

jasmani.9 Dianjurkan melakukan latihan fisik (olahraga) minimal 30 menit setiap hari selama 3 –

4 hari dalam seminggu (istirahat selang sehari), sehingga tercapai hasil yang ,maksimal. Setelah

latihan 4 – 6 minggu, kemampuan fisik meningkatkan sebesar 30 – 33%, dan hasil optimal akan

dicapai setelah latihan fisik 6 bulan.9 Penilaian atas aktivitas fisik responden sehari-hari, yang

mencakup aktivitas pada waktu bekerja, olah raga, dan aktivitas selama waktu senggang.29

4.Stres

Stres juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana

hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, peningkatan

saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum

terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di

pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat

yang tinggal di kota.9 Stres adalah reaksi tubuh berupa serangkaian respons yang bertujuan untuk

mengurangi dampak. Resiko terjadinya gangguan ini makin bertambah apabila ada kelelahan

fisik atau faktor organik lain, misalnya lanjut usia.9

5. Obesitas

Timbulnya hipertensi pada obesitas adalah peningkatan volume plasma dan peningkatan

curah jantung yang terjadi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin

dansleep apnea syndrome, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini terjadi pergeseran konsep,

dimana diduga terjadi perubahan neuro-hormonal yang mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin

disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun

terakhir ini dengan ditemukannya leptin.18 

16

Page 17: Stase interna lapkas.doc

Leptin sendiri merupakan asam amino yang disekresi terutama oleh jaringan adipose dan

dihasilkan oleh  gen ob/ob. Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan pengeluaran

energi tubuh melalui pengaturan pada susunan saraf pusat, selain itu leptin juga berperan pada

perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis, diuresis dan

angiogenesis. Normal leptin disekresi kedalam sirkulasi darah dalam kadar yang rendah, akan

tetapi pada obesitas umumnya didapatkan peningkatan kadar leptin dan diduga peningkatan ini

berhubungan dengan hiperinsulinemia melalui aksis adipoinsular.30

6. Kopi

Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya  yang tinggi. Kafein sendiri merupakan

senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa

yang pahit. Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafein di

dalam tubuh. Peranan utama kafein ini di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor

sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Efeknya

ini biasanya baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengonsumsi kopi. Kafein tidak

hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat.32

Tabel 2.3 kandungan kafein dalam minuman

Sumber Kandungan

kafein

Secangkir kopi 85 mg

Secangkir the 35 mg

Minuman berkarbonasi 35 mg

Minuman berenergi 50 mg

Batas aman konsumsi kafein yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah 100-150 mg.

Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup untuk

membuatnya tetap terjaga.

7 Kontrasepsi Hormonal

Penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pil KB sebagai kontrasepsi hormonal akan

meningkatkan kejadian tromboemboli dan gangguan pembuluh darah otak. Tromboemboli

17

Page 18: Stase interna lapkas.doc

terjadi akibat perubahan sistem pembekuan darah akibat estrogen. Estrogen antara lain akan

meningkatkan aktivitas pembekuan darah, sehingga akan memudahkan trombosis (pembekuan)

di pembuluh darah, dengan akibat lanjut menyebabkan sumbatan dan gangguan pada aliran

darah. Makin besar dosis estrogen yang diberikan, makin besar pula efeknya. Efek ini akan

makin diperbesar dengan pengaruh anti-estrogen dan progesteron. Disamping efek aterosklerosis

oleh pengaruh progesteron. Risiko akan meningkat pada perokok dan berkurang bila dosis

estrogen dikurangi. Risiko tromboemboli ini tidak dipengaruhi oleh lamanya pemakaian pil KB.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat terjadi pada 5% pemakai pil KB. Hal ini dipengaruhi

usia, jenis kelamin, suku dan riwayat keluarga. Tekanan darah akan meningkat secara bertahap

dan bersifat tak menetap. Jika hipertensi menetap setelah pil KB dihentikan, berarti telah terjadi

perubahan permanen pada pembuluh darah akibat aterosklerosis.Penggunaan pil KB akan

meningkatkan angka kejadian penyakit jantung koroner. Risiko ini dihubungkan dengan lama

pemakaian pil KB, dan adanya risiko penyakit jantung koroner yang lain seperti usia lanjut,

merokok, kegemukan dan hipertensi. Penggunaan sediaan dengan estrogen dan progesteron dosis

rendah akan mengurangi risiko tersebut tetapi tidak menghilangkannya. Kejadian gangguan pada

peredaran darah otak pada pengguna pil KB lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak

memakai. Gangguan ini terutama pada pemakai pil KB kombinasi yang berusia di atas 35 tahun

perokok, dengan kadar lemak darah tinggi, dan menderita hipertensi.

8 Alkohol

Minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko mendapat serangan stroke (3 kali

lebih besar) terutama pada anak muda. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai

penyebab ialah rebound thrombocytosis, perubahan otoregulasi aliran darah ke otak, aritmia

kordis, hipertensi, dan hiperlipidemia.

9 Penyakit lain

1. Penyakit Ginjal

Hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal (renal hypertension).

Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah tinggi adalah penyempitan

arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila

pasokan darah menurun, ginjal akan memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan

darah.

18

Page 19: Stase interna lapkas.doc

2. Hipo atau Hipertiroid

Hipertiroid atau kelebihan hormon tiroid ditandai dengan mudah kepanasan (merasa gerah),

penurunan berat badan, jantung berdebar dan tremor. Hormon tiroid yang berlebih merangsang

aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah

sehingga menimbulkan hipertensi.Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid ditandai dengan

kelelahan, penurunan berat badan, kerontokan rambut dan lemah otot. Hubungan antara

kekurangan tiroid dan hipertensi belum banyak diketahui, namun diduga bahwa melambatnya

metabolisme tubuh karena kekurangan tiroid mengakibatkan pembuluh darah terhambat dan

tekanan darah meningkat.

3. Koarktasi Aorta (Aortic coarctation)

Koarktasi atau penyempitan aorta adalah kelainan bawaan yang menimbulkan tekanan darah

tinggi.

4. Gangguan Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal berfungsi mengatur kerja ginjal dan tekanan darah. Bila salah satu atau kedua

kelenjar adrenal mengalami gangguan, maka dapat mengakibatkan produksi hormon berlebihan

yang meningkatkan tekanan darah.

5. Gangguan Kelenjar Paratiroid

Empat kelenjar paratirod yang berada di leher memproduksi hormon yang disebut parathormon.

Produksi parathormon yang berlebih akan meningkatkan kadar kalsium di dalam darah, sehingga

memicu tekanan darah tinggi.

Komplikasi Hipertensi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.17 Arteri-arteri

otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa

lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat

berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.33

19

Page 20: Stase interna lapkas.doc

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,

maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,

hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.17

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-

kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik.17 Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya

kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering

disebut edema.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai

menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.19 Ensefalopati dapat terjadi terutama

pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium

diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian.17

Penatalaksanaan Hipertensi

Telah dibuktikan oleh para peneliti, bahwa dengan mengendalikan tekanan darah maka

angka morbiditas dan angka mortalitas dapat diturunkan. Oleh karena itu walaupun seorang

dokter belum menemukan etiologi dari hipertensi yang didapat pada penderita, pengobatan sudah

boleh dilaksanakan. Yang menjadi masalah adalah saat yang tepat untuk memulai pengobatan.

Hal ini penting karena pada kenyataannya, pengobatan hipertensi adalah pengobatan seumur

hidup.1

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah1:

1. Target tekanan darah <140 / 90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal

ginjal proteinuria) < 130 / 80

20

Page 21: Stase interna lapkas.doc

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler

3. Menghambat laju penyakit ginjal hipertensi

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi

nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan

tekanan darah dan mengendalikan factor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya.1 Terapi

nonfarmakologis terdiri atas, Menghentikan merokok, menurunkan berat badan berlebih,

menurunkan konsumsi alcohol berlebih, latihan fisik, menurunkan asupan garam, menngkatkan

konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.1

Manajemen terapi hipertensi menurut JNC VII (U.S. Department of Health and Human

Services, 2003).

Keterangan:

TDS, Tekanan Darah Sistolik; TDD, Tekanan Darah Diastolik

Kepanjangan Obat: ACEi, Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB, Angiotensin Reseptor

Bloker; BB, Beta Bloker; CCB, Calcium Chanel Bloker

* Pengobatan berdasarkan pada kategori hipertensi

21

Page 22: Stase interna lapkas.doc

† Penggunaan obat kombinasi sebagai terapi awal harus digunakan secara hati-hati oleh karena

hipotensi ortostatik. Medical Doctor | Minako Creation 2

‡ Penanganan pasien hipertensi dengan gagal ginjal atau diabetes harus mencapai nilai

target tekanan darah sebesar <130/80 mmHg.

2. Non farmakologi

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan

memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita hipertensi.

Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek

buruk dari dari hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi

kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara

lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat.

VERTIGO

 Vertigo dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan yang dirasakan penderita seperti seakan-akan

benda disekitarnya berputar-putar mengelilinginya atau ia seakan-akan berputar-putar

mengelilingi satu titik, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan yang

disebabkan karena gangguan pada sistem keseimbangan. Vertigo dapat disebabkan oleh kelainan

di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otak itu

sendiri. Selain itu, vertigo juga dapat berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan

tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan

pada sistem keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik,

veskuler atau autoimun.

 

gejala penyakit vertigo diantaranya:

Pusing seperti berputar

Kepala terasa ringan

Rasa terapung, terayun

Mual-Muntah

Keluar Keringat dingin

22

Page 23: Stase interna lapkas.doc

Muka Pucat

Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :

1. Vertigo paroksismal

Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,

kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi.

Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan

menjadi :

a) Yang disertai keluhan telinga :

Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris,

Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/

odontogen.

b) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas

arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de

L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).

c) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah : Vertigo

posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.

2. Vertigo kronis

Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut, dibedakan

menjadi:

1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis,

Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.

2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio,

pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat,

kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.

3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.

3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang,

dibedakan menjadi :

23

Page 24: Stase interna lapkas.doc

1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta,

perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria

vestibulokoklearis.

2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis

anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks,

hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

Ada pula yang membagi vertigo menjadi :

1.Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.

2.Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan

visual.Berdasarkan anatomi penyebabnya, vertigo dapat dibedakan menjadi vertio

sentral (disebabkan oleh kelainan system saraf pusat) dan vertigo perifer

(disebabkan oleh kelainan vestibuler).

Table 1. Perbedaan Vertigo Vestibuler dan Vertigo Non Vestibuler

  Vertigo Vestibuler Vertigo non vestibuler

Sifat vertigo

 

Rasa berputar (True

vertigo)

Rasa melayang, sempoyongan

 

Sifat serangan Episodik Kontinyu

Mual Muntah + -

Gangguan

Pendengaran

+/- -

Gerakan

pencetus

Gerakan kepala

 

Gerakan obyek visual

Situasi pencetus - Ramai orang, lalu lintas macet,

sibuk, pasar swalayan

Letak lesi

 

Sistem vestibuler

 

Sistem visual, somatosensorik

(propioseptif)

Table 2. Perbedaan Vertigo vestibuler perifer dan vertigo vestibuler sentral

  Vertigo vestibuler

perifer

Vertigo

vestibuler    sentral

24

Page 25: Stase interna lapkas.doc

Bangkitan vertigo Mendadak Lebih lambat

Intensitas Berat Ringan

Pengaruh gerakan kepala + -

Gerakan otonom ++ +/-

Gangguan pendengaran + -

Tanda fokal otak - +

 

Pemeriksaan neurologis difokuskan pada fungsi vestibuler atau serebelar (tipe sentral) dan fungsi

pendengaran (tipe perifer). Fungsi vestibuler antara lain (a) Uji Romberg penderita berdiri

dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka  kemudian tertutup.

Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat

menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan

vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah

kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan

serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup,

(b)  Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan  diletakkan  pada  ujung

jari kaki kanan atau kiri  ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan

menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh, (c) Uji Unterberger:

berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan  di tempat dengan mengangkat

lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan

menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan

badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi

turun  dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi,

(d)  Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany) Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke

depan, penderita disuruh mengangkat lengannya  ke atas,  kemudian diturunkan sampai

menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka

dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat  penyimpangan lengan penderita ke arah lesi,

(e)   Uji Babinsky Weill. Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah  ke

depan  dan lima langkah  ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler

25

Page 26: Stase interna lapkas.doc

unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang. Uji Dix Hallpike Dari posisi

duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan  ke  belakang  dengan cepat, sehingga

kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke

kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan  hilangnya vertigo dan  nistagmus, dengan uji ini 

dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign paroksimal positional

vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu

kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali

(fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit,

bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue). Tes Kalori Penderita berbaring

dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis  semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal.  Kedua

telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing

selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak

permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik). Fungsi

pendengaran, meliputi tes garputala dan audiometrik.

Pengobatan

Antivertigo Betahistin : Betaserc ,Histigo,Vercure , Vertex

Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:

> Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi

> Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur

> Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang

> Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian

> Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher

dalam posisi mendongak.

HIPERGLIKEMIA

A. Pengertan :

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang kadar puasa

26

Page 27: Stase interna lapkas.doc

normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah

( Elizabeth J. Corwin, 2001 )

B. Etiologi :

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah

penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.

Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.

Faktor predisposisi herediter, obesitas.

Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu

respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan

asing

C. Menifestasi klinik :

Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) : Polipagi, Polidipsi, poliuri,

Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering, Rasa kesemutan, kram otot, Visus menurun, Penurunan

berat badan, Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh.

E. Komplikasi Hiperglikemia

Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

A.Komplikasi akut

1.Komplikasi metabolic : Ketoasidosis diabetic, Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik

Hipoglikemia, Asidosis lactate

2.Infeksi berat

B.Komplikasi kronik

1.Komplikasi vaskuler

Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer

Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

2.Komplikasi neuropati

Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare diabetik, buli – buli

neurogenik, impotensi, gangguan refleks kardiovaskuler.

3.Campuran vascular neuropati

27

Page 28: Stase interna lapkas.doc

Ulkus kaki

4.Komplikasi pada kulit

F. Pemeriksaan penunjang :

Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas GDS > 200 mg/dl (Plasma vena).

Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral.

Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl.

Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien Diabetes Mellitus:

-Hb

-Gas darah arteri

-Insulin darah

-Elektrolit darah

-Urinalisis

-Ultrasonografi

G. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati.

Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :

A.Diet

1.Komposisi makanan :

a.Karbohidrat = 60 % – 70 %

b.Protein = 10 % – 15 %

c.Lemak = 20 % – 25 %

2.Jumlah kalori perhari

a.Antara 1100 -2300 kkal

b.Kebutuhan kalori basal : laki – laki : 30 kkal / kg BB

Perempuan : 25 kkal / kg BB

3.Penilaian status gizi :

BB

BBR = x 100 %

TB – 100

28

Page 29: Stase interna lapkas.doc

Kurus : BBR 110 %

Obesitas bila BBRR > 110 %

Obesitas ringan 120% – 130 %

Obesitas sedang 130% – 140%

Obesitas berat 140% – 200%

Obesitas morbit > 200 %

Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :

Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari

Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari

Gemuk : BB x 20 kalori/hari

Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari

B.Latihan jasmani

C.Penyuluhan

Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :

Umur diatas 45 tahun

Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m

Hipertensi > 140 / 90 mmHg

Riwayat keluarga DM

Dislipidemia, HDL 250 mg/dl

Parah TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa derange /

GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl)

D.Obat berkaitan Hipoglikemia

1.Obat hipoglikemi oral :

a.Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide, glipizid.

b.Biguanid ( metformin )

d.Inhibitor glucosidase

e.Tiosolidinedlones

2.Insulin

E. kontrol kadar gula darah secara teratur minimal 2x/minggu

29

Page 30: Stase interna lapkas.doc

REFERENSI

1. Wreksoatmojo Budi R. Vertigo:Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran

144

2.   Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso

R, Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC.

1997.

3. Corwin, E, J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

4. Astawan. 2002. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Diunduh dari :

www.eurekaindonesia.org/cegah-hipertensi-dengan-pola-makan/ . Diunduh

pada tanggal 30 januari 2012

5. Amir,N. 2002. Diagnosis dan pelaksanaan depresi pasca stroke. Diunduh dari :

www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_149_kesehatan_jiwa.pdf. Pada tanggal : 30

Januari 2012

6. Hayens,B,dkk. 2003. Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka

Dekker,1996

7. Julianti, E.D, Nurjana, dan soetrisno. 2005. Bebas Hipertensi dengan terapi jus.

Jakarta Puspa Suara

8. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2

30