Download docx - Tata Letak Pabrik

Transcript

1

I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDidalam suatu pabrik pengolahan pangan akan sering dijumpai berbagai fasilitas produksi agar suatu kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar, baik berupa mesin, peralatan produksi, pegawai, dan fasilitas penunjang lainnya, sehingga pengaturan tata letak atau pengaturan dari fasilitas pabrik sangat penting dan menjadi landasan atau pedoman dalam perancangan pabrik pengolahan pangan. Tata letak menjadi sesuatu yang sangat sentral dan menjadi landasan atau pedoman dalam perancangan pabrik pengolahan pangan. Tata letak pabrik yang terencana dengan baik dapat menentukan produktivitas, efisiensi, dan kelangsungan hidup suatu industri karena proses produksi berjalan dengan lancar dan pegawai bekerja dengan nyaman dan aman.Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas pabrik adalah tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna kelancaran suatu proses produksi. Pengaturan tersebut dalam rangka memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material. Terdapat dua hal yang diatur letaknya yaitu pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan departemen yang ada di pabrik (departement layout).Tujuan utama perancangan tata letak pabrik adalah mempermudah proses manufaktur, meminimumkan pemindahan barang, memelihara keluwesan susunan dan operasi, memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi, menekan modal peralatan, menghemat pemakaian ruang bangunan, meningkatkan keefektifan pemakaian tenaga kerja, memberikan kemudahan, keselamatan dan kenyamanan bagi para pekerja.1.2. Tujuan1. Mengetahui departemen-departemen dan fungsinya masing-masing yang ada dalam suatu pabrik pengolahan pangan.1. Dapat membuat tata letak dari suatu pabrik industri pengolahan pangan dan dapat mendesain dengan baik tata letak pabrik dan tata letak fasilitas pabrik.II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Activity Relation ChartPada industri pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut saling berhubungan (berinteraksi) antara satu dengan lainnya, dan yang paling penting diketahui bahwa setiap kegiatan tersebut membutuhkan tempat untuk melaksanakannya. Aktifitas atau kegiatan tersebut diatas dapat berupa aktivitas produksi, administrasi, assembling, inventory, dll. Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa kriteria, maka dalam perencanaan tata letak pabrik harus dilakukan penganalisaan yang optimal. Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktifitas yang ada adalah Activity Relationship Chart. ActivityRelationChart (ARC) adalah salah satu cara yang sederhana dalam merencanakan tata letak fasilitas berdasarkan derajat hubungan aktivitas dan cenderung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat subyektif.ActivityRelationChart(ARC) sangat berguna untuk perencanaan dan analisa hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. Sebagai hasilnya, data yang didapat selanjutnya akan dimanfaatkan untuk penentuan letak masing-masing departemen tersebut dengan menggunakan activity relation diagram. Teknik penganalisaan menggunakan ARC dikemukakan oleh Richard Muthe, adalah sebagai berikut :1. Hubungan antar aktifitas ditunjukkan dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktifitas tersebut yang dikonversikan dalam bentuk huruf, sebagai berikut :Tabel 1. Derajat Hubungan AktivitasNo.TINGKAT KEPENTINGANKODEWARNA

1MUTLAK PENTINGAMERAH

2PENTING TERTENTUEKUNING

3PENTINGIHIJAU

4BIASAOBIRU

5TIDAK PENTINGUPUTIH

6TIDAK DIINGINKANXCOKLAT

2. Alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan tersebut adalah sebagai berikut :a. Menggunakan catatan yang samab. Menggunakan personil yang samac. Menggunakan ruang yang samad. Tingkat hubungan personile. Tingkat hubungan kertas kerjaf. Urutan aliran kertasg. Melakukan aliran kerja yang samah. Menggunakan peralatan dan fasilitas yang samai. Ribut, kotor, getaran, debu, dan lain-lainj. Lain-lain yang mungkin perluDiagram ini berguna untuk menggambarkan letak-letak dari setiap bagian (aktivitas) yang ada pada suatu pabrik yang direncanakan. Teknik penyusunannya dilakukan berdasarkan data-data yang ada pada block template dimana apabila suatu aktivitas dengan yang lainnya mempunyai tingkat hubungan A, maka kedua sisi saling menempel. Untuk selanjutnya adalah tingkat hubungan E, I, O, U dan X biasanya untuk mendapatkan letak yang baik dari tiap-tiap block dilakukan secara trial, yaitu diulang beberapa kali sehingga diperoleh susunan yang harmonis.2.2. Space Relationship ChartTahap ini adalah tahap mengevaluasi kebutuhan luas untuk pengaturan segala fasilitaspabrik yang dibutuhkan.Setelah aliran material, hubungan antar masing-masing aktivitas dan diagram hubungan aktivitas selesai dianalisa dan dibuat maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kebutuhan luasan untuk pengaturan segala fasilitas pabrik yang dibutuhkan. Idealnya desain tata letak fasilitas kerja dibuat terlebih dahulu dan kemudian baru didirikan bangunan pabrik disekeliling lay-out yang telah dibuat tersebut. Bagaimanapun sering solusi dari lay-out yang dirancang akan terbentur dengan bentuk maupun luasan yang tersedia. Hambatan atau batasan ini bisa berupa luas dan bentuk bangunan pabrik baru untuk menggantikan bangunan yang lama. Dengan memperhatikan alasan-alasan ini maka pertimbangan yang perlu dilakukan tidak saja menyangkut evaluasi kebutuhan luas area pabrik saja akan tetapi juga menyangkut luasan dan bentuk area yang mampu disediakan. angkah ini bisa disebut sebagai langkah penyesuaian. Disini penyesuaian harus dilaksanakan dengan memperhatikan luas area yang diperlukan. Hal ini dilakukan dengan menganalisa dan menghitung kebutuhan luas area untuk penempatan fasilitas produksi dengan memperhatikan luasan area per mesin dan kelonggaran (allowance) luasan lainnya. Langkah ini merupakan langkah kritis, tetapi untuk hampr semua organisasi industri luasan area untuk fasilitas produksi akan dapat diprediksi sehingga luas area yang diperlukan ini masih harus dilihat kemungkinannya dengan mempertimbangkan luasan area yang tersedia. Diagram hubungan antar aktivitas (departemen/mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan, sehingga diharapkan ongkos handling minimum. Dasar untuk ARD yaitu TSP. Jadi yang menempati prioritas pertama pada TSP harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya. Pada saat menyusun ARD ini kemungkinan terjadinya error sangat besar karena berangkat dari asumsi bahwa semua departemen berdekatan satu sama lain. Adapun yang dimaksud error disini adalah suatu keadaan dimana mesin-mesin (departemen-departemen) yang mendapat prioritas satu tidak dapat menempati posisinya untuk saling berdekatan satu sama lain tanpa ada pembatas dari departemen lain. Adapun batas error yang diijinkan dalam penempatan departemen-departemen tersebut (pembuatan ARD) adalah maksimal dua buah error.2.3. Spare Relationship DiagramSpace Relationship Diagram (SRD) merupakan kombinasi antara kebutuhan luasan dan Activity Relationship Diagram. Untuk mendesain alternatif layout dengan cara memperhatikan Space Relationship Diagram dan melakukan modifikasi seperlunya berdasarkan batasan-batasan dan pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya. Desain layout secara umum dapat ditunjukkan dalam bentuk Block Plan. Block Plan merupakan diagram blok dengan skala tertentu yang mempresentasikan bangunan dan normalnya juga menunjukkan lokasi dari dinding-dinding penyekat yang memisahkan blok satu dengan blok lainnya. Berdasarkan blok plan ini kemudian bisa dirancang detail lay-out yang sesuai. Analisan detail lay-out, prosedur dan langkah-langkah yang diambil sama dengan prosedur yang dilakukan untuk mendesain lay-out secara menyeluruh. Detail lay-out pada dasarnya adalah mengatur mesin atau fasilitas kerja yang berada dimasing-masing blok yang ada, sedangkan overal lay out adalah mengatur letak blok terhadap blok lain. Desain layout alternatif bisa dibuat dengan caramengkombinasikan pertimbanganpertimbangan kebutuhan luas area yang dibutuhkan dengan REL diagram dimana dilaksanakan dalam bentuk Space Relationship Diagram dengan memperhatikan batasanbatasan dan pertimbanganpertimbangan khusus. Desain layout ini secara umum dapat ditunjukkan dalam bentuk suatu Block Plan. Disini Block Plan akan merupakan diagram blok dengan skala tertentu yang mempresentasikan bangunan normalnya juga menunjukkan lokasi dari dinding penyekat yang memisahkan blok satu dengan blok yang lainnya, termasuk pula lokasi dari kolom tiang penyangga atas gedung.

III. PEMBAHASANBika ambon Kabika memiliki perencanaan tata letak pabrik dengan menggunakan Activity Relationship Chart, Diagram Activity Relationship Chart, Space Relationship Diagram, dan Blok Plan Space Relationship Diagram. Terdapat 15 area yang disusun tata letaknya antara lain ruang kantor, ruang supervisor, ruang rapat, ruang sanitasi, ruang fermentasi, ruang produksi, ruang pengepakan, ruang pengiriman, ruang perbaikan dan perawatan, ruang pelayanan, area penerimaan barang dan gudang bahan baku, ruang pengujian, gudang produk, toilet, dan ruang karyawan.3.1. Activity Relationship Chart

Gambar 1. Activity Relationship Chart(Dokumentasi Pribadi, 2013

141103211946128137515

III.

IV.

V.

VI.

KETERANGAN

A Rating

E Rating

I Rating

O Rating

NoneU Rating

X Rating

Gambar 2. Activity Relationship Chart Diagram(Dokumentasi Pribadi, 2013)

Berdasarkan Activity Relationship Chart dan Activity Relationship Chart Diagram, dapat dilihat bahwa area yang diberi kode A adalah ruang fermentasi dan ruang produksi. Kedua area tersebut mutlak harus berdekatan karena proses fermentasi termasuk dalam salah satu proses produksi dalam pembuatan bika ambon Kabika. Kemudian area yang diberi kode E antara lain ruang sanitasi dan ruang produksi, ruang sanitasi dan ruang pengepakan, ruang fermentasi dan pengepakan, ruang pengepakan dan gudang produk, ruang produksi dan ruang pengujian, dan ruang pengujian dan gudang produk. Area tersebut harus berdekatan karena saling berhubungan satu sama lain dalam proses produksi dari bahan baku hingga produk jadi. Area tersebut harus berdekatan juga karena untuk mengefisiensikan waktu dan tempat dalam proses produksi. Misalnya pada proses pengepakan di ruang pengepakan, setelah proses pengepakan selesai, produk harus disimpan di gudang produk. Oleh karena itu, letak gudang produk harus dekat dengan letak ruang pengepakan. Kemudian area yang diberi kode I antara lain ruang pengepakan dan pengujian, ruang pengiriman dan gudang produk, gudang bahan baku dan ruang pengujian, ruang perbaikan dan perawatan dan ruang pengujian, ruang pengiriman dan ruang pelayanan, ruang kantor dan ruang rapat, ruang kantor dan toilet, dan ruang pelayanan dan area penerimaan barang dan gudang bahan baku. Area-area tersebut cukup harus berdekatan walaupun tidak harus bersebelahan. Misalnya untuk ruang pengujian dan ruang perbaikan dan perawatan, cukup harus berdekatan walaupun tidak harus bersebelahan untuk melakukan perbaikan atau perawatan pada peralatan pengujian produk.Area yang diberi kode O antara lain ruang pelayanan dan toilet, ruang pelayanan dan ruang perbaikan dan perawatan, dan ruang perbaikan dan perawatan dan ruang pengiriman. Area tersebut tidak harus berdekatan karena aktivitas dalam area tersebut tidak berhubungan secara langsung satu sama lain. Area yang diberi kode U merupakan area yang tidak berhubungan satu sama lain dan memiliki letak yang tidak berdekatan. Kemudian area yang diberi kode X antara lain ruang fermentasi dan ruang karyawan, ruang sanitasi dan ruang fermentasi, toilet dan ruang sanitasi, toilet dan ruang produksi, gudang bahan baku dan toilet, dan gudang bahan baku dan gudang produk. Area tersebut mutlak tidak boleh berdekatan dan harus berjauhan karena akan mempengaruhi proses satu sama lain jika berdekatan. Misalnya untuk gudang produk dan gudang bahan baku harus berjauhan untuk menghindari adanya kontaminasi silang dari bahan baku ke produk ataupun sebaliknya.3.2. Space Relation Diagram1. Ruang KantorRuang kantor direncanakan memiliki luas sebesar 1000 m2 karena diperkirakan ruang kantor ini akan berisi karyawan yang jumlahnya cukup banyak. Ruangan ini merupakan tempat bagi para karyawan yang bekerja di kantor melangsungkan aktivitasnya. Ruangan akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian sesuai jumlah departemen yang akan mengisi ruang kantor tersebut dan dipisahkan dengan pembatas yang rendah sehingga memungkinkan karyawan untuk melihat keseluruhan kantor.2. Ruang SupervisorRuang untuk supervisor direncanakan berukuran luas 125 m2. Supervisor bekerja langsung di tempat produksi sehingga letak ruang supervisor harus dekat dengan ruang produksi. Luas dari ruang supervisor ini disesuakan dengan proses produksi sehingga dibutuhkan beberapa orang supervisor yang akan mengawasi berjalannya proses produksi mulai dari formulasi hingga penggudangan produk jadi.3. Ruang RapatRuang rapat berukuran luas 125 m2. Ruang rapat hanya digunakan dalam waktu-waktu tertentu dan tidak oleh keseluruhan karyawan. Kegiatan rapat seringkali digunakan oleh perwakilan tiap departemen, karyawan departemen tertentu atau keperluan rapat yang lain sehingga ruangan rapat yang dibutuhkan tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil.4. Ruang SanitasiRuang sanitasi ditempatkan di dekat ruang produksi karena ruang sanitasi berkaitan erat dengan proses produksi. Karyawan yang akan memasuki ruang produksi harus memakai perlengkapan sanitasi dan melakukan kegiatan sanitasi untuk menjaga kebersihan tubuh masing-masing sehingga tidak terjadi kontaminasi di area produksi. Ruang sanitasi tidak perlu terlalu luas karena hanya dilalui karyawan saat akan masuk dan keluar ruang produksi, namun tidak terlalu kecil karena harus memuat peralatan dan fasilitas sanitasi. Jadi direncanakan ruang sanitasi memiliki luas 125 m2.5. Ruang FermentasiRuang fermentasi merupakan bagian dari ruang produksi karena produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Ruang fermentasi harus memiliki luas yang cukup besar untuk memuat produksi bika ambon skala besar sehingga direncanakan ruangan ini memiliki luas 200 m2. Ruang fermentasi akan berisi rak-rak panjang yang berjajar rapi untuk memuat Loyang-loyang tempat adonan bika ambon difermentasi. Ruangan ini juga dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban udara sehingga bisa didapatkan keadaan yang optimal untuk proses fermentasi.6. Ruang ProduksiRuang produksi merupakan ruangan yang memiliki luas paling besar dibandingkan dengan ruangan lain. Ruang produksi direncanakan memiliki luas sebesar 2000 m2. Ruang produksi berisi mesin-mesin yang digunakan saat proses produksi mulai dari pencampuran bahan hingga pengemasan produk jadi. Karyawan yang bekerja di ruang produksi pun tidak sedikit sehingga dibutuhkan luas yang besar.7. Ruang PengepakanRuang pengepakan terletak dengan ruang produksi. Di ruang ini produk jadi yang sudah dikemas akan dikumpulkan dan di pak sedemikian rupa untuk selanjutnya disimpan ke gudang produk jadi atau langsung. Ruang pengepakan memiliki luas 350 m2. Cukup luas untuk produksi skala besar dan karyawan yang banyak untuk melakukan pengepakan yang berlangsung semi-manual yaitu mesin hanya digunakan untuk melakukan seal saja.8. Ruang PengirimanRuang pengiriman ditempatkan dekat dengan gudang produk jadi untuk memudahkan pengiriman dan pendistribusian produk. Ruang produksi memiliki luas sebesar 200 m2. Cukup besar untuk dimasuki kendaraan besar yang akan melakukan distribusi produk yang sebelumnya diambil dari gudang produk jadi.9. Ruang Perbaikan Dan PerawatanRuang perbaikan dan perawatan berisi teknisi yang bertugas untuk merawat dan memperbaiki mesin-mesin yang terdapat di pabrik. Ruangan ini tidak perlu terlalu luas karena mesin yang akan diperbaiki atau dirawat tidak akan dibawa ke ruangan ini tapi teknisi yang bertugas langsung di tempat mesin berada sehingga luasnya direncanakan 75 m2.

10. Ruang PelayananRuang pelayanan terletak di bagian depan pabrik untuk memudahkan tamu yang berkunjung ke pabrik. Ruang pelayanan direncanakan memiliki luas 125 m2, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Ruang pelayanan ini digunakan untuk melayani konsumen, klien, supplier maupun distributor.11. Area Penerimaan Barang Dan Gudang Bahan BakuArea penerimaan barang dan gudang bahan baku harus memiliki luas yang cukup besar untuk menampung bahan baku yang datang dan disimpan untuk keperluan produksi. Bahan baku yang datang adalah dalam jumlah besar dan bermacam-macam sehingga luas ruangan yang dibutuhkan juga besar yaitu sekitar 575 m2.12. Ruang PengujianRuang pengujian adalah ruangan bagi para Quality Control untuk melaksanakan tugasnya. Di ruangan ini sampel produk dari ruang produksi akan diuji dan diteliti secara fisik, kimia maupun biologi untuk menjaga kualitas produk agar tetap terjaga. Selain itu ruang pengujian juga berfungsi sebagai tempat uji organoleptik untuk produk baru. Luas dari ruangan ini direncanakan 350 m2.13. Gudang ProdukGudang produk merupakan tempat penyimpanan produk jadi dari ruang produksi. Sebelum didistribusikan, produk jadi akan disimpan sebagai stok perusahaan. Dalam industri bika ambon yang memiliki umur simpan singkat, luas gudang produk yang dibutuhkan tidak terlalu besar karena proses distribusi harus dilakukan secepat mungkin. Oleh karena itu luas gudang produk direncanakan sebesar 350 m2.14. ToiletToilet merupakan fasilitas tambahan dalam sebuah pabrik. Toilet tidak berkaitan dengan proses produksi, namun menjadi kebutuhan bagi para karyawan di suatu pabrik. Luas dari toilet tidak perlu terlalu besar, yaitu direncanakan sebesar 125 m2.

15. Ruang KaryawanRuang karyawan adalah sebuah tempat khusus untuk penyimpanan barang dan tempat bersantai bagi para karyawan diluar pekerjaannya. Ruang karyawan direncanakan memiliki luas sebesar 250 m2. Cukup luas untuk memuat loker dan perlengkapan lain bagi seluruh karyawan di pabrik.

15(250)3(125)4(125)14(125)

5(200)9(75)8(200)13(350)10(125)

11(575)12(350)7(350)2(125)6(2000)1(1000)

Gambar 3. Space Relationship Chart(Dokumentasi Pribadi, 2013)

3.3. Blok PlanBlok plan merupakan diagram blok dengan skala tertentu yang mempresentasikan bangunan dan normalnya juga menunjukkan lokasi dari dinding-dinding penyekat yang memisahkan blok satu dengan blok lainnya, termasuk pula lokasi dari kolom tiang penyangga atas gedung. Diagram ini dapat dikatakan sebagai gabungan antara activity relationship chart, diagram activity relationship chart, serta space relationship diagram. Diagram ini dapat memberikan gambaran mengenai lokasi setiap ruangan serta luas area ruangan tersebut dalam suatu bangunan pabrik.

Gambar 4. Blok Plan Space Relationship Diagram(Dokumentasi Pribadi, 2013)Berdasarkan Gambar 4 dapat terlihat bahwa ruang kantor (1), ruang supervisor (2), ruang rapat (3), dan toilet (14) berada pada satu area yang saling berdekatan. Ruangan-ruangan tersebut dapat dikatakan sebagai pusat kegiatan administrasi dimana tidak terjadi kegiatan yang menyangkut proses produksi secara langsung dalam ruangan-ruangan tersebut. Gudang produk (13), ruang pengiriman produk (8), ruang perbaikan dan perawatan (9), dan ruang pelayanan (10) berada pada satu area yang sejajar, dimana sebagian besar kegiatan yang terjadi dalam ruangan tersebut merupakan kegiatan pasca produksi. Sedangkan ruang produksi (6) merupakan ruangan yang paling banyak berdekatan dengan ruangan lainnya, seperti ruang karyawan (15), ruang sanitasi (4), area penerimaan bahan dan gudang bahan baku (11), ruang pengujian (12), ruang pengepakan (7), dan ruang fermentasi (5). Ruang produksi juga terlihat sebagai ruangan yang memiliki area paling luas, karena merupakan pusat kegiatan dari produksi bika ambon Kabika dimana di dalamnya terdapat berbagai mesin dan peralatan pengolahan bika ambon Kabika.Berdasarkan Gambar 4 dapat disimpulkan bahwa perencanaan tata letak pabrik bika ambon Kabika mengikuti pola aliran proses produksi (process lay out). Dengan pola tersebut diharapkan tidak terjadi gerakan balik (back tracking), gerakan memotong (cross-movement), kemacetan (congestion), dan sedapat mungkin material berjalan terus tanpa adanya interupsi.

IV. KESIMPULAN Ruang fermentasi mutlak berdekatan dengan ruang produksi sehingga diberi kode A. Ruang fermentasi memiliki luas 200 m2 sedangkan ruang produksi memiliki luas 2000 m2. Ruang sanitasi dan ruang produksi, ruang sanitasi dan ruang pengepakan, ruang fermentasi dan pengepakan, ruang pengepakan dan gudang produk, ruang produksi dan ruang pengujian, dan ruang pengujian dan gudang produk harus berdekatan satu sama lain sehingga diberi kode E. Ruang sanitasi memiliki luas 125 m2, ruang pengepakan dan ruang gudang produk serta ruang pengujian memiliki luas 350 m2. Ruang pengepakan dan pengujian, ruang pengiriman dan gudang produk, gudang bahan baku dan ruang pengujian, ruang perbaikan dan perawatan dan ruang pengujian, ruang pengiriman dan ruang pelayanan, ruang kantor dan ruang rapat, ruang kantor dan toilet, dan ruang pelayanan dan area penerimaan barang dan gudang bahan baku, cukup harus berdekatan walaupun tidak harus bersebelahan sehingga diberi kode I. Ruang pengiriman memiliki luas 200m2, ruang gudang bahan baku memiliki luas 575m2, ruang perbaikan dan perawatan 75m2, ruang pelayanan dan ruang rapat serta toilet memiliki luas 125m2, ruang kantor memiliki luas 100m2. Area yang diberi kode O antara lain ruang pelayanan dan toilet, ruang pelayanan dan ruang perbaikan dan perawatan, dan ruang perbaikan dan perawatan dan ruang pengiriman. Area yang diberi kode U merupakan area yang tidak berhubungan satu sama lain dan memiliki letak yang tidak berdekatan. Area yang diberi kode X antara lain ruang fermentasi dan ruang karyawan, ruang sanitasi dan ruang fermentasi, toilet dan ruang sanitasi, toilet dan ruang produksi, gudang bahan baku dan toilet, dan gudang bahan baku dan gudang produk. Ruang Supervisor memiliki luas 125m2, ruang karyawan memiliki luas 250m2.

DAFTAR PUSTAKA

Apple, James M. (1990),Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan,Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Budiono, Prijo Agung (2006),Penyusunan Tata Letak Stasiun Kerja Restoran X Menggunakan Metode Algoritma CORELAP, Penerbit MMT ITS, Surabaya.

Djati, Bonnet Satya Lelono. (2009), Simulasi, Teori dan Aplikasinya, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Hadiguna, Rika Ampuh dan Setiawan, Heri.(2008), Tata Letak Pabrik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Heragu, Sunderesh. (2006),Facilities Design, PWS Publishing Company, Boston.

Hines, Peter & Taylor, David.(2000),Going Lean: A Guide to Implementation, Cardiff Business School, London.

Hussey, Jill & Roger. (2006). Business Research: A Practical Guide for Undergraduated and Postgraduated Students, Mac Millan Business, London.

Setiawan, Sandi. (1991), Simulasi Teknik Pemrograman dan Metode Analisis, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Wignjosoebroto, Sritomo. (2003),Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Guna Widya, Surabaya.

Wuryansih, Murti Astuti dan Arif Rahman (2012), Perbaikan Tata Letak Fasilitas yang Fleksibel Terhadap Perbaikan Pesanan dengan Algoritma Craft, Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan, Universitas Brawijaya, Malang.


Recommended