Download ppt - Trauma Dento Alveolar

Transcript

Andria Fadli ErpitaPPDGS Bedah Mulut

FKG UGM

Trauma OromaksilofasialTrauma Oromaksilofasial adalah trauma yang

menyebabkan cedera pada jaringan lunak maupun jaringan keras di daerah wajah, mulut, dan dentoalveolar.

Cedera pada jaringan lunak berupa : abrasi, kontusio, luka bakar, dan laserasi.

Cedera pada wajah berupa : fraktur mandibula, fraktur wajah bagian tengah (midface), dan laserasi wajah.

Cedera dentoalveolar berupa : fraktur tulang alveolar, fraktur gigi-geligi yang disertai dengan luksasi, pegesran letak gigi, dan avulsi.

(Hupp dkk, 2008)

Klasifikasi Trauma Oromaksilofasial

1. Fraktur kerangka wajah meliputi : Fraktur mandibula Fraktur maksila Fraktur zigomatik Fraktur tulang alveolar Fraktur tulang – tulang wajah lainnya2. Cedera jaringan gigi 3. Cedera jaringan lunak

(Yokohama dkk, 2006)

Bentuk Luka Trauma OrofasialTergantung penyebabnya:1.Luka sayat (vulnus scissum) disebakan karena

benda tajam2.Luka tusuk (vulnus punctum) disebabkan karena

benda runcing3.Luka robek (vulnus laceratum) disebabkan benda

yang permukaannya tidak rata4.Luka lecet (ekskoriasi) disebabkan karena gesekan5.Vulnus kombusi disebabkan karena panas dan zat

kimia tertentu

Etiologi Trauma Oromaksilofasial

Kecelakaan lalu lintasTrauma sewaktu bermainKecelakaan sewaktu bekerja Kecelakaan di industriKecelakaan sewaktu berolahragaArus listrikBahan kimia

Faktor PredisposisiOklusi abnormalOverjet > 4mmInsisivus yang ke labialLip incompetentBibir atas yang pendekBernapas melalui mulut

Trauma Dentoalveolar

Trauma yang terbatas pada gigi dan jaringan/struktur pendukung dari alveolus

Laki-laki tiga kali lebih beresiko dibandingkan dengan perempuan

Penyebab :1. Kecelakaan lalu lintas2. Terjatuh3. Kecelakaan sewaktu olah raga4. Pendeerita epilepsi

Klasifikasi Trauma DentoalveolarSistim WHO (Dimodifikasi Andreasen)

1. Infrak email2. Fraktur email/ fraktur

mahkota sederhana

3. Fraktur email-dentin/sederhana

4. Fraktur mahkota kompleks

5. Fraktur mahkota-akar sederhana

6. Fraktur mahkota-akar kompleks

7. Fraktur akar

Cedera Jaringan Periodontal 1. Concussion (sensitif).

2. Subluksasi (kegoyangan gigi).

3. Intrusif luxation (central dislocation).

4. Extrusif luxation (peripheral dislocation, partial avultion)

5. Lateral luxation 5. Lateral luxation

6. Retained root fracture 7. Exarticulation (complete avultion)

Cedera Gingiva dan Mukosa Oral Laserasi gingiva atau mukosa luka

/sobekan benda tajamKontusio gingiva atau mukosa oral luka

memar/ pukulan benda tumpulAbrasi gingiva atau mukosa oral. luka

daerah supefisial / lecet gesekan, goresan

Penegakkan Diagnosis Trauma Dentoalveolar

Anamnesis Riwayat trauma yang akurat Siapa, dimana, kapan, bagaimana dan

bagaimana kejadiannya terapi apa yang sudah diberikan sebelumnya Apakah ditemukan sesuatu di tempat kejadian

trauma Bagaimana status kesehatan umumnya Mual, muntah, amnesia, sakit kepala, ngangguan

penglihatan , dsbnya Apakah ada gangguan oklusi

Pemeriksaan Klinis

Pendekatan awal Perhatian utama diarahkan terhadap adanya: tersumbatnya saluran nafas Perdarahan yang mengamcam jiwaVentilasi yang adekuat

Pemeriksaan Klinis• Pemeriksaan fisik umum

– KU– Vital Sign– Kesadaran

• Pemeriksaan ekstraoral – Edema, hematom, gangguan gerak– Abrasi, laserasi, contusion pada daerah kepala dan leher– Adanya tanda asimetris termasuk keterbatasan

membuka mulut• Pemeriksaan Intra Oral

– Jaringan lunak (lidah, dasar lidah, mukosa labial, gimgiva)

– Jaringan keras – Gigi (displacement, mobilitas, fraktur, perubahan warna)

Radiografi• Pemeriksaan Radiologis

– Pilih sesuai kebutuhan– Untuk melihat :

• fraktur akar atau fraktur tulang• kelainan jaringan periodontal • fragmen-fragmen• Tingkat perkembangan akar• Radiolusensi periapikal

Manajemen dan Perawatan Trauma Pada Jaringan Lunak

Determination of child immunization status:

• If the child had received a primary immunization activated with booster injection of toxoid .

• Unimmunized child can be protected by tetanus antitoxin.

Adequate debridment of the wound

Manajemen dan Perawatan Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa

Dilakukan penghalusan Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa

Dilakukan pulp caping atau pulpotomy Fraktur mahkota-akar

Dilakukan endodontik Pembuatan mahkota

Fraktur akar tanpa mobility Fraktur pada akar dengan 2/3 coronal tanpa displaced

dilakukan splinting selama 3 bulan Fraktur akar 1/3 apikal diobservasi untuk melihat

vitalitas

• Fraktur akar dengan mobility– Pada 1/3 apikal dilakukan splinting 9-12 minggu

• Concused teeth.– Observasi, tes vitalitas secara teratur

• Subluksasi tanpa displaced.– Dilakukan imobilisasi dengan IDW.

• Displaced– Dilakukan imobilisasi 6-8 minggu

• Avulsion.– Dilakukan replantasi dan fiksasi – Perawatan maksimal 48 jam setelah trauma.

• Fraktur alveolar– Debridement– Reduksi dan imobilisasi jika ada fragmen tulang yang

terlepas bersama gigi.– Splinting/fiksasi 6 minggu– Golden period: kurang dari 24 jam. Jika lebih lakukan

ekstraksi dan alveolectomy

ObjektifMempertahankan gigi yang terkena trauma dan

prognosis perawatanTergantung dari:

Kompleksitas cedera maksilofasialKondisi gigi-geligiUmur pasienTempat terkenanya traumaEkspektasi pasien

Prognosis DipengaruhiAdanya ujung akar yang terbukaJaringan gusi yang intak dan kerusakan

jaringan periodontalKerusakan jaringan tulang pendukungFraktur akar

Fiksasi dan Imobilisasi

Tindakan pemasangan alat untuk menstabilkan satu gigi atau lebihmengikat atau menggabungkan gigi goyah

kawat band splin dari logam cor, plastik atau acrylik

Syarat Fiksasi yang Baik

• Mudah dipasang di dalam mulut tanpa melalui prosedur laboratorium yang lama.

• Bersifat pasif pada tempatnya, tanpa menyebabkan tekanan pada gigi.

• Tindak berkontak dengan gusi dan tidak mengiritasi gusi. • Tidak terdapat sangkutan pada saat oklusi yang normal.• Mudah dibersihkan dan dipakai pada oral higiene yang baik. • Tidak menyebabkan trauma pada gigi atau gusi. • Memberikan jalan bagi perawatan endodontik. • Mudah dikeluarkan. • Memperhatikan nilai estetik yang baik. • Harganya murah dan bahan-bahannya mudah diperoleh di

pasaran.

Periode Stabilisasi

Cedera Dentoalveolar Durasi Imobilisasi

Gigi yang mobile 7 – 10 hari

Gigi yang berubah tempat 2 – 3 minggu

Fraktur akar 2 – 4 bulan

Replantasi gigi (matur) 7 – 10 hari

Replantasi gigi (imatur) 3 – 4 minggu

(Ellis, 2003, Soft Tissue and Dentoalveolar Injuries)

Macam Teknik Fiksasi• Interdental wiring fixation fiksasi pengikatan kawat

interdental metode Essig, Eyelet (Ivy). • Arch bar wiring pengikatan kawat dengan arch bar.

Jenisnya antara lain erich bar dan jelenko bar• Resin komposit splin • Alat Orthodontik bracket kasus ekstrusi dan avulsi. • Metal cast splint splin dengan menggunakan logam

cor. • Sectional acrylic splint splin dengan menggunakan

bahan dari akrilik. • Titanium trauma Splint

Alat dan Bahan• Kawat soft stainless steel wire 0,35• Eyelet wire : 15cm dgn loop 3mm di

tengahnya 10- 20 buah• Wire forcep/ arteri clamps• Cheek dan tongue retractor• Instrumen menekan dan menahan kawat ke

di bawah cingulum/undercut gigi di sekitar servikal gigi

• Pemotong kawat

Eyelet/ Ivy loop

Essig

Risdon horizontal

Stout continous loop

Erich Arch Bar

Fiksasi menggunakan Erich arch bar ini lebih cepat dan sering digunakan. Pada gigi posterior menggunakan kawat 0,5 supaya rigid dan untuk gigi anterior menggunakan kawat 0,4

Jelenko Arch Bar

Jelenko arch bar ini mirip dengan erich arch bar. Perbedaaannya terletak di kaitan tempat untuk ikatan MMF nya lebih panjang dari erich arch bar. Jenis ini jarang digunakan.

Glasgow Coma Scale (GCS)

• suatu cara menilai kesadaran seseorang dengan beberapa indikator.

• Kesadaran merupakan suatu tingkat sadar diri seseorang terhadap lingkungannya dan kesan yang ditimbulkan terhadap rangsangan tertentu.

• Perubahan kesadaran bisa terjadi dari berbagai macam metabolic, keracunan, atau adanya sesuatu di otak.

Tingkat Kesadaran (menurut GCS) • Delirium/konfusi merupakan penurunan

tingkat kesadaran yang ringan. Pasien bingung, disorientasi, mispersepsi dari rangsangan, dan tidak bisa berpikir atau mengikuti arahan

• Stupor merupakan tahap tidak adanya respon dari pasien pada berbagai macam stimuli. Pasien kelihatannya seperti sadar, tetapi lupa terhadap perintah verbal.

• Koma mengarah kepada kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Indikator GCS JENIS PEMERIKSAAN NILAI

Respon buka mata (E):

Spontan

Terhadap suara

Terhadap nyeri

Tidak ada respon

4

3

2

1

Respon motorik (m) :

Mengikuti perintah

Melokalisir nyeri

Menarik anggota yang dirangsang (fleksi normal)

Fleksi abnormal (dekortikasi)

Ekstensi abnormal (deserebrasi)

Tidak ada respon (flasid)

6

5

4

3

2

1

Respon verbal (V) :

Berorientasi baik

Berbicara mengacau

Kata-kata tidak teratur

Hanya suara erangan

Tidak ada suara

5

4

3

2

1

KLASIFIKASI

BERDASARKAN PATOFISIOLOGI1. Komosio serebri : tidak ada jaringan otak yang rusak

tapi hanya kehilangan fungsi otak sesaat (pingsan < 10 menit) atau amnesia pasca cedera kepala.

2. Kontusio serebri : kerusakan jar. Otak + pingsan > 10 mnt atau terdapat lesi neurologik yang jelas.

3. Laserasi serebri : kerusakan otak yg luas + robekan duramater + fraktur tulang tengkorak terbuka.

BERDASARKAN GCS :1. GCS 13-15 : Cedera kepala ringan CT scan dilakukan

bila ada lucid interval/ riw. kesadaran menurun. evaluasi kesadaran, pupil, gejala fokal serebral + tanda-tanda vital.

2. GCS 9-12 : Cedera kepala sedang prks dan atasi gangg. nafas, pernafasan dan sirkulasi, pem. ksdran, pupil, td. fokal serebral, leher, cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.

3. GCS 3-8 : Cedera kepala berat : Cedera multipel. + perdarahan intrakranial dengan GCS ringan /sedang.

Terima KasihMohon Asupan


Recommended