Transcript
Page 1: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG

PRA-PENYEMBELIHAN ELECTRICAL STUNNING DAN

NON ELECTRICAL STUNNING

MAYA INA SHOLAIKAH

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG

PRA-PENYEMBELIHAN ELECTRICAL STUNNING DAN

NON ELECTRICAL STUNNING

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

MAYA INA SHOLAIKAH

1111096000058

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 3: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG

PRA-PENYEMBELIHAN ELECTRICAL STUNNING DAN

NON ELECTRICAL STUNNING

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

MAYA INA SHOLAIKAH

1111096000058

Page 4: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul ” PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM

POTONG PRA-PENYEMBELIHAN ELECTRICAL STUNNING DAN NON

ELECTRICAL STUNNING” yang ditulis oleh Maya Ina Sholaikah, NIM

1111096000058 telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam sidang Munaqosyah

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 1 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.

Page 5: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 1 Juli 2015

Maya Ina Sholaikah

NIM. 1111096000058

Page 6: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

ABSTRAK

Maya Ina Sholaikah. Profil Protein Jaringan Otot Daging Ayam Potong Pra-

Penyembelihan Electrical Stunning Dan Non Electrical Stunning. Dibimbing oleh

SANDRA HERMANTO dan ANNA MUAWANAH.

Perlakuan pra-penyembelihan ayam potong dengan electrical stunning

dapat mempengaruhi aspek kehalalan daging ayam potong. Electrical stunning

dapat menyebabkan ayam potong mati sebelum dilakukan penyembelihan

mencapai sekitar 10–35%. Penelitian tentang identifikasi protein biomarker terkait

kehalalan ayam potong dengan perlakuan pra penyembelihan electrical stunning

dan non electrical stunning telah dilakukan. Masing-masing sampel (6 ekor ayam

potong usia 4 minggu bobot 1 kg dan 6 ekor usia 5 minggu bobot 1,7 kg)

dilakukan proses pra-penyembelihan dengan 3 perlakuan; yaitu sampel A

disembelih dengan cara electrical stunning halal (100 mA 25 Volt selama 10

detik); sampel B dengan electrical stunning haram (100 mA, 220 Volt selama 30

detik); dan sampel C sebagai non electrical stunning halal (kontrol, 0 V, 0 A).

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak dua kali. Proses ekstraksi jaringan

otot daging ayam potong menggunakan buffer Tris-HCl 0,05 M pH 8,8 dan

analisis kandungan protein ditentukan menggunakan metode Lowry. Pemisahan

profil protein menggunakan elektroforesis SDS-PAGE (sodium dodecyl sulphate

polyacrylamide gel electrophoresis) dan analisis densitogram untuk

mengidentifikasi karakteristik BM profil protein yang dihasilkan melalui software

Images J 1.46. Penelitian ini menghasilkan pita-pita protein yang tersebar pada

kisaran 10-140 kDa dan 9 pita protein dominan dengan intensitas yang relatif

berbeda. Hasil analisis densitogram menunjukkan 1 pita protein spesifik (BM

30,19952 kDa) dengan intensitas yang lebih tinggi pada electrical stunning

dibandingkan dengan non electrical stunning. Dengan demikian jenis protein ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai kandidat protein biomarker dalam mendeteksi

kehalalan produk pangan ayam potong yang disembelih dengan perlakuan

electrical stunning.

Kata Kunci: Protein biomarker, electrical stunning, otot ayam, SDS-PAGE,

densitometri.

Page 7: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

ABSTRACT

Maya Ina Sholaikah. Protein Profile Of Muscle Tissue Broilers Chicken with

Pre-Slaughtering Electrical Stunning And Non Electrical Stunning. Supervised by

SANDRA HERMANTO and ANNA MUAWANAH.

Slaughter process broiler chicken with electrical stunning influence

associated of halal. Electrical stunning of broiler chicken die causes prior to the

slaughter of approximately 10 – 35%. Research on identification of protein

biomarkers associated halal chicken with different pre-slaughter electrical

stunning and non electrical stunning has been performed. Each sample (6 chickens

aged 4 weeks, weighs 1 kg and 6 chickens age 5 weeks, weighs 1,7 kg) was

prepared through the process of pre-slaughter with 3 conditions; that is a sample

of A slaughtered by electrical stunning as halal (100 mA 25 Volts for 10 seconds);

sample B with electrical stunning of haram (100 mA 220 volts for 30 seconds);

and sample C as non electrical stunning as halal (controls, 0 V, 0 A). Each

condition was repeated twice. Process extraction of muscle tissue meat chicken

using buffer Tris-HCl pH 8,8 M 0,05 and analysis of protein content was

determined using the method of Lowry. Separation of protein profile using

electrophoresis SDS-PAGE (sodium dodecyl sulphate polyacrylamide gel

electrophoresis) and densitogram analysis to identify the characteristics of BM

profile protein produced through software Images J 1.46. This research resulted

profil protein scattered in the range of 10-140 kDa and 9 dominant with relative

intensity is different. Densitogram analysis results showed 1 profil protein specific

(BM 30,19952 kDa) with a higher intensity on the electrical stunning compared

with non electrical stunning. Thus the type of protein is expected to serve as a

candidate protein biomarkers in detecting the halal food products chicken that are

slaughtered with electrical stunning treatment.

Keywords: Protein biomarkers, electrical stunning, chicken muscle, SDS-PAGE,

densitometry.

Page 8: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, karena atas izin-Nya saya dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam, beserta keluarganya, para

sahabatnya dan para pengikutnya hingga hari akhir. Skripsi yang berjudul ” Profil

Protein Jaringan Otot Daging Ayam Potong Pra-Penyembelihan Electrical

Stunning Dan Non Electrical Stunning” ini disusun sebagai salah satu syarat

dalam menempuh penelitian program S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus

memberikan bimbingan dan dukungannya, sehingga ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Agus Salim, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Dede Sukandar, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

3. Isalmi Aziz, M.T selaku Sekretaris Program Studi Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Sandra Hermanto, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing pemikiran, saran dan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Anna Muawanah, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan saran selama proses penulisan skripsi ini.

Page 9: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

ii

6. Seluruh Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang telah diberikan.

7. Keluarga terkasih yang sangat dicintai: Bapak (Larto), Ibu (Partini) dan adik

(Aisyah Aji Furqonah) yang tidak pernah lelah dalam memberikan perhatian

dan dukungannya baik secara moril maupun materil.

8. Guru-guru, keluarga besar serta ulama yang telah membantu memberi

dukungan moril dan doa pada peneliti.

9. Seluruh peneliti, staf, dan karyawan Pusat Laboratiorium Terpadu (PLT) UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta yang banyak membantu dalam penelitian ini.

10. Ka Pipit, Ka Prita, Ka Nita, Ka Wahyu dan Ka Fuad selaku laboran kimia

yang telah sabar membantu dan mendukung dalam proses untuk jalannya

penelitian.

11. Teman satu tim penelitian Suci dan teman laboratorium yang telah membantu

dan saling memberi semangat selama proses penelitian.

12. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Kimia Angkatan 2011 yang

sudah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

13. Teman-teman KKN SIAP untuk semangat, dukungan, canda tawa dan

motivasinya.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, maka saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan.

Jakarta, 1 Juli 2015

Penulis

Page 10: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Hipotesa Penelitian ......................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 Sejarah dan Klasifikasi Ayam ......................................................................... 7

2.2 Komposisi Gizi Daging Ayam Potong ........................................................... 9

2.2.1 Protein Jaringan Otot Daging Ayam Potong ......................................... 11

2.2.2 Pengujian Kadar Protein Metode Lowry ............................................... 14

2.3 Penyembelihan Ayam Potong ......................................................................... 14

2.3.1 Penyembelihan dengan Pemingsanan (Stunning) .................................. 16

2.3.2 Penyembelihan Tanpa Pemingsanan (Non Stunning) atau Manual ...... 18

2.4 Biomarker ....................................................................................................... 19

2.5 Proteomik ........................................................................................................ 20

Page 11: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

iv

2.6 Elektroforesis .................................................................................................. 21

2.6.1 Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-

PAGE) ............................................................................................................. 24

2.6.2 Analisis Densitometri ............................................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 29

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 29

3.2.1 Alat ......................................................................................................... 29

3.2.2 Bahan ..................................................................................................... 29

3.3 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 30

3.3.1 Proses Penyembelihan dan Isolasi Sampel ............................................ 30

3.3.2 Pengukuran Kadar Protein. ................................................................... 31

3.3.2.1 Penentuan Nilai λ (Panjang Gelombang) Maksimum ................ 31

3.3.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi ....................................................... 32

3.3.2.3 Pengukuran Sampel ................................................................... 32

3.3.3 Elektroforesis Dodecyl Sulphate Poliacrilmide Gel Electrophoresis

(SDS-PAGE) .......................................................................................... 33

3.3.3.1 Preparasi Sampel untuk Elekroforesis ....................................... 33

3.3.3.2 Preparasi Gel Elekroforesis ........................................................ 33

3.3.3.3 Loading Sampel ......................................................................... 34

3.3.3.4 Pewarnaan Gel ........................................................................... 34

3.3.3.5 Analisa Berat Molekul dan Tingkat Ekspresi Protein ................ 34

3.4 Desain Penelitian ............................................................................................ 36

Page 12: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 37

4.1 Karakteristik Ayam Potong Sebelum dan Sesudah Penyembelihan ............... 37

4.2 Isolasi Protein dari Jaringan Otot Daging Ayam Potong ............................... 40

4.3 Kadar Protein Ekstrak Jaringan Otot Daging Ayam Potong ......................... 42

4.4 Profil Protein Isolat Jaringan Otot Daging Ayam Potong hasil SDS-PAGE ......

......................................................................................................................... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 57

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 57

5.2 Saran ............................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58

LAMPIRAN ......................................................................................................... 67

Page 13: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Standar bobot badan ayam broiler berdasarkan jenis kelamin pada

umur 1 sampai 6 minggu ....................................................................... 8

Tabel 2. Gambaran nilai gizi daging ayam potong (Broiler) ............................... 10

Tabel 3. Protein dari otot rangka ayam ................................................................ 13

Tabel 4. Rekomendasi konsentrasi gel ................................................................. 25

Tabel 5. Kandungan protein jaringan otot daging ayam potong dengan metode

Lowry ..................................................................................................... 44

Tabel 6. Jenis pita protein spesifik yang muncul pada jaringan otot daging

Ayam potong berdasarkan berat molekulnya......................................... 50

Tabel 7. Data intensitas profil protein berat molekul kisaran 28-36 kDa

(Rf diantara 700-800) ............................................................................ 51

Page 14: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pembentukan protein dari asam amino ............................................ 10

Gambar 2. Gambaran struktur sel otot .............................................................. 11

Gambar 3. Saluran darah, oeshopagus dan trakhea diantara leher dan kepala

ayam ................................................................................................ 15

Gambar 4. Diagram skema pemingsanan ayam dengan waterbath electrical

stunning ............................................................................................ 18

Gambar 5. Cara kerja elektroforesis .................................................................. 23

Gambar 6. Alat elektroforesis SDS-PAGE ....................................................... 26

Gambar 7. Ayam potong sebelum penyembelihan (a) Usia 4 minggu (1 kg)

(b) Usia 5 minggu (1,7 kg) .............................................................. 37

Gambar 8. Warna sampel daging ayam potong setelah proses penyembelihan ....

......................................................................................................... 38

Gambar 9. Ekstrak kasar protein jaringan otot daging ayam potong bagian

paha ................................................................................................ 40

Gambar 10. Reaksi pembentukan kompleks pewarnaan biru pada metode

Lowry ............................................................................................. 43

Gambar 11.Gel ke-1 Pemisahan Elektroforesis Jaringan Otot Daging Ayam

Potong 1, 2 (Duplo Ayam Potong 4 minggu (1 Kg)); A

(Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C

(Perlakuan Non Stunning Halal) dan Marker (M) ......................... 47

Page 15: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

viii

Gambar 12.Gel ke-2 Pemisahan Elektroforesis Jaringan Otot Daging Ayam

Potong 3, 4 (Duplo Ayam Potong 5 minggu (1,7 Kg)); A

(Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C

(Perlakuan Non Stunning Halal) dan Marker (M) ......................... . 47

Gambar 13.Perbedaan intensitas pada densitogram masing-masing sanpel

jaringan otot daging ayam potong 1 (Ayam Potong 4 minggu (1

Kg)); 3 (Ayam Potong 5 minggu (1,7 Kg)); A (Perlakuan

Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan

Non Stunning Halal ........................................................................ . 52

Gambar 14. Alur elektroporasi ........................................................................... 54

Page 16: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar bahan dan alat penelitian ................................................... 66

Lampiran 2. Gambar metode penelitian ............................................................... 68

Lampiran 3. Komposisi reagen dan larutan ......................................................... 70

Lampiran 4. Pembuatan deret konsentrasi BSA pada uji kadar protein

sampel dengan metode Lowry ........................................................ 72

Lampiran 5. Nilai serapan pada metode Lowry ................................................... 73

Lampiran 6. Kandungan kadar protein pada sampel............................................ 74

Lampiran 7. Hasil persamaan garis kurva standar marker protein ...................... 76

Lampiran 8. Tampilan software ImageJ 1.46 ...................................................... 79

Lampiran 9. Data gel elektroforesis ..................................................................... 80

Page 17: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas kehidupan masyarakat yang sehat memerlukan adanya kebutuhan

pangan yang sempurna. Salah satu pangan yang sempurna adalah terpenuhinya

komposisi gizi berupa protein sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.

Sumber protein terbesar dalam tubuh adalah daging (Winarno, 2002). Diantara

sumber protein daging yang banyak dikonsumsi adalah daging ayam. Pusat

Informasi dan Pasar Unggas Nasional (Pinsar) menyebutkan bahwa produksi

ayam potong nasional tahun 2014 mencapai hingga 2,4 miliar ekor. Pemilihan

ayam potong sebagai sumber protein dikarenakan harganya yang relatif murah,

mudah diperoleh dan mudah dalam pengolahan (Winedar et al., 2006).

Pemenuhan daging ayam potong sebagai sumber protein dari hari kehari

semakin meningkat. Hal ini membuat Rumah Potong Hewan (RPH), harus

memenuhi kebutuhan daging ayam potong tersebut. Namun, sebagian besar RPH

di Indonesia belum memiliki sertifikat halal. Faktanya adalah dari 700 RPH di

seluruh Indonesia hanya 120 RPH yang disertifikasi halal oleh MUI (LPPOM

MUI, 2012).

Salah satu perhatian khusus terhadap aspek kehalalan produk pangan

hewan ternak adalah terkait dengan pra-penyembelihan, penyembelihan dan

pasca-penyembelihan (Farouk, 2013). Salah satu riwayat Hadist nabi menyatakan;

Page 18: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

2

“Bahwasanya Allah memerintahkan berbuat baik atas segala sesuatu, jika

kalian membunuh, bunuhlah yang baik dan jika kamu menyembelih, sembelihlah

dengan baik, hendaklah diantara kamu menajamkan pisaunya dan mempercepat

mematikan sembelihannya” (HR. Muslim dari Syaddad bin Aus ra.).

Berdasarkan Hadits tersebut, perlu adanya penanganan penyembelihan

dengan metode yang islami baik cara maupun penyiapan prasarananya. Saat ini

banyak dilakukan penyembelihan secara modern, yaitu banyaknya jumlah hewan

yang disembelih dalam satu waktu sehingga memerlukan waktu yang sangat cepat

dan dibutuhkan perlakuan khusus untuk penyembelihannya. Salah satu perlakuan

khusus tersebut adalah pemberian electrical stunning atau pemingsanan dengan

cara melemahkan hewan sebelum proses penyembelihan menggunakan arus

listrik. Banyak ulama yang melarang adanya proses tersebut, namun sebagian

ulama yang membolehkan harus sesuai dengan syarat bahwa hewan tidak mati

sebelum disembelih dan tidak membuat cidera permanen pada hewan (Prastowo,

2014).

Menurut Yenrina et al. (2010), penggunaan electrical stunning dapat

menyebabkan ayam potong mati sebelum dilakukan proses penyembelihan

mencapai sekitar 10–35% kematian. Hal ini dapat terjadi karena dari kekuatan

setiap hewan terhadap proses stunning sangat bervariasi, dipengaruhi oleh kondisi

tubuh hewan, usia dan lainnya. Misalnya pada ayam potong jenis betina memiliki

hambatan listrik lebih tinggi dibanding ayam potong jantan sehingga dibutuhkan

arus listrik yang sesuai dengan kondisi ayam potong masing-masing (Rawles et al,

1995).

Page 19: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

3

Menurut Reilly (1994) electrical stunning dengan tegangan listrik sebesar

220 V selama 4 detik dapat menyebabkan kerusakan otak pada ayam broiler yang

parah hingga menyebabkan kematian, akibatnya cara ini termasuk cara yang

menyiksa hewan dan menjadikan kehalalannya diragukan. Berdasarkan syarat

penyembelihan dengan electrical stunning halal, tegangan listrik yang digunakan

harus sebesar 10-25 V selama 5-10 detik melalui waterbath (LPPOM MUI, 2012).

Perbedaan daging ayam potong yang diperoleh melalui pra-penyembelihan

yang sudah ataupun belum memperhatikan aspek kehalalan, dapat dilakukan

dengan pemeriksaan terhadap protein biomarker spesifik. Protein biomarker

adalah protein yang terekspresi secara spesifik dengan adanya perlakuan tertentu

sebagai akibat dari respon fisiologi dan neurologis yang terjadi baik di dalam

maupun di luar sel. Protein biomarker ini berkaitan dengan pengembangan

metode analisa kehalalan pangan khususnya bersumber dari ayam potong yang

dilakukan pra-penyembelihan berbeda (Bendixen , 2005).

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Doherty et al., (2004) yang

menyatakan pertumbuhan ayam potong sejak usia 1 hari hingga 27 hari yang

disembelih dengan gas stunning CO2, menunjukkan tingkat ekspresi protein yang

berbeda setiap sampelnya. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zaman et al.,

(2012) melalui perbedaan metode penyembelihan ayam potong dengan memutus

leher hingga terpisah dari badannya dan hanya memutus tiga saluran,

menunjukkan karakteristik protein yang terekspresi pada daerah bobot molekul

45-66 kDa. Selain itu metode pra-penyembelihan berbeda telah dilakukan oleh

Samah et al.,(2011) yang menunjukkan bahwa ayam potong akibat perlakuan

Page 20: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

4

stunning dengan arus listrik 0,75 A dan 70 V menghasilkan spot protein yang

relatif berbeda jika dibandingkan dengan kontrol yang tidak dilakukan stunning.

Melalui beberapa metode penyembelihan ayam potong tersebut, hingga

saat ini belum banyak informasi atau penelitian yang mengidentifikasi profil

protein biomarker yang diisolasi dari jaringan otot daging ayam potong dengan

pra-penyembelihan yang berbeda terutama dengan perlakuan electrical stunning

pada rentang berat tubuh atau usia yang berbeda. Jaringan otot merupakan salah

satu jenis sel yang paling banyak pada daging dan bersifat kontraktil serta

memiliki fungsi khusus dalam metabolisme yang sangat bergantung pada

sejumlah besar protein di dalam bagian jenis dan bagian dagingnya (Ohlendieck,

2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi protein-protein spesifik

yang terekspresi pada jaringan otot daging ayam potong yang dilakukan dengan

pra-penyembelihan berbeda yakni melalui electrical stunning dan non electrical

stunning. Hasil analisis proteomik ini diharapkan dapat diperoleh informasi

mengenai beberapa jenis protein berbeda yang terekspresikan di dalam jaringan

otot daging ayam potong. Selain itu, analisis proteomik juga diarahkan untuk

memetakan profil protein spesifik yang nantinya dapat digunakan sebagai

kandidat biomarker untuk analisa kehalalan produk pangan.

Page 21: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

5

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah profil protein jaringan otot daging ayam potong pada pra-

penyembelihan electrical stunning dan non electrical stunning

berdasarkan tingkat ekspresi dan berat molekul nya?

2. Apakah terdapat protein spesifik yang terekspresi dan dapat dijadikan

sebagai kandidat biomarker untuk mendeteksi kehalalan akibat perlakuan

pra-penyembelihan electrical stunning dan non electrical stunning?

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan profil protein jaringan otot daging ayam potong pada

pra-penyembelihan electrical stunning dan non electrical stunning

berdasarkan tingkat ekspresi dan berat molekul nya.

2. Perlakuan Over Voltage pada electrical stunning akan menghasilkan

protein tertentu yang spesifik dan dapat dijadikan sebagai kandidat

biomarker pendeteksi kehalalan daging ayam potong.

Page 22: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

6

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi perbedaan profil protein jaringan otot daging ayam

potong yang terekspresi pada pra-penyembelihan secara electrical

stunning dan non electrical stunning.

2. Mengidentifikasi protein spesifik yang diduga sebagai kandidat biomarker

dari jaringan otot daging ayam potong pada pra-penyembelihan secara

electrical stunning dan non electrical stunning berdasarkan tingkat

ekspresi dan berat molekul protein.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai profil protein spesifik sebagai kandidat biomarker yang dapat

digunakan dalam pendeteksian kehalalan produk pangan pada daging ayam

potong dengan pra-penyembelihan yang berbeda (secara electrical stunning dan

non electrical stunning). Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam pengembangan metode analisa kehalalan pangan

terutama untuk produk-produk pangan berbasis hewani.

Page 23: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Klasifikasi Ayam

Menurut sejarahnya, ayam jinak yang dipelihara manusia sekarang adalah

berasal dari ayam liar. Keturunan ayam yang telah menjadi jinak kemudian

disilang-silangkan atau dikawin-kawinkan oleh manusia. Menurut teori terdahulu,

ayam liar ini adalah ayam hutan atau Gallus gallus. Hirarki klasifikasi ayam

menurut Sarwono et al.,(2003) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Divisi : Carinathae

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Family : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus domestica sp

Ayam potong atau ayam broiler atau ayam ras merupakan hasil rekayasa

genetika yang dihasilkan dengan cara menyilangkan sesama spesies ayam.

Kebanyakan induknya diambil dari Amerika dan prosesnya diawali dengan

mengawinkan sekelompok ayam dalam satu keluarga, kemudian dipilihlah

turunannya yang tumbuh paling cepat. Diantaranya saling disilangkan kembali

dan keturunannya diseleksi lagi, hasil keturunan yang cepat tumbuh kemudian

dikawinkan dengan sesamanya. Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang

paling cepat tumbuh maka disebut ayam broiler (Indro, 2004).

Page 24: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

8

Ayam potong adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada

umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging. Ayam potong berumur

dibawah delapan minggu dengan berat hidup 1,5–2,8 kg bahkan pemasaran ayam

potong dikelompokkan berdasarkan berat hidup, yaitu 0,8–1 kg; 1–1,2 kg; 1,2–1,4

kg; 1,4–1,6 kg; 1,6−1,8 kg dan lebih dari 1,8 kg dengan masa pemeliharaan

selama 25–40 hari (Suharti, 2008). Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak

menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti

sampai mencapai dewasa (Kartasudjana et al., 2006). Standar bobot badan ayam

broiler dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar bobot badan ayam broiler berdasarkan jenis kelamin pada umur

1 sampai 6 minggu.

Umur

(minggu) Jantan (g) Betina (g)

1 152 144

2 376 344

3 686 617

4 1085 965

5 1576 1344

6 2088 1741

Sumber: NRC (1994)

Periode pertumbuhan ayam broiler dibagi menjadi 2 yaitu; periode starter

dan periode finisher. Periode starter pada ayam broiler dimulai sejak umur 1 hari

sampai umur 21 hari dan periode finisher dimulai sejak umur 21 hari sampai

panen (Rasyaf, 1996). Ayam broiler mengalami pertumbuhan yang berlangsung

cepat pada periode starter yang kemudian pertumbuhan akan berlangsung

melambat dan terjadi karena penimbunan lemak tubuh (Wahju, 1997).

Page 25: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

9

2.2 Komposisi Gizi Daging Ayam Potong

Ditinjau dari segi mutu, daging ayam memiliki nilai gizi yang lebih tinggi

dibandingkan hewan ternak lainnya. Daging ayam mempunyai kandungan protein

yang lebih tinggi, komposisi protein ini sangat baik karena mengandung semua

asam amino esensial yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Akan tetapi

daging ayam juga mempunyai kadar lemak yang cukup tinggi dibandingkan

hewan ternak lainnya (Surisdiarto et al., 1990). Kandungan gizi yang dimiliki

jenis daging ayam (100 gram) adalah kadar protein 23,6%, lemak 7%, kolesterol

62 mg dan kalori 135 Kkal (Anggorodi, 1995).

Protein adalah komponen bahan kering yang terbesar dalam daging. Nilai

nutrisi daging yang lebih tinggi disebabkan karena daging mengandung beberapa

asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Kandungan protein di dalam

otot yaitu 16% - 22%. Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 75% air,

18% protein, 3,5% lemak dan 3,5% zat-zat non protein yang dapat larut (Lawrie,

2003).

Protein merupakan makro molekul yang berlimpah di dalam sel dan

menyusun lebih dari setengah berat kering hampir pada semua organisme

(Lehninger, 1998). Molekul protein terutama tersusun oleh atom karbon (51,0-

55,0%), hidrogen (6,5-7,3%), oksigen (21,5-23,5%), nitrogen (15,5-18,0%) dan

sebagian besar mengandung sulfur (0,5-2,0%) dan fosfor (0,0-1,5%) (Anggorodi,

1979). Nilai gizi protein ditentukan oleh kandungan dan daya cerna asam-asam

amino esensial. Daya cerna akan menentukan ketersediaan asam-asam amino

tersebut secara biologis. Selain itu pengertian protein (Gambar 1) adalah

makromolekul yang terdiri atas asam-asam α-amino yang saling berikatan

Page 26: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

10

dengan ikatan kovalen diantara gugus α-karboksil asam amino dengan gugus α-

amino dari asam amino yang lain. Ikatan di antara asam amino disebut ikatan

peptida. Beberapa unit asam amino yang berikatan dengan ikatan peptida

disebut polipeptida. Molekul protein dapat terdiri atas satu atau sejumlah rantai

polipeptida dan setiap rantai dapat terdiri atas ratusan hingga jutaan residu asam

amino (Girindra, 1986).

Gambar 1. Pembentukan protein dari asam amino (Puri, 2013).

Disebutkan presentase bagian dada ayam potong berdasarkan berat ayam

potong adalah 22,70%, bagian paha sebesar 19,01% (Triyantini et al., 1997).

Lebih rincinya gambaran nilai gizi daging ayam potong (broiler) dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Gambaran nilai gizi daging ayam potong (Broiler)

Sajian (100 g

tanpa kulit)

Protein Kalori Lemak Kolestrol Sodium Zat Besi

Broiler Utuh 23 g 134 4,1 g 76 mg 73 mg 1 mg

Daging Dada 24 g 116 1,5 g 72 mg 63 mg 0,9 mg

Sayap 23 g 147 5,6 g 72 mg 76 mg 1 mg

Paha Bawah 21 g 131 3,8 g 79 mg 81mg 1,1 mg

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pemerintahan Lampung (2014).

Page 27: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

11

2.2.1 Protein Jaringan Otot Daging Ayam Potong

Otot (Gambar 2) mengandung protein sekitar 19% dengan kisaran 16%-

22% (Forrest et al., 1975). Otot terbuat dari kumpulan sel yang disebut serabut

otot. Setiap sel penuh dengan filamen yang terbuat dari dua protein yaitu aktin dan

myosin. Ini termasuk kelompok protein sepanjang membran, yang mengelilingi

setiap serat dalam membantu sel untuk menjaga sel-sel otot bekerja dengan benar.

Protein yang terdapat dalam jaringan otot terdiri atas 70% protein struktural

berupa protein fibril serta 30% protein larut-air. Protein fibril mengandung sekitar

32-38% miosin, 13-17% aktin, 2-7% tropomiosin dan 6% protein stroma.

Gambar 2. Gambaran struktur sel otot (http://mda.org )

Page 28: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

12

Protein larut-air terdiri atas mioglobin dan enzim yang berperan dalam

proses metabolisme sel otot. Protein ini mudah dipisahkan dengan cara ekstraksi

dengan larutan garam lemah (kekuatan ion < 0,1). Miosin merupakan protein otot

dengan jumlah yang paling besar dan merupakan molekul asimetrik dengan bobot

molekul sekitar 500 kDa, dengan kandungan -helik sebesar 60-70%. Miosin

dapat dipisahkan dengan ultrasentrifugasi menjadi dua sub unit, meromiosin berat

(220 kDa) dan meromiosin ringan (20 kDa). Protein fibril lainnya, aktin terdapat

dalam dua bentuk, yang pertama berupa monomer disebut aktin-G dengan bobot

molekul 47 kDa dan aktin-F (fibrous) dengan bobot molekul yang lebih tinggi.

Unit aktin bergabung membentuk heliks ganda dengan panjang yang tidak

tentu. Aktomiosin merupakan kompleks aktin-F dengan miosin dan

bertanggungjawab atas proses kontraksi dan relaksasi otot. Mikrofilamen yang

lain yang terdapat pada zona H yaitu tropomiosin dan troponin yang terdiri dari

tiga jenis molekul, troponin I, C dan T. Keberadaan tropomiosin dan troponin

dalam sel otot berperan dalam proses pengikatan miosin (Nazar, 2007). Peran

struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton ialah untuk menahan tegangan (gaya

tarik). Bergabungnya dengan protein lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan

tiga dimensi yang berada tepat di dalam membran plasma dan membantu

mendukung bentuk sel untuk gerakan molekul miosin yang menempel di

mikrofilamen.

Page 29: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

13

Sebanyak 53 jenis protein telah ditemukan terdapat dalam otot rangka

ayam seperti yang tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3. Protein dari otot rangka ayam

Sumber : Doherty et al., (2004)

No Identifikasi Nilai

BM

% Ca-

kupan

Pasangan

Peptida

Massa

BM

pI Spesies No .

Acc

Page 30: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

14

2.2.2 Pengujian Kadar Protein Metode Lowry

Metode yang dilakukan untuk penetapan kadar protein pada penelitian ini

adalah dengan metode Lowry. Metode Lowry merupakan salah satu metode untuk

menentukan konsentrasi protein. Metode ini merupakan pengembangan dan

penggabungan dari metode Biuret dan metode Folin yang dikembangan pada

tahun 1959 dengan menggunakan reagen pendeteksi Folin-Ciocalteu. Dalam

bentuk yang paling sederhana reagen Folin-Ciocalteu dapat mendeteksi residu

tirosin (dalam protein), karena kandungan fenolik dalam residu tersebut mampu

mereduksi fosfotungstat dan fosfomolibdat yang merupakan konstituen utama

reagen Folin-Ciocalteu menjadi kompleks tungsten dan molybdenum yang

berwarna biru. Hasil reduksi ini menunjukkan puncak absorpsi yang lebar pada

daerah merah dari spektrum sinar tampak (600-800 nm).

Sensitifitas dari metode Folin-Ciocalteu ini mengalami perbaikan yang

cukup signifikan apabila digabung dengan ion-ion Cu (metode Biuret). Kompleks

Cu-protein yang dihasilkan oleh reagen biuret akan menyebabkan reduksi pula

pada fosfotungstat dan fosfomolibdat dalam reagen Folin-Ciocalteu. Sekitar 75%

dari reduksi yang terjadi diakibatkan oleh adanya kompleks Cu-protein tersebut,

sementara residu-residu tirosin dan triptofan mereduksi 25% sisanya.

2.3 Penyembelihan Ayam Potong

Penyembelihan dalam agama Islam disebut dzakah yang secara lutghoh

diartikan membaikkan (membaikkan dalam memakannya), secara syari'ah

(istilah) diartikan memotong bagian tertentu. Bagi negara yang mayoritas muslim

penyembelihan dengan metode Islam, yaitu dengan sistem dzabh dengan

Page 31: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

15

memotong mari' (kerongkongan), hulqum (jalan pernapasan) dan dua urat darah

leher (Nuhriawangsa, 1999).

Pada tempat penyembelihan ayam, ayam yang disembelih adalah melalui

bagian leher dekat kepala dengan memotong vena jugularis dan arteri karotid

(Gambar 3) menggunakan metode pemotongan yang religius (Parry, 1989).

Arteri karotid (ka)

Arteri karotid (ki)

Vena jugularis (ka)

Vena jugularis (ki)

Oeshopagus

Trakhea

Gambar 3. Saluran darah, oeshopagus dan trakhea diantara leher dan kepala ayam

(Gregory, 1989)

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyembelihan secara

Islam yang digolongkan menjadi empat persoalan. Syarat pertama berhubungan

dengan hewan sembelihan: hewan masih dalam keadaan hidup dan termasuk yang

dihalalkan. Syarat kedua berhubungan dengan alat untuk menyembelih: alat harus

benar-benar tajam dan terbuat dari logam, batu dan kayu. Syarat yang ketiga

berhubungan dengan orang yang menyembelih meliputi: (1) orang yang telah

disepakati boleh melakukan penyembelihan yaitu Islam, lelaki dewasa, berakal

dan tidak melalaikan sholat, (2) orang yang dilarang untuk melakukan

Page 32: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

16

penyembelihan yaitu orang-orang musyrik penyembah berhala, (3) orang yang

masih diperselisihkan dalam menyembelih yaitu ahli kitab, Majusi dan Shabi'in,

wanita dan anak-anak, orang gila, orang mabuk, orang yang melalaikan sholat,

pencuri dan perampas harta orang lain. Syarat keempat berhubungan dengan saat

penyembelihan: menyebut nama Allah, menghadapkan hewan sembelihan ke

kiblat dan niat saat menyembelih (Nuhriawangsa, 1999).

2.3.1 Penyembelihan dengan Pemingsanan (Stunning)

Rumah pemotongan ayam biasa dilakukan proses pemingsanan sebelum

penyembelihan dengan alat pemingsan elektronik atau electrical stunning

(Mountney, 1976). Pemingsanan biasa dilakukan dengan menggunakan aliran

listrik pada suatu water bath yang berjalan dengan memasang electrode (Gambar

4). Dengan metode model electric stunning via water bath, ayam kurang berisiko

banyak menyebabkan kematian yang berarti. Dengan pengaturan arus listrik yang

tepat, untuk stunning ayam potong berkisar: 15-25 volt, 0,1-0,3 ampere, 5-10

detik dan <200 Hz: 100mA diperlukan untuk rata-rata berat ayam tidak lebih dari

1,5 kg/ekor. Untuk ukuran arus listrik <200 Hz: diatas 100mA, maka ayam dapat

sadar kembali dalam waktu 45 detik. Kelemahan metode ini seringkali proses

pemingsanan sering kurang sempurna dan dilaksanakan berulang. Oleh karenanya

spesifikasi pemanfaatan alat harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan berat

ayam yang disembelih dan ayam tidak sedang dalam kondisi stres ataupun sakit

(Prastowo, 2013).

Page 33: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

17

Cara-cara penyembelihan hewan dengan sistem mekanisasi stunning yang

digambarkan oleh Komisi Fatwa MUI :

1. Bahwa penggunaan mesin untuk pemingsanan dimaksudkan mempermudah

roboh dan jatuhnya hewan yang akan disembelih di tempat pemotongan dan

untuk meringankan rasa sakit hewan.

2. Bahwa hewan yang roboh dipingsankan di tempat penyembelihan apabila

tidak disembelih akan bangun sendiri lagi segar seperti semula keadaanya.

3. Bahwa penyembelihan dengan sistem ini tidak mengurangi keluarnya darah

mengalir, bahkan akan lebih banyak dan lebih lancar sehingga dagingnya

lebih bersih (LPPOM MUI, 1976).

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penyembelihan ayam dengan

stunning adalah sebagai berikut:

1. Pemingsanan ayam harus dilakukan segera mungkin untuk menghilangkan

rasa sakit, namun demikian dihindarkan ayam mati karena arus listrik.

2. Ayam yang telah pingsan segera disembelih dan ditunggu hingga pengeluaran

darah sempurna untuk diproses lebih lanjut.

3. Apabila ayam belum juga pingsan, maka ayam harus dilepas dari penggantung

kaki dan dipisah. Selanjutnya diistirahatkan sementara untuk diulang proses

pemingsanan dari mulai sejak awal.

4. Petugas yang melayani proses pemingsanan ayam harus paham tugasnya,

termasuk cara penyembelihan yang benar dan baik sesuai syarat Islam.

5. Hanya petugas yang berkompetensi penguasaan operasional alat stunning

ayam yang berhak menangani peralatan tersebut.

Page 34: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

18

6. Ayam harus segera disembelih dalam waktu 10 detik setelah pingsan dengan

pisau tajam.

7. Ayam harus dipastikan telah mati karena disembelih dan baru dapat

dimasukkan ke dalam air panas (scalding tank) untuk proses pencabutan bulu

(Prastowo, 2014).

Gambar 4. Diagram skema pemingsanan ayam dengan waterbath electrical stunning

(Kettlewell, 1990)

2.3.2 Penyembelihan Tanpa Pemingsanan (Non Stunning) atau Manual

Tata cara menyembelih binatang secara tradisional atau manual atau tanpa

pemingsanan yaitu dengan tanpa pemotongan menggunakan mesin, diantaranya :

1. Menyiapkan terlebih dahulu lubang penampung darah.

2. Peralatan yang akan digunakan untuk menyembelih disiapkan terlebih dahulu.

3. Binatang yang akan disembelih dibaringkan menghadap kiblat, lambung kiri

bawah.

4. Leher binatang yang akan disembelih diletakkan di atas lubang penampung

darah yang sudah disiapkan.

Page 35: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

19

5. Kaki binatang yang akan disembelih dipegang kuat-kuat atau diikat.

6. Mengucap basmalah, kemudian alat penyembelihan digoreskan pada leher

binatang yang disembelih sehingga memutuskan jalan makan, minum, nafas,

serta urat nadi kanan dan kiri pada leher binatang (Nugroho, 2013).

2.4 Biomarker

Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa ini,

memungkinkan saling menunjangnya perkembangan berbagai disiplin ilmu

pengetahuan. Beberapa kemajuan tersebut antara lain adalah perkembangan ilmu

biologi molekuler yang memungkinkan diperolehnya suatu marker (penanda) gen

(Widodo, 2003).

Marker dalam teknik uji hayati, dapat mengetahui metabolit atau

perangkat metabolit yang dapat dipakai untuk menguji ketidaknormalan dalam

suatu sistem biologis. Marker (penanda) secara kimiawi dapat mengetahui banyak

senyawa yang akan ditentukan. Marker ini dapat pula disebut sebagai senyawa

penciri yang bersifat aktif. Senyawa penciri dapat bersifat aktif dan tidak aktif,

tapi bersifat stabil selama proses. Pencirian ini dapat dimasukkan pada suatu

metode identifikasi senyawa murni dan juga metode untuk menentukkan golongan

apa yang terdapat dalam campuran kasar (Robinson, 1995).

Biomarker adalah protein, lemak atau makromolekul lain yang dapat

diukur secara objektif dan berhubungan dengan proses biologis, mekanisme

regulasi atau respons terhadap suatu intervensi terapeutik (Mueller, 2008).

Biomarker dipahami sebagai suatu biomolekul yang timbul akibat suatu proses

fisiologik maupun patologik (Capelastegui et al, 2006). Secara lebih spesifik,

Page 36: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

20

sebuah biomarker menunjukkan perubahan dalam ekspresi atau keadaan protein

yang berkorelasi dengan perlakuan yang diberikan (Michels et al., 2003).

2.5 Proteomik

Semua sifat dan mekanisme biologis yang terkait dengan aktifitas makhluk

hidup dikendalikan oleh serangkaian gen dan tingkat ekspresi protein pada

makhluk hidup tersebut. Sifat-sifat biologis telah banyak dipelajari oleh para ahli

genetika, fisiologi, biologi sel dan biokimia yang melakukan berbagai eksperimen

selama puluhan tahun untuk mencirikan mekanisme biologis di balik variabilitas

sifat-sifat makhluk hidup. Semua aspek yang berkaitan dengan variabilitas

makhluk hidup dapat ditelusuri melalui pendekatan genomik dan proteomik.

Dalam ilmu pertanian serta dalam semua ilmu kehidupan lainnya, pendekatan

genomik dan proteomik merupakan langkah penting dalam menunjang

peningkatan kualitas produk dan pengembangan metode produksi ternak yang

lebih berkelanjutan (Bendixen, 2005).

Menurut definisi klasik, proteomik merupakan kumpulan protein dari

suatu genom (Wilkins et al., 1996). Proteomik mengacu pada kajian ilmiah

mengenai karakteristik seluruh protein komplemen yang diekspresikan dalam sel

atau suatu jaringan. Tujuan dari pendekatan proteomik adalah untuk memperoleh

informasi tentang ekspresi protein seluler, dengan demikian juga mengungkapkan

fungsi gen, untuk menjelaskan bagaimana faktor keturunan dan lingkungan

berinteraksi dalam mengontrol fungsi seluler dan membentuk ciri-ciri fisiologis

suatu organisme hidup.

Page 37: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

21

Proteomik adalah studi skala besar protein, khususnya struktur dan fungsi.

Proteome adalah komplemen seluruh protein dan proteomik menegaskan

kehadiran protein serta menyediakan ukuran langsung dari jumlah ini. Para

ilmuwan sangat tertarik pada proteomik karena memberikan pemahaman yang

lebih baik dari suatu organisme dari genomik.

Tujuan dari ekspresi proteomik adalah untuk menemukan penanda

molekuler, atau sering disebut biomarker. Eksplorasi biomarker saat ini telah

mendapatkan banyak perhatian dalam semua ilmu biologi, yang dapat digunakan

untuk meningkatkan berbagai aplikasi, termasuk metode yang digunakan dalam

produksi dan pengolahan daging (Pan et al., 2005).

2.6 Elektroforesis

Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul

bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik

(Westermeier, 2004). Ada juga yang menyebutkan bahwa elektroforesis

merupakan teknik untuk memisahkan molekul-molekul seperti protein atau

fragmen asam nukleat pada basa berdasarkan kecepatan migrasi melewati gel

elektroforesis. Teknik elektroforesis digunakan untuk memisahkan dan

mempurifikasi makromolekul. Makromolekul yang dijadikan objek elektroforesis

adalah protein dan asam nukleat yang memiliki perbedaan ukuran, kadar ion, dan

molekul-molekul penyusunnya. Molekul-molekul tersebut diletakkan di dalam

medan listrik sehingga akan bermigrasi karena adanya perbedaan muatan.

Molekul protein dan asam nukleat yang bermuatan negative akan bergerak dari

kutub negatif menuju kutub positif dari gel elektroforesis (Lawrence, 1989).

Page 38: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

22

Kecepatan molekul yang bergerak pada medan listrik tergantung pada

muatan, bentuk dan ukuran. Dengan demikian elektroforesis dapat di gunakan

untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam nukleat). Posisi molekul

yang terseparasi pada gel dapat di deteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi,

atau pun dilakukan kuantifikasi dengan densitometer (Yuwono, 2005). Alasan

elektroforesis sering digunakan dalam penelitian, karena memiliki peran sangat

penting dalam proses pemisahan molekul-molekul biologi khususnya protein.

Karena disamping metode tersebut tidak mempengaruhi struktur biopolimer,

tetapi juga sangat sensitif terhadap perbedaan muatan dan berat molekul yang

cukup kecil. Protein yang dialirkan dalam medium yang mengandung medan

listrik maka senyawa-senyawa yang bermuatan akan bergerak dalam larutan

sebagai akibat dari sifat polaritas yang berlawanan, maka mobilitas suatu molekul

merupakan fungsi dari bentuk, ukuran molekul dan besar tipe muatan (Bachrudin,

2000).

Elektroforesis (Gambar 5) untuk makromolekul memerlukan matriks

penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus

listrik yang digunakan. Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan matriks

penyangga yang banyak dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat.

Elektroforesis yang sering digunakan adalah matriks bahan polyacrylamide gel

electrophoresis (PAGE) (Hames, 1990; Matsudaira, 1993).

Page 39: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

23

Gambar 5. Cara kerja elektroforesis (Schagger, 1987)

Pergerakan protein pada elektroforesis dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut:

1. Ukuran molekul

Molekul kecil akan melintasi gel lebih cepat karena ruang gerak yang

tersedia untuk melintasi gel lebih banyak.

2. Konsentrasi gel.

Konsentrasi gel yang semakin tinggi menyebabkan molekul-molekul

protein sukar melewati gel. Konsentrasi gel tinggi mempermudah protein

berukuran kecil melewati gel, sedangkan konsentrasi gel rendah mempermudah

molekul protein berukuran besar untuk melintasi gel.

3. Bentuk Molekul

Molekul yang berbentuk supercoil atau elips akan bergerak lebih cepat

melewati gel.

Page 40: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

24

4. Pori-pori gel.

Pori-pori yang lebih besar akan mempermudah pergerakan protein

melewati gel.

5. Voltase.

Voltase tinggi akan menyebabkan cepatnya pergerakan molekul. Hal

tersebut dikarenakan oleh tingginya muatan positif yang ditimbulkan.

6. Larutan buffer.

Buffer dengan kadar ion tinggi akan menaikkan konduktansi listrik

sehingga migrasi molekul akan lebih cepat.

2.6.1 Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-

PAGE)

SDS-PAGE merupakan suatu teknik elektroforesis yang menggunakan

polyacrylamide sebagai bahan pemisah. SDS-PAGE banyak digunakan dalam

praktikum biologi molekuler, genetik, biokimia, dan biomedik. SDS-PAGE

biasanya digunakan untuk memisahkan protein berdasarkan sifat electrophoretic

mobility (pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan

tingkat migrasi dan berat molekulnya (BM) dalam sebuah medan listrik). Protein

yang dipisahkan dengan SDS-PAGE dapat dikarakterisasi berdasarkan berat

molekulnya dengan satuan Kilo Dalton (KDa). Satu dalton sama dengan satu

hidrogen molekul (Bachrudin, 1999).

Penggunaan SDS‐PAGE bertujuan untuk memberikan muatan negatif pada

protein yang akan dianalisa. Protein yang terdenaturasi sempurna akan mengikat

SDS dalam jumlah yang setara dengan berat molekul protein tersebut (Dunn et

al,1989). Denaturasi protein dilakukan dengan merebus sampel dalam buffer yang

Page 41: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

25

mengandung β‐merkaptoetanol (berfungsi untuk mereduksi ikatan disulfide),

gliserol dan SDS (Walker, 1988). Muatan asli protein akan digantikan oleh

muatan negatif dari anion yang terikat sehingga kompleks protein‐SDS memiliki

rasio muatan per berat molekul yang konstan (Hames, 1989).

Prinsip penggunaan metode ini adalah migrasi komponen akrilamida

dengan N.N` bisakrilamida. Kisi–kisi tersebut berfungsi sebagai saringan molekul

sehingga konsentrasi atau rasio akrilamid dengan bisakrilamid dapat diatur untuk

mengoptimalkan kondisi migrasi komponen protein. Metode ini sering digunakan

untuk menentukan berat molekul suatu protein disamping untuk memonitor

pemurnian protein (Walker, 1988). Tabel 4 di bawah memberikan komposisi yang

disarankan dari gradien linier, yang berkaitan dengan berbagai konsentrasi

akrilamida pada rentang molekul protein yang tepat.

Tabel 4. Rekomendasi konsentrasi gel

Sumber: Thermo Scientific (2014)

Sampel‐sampel ekstrak protein yang diinjeksikan ke dalam sumur gel

(Gambar 6) diberi warna dengan bromphenol biru yang dapat terionisasi. Fungsi

pewarna adalah untuk membantu memonitor jalannya elektroforesis. Berat

molekul protein dapat diketahui dengan membandingkan Rf protein dengan

protein standar yang berat molekulnya telah diketahui (Walker, 1988).

Kisaran BM protein (kDa) Rekomendasi gel ( %)

~5-50 18

~10-80 14

~20-150 12

~30-200 10

~40-250 8

~60-300 6

~100-400 4

Page 42: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

26

Gambar 6. Alat elektroforesis SDS-PAGE (http://lh3.ggpht.com)

2.6.2 Analisis Densitometri

Densitas merupakan kemampuan sebuah material untuk menyerap atau

memantulkan sinar. Densitas dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu densitas

transmisi yang merupakan kemampuan lapisan material untuk menyerap sinar

yang datang dan yang kedua adalah densitas refleksi yaitu kemampuan lapian

material untuk memantulkan sinar yang datang. Pengukuran densitas dapat

menggunakan sebuah alat ukur yang disebut densitometer. Densitometer

merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur besarnya densitas atau dengan

kata lain merupakan alat yang digunakan untuk mengukur derajat kehitaman atau

kepekatan (densitas optis) suatu model atau bahan semi-transparan (Siregar M.L,

2009).

Page 43: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

27

Analisis densitometri merupakan salah satu cara untuk mengkonfirmasi

hasil elektroforesis. Hasil analisis densitometri terhadap pita-pita gel hasil

elektroforesis dapat digunakan untuk konfirmasi keberadaan pita dan untuk

kuantifikasi proporsi penyusun protein yang dielektroforesis (Aulanni’am, 2004).

Suatu pita menandakan adanya akumulasi protein pada gel hasil elektroforesis

yang diidentifikasi oleh suatu puncak (peak). Masing-masing puncak memiliki

karakteristik ketinggian (height) sebagai intensitas densitograf dan luas daerah di

bawah kurva (area) sebagai gambaran kuantitas protein pada pita tersebut.

Ketebalan pita pada gel hasil SDS-PAGE dikuantifikasi dalam bentuk luas daerah

dibawah kurva pada kurva densitograf (Mustofa et al.,2006).

Kuantifikasi intensitas pita dapat dilakukan dengan sistem digitalisasi

automotik menggunakan software ImageJ 1.46. Software ini merupakan domain

publik Java untuk pengolahan gambar dan program analisis yang terinspirasi dari

NIH Image untuk Macintosh. Software ini didapat baik sebagai applet online atau

sebagai aplikasi gratis yang dapat diunduh, pada setiap komputer dengan mesin

virtual Java 1,5 atau yang lebih baru. Software ini dapat menampilkan, mengedit,

menganalisa, memproses, menyimpan dan mencetak gambar 8-bit, 16-bit dan 32-

bit. Software ini dapat membaca banyak format gambar termasuk TIFF, GIF,

JPEG, BMP, DICOM, FITS dan data 'mentah'. Hal ini banyak sekali keuntungan,

sehingga operasi tidak memakan waktu seperti membaca file gambar yang bisa

dilakukan secara paralel dengan operations1 lainnya. Melalui software ini dapat

menghitung luas dan nilai pixel statistik pilihan yang ditetapkan pengguna dan

dapat mengukur jarak dan sudut. Selain itu, dapat membuat histogram dan plot

profil garis. Pengukuran pita dalam penelitian ini, dilakukan pemindaian sebagai

Page 44: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

28

JPEG dalam format 8 bit grayscale pada 600 dpi dan intensitas pixel. Derajat

kehitaman pada gel SDS-PAGE digunakan software ini untuk menganalisa pita

dan diukur dalam bentuk pixel. Pixel adalah unsur gambar atau representasi

sebuah titik terkecil dalam suatu gambar grafis yang dihitung per inci (Rezvani et

al., 2009).

Page 45: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pangan Pusat Laboratorium

Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilaksanakan pada bulan

November 2014-April 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, pisau,

timbangan analitik, mikropipet 10-1000 μL dan tip, vortex, stopwatch, shaker,

homogenizer (Tokebi), tabung Eppendorf, tabung microtube, vial 10 mL, kuvet,

High centrifuge Sorvall SC35, Microsentrifuge Sorvall, Spektrophotometer

UV/Vis (Lambda 25 Perkin Elmer Precisely), Mini Protean II Cell

Electrophoresis (Bio-Rad), lemari pendingin, penangas air, seperangkat alat

electrical stunner, analisa BM dilakukan dengan menggunakan software Images J

1.46.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan utama

yaitu 12 ekor ayam potong jenis ras strain Hubbard jantan yang dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu 6 ekor ayam potong dengan berat tubuh 1 kg (usia 4 minggu) dan

6 ekor ayam potong dengan berat tubuh 1,7 kg (usia 5 minggu). Sampel diperoleh

dari peternakan ayam potong lokal di kawasan Bekasi-Jawa Barat. Bahan-bahan

Page 46: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

30

lainnya terdiri dari Aquabidest, BSA (Bovine Serum Albumin), reagen Lowry 1

dan reagen Lowry 2, SDS (resodium dodecyl sulfat) 10%, Tris-HCl 0,05 M pH

8,8, triton X-100 0,1%, PMSF (Phenil Methane Sulfonyl Fluoride),Buffer

sample,β-mercaptoetanol, Gel Acrylamide solution (30%T; 2,67oC) Bio-Rad,

Resolving Buffer dan Stacking Buffer Bio-Rad, Ammonium peroksida disulfate

(APS) 10%, N,N,N’N’-Tetramethylethylenediamine (TEMED), Running buffer 1

kali Sigma, Staining solution coomasie blue R-250 Bio-Rad, Destaining solution,

standar protein catalog #161-0318 (Bio-Rad) (Lampiran 3).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Proses Penyembelihan dan Isolasi Sampel (Zaman et al., 2012)

Sampel (daging ayam potong) masing-masing usia dibagi menjadi 3

kelompok perlakuan: (i) Sampel ayam pertama adalah ayam potong yang

disembelih dengan cara konvensional (non electrical stunning/ 0A, 0Volt)

menggunakan pisau tajam dan diperlakukan sesuai dengan syariat islam

(membaca basmalah dan hewan dibiarkan mati tanpa diikat) yang dijadikan

sebagai kontrol; (ii) Sampel kedua, dilakukan penyembelihan dengan kaki ayam

diikat menggunakan tali serta disembelih dengan cara electrical stunning dan

sesuai dengan syariat islam (halal electrical stunning dengan pemberian arus

listrik sebesar 100 mA, 25 Volt selama 10 detik); (iii) Sampel ketiga, dilakukan

penyembelihan dengan kaki ayam diikat menggunakan tali serta disembelih

dengan cara haram electrical stunning yang tidak sesuai dengan syariat islam

(dengan pemberian arus listrik sebesar 100 mA, 220 Volt selama 30 detik).

Jumlah arus dan voltase yang digunakan dipantau melalui amperometer. Masing-

Page 47: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

31

masing perlakuan diulang sebanyak dua kali ulangan untuk masing-masing

sampel. Fasilitas electrical stunner dirancang melalui power supply dengan arus

dan tegangan yang bisa diatur secara manual. Elektroda positif dari electrical

stunner dan terminal negatif amperometer direndam dalam wadah 35x25x10 cm3

yang berisi air (Lampiran 2a). Sampel yang sudah disembelih dibiarkan hingga

benar-benar mati dan dicabuti bulunya serta dibersihkan dari jeroan dan darah

yang masih menempel dengan air hangat (45oC). Selanjutnya daging ayam

tersebut diambil bagian pahanya kemudian dipotong dengan pisau hingga ukuran

lebih kecil.

Masing-masing jaringan otot daging ayam potong pada bagian paha

dicacah sebanyak 20 g sampel dan dihomogenisasi di dalam es menggunakan 50

ml Tris-HCl 0,05 M pH 8,8 dengan penambahan 50 μL 0,1% triton X-100 dan

250 μL PMSF selama 5 menit. Larutan kemudian dimasukkan kedalam microtube

dan disentrifugasi pada 6000 rpm selama 20 menit pada suhu 4°C dan supernatan

dikumpulkan (Lampiran 2d). Selanjutnya disimpan dalam vial 10 mL pada -80oC

hingga digunakan untuk pengujian kadar protein dan SDS-PAGE.

3.3.2 Pengukuran Kadar Protein (Lowry, 1959)

3.3.2.1 Penentuan Nilai λ (Panjang Gelombang) Maksimum

Larutan blanko dimasukkan kedalam kuvet pertama dan kuvet kedua diisi

dengan larutan standar konsentrasi 80 ppm. Absorbans larutan dibaca pada

kisaran panjang gelombang 600-800 nm dengan interval 5 mm menggunakan

spektrofotometer uv-vis. Setiap interval panjang gelombang diukur dengan larutan

standar dan blanko. Kemudian dibuat kurva hubungan panjang gelombang dengan

Page 48: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

32

absorbans standar tersebut. Panjang gelombang yang tepat, selanjutnya ditentukan

dan digunakan untuk pengukuran protein lainnya.

3.3.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan stok BSA dengan konsentrasi 1000 ppm dibuat dengan

menimbang serbuk BSA sebanyak 3 mg kemudian dilarutkan dengan aquabides

sebanyak 3 ml. Kemudian dilakukan pengenceran dengan seri konsentrasi 0, 40,

80, 120, 160, dan 200 ppm (Lampiran 4).

Larutan standar dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi

sebanyak 1 ml, lalu ditambahkan dengan 5 ml reagen Lowry I, selanjutnya

campuran divortex 5 detik dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.

Kemudian campuran tersebut ditambahkan 0,5 ml reagen Lowry II, divortex 5

detik dan diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit. Absorbansi larutan standar

dibaca pada panjang gelombang maksimum dan dibuat kurva kalibrasi.

3.3.2.3 Pengukuran Sampel

Pengukuran kadar protein pada masing-masing sampel dilakukan dengan

cara menambahkan 5 μl larutan sampel (supernatan) dan 995 μl Tris-HCl 0,05 M

pH 8,8 dengan 5 ml reagen Lowry I, selanjutnya campuran divortex 5 detik dan

diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit. Kemudian campuran tersebut

ditambahkan 0,5 ml reagen Lowry II, divortex 5 detik dan diinkubasi pada suhu

ruang selama 30 menit. Absorbansi larutan sampel protein dibaca pada panjang

gelombang 600-800 nm. Kadar protein ditentukan melalui persamaan regresi

linier dari kurva standar protein dengan bovine serum albumin (BSA) sebagai

standarnya (Lampiran 5).

Page 49: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

33

3.3.3 Elektroforesis Dodecyl Sulphate Poliacrilmide Gel Electrophoresis

(SDS-PAGE) (Laemli, 1970)

Elektroforesis sodium dodecyl sulphate poliacrilamide gel electrophoresis

(SDS-PAGE) dilakukan dengan menggunakan metode standar menggunakan alat

Mini-Protean II Slab Cell Electrophoresis (Bio Rad).

3.3.3.1 Preparasi Sampel untuk Elekroforesis

Sampel protein (ekstrak jaringan otot daging ayam potong) didenaturasi

dengan buffer sample (Buffer Laemli) dengan perbandingan protein dan buffer

1:4. Sebanyak 20 μl sampel protein dicampurkan dengan 80 μl buffer sample lalu

dididihkan selama 5 menit, setelah dingin disentrifugasi pada 12000 rpm selama

10 menit dan siap untuk dielektroforesis.

3.3.3.2 Preparasi Gel Elekroforesis

Gel poliakrilamid dibuat dari larutan stok akrilamid dan bisakrilamid

(30%T, 2,67C), stacking buffer (Tris-HCl 0,5M pH 6,8), resolving buffer (Tris-

HCl 1,5M pH 8,8), 10% SDS, APS10% dan TEMED. Formulasi gel untuk

resolving gel adalah 14% (DDI H2O 2,7 ml, Acrilamid 4,7 ml, Resolving Gel

Buffer 2,5 ml, SDS 10% 0,1 ml, APS 10% 0,2 ml dan TEMED 10 μl). Sedangkan

untuk stacking gel adalah 6% (DDI H2O 2,7 ml, Acrilamid 1 ml, Resolving Gel

Buffer 1,25 ml, SDS 10% 50 μl , APS 10% 100 μl dan TEMED 10 μL).

Gel poliakrilamid dicetak diantara dua buah lempengan kaca dengan

ketebalan 0,75 mm. Terlebih dulu campuran resolving gel dimasukkan dalam

gelas plate melalui dindingnya agar tidak terbentuk gelembung, hingga kira-kira

satu cm dari batas atas. Setelah gel mengering, larutan stacking gel yang telah

dibuat dimasukkan ke dalam cetakan di atas resolving gel dan permukaan gel

Page 50: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

34

dipasang sisir berlubang untuk membuat cetakan sumuran hingga mengeras.

Setelah gel mengeras, cetakan gel dipindahkan ke perangkat elektroforesis dan

siap untuk ditempatkan protein sampel.

3.3.3.3 Loading Sampel

Elektroforesis dimulai dengan memasang gelas plate dan dirangkai

dengan frame dari Bio-Rad. Masing-masing sampel protein dengan kadar protein

yang sama (Lampiran 5) dan 5 μl marker yang telah dipreparasi dimasukkan ke

dalam sumuran. Elektroforesis dijalankan dengan tegangan 150 volt. Proses ini

dihentikan setelah warna biru turun (Buffer Laemmli turun) hingga 0,5 cm dari

batas bawah plate.

3.3.3.4 Pewarnaan Gel

Pewarnaan gel hasil elektroforesis, dilakukan perendaman gel dalam

larutan staining Coomasie briliant blue 0.1% (w/v) dengan shaker selama 30

menit. Hasil staining dicuci dalam larutan destaining menggunakan campuran

metanol:asam asetat (40%:7,5%). Protein yang telah didestaining discan untuk

analisa lebih lanjut.

3.3.3.5 Analisa Berat Molekul dan Tingkat Ekspresi Protein

Setelah didapatkan gambar elektroforegram profil protein dalam bentuk

soft copy, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan software ImageJ

1.46 (http://imagej.nih.gov/ij), dimana ketebalan (intensitas) pita masing-masing

protein dianalisis berdasarkan jarak migrasi atau nilai Rf (retention factor). Hasil

analisis Rf dibandingkan untuk setiap pita protein marker yang sudah diketahui

berat molekulnya melalui persamaan regresi linier Y = a + bX (Lampiran 7). Nilai

Rf dijadikan sebagai sumbu x dan log berat molekul sebagai sumbu y, untuk

Page 51: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

35

mendapat nilai berat molekul maka dibuat antilog berat molekul tersebut.

Selanjutnya profil protein masing-masing sampel dianalisis intensitasnya dengan

membandingkan puncak-puncak yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan

dengan software ImageJ 1.46.

Page 52: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

36

3.4 Desain Penelitian

Sampling Peternakan

6 Ekor Ayam Potong 1 kg

(usia 4 minggu)

6 Ekor Ayam Potong 1,7

kg (usia 5 minggu)

Electrical Stunning Halal

(100mA 25 Volt selama 10

detik)

Electrical Stunning

Haram (100mA, 220

Volt selama 30 detik)

Non Electrical Stunning

halal (kontrol, 0 V, 0 A)

Penyembelihan

Manual

Isolasi Protein

Uji Kadar Protein

(Metode Lowry)

Pemisahan Protein

(SDS-PAGE)

Analisis Densitometri

(BM protein

elektroforesis)

Kandidat Protein

Biomarker

Page 53: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Ayam Potong Sebelum dan Sesudah Penyembelihan

Sampel ayam potong jenis strain Hubbard yang dijadikan bahan penelitian

diambil dari satu sumber peternakan dikawasan Bekasi-Jawa Barat. Ayam jenis

strain Hubbard memiliki ciri-ciri yaitu bulu berwarna putih, bentuk badan padat,

warna badan yang putih kemerahan, jengger dan pial berwarna merah. Berikut

adalah gambar ayam potong jenis Hubbard yang digunakan dalam penelitian,

yaitu usia ayam potong 4 minggu dan 5 minggu (Gambar 7).

(a) (b)

Gambar 7. Ayam potong sebelum penyembelihan

(a) Usia 4 minggu (1 kg) (b) Usia 5 minggu (1,7 kg)

Seluruh sampel yang diujikan dalam penelitian ini, memilki karakteristik

dan ciri-ciri yang sama. Pengambilan ayam potong usia 4 minggu dilakukan,

karena sebagian besar dari peternakan mulai melakukan penen dan penyebaran ke

pengumpul ayam pada usia tersebut. Selanjutnya proses pengiriman ayam dari

pengumpul hingga kepada konsumen biasanya ayam potong telah mencapai usia 5

minggu (Winedar et al., 2006).

Selanjutnya ayam potong dengan usia 4 minggu mulai dilakukan

penyembelihan karena berat tubuhnya telah mencapai 1 kg, dalam kondisi ini

sampel diambil pada masa periode starter (usia 1 hari sampai 21 hari) dan pada

Page 54: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

38

periode finisher (usia 22 hari sampai 42 hari) untuk sampel ayam potong lain

dengan usia 5 minggu berat 1,7 kg (Rasyaf, 1996). Pemilihan sampel dengan usia

ayam potong yang berbeda bertujuan pula untuk melihat keterkaitan antara

pengaruh adanya perlakuan pra-penyembelihan dengan electrical stunning dan

usia ayam potong. Menurut Doherty et al., (2004) melalui elekroforesis 2D

menyatakan bahwa profil protein pada ayam potong akan semakin beragam dan

lebih spesifik seiring bertambahnya usia ayam. Hal tersebut yang dikhawatirkan

menjadi pengaruh pada hasil perlakuan electrical stunning dalam penelitian ini.

Proses penyembelihan dilakukan secara manual oleh orang yang sudah

berkompeten dibidangnya dan sesuai dengan peraturan dan syarat penyembelihan

(Hukum syar’i). Setelah proses penyembelihan pada masing-masing perlakuan

(electrical stunning dan kontrol) ayam potong tersebut, terlihat perbedaan pada

warna dagingnya (Gambar 8).

Gambar 8. Warna sampel daging ayam potong setelah proses penyembelihan

(i) non electrical stunning (ii) halal electrical stunning (iii) haram electrical stunning

Sampel daging ayam potong dengan perlakuan (i) cara konvensional (non

electrical stunning 0 mA, 0 Volt) dan (ii) halal electrical stunning dengan

pemberian arus listrik sebesar 100 mA, 25 Volt selama 10 detik, daging ayam

potong terlihat segar berwarna putih kemerahan, sedangkan (iii) haram electrical

(i) (ii) (iii)

Page 55: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

39

stunning dengan pemberian arus listrik sebesar 100 mA, 220 Volt selama 30 detik

daging ayam potong berwarna merah gelap (Gambar 8).

Menurut Asmara et al., (2006) daging ayam yang disembelih dengan cara

yang benar dapat mengeluarkan darah dengan sempurna seperti pada sampel (i)

dan (ii). Sesuai dengan pernyataan Cross (1988) bahwa warna merah pada daging

ayam, disebabkan provitamin A yang terdapat pada lemak daging dan pigmen

oksimioglobin. Hal ini didukung pula oleh penelitian Lawrie (2003) bahwa

pigmen oksimioglobin adalah pigmen penting pada daging segar ayam potong.

Berbeda dengan warna gelap pada daging ayam, yaitu diakibatkan pengeluaran

darah berupa pigmen haemoglobin yang tidak sempurna (Lawrie, 2003). Daging

ayam sampel (iii) pada penelitian ini berasal dari ayam sehat tetapi mengalami

kerusakan fisik akibat electrical stunning yang over voltage dan sengaja dibiarkan

mati tanpa proses penyembelihan. Perlakuan tersebut menyebabkan tidak

terjadinya proses pengeluaran darah hingga ayam mengalami kematian. Pigmen

haemoglobin yang masih terdapat di dalam daging ayam inilah yang

menyebabkan perubahan warna daging menjadi gelap.

4.2 Isolasi Protein dari Jaringan Otot Daging Ayam Potong

Isolasi protein yang diperoleh dari jaringan otot daging ayam potong

dilakukan pada bagian paha daging ayam. Menurut Soeparno (2005), otot paha

adalah daging bagian tubuh ayam yang secara kuantitatif paling berat selain dada.

Daging paha dapat digunakan sebagai pedoman penilaian kualitas daging atau

produk ayam, dengan tingkat ketepatan sekitar 65% (Soeparno,1998). Daging

ayam bagian paha termasuk kedalam jenis otot merah. Otot merah mengandung

Page 56: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

40

mioglobin yang berfungsi sebagai pengikat besi dan pembawa komponen oksigen.

Mioglobin sama seperti hemoglobin pada manusia, yaitu sebagai pigmen warna

merah pembawa oksigen pada darah menuju otot (Nesheim et al., 1979). Aktivitas

dari otot paha lebih banyak mempunyai cekaman untuk berdiri dan menyangga

tubuh, sehingga warnanya pun menjadi lebih gelap. Begitu pula dengan hasil

ekstraksi berupa supernatan yang bewarna kemerahan (Gambar 9).

Gambar 9. Ekstrak kasar protein jaringan otot daging ayam potong bagian paha

Proses Isolasi yang dilakukan terhadap jaringan otot daging ayam potong

menggunakan buffer Tris-HCl 0,05 M pH 8,8 dan disentrifugasi pada 6000 rpm

selama 20 menit dalam es. Menurut Janson et al., (1998) masalah utama dalam

ekstraksi protein adalah dapat mengeluarkan protein dari dalam sel tanpa

terdegradasi atau terdenaturasi dan kontaminasi sehingga hal tersebut dapat diatasi

dengan pemilihan medium ekstraksi yang tepat, waktu persiapan cepat dan pada

kondisi temperatur yang rendah.

Tahap pertama dalam isolasi protein adalah proses perusakan atau

penghancuran membran dan dinding sel. Pemecahan sel (lisis) merupakan tahapan

dari awal isolasi protein yang bertujuan untuk mengeluarkan isi sel (Holme et al.,

1998). Menurut Wahniyathi et al. (2005), penghancuran jaringan otot daging

ayam bertujuan untuk memecah membran sel serabut otot sehingga protein

Page 57: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

41

jaringan otot dapat terekstraksi dengan larutan buffer. Pemilihan larutan buffer

Tris-HCl 0,05 M dengan pH 8,8 dikarenakan buffer Tris–HCl (Thromethamine

HCl) berfungsi untuk mereduksi ikatan disulfida dari protein. Selain itu

pengunaan buffer untuk mengekstraks protein target, idealnya berada pada pH 7,0

sampai dengan pH 8,8. Pemilihan pH tersebut bertujuan untuk membantu

kestabilan protein target sehingga dapat menghalangi aktivitas protein yang tidak

dikehendaki (Bonner, 2007). Selain itu penambahan PMSF dilakukan untuk

menjamin agar sel protein yang diperoleh tidak dihidrolisis oleh enzim proteolitik,

karena PMSF berfungsi sebagai inhibitor protease (Amiruddin et al., 2010).

Tahap penghancuran sel atau jaringan otot daging ayam potong dalam

penelitian ini menggunakan homogenizer. Penggunaan homogenizer termasuk

cara fisik untuk membuat sel terekstrak, namun gesekan dengan alat penghalus

tersebut dapat mengakibatkan terhambatnya ekstraksi protein dan menyebabkan

koagulasi protein (Giacomazzi et al., 2005). Untuk itu proses lisis sel sebaiknya

dilakukan dalam kondisi suhu yang rendah. Cara lain dalam tahap penghancuran

sel adalah menggunakan bahan kimiawi berupa detergen triton X-100 sebagai

senyawa yang dapat merusak struktur tiga dimensi protein. Menurut Rehm (2006),

larutan deterjen triton X-100 dapat mendenaturasi protein serta dapat mencegah

terjadinya interaksi antara protein dengan protein (pada struktur kuartener).

Detergen tersebut selain berperan dalam melisiskan membran sel juga dapat

berperan dalam menghilangkan aktivitas enzim nuklease yang merupakan enzim

pendegradasi DNA (Switzer, 1999).

Page 58: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

42

Protein yang telah terekstraksi dari dalam sel selanjutnya dipisahkan dari

komponen penyusun sel lainnya seperti polisakarida dan lipid melalui sentrifugasi

(Karp, 2008). Bettelheim dan Landesberg (2007), menyebutkan bahwa

sentrifugasi akan menghasilkan 2 fase yang terpisah yakni fase organik pada

lapisan bawah dan fase aquoeus (air) pada lapisan atas. Protein akan berada pada

fase aqueous dan berada pada interfase setelah sentrifugasi, sedangkan lipid

berada pada fase organik. Supernatan hasil ekstraksi ditampung dalam botol vial

dan disimpan hingga pemakaian lebih lanjut.

4.3 Kadar Protein Ekstrak Jaringan Otot Daging Ayam Potong

Supernatan hasil isolasi protein dari jaringan otot daging ayam potong

diukur konsentrasinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible melalui

metode Lowry et al., (1959). Pengukuran kadar protein dengan metode Lowry,

akan menghasilkan bentuk senyawa kompleks yang bewarna biru (Coligan et al.,

2007). Metode Lowry Folin-Ciocalteu dapat menentukan protein rantai pendek

(oligopeptida) dan asam amino. Prinsip kerja metode Lowry adalah reduksi Cu2+

dari CuSO4 (Reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan dan sistein yang

terdapat dalam protein. Selanjutnya ion Cu+ bersama dengan fosfomolibdat dan

fosfotungstat yang terkandung dalam reagen Folin-Ciocalteu, akan bereaksi pada

senyawa fenol lainnya yang ada pada sampel dan membentuk kompleks

pewarnaan biru. Reaksi yang terjadi dituliskan melalui tahapan sebagai berikut:

Page 59: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

43

Gambar 10. Reaksi pembentukan kompleks pewarnaan biru pada metode Lowry

Warna yang diperoleh diukur absorbansinya dengan menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 776,36 nm. Pembanding

yang digunakan adalah BSA (bovine serume albumin) dengan seri konsentrasi 0,

40, 80, 120, 160 dan 200 ppm yang diukur pula nilai serapan absorbansinya.

Tujuan dari pembuatan larutan standar dengan berbagai seri konsentrasi adalah

untuk menentukan kadar protein dalam sampel dengan menggunakan persamaan

regresi linier garis lurus yang diperoleh dari grafik larutan standar (Lampiran 5).

Rantai polipeptida Ikatan polipeptida

Ikatan kompleks bewarna ungu

Pereaksi Folin-Ciocalteu Senyawa Fenol

Kuinon

Kompleks molybdenum-blue

Page 60: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

44

Kadar protein setiap sampel yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 5

berikut:

Tabel 5. Kandungan protein jaringan otot daging ayam potong dengan metode Lowry

Sampel

Absorbansi

(Y)

Kandungan Protein

(μg/mL) dalam 100 g

daging

Rata-rata Kandungan

Protein (μg/mL) dalam

100 g daging

(Mean ± SD)

A1

A2

0,027

0,038

28000

39000

33500 ± 7778,17

B1 0,028 29000 29500 ± 707,10

B2

C1

0,029

0,03

30000

31000

38000 ± 9899,49

C2

A3

0,044

0,104

45000

105000

92000 ± 18384,77

A4

B3

B4

C3

0,078

0,085

0,087

0,066

79000

86000

88000

87000 ± 1414,21

67000 75000 ± 11313,71

C4 0,082 83000 Keterangan: Pengujian dilakukan secara duplo.

FP = 200 kali

1, 2 (Duplo Ayam Potong 4 minggu (1 kg)); 3, 4 (Duplo Ayam Potong 5 minggu (1,7 kg)); A

(Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal).

Merujuk pada hasil kadar protein daging ayam potong sebelumnya yang

dilakukan oleh Moutney (1976), menyatakan bahwa kadar protein pada bagian

paha daging ayam potong dalam 100 gram daging berkisar antara 21-24 gram

protein. Mengenai hal tersebut, terdapat perbedaan pada hasil penelitian yang

kadar proteinnya lebih rendah dibanding literatur tersebut. Hal ini didasari pada

pengukuran kadar protein dengan metode Lowry adalah protein terlarutnya,

sehingga kadar protein yang dihasilkan lebih rendah dari berat dagingnya.

Hasil pada Tabel 5 menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia ayam

potong maka kadar proteinnya akan semakin meningkat seiring bertambahnya

umur ternak, akibatnya akan meningkatkan jumlah jaringan ikat pada hewan

ternak tersebut (Lawrie, 2003). Hal ini disebabkan pula dari adanya pengaruh

Page 61: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

45

pemberian pakan pada fase tumbuh ayam. Pakan dengan kandungan protein

rendah akan menyebabkan kandungan protein daging yang rendah pula

(Kartikasari et al., 2001). Ayam potong usia 4 minggu (fase starter)

membutuhkan tingkat protein pakan sebesar 23%, karena menurut Scott et al.,

(1982) ayam potong usia muda yang sedang tumbuh mempergunakan protein

yang tersedia untuk pertumbuhan jaringan sehingga terukur lebih rendah. Berbeda

dengan Rasyaf (2004), ayam potong usia 5 minggu (fase finisher) dibutuhkan

ransum pada tingkat protein 17,5–21% dan lebih banyak mengonsumsi jumlah

bahan pakan tersebut. Kandungan protein dalam pakan serta banyaknya pakan

yang dikonsumsi akan mempengaruhi jumlah protein dalam tubuh (Ramia, 2000).

Sampel dengan penyembelihan electrical stunning halal maupun haram,

rata-rata kadar proteinnya memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan

non electrical stunning. Hal ini disebabkan dari adanya prosedur pra-

penyembelihan dengan perlakuan electrical stuning yang diduga mampu

meningkatkan ekpresi protein tertentu di dalam sel akibat stress atau perlakuan

arus listrik yang diberikan, sehingga proses tersebut dapat menyebabkan adanya

aktifitas tertentu di dalam sel. Hasil ini didukung pula pada penelitian Zaman et

al. (2012) yang menyatakan bahwa kadar protein daging ayam potong yang

disembelih secara tidak halal melalui penyembelihan dengan memutus leher ayam

potong hingga terpisah dari badannya serta tubuhnya diikat hingga ayam tersebut

mati akan lebih tinggi dibanding sampel daging ayam potong yang disembelih

secara konvensional dan halal.

Page 62: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

46

4.4 Profil Protein Isolat Jaringan Otot Daging Ayam Potong hasil SDS-

PAGE

Pemisahan dan karakterisasi protein jaringan otot daging ayam potong

dilakukan dengan teknik SDS-PAGE menggunakan separating gel 14% dan

stacking gel 6% melalui pewarnaan gel menggunakan coomassie brilliant blue.

Prinsip analisis SDS-PAGE yaitu pemisahan protein berdasarkan ukuran molekul

akibat adanya arus listrik yang diberikan. Penggunaan separating gel 14% ini,

diharapkan protein akan terpisah pada kisaran berat molekul 10–200 kDa.

Merujuk pada penelitian Doherty et al. (2004), pita protein pada ekstrak jaringan

otot daging ayam potong segar menggunakan separating gel 12,5% dapat

menghasilkan profil protein dengan berat molekul pada kisaran 6-200 kDa.

Proses elektroforesis pada penelitian ini menggunakan tegangan listrik 150

V dengan arus sebesar 40 mA, pengaturan ini dapat dimodifikasi oleh

penggunanya sesuai dengan keperluan dan pengalaman percobaan. Oleh karena

itu, pengaturan pada penelitian ini dipilih karena telah memberikan hasil yang

paling baik diantara beberapa percobaan yang telah dilakukan.

Hasil elektroforesis (SDS-PAGE) jaringan otot daging ayam potong

dengan perlakuan electrical stunning dan non electrical stunning, dapat dilihat

pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Page 63: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

47

Gambar 11. Gel ke-1 Pemisahan Elektroforesis Jaringan Otot Daging Ayam Potong 1,

2 (Duplo Ayam Potong 4 minggu (1 Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan

Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal) dan Marker (M).

Gambar 12. Gel ke-2 Pemisahan Elektroforesis Jaringan Otot Daging Ayam Potong 3, 4

(Duplo Ayam Potong 5 minggu (1,7 Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan

Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal) dan Marker (M).

211,475

118,579

78,995

53,054

36,881

28,643

17,809

8,4

kDa M A1 B1 C1 A2 B2 C2

kDa M A3 B3 C3 A4 B4 C4

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

211,475

118,579

78,995

53,054

36,881

28,643

17,809

8,4

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

Page 64: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

48

Penentuan berat molekul tiap-tiap pita protein dilakukan dengan

menggunakan persamaan garis lurus yang diperoleh dari kurva standar protein

pembanding (marker) dari Bio-Rad. Kurva standar dibuat berdasarkan hubungan

antara mobilitas relatif (Rf) dengan logaritma berat molekul (Log BM) (Lampiran

7). Pita protein masing-masing sampel yang diperoleh dari hasil SDS-PAGE

dihitung nilai Rf nya. Perhitungan Rf protein dilakukan dengan mengukur jarak

pergerakan sampel kemudian dibandingkan dengan jarak tracking dye.

Pengukuran nilai RF dilakukan dengan menggunakan software ImageJ 1.46

sebagai nilai x yang kemudian dimasukkan pada persamaan regresi linear.

Berdasarkan hasil perhitungan Rf dan log BM pada marker protein

diperoleh persamaan regresi linear pada gel ke-1 dan gel ke-2 berturut turut yaitu

Y = -0,001x + 2,222 dengan r= 0,943 dan Y = -0,001x + 2,212 dengan r=0,939.

Gel hasil SDS-PAGE memperlihatkan adanya 25 pita (band) protein. Diantara 25

pita protein yang terbentuk, terdapat 9 pita protein yang terlihat dengan intensitas

ketebalan yang lebih tebal dibandingkan dengan pita protein sejenis yang terlihat

lebih tipis (Gambar 11 dan Gambar 12). Tebal tipisnya pita protein yang terlihat

merupakan gambaran banyaknya jumlah protein yang terkandung pada berat

molekul tertentu. Semakin tinggi konsentrasi sampel semakin tebal pita yang

terbentuk (Pasila, 2008). Oleh sebab itu, pada penelitian ini setiap sampel yang

dimasukkan kedalam sumur gel elektroforesis dibuat sama dalam jumlah volume

dan konsentrasi dari jumlah kadar protein yang dimiliki sampel.

Selain itu dilakukan analisis lebih lanjut seperti melalui blotting dengan

software ImageJ 1.46 untuk mengetahui intensitas tebal tipisnya pita protein yang

terbentuk. Berdasarkan hasil gambar elektroforegram SDS-PAGE, terlihat bahwa

Page 65: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

49

profil protein jaringan otot daging ayam potong secara keseluruhan menghasilkan

pita-pita protein yang beragam dan terletak pada kisaran bobot molekul 10-140

kDa sesuai dengan perhitungan data gel (Lampiran 9). Masing-masing lajur gel

pada perlakuan electrical stunning dan non electrical stunning menunjukkan

adanya sekitar 25 pita protein yang muncul berdasarkan puncak intensitasnya.

Namun bila dikelompokkan pada pita protein yang terlihat lebih tebal (Gambar 11

dan Gambar 12), masing-masing isolat protein baik pada perlakuan electrical

stunning maupun non electrical stunning menunjukkan adanya 9 pita protein yang

muncul dengan intensitas BM sekitar 80 kDa (a), 53-60 kDa (b), 53 kDa (c), 50

kDa (d), 48 kDa (e), 30 kDa (f), 29 kDa (g) dan satu pita di daerah 17 kDa (h)

serta 8 kDa (i). Hasil kedua gel dari isolat protein jaringan otot daging ayam

potong yang disembelih dengan perlakuan non electrical stunning, diperoleh pita-

pita yang terlihat sama dengan penyembelihan electrical stunning tetapi dengan

intensitas yang berbeda.

Beberapa protein spesifik yang muncul pada kisaran berat molekul

tersebut diduga merupakan protein spesifik yang diekspresikan dalam jaringan

otot daging ayam potong. Protein spesifik tersebut, selanjutnya dilakukan

penentuan jenis protein yang dihasilkan dengan membandingkan literatur yang

dimiliki oleh Doherty et al., (2004). Berdasarkan data protein Tabel 3 (Tinjauan

Pustaka) dengan protein berat molekul yang didapatkan, hasil datanya dapat

dilihat pada tabel dibawah.

Page 66: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

50

Tabel 6. Jenis pita protein spesifik yang muncul pada jaringan otot daging ayam potong

berdasarkan berat molekulnya.

Kisaran BM pada gel Prediksi nama protein(a) BM(a)

(a) 80 kDa Ovotransterrin 79,5 kDa

(b) 53-60 kDa Piruvat Kinase 58 kDa

Aldehid Dehidrogenase 56 kDa

Protein vitamin D 55 kDa

(c) 53 kDa PIT 54 53 kDa

(d) 50 kDa Tubulin β-7 50 kDa

(e) 48 kDa α-enolase 47,5 kDa

Sitrat sintase 47,5 kDa

β-enolase 47 kDa

(f) 30 kDa Tropomiosin α-chain

VDAC2(b)

32,8 kDa

30,2 kDa

(g) 29 kDa Triosepospat isomerase 26,7 kDa

(h) 17 kDa Nukleosida dipospat kinase 17,5 kDa

(i) 8 kDa Asam lemak-ikatan protein 7,97 kDa

Keterangan: (a) Doherty et al., (2004)

(b) Samah et al., (2011)

Hasil ekspresi gel pada penelitian ini sesuai pula dengan pola ekspresi dan

intensitas protein yang ditemukan oleh Zaman et al. (2012) yaitu memiliki

kemiripan jika membandingkan dengan resolusi pita diantara kedua gel tersebut,

namun dengan level ekspresi yang relatif berbeda. Berat molekul 36-53 kDa

terdapat adanya empat pita protein. Protein tersebut kemungkinan besar

dinyatakan sebagai albumin, piruvat kinase, beta-enolase dan kreatine kinase.

Protein ini juga telah dilaporkan sebagai bagian yang dominan dalam level

ekspresi jaringan otot rangka ayam (Zaman et al., 2012).

Selanjutnya untuk mengidentifikasi pita-pita protein yang dihasilkan

secara kuantitatif maka dilakukan analisis dengan densitometri menggunakan

software ImageJ 1.46. Berdasarkan data intensitas pita protein dengan

densitometri, pada berat molekul dengan kisaran 10-211,47 kDa disajikan dalam

bentuk Lampiran 9.

Page 67: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

51

Merujuk pada penelitian Samah et al. (2011) terdapat dua pita protein pada

kisaran 28-36 kDa (Rf diantara 700-800) yang terekspresi relatif sama dengan pita

protein sampel lainnya, namun dengan intensitas berbeda. Data intensitas pita

protein pada kisaran berat molekul dan nilai RF tersebut disajikan pada tabel di

bawah.

Tabel 7. Data intensitas profil protein berat molekul kisaran 28-36 kDa (Rf

diantara 700-800).

Sampel Rf Intensitas BM Sampel Rf Intensitas BM

A1 713 134,40 32,28494 A3 806 155,14 26,91535

742 219,76 30,19952 814 153,48 25,00345

A2 713 123,00 32,28492 A4 806 145,31 26,91535

742 126,00 30,19952 814 145,33 25,00345

B1 713 200,67 32,28494 B3 806 136,77 26,91535

742 210,00 30,19952 814 136,01 25,00345

B2 713 141,67 32,28494 B4 806 145 26,91535

742 151,01 30,19952 814 144,7 25,00345

C1 713 171,33 32,28494 C3 806 153,371 26,91535

742 144,35 30,19952 814 144,667 25,00345

C2 713 180,33 32,28494 C4 806 158,17 26,91535

742 144,67 30,19952 814 154,37 25,00345 Keterangan: 1, 2 (Duplo Ayam Potong 4 minggu (1 Kg)); 3, 4 (Duplo Ayam Potong 5 minggu (1,7

Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning

Halal).

Hasil data tabel di atas menunjukkan intensitas pola profil protein pada

perlakuan electrical stunning halal dan electrical stunning non halal dengan

kontrol cenderung berbeda. Sampel ayam potong usia 4 minggu yaitu A1, A2, B1,

B2 memiliki intensitas pita protein yang semakin tinggi seiring menurunnya berat

molekul dari 32,2849 kDa menjadi 30,19952 kDa, sedangkan pada sampel C1 dan

C2 intensitasnya semakin menurun. Hasil ini tidak jauh berbeda pada usia ayam

potong 5 minggu yang juga pada sampel C3 dan C4 intensitas profil proteinnya

semakin menurun. Namun, berbeda pada sampel yang diberi perlakuan electrical

stunning A3, A4, B3, B4 dimana intensitasnya cenderung memiliki nilai yang

Page 68: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

52

sama dan tidak jauh berbeda seperti pada intensitas kontrol. Hal tersebut

diakibatkan pada perlakuan electrical stunning yang diberi arus listrik. Perlakuan

inilah yang diduga mampu memicu lepasnya protein ke dalam sistem metabolisme

sebagai akibat dari respon stress yang diberikan dari luar.

Gambar 13. Perbedaan intensitas pada densitogram masing-masing sanpel jaringan otot

daging ayam potong 1 (Ayam Potong 4 minggu (1 Kg)); 3 (Ayam Potong 5 minggu (1,7

Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non

Stunning Halal

Page 69: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

53

Berdasarkan gambar densitogram pada masing-masing sampel usia ayam

potong 4 minggu dan 5 minggu tersebut, terlihat bahwa masing-masing intensitas

pita protein relatif berbeda satu sama lainnya. Perbedaan intensitas tersebut

diduga akibat dari adanya level ekspresi protein yang berbeda pula pada masing-

masing perlakuan pra-penyembelihan. Perbedaan tersebut terlihat pada perlakuan

electrical stunning halal dan haram yang menghasilkan intensitas pita protein

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan non electrical stunning halal sebagai

kontrol. Hasil yang sama juga didapat dari gel ke-2 elektroforesis SDS-PAGE

sebagai variabel pembeda usia ayam potong. Perbedaan intensitas tersebut tetap

terjadi pada sampel ayam potong beda usia, dengan begitu kemungkinan hasil

data penelitian mengenai adanya perbedaan profil protein akibat electrical

stunning ini bukan dipengaruhi oleh perbedaan usia ayam potong.

Mekanisme penting kerusakan jaringan otot akibat sengatan arus listrik

disebabkan oleh adanya elektroporasi. Elektroporasi adalah pembentukan kanal-

kanal hidrofilik pada membran sel akibat paparan arus listrik sehingga

mengakibatkan hilangnya permeabilitas membran sel terhadap ion-ion dan

molekul-molekul yang larut dalam air. Lubang-lubang pada membran sel tersebut

mengakibatkan materi intraseluler ke luar sel dan mengganggu fungsi sel.

Karakteristik lapisan lipid membran sel yang mudah dipengaruhi oleh energi listrik

adalah karena lipid memiliki kutub bermuatan listrik dan mempunyai permeabilitas

terhadap ion-ion serta molekul hidrofilik. Permeabilitas ion-ion lebih mudah terjadi

pada tempat kerusakan membran sel. Kerusakan tersebut ditandai dengan longgarnya

ikatan antar molekul lipid, sehingga mempermudah penetrasi ion-ion dan molekul

Page 70: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

54

hidrofobik. Selanjutnya terjadi proses pembentukan formasi lipid kembali ke

keadaan normal melalui proses rotasi dan gerakan flip-flop molekul lipid (Gambar 14)

(Song, 1991).

Gambar 14. Alur elektroporasi (Eka, 2013)

Arus listrik yang melewati membran sel-sel akan tertahan oleh adanya

lapisan lipid yang berada di membran sel. Energi listrik tersebut akan diubah

menjadi panas yang membakar sel-sel, sehingga mengakibatkan kerusakan ikatan

kimia molekul protein (denaturasi) dan koagulasi protein baik protein yang

membentuk membran sel maupun protein intraseluler lainnya. Sel tersebut juga

kehilangan kemampuan permeabilitasnya, sehingga materi-materi intraseluler

keluar melewati membran sel, akhirnya sel otot akan mengalami kematian

(nekrosis). Materi intraseluler tersebut adalah enzim-enzim sel, elektrolit-

elektrolit (kalium, klorida) (Price et al., 1995).

Listrik akan menyebabkan stimulus yang terus menerus pada voltage-gate

channels membran sel sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel. Otot merupakan

salah satu jaringan tubuh yang mempunyai kelistrikan yang diperankan oleh ion-ion

intrasel dan ekstrasel. Rangsangan listrik mengakibatkan perubahan potensial

membran istirahat yang ditandai dengan ion natrium masuk ke intrasel otot

(depolarisasi). Proses depolarisasi akan diikuti oleh proses repolarisasi yang ditandai

Sebelum terpapar arus

listrik

Membran sel

Saat terpapar arus

listrik

Setelah terpapar arus

listrik

Page 71: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

55

dengan keluarnya ion kalium ke ekstrasel otot. Akibatnya terjadi hiperkontraksi otot

yang ditandai oleh adanya serabut otot yang tampak bergelombang, serabut otot

terputus dan keluarnya eritrosit dari pembuluh darah (hiperemi). Arus listrik

mengakibatkan kontraksi otot yang sangat kuat sehingga menimbulkan perdarahan

serabut otot (Puschel et al., 1979).

Selanjutnya paparan listrik menyebabkan materi-materi intraseluler ke luar

sel seperti mioglobin, enzim dan jenis protein lainnya. Membran sel yang

mengalami cedera menyebabkan membran sel tidak mampu memompa ion

natrium yang cukup, sehingga kenaikan konsentrasi natrium dalam sel menarik air

masuk ke dalam sel. Sel membengkak dan sitoplasma menjadi pucat yang

menyebabkan sel tidak dapat lagi melangsungkan metabolisme. Kematian sel atau

jaringan pada organisme hidup disebut nekrosis (Janssen,1984). Kerusakan sel

menyebabkan molekul-molekul intrasel termasuk enzim dan protein dapat keluar

sel. Peningkatan kadar suatu enzim atau kadar protein yang sangat berlebihan

dalam serum atau plasma inilah yang menjadi petanda adanya kerusakan sel yang

mengandung enzim akibat pemberian arus listrik (Viterbo, 1965).

Hasil penelitian Samah et al., (2011) menjelaskan hubungan antara proses

electrical stunning dengan ekpresi protein tertentu pada jaringan otot daging ayam

potong. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ayam potong yang diberi perlakuan

electrical stunning 0,75 A dan 70 Volt menghasilkan satu spot protein yang

terekspresi dalam jumlah relatif besar dan hasil tersebut tidak ditemukan pada

ayam potong yang tidak diberi perlakuan electrical stunning (kontrol). Hasil

pemeriksaan spot protein tersebut, teridentifikasi sebagai Voltage Dependent

Anion Chanel 2 (VDAC2) dengan berat molekul 30,293 kDa. Berdasarkan

penelitian tersebut, protein VDAC2 disarankan sebagai kandidat biomarker untuk

Page 72: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

56

mengidentifikasi perbedaan daging ayam potong yang diberi perlakuan electrical

stunning. Berat molekul 30,293 kDa yang dijadikan kandidat biomarker tersebut

mendekati dengan hasil penelitian yang dilakukan yaitu menunjukkan berat

molekul 30,19952 kDa pada sampel ayam potong usia 4 minggu.

Perbedaan usia atau bobot ayam potong tersebut berpengaruh pada profil

protein masing-masing sampel ayam potong. Perbedaan tersebut sangat terlihat

pada pita protein paling tebal yaitu antara bobot molekul 40-60 kDa. Terlihat pada

Gambar 12, yaitu usia ayam potong yang lebih dewasa (usia 5 minggu) memiliki

pemisahan pita protein yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pita profil

protein pada usia ayam 4 minggu. Hal ini dibandingkan dengan penelitian dari

Doherty et al., (2004), yang menyatakan usia ayam yang semakin dewasa

memiliki pita profil protein yang lebih spesifik dan lebih banyak.

Page 73: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perlakuan pra-penyembelihan dengan electrical stunning memberikan

pengaruh berbeda terhadap tingkat ekspresi profil protein jika

dibandingkan dengan non electrical stunning.

2. Terdapat 9 pita protein yang terekspresi dengan intensitas tertentu dan

relatif berbeda serta terdapat 1 pita protein yang terekspresi lebih

dominan pada perlakuan electrical stunning dengan berat molekul

30,19952 kDa.

3. Protein dengan berat molekul 30,19952 kDa diduga merupakan

kandidat biomarker yang dijadikan untuk mendeteksi kehalalan produk

pangan pada daging ayam potong yang disembelih dengan perlakuan

electrical stunning dan non electrical stunning.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pemisahan profil protein lebih lanjut dengan SDS-

PAGE atau dengan elektroforesis 2D agar kandidat protein biomarker

lebih valid dan pita yang terlihat sama dapat terpisahkan dengan baik.

2. Perlu dilakukan Isolasi dan analisis kandidat protein biomarker dengan

kromatografi gel filtrasi dan metode LCMS-MS untuk mengetahui

jenis protein sebenarnya.

Page 74: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

58

DAFTAR PUSTAKA

Amid, A., Norshahida, A., Samah, Faridah, Y. 2012. Identification of troponin I

and actin, alpha cardiac muscle 1 as potential biomarkers for hearts of

electrically stimulated chickens. Proteome Science. 10: 1.

Amiruddin, Tongku, N. S., Amalia, S., Dwinna, A., Armansyah, T. 2010.

Karakterisasi Protein Inhibin Dari Sel Granulosa Hasil Kultur Dan Non

Kultur Sebagai Dasar Produksi Antibodi Monoklonal Inhibin. Jurnal

Kedokteran Hewan. 4(1).

Anggorodi, H. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Anggorodi, H. R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Annekov, B. N. 1974. Mineral Feeding of Sheep in Mineral Nutrition of Animal

Studies in the Agricultural and Food Science. Butterworths. London -

Toronto. 321-354.

Asmara, A. S., Zuki, A. B. Z., Mohd, B., Hair, Awang, A.I. H. 2006. Gross and

histological evaluation of fresh chicken carcass: comparison between

slaughtered and cervical dislocated methods. Journal of Animal and

Veterinary Advances. 5(11): 1039-1042.

Aulanni’am. 2004. Prinsip dan Tekhnik Analisis biomollekul. Fakultas pertanian

Universitas Brawijaya.

Bachrudin, Z., Astuti, Dewi, Y. S. 2000. Isolasi dan Seleksi Mikroba Penghasil

Laktat dan Aplikasinya pada Fermentasi Limbah Industri Tahu. Pros. Sem.

Nas. Industri Enzim dan Bioteknologi. Mikrobiologi Enzim dan

Bioteknologi

Bendixen, E. 2005. The use of proteomics in meat science. Meat Science. 71: 138–

149.

Bettelheim, F. A., Landesberg, J. 2007. Laboratory Experiments for General,

Organic, and Biochemistry. 4th

Edition. New Jersey: John Wiley and Sons

Inc

Page 75: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

59

Bouley, J., Meunier, B., Chambon, C., De Smet, S., Hocquette, J. H., Picard, B.

2005. Proteomic analysis of bovine skeletal muscle hypertrophy.

Proteomics. 5(2): 450–490.

Bonner, Philip, L. R. 2007. Protein Purification The Basics. Nottingham Trent

University. Taylor and Francis Group. 31.

BPS. 2000. Statistik Indonesia 2000. BPS. Jakarta.

Bradford, M. M. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of

microorganisms quantities of protein in utilizing the principle of protein‐dye

binding. Anal. Biochem. 72: 248‐254.

Cahyono, B. 1998. Ayam Kampung Pedaging. Trubus Agriwidya. Ungaran.

Cahyono, B. 2002. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya.

Calnek, B. W. 1997. Disease of Poultry . Edisi ke-10 USA. Jakarta.

Capelastegui, A., Espana, P. P., Quintana, J. M. 2004. Improvement of process-of-

care and outcomes after implementing a guideline for management of

communityacquired pneumonia: a controlled before-and-after study.

ClinInfect Dis. 39: 955–963.

Cavalli, S. V., Silva, C. Cimino, F. X., Malcata, N., Priolo. 2006. Hydrolysis of

caprine and ovine milk proteins, brought about by aspartic peptidases from

Silybum marianum flowers. Argentina. Portugal. 1-7.

Coligan, J. E., Dunn, B. M., Speicher, D. W., Wingfield, P. T., Ploegh, H. L. 2007.

Current protocols in protein science. John Wiley and Sons, New York.

Cross, H. R. 1988. Carcass Science, Milk Science and Technology. Elsevier

Science Publisher. New York.

Darwana, W. 2003. Ayam lignan: Ayam Kampung Unggul Cina. Cetakan Ke-1.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pemerintahan Lampung. Teknik

Pengolahan Daging Ayam.

www.disnakkeswan.lampungprov.go.id/Pengolahan_Ayam.pdf. Diakses

pada 20 Oktober 2014 pukul 16.00 WIB

Doherty, M. K., McLean, L., Hayter, J. R., Pratt, J. M., Robertson, D. H., El Shafei,

A. 2004. The proteome of chicken skeletal muscle: changes in soluble

protein expression during growth in a layer strain. Proteomics. 4(7): 2082–

2093.

Page 76: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

60

Dunn, J. A., Patrick, J. S, Thorpe, S. R., Baynes, J. W. 1989. Oxidation of glycated

proteins: age-dependent accumulation of N epsilon-(carboxymethyl) lysine

in lens proteins. Biochemistry. 28(24): 9464-8.

Eka. 2013. Metode Transformasi DNA pada Tanaman.

http://www.whatisthebiotechnology.com/blog/wpcontent/uploads/2013/10/

A.png. Diakses pada 1 Juli 2015 pukul 20.20 WIB

Farouk, M. M. 2013. Advances in the industrial production of Halal and Kosher red

meat. Meat Science. 95: 805-820.

Forrest, J. C., Aberle, E. D., Hedrick, H. B., Judge, M. D., Merkel, R. A. 1975.

Principles of Meat Science. W. H. Freeman and Company. San Fransisco.

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Giacomazzi, L, Umari, P., Alfredo, P. 2005. Medium-Range Structural Properties

of Vitreous Germania Obtained through First Principles Analysis of

Vibrational Spectra. Phys. Rev. 95: 075505.

Gorg, A., Boguth, G., Kopf, A., Reil, G., Parlar, H., Weiss, W. 2002. Sample

prefractionation with Sephadex isoelectric focusing prior to narrow pH

range two-dimensional gels. Proteomics. 2(12): 1652–165.

Gregory, N. G., Wilkins, L. J. 1989. Effect of stunning current on carcass quality in

chickens. 124: 530–532

Hames, B. D., Rickwood, D. 1990. Gel electrophoresis of proteins: a practical

approach. Oxford University. London.

Hermansyah. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Inderalaya: MIPA UNSRI

Holmes, A. L., Raper, R. N., Heilig, J. S. 1998. Genetic analysis of Drosophila

larval optic nerve development. Genetics. 148(3): 1189-1201.

Indro. 2004. Serba-serbi Ayam Broiler. www.Republikon Line. Diakses pada 20

Oktober 2014 pukul 15.00

Janssen. B. H. 1984. A simple method for calculating decomposision and

accumulasion of young soil organic matter. Plant soil. 76: 297-304.

Janson, J. C., Ryden, L. 1998. Protein Purification; Principlles High Resolution

method and Application 2nd

edition. A John Willey and Sons Inc. 464-484.

Page 77: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

61

Karp, A. 2008. Bioenergy from plants and the sustainable yield challenge.179(1):

15-32.

Kartasujana, R., Suprijatna, E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Kartikasari, L. R., Soeparno, Setiyono. 2001. Komposisi kimia dan studi asam

lemak daging dada ayam broler yang mendapat suplementasi metionin

pada pakan berkadar protein rendah. Buletin Peternakan. 25(1): 33-39.

Kettlewelt, P. J., Turner, M. J. B. 1985. A review of broiler catching and transport

systems. Journal of Agricultural Engineering Research. 31: 93-114.

Laemmli, U. K. 1970. Cleavage of structural proteins during the assembly of the

head of bacteriophage T4. Nature. 227(5259): 680–685.

Lametsch, R., Karlsson, A., Rosenvold, K., Andersen, H. J., Roepstorff, P.,

Bendixen, E. 2003. Postmortem proteome changes of porcine muscle related

to tenderness. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 51(24): 6992–

6997.

Lawrie. R. A. 2003. Ilmu Daging Edisi kelima penerjemah Prof Dr.Aminuddin

Parakkasi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

Lehninger, A. L. 1998. Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan, M. Thenawidjaja.

Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Lowry, O. H., Rosebrough, N. J., Farr, A. L., Randall, R. J. 1959. Protein

Measurement with the Folin Phenol Reagent J. Biologi of Chemistry. 193:

265–275

LPPOM MUI. Urgensi Meneliti Bahan Pangan Alternatif Yang Halal. 2012.

http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1498.

Diakses pada 1 November 2014 pukul 21.00 WIB

LPPOM MUI. Penyembelihan Hewan Secara Mekanis. 1976.

http://halalmui.org/images/stories/Fatwa/fatwa%20penyembelihan%20hewa

n%20secara%20mekanis.pdf. Diakses pada 1 November 2014 pukul 21.00

WIB

Matsudaira, P. 1993. A practical guide to protein and peptide purification for

microsequencing. 2nd

ed. Academic Press. San Fransisco, CA.

Michels, Heidi, B. 2003. Laboratory Issues: Use of Nutritional Biomarkers. New

York: North America's Technical Committee on Food Components for

Health Promotion.

Page 78: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

62

Morzel, C., Chambon, M., Hamelin, V., Santé-Lhoutellier, T., Sayd, G., Monin.

2004. Proteome changes during pork meat ageing following use of two

different pre-slaughter handling procedures. Meat Science. 67: 689–696.

Mountney, G. J. 1976. Poultry Product Technology. 2nd ed. The Avi Publishing

Westport. Connecticut.

Mueller, C., Muller, B., Perruchoud, A. P. 2008. Bio2. markers: Past, present, and

future. Swiss Med Weekly. 138: 225–9.

Mustofa, L., Mahaputra, L., Dachlan, Y. P., Rantam, F. A., Hinting, A. 2006.

Analisis densitometrik protein reseptor fertilisasi pada zona pelusida

kambing sebagai kandidat bahan imunokontrasespsi. Media Kedokteran

Hewan. 22(2).

Nazar, D. S. 2007. Keragaman Molekuler Dan Karakterisasi Miosin Otot Skeletal

Sapi, Kambing Dan Babi. Tesis. Universitas Airlangga. Surabaya.

Nesheim, M. C., Austich, R. E., Card, L.E. 1979. Poultry Production Lea and

Febiger.

Philadelphia, N. R. C. 1994. Nutrient Requirements Of Poultry. Ninth Revised

Edition 1994. National Academy. Washington D.C.

Nugroho, A. 2013. Cara Penyembelihan Binatang.

http://www.tintaguru.com/2013/08/cara-penyembelihan binatang.html

Diakses pada 2 November 2014 pukul 19.00

Nuhriawangsa, A. M. P. 1999. Pengantar Ilmu Ternak dalam Pandangan Islam:

Suatu Tinjauan tentang Fiqih Ternak. Program Studi Produksi Ternak.

Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nurmawan, S. T. 2003. Respon Ayam Kampung Terhadap Pemberian Pakan

Mengandung 25% Bungkil Inti Sawai (Bis) Dan Enzim. Skripsi. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ohlendieck, Kay. 2011. Skeletal Muscle Proteomics: Current Approaches,

Technical Challenges And Emerging Techniques. Skeletal Muscle. 1:6.

O’Farrell, P. H. 1975. High resolution two-dimensional electrophoresis of proteins.

Journal of Biological Chemistry. 250(10): 4007–4021.

Pan, S., Zhang, H., Rush, J., Eng, J., Zhang, N., Patterson, D. 2005. High-

throughput proteome-screening for biomarker detection. Molecular and

Cellular Proteomics. 4(2): 182–190.

Page 79: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

63

Parry, R. T. 1989. Technological Development in Preslaughter Handling and

Processing. Dalam: Processing of Poultry. G. C. Mead, Ed.Elsevier Science

Publisher Ltd.. England. 65-102.

Pasila, Felix. 2008. Multivariate inputs for electrical load forecasting on hybrid

neuro-fuzzy and fuzzy c-means forecaster. 2307-2312

Pedersen, S. K., Harry, J. L., Sebastian, L., Baker, J., Traini, M. D., McCarthy, J.

T.,. 2003. Unseen proteome: mining below the tip of the iceberg to find low

abundance and membrane proteins. Journal of Proteome Research. 2(3):

303–311.

Prastowo, Y. 2014. Pedoman Pelaksanaan Kesejahteraan Hewan Pada

Pemotongan Ayam/ Unggas.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&v

ed=0CC8QFjAD&url=http%3A%2F%2Fkesmavet.ditjennak.pertanian.go.i

d%2Findex.php%2Fregulasi-penerapan-kesejahteraan-hewan-

padapemotonganunggas Diakses pada 2 Novemberr 2014 pukul 21.22 WIB

Price, S. A., Wilson, L. M. 1995. Fisiologi proses-proses penyakit. Edisi 4. Alih

Bahasa : Anugerah P. Jakarta.

Puri, M. 2013. Contoh Makromolekul : Polimer, Karbohidrat, Lemak, Protein,

Plastik, Minyak.

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/contoh-

makromolekul-polimer-karbohidrat-lemak-protein.html. Diakses pada

2 Novemberr 2014 pukul 20.20 WIB

Püschel, A.W., Balling, R., Gruss, P. Rabilloud, T. 1979. Silver staining of 2-D

electrophoresis gels. Methods of Molecular Biology. 112: 297–305.

Rabilloud, T. 2000. Detecting proteins separated by 2-D gel electrophoresis.

Analytical Chemistry. 72(1): 48A–55A.

Rabilloud, T., Strub, J. M., Luche, S., Dorsselaer, A., Lunardi, J. 2001. A

comparison between Sypro Ruby and ruthenium II tris (bathophenanthroline

disulfonate) as fluorescent stains for protein detection in gels. Proteomics.

1(5), 699–704

Ramia, I. K. 2000. Suplementasi Probiotik Dalam Ransum Berprotein Rendah

Terhadap Penampilan Itik Bali. Majalah Ilmiah Peternakan. 3(2); 49-54.

Rasyaf. M . 2004. Beternak Ayam Kampung. Cetakan Ke-28 Penebar Swadaya.

Jakarta.

Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 80: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

64

Rawles, D., Marcy, J. Hulet, M. 1995. Constant current stunning of market weight

broilers. Journal of Applied Poultry Research. 4: 109-116.

Reilly, J. P., 1994. Scales of reaction to electric shock: thresholds and biophysiscal

mechanisms. Ann. NY Acad. Sci. 720: 21 - 37.

Rehm, J. 2006. The Costs of Substance Abuse in Canada 2002 Ottawa, ON:

Canadian Centre on Substance Abuse.

Rezvani, K., Tong Y. Pan, Y., Dani, J. A., Lindstrom, Gras, E. A. G., Melnthosl, J.

M., Biasi M.D. 2009. UBXD4 a UBX-containing protein regulates the cell

surface trimber and stability of 3=containing nicotinic acetyilcoline

receptore. The Journal of Neuroscience. 29(21) 6883-6896.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung.

Samah, Norshahida, A., Azura, A., Faridah, Y. 2011. Over Expression Of Voltage

Dependent Anion Channel 2 (Vdac2) In Muscles Of Electrically Stunned

Chickens. Iium Engineering Journal. 12(4).

Santoso, Piliang, W. 2004. Penggunaan Ekstrak Daun Katuk sebagai Feed Additive

untuk Memproduksi Meat Designer. Laporan Penelitian Hibah Pekerti.

Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Sarwono, W., Slamet, S. 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta.

Schägger, H., Jagow, G. 1987. Tricine-sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel

electrophoresis for the separation of proteins in the range from 1 to 100

kDa. Anal. Biochem.166: 368-379.

Scott, M. L, Neishem, M.C., Young, R. J. 1982. Nutrition of Chicken. 3rd edition.

New York: M.L Scott and Assosiates.

Siregar, M. L. 2009. Peningkatan mutu standar kualitas hasil cetakan

menggunakkan kombinasi pengaturan. Tesis. Fakultas Universitas

Indonesia Press-Jakarta

Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. cetakan keempat. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Song, T. Y.1991. Electroporation of cell membranes. Biophys Journal. 60:

297-306.

Siregar, A. P., Sabrani, M., Suroprawiro. 2009. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di

Indonesia. Margie Group. Jakarta.

Page 81: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

65

Suharti, S., A. Banowati, W., Hermana, K. G., Wiryawan. 2008. Komposisi dan

Kandungan Kolesterol Karkas Ayam Broiler Diare yang Diberi Tepung

Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) dalam Ransum. Med. Pet. 31(2):

138–145.

Surisdiarto, Koentjoko. 1990. Ilmu Makanan Ternak Khusus Ternak Unggas.

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Thermo Scientific. 2014. General Recommendations for SDS-PAGE.

http://www.thermoscientificbio.com/uploadedFiles/Resources/general-

recommendations-for-sds-page.pdf. Diakses pada 5 Novemberr 2014 pukul

5.20 WIB

Triyantini, A., Bakar, I. A. K., Bintang, T., Antawidjaja. 1997. Studi komparatif

preferensi, mutu dan gizi beberapa jenis daging unggas. J. Ilmu Ternak dan

Veteriner. 2(3): 157-163.

Tyers, M., Mann, M. 2003. From genomics to proteomics. Nature. 422(6928): 193–

197

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan IV. Gadjah Mada University.

Yogyakarta.

Wahniyathi, H., Ali, H. M. 2005. Karakteristik protein daging dengan penambahan

NaCl pada berbagai waktu aging post mortem dan hubungannya dengan

mutu sensori sosis. Tesis. Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin.

Makasar.

Walker, J. M., Gingold, E. B. 1988. Molecular Biology and Biotechnology 2nd.

The Royal Socienty of Chemistry. London: Burlington House. 303-304.

Westermeier. 2004. Electrophoresis in Practice: A Guide to Theory and Practice.

New Jersey: John Wiley and Sons inc.

Widodo, I., 2003. Penggunaan Marka Molekuler Pada Seleksi Tanaman. Dikutip

dari: http://tumoutou.net/imam_widodo.htm. Diakses pada 21 Oktober 2014

pukul 20.00 WIB

Wilkins, M. R., Pasquali, C., Appel, R. D., Ou, K., Golaz, O., Sanchez, J. C. 1996.

From proteins to proteomes: large scale protein identification by two-

dimensional electrophoresis and amino acid analysis. Biotechnology. 14(1):

61–65.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka

Utama.

Page 82: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

66

Winedar, H., Listyawati S., Sutarno. 2006. Daya Cerna Protein Pakan, Kandungan

Protein Daging, dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler setelah

Pemberian Pakan yang Difermentasi dengan Effective Microorganisms-4

(EM-4). Universitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta.

3(1): 14-19.

Yenrina, R., Mislaini., R., Mardiah. 2010 Penyuluhan Dan Peragaan: Potensi

Teknologi Pengolahan Pangan Terhadap Ketidakhalalan Pangan.

Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Penerbit Erlangga. Jakarta

Zaman, R., Hamzah, M., Nassir, Abdurrazq, N. B., Hamzah, M. S., Mohammad, T.

R. 2012. Effects Of Different Methods Of Slaughtering On Protein

Expression In Chicken Meat. Iium Engineering Journal. 13(1).

http://mda.org/disease/emery-dreifuss-muscular-dystrophy/causes-inheritance

http://lh3.ggpht.com/_qqJSuiVmpI/Sht24QmqihI/AAAAAAAABwI/BCE11IRaeQ

g/PAGE.jpg?imgmax=640

http://imagej.nih.gov/ij

Page 83: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

67

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar bahan dan alat penelitian

a. Bahan Penelitian

Gambar 1. Ayam

Potong Ras Strain

Hubbard

Gambar 2.

Aquabidest

Gambar 3

.BSA

Gambar 4. Tris-

HCl 0,05 M Ph

8,8

Gambar 5.

Triton X-100

0,1%

Gambar 6. PMSF

Gambar 7. Gel

Acrylamide

Solution

(30%T; 2,67oC)

Gambar 8.

Resolving Buffer

Gambar 9.

Stacking Buffer

Gambar 10.

APS 10%

Gambar 11. TEMED

Gambar 12.

Running Buffer

1 Kali

Gambar 13.

Staining Solution

Coomasie Blue

Gambar 14. Standar Protein

Catalog #161-0318

Page 84: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

68

b. Alat Penelitian

Gambar 1. Alat Gelas

Gambar 2. Pisau

Gambar 3.

Timbangan

Analitik

Gambar 4.

Mikropipet dan Tip

Gambar 5. Vortex

Gambar 6. Shaker

Gambar 7.

Himogenizer

Gambar 8. Kuvet

Gambar 9. High

centrifuge Sorvall SC35

Gambar 10.

Spektrophotometer

UV/Vis

Gambar 11.

Electrical Stunner

a. Cetakan Separating

dan Stacking Gel

b.Power sply

c.Wadah elektroforesis

dan Tutupnya

d. Elektroforesis Gel

Page 85: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

69

Lampiran 2. Gambar metode penelitian

a. Perlakuan Pra-Penyembelihan

b. Perlakuan Penyembelihan

Gambar 1. Penyembelihan

Ayam Potong (Non Electrical

Stunning Halal)

Gambar 2. Penyembelihan

Ayam Potong (Electrical

Stunning Halal)

Gambar 3. Penyembelihan

Ayam Potong (Electrical

Stunning Haram)

c. Perlakuan Paska-Penyembelihan

Gambar 1. Perendaman Ayam

Potong dengan Air Hangat

Gambar 2. Hasil Pencabutan

Bulu Ayam Potong

Gambar 3. Pengelompokan

Daging Paha Ayam Potong

Gambar 1. Proses Pemingsanan

Ayam Potong

Gambar 2. Ayam Potong Mati

Karena Electrical Stunning

Page 86: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

70

d. Proses Isolasi Protein

Gambar 1. Proses

Penimbangan 20 g Sampel

Gambar 2. Proses

Pencacahan Sampel

Gambar 3. Hasil

Homegenasi Sampel

Gambar 4. Proses

Sentrifugasi

Gambar 5. Supernatan

Sampel

Page 87: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

71

Lampiran 3. Komposisi reagen dan larutan

a. Komposisi reagen Lowry 1 dan reagen Lowry 2

1.Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N ......................................................... 250 mL

2.CuSO4 0,5% dalam Na-K Tartarat 1% ............................................... 10 mL

3.Folin .................................................................................................... 15 mL

b. SDS (resodium dodecyl sulfat) 10%

1.SDS ..................................................................................................... 1 g

2. Aquabidest ......................................................................................... 10 mL

c. Buffer sample

1.Aquabides ............................................................................................ 3,55 mL

2.Stacking Buffer ................................................................................... 1,25 mL

3.Gliserol ................................................................................................ 2,5 mL

4.SDS 10% ............................................................................................. 2 mL

5.Bromopenol blue 0,5% ........................................................................ 0,2 ml

6.β-merkaptoetanol ................................................................................ 0,5 mL

d. Gel Acrylamide solution (30%T; 2,67oC)

1.Akrilamid ............................................................................................ 29,2 g

2.N’N’-bis-metilen-akrilamid ................................................................ 0,8 g

3.Aquabides ............................................................................................ 100 mL

e. Resolving Buffer (Tris-HCl 1,5 M pH 8,8)

1.Tris-HCl .............................................................................................. 18,15 g

2.Aquabides ............................................................................................ 75 mL

3.HCl 6N ................................................................................................ sesuai pH

Page 88: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

72

f. Stacking Buffe (Tris-HCl 0,5 M pH 6,8)

1.Tris-HCl .............................................................................................. 6 g

2.Aquabides ............................................................................................ 60 mL

3.HCl 6N ................................................................................................ sesuai pH

g. Ammonium peroksida disulfate (APS) 10%

1.APS ..................................................................................................... 100 mg

2.Aquabides ............................................................................................ 1 mL

h. Running buffer 10 kali

1.Tris ...................................................................................................... 3,03 g

2.Glisin ................................................................................................... 14,4 g

3.SDS ..................................................................................................... 1 g

4.Aquabides hingga ................................................................................ 100 mL

i. Staining solution coomasie blue R-250 Bio-Rad,

1.Coomasie brilian blue R-250 .............................................................. 1 g

2.Metanol ............................................................................................... 300 mL

3.Asam Asetat ........................................................................................ 100 mL

4.Aquabidest .......................................................................................... 600 mL

j. Larutan Destaining

1.Metanol ............................................................................................... 400 mL

2.Asam Asetat glasial ............................................................................. 75 mL

3.Aquadest hingga .................................................................................. 100 mL

Page 89: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

73

Lampiran 4. Pembuatan deret konsentrasi BSA pada uji kadar protein sampel

dengan metode Lowry.

a. Pembuatan Larutan Induk 200 ppm

- 3 mg BSA kemudian dilarutkan dalam 3 ml aquabidest (1000ppm)

- M1 x V1 = M2 x V2

1000ppm x V1 = 200ppm x 1000 μl

V1 = 200 ml ditera hingga 1000 μl dengan aquabidest

b. Pembuatan Deret Konsentrasi Larutan BSA

0 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

200ppm x V1 = 0ppm x 1000 μl

V1 = 0 ml ditera hingga 1000 μl dengan aquabidest

20 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

200ppm x V1 = 40ppm x 1000 μl

V1 = 200 ml ditera hingga 1000 μl dengan aquabidest

80 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

200ppm x V1 = 80ppm x 1000 μl

V1 = 400 ml ditera hingga 1000 μl dengan aquabidest

120 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

200ppm x V1 = 120ppm x 1000 μl

V1 = 600 ml ditera hingga 1000 μl dengan aquabidest

160 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

200ppm x V1 = 160ppm x 1000 μl

V1 = 800 ml ditera hingga 1000 μl dengan aquabidest

200 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

200ppm x V1 = 200ppm x 1000 μl

V1 = 1000 ml

c. Gambar Deret Konsentrasi Larutan BSA

Gambar 1. Larutan BSA a).0ppm b).40ppm c).80ppm d).120ppm e).160ppm f).200ppm

Page 90: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

74

Lampiran 5. Nilai serapan pada metode Lowry

Tabel 1. Nilai Serapan Standar Larutan BSA

Konsentrasi BSA (μg/mL) Absorbansi (λ=776,4)

0 ppm -0,002

40 ppm 0,047

80 ppm 0,126

120 ppm. 0,172

160 ppm 0,224

200 ppm 0,286

std BSA.Sample

Name

80 ppm

Description

500 850550 600 650 700 750 800

0.128

0.0570.060

0.065

0.070

0.075

0.080

0.085

0.090

0.095

0.100

0.105

0.110

0.115

0.120

nm

A

776.36nm, 0.13A

Gambar 1. Spektrum Panjang Gelombang Maksimum Serapan dengan Metode Lowry

Gambar 2. Kurva dan persamaan kalibrasi konsentrasi terhadap serapan larutan

BSA

Page 91: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

75

Lampiran 6. Kandungan kadar protein pada sampel.

Tabel 1. Kandungan Protein Sampel Daging Ayam Potong setiap Gel SDS-PAGE

Sampel

Kandungan Protein

(μg/mL) (X) x FP

dalam 20 g daging

Kandungan Protein (μg/mL)

dalam 1 g daging

A1 5600 280

B1 5800 290

C1 6200 310

A2 7800 390

B2 6000 300

C2 9000 450

A3 21000 1050

B3 17200 860

C3 13400 670

A4 15800 790

B4 17600 880

C4 16600 830 Keterangan: Pengujian dilakukan secara duplo.

FP = 200 kali

1, 2 (Duplo Ayam Potong 4 minggu (1 Kg)); 3, 4 (Duplo Ayam Potong 5 minggu (1,7 Kg)); A

(Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal).

Tabel 2. Banyaknya volume yang dimasukkan kedalam comb setiap Gel SDS-PAGE(1)

Keterangan: 1, 2 (Duplo Ayam Potong 4 minggu (1 Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B

(Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal).

FP 200 kali

Sampel

Kandungan

Protein

(μg/mL) (X)

Kandungan

Protein (μg/mL)

(X) x FP

dalam 20 g daging

Kandungan

Protein setiap 10

μL untuk

loading (μg)

Volume yang

dimasukkan

untuk loading

setiap

11,2 μg (μl)

A1 28 5600 11,2 10 B1 29 5800 11,6 9,66 C1 31 6200 12,4 9,03 A2 39 7800 15,6 7,18 B2 30 6000 12 9,33 C2 45 9000 18 6,22

Page 92: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

76

Tabel 3. Banyaknya volume yang dimasukkan kedalam comb setiap Gel SDS-PAGE (2)

Keterangan: 3, 4 (Duplo Ayam Potong 5 minggu (1,7 Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B

(Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal).

Fp 200 kali

Sampel

Kandungan

Protein

(μg/mL) (X)

Kandungan

Protein (μg/mL)

(X) x FP

dalam 20 g daging

Kandungan

Protein setiap 10

μL untuk loading

(μg)

Volume yang

dimasukkan

untuk loading

setiap

26,8 μg (μl)

A3 92 18400 36,8 7,28

B3 86 17200 34,4 7,79

C3 67 13400 26,8 10

A4 79 15800 31,6 8,48

B4 88 17600 35,2 7,61

C4 83 16600 33,2 8,07

Page 93: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

77

Lampiran 7. Hasil persamaan garis kurva standar Marker protein

a. Standar marker protein catalog #161-0318 Bio-Rad

b. Marker protein pada gel ke-1

Gambar 1. Intensitas pita protein marker protein pada gel SDS-PAGE ke-1

211,475

118,579

78,995

53,054

36,881

28,643

17,809

8,4

Page 94: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

78

Tabel 1. Nilai RF dan BM marker protein

Rf Bm Log bm

54 211,475 2,325259034

139 118,579 2,074007784

211 78,995 1,897599603

430 53,045 1,724644454

626 36,881 1,566802688

772 28,643 1,457018503

1031 17,809 1,250639534

Gambar 2. Persamaan Garis Kurva Standar Marker Protein gel SDS_PAGE ke-1

c. Marker protein pada gel ke-2

Gambar 1. Intensitas pita protein marker protein pada gel SDS_PAGE ke-2

Page 95: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

79

Tabel 1. Nilai RF dan BM marker protein

Rf Bm Log bm

61 211,475 2,325259

152 118,579 2,074008

232 78,995 1,8976

464 53,045 1,724644

692 36,881 1,566803

865 28,643 1,457019

1152 17,809 1,25064

Gambar 2. Persamaan Garis Kurva Standar Marker Protein gel SDS_PAGE ke-2

Page 96: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

80

Lampiran 8. Tampilan software ImageJ 1.46

Page 97: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

81

Lampiran 9. Data gel elektroforesis

Tabel 1. Data Gel ke-1 Sampel ayam potong usia 4 minggu

Ket: 1, 2 (Duplo Ayam Potong 4 minggu (1 Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal)

Page 98: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FAKULTAS SAINS DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27589/1/MAYA INA... · PROFIL PROTEIN JARINGAN OTOT DAGING AYAM POTONG ... Gambaran

82

Tabel 2. Data Gel ke-2 Sampel ayam potong usia 5 minggu

Ket: 1, 2 (Duplo Ayam Potong 5 minggu (1,7 Kg)); A (Perlakuan Stunning Halal); B (Perlakuan Stunning Haram); C (Perlakuan Non Stunning Halal)


Recommended