Transcript
Page 1: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

67

VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena

perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang

terjadi pada komoditas CPO dan minyak goreng yang merupakan produk turunan

dan olahan lanjutan dari kelapa sawit. Pada bab ini akan diuraikan tentang

pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga rata-rata

minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa kota besar di Indonesia

pada periode bulan Januari 2000-April 2012.

6.1 Pergerakan Harga CPO Internasional

Dalam perdagangan minyak nabati dunia, CPO mempunyai pangsa pasar

yang semakin besar dari tahun ke tahun. Dari sisi penawaran, Indonesia

mempunyai peran penting dalam peningkatan produksi CPO dunia dimana

produksinya diperkirakan akan terus meningkat dan ditargetkan akan mencapai 40

juta ton pada tahun 2020 (meningkat 200% dari tahun 2010). Dari sisi konsumsi,

pertumbuhan penduduk dan pergeseran pola konsumsi minyak nabati dunia dari

minyak kedelai ke minyak sawit juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan

permintaan CPO dunia.

Pergerakan harga CPO Internasional selama bulan Januari 2000-April 2012

berfluktuasi dengan tren yang terus meningkat (Gambar 18). Pada periode itu,

pertumbuhan harga bulanan (growth month to month) tertinggi terjadi pada bulan

Juli 2001, dimana harga CPO internasional meningkat 24.9% dari bulan

sebelumnya dan sebaliknya penurunan harga terbesar terjadi pada bulan Oktober

2008 dimana harga turun hingga 24.0% dari bulan sebelumnya. Kenaikan harga

CPO dunia pada tahun 2001 merupakan dampak dari penurunan produksi sejak

tahun 1999 yang diakibatkan pengaruh kemarau panjang yang melanda Malaysia

dan Indonesia.

Pada tahun 2006, harga CPO Internasional mengalami kenaikan akibat

kenaikan permintaan dari Cina dan India yang merupakan importir terbesar selain

negara-negara Eropa. Selain itu, kenaikan harga CPO internasional juga

Page 2: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

68

disebabkan tingginya harga minyak bumi yang mendorong peningkatan

penggunaan bioetanol yang antara lain diproduksi dari minyak sawit. Kenaikan

harga terus berlanjut pada tahun 2007 dan triwulan pertama 2008, dimana harga

CPO internasional pada bulan Maret 2008 mencapai Rp 11 577/kg, yang

merupakan harga tertinggi sejak tahun 2000. Lonjakan harga pada periode itu

disebabkan kenaikan permintaan dari industri bioetanol di India dan Cina. Pada

tahun 2007 tersebut, pemerintah India mengeluarkan kebijakan berupa pemberian

subsidi bagi penggunaan minyak nabati yang digunakan untuk bahan bakar

(Bachtiar, 2010).

Setelah mengalami puncak kenaikan harga pada triwulan pertama tahun

2008 tersebut, harga CPO internasional mulai mengalami penurunan sejalan

dengan perlambatan perekonomian dunia yang berdampak terhadap pengurangan

permintaan CPO dari negara-negara importir. Penurunan harga juga disebabkan

anjloknya harga minyak mentah dunia sehingga penggunaan minyak sawit

sebagai bioetanol juga ikut berkurang. Penurunan harga terjadi sejak bulan Mei

2008 hingga akhir tahun 2008. Harga CPO internasional pada bulan Oktober

2008 sebesar Rp 5 476/kg yang mendekati harga awalnya sebelum terjadi

lonjakan harga pada awal tahun 2007.

Pada tahun 2009, meskipun terlihat adanya kenaikan harga namun jauh

lebih kecil dibandingkan pada tahun sebelumnya. Meskipun demikian,

perkembangan harga CPO menunjukkan tren yang cenderung meningkat.

Rendahnya harga CPO internasional pada tahun 2009 masih merupakan dampak

dari penurunan harga yang terjadi pada akhir 2008. Menghadapi rendahnya harga

CPO internasional, pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk melakukan

peremajaan kebun kelapa sawit yang berakibat turunnya pasokan CPO dari kedua

negara tersebut ke pasar CPO dunia. Pasokan CPO Indonesia pada tahun 2009

berkurang hingga 75.000 ton sementara Malaysia berkurang 500.000 ton

(Bachtiar, 2010).

Memasuki tahun 2010, pertumbuhan produksi minyak sawit dunia

melambat karena adanya penurunan produktivitas perkebunan kelapa sawit di

Indonesia yang berakibat penurunan produksi dan pasokan ekspor. Hal ini

menyebabkan harga CPO internasional mulai menunjukkan peningkatan

Page 3: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

69

dibandingkan harga pada akhir tahun 2009. Harga meningkat cukup tajam selama

tahun 2010 dan mencapai puncak kenaikan harga pada bulan Januari 2011,

dimana harga CPO internasional pada bulan tersebut mencapai Rp 11 515/kg,

lebih tinggi dari puncak kenaikan harga pada tahun 2008 dan menjadi harga

tertinggi sejak tahun 2000. Kenaikan harga CPO pada pasar minyak nabati dunia

menyebabkan peningkatan konsumsi minyak kedelai, namun peralihan ini hanya

bersifat sementara karena stok minyak kedelai dunia yang terbatas dan mulai

menipis pada bulan Juni 2010 (Drajat, 2010).

Harga CPO internasional kembali mengalami penurunan setelah Februari

2011 seiring peningkatan produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia

selama tahun 2011. Pada bulan Maret 2011 stok minyak sawit Malaysia

meningkat 7% hingga 8% (Kemendag, 2011). Kenaikan suplai menyebabkan

harga terus mengalami penurunan harga hingga bulan Oktober dimana harga CPO

internasional menjadi Rp 8 841/kg yang merupakan harga terendah sejak tahun

2011. Harga kembali mengalami kenaikan setelah November 2011 yang dipicu

oleh banjir yang terjadi di Malaysia (World Bank, 2012). Harga CPO

internasional terus mengalami kenaikan selama kuartal pertama tahun 2012.

Namun demikian World Bank memprediksi jika harga CPO tahun 2012 tetap akan

mengalami penurunan sebesar 20 % karena adanya peningkatan suplai CPO

dunia.

Gambar 18 Pergerakan dan pertumbuhan harga CPO internasional periode

Januari 2000-April 2012

Page 4: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

70

Tabel 8 memperlihatkan keragaman harga CPO internasional per tahun

pada periode tahun 2000-kuartal pertama tahun 2012. Dalam kurun waktu

tersebut, terjadi beberapa kali fluktuasi harga yang relatif tinggi, yaitu pada tahun

2001, 2007, 2008 dan 2010. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variasi (CV)

pada tabel tersebut, dimana nilai CV pada tahun-tahun tersebut relatif lebih tinggi.

Tingginya fluktuasi harga CPO internasional pada tahun 2007 dan 2008 tidak

terlepas dari pergerakan harga dalam periode itu. Sebagaimana telah

dideskripsikan sebelumnya, bahwa pada tahun 2007 terjadi kenaikan harga yang

cukup tajam selama tahun 2007. Fluktuasi semakin besar pada tahun 2008 karena

pada tahun ini harga masih meningkat tajam yang diikuti penurunan harga yang

juga relatif tajam setelah puncak kenaikan harga pada bulan yang diikuti

penurunan harga yang juga cukup tajam setelah bulan Mei 2008. Harga kembali

berfluktuasi pada tahun 2010, dimana harga CPO internasional mengalami

kenaikan yang cukup tajam selama tahun 2010.

Fluktuasi harga CPO internasional mendapat perhatian serius dari

pemerintah karena akan berpengaruh terhadap harga CPO dan minyak goreng

domestik. Tingkat harga CPO internasional menjadi dasar penetapan kebijakan

yang terkait dengan penetapan harga kelapa sawit (TBS) dan harga minyak goreng

domestik.

Tabel 8 Keragaman harga CPO internasional periode 2000-2012

Tahun Harga Rata-Rata

(Rp/kg)

Standar Deviasi CV (%)

2000 2435.04 169.12 6.95 2001 2724.40 423.07 15.53 2002 3359.32 264.19 7.86 2003 3535.51 341.99 9.67 2004 3897.70 324.12 8.32 2005 3802.02 242.57 6.38 2006 4079.00 445.72 10.93 2007 6681.15 1192.14 17.84 2008 8485.12 2394.96 28.23 2009 6567.07 603.51 9.19 2010 7638.62 1200.89 15.72 2011 9184.57 872.61 9.50

2012* 10265.09 538.07 5.24 Rata-rata 5588.81 693.30 11.64 * kuartal pertama

Page 5: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

71

6.2 Pergerakan Harga CPO Domestik

Harga CPO di dalam negeri dihasilkan dari mekanisme penawaran dan

permintaan pada pasar CPO domestik. Penawaran CPO domestik merupakan

gabungan dari produksi CPO dari prosesor minyak sawit milik negara maupun

swasta. Sedangkan permintaan CPO domestik berasal dari berbagai industri

turunan kelapa sawit seperti industri pangan, biofuel dan oleokimia dimana

permintaan terbesar berasal dari industri minyak goreng.

Harga CPO domestik pada periode bulan Januari 2000 hingga April 2012

menunjukkan tren yang cenderung naik dari tahun ke tahun. Sebagaimana

pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik pada periode sebelum

tahun 2006 cenderung stabil dan menjadi lebih fluktuatif sejak tahun 2006.

Pertumbuhan harga bulanan (growth month to month) tertinggi terjadi pada bulan

November 2006 dimana terjadi kenaikan harga sebesar 20.4 % dari bulan

sebelumnya (Gambar 19).

Harga CPO domestik sempat mengalami fluktuasi pada awal tahun 2000

yang disebabkan penurunan kualitas tandan buah segar yang dihasilkan oleh

perkebunan rakyat yang merupakan dampak dari kenaikan harga pupuk pada

tahun 1999. Harga CPO domestik terus mengalami penurunan hingga akhir tahun

2000 dan mencapai titik terendah pada bulan Desember 2000 sebesar Rp 1 667/kg

sebelum bergerak naik kembali.

Gambar 19 Pergerakan dan pertumbuhan harga CPO domestik periode Januari 2000-April 2012.

Page 6: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

72

Ditinjau dari keragaman harga antar tahun (tabel 9), fluktuasi harga CPO

domestik yang tertinggi terjadi pada tahun 2008, dengan nilai koefisien

keragaman (CV) mencapai 24.7%. Fluktuasi harga CPO domestik pada tahun ini

tidak lepas dari terjadinya fluktuasi pada pasar CPO dunia. Kenaikan tajam yang

terjadi selama tahun 2007 mencapai puncaknya pada bulan Maret 2008, dimana

harga CPO domestik mencapai Rp 9 978/kg sebelum kembali turun dengan

pertumbuhan negatif hingga bulan Oktober 2008.

Tabel 9 Keragaman harga CPO domestik periode 2000-2012

Tahun Harga Rata-Rata (Rp/kg) Standar Deviasi CV (%)

2000 2204.75 333.56 15.13 2001 2048.92 170.36 8.31 2002 2840.33 258.64 9.11 2003 3299.67 170.41 5.16 2004 3672.25 118.73 3.23 2005 3768.83 216.28 5.74 2006 4138.42 485.04 11.72 2007 7026.19 1044.90 14.87 2008 7885.92 1948.74 24.71 2009 6791.11 611.48 9.00 2010 7845.97 1080.32 13.77 2011 8904.16 638.00 7.17 2012* 9488.71 533.17 5.62

Rata-rata 5378.09 585.36 10.27 *kuartal pertama

Jika dibandingkan dengan harga CPO internasional, harga CPO domestik

pada periode tahun 2000-2012 relatif lebih stabil yang terlihat dari nilai CV rata-

rata CPO domestik (10.27) yang lebih rendah dari nilai CV rata-rata CPO

internasional (11.64). Pada tahun 2008 ketika terjadi fluktuasi harga CPO yang

tertinggi baik pada pasar dunia maupun pada pasar domestik, nilai koefisien

keragaman dari harga CPO internasional mencapai 28.2%, sementara CPO

domestik hanya 24.7%. Intervensi pemerintah berupa penerapan pajak ekspor

CPO terlihat dapat mengurangi dampak fluktuasi harga dunia terhadap pasar CPO

domestik.

Page 7: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

73

6.3 Pergerakan Harga Minyak Goreng Domestik

Pada periode Januari 2000-April 2012, pergerakan harga minyak goreng

menunjukkan tren yang cenderung meningkat. Secara grafis pergerakan harga

minyak goreng domestik juga mempunyai pola yang sama dengan pergerakan

harga CPO, dimana harga minyak goreng mengalami kenaikan harga yang cukup

tajam pada tahun 2007 .

Harga minyak goreng juga mengalami penurunan pada tahun 2008 namun

dengan besaran lebih kecil dari penurunan harga CPO (Gambar 20).

Pertumbuhan harga minyak goreng selama periode pengamatan juga lebih

stabil dimana perubahan harga antar bulan yang tertinggi tercatat 18% dan yang

terendah -10%. Nilai ini jauh lebih kecil dari kisaran pertumbuhan harga CPO

domestik yang mencapai 20% hingga -23%.

Gambar 20 Pergerakan dan pertumbuhan harga minyak goreng domestik periode Januari 2000-April 2012

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat

sehingga sisi permintaan tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan harga

minyak goreng. Dari Tabel 10 terlihat jika keragaman harga minyak goreng

relatif lebih stabil dibandingkan harga CPO yang terlihat dari nilai CV yang relatif

rendah. Meskipun keragaman harga meningkat pada tahun 2007-2008, namun

besarannya lebih kecil jika dibandingkan keragaman harga CPO pada periode

yang sama.

Page 8: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

74

Tabel 10 Keragaman harga minyak goreng domestik periode 2000-2012

Tahun Harga Rata-Rata (Rp/kg) Standar Deviasi CV (%)

2000 3594.44 123.58 3.44 2001 3789.58 387.51 10.23 2002 4458.67 185.68 4.16 2003 4906.08 235.86 4.81 2004 5379.67 218.67 4.06 2005 5144.92 232.18 4.51 2006 5335.00 279.69 5.24 2007 8170.06 1246.04 15.25 2008 10347.77 1486.88 14.37 2009 9077.22 488.18 5.38 2010 9804.06 554.92 5.66 2011 10809.87 333.88 3.09 2012* 11489.56 185.97 1.62

Rata-rata 7100.531 458.3877 6.30 *kuartal pertama

6.4 Spread Harga CPO dan Harga Minyak Goreng Domestik

Spread harga CPO domestik dan minyak goreng domestik merupakan

selisih antara harga minyak goreng domestik dengan harga CPO domestik.

Spread antara harga CPO domestik dengan minyak goreng dapat menunjukkan

margin keuntungan yang diterima oleh industri minyak goreng yang akan

berpengaruh terhadap harga eceran yang harus dibayarkan konsumen. Sementara

itu spread antara harga CPO internasional dengan minyak goreng dapat

memberikan informasi mengenai respon perubahan harga minyak goreng

domestik terhadap perubahan harga CPO.

Selama periode bulan Januari 2000-April 2012 terlihat jika fluktuasi harga

CPO domestik dan minyak goreng menyebabkan spread yang juga berfluktuasi.

Pada periode kenaikan harga CPO domestik selama bulan Oktober 2006- Januari

2008, spread harga mengalami penurunan dengan spread harga terendah terjadi

pada bulan November 2006 sebesar Rp 544/kg. Spread harga kembali mengalami

kenaikan setelah harga CPO kembali turun (Maret 2008-Oktober 2008) dimana

spread tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2008 sebesar Rp 3 860/kg (Gambar

21).

Page 9: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

75

Gambar 21 Pergerakan dan spread hargaCPO dengan harga minyak goreng periode Januari 2000-April 2012.

Kondisi yang sama terjadi pada saat harga CPO domestik kembali

mengalami kenaikan pada akhir tahun 2010, spread pada bulan Desember 2010

kembali mengalami penurunan tajam menjadi Rp 716/kg, dan kembali naik

seiring dengan penurunan harga CPO domestik pada awal tahun 2011. Pada

bulan Maret 2011, spread naik menjadi Rp 2851/kg. Hal ini menunjukkan jika

kenaikan harga CPO tidak serta merta dapat menjadikan industri minyak goreng

menaikkan harga dengan besaran yang sama dengan kenaikan harga CPO,

sehingga kenaikan harga CPO ternyata tidak hanya merugikan masyarakat tetapi

juga dapat mengurangi keuntungan produsen minyak goreng.

Sebagai salah satu komoditas pokok, pemerintah berkepentingan untuk

menjaga stabilitas harga minyak goreng dengan intervensi kebijakan antara lain

melalui penjualan minyak goreng bersubsidi bagi kalangan tidak mampu ketika

terjadi fluktuasi harga minyak goreng. Kebijakan ini secara psikologis dapat

meredam fluktuasi harga minyak goreng eceran. Dengan demikian kebijakan

pengendalian harga minyak goreng terbukti menguntungkan bagi konsumen,

tetapi berpotensi mengurangi kesejahteraan industri minyak goreng.

Ketika harga CPO kembali turun, industri minyak goreng mempertahankan

spread harga dengan tidak menurunkan harga minyak goreng sebesar penurunan

harga CPO. Kondisi itu menyebabkan spread akan semakin fluktuatif jika terjadi

Page 10: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

76

fluktuasi harga CPO domestik. Dari Tabel 11 terlihat jika spread harga cenderung

fluktuatif setelah tahun 2006, dimana pada periode itu harga CPO domestik lebih

fluktuatif dibandingkan pada periode tahun 2000-2006.

Tabel 11 Keragaman spread harga CPO domestik-harga minyak goreng domestik periode 2000-2012

Tahun Standar Deviasi Spread rata-rata (Rp/kg) CV (%)

2000 333.63 1389.69 24.01 2001 306.95 1740.67 17.63 2002 136.43 1618.33 8.43 2003 154.97 1606.42 9.65 2004 203.99 1707.42 11.95 2005 219.10 1376.08 15.92 2006 270.01 1196.58 22.57 2007 267.45 1143.87 23.38 2008 866.08 2461.85 35.18 2009 455.60 2286.11 19.93 2010 540.67 1958.09 27.61 2011 523.73 1905.71 27.48

2012*) 374.89 2000.86 18.74 *kuartal pertama

6.5 Pergerakan Harga Minyak Goreng Curah Antar Wilayah

Minyak goreng curah merupakan komoditas yang mudah mengalami

fluktuasi harga. Selama periode bulan Januari 2000-April 2012 harga minyak

goreng di 10 kota besar terlihat fluktuatif sepanjang waktu pengamatan

(Gambar 22). Meskipun terdapat adanya pergerakan harga di beberapa kota yang

tidak sama seperti Denpasar dan Makasar, namun secara umum seluruh harga

yang diamati mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.

Persamaan pergerakan harga merupakan indikasi adanya integrasi pasar.

Meskipun demikian adanya integrasi harus dibuktikan melalui pengujian.

Page 11: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

77

Gambar 22 Pergerakan harga minyak goreng antar kota besar periode

Januari 2000-April 2012

Dari Tabel 12 terlihat jika pergerakan harga minyak goreng curah di 10

kota besar di Indonesia menunjukkan keragaman harga yang cukup tinggi pada

setiap kota. Jika dibandingkan dengan komoditas beras, maka fluktuasi harga

minyak goreng jauh lebih tinggi dan lebih sering terjadi. Menurut Sari (2010),

CV harga eceran beras di tingkat nasional pada tahun 2000-2008 hanya berkisar

1-4% . Sehingga meskipun persentase pengeluaran masyarakat untuk minyak

goreng lebih kecil dari bahan pangan pokok (beras), tetapi pemerintah

memandang perlunya intervensi untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng.

Harga rata-rata minyak goreng yang paling rendah terjadi di Medan sebesar

Rp 6 408/kg. Hal ini sesuai dengan kondisi riil, dimana wilayah Sumatera Utara

merupakan sentra industri minyak goreng terbesar di Indonesia. Propinsi ini

termasuk wilayah surplus minyak goreng dimana hanya 6% dari total produksi

minyak goreng di wilayah tersebut yang digunakan untuk keperluan di wilayah

Sumatera Utara, sedangkan sisanya sebesar 94 % digunakan untuk memenuhi

kebutuhan propinsi lain dan untuk ekspor (KPPU, 2010). Kondisi ini mendorong

terciptanya tingkat harga yang lebih rendah pada pasar minyak goreng di Medan.

Sebaliknya harga rata-rata minyak goreng yang tertinggi adalah harga di

Denpasar yaitu sebesar Rp 7 381/kg. Salah satu faktor yang mempengaruhi

tingginya tingkat harga pada pasar minyak goreng di Denpasar adalah karena

Page 12: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

78

propinsi Bali merupakan net importer untuk komoditas minyak goreng sawit. Di

propinsi ini sebagaimana Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur tidak

terdapat satu pun industri pengolahan minyak goreng sawit. Mengingat Denpasar

mempunyai kedekatan dengan Jawa Timur sebagai salah satu sentra minyak

goreng , tingginya tingkat harga juga menimbulkan dugaan jika pasar minyak

goreng di Jawa Timur dan Bali tidak terintegrasi penuh.

Dengan demikian, perbedaan harga antara harga minyak goreng di Medan

dengan Denpasar (Rp 972/kg ) merupakan disparitas harga rata-rata yang tertinggi

diantara disparitas antar kota pada 10 kota yang diamati dalam penelitian ini.

Ditinjau dari keragaman harga antar kota, fluktuasi tertinggi terjadi di kota

Pekanbaru (CV= 10.65%). Tingginya fluktuasi harga minyak goreng di kota ini

lebih banyak dipengaruhi oleh fluktuasi harga CPO. Sebagaimana diketahui,

propinsi Riau merupakan sentra kelapa sawit terbesar. Produksi CPO di wilayah

ini sebagian besar ditujukan untuk keperluan ekspor. Perubahan harga CPO, baik

harga CPO dunia maupun domestik dengan cepat ditransmisikan ke pasar minyak

goreng. Hal yang sama terjadi dengan harga minyak goreng di Medan. Meskipun

harga rata-rata di Medan merupakan harga rata-rata terendah dibandingkan 9 kota

lain, namun harga di Medan juga lebih fluktuatif. Sebagaimana halnya harga di

Pekanbaru, harga minyak goreng di Medan juga mudah dipengaruhi oleh fluktuasi

harga CPO.

Harga minyak goreng di kota-kota di wilayah konsumen pada umumnya

cenderung lebih stabil, kecuali Denpasar. Koefisien keragaman harga minyak

goreng di kota ini mencapai 9.18% yang merupakan keragaman yang tertinggi

jika dibandingkan dengan kota konsumen lain. Selain dipengaruhi dari sisi

penawaran, fluktuasi harga di Denpasar juga dipengaruhi shock pada sisi

permintaan. Sebagai daerah pariwisata utama, jumlah arus wisatawan sangat

berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng di propinsi Bali. Perubahan dari

sisi permintaan tidak dapat dengan cepat disesuaikan oleh sisi penawaran,

mengingat propinsi Bali merupakan net consumer yang mengandalkan pasokan

minyak goreng dari wilayah lain. Pergeseran permintaan pada akhirnya akan

mengubah tingkat harga.

Page 13: VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG · pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik serta harga ratarata - minyak goreng sawit curah di tingkat eceran di beberapa

79

Diantara 10 kota tersebut, pergerakan harga minyak goreng di Jakarta

merupakan yang paling stabil (CV=7.22%). Perkembangan industri minyak

goreng di wilayah DKI Jakarta dewasa ini menjadikan propinsi ini sebagai salah

satu sentra industri minyak goreng sawit. Di wilayah DKI Jakarta telah banyak

berdiri pabrik minyak goreng sawit yang mempunyai kapasitas besar, misalnya

pabrik yang dimiliki oleh Grup Astra Agro Lestari, Indofood dan Majuan.

Kapasitas terpasang pabrik minyak goreng sawit milik ketiga perusahaan ini

mencapai 550 000 ton/tahun (Kemenperin, 2011). Dengan jumlah penduduk pada

tahun 2012 sebesar 9.8 juta jiwa (BPS, 2012) maka kebutuhan minyak goreng di

DKI Jakarta untuk konsumsi rumah tangga dan industri adalah sebesar 162.4 ribu

ton/tahun. Dengan demikian terdapat surplus produksi minyak goreng di DKI

387.7 ribu ton per tahun, sehingga pasar minyak goreng di Jakarta relatif

mempunyai kestabilan baik dari sisi penawaran maupun permintaan.

Tabel 12 Harga* dan keragaman harga minyak goreng antar kota besar di Indonesia periode bulan Januari 2000-April 2012

Wilayah

Harga Rata-Rata

(Rp/kg) Standar Deviasi CV Rata-rata

(%) MEDAN 6408.67 615.26 9.56 PEKANBARU 6746.22 668.92 10.65 PALEMBANG 6487.92 561.53 8.20 JAKARTA 7024.24 489.42 7.22 BANDUNG 6765.72 517.29 7.47 SEMARANG 6540.83 561.99 8.19 SURABAYA 6668.79 603.28 8.64 DENPASAR 7381.04 652.19 9.18 PONTIANAK 6751.73 595.71 8.46 MAKASAR 6639.61 571.05 8.03

*rata-rata tahunan (tahun 2012 rata-rata 4 bulan)


Recommended