21
ANALISIS DAMPAK PENETAPAN TARIF SEWA KAMAR TERHADAP PENDAPATAN PADA HOTEL RANGGONANG SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN Masri Ermawijaya, S.E.,Ak.,M.M. Dosen Tetap STIE Rahmaniyah Sekayu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pihak manajemen menetapan tarif sewa kamar dan untuk mengetahui bagaimana dampak penetapan tarif sewa kamar terhadap pendapatan pada Hotel Ranggonang Sekayu. Data yang digunakan adalah data primer berupa data yang berhubungan dengan keadaan umum dan pencatatan yang dilakukan berupa catatan tingkat hunian kamar dan tarif sewa kamar, dan data sekunder berupa jumlah kamar hotel, jenis-jenis kamar hotel, tarif sewa kamar, pendapatan sewa kamar, laporan keuangan, basic cost of the room dan rekapitulasi data karyawan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil yang didapat adalah Hotel Ranggonang dalam menentukan tarif sewa kamar hanya menggunakan 4 dari 5 faktor yaitu fasilitas, pelayanan, perlengkapan dan luas kamar sedangkan lokasi tidak menjadi dasar penetapan tarif sewa kamar. Tarif sewa kamar berdampak positif terhadap pendapatan, namun tarif sewa kamar bukan satu- satunya yang meningkatkan pendapatan hotel karena pendapatan hotel juga tergantung pada tingkat hunian kamar, artinya meskipun tarif sewa kamar tetap, kalau tingkat huniannya naik, pasti pendapatannya juga meningkat. Kata kunci: penetapan tariff sewa kamar, pendapatan PENDAHULUAN Dewasa ini, pertumbuhan dibidang industri pariwisata di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dikarenakan Negara Indonesia sebagai negara kepulauan banyak sekali memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah ruah dari wilayah Sabang sampai Merauke. Kekayaan alam tersebut salah satunya ialah panorama alam yang sangat menakjubkan yang membuat para wisatawan domestik dan mancanegara tertarik untuk mengunjungi seluruh wilayah yang ada di Nusantara. Dengan demikian, melihat realita yang ada maka potensi industri pariwisata merupakan peluang sangat besar yang harus dikembangkan secara profesional dimasa yang akan datang. Apalagi jika dikaitkan dengan pendapatan negara, seperti yang dikemukakan Ismayanti (2010:18), bahwa: “Industri pariwisata merupakan penyumbang terbesar terhadap penghasilan devisa negara non Jurnal ACSY Politeknik Sekayu Vol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 47

JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

ANALISIS DAMPAK PENETAPAN TARIF SEWA KAMAR TERHADAP PENDAPATAN PADA HOTEL RANGGONANG SEKAYU

KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Masri Ermawijaya, S.E.,Ak.,M.M.Dosen Tetap STIE Rahmaniyah Sekayu

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pihak manajemen menetapan tarif sewa kamar

dan untuk mengetahui bagaimana dampak penetapan tarif sewa kamar terhadap pendapatan pada Hotel Ranggonang Sekayu. Data yang digunakan adalah data primer berupa data yang berhubungan dengan keadaan umum dan pencatatan yang dilakukan berupa catatan tingkat hunian kamar dan tarif sewa kamar, dan data sekunder berupa jumlah kamar hotel, jenis-jenis kamar hotel, tarif sewa kamar, pendapatan sewa kamar, laporan keuangan, basic cost of the room dan rekapitulasi data karyawan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil yang didapat adalah Hotel Ranggonang dalam menentukan tarif sewa kamar hanya menggunakan 4 dari 5 faktor yaitu fasilitas, pelayanan, perlengkapan dan luas kamar sedangkan lokasi tidak menjadi dasar penetapan tarif sewa kamar. Tarif sewa kamar berdampak positif terhadap pendapatan, namun tarif sewa kamar bukan satu-satunya yang meningkatkan pendapatan hotel karena pendapatan hotel juga tergantung pada tingkat hunian kamar, artinya meskipun tarif sewa kamar tetap, kalau tingkat huniannya naik, pasti pendapatannya juga meningkat. Kata kunci: penetapan tariff sewa kamar, pendapatan

PENDAHULUANDewasa ini, pertumbuhan dibidang

industri pariwisata di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dikarenakan Negara Indonesia sebagai negara kepulauan banyak sekali memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah ruah dari wilayah Sabang sampai Merauke. Kekayaan alam tersebut salah satunya ialah panorama alam yang sangat menakjubkan yang membuat para wisatawan domestik dan mancanegara tertarik untuk mengunjungi seluruh wilayah yang ada di Nusantara.

Dengan demikian, melihat realita yang ada maka potensi industri pariwisata merupakan peluang sangat besar yang harus dikembangkan secara profesional dimasa yang akan datang. Apalagi jika dikaitkan dengan pendapatan negara, seperti yang dikemukakan Ismayanti (2010:18), bahwa: “Industri pariwisata merupakan penyumbang terbesar terhadap penghasilan devisa negara non migas setelah sektor tekstil dan kayu”.

Oleh karena itu, dengan semakin berkembangnya industri pariwisata maka sektor pendukung pariwisatapun turut mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pertumbuhan industri pariwisata secara tidak langsung tidak terlepas dari aspek-aspek yang mendukungnya, salah satu sektor pendukung industri pariwisata adalah jasa

perhotelan. Saat ini, jasa perhotelan ini sangat diperlukan guna menggairahkan dan mendorong industri pariwisata dimasa yang akandatang, sebab kebutuhan akan jasa perhotelan untuk akomodasi sangat diperlukan dan merupakan suatu peluang pasar yang harus dikelola secara efektif.

Jasa perhotelan adalah salah satu bentuk perdagangan yang menyediakan jasa penginapan, pertemuan, makanan dan minuman serta penunjang jasa lainnya yang dikelola secara komersial. Dengan demikian semakin menjamurnya usaha atau bisnis perhotelan, maka perusahaan yang bergerak dalam jasa perhotelan dituntut untuk selalu berinovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumennya, baik dari segi harga, mutu, nilai maupun kepuasan konsumen serta mengembangkan strategi pemasaran yang lebih baik dari para pesaingnya.

Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan, dan minum serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersil serta memenuhi ketentuan yang ditetapkan, seiring dengan perkembangan zaman hotel bukan hanya untuk sekedar tempat persinggahan bagi orang-orang yang sedang melakukan perjalanan saja,

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 47

Page 2: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

tetapi hotel saat ini juga digunakan orang untuk keperluan bisnis.

Hotel Ranggonang merupakan satu-satunya hotel berbintang tiga yang berada di bumi Serasan Sekate Sekayu Kota  Randik, terletak di pusat kota dengan pinggiran Sungai Musi yang sangat indah merupakan satu daya tarik tersendiri bagi tamu yang menginap di hotel ini. Hotel Ranggonang merupakan aset dan kebanggaan masyarakat Sekayu dan  Pemerintah Daerah setempat yang dibawah Pengelolaan PT. Muba Link milik Pemerintah Daerah Musi Banyuasin. Pendapatan yang diperoleh Hotel Ranggonang setiap bulannya didapat dari penyewaan kamar, penyewaan ruang rapat, penyewaan ruang seminar atau penyewaan ruang pernikahan, pendapatan dari restorandan lain sebagainya yang ada di Hotel Ranggonang yang sifatnya menghasilkan keuntungan bagi hotel itu sendiri.

Dengan berbagai jenis jasa yang ditawarkan oleh Hotel Ranggonang, maka penetapan tarif sewa merupakan bagian yang harus mendapatkan perhatian besar, sebab dengan penetapan tarif sewa yang tepat dan sesuai dengan harapan konsumen, akan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen atau pelanggan yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk menggunakan jasa kamar hotel bahkan melakukan penginapan ulang. Penetapan tarif sewa kamar sangat menentukan jumlah pendapatan yang diperoleh hotel. Pendapatan yang diperoleh dari sewa kamar merupakan pendapatan yang paling besar bagi Hotel Ranggonang. Tingkat pendapatan sewa kamar di Hotel Ranggonang selalu ada peningkatan dalam setiap periodenya atau setiap bulannya, hal ini dikarenakan adanya suatu sistem penetapan tarif sewa kamar hotel dengan memberikan potongan tarif sewa kamar dengan ketentuan yang sudah diberlakukan di Hotel Ranggonang.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan dan wawancara secara langsung dengan bagian accounting pada Hotel Ranggonang Sekayu mengenai tarif sewa kamar hotel, diperoleh data tarif sewa kamar pada Hotel Ranggonang Sekayu ada kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 tarif sewa kamar mengalami penurunan, hal itu disebabkan karena pada tahun 2009 pelanggan yang menginap di Hotel Ranggonang relatif sedikit, sehingga pihak manajemen membuat keputusan untuk menurunkan tarif sewa kamar dengan harapan bisa meningkatkan jumlah pelanggan yang akan menginap.

Pendapatan sewa kamar dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 menggambarkan adanya fluktuasi peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2006 terlihat bahwa pendapatan yang diperoleh Hotel Ranggonang dari sewa kamar sebesar Rp.

1.294.657.000,- dan pada tahun 2007 pendapatan sewa kamar mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006 menjadi Rp. 2.518.188.000,-. Sedangkan pada tahun 2008 pendapatan sewa kamar mengalami penurunan dari tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 320.633.000,- dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi Rp. 1.141.163.000,-. Tahun 2010 pendapatan yang diperoleh Hotel Ranggonang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai Rp. 2.794.692.000,-. Dengan dekimian, terlihat adanya indikasi bahwa peningkatan dan penurunan tarif sewa kamar belum tentu meningkatkan pendapatan.

Rumusan MasalahBerdasarkan uraian pada latar belakang

yang dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pihak manajemen menetapkan tarif

sewa kamar pada Hotel Ranggonang Sekayu?2. Bagaimana dampak penetapan tarif sewa kamar

terhadap pendapatan Hotel Ranggonang Sekayu?

TINJAUAN PUSTAKAPengertian Tarif

Menutut Richard Sihite (2008:18), “Tarif adalah sejumlah moneter yang dibebankan oleh unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang dan jasa yang dijual atau diserahkan”.

Daftar penetapan tarif atau harga kamar hotel biasanya secara regular dipublikasikan. Daftar tarif ini biasanya sudah ditetapkan berdasarkan kebijakan harga sebagai hasil keputusan manajemen hotel dan dipublikasikan dalam bentuk leaflet atau brosur yang tersedia di front office.  Tarif kamar adalah satuan harga sewa sebuah kamar untuk satu malam. Sebagai kesatuan harga, tarif kamar dibedakan menjadi :1. Tarif kamarper-room tariff : harga kamar yang

dipandang sebagai satu kesatuan harga bukan atas jumlah tamu yang menempati kamar. Dalam hal ini kamar dibedakan menurut jenisnya, fasilitasnya, lokasi, pemandangan, dll.

2. Tarif kamar per-person tariff : harga kamar dikenakan sesuai dengan jumlah tamu yang menempatinya .

Menurut Bartono (2010:29), penetapan tarif sewa kamar dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :1. Harga per kamar

Harga setiap kamar sesuai dengan fasilitas masing-masing. Penetapan harga bergantung pada fasilitas, pelayanan, perlengkapan, luas kamar dan lokasi. Dengan demikian harga ini belum terkena potongan harga.

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 48

Page 3: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

a. FasilitasFasilitas adalah segala sesuatu yang disediakan oleh perusahaan atau organisasi untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan dan memudahkan atau menambah pelayanan secara excellent kepada pelanggan.

b. PelayananPelayanan adalah segala sesuatu yang diberikan guna menambah kualitas penyampaian dan kenyamanan serta kepuasan secara excellent, sehingga akan mendapatkan simpatik dari para pelanggan dalam menggunakan suatu produk barang dan jasa yang ditawarkan.

c. PerlengkapanPerlengkapan adalah segala sesuatu yang disediakan untuk memenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menunjang kualitas kinerja perusahaan atau organisasi maupun pihak yang membutuhkan.

d. Luas kamarLuas kamar adalah besarnya ruangan kamar yang ditawarkan sesuai dengan tarif yang ditawarkan oleh pihak perusahaan hotel.

e. LokasiLokasi adalah letak atau tempat dimana objek berada. Untuk itu lokasi harus benar-benar strategis agar dapat dengan mudah dijangkau oleh pelanggan.

2. Harga paketHarga kamar merupakan paket, yaitu sewa kamar ditambah pelayanan yang berupa makan dan fasilitas lainnya.

3. Harga perseoranganHarga kamar dikenakan kepada tamu sesuai dengan jumlah orang yang akan menginap.

4. Harga spesialHarga kamar ditetapkan secara khusus dan resmi dengan perjanjian harga diberikan kepada biro perjalanan, perusahaan, penerbangan dan kedutaan. Harga ini biasanya lebih murah dari harga resmi. Harga khusus ini terdiri dari :a. Company rates, yaitu harga kamar untuk

tamu dari suatu perusahaan tertentu yang menginap secara berkesinambungan.

b. Commerical rates, yaitu harga kamar untuk tamu-tamu yang mengadakan perjalanan usaha (business).

c. Airlines rates, yaitu harga kamar untuk tamu yang bekerja pada perusahaan penerbangan.

d. Seasonal rates, yaitu harga kamar yang diberikan kepada tamu saat musim tertentu. Harga ini lebih murah dari harga resmi karena untuk menarik para tamu pada saat hotel mengalami low season.

Konsep Pendapatan

Menurut PSAK No. 20 (2009:114), “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

Selanjutnya Hansen dan Mowen (2009:46), mengemukakan bahwa: “Pendapatan yang diperoleh perusahaan sebagai hasil penjualan barang atau jasa dalam bentuk uang tunai, wesel tagih atau piutang. Pendapatan yang diperoleh dari aktiva tetap, penerbitan surat-surat berharga, hasil pinjaman tidak termasuk kategori pendapatan”. Sedangkan menurut Sujana Ismaya (2006:497), “Pendapatan adalah aliran arus masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu dan merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dengan demikian untuk tujuan pelaporan keuangan dianggap perlu untuk menentukan saat pendapatan diakui”.

Kemudian Sujana Ismaya (2006:500), juga mengemukakan bahwa: “Pengakuan pendapatan merupakan suatu proses yang berjalan secara terus-menerus tanpa terputus, sehingga untuk tujuan pelaporan akuntansi diperlukan pembatasan yang jelas tentang waktu suatu pendapatan yang diakui. Secara umum ada 2 kriteria pengakuan pendapatan yaitu :1. Pendapatan baru akan diakui bilamana jumlah

rupiah pendapatan telah terealisasi atau cukup pasti akan segera terealisasi, pendapatan dapat dikatakan telah terealisasi bilamana telah terjadi transaksi pertukaran produk atau jasa. Pendapatan dapat diatakan cukup pasti akan segera terealisasi bilamana barang penukar yang diterima dapat dengan mudah dikonversi menjadi sejumlah kas atau setara kas yang cukup pasti.

2. Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan tersebut sudah terhimpun atau terbentuk. Pendapatan dapat dikatakan telah terhimpun bilamana kegiatan menghasilkan pendapatan tersebut telah berjalan dan secara substansial telah selesai sehingga suatu unit usaha berhak untuk menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.

Berdasarkan dari beberapa pengertian pendapatan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan suatu penghasilan arus masuk bruto yang didapat dari penjualan barang atau jasa selama suatu periode tertentu. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Biasanya perusahaan perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan keuangan intern yang efektif, perusahaan tersebut

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 49

Page 4: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

menelaah dan bila perlu merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan.

Pendapatan Hotel dari Tarif Sewa Kamar.Tingkat pendapatan sewa kamar hotel

dalam hal ini dapat dinilai dari besarnya jumlah tamu yang menginap dengan berbagai fasilitas yang diberikan oleh hotel tersebut. Meningkat apabila suatu hotel telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan pelayanan yang diberikan dengan baik sehingga akan memuaskan para tamu yang berkunjung dan akan menarik minat pengunjung untuk kembali lagi ke hotel tersebut, maka akan menambah pendapatan hotel tersebut.

Ridjal Sami (2003:65), mengemukakan “Pendapatan hotel merupakan pendapatan yang diterima dari penyewaan kamar hotel”. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan penyewaan kamar merupakan pendapatan yang paling utama menurut kebanyakan hotel di Indonesia. Pada dasarnya kualitas pelayanan jasa berupaya pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan para tamu serta ketetapan penyampaian untuk mengimbangi harapan pelanggan, misalnya kualitas dan pelayanan pada tingkat huni kamar hotel yang berakibat pada tinggi rendahnya penyewaan kamar hotel bagi para tamu, yang akan mengakibatkan naik turunnya pendapatan yang diperoleh hotel.

METODE PENELITIANRuang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatas pada pembahasan terhadap analisis dampak penetapan tarif sewa kamar terhadap pendapatan pada Hotel Ranggonang Sekayu kabupaten Musi Banyuasin.

Jenis dan Sumber DataDalam penelitian ini, data yang digunakan

penulis adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh oleh penulis dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan dan kemudian diperoleh data hasil wawancara dengan pegawai bagian accounting pada Hotel Ranggonang Sekayu, berupa data yang berhubungan dengan keadaan umum Hotel Ranggonag Sekayu dan pencatatan yang dilakukan berupa catatan tingkat hunian kamar dan tarif sewa kamar, sedangkan data sekunder diperoleh dari Hotel Ranggonang Sekayu berupa jumlah kamar hotel, jenis-jenis kamar hotel, tarif sewa kamar, pendapatan sewa kamar, laporan keuangan, basic cost of the room dan rekapitulasi data karyawan.

Metode Pengumpulan dataProsedur yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah melalui penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan mendatangi langsung ketempat-tempat yang

berhubungan dengan objek penulisan. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode sebagai berikut :1. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dengan cara memperoleh keterangan langsung secara lisan dengan pegawai Hotel Ranggonang Sekayu.

2. DokumentasiDokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dari catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa yang sedang dialami pada waktu lalu maupun masa sekarang kemudian diolah menjadi data penunjang dalam pembahasan nanti.

Teknik Analisis Data Dalam analisis data ini peneliti

menggunakan analisis kualitatif. P. Joko Subagyo (2006:106), mengemukakan bahwa : “Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap data yang berupa informasi uraian kemudian dikaitkan dengan data yang lainnya untuk mendapatkan penjelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya”. Dengan demikian, data yang berhasil dikumpulkan diolah dan disusun secara sistemetik kemudian dianalisis secara kualitatif, serta di ilustrasikan dengan grafik dan dideskrifsikan secara relevan dengan permasalahan yang dibahas.

HASIL DAN PEMBAHASANPembahasan mengenai dampak penetapan

tarif sewa kamar terhadap pendapatan dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari Hotel Ranggonang Sekayu berupa jumlah kamar hotel, jenis-jenis kamar hotel, tarif sewa kamar, pendapatan sewa kamar, dan basic cost of the room. Data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil atau kesimpulan.

Analisis Dasar Penetapan Tarif Sewa Kamar.Dalam menetapkan tarif sewa kamar,

Hotel Ranggonang mempunyai dasar penetapan atau basic cost of the room. Basic of the room merupakan dasar dalam menetapkan tarif sewa kamar yang akan diperhitungkan sesuai dengan harga barang dipasaran dan penetapan barang disetiap kamar akan disesuaikan juga dengan kamar yang ada seperti fasilitas, perlengkapan, pelayanan dan luas kamar sedangkan lokasi kamar tidak menentukan tarif sewa kamar. Kamar jenis superior dan deluxe hampir mempunyai dasar penetapan yang sama, lain halnya dengan kamar jenis suite yang mempunyai dasar penetapan sedikit berbeda. Dasar penetapan tarif dapat dilihat sebagai berikut:

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 50

Page 5: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 51

Page 6: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

Tabel 1FASILITAS DAN LUAS KAMAR HOTEL RANGGONANG SEKAYU

Sumber : Hotel Ranggonang Sekayu, 2011

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 52

Page 7: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

Tabel 2PERLENGKAPAN DAN PELAYANAN KAMAR PADA HOTEL RANGGONANG SEKAYU

Berdasarkan tabel 1 dan 2 diatas terlihat bahwa dasar penetapan tarif sewa kamar di Hotel Ranggonang didasarkan pada faktor fasilitas, perlengkapan dan luas kamar serta pelayanan seperti pencucian dan breakfast yang disediakan, dan penambahan sebesar 35% yang ditetapkan oleh Hotel Ranggonang untuk pelayanan seperti pencucian, room service, dll. Dasar penetapan tarif sewa kamar juga terkait dengan luas kamar dari masing-masing kamar yang ada, seperti kamar suite yang merupakan kamar terbesar mempunyai luas 6 x 8 m, kamar jenis deluxe dan superior mempunyai luas kamar yang sama yaitu 4 x 6 m. Sedangkan lokasi Hotel Ranggonang di pusat kota Sekayu yang terletak di pinggiran Sungai Musi dan Hotel

Ranggonang merupakan satu-satunya hotel berbintang tiga serta mempunyai tempat parkir yang luas dan taman yang indah.

Untuk lebih jelasnya dasar penetapan tarif sewa kamar dapat dilihat setiap tahunnya sesuai dengan kamar yang ada yaitu sebagai berikut :1. Kamar Jenis Superior

Kamar Superior mempunyai luas kamar sebesar 4 x 6 m dengan tarif termurah dibandingkan dengan tarif kamar yang lain, setiap tahunnya tarif kamar superior mengalami perubahan, basic cost of superior room juga mengalami perubahan setiap tahunnya. Dasar penetapan dan perubahan tarif dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 53

Page 8: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

Tabel 3Basic Cost of Superior Room

Tahun 2006 s.d 2010

Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat adanya basic cost ofsuperiorroom dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, setiap tahunnya basic cost of superior room mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami penurunan itu disebabkan oleh naik turunnya harga barang di pasaran, secara umum harga barang habis pakai mengalami kenaikan pada tahun 2006 hingga tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 ada beberapa barang yang mengalami penurunan seperti aqua, siver/sandal,

dan memo pad, sedangkan untuk pelayanan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tarif sewa kamar setiap tahunnya bukan hanya melihat dari naik turunnya harga barang yang disediakan, tetapi juga berpacu pada perhitungan cost room sebesar 35%, tax dan service pada tahun 2006 sampai dengan 2009 sebesar 21%, pada tahun 2010 sebesar 20%, selain komponen tersebut adapun alokasi pembebanan biaya operasional setiap tahunnya yang telah ditetapkan pihak manajemen.

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 54

Page 9: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

2. Kamar Jenis DeluxeKamar jenis deluxe mempunyai luas yang sama dengan kamar jenis superior yaitu sebesar 4 x 6 m, jika pada kamar jenis deluxe fasilitas berupa bathub tersedia, namun didalam kamar jenis superior yang tersedia hanya shower, maka tarif

sewa kamar untuk kamar jenis deluxe ini sedikit lebih mahal dibandingkan dengan tarif sewa kamar jenis superior. Adapun dasar penetapan tarif sewa kamar jenis deluxe dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 4Basic Cost of Deluxe Room

Tahun 2006 s.d 2010

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 55

Page 10: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

Berdasarkan tabel 4 diatas, terlihat adanya basic cost of deluxe room dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Selain luas kamar, basic cost of deluxe room juga menyangkut fasilitas, perlengkapan, dan pelayanan. Basic cost of deluxe room pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 sama dengan basic cost of superior room, yang membedakan hanya pada aqua 330 ml pada tahun 2010, jika pada kamar superior harga aqua 330 ml sebesar Rp. 6.000, pada kamar jenis deluxe pada tahun 2010 harga aqua 330 ml adalah sebesar Rp. 7.000, siver/sandal dan memo pad pada kamar superior tahun 2010 masing-masing sebesar Rp. 1.500 tetapi pada kamar jenis deluxe tahun 2010 siver/sandal dan memo pad seharga Rp. 2.000, serta penambahan untuk room service pada tahun 2010 kamar jenis superior sebesar Rp. 176.142, pada kamar jenis deluxe sebesar Rp. 197.000, dan basic cost pada tahun 2010 sama dengan basic cost pada tahun 2009 kamar jenis deluxe. Tarif sewa kamar jenis deluxe juga berpacu pada perhitungan cost room sebesar 35%, tax dan service pada tahun 2006 sampai dengan 2009 sebesar 21%, pada tahun 2010 sebesar 20%, selain komponen tersebut adapun

alokasi pembebanan biaya operasional setiap tahunnya yang telah ditetapkan pihak manajemen.

Jika penetapan dikurangi dengan dasar penetapan mengalami rugi, maka pihak manajemen hotel akan menaikkan tarif sewa kamar, seperti terlihat pada tahun 2007 diperkirakan akan mengalami kerugian akan tetapi indikasi seperti itu belum tentu menjadikan pendapatan menurun karena mungkin ada faktor lain yang dapat berdampak pada pendapatan.

3. Kamar Jenis SuiteKamar jenis suite merupakan kamar

terbesar dibandingkan dengan kamar yang lain, dengan luas kamar sebesar 6 x 8 m dan fasilitas, perlengkapan serta pelayanan yang lengkap membuat tarif sewa kamar jenis suite ini paling tinggi. Kamar jenis suite mempunyai basic cost of suite room yang sama dengan basic cost yang ada di kamar lain, akan tetapi yang membedakannya adalah aqua dan sandal, pada kamar suite terdapat 4 botol dan sandal/siver terdapat 2 pasang. Adapun basic cost of suite room dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5Basic Cost of Suite Room

Tahun 2006 s.d 2010

Berdasarkan tabel 5 diatas, terlihat adanya basic of cost suite room, pada umumnya basic cost of suite room dari tahun 2006 sampai dengan 2010 sama seperti basic cost pada kamar lainnya yang

mengalami perubahan harga. Kamar jenis suite dengan fasilitas, perlengkapan pelayanan dan luas kamar yang lengkap menjadikan tarif sewa kamar ini lebih besar dibandingkan dengan tarif sewa

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 56

Page 11: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

kamar yang lainnya. Fasilitas, perlengkapan dan pelayanan yang ada pada kamar suite ini sama dengan yang ada pada jenis kamar lain, yang membedakan hanya banyaknya jumlah aqua dan sandal saja, untuk aqua 330 ml yang ada pada kamar jenis suite terdapat 4 botol, harga barang setiap tahunnya juga tidak banyak mengalami kenaikan, akan tetapi dari semua fasilitas habis pakai yang ada pada setiap jenis kamar, hanya 2 fasilitas yang tidak mengalami perubahan harga setiap tahunnya yaitu tissue roll dan laundry bill. Tarif sewa kamar jenis deluxe juga berpacu pada perhitungan cost room sebesar 35%, tax dan service pada tahun 2006 sampai dengan 2009 sebesar 21%, pada tahun 2010 sebesar 20%, selain komponen tersebut adapun alokasi pembebanan biaya operasional setiap tahunnya yang telah ditetapkan pihak manajemen.

Dengan demikian, sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh Bartono (2010:29) dimana penetapan tarif sewa kamar didasarkan pada fasilitas, pelayanan, perlengkapan, luas kamar dan lokasi, akan tetapi pada Hotel Ranggonang lokasi tidak diperhitungkan dalam dasar penetapan

tarif sewa kamar, dikarenakan lokasi kamar tetap sama walau kamarnya berada di lantai 2 atau menhadap ke keindahan taman dan sebagainya, pihak hotel juga menjelaskan penyebab indikasi tidak masuk dalam penetapan tarif sewa kamar karena hotel belum mempunyai pemandangan yang indah sebagai dasar penetapan tarif sewa kamar tersebut. Penetapan tarif sewa kamar juga disdasarkan pada basic cost of the room,cost room sebesar 35% setiap tahunnya berlaku untuk seluruh kamar, dimana 35% tersebut adalah perhitungan untuk hotel setara bintang tiga, tax and service 21% untuk tahun 2006 sampai dengan 2009, 20% untuk tahun 2010 dan seterusnya, selain itu ada alokasi pembebanan biaya operasional yang setiap tahun dan masing-masing kamarnya mengalami perubahan, alokasi pembebanan biaya operasional meliputi biaya gaji, kesejahteraan karyawan, keindahan kamar, pakaian seragam, dan komisi untuk pihak ketiga.Berdasarkan basic cost of the room yang telah dijelaskan diatas, maka tarif sewa kamar dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6Jenis Kamar, Jumlah Kamar dan Tarif Sewa Kamar

Hotel Ranggonang SekayuTahun 2006 s.d 2010

No. Jenis Kamar

Jumlah Kamar

Tarif Sewa Kamar2006 2007 2008 2009 2010

1. Superior 16 263.500 295.000 399.500 399.500 377.9692. Deluxe 20 361.150 365.500 499.500 499.500 473.0253. Suite 2 720.000 792.000 1.093.000 1.093.000 984.300

Sumber: Hotel Ranggonang Sekayu, 2011

Berdasarkan tabel 6 diatas, dalam menentukan tarif sewa kamar ada basic of the room dari setiap kamarnya. Masing-masing kamar terlihat bahwa dari tahun 2006 sampai dengan 2009 tarif sewa kamar mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2010 tarif sewa kamar mengalami penurunan harga, penurunan harga pada tahun 2010 disebabkan karena adanya harga dari fasilitas habis pakai yang mengalami penurunan harga, sedangkan untuk pelayanan pada tahun 2010 mengalami peningkatan harga. Selain itu untuk perhitungan cost room setiap tahunnya untuk seluruh kamar ditetapkan sebesar 35% karena hotel setara dengan hotel berbintang tiga, tax and service untuk tahun 2006 sampai dengan 2009 sebesar 21% dan pada tahun 2010 yaitu sebesar 20%, sedangkan alokasi pembebanan biaya operasional setiap tahun dan masing-masing kamar mengalami perubahan dikarenakan kenaikakan harga dan kebutuhan

semakin banyak. Alokasi pembebanan biaya operasional meliputi biaya gaji, kesejahteraan karyawan, pakaian seragam, keindahan kamar, pihak ketiga dan biaya komisi.

Dengan demikian dapat disimpulkan untuk menetapkan tarif sewa kamar yang meliputi fasilitas, perlengkapan, pelayanan dan luas kamar, penetapan tarif juga didasarkan pada basic cost of the room yang diperhitungkan barang habis pakai ditambah dengan cost room sebesar 35%, tax and service dan alokasi pembebanan biaya operasional, sehingga dapatlah hasil untuk ditetapkan menjadi tarif sewa kamar bersih.

Analisis Dampak Penetapan Tarif Sewa Kamar terhadap Pendapatan pada Hotel Ranggonang Sekayu.Tarif sewa kamar dan tingkat hunian kamar serta pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 57

Page 12: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

Pendapatan Sewa Kamar Hotel Ranggonang SekayuTahun 2006 s.d 2010

NoJenis

Kamar

2006 2007 2008

Tarif (Rp)

Tingkat Hunian

Pendapatan (Rp)

Tarif (Rp)

Tingkat Hunian

Pendapatan (Rp)

Tarif (Rp)

Tingkat Hunian

Pendapatan (Rp)

1. Superior 263.500 3.058 805.783.000 295.000 3.990 1.177.326.000 399.500 361 144.441.000

2. Deluxe 326.150 1.403 457.914.000 365.500 3.519 1.286.212.000 499.500 2.245 1.121.542.000

3. Suite 720.000 43 30.960.000 792.000 69 54.650.000 1.093.000 35 38.387.000

No.Jenis

Kamar

2009 2010Tarif (Rp)

Tingkat Hunian

Pendapatan (Rp)

Tarif (Rp)

Tingkat Hunian

Pendapatan (Rp)

1. Superior 399.500 1.839 734.845.000 377.969 3.527 1.333.351.0002. Deluxe 499.500 740 369.886.000 473.025 2.985 1.412.056.0003. Suite 1.093.000 33 36.432.000 984.300 49 49.185.000

Sumber: Hotel Ranggonang Sekayu, 2011

Berdasarkan tabel 7 diatas terlihat adanya tarif sewa kamar, tingkat hunian kamar dan pendapatan Hotel Ranggonang dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Pendapatan yang diterima oleh Hotel Ranggonang dari tahun 2006 sampai dengan 2010 tidak hanya ditentukan oleh tarif sewa kamar, tetapi juga ditentukan oleh tingkat hunian kamar, hal ini terlihat pada tahun

2010 bahwa tarif sewa kamarnya turun, sedangkan tingkat huniannya naik, maka pendapatannya juga meningkat. Tarif sewa kamar, tingkat hunian kamar dan pendapatan sewa kamar dapat diilustrasikan dengan grafik berikut ini:1. Kamar Jenis Superior;

Grafik 1Pendapatan Sewa Kamar Jenis Superior

Hotel Ranggonang Sekayu Tahun 2006 s.d 2010

Dari hasil ilustrasi seperti yang terlihat pada grafik 1 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan yang didapat Hotel Ranggonang untuk kamar jenis superior dari tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami fluktuasi peningkatan dan penurunan, pada tahun 2007 pendapatan meningkat sebesar Rp. 371.543.000 dari pendapatan tahun 2006 yang sebesar Rp. 805.783.000 hingga tahun 2007

menjadi Rp. 1.177.326.000, pendapatan tahun 2007 mengalami openingkatan dengan tarif yang meningkat dan tingkat hunian kamar juga meningkat, pada tahun 2008 tarif sewa kamar mengalami peningkatan tetapi tingkat hunian turun mengakibatkan pendapatan pada tahun 2008 mengalami penurunan dari Rp. 1.177.326.000 menjadi Rp. 144.441.000, pada tahun 2009 tarif

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 58

Page 13: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

sewa kamar sama dengan tarif pada tahun 2008, tetapi jumlah hunian kamar menurun menjadikan pendapatannya meningkat menjadi Rp.734.845.000, sedangkan pada tahun 2010 dengan tarif yang turun dari tarif pada tahun 2009 dan jumlah hunian yang meningkat menjadikan

pendapatan mengalami peningkatan menjadi Rp. 1.333.351.000.

2. Kamar Jenis Deluxe

Grafik 2Pendapatan Sewa Kamar Jenis DeluxeHotel Ranggonang Sekayu Tahun 2006 s.d 2010

Berdasarkan hasil ilustrasi seperti yang terlihat pada grafik 2 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan dari tahun 2006 sampai dengan 2010 untuk jenis kamar deluxe mengalami fluktuasi peningkatan dan penurunan, tahun 2006 ke tahun 2007 pendapatan mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 1.286.212.000 dengan tarif sewa kamar dan tingkat hunian juga mengalami peningkatan, pada tahun 2008 dengan tarif dan tingkat hunian yang naik, pendapatan malah mengalami penurunan menjadi Rp. 1.121.542.000, pada tahun

2009 dengan tarif yang sama seperti tahun 2008 tetapi tingkat huniannya turun, pendapatan juga turun menjadi Rp. 369.886.000, sedangkan untuk tahun 2010 pendapatan sewa kamar mengalami peningkatan dari tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 1.412.056.000 dengan tarif sewa kamar turun dan tingkat hunian yang mengalami kenaikan.

3. Kamar Jenis Suite

Grafik 3Pendapatan Sewa Kamar Jenis Suite

Hotel Ranggonang Sekayu Tahun 2006 s.d 2010

Berdasarkan hasil ilustrasi seperti yang terlihat pada grafik 3 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan untuk kamar jenis suite dari tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami fluktuasi peningkatan dan penurunan, seperti pendapatan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Rp. 54.650.000 dengan tarif dan tingkat hunian yang juga meningkat, pada tahun 2008 pendapatan mengalami penurunan menjadi Rp. 38.387.000 dengan tarif sewa kamar naik dan tingkat hunian yang mengalami penurunan, pada tahun 2009 dengan tarif

sewa kamar yang sama dengan tahun 2008 dan dan tingkat hunian yang naik menjadikan

pendapatan turun menjadi Rp. 36.432.000, kemudian pada tahun 2010 pendapatan mengalami

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 59

Page 14: JURNAL ACCOUNTING POLITEKNIK SEKAYU Vol.V No.2. ISSN 2407-2184

kenaikan menjadi Rp. 49.185.000 dengan tarif sewa kamar yang turun dan tingkat hunian yang naik.

Dengan demikian, dampak terhadap pendapatan tidak hanya disebabkan oleh tarif sewa kamar, tetapi tingkat hunian kamar juga berdampak terhadap pendapatan, hal tersebut dapat dilihat pada tahun 2008 dan 2009 dengan tarif yang sama, pendapatan sewa kamar untuk jenis kamar superior mengalami peningkatanj dikarenakan tingkat huniannya juga meningkat, jadi indikasi penurunan dan peningkatan pendapatan Hotel Ranggonang dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 tidak dipengaruhi oleh naik dan turunnya tarif sewa kamar saja, tetapi pendapatan yang mengalami peningkatan disebabkan karena tingkat hunian juga.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis terhadap dampak penetapan tarif sewa kamar terhadap pendapatan pada Hotel Ranggonang Sekayu, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :1. Hotel Ranggonang dalam menentukan tarif

sewa kamar hanya menggunakan 4 dari 5 faktor seperti yang dikemukakan oleh Bartono (2010:29), yaitu fasilitas, pelayanan, perlengkapan dan luas kamar sedangkan lokasi tidak menjadi dasar penetapan tarif sewa kamar dikarenakan lokasi kamar tidak dibedakan harga baik yang di lantai atas ataupun lantai bawah, selain itu hotel belum memiliki pemandangan taman yang indah untuk menjadi dasar penetapan tarif sewa kamar.

2. Tarif sewa kamar berdampak positif terhadap pendapatan, namun tarif sewa kamar bukan satu-satunya yang meningkatkan pendapatan hotel karena pendapatan hotel juga tergantung pada tingkat hunian kamar, artinya meskipun tarif sewa kamar tetap, kalau tingkat huniannya naik, pasti pendapatannya juga meningkat.

Saran Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis

berusaha untuk memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi Hotel Ranggonang Sekayu di masa yang akan datang. Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Hotel Ranggonang diharapkan dalam menetapkan tarif sewa kamar harus benar-benar memperhatikan basic cost of the room secara tepat, karena komponen basic cost of the room dari tahun 2006 sampai dengan 2010 belum begitu jelas penetapannya

2. Hotel Ranggonang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dengan cara meningkatkan jumlah tingkat hunian serta memberikan diskon kepada para pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA

Bartono. 2010. Hotel Suvervisor. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Ismaya, Sujana. 2006. Intermediate Accounting. Bandung: CV. Pustaka Grafika.

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.

Margono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Sami, Ridjal. 2003. Peluang dibidang Pariwisata. Jakarta: PT. Raja Grafindo.Sekaran, Uma. 2006. Metodologi penelitian Untuk Bisnis (Edisi Empat). Jakarta : Salemba Empat.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rahmaniyah. 2001. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi (Program S-1) dan Laporan Akhir (Program D-III). Sekayu : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rahmaniyah (STIER).

Sihite, Richard. 2000. Manajemen Hotel. http://perhotelan.com (diakses tanggal 8 Desember 2011).

Subagyo, P. Joko. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta.

Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Jurnal ACSY Politeknik SekayuVol. V No.2 (Juli-Desember 2016) 60