24
MAKALAH BAHASA INDONESIA “KALIMAT” Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : Haerudin, M.Pd Disusun oleh : M.Taufiqurrohman 1584202164 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2015

(1584202164) m. taufiqurrohman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: (1584202164) m. taufiqurrohman

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“KALIMAT”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Haerudin, M.Pd

Disusun oleh :

M.Taufiqurrohman

1584202164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2015

Page 2: (1584202164) m. taufiqurrohman

i

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmanirrahim

Assalamu 'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah

melimpahkan rahmat dan taufiq sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah

ini dengan judul Kalimat.

Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda kita Nabi

Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah yang

penuh barakah ini.

Kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan jasa dari berbagai

pihak dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang

setimpal dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang, 18 Desember 2015

Page 3: (1584202164) m. taufiqurrohman

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................. 1

1.3 TUJUAN ............................................................................. 2

1.4 SISTEMATIKA ................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KALIMAT................................................ 3

2.2 UNSUR-UNSUR KALIMAT ............................................ 4

2.3 STRUKTUR KALIMAT.................................................... 13

2.4 KALIMAT EFEKTIF ......................................................... 18

BAB III : PENUTUP

3.1 KESIMPULAN .................................................................. 20

3.2 SARAN ............................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: (1584202164) m. taufiqurrohman

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan

antara lain karena dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat

menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa

yang sudah kita kenal sebelumnya sampai pada tataran kalimat adalah kata

(mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata dan frasa tidak

dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata

dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor atau merupakan jawaban

sebuah pertanyaan. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami

terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.

Kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal

subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian

ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, Tanya, atau

perintah).penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan

kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak

mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah

kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap

maksud penulis atau penuturnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kalimat?

2. Apa saja unsur-unsur dalam kalimat?

3. Apa yang dimaksud dengan struktur kalimat?

4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

Page 5: (1584202164) m. taufiqurrohman

2

1.3 Tujuan

1. Penulisan makalah entimen ini betujuan agar dapat mengetahui Pengertian

kalimat, unsur – unsur kalimat, struktur kalimat dan kalimat efektif.

2. Dengan adanya makalah ini di harapkan menjadi masukan dan tambahan

ilmu pengetahuan kepada para pembaca khususnya pada rekan FKIP UMT

serta pada generasi penerus bangsa ini.

1.4 Sistematika

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Sistematika

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat

2.2 Unsur-unsur Kalimat

2.3 Struktur Kalimat

2.4 Kalimat Efektif

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: (1584202164) m. taufiqurrohman

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat

Kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat

digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai

satuan bahasa terkecil karena sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih

terdapat satuan kebahasaan lain yang jauh lebih besar. Pakar berbeda

menyatakan (Rahardi. 2009: 76) bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang

secara relative berdiri sendiri, mempunyai intonasi akhir, dan secara aktual dan

pontensial terdiri atas klausa.

Jadi, tidak salah pula kalau dikatakan bahwa sesungguhnya sebuah

kalimat membicarakan hubungan antara klausa yang satu dan yang lainnya.

Secara umum dapat disampaikan pula bahwa satuan-satuan bahasa lebih besar

yang ada di atas tataran kalimat itu adalah paragraph dan wacana.

Arti kalimat secara leksikal atau arti kamus bahasa Indonesia adalah:

ä Kalimat adalah susunan kata atau kelompok kata yang teratur dan

mengandung maksud atau pikiran yang jelas.

ä Kalimat adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri dan tidak merupakan

bagian dari kesatuan yang lebih besar yang lain yang diakhhiri dengan

intonasi final, terdiri atas satu atau lebih klausa.

ä Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran,

perasaan dan perkataan.

ä Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang

mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan

dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan

intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan

huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda

seru (!).

Page 7: (1584202164) m. taufiqurrohman

4

Berikut ini ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli

mengenai arti dari kalimat:

Menurut Cook, 1971; Elson dan Picket, 1969

Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-

sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri-dari ataus klausa.

Menurut Bloomfield, 1955

Kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk ke dalam

suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi

gramatikal.

Menurut Hockett, 1985

Menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan

konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam

konstruksi gramatikal lain.

Menurut Lado (1968)

Mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.

Pendapat lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang

mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil,

yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap.

Menurut Ramlan (1996)

Mengatakan bahwa Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh

adanya jeda panjang yang diserta nada akhir turun atau naik.

2.2 Unsur-unsur Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa

lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S),

predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Kalimat

bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni S

dan P. unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,

atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.

Page 8: (1584202164) m. taufiqurrohman

5

Hal penting yang perlu kita ketahui untuk dipraktikkan dalam

penyusunan kalimat adalah satuan bentuk yang akan mengisi S, P, O, Pel,

Ket dalam kalimat bukan hanya kata, melainkan juga frasa. Untuk

mengenali sekilas “wajah” S, P, O, Pel, Ket, dan sebelum membahas kelima

fungsi sintaksis itu satu per satu, berikut ini ditampilkan lima contoh kalimat

yang S, P, O, Pel, Ket-nya berbentuk frasa, yaitu pembawa acara yang

kocak (itu).

(S) Pembawa acara yang kocak itu // membeli // bunga.

S P O

(P) Indra // (adalah) pembawa acara yang kocak.

S P

(O) Madonna // menelepon // pembawa acara yang kocak itu.

S P O

(Pel) Pesulap itu // menjadi // pembawa acara yang kocak.

S P Pel

(Ket) Si Fulan // pergi // (dengan) pembawa acara yang kocak itu.

S P Ket

2.2.1 Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu

melakukan perbuatan (action) apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok

didalam suatu kalimat. Selain itu, P juga menyatakan sifat/keadaan

bagaimana S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah

pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. satuan bentuk

pengisi P dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba

atau ajektivia, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.

Perhatikan contoh berikut.

Contoh:

1) Kuda merumput.

2) Ibu sedang tidur siang.

3) Putri Indonesia cantik jelita.

Page 9: (1584202164) m. taufiqurrohman

6

4) Kota Jakarta dalam keadaan aman.

5) Kucingku belang tiga.

6) Robby mahasiswa baru.

7) Rumah Pak Hartawan lima

Bagian kaimat yang dicetak tebal dalam contoh (1) – (7)

adalah P. kata merumput pada kalimat (1) memberi tahu pekerjaan

kuda. Frasa sedang tidur siang pada kalimat (2) memberi tahu

perbuatan ibu; cantik jelita pada kalimat (3) memberi tahu keadaan

putri Indonesia; dalam keadaan aman pada kalimat (4) memberi tahu

situasi kota Jakarta; belang tiga pada kalimat (5) memberi tahu ciri

kucingku; mahasiswa baru pada kalimat (6) memberi tahu status

Robby; dan lima pada kalimat (7) memberi tahu jumlah rumah Pak

Hartawan. Sekali lagi harap diperhatikan P dalam kalimat (1) – (7)

tidak hanya berupa kata (merumput, lima), tetapi juga berupa

frasa/kelompok kata sedang tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan

aman, belang tiga, dan mahasiswa baru).

Contoh (8), (9), dan (10) dibawah ini belum memiliki P

karena tidak ada kata-kata yang menunjukkan perbuatan dan

sifat/keadaan pelakunya.

8) *anak yang gendut lagi lucu itu …

9) *kantor yang terletak di Jalan Gatot Subroto …

10) *Bandung yang dikenal sebagai kota kembang …

Seandainya pun contoh (8), (9), (10) ditulis persis seperti

lazimnya kalimat normal, diawali dengan huruf capital dan diakhiri

sengan satu tanda intonasi final, di dalamnya tetap tidak ada satu kata

pun yang berfungsi sebagai P. tidak ada jawaban atas pertanyaan

melakukan apa anak yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (8);

tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan

Page 10: (1584202164) m. taufiqurrohman

7

kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung yang dikenalkota

kembang pada contoh (9) dan (10). Karena tidak ada informasi

tentang tindakan, sifat, atau keadaan yang dituntut oleh P, contoh

(8),(9),(10) tidak mengandung P. karena itu, rangkaian kata-kata

yang cukup panjang pada contoh (8),(9),(10) itu belum membentuk

kalimat, melainkan baru membentuk frasa (dalam hal ini frasa

nominal).

2.2.2 Subjek

Subjek (S) adalah bagian bagian kalimat yang menunjuk

pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi

pokok pembicaraan. Sebagaimana besar S diisi oleh kata benda/frasa

nominal, klausa, atau frasa verbal. Perhatikan contoh berikut ini.

11) Ayahku sedang melukis.

12) Meja direktur besar.

13) Yang berbaju batik dosen saya.

14) Berjalan kaki menyehatkan bada.

15) Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat (11) – (15) adalah

S. contoh S yang diisi oleh kata benda adalah kalimat (11); S yang

diisi oleh frasa benda adalah kalimat (12); S yang iisi oleh klausa

adalah kalimat (13); dan S yang diisi oleh frasa verbal adalah kalimat

(14) dan (15).

Kaidah bahasa Indonesia mensyaratkan setiap kata, frasa dan

klausa pembentuk S harus merujuk pada benda (konkret atau

abstrak). Pada contoh diatas, kendatipun jenis kata yang mengisi S

pada kalimat (13), (14), dan (15) bukan kata benda, namun hakikat

fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada

Page 11: (1584202164) m. taufiqurrohman

8

kalimat (13) dan (14), yang berbaju batik dan yang berjalan kaki,

tentulah berupa orang (benda). Demikian juga membangun jalan

layang yang menjadi Spada kalimat (15), secara implisit juga

merujuk pada hasil membangun membangun yang tidak lain adalah

benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya

ada dua nomina yang dilesapkan pada awal kalimat (13) dan (15),

yaitu orang pada awal kalimat (13) dan perbuatan pada awal kalimat

(14) dan (15).

Selain ciri tersebut, S dapat juga dikenal dengan cara bertanya

dengan memakai kata Tanya siapa (yang) … atau apa (yang) ...

kepada P. kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang

diajukan, itulah S. jika ternyata jawabannya tidak ada atau tidak logis,

berarti “kalimat” itu tidak mempunyai S. inilah contoh “kalimat”

yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelakunya.

16) *Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

17) *Di sini melayani resep obat generik.

18) *Melamun sepanjang malam.

Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada

contoh (16), jawabannya adalah bagi siswa sekolah; siapa yang

melayani resep obat generik pada contoh (17), jawabannya adalah di

sini; dan siapa yang melamun sepanjang malam pada contoh (18),

jawabannya mala tidak ada. Jawaban atas pertanyaan kepada P untuk

contoh (16) dan (17) tadi terasa tidak logis bukan?

Contoh (16) baru menjadi kalimat jika kata bagi tidak

diikutsertakan. Contoh (17) baru menjadi kalimat jika ditempatkan

nomina, misalnya kami untuk mengganti di sini. Contoh (18) harus

menyertakan nomina atau pronominal misalnya Anita atau Dia, untuk

mengisi tempat sebelum kata melamun. Karena itu, contoh (16) –

Page 12: (1584202164) m. taufiqurrohman

9

(18) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena subjeknya

tidak/belum jelas. Khusus contoh (18) akan menjadi kalmat jika

bentuk itu merupakan jawaban suatu pertanyaan, misalnya: Apa yang

dilakukannya?

2.2.3 Objek

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek

pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nomina, atau klausa. Letak O

selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang

menuntut wajib hadiahnya O. Perhatikan contoh dibawah in.

19) a. Nurul menimang …

b. Arsitek merancang …

c. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng

pada contoh (19) adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur

yang akan melengkapi P bagi ketiga kalimat itulah yang dinamakan

objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itu lah

sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba

intransitif mnadi, rusak pulang yang menjadi P dalam contoh (20)

tidak menuntut untuk dilengkapi.

20) a. Nenek Mandi.

b. Komputerku rusak.

c. Tamunya pulang.

Objek dalam Kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika

kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak

Page 13: (1584202164) m. taufiqurrohman

10

O-nya dibelakang P dan dilihat ubahan posisinya bila kalimatnya

dipasifkan.

21) a. Serena William mengalahkan Angelique Wijaya [O].

b. Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh Serena William.

22) a. Orang itu menipu adik saya [O].

b. Adik saya [O] ditipu oleh orang lain.

23) a. Tuti mencubit lengan Sandra [O].

b. Lengan Sandra [S] ditiup oleh Tuti.

24) a. John Smith membeli barang antik [O.

b. Barang antik [S] dibeli oleh John Smith.

2.2.4 Pelengkap

Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang

melengkapi P. Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba.

Posisi seperti itu juga nomina dan frasa nomina. Akan tetapi, antara

Pel dan O terdapat perbedaan.

Perhatikan contoh di bawah ini.

25) Ketua MPR // membacakan // pancasila.

S P O

26) Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.

S P Pel

Kedua kalimat aktif (25) dan (26) yang Pel dan O-nya sama-

sama nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bias

hanya kalimat (25) menjadi kalimat pasif adalah (25a).

25a) Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR

S P O

Page 14: (1584202164) m. taufiqurrohman

11

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (26) tidak bisa

dipindahkan ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contohh (26a)

adalah kalimat yang tidak gramatikal.

26a) *Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol

Hal ini yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.

Selain diisi oleh nomina dan frasa nomina, Pel dapat pula diisi oleh

ajektiva, frasa ajektival, frasa verbal, dan frasa preposisional.

Berikut adalah beberapa contoh pelengkapp dalam kalimat.

27) Kita benci pada kemunafikan. (Pel – nya frasa preposisional)

28) Mayang bertubuh mungil.(Pel – nya ajektiva)

29) Sekretaris itu mengambalikan bosnya air minum. (Pel – nya frasa

nominal)

30) Pak Lam suka bermain tenis. (Pel – nya frasa preposisional)

31) Pamanku membelikan mobil untuk anaknya. (Pel – nya frasa

preposisional)

2.2.5 Keterangan

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan

P dalam sebuah kalimat. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di

tengah, atai di akhir kalimat. Pengisi Ket dapat adverbial, frasa

nominal, frasa preposisional, atau klausa.

Perhatikan contoh dibawah ini.

32) Antono menjilid makalah kemarin pagi.

33) Antono kemarin pagi menjilid makalah.

34) Kemarin pagi Antono menjilid makalah.

Dalam ketiga contoh kalimat itu tampak Ket yang diisi oleh

frasa nominal kemarin pagi dapat menempati tiga posisi tanpa

mengubah makna kalimat. Hal itu terjadi karena Ket memang bukan

Page 15: (1584202164) m. taufiqurrohman

12

inti kalimat. Ket pada contoh (320 – (34) dapat dihilangkan tanpa

mengganggu inti kalimat Anto menjilid makalah.

Frasa nominal kemarin pagi dalam kalimat (32) – (34)

merupakan Ket. waktu untuk P menjilid. Selain itu, kemarin pagi

juga merupakan Ket. waktu untuk klausa Anton menjilid makalah.

Kalimat (32) – (34) masih dapat ditambahi Ket tempat (di mana

Antono menjilid), Ket penyerta (dengan siapa Antono menjilid), dan

seterusnya.

Berdasarkan maknanya terdapat bermacam-macam Ket

dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan yang terpenting atas

sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 2003:366) seperti dalam contoh

dibawah inj. Bagian kalimat yang dicetak tibal adalah keterangan.

Perhatikan letak keterangannya.

35) Diana mengambilkan air minum untuk adiknya dari kulkas.

(ket.tempat)

36) Rustam Lubis sekarang sedang belajar melukis. (ket.waktu)

37) Lia memotong tali dengan gunting. Ket.alat)

38) Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya.

(ket.tujuan)

39) Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (ket.cara)

40) Amir burhan pergi dengan teman-teman sekantornya menonton

drama. (ket.peserta)

41) Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara.

(ket.sebab)

42) Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus ujian.

(ket.sebab)

43) Murid TK berpegangan tangan satu sama lain sambil bernyanyi

gembira. (ket.kesalingan)

Page 16: (1584202164) m. taufiqurrohman

13

2.3 Struktur Kalimat

Menurut bentuknya, kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi

dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Ada pula yang menyebut

sebagai kalimat dasar dan kalimat majemuk, atau kalimat sederhana dan kalimat

luas. Memang ada pula yang beranggapan bahwa kalimat dasar tidak selalu

berupa kalimat tunggal.

2.3.1 Struktur Kalimat Dasar

Kalimat dasar, atau kalimat tunggal, kalimat sederhana adalah

kalimat yang hanya memiliki satu subjek dan satu predikat. Fakta

kebahasan demikian itulah yang menyebabkan kalimat tersebut disebut

sebagai kalimat tunggal. Kalimat dasar dapat berwujud tiga macam,

kalimat tunggal murni, seperti pada bentuk, ‘Adik tidur.’ Kalimat dasar

dapat pula berupa kalimat yang diperluas dengan keterangan tertentu,

misalnya ‘Adik menangis di pinggir kebun belakang.’ Sekalipun

mungkin bentuk kebahasaannya panjang, Karen kalimat tersebut hanya

terdiri dari satu subjek dan satu predikat, maka kalimat demikian itu

disebut sebagai kalimat tunggal. Dalam bahasa Indonesia dikenal 6

struktur atau pola kalimat tunggal, yakni:

1. Subjek (KB) + predikat (KK)

2. Subjek (KB) + predikat (KK) + Objek (KB)

3. Subjek (KB) + predikat (KK) + Objek (KB) + Objek (KB)

4. Subjek (KB) + predikat (KS)

5. Subjek (KB) + predikat (K.Bil)

6. Subjek (KB) + predikat (KB)

Pola-pola kalimat tunggal yang berjumlah enam di atas itu dapat

diperluas untuk mendapatkan struktur yang bermacam-macam dan lebih

panjang. Demikian pula struktur yang disebutkan di depan itu dapat juga

dimodifikasi susunannya, sehingga dapat ditemukan struktur kalimat

dengan pola yang baru.

Page 17: (1584202164) m. taufiqurrohman

14

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sesungguhnya kalimat

tunggal yang bermacam-macam di dalam sebuah karangan itu selalu

dapat ditarik kembali pola susunannya dan pasti akan termasuk di dalam

satu pola yang disebutkan di depan itu. Implikasi yang harus ditangkap

oleh para mahasiswa yang sedang belajar menulis dan meneliti adalah

bahwa orang tidak perlu mudah menganggap rumit kalimat yang

panjang-panjang.

Demikian pula sebaliknya, kalimat-kalimat panjang yang akan

Anda susun sendiri itu, sudah mengandung pola dasar kalimat tunggal

sebagaimana ditunjukkan di depan. Contoh-contoh kalimat berikut

berstruktur tunggal atau sebagai kalimat tunggal. Cermatilah dengan

baik!

7. Adik sedang tidur

8. Orang yang dating sebanyak 10 orang.

9. Mereka tidak pernah merasa nyaman.

2.3.2 Poal Kalimat Majemuk

2.3.2.1 Kalimat Majemuk Setara

Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk

setara dan bertingkat. Masing-masing mempunyai karakter

yang berbeda. (1) Kalimat majemuk setara bersifat

koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat majemuk

setara ada 4 macam, yaitu: (a) setara gabungan menggunakan

kata dan, serta; (b) setara pilihan menggunakan kata atau;

(c) setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan

kemudian; dan (d) setara perlawanan menggunakan kata

tetapi.

Page 18: (1584202164) m. taufiqurrohman

15

Cermatilah perbedaan dan kesamaan kalimat

majemuk setara berikut ini.

a. Kalimat majemuk setara gabungan menggunakan: dan,

serta

Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa

mendengarkannya dengan cermat.

Dosen serta mahasiswa bekerja secara kreatif dan

inovatif.

b. Kalimat majemuk setara pilihan menggunakan atau

Anda pergi kekampus atau menghadiri seminar?

Anda harus kuliah dengan nilai yang tinggi atau tidak

usah kuliah.

c. Kalimat majemuk setara urutan menggunakan lalu,

lantas, kemudian.

Ia pulang lalu pergi menjemput anaknya.

Kami menyelesaikan kuliah lantas bekerja.

Kami bekerja dan menabung kemudian mengawali bisnis

ini.

d. Kalimat majemuk setara perlawanan menggunakan

tetapi, melainkan, sedangkan

Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi,

tetapi malas belajar.

Ia bukan pandai melainkan rajin.

Orang itu giat bekerja, sedangkan adiknya malas.

Page 19: (1584202164) m. taufiqurrohman

16

2.3.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan

jenis anak kalimatnya. Kalimat majemuk bertingkat ada 8

macam, dibedakan berdasarkan jenis anak kalimat (AK).

(1) AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu,

saat, setelah, sebelum;

Mereka segera mencari peluang kerja setelah

menyelesaikan studinya.

Waktu diangkat sebagai pejabat, ia belum menunjukkan

kewibawaannya.

(2) AK keterangan sebab menggunakan kata sebab,

lantaran, karena

Lalu lintas macet karena karyawan di sekitar jalan itu

pulang bersamaan.

Orang itu meninggal karena menderita sakit jantung.

(3) AK keterangan hasil (akibat) menggunakan kata

hingga, sehingga, akhirnya;

Tsunami itu dating tiba-tiba akibatnya puluhan ribu

penduduk tewas.

Pengusaha itu bekerja keras sehingga berhasil

mendapatkan untung besar.

(4) AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila,

kalau, andaikata;

Andaikata engkau memenangkan lomba itu, bagaimana

perasaanmu?

Saya akan santuni orang miskin apabila mendapatkan

uang sebanyak itu.

(5) AK keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya,

demi, untuk, guna;

Agar rakyat makmur, kita harus memberikan

penyuluhan kerja yang kreatif.

Page 20: (1584202164) m. taufiqurrohman

17

Kita harus bekerja keras demi masa depan yang

gemilang.

(6) AK keterangan cara menggunakan kata dengan,

dalam;

Dosen itu menerangkan masalah tersebut dengan

pendekatan ilmiah.

Dalam menghadapi kesulitan tersebut ia menerima

dengan kesabaran.

(7) AK keterangan posesif menggunakan kata meskipun,

walaupun, biarpun;

Biarpun baru pukul setengah enam, saya sudah

berangkat ke kantor.

Saya akan berupaya meningkatkan kualitas kerja

meskipun sulit diujudkan.

(8) AK keterangan pengganti nomina menggunakan kata

bahwa;

Presiden menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus

menegakkan hukum.

2.3.2.3 Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan bertingkat

(1) Bangsa Indonesia bekerja keras mengejar ketinggalan

ekonomi setelah krisis politik berkepanjangan dan krisis

keamanan mulai membaik.

(2) Kinerja bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi

mulai stabil setelah berhasil melangsungkan pemilu secara

demokrasi.

Page 21: (1584202164) m. taufiqurrohman

18

2.4 Kalimat Efektif

a. Kesepadanan dan kesatuan gagasan

kalimat biasanya terdiri dari subjek, predikat, objek, dan

keterangan. Kesepadanan artinya hubungan timbal balikantara subjek

dengan keterangan-keterangannyayang menjelaskan unsur-unsur kalimat

tersebut. Kesepadanan arinya pikiran atau perasaan ide sama dengan

kalimat yang diucapkan atau ditulis. Kesatuan gagasan artinya bahwa

sebuah kalimat harus utuh mengandung satu ide pokok atau satu pikiran

(tidak menimbulkan salah paham). Biasanya jika sepadan dengan pikiran

dan perasaan, kalimat dengan sendirinya akan memiliki kesatuan gagasan.

Contoh kalimat sepadan :

1. Dosen sedang menyampaikan perkuliahan bahasa Arab(benar)

Kalimat ini sepadan karena kalimatnya utuh dan lengkap.

2. Bagi dosen sedang menyampaikan perkuliahan bahasa Arab(salah)

Kalimat ini tidak sepadan dan tidak jelas kesatuan gagasannya karena

tidak lengkap, tidak mempunyai subjek.

b. Kelogisan

Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk

menyatakan sesuatu dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan

jika masuk akal.

Contoh kalimat:

1. Pencuri berhasil ditangkap polisi (salah)

2. Polisi berhasil menangkap polisi (benar)

c. Keparelelan

Keparelelan atau kesejajaran adalah kesamaan unsur-unsur yang

digunakan secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang

digunakan, unsur yang lain juga verba. Demikian pula, jika nomina yang

digunakan, unsur yang lain juga nomina. Jika aktif yang digunakan, yang

lain juga harus aktif. Demikian pula sebaliknya.

Page 22: (1584202164) m. taufiqurrohman

19

Contoh :

Belajar, bergurau: Dia tidak belajar, melainkan bergurau.

d. Penekanan atau penegasan

Penekanan atau ketegasan ialah penonjolan pada pokok kalimat.

e. Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah

hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain, yang dianggap tidak

perlu.

Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat

menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti

penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan.

f. Kepaduan (Koherensi)

Kepaduan adalah adanya hubungan yang padu (koheren) antara

unsur kalimat. Satu unsur dengan unsur yang lain tidak boleh diselingi

oleh kata yang tidak penting dan letak kata dalam kalimat tidak boleh

dipertukarkan.

g. Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah kalimat itu tidak

menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.

Page 23: (1584202164) m. taufiqurrohman

20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan

dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan

intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

3.2 Saran

Kalimat merupakan hal yang pokok untuk kita ketahui sebagai

manusia yang ingin berkomunikasi dan membutuhkan orang lain umumnya dan

juga sebagai mahasiswa dan pelajar umumnya, karena baik langsung maupun

tidak langsung, baik disengaja ataupun tidak mahasiswa setiap hari bergelut

dengan kalimat. Misalnya saja apabila kita membuat karya tulis dan karya sastra

lainya harus mempunyai pengetahuan yang matang tentang penggunaan kalimat

yang baik, benar dan berbobot serta bisa dimengerti oleh penulis dan pembaca.

Page 24: (1584202164) m. taufiqurrohman

21

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Rini dan Tri Indrayanti. 2015. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan

Tinggi. Surabaya: Victory Inti Cipta

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi.

Hs, Widjono. Revisi 2012. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Erlangga