Upload
mellianae-merkusi
View
1.302
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya edisi 04-juni 2011
Citation preview
EDISI 04/TAHUN III/2011
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
JUNI 2011
KAJIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
PENYUSUNAN DATABASE INFRASTRUKTUR PENGAIRAN
DISAIN PENCETAKAN SAWAH DI KELURAHAN GAUNG BARU
POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN SAWAH
DI KELURAHAN TANJUNG PINANG
PEMBANGUNAN PERTOKOAN PASAR KAHAYAN
Foto: Pertokoan Pasar Kahayan
PEMERINTAH KOTA
PALANGKA RAYA
Penanggung Jawab
Ir. SAING SALEH Pemimpin Umum
SRI SULASTRI, SH Pemimpin Redaksi
MARTINA, SH, MSi Redaktur Pelaksana
Drs. SERNUS Staf Redaksi
KRISTHINE AGUSTINE, SE ROYSART ALFONS, ST, MT, MSc
KIBARETHA ANE HANA, AMd IMMANUEL YUWANA YAKTI, ST
CHICILIA ANASTASIA A., AMd Fotografer
TARONGGAL SILALAHI, SP MEILIANA MERKUSI, SPd
NURMILANTY, AMd Dokumentasi
HENDRA SURYA, ST, M.Eng IRWAN
VALLERY BUDIANTO, ST MARTONO, SP
Distribusi
INDRIYANI HANDAYANI, ST GUNTUR SIMANJUNTAK
OKTAVIASI, SP MAHTANI SRI SURYANTI, SP
Alamat Redaksi Bappeda Kota Palangka Raya
Jl. Tjilik Riwut No. 98 Telp/Fax. 0536-3231542, 3231539
Palangka Raya 73112 email:
Daftar Isi
Kata Pengantar
Analisis dan Kajian Potensi PAD
Kota Palangka Raya
Penyusunan Database Sarana dan
Prasarana Infrastruktur Irigasi
Kota Palangka Raya
Penyusunan Desain Pencetakan
Sawah di Kelurahan Gaung Baru
Kecamatan Rakumpit
Inventarisasi Potensi dan Kendala
Pengembangan Sawah
di Kelurahan Tanjung Pinang
Pembangunan Pertokoan Pasar
Kahayan melalui Program
USDRP — Bank Dunia
Lokakarya Peningkatan
Peran Dewan Riset Daerah
dalam Penguatan Sistem Inovasi
Ijin Penelitian di Wilayah
Kota Palangka Raya
1
2
3
13
21
33
40
43
49
P uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat
menerbitkan Buletin Litbang edisi keempat ini. Berbagai upaya
tetap kami kerjakan demi peningkatan kualitas dan manfaat dari
buletin ini, khususnya bagi jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya.
Pada edisi keempat ini dirangkum beberapa kegiatan penelitian dan pendataan
yang dilakukan oleh SKPD dalam jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya. Dari Dinas
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Palangka Raya diperoleh hasil
Kajian atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dilaksanakan bekerjasama dengan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota
Palangka Raya dalam tahun 2010 melaksanakan dua kegiatan kajian khususnya dalam
bidang pertanian bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor. Dari Dinas Pekerjaan
Umum Kota Palangka Raya diliput kegiatan tentang pembuatan database pengairan di
wilayah Kota Palangka Raya.
Di samping kegiatan yang bersifat kajian atau penelitian, ditampilkan juga artikel
berita seputar pelaksanaan pembangunan pertokoan Pasar Kahayan dan diakhiri dengan
beberapa catatan dari hasil Workshop Dewan Riset Nasional dan Sidang Paripurna
Dewan Riset Nasional di Serpong pada akhir tahun 2010.
Kami senantiasa menyambut baik semua masukan dan saran positif untuk
perbaikan mutu Buletin Litbang ini di masa yang akan datang dan kiranya media ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam rangka pembangunan Kota Cantik
Palangka Raya yang kita cintai ini.
Palangka Raya, Mei 2011
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
Ir. SAING SALEH Pembina Utama Muda
NIP. 19550515 198303 1 024
2
Kerjasama Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kota Palangka Raya dengan
Program Magister Akuntansi Fakultas Eonomika
dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
Tahun Anggaran 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tiap daerah mempunyai hak dan kewajib-
an mengatur dan mengurus sendiri urusan pe-
merintahannya, sejalan dengan itu pemerintah
daerah diharapkan mampu menggali sumber-
sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pem-
bangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan PAD se-
makin besar seiring dengan semakin banyaknya
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
kepada daerah disertai pengalihan personil,
peralatan, pembiayaan dan dokumentasi ke
daerah dalam jumlah besar.
Sumber-sumber penerimaan daerah yang
potensial harus digali secara maksimal dalam
koridor peraturan perundangan yang berlaku,
termasuk di dalamnya pajak daerah dan retri-
busi daerah yang memang telah sejak lama
menjadi unsur PAD yang utama. Untuk itu pe-
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
3
merintah melakukan
berbagai kebijakan
perpajakan daerah, di
antaranya dengan me-
netapkan UU No.28
tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Re-
tribusi Daerah, yang
merupakan perubahan
atas UU No. 34 Tahun
2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi
Daerah.
Dengan diubahnya undang-undang terse-
but diharapkan pajak daerah dan retribusi
daerah akan menjadi salah satu komponen PAD
yang penting guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah. Selan-
jutnya, pemberian kewenangan dalam pe-
ngenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan
dapat lebih mendorong pemerintah daerah
terus berupaya untuk mengoptimalkan dan
mengidentifikasikan PAD, khususnya yang
berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah
daerah termasuk Pemerintah Kota Palangka
Raya memerlukan suatu analisis dan kajian po-
tensi PAD untuk mengetahui seberapa jauh
upaya dan kemampuan daerah dalam mengopti-
malkan PAD-nya.
Permasalahan
Permasalahan umum yang terjadi dan
berkaitan dengan PAD di daerah, termasuk Pe-
merintah Kota Palangka Raya adalah :
1. Terdapat kecenderungan aparat pemerintah
daerah untuk merendah-rendahkan target
PAD.
2. Selama ini belum ada evaluasi untuk menge-
tahui apakah pungutan PAD Kota Palangka
Raya telah dilaksanakan secara optimal.
Tujuan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk
menganalisis dan mengkaji potensi Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
dalam rangka mengop-
timalkan PAD di Kota
Palangka Raya.
Tujuan dari
kegiatan ini adalah ter-
wujudnya analisis dan
kajian terhadap Potensi
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam rangka
mengoptimalkan PAD
di Kota Palangka Raya.
LANDASAN TEORI
Pendapatan pemerintah daerah terdiri
atas tiga sumber, yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain penda-
patan daerah yang sah. PAD adalah semua pene-
rimaan daerah yang berasal dari sumber eko-
nomi daerah asli. PAD terdiri atas pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang
sah.
JENIS-JENIS PENDAPATAN ASLI DAERAH
1. Pajak Daerah
1) Pajak Hotel (10%)
2) Pajak Restoran (10%)
3) Pajak Hiburan (umum 35%, diskotik,
karaoke, klab malam dll 75%, kesenian
rakyat/tradisional 10%)
4) Pajak Reklame (25%)
5) Pajak Penerangan Jalan (10%)
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
(25%)
7) Pajak Parkir (30%)
8) Pajak Air Tanah (20%)
9) Pajak Sarang Burung Walet (10%)
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (0,3%)
11) Bea Perolehan hak Atas Tanah dan Ban-
gunan (5%)
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
4
2. Retribusi Daerah
1) Retribusi Jasa Umum :
Pelayanan kesehatan
Pelayanan persampahan/kebersihan
Penggantian biaya cetak Kartu tanda
Penduduk dan Akte Catatan Sipil
Pelayanan pemakaman dan pengabuan
mayat
Pelayanan parkir di tepi jalan umum
Pelayanan pasar
Pengujian kendaraan bermotor
Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
Penggantian biaya cetak peta
Penyediaan dan/atau penyedotan ka-
kus
Pengolahan limbah cair
Pelayanan tera/tera ulang
Pelayanan pendidikan
Pengendalian menara telekomunikasi
2) Retribusi Jasa Usaha :
Pemakaian kekayaan daerah
Pasar grosir dan/atau pertokoan
Tempat pelelangan
Terminal
Tempat khusus parkir
Tempat penginapan/pesanggrahan/
villa
Rumah potong hewan
Pelayanan kepelabuhanan
Tempat rekreasi dan olah raga
Penyeberangan di air
Penjualan produksi usaha daerah
3) Retribusi Jasa Perijinan Tertentu :
Izin mendirikan bangunan
Izin tempat penjualan minuman ber-
alkohol
Izin gangguan
Izin trayek
Izin usaha perikanan
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
5
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Terdiri dari :
1) Bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik daerah/BUMD
2) Bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik pemerintah/BUMN
3) Bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik swasta/kelompok
usaha masyarakat
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah
Terdiri dari :
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga
4) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian
daerah
5) Penerimaan komisi, potongan ataupun
bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan /atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh daerah
6) Penerimaan keuntungan dari selisih nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing
7) Pendapatan denda atas keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan
8) Pendapatan denda pajak
9) Pendapatan denda retribusi
10) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
11) Pendapatan atas pengembalian
12) Fasilitas sosial dan fasilitas umum
13) Pendapatan dari penyelenggaraan pen-
didikan dan pelatihan
14) Pendapatan dari Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD)
Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan
yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasili-
tas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk juga jasa lainnya seperti motel, los-
men, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenis-
nya, serta rumah kos dengan jumlah kamar le-
bih dari 10 (sepuluh) kamar.
Obyek pajak hotel adalah pelayanan yang
disediakan oleh hotel dengan pembayaran, ter-
masuk jasa penunjang (telpon, fax, internet,
laundry, transportasi dll) sebagai kelengkapan
hotel yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga
dan hiburan.
Subyek pajak hotel adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang meng-
usahakan hotel. Sedangkan wajib pajak hotel
adalah orang pribadi atau badan yang mengusa-
hakan hotel.
Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayan-
an yang disediakan oleh restoran. Restoran me-
rupakan fasilitas penyedia makanan dan/atau
minuman dengan dipungut bayaran yang ter-
masuk juga rumah makan, kafetaria, kantin, wa-
rung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/
katering.
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
6
Obyek pajak restoran adalah pelayanan
yang disediakan oleh restoran. Subyek pajak
restoran adalah orang pribadi atau badan yang
membeli makanan dan/atau minuman dari res-
toran, sedangkan wajib pajak restoran adalah
orang pribadi atau badan yang mengusahakan
restoran.
Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penye-
lenggaraan reklame. Reklame adalah benda,
alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan
corak ragamnya dirancang untuk tujuan komer-
sial/promosi sesuatu benda, barang atau jasa
yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan
dan/atau dinikmati oleh umum.
Subyek pajak reklame adalah orang pri-
badi atau badan yang menggunakan reklame,
sedangkan wajib pajak reklame adalah orang
pribadi atau badan yang menyelenggarakan
reklame.
Retribusi Pelayanan Pasar
Obyek retribusi pelayanan pasar adalah
penyediaan fasilitas pasar tradisional/
sederhana, berupa peralatan, los, kios, yang
dikelola pemerintah daerah dan khusus di-
sediakan untuk pedagang. Obyek retribusi yang
dimaksud tidak termasuk fasilitas pasar yang
dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Retribusi Parkir
Pelayanan parkir dapat dibedakan men-
jadi 2 (dua), yaitu retribusi pelayanan parkir di
tepi jalan umum dan retribusi tempat khusus
parkir (disediakan, dimiliki dan/atau dikelola
oleh pemerintah daerah).
Manajemen Kas
Ruang lingkup manajemen kas mencakup
pengumpulan yang efisian, pembayaran dan
investasi sementara kas. Manajemen kas dimak-
sud untuk menjamin tersedianya kas pada
waktu yang diperlukan, tidak terlalu banyak
dan tidak pula terlalu sedikit.
Apabila suatu pemerintahan daerah
memiliki saldo kas yang tinggi, pemerintah
daerah akan mengalami kerugian dalam bentuk
kehilangan kesempatan untuk menginvestasi-
kan dana tersebut pada kesempatan investasi
lain yang lebih menguntungkan. Sebaliknya,
apabila saldo kas terlalu rendah, kemungkinan
pemda mengalami kesulitan likuiditas akan se-
makin besar.
METODOLOGI
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam analisis dan
kajian potensi PAD ini terdiri dari :
Data Primer ; data yang diperoleh secara
langsung melalui observasi/pengamatan,
wawancara dll.
Data sekunder ; data yang diperoleh dari li-
teratur, publikasi dll.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan yang adalah :
Analisis Makro, dilakukan dengan :
Membandingkan PAD dengan Produk Do-
mestik Regional Bruto (PDRB).
Analisis Tren ; pertumbuhan PDRB akan
berbanding lurus dengan pertumbuhan
PAD.
Analisis Mikro, dilakukan dengan :
Analisis terhadap komponen PAD itu
sendiri.
Analisis terhadap Sistem Pengendalian
Intern dalam mengoptimalkan PAD.
Analisis terhadap potensi PAD berkaitan
dengan obyek-obyek potensi PAD.
Teknik Perhitungan
Pajak Hotel
Ket : Rrh = rata-rata tingkat hunian
RrBK = rata-rata pengeluaran tamu
untuk biaya kamar
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
Potensi Pajak Hotel = Rrh x RrBK x 30 x 12 x 10%
7
30 = jumlah hari dalam sebulan
12 = jumlah bulan dalam setahun
10% = tarif pajak maksimum
Pajak Restoran
Ket : Rt = rata-rata tamu yang datang
Pt = rata-rata pengeluaran tamu
30 = jumlah hari dalam sebulan
12 = jumlah bulan dalam setahun
10% = tarif pajak maksimum
Pajak Reklame
Retribusi Parkir
Ket : Jk = jumlah kendaraan yang parkir
Tp = tarif parkir
Jh = jumlah hari
Retribusi Pelayanan Pasar
Ket : LKS = luas kios
LLS = luas los
RLA = rerata luas areal arahan per
pedagang
JPA = jumlah pedagang arahan
TR = tarif retribusi
Potensi PAD melalui Manajemen Kas
Penentuan Aliran Kas Bersih
(TP – TPk) + Skaw = SKak
Ket : TP = total Penerimaan
TPk = total Pengeluaran
SKaw = saldo kas awal
SKak = saldo kas akhir
Penentuan Dana Yang Diinvestasikan
IC = SKak - SKM
Ket : IC = idle cash
SKak = saldo kas akhir
SKM = saldo kas minimal
Penentuan Pendapatan yang Diperoleh
Pendapatan Bunga =
Nilai Investasi x Suku Bunga x Jumlah Hari
365
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Makro
1. Analisis Rasio PAD dengan PDRB
Analisis ini dilakukan dengan memban-
dingkan rasio PAD dengan PDRB antara Kota
Palangka Raya dengan dua atau lebih pemerin-
tah daerah yang memiliki PDRB yang setara
besarnya dengan PDRB Kota Palangka Raya.
PDRB yang digunakan sebagai pemban-
ding adalah PDRB tahun 2008, begitu juga de-
ngan PAD yang digunakan adalah tahun 2008.
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
Potensi Pajak Restoran = Rt x Pt x 30 x 12 x 10%
Potensi Pajak Reklame = Tarif Pajak x Basis Pajak
Potensi Retribusi Parkir = ∑ Jk x Tp x Jh
Potensi Retribusi Pasar =
[ (LKS x TR) + (LLS x TR) +
(RLA x 6tJP x TR) ] x
[jumlah aktivitas pasar sebulan x 12]
Tabel 1
Perbandingan PDRB dan PAD
Kota/Kabupaten PAD dalam Juta
(Rp) PDRB dalam Juta
(Rp) (PAD : PDRB)
Kab. Bulukumba 19.060 2.771.000 0,0069
Kota Palangka Raya 18.242 2.736.000 0,0066
8
Berdasarkan hasil amatan untuk PDRB
tahun 2008, PDRB Kota Palangka Raya setara
dengan PDRB Kabupaten Bulukumba. Lihat Ta-
bel 1.
2. Analisis Pertumbuhan PDRB dengan
Pertumbuhan PAD
Setiap pertumbuhan PDRB akan berban-
ding lurus dengan pertumbuhan PAD. Idealnya
pertumbuhan PAD setidaknya sama dengan
pertumbuhan PDRB. Analisis ini akan mencer-
mati rerata pertumbuhan PAD di Kota Palangka
Raya dan dibandingkan dengan rerata pertum-
buhan PDRB. Data tren PDRB dan PAD dapat
dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Berdasarkan data pertumbuhan PDRB
dan PAD dari tahun 2005-2007, rata-rata per-
tumbuhan PDRB lebih besar (16%) dari pada
pertumbuhan PAD (13%). Hal ini berarti PAD
belum digali secara optimal.
Sementara jika dikaitkan dengan PDRB
dan tingkat PAD tahun 2008, rata-rata pertum-
buhan PDRB lebih kecil (16%) dari pada per-
tumbuhan PAD (21%). Hal tersebut menunju-
kan selama ini PAD belum digali secara optimal
(hanya meningkat 37% di tahun 2008), berarti
praktek penggalian potensi PAD masih terlalu
rendah karena masih bisa ditingkatkan melebihi
pertumbuhan PDRB.
Analisis Mikro
1. Analisis Komponen PAD
Analisis ini digunakan untuk menganalisis
apakah terdapat komponen PAD “semu” di
dalam struktur PAD APBD Pemerintah Kota
Palangka Raya. PAD “semu” merupakan penda-
patan yang tidak menunjukan kemampuan se-
sungguhnya dari PAD.
Berdasarkan APBD Pemerintah Kota
Palangka Raya tahun 2010, diketahui besaran
kelompok PAD adalah Rp 32.300.000.000,-.
Besaran tersebut terbagi ke dalam jenis
pendapatan pada Tabel 4.
Jenis pendapatan berupa Lain-lain Penda-
patan Asli Daerah Yang Sah sebesar
Rp 9.312.306.500,-. Besaran tersebut terdiri
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
Tabel 2
Perbandingan Pertumbuhan PDRB dan PAD
Tabel 3
Perbandingan Pertumbuhan PDRB dan PAD
Tahun PAD (Rp) Pertumbuhan
PAD PDRB
(Milyard rupiah) Pertumbuhan
PDRB
2005 10.573.100.000 1744
2006 11.236.100.000 6% 2053 18%
2007 13.360.000.000 19% 2365 15%
Rerata 13% 16%
Tahun PAD (Rp) Pertumbuhan
PAD PDRB
(Milyard rupiah) Pertumbuhan
PDRB
2005 10.573.100.000 1.744
2006 11.236.100.000 6% 2.053 18%
2007 13.360.000.000 19% 2.365 15%
2008 18.242.000.000 37% 2.736 16%
Rerata 21% 16%
9
dari Jasa Giro Kas Daerah sebesar
Rp 600.000.000,-, Jasa Giro Pemegang Kas
Rp 208.500.000,-, Pendapatan Denda
Rp 300.000.000,-, Hasil penjualan aset daerah
Rp 110.000.000,-, Pendapatan dari pengem-
balian aset daerah Rp.7.700.000.000,-, dan lain-
lain PAD yang sah senilai Rp 393.806.500,-.
Berdasarkan data tersebut, Pendapatan
Denda Rp 300.000.000,-, Hasil penjualan aset
daerah Rp 110.000.000,- dan Pendapatan dari
pengembalian aset daerah Rp 7.700.000.000,-
merupakan PAD “semu” karena tidak menunju-
kan potensi PAD yang sesungguhnya.
Nilai totalnya adalah Rp 8.110.000.000,-
atau sebesar 87% dari lain-lain PAD yang sah
dan 25% dari total PAD.
2. Analisis Terhadap Basis Data
Basis data merupakan hal yang krusial
dalam rangka pengoptimalan potensi PAD yang
akan dipungut oleh pemerintah Kota Palangka
Raya. Basis data tersebut harus dapat men-
yediakan informasi yang memadai untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ter-
kait dengan potensi PAD.
1. Berdasarkan amatan, basis data terkait
obyek PAD berupa pajak hotel, pajak resto-
ran, retribusi pasar, retribusi parkir dan
pajak reklame yang dimiliki Pemerintah
Kota Palangka Raya tidak disajikan secara
lengkap.
2. Berdasarkan amatan, basis data terkait
manajemen kas yang dimiliki oleh Pemerin-
tah Kota Palangka Raya belum memuat in-
formasi secara real time.
3. Analisis Terhadap Penetapan Target
Penetapan target penerimaan PAD di Kota
Palangka Rayabelum sepenuhnya mendasarkan
pada potensi PAD yang sebenarnya. Ini disebab-
kan penetapan target PAD di Kota Palangka
Raya masih bersifat incremental atau jumlah
penetapan target yang selalu meningkat dari
tahun ke tahun pada presentase tertentu. Selain
itu, belum ada kajian secara khusus untuk men-
ghitung besaran potensi masing-masing PAD
yang sesungguhnya.
4. Analisis Terhadap Struktur Organisasi
Berdasarkan amatan, dalam pelaksanaan
pemungutan PAD diperlukan pemisahan fungsi
dan tanggung jawab antar instansi terkait agar
dalam prosesnya dapat lebih terkendali, cepat,
tepat dan efisian.
Namun hal ini dapat menimbulkan
implikasi sebagai berikut :
a. Harus ada pembagian tugas dan fungsi se-
cara jelas agar tidak terjadi tumpang tindih
pekerjaan.
b. Diperlukan koordinasi yang baik antar in-
stansi, terutama pada pembagian wewe-
nang dan basis data.
5. Analisis Sistem Pengawasan
Tujuan pengawasan adalah menjamin
agar pelaksanaan pungutan PAD berjalan secara
optimal. Untuk mengevaluasi pelaksanaan
pungutan PAD agar sesuai dengan tujuannya,
perlu dilakukan audit kepatuhan. Audit kepatuh
-an secara berkala akan memberi informasi se-
jauh mana efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
Tabel 4 Besaran Kelompok PAD
Jenis Pendapatan Jumlah (Rp)
Hasil Pajak Daerah 11.135.508.000,-
Hasil Retribusi Daerah 11.345.260.000,-
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 506.925.500,-
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 9.312.306.500,-
10
pungutan PAD. Selain itu, untuk menjamin audit
kepatuhan berjalan dengan baik, pelak-
sanaannya bisa melibatkan Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang independen. Dimana hal ini
akan menjadi umpan balik bagi pelaksanaan
pungutan PAD di masa datang.
6. Analisis Terhadap Wajib Pungut Pajak
dan Retribusi
Berdasarkan amatan, terdapat kesan
bahwa bahwa pengusaha hotel, restoran dan
pedagang pasar merupakan wajib pajak
(padahal mereka hanya wajib pungut). Akibat-
nya mereka merasa terbebani dengan pajak
tersebut. Selain itu sering kali pada nota pem-
bayaran hotel dan restoran tidak mencantum-
kan pajaknya secara jelas.
Oleh karena itu sangat penting adanya
keterbukaan dan akuntabilitas terhadap kon-
sumen serta upaya untuk memberikan kesadar-
an kepada masyarakat dan wajib retribusi
khususnya terkait retribusi yang dipungut oleh
Pemerintah Kota Palangka Raya.
7. Analisis Terhadap Koordinasi Dengan
Instansi Terkait
Instansi terkait yang menangani pungutan
obyek pajak harus memiliki inisiatif untuk ber-
koordinasi dan meminta informasi dengan in-
stansi terkait lainnya. Dengan koordinasi terse-
but diharapkan bisa memberikan informasi se-
benar-benarnya dan tidak merugikan pemerin-
tah Kota Palangka Raya.
8. Analisis Terhadap Potensi PAD
Analisis ini berkaitan dengan obyek-
obyek potensi PAD. Sampel obyek-obyek PAD
akan dilakukan penghitungan potensinya agar
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
11
dapat diketahui sesungguhnya potensi PAD.
Sampel yang dipilih untuk obyek PAD adalah
pajak hotel, pajak restoran, retribusi pasar, retri-
busi parkir dan manajemen kas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah untuk mengevaluasi
penggalian potensi PAD selama ini di Kota
Palangka Raya. Hal ini perlu dilaksanakan
karena secara umum terdapat kecenderungan
aparat pemerintah daerah untuk merendah-
rendahkan target PAD. Selain itu, selama ini be-
lum ada evaluasi untuk mengetahui apakah
pungutan PAD Kota Palangka Raya telah dilak-
sanakan secara optimal.
Analisis dan kajian potensi PAD ini dilak-
sanakan dengan 2 (dua) analisis utama, yaitu
analisis makro dan mikro. Analisis makro
digunakan untuk menjelaskan keterkaitan
antara potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan indikator ekonomi makro, seperti Pro-
duk Domestik Regional Bruto (PDRB), dengan
tujuan memberikan sinyal terhadap jumlah PAD
selama ini, apakah di bawah kapasitas yang op-
timal atau tidak. Hasilnya adalah :
1. Jika rasio PDRB dengan PAD Kota Palangka
Raya dibandingkan dengan pemerintah
daerah lainnya yang setara, target PAD Kota
Palangka Raya relatif lebih kecil. Sebagai
contoh, jika dibandingkan dengan Kabu-
paten Bulu Kumba, maka PAD Kota
Palangka Raya terlalu rendah 0,0003 atau
PAD Kota Palangka Raya tahun 2008 seha-
rusnya sebesar Rp 19.071.000.000,- atau
terdapat selisih kurang sebesar
Rp 829.000.000,-.
2. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan
PDRB, pertumbuhan PAD Kota Palangka
Raya melebihi pertumbuhan PDRB. Hal ini
menunjukan masih adanya potensi PAD
yang belum tergali secara optimal.
Rekomendasi
Rekomendasi dalam studi terkait dalam
penetapan target PAD adalah sebagai berikut :
1. Penetapan target PAD secara tahunan harus
mendasarkan pada potensi PAD yang se-
sungguhnya di Kota Palangka Raya
2. Peningkatan penetapan target PAD secara
tahunan harus sesuai dengan pertumbuhan
PDRB di Kota Palangka Raya
3. Studi penghitungan potensi PAD yang se-
sungguhnya sangat diperlukan sebagai
dasar penetapan target PAD di masa datang
4. Perlunya inovasi dalam penggalian PAD
dengan cara yang elegan, seperti melakukan
manajemen kas.
Rekomendasi dalam studi terkait dalam
pelaksanaan penggalian PAD adalah sebagai
berikut :
1. Perlunya penyempurnaan sistem pengawa-
san dalam pemungutan PAD dengan mela-
kukan audit kepatuhan yang melibatkan
KAP
2. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat ten-
tang peranan penting pajak dan retribusi
dalam pembangunan daerah
3. Perlunya berkoordinasi bersama instansi
yang terkait dengan obyek PAD
4. Perlunya penyempurnaan struktur or-
ganisasi dalam pengelolaan PAD agar tidak
terdapat tumpang tindih dalam tugas dan
fungsinya
Rekomendasi dalam studi terkait dalam
basis data PAD adalah sebagai berikut :
1. Perlunya penyusunan basis data PAD yang
berbasis komputer yang akan menghasilkan
informasi yang akurat dan ter-update secara
real time.
2. Perlunya pembaharuan format basis data
untuk pajak hotel, pajak restoran, pajak rek-
lame, retribusi pasar, retribusi parkir dan
lainnya yang mampu menjawab kebutuhan
informasi.
Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya
12
PENDAHULUAN
Pemerintah Kota Palangka Raya melalui
Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya
dalam Tahun Anggaran 2010 telah
melaksanakan kegiatan penyusunan database
sarana prasarana dan infrastuktur pengairan/
irigasi. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan
pengejawantahan dari UU Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air dan PP Nomor 20
Tahun 2006 tentang Irigasi yang memberi
wewenang dan peluang yang lebih luas pada
daerah untuk memanfaatkan sumber data air
yang ada di daerah untuk dipergunakan sebesar
-besarnya guna kemakmuran rakyat secara adil
dan merata. Penyusunan database sarana
prasarana dan infrastruktur pengairan/irigasi
ini diharapkan dapat mendukung pengambilan
kebijakan yang tepat mengingat fungsi air
mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan
berdampak jangka panjang.
Kondisi terkini pengairan/irigasi di Kota
Palangka Raya ditandai dengan adanya
perkembangan pencetakan sawah-sawah baru
dan oleh karena itu diperlukan jaringan irigasi
yang handal. Jaringan-jaringan irigasi yang
sudah terbangun sampai saat ini sudah ada di
sembilan lokasi Daerah Irigasi (DI). Dengan
berkembangnya jaringan irigasi di Kota
Palangka Raya dan tren pertumbuhannya di
masa yang akan datang, maka perlu
dilaksanakan pendataan sejak dini demi
mendukung perencanaan ke depan yang
bersifat komprehensif, akuntabel serta
mempertimbangkan aspek sustainabilitas.
PERMASALAHAN
Permasalahan di bidang pertanian
khususnya pengelolaan Sarana Prasarana
Infrastruktur Pengairan selama ini adalah
belum tersusunnya secara digital data sumber
daya air dan jaringan irigasi yang ada di Kota
Palangka Raya sehingga dirasa kurang efektif
dan efisien dalam pengelolaannya. Kegiatan
Penyusunan Data Base Sarana Prasarana dan
Infrastruktur Pengairan/Irigasi Kota Palangka
Raya berbasis GIS ini dimaksudkan untuk
menjawab beberapa hal sebagai berikut :
a. Data-data yang ada masih berupa data
manual sehingga proses updating, analisa
dan evaluasi juga sifatnya manual.
b. Belum efektif dan efisiennya proses
updating, analisa dan evaluasi sehingga
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
13
proses pengembangan dan pengelolaan
sumber daya air dan jaringan irigasi dirasa
belum efektif dan efisien.
c. Sistem pengembangan dan pengelolaan
jaringan irigasi yang ada belum mampu
memenuhi harapan seluruh petani khususnya
petani pengguna air karena arah
pengembangannya belum komprehensif atau
parsial.
d. Sumber daya manusia yang ada belum
kompetitif dan perlu ditingkatkan termasuk
kuantitasnya.
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan kegiatan ini adalah membangun
software Sistem Jaringan Manajemen Jaringan
Irigasi berbasis GIS Kota Palangka Raya.
Sasarannya adalah :
1. Teridentifikasinya potensi Sumber Daya Air
khususnya sistem irigasi di Kota Palangka
Raya.
2. Teridentifikasinya Pengembangan Jaringan
Irigasi yang terdiri dari pembangunan dan
peningkatan Jaringan Irigasi serta
Pengelolaan Jaringan Irigasi meliputi operasi,
pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan
irigasi di Kota Palangka Raya.
3. Tersusunnya desain sistem dan flowchart
data sumber daya air dan jaringan irigasi di
Kota Palangka Raya.
4. Terciptanya perangkat lunak (software)
sistem informasi yang dapat digunakan untuk
melakukan updating, evaluasi dan analisa
data secara cepat, tepat dan akurat dengan
nilai efisiensi tinggi.
5. Teridentifikasinya kebutuhan jenis, jumlah
dan kualitas irigasi.
MANFAAT
Manfaat dari pembuatan Database Sarana
Prasarana dan Infrastruktur Pengairan/Irigasi
berbasis GIS adalah untuk mengakomodasi
Lokasi : Kelurahan Kameloh Baru
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
14
tuntutan kebutuhan akan pengembangan dan
pengelolaan jaringan irigasi yang lebih efektif
dan efisien, dalam rangka peningkatan
pelayanan masyarakat sesuai visi dan misi Kota
Palangka Raya. Selain itu dengan tersusunnya
database ini diharapkan proses pengembangan
dan pengelolaan jaringan irigasi di Kota
Palangka Raya dapat lebih terukur dan
berkelanjutan.
LOKASI STUDI
Lokasi studi kegiatan ini meliputi area :
METODOLOGI DAN PENDEKATAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pendekatan yang dilakukan dalam
pekerjaan ini menyangkut beberapa aspek yang
terkait dengan perencanaan dan pengelolaan
pada lingkup pekerjaan dan tanggung jawab
Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya,
yaitu:
1. Aspek Strategis
Melalui pengelolaan dan perencanaan
sumber daya air yang baik diharapkan dapat
memberikan rangsangan bagi perkembangan
dan pertumbuhan sektor-sektor lain sehingga
mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Pengembangan sistem informasi manajemen
diharapkan dapat berintegrasi dengan database
dan sistem aplikasi lainnya baik yang ada di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Palangka Raya atau pun dari luar.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis yang diperhatikan dalam
sistem informasi ini meliputi kondisi geofisik
kawasan, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, kondisi teknis sumber daya air
serta kondisi sarana dan prasarana
pendukungnya. Aspek teknis database yang
ditonjolkan pada sistem informasi ini adalah
koneksitas atau relasional antara data yang
bersifat tabular dengan data yang bersifat
spasial (kewilayahan) sehingga lebih
komunikatif dan informatif. Pengelolaan data
sumber air secara multi waktu dan integral
merupakan aspek penting sebagai landasan
dalam penyampaian informasi pada
perencanaan dan pengelolaan sumber daya air.
3. Aspek Perencanaan dan Pengelolaan
Hukum dan perundangan yang terkait
dengan aspek perencanaan dan pengelolaan
Daerah Irigasi (DI) Luas (Ha)
DI Kelurahan Gaung Baru 500
DI Kelurahan Petuk Bukit 200
DI Kelurahan Habaring Hurung 500
DI Kelurahan Sei Gohong 250
DI Kelurahan Petuk Katimpun 150
DI Kelurahan Tanjung Pinang 750
DI Kelurahan Bereng Bengkel 1.550
Kelurahan Kalampangan 950
Kelurahan Kameloh Baru 500
Lokasi : Kelurahan Bereng Bengkel
Lokasi : Kelurahan Bereng Bengkel
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
15
sumber daya air merupakan bagian dari
perangkat agar rencana dan pelaksanaan
kegiatan dapat berlangsung dengan baik.
Dengan demikian dalam kegiatan ini perlu
dikaji aspek hukum, kelembagaan dan sumber-
sumber pembiayaannya.
PENDEKATAN SISTEM PERENCANAAN
DAN PENYUSUNAN PROGRAM
Penyusunan Sistem Informasi Daya Air
Kota Palangka Raya ini diharapkan dapat
memberikan kemudahan dalam melakukan
evaluasi kondisi jaringan irigasi beserta sarana
dan prasarana pendukungnya sehingga dapat
dipergunakan dalam perencanaan dan
penyusunan program kegiatan di masa/periode
mendatang. Dengan demikian dalam
penyusunan sistem informasi ini perlu
memperhatikan cakupan data yang ada baik
data yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum
Kota Palangka Raya maupun dari instansi
lainnya. Kedudukan Sistem Informasi Sumber
Daya Air Kota Palangka Raya ditunjukkan pada
Gambar 1.
Pendekatan Manajemen Sistem
Penyusunan Sistem Informasi Sumber
Daya Air Kota Palangka Raya disusun dengan
memperhatikan model data dan output yang
diharapkan. Dengan demikian maka dalam
menyusun langkah-langkah yang diperlukan
untuk perancangan, pengoperasian dan
perawatan sebuah sistem jaringan irigasi/
Daerah Irigasi harus mempertimbangkan
identifikasi informasi, survei lokasi, formulasi
konsep sistem informasi, desain program,
Pelaksanaan
Program Kerja/
Kegiatan
BAPPEDA
Kelembagaan dan Sumber
Daya Manusia
Pengembangan
SDM, Sarana dan
Prasarana Opera-
sional
Data dan Sistem
Jaringan Irigasi
Input Data
Sarana dan
Prasarana
Pendukung
Pelaksanaan Pro-
gram Kerja/
Kegiatan
Program Kerja/
Kegiatan Dinas PU
Tolak Ukur &
Evaluasi Pro-
gram Kerja
Sistem Informasi Jaringan Irigasi, Pe-
nyajian Data Secara Cepat, Tepat,
Akurat dan Interaktif
Umpan Balik untuk Pembangunan Kelem-
bagaan & SDM serta Penyusunan Program
Kerja Tahunan, Jangka Menengah dan
Jangka Panjang
Hasil Pelak-
sanaan Pro-
gram
Gambar 1. Kedudukan Sistem Informasi Sumber Daya Air Kota Palangka Raya
Lokasi : DR Gaung Baru
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
16
pembuatan program, validasi dan evaluasi,
masukan data, manual operasi, pelatihan dan
tahap implementasi. Model sistem input-output
yang dikembangkan dalam sistem jaringan
irigasi ini ditunjukkan pada Gambar 2.
TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Persiapan
Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan :
perijinan dan administrasi, pembentukan tim
kerja dengan instansi terkait, pendataan dan
pengumpulan data, penyiapan perangkat lunak
dan perangkat keras, studi terhadap
dokumentasi sistem informasi yang telah ada,
penentuan tingkat otomatisasi sistem.
2. Pendataan dan Pengumpulan Data
Sekunder
Data yang dikumpulkan meliputi/
bersumber dari : Buku Kota Palangka Raya
Dalam Angka, Peta Irigasi/Drainase yang ada,
Peta Rupa Bumi, Peta Jaringan jalan, Peta
tematik yang berhubungan dengan sarana
prasarana dan infrastruktur pengairan/irigasi.
3. Survey Lapangan
Survei lapangan dilakukan untuk
memastikan kondisi terkini dari saluran yang
ada. Pada survey lapangan ini dilakukan
beberapa pengambilan data yaitu : data posisi,
pengukuran dimensi saluran, dan data visual
(foto) masing-masing saluran.
4. Perancangan Model Database dan
Sistem Informasi Manajemen
Perancangan model didasarkan atas
entitas-entitas dalam perencanaan dan
pengelolaan sumber daya air di lingkungan
Dinas Pekerjaan Umum yang meliputi : entitas
aspek perencanaan dan pengelolaan, entitas
aspek hukum dan perundangan, dan entitas
aspek kelembagaan dan sumber daya manusia.
Data demografi sosial, peta
kewilayahan/spasial, dan data
sosial kemasyarakatan lainnya
Program kerja tahunan /
rencana kegiatan Bappeda dan
kelembagaannya
Data pengamatan lapangan
(kondisi fisik dan non fisik,
akses, fasilitas, dll)
Data dinas/instansi/lembaga
terkait dengan kondisi gedung
Laporan dan evaluasi hasil
pelaksanaan program kerja
Bappeda
Informasi / masukan
masyarakat
Membantu dalam penentuan
prioritas program kerja dan
pengambilan keputusan
Sebagai sarana untuk menam-
pung data dan informasi ter-
kait dengan prasarana ba-
ngunan daerah
Sebagai sarana untuk
menampung data terkait
program kerja tahunan, jangka
menengah dan jangka panjang
di lingkungan Bappeda
Sebagai sarana untuk meng-
analisis kondisi bangunan
daerah, membantu dalam pela-
poran dan evaluasi program
kerja/kegiatan
INPUT PROSES OUTPUT
Gambar 2. Sistem Input-Output yang dikembangkan dalam sistem informasi sarana prasarana pengairan
Lokasi : DR Habaring Hurung
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
17
5. Penyusunan Database
Database yang dibangun menyangkut
aspek perencanaan dan pengelolaan, peraturan
dan perundangan, serta sumber daya manusia
dan kelembagaan. Penyusunan database
mengacu pada format database standar karena
diharapkan dapat dikorelasikan dengan
database yang sudah ada.
Khususnya database yang sifatnya
keruangan/spasial dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu : digitasi peta, editing/
penyuntingan, transformasi koordinat,
pembangunan topologi, konversi format data
dan penyusunan atribut.
6. Penyusunan Aplikasi Sistem Informasi
Aplikasi yang dikembangkan bersifat
standalone.
Perencanaan dan
Pengelolaan Sumber
Daya Air
Hukum, Perundangan
dan Operasional
SDM, Kelembagaan
serta Pembiayaan
Hardware dan
Software
Analisis
Kebutuhan Sistem
Informasi
Layanan dan
Informasi GIS
Hirarki penyusunan database sarana prasarana dan infrastruktur pengairan Kota Palangka Raya
Dinas PU
Kota Palangka Raya
Lokasi : DR Kameloh Baru
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
18
Lokasi : Kelurahan Bereng Bengkel Lokasi : Kelurahan Gaung Baru
7. Pelaporan Hasil Pekerjaan
REKAPITULASI SALURAN IRIGASI
No Nama DI Nama Saluran Fungsi Panjang Tipe
Kon-
struksi
Arah Aliran Permasalahan Lapangan
1 DR Kalampangan Primer Kalampangan 1 Primer 5972,8 Tanah Sungai Kahayan Banjir di pangkal saluran 2 DR Kalampangan Primer Kalampangan 2 Primer 979,0 Tanah Primer 1 Kalampangan Sedimen di ujung
3 DR Kalampangan Primer Kalampangan 3 Primer 1475,1 Tanah Primer 1 Kalampangan Sampah kayu di ujung 4 DR Kalampangan Primer Kalampangan 4 Primer 2481,5 Tanah Sungai Kameloh Banjir
5 DR Kalampangan Primer Kalampangan 5 Primer 4610,4 Tanah Sungai Kahayan Banjir di pangkal saluran 6 DR Kalampangan Primer Kalampangan 5.1 Primer 2197,2 Tanah Primer 1 Kalampangan Banjir di pangkal saluran
7 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.1 Sekunder 550 Tanah Sungai Kahayan Banjir
8 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.2 Sekunder 800 Tanah Sungai Kahayan Banjir 9 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.3 Sekunder 900 Tanah Sungai Kahayan Banjir
10 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.4 Sekunder 900 Tanah Sungai Kahayan Banjir 11 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.5 Sekunder 1300 Tanah Sungai Kahayan Banjir
12 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.6 Sekunder 1000 Tanah Sungai Kahayan Banjir
13 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.7 Sekunder 1000 Tanah Sungai Kahayan Banjir 14 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.8 Sekunder 1500 Tanah Sungai Kahayan Banjir
15 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 1.9 Sekunder 1500 Tanah Sungai Kameloh Banjir 16 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 2.1 Sekunder 1892 Tanah Primer 4 Kalampangan Banjir di pangkal
17 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 2.2 Sekunder 1000 Tanah Primer 2 Kalampangan 18 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 2.3 Sekunder 1957 Tanah Primer 4 Kalampangan Banjir di pangkal
19 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 2.4 Sekunder 891 Tanah Primer 2 Kalampangan 20 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 3.1 Sekunder 1883 Tanah Primer 4 Kalampangan Banjir di pangkal 21 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 3.2 Sekunder 1026 Tanah Primer 2 Kalampangan 22 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 3.3 Sekunder 1882 Tanah Primer 4 Kalampangan Banjir di pangkal 23 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 3.4 Sekunder 1000 Tanah Primer 2 Kalampangan 24 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 3.5 Sekunder 792 Tanah Sungai Kameloh 25 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 3.6 Sekunder 1000 Tanah Primer 2 Kalampangan Sampah kayu di ujung
26 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.1 Sekunder 1001 Tanah Primer 5 Kalampangan Banjir
27 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.2 Sekunder 2197 Tanah Primer 1 Kalampangan Banjir 28 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.3 Sekunder 1000 Tanah Primer 5 Kalampangan Banjir
29 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.4 Sekunder 2196 Tanah Primer 1 Kalampangan Banjir 30 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.5 Sekunder 1000 Tanah Primer 5 Kalampangan Banjir di pangkal
31 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.6 Sekunder 1221 Tanah Primer 4 Kalampangan Banjir
32 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.7 Sekunder 1000 Tanah Primer 5 Kalampangan Banjir di pangkal 33 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.8 Sekunder 890 Tanah Primer 5 Kalampangan Sedimen di ujung
34 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.9 Sekunder 1000 Tanah Primer 5 Kalampangan Sedimen di pangkal 35 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.10 Sekunder 991 Tanah Primer 5 Kalampangan 36 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.11 Sekunder 1000 Tanah Primer 5 Kalampangan Sedimen di pangkal
37 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.12 Sekunder 1008 Tanah Primer 5 Kalampangan Sedimen di ujung
Bersambung
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
19
No Nama DI Nama Saluran Fungsi Panjang Tipe
Kon-
struksi
Arah Aliran Permasalahan Lapangan
38 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.13 Sekunder 1000 Tanah Primer 5 Kalampangan Sampah kayu di pangkal
39 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.14 Sekunder 981 Tanah Primer 5 Kalampangan Sedimen di ujung
40 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.15 Sekunder 842 Tanah Primer 5 Kalampangan Sedimen di ujung
41 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.16 Sekunder 999 Tanah Primer 5 Kalampangan
42 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.17 Sekunder 939 Tanah Primer 5 Kalampangan Ujung kena tambang pasir
43 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.18 Sekunder 986 Tanah Primer 5 Kalampangan Sedimen di pangkal
44 DR Kalampangan Sekdr Kalampangan 5.19 Sekunder 972 Tanah Primer 5 Kalampangan Sampah kayu di pangkal
45 DR Hbr Hurung Primer 1 Hbr Hurung Primer 992 Tanah Sekdr 8 Hbr Hurung
46 DR Hbr Hurung Primer 2 Hbr Hurung Primer 1000 Tanah Sekdr 23 Hbr Hurung
47 DR Hbr Hurung Sekdr 1 Hbr Hurung Sekunder 423 Tanah Sekdr 2 Hbr Hurung
48 DR Hbr Hurung Sekdr 2 Hbr Hurung Sekunder 252 Tanah Sekdr 3 Hbr Hurung
49 DR Hbr Hurung Sekdr 3 Hbr Hurung Sekunder 277 Tanah Primer 1 Hbr Hurung
50 DR Hbr Hurung Sekdr 4 Hbr Hurung Sekunder 728 Tanah Sekdr 1 Hbr Hurung
51 DR Hbr Hurung Sekdr 5 Hbr Hurung Sekunder 665 Tanah Sekdr 4 Hbr Hurung
52 DR Hbr Hurung Sekdr 6 Hbr Hurung Sekunder 318 Tanah Sekdr 7 Hbr Hurung
53 DR Hbr Hurung Sekdr 7 Hbr Hurung Sekunder 288 Tanah Sekdr 8 Hbr Hurung
54 DR Hbr Hurung Sekdr 8 Hbr Hurung Sekunder 307 Tanah Primer 1 Hbr Hurung
55 DR Hbr Hurung Sekdr 9 Hbr Hurung Sekunder 629 Tanah Sekdr 12 Hbr Hurung
56 DR Hbr Hurung Sekdr 10 Hbr Hurung Sekunder 614 Tanah Sekdr 13 Hbr Hurung
57 DR Hbr Hurung Sekdr 11 Hbr Hurung Sekunder 314 Tanah Sekdr 12 Hbr Hurung
58 DR Hbr Hurung Sekdr 12 Hbr Hurung Sekunder 284 Tanah Sekdr 13 Hbr Hurung
59 DR Hbr Hurung Sekdr 13 Hbr Hurung Sekunder 286 Tanah Primer 1 Hbr Hurung
60 DR Hbr Hurung Sekdr 14 Hbr Hurung Sekunder 500 Tanah Primer 1 Hbr Hurung
61 DR Hbr Hurung Sekdr 15 Hbr Hurung Sekunder 500 Tanah Sekdr 12 Hbr Hurung
62 DR Hbr Hurung Sekdr 16 Hbr Hurung Sekunder 487 Tanah Sekdr 13 Hbr Hurung
63 DR Hbr Hurung Sekdr 17 Hbr Hurung Sekunder 402 Tanah Sekdr 1 Hbr Hurung
64 DR Hbr Hurung Sekdr 18 Hbr Hurung Sekunder 496 Tanah Sekdr 1 Hbr Hurung
65 DR Hbr Hurung Sekdr 19 Hbr Hurung Sekunder 489 Tanah Sekdr 21 Hbr Hurung
66 DR Hbr Hurung Sekdr 20 Hbr Hurung Sekunder 447 Tanah Sekdr 21 Hbr Hurung
67 DR Hbr Hurung Sekdr 21 Hbr Hurung Sekunder 568 Tanah Sekdr 21 Hbr Hurung
68 DR Hbr Hurung Sekdr 22 Hbr Hurung Sekunder 373 Tanah Primer 2 Hbr Hurung
69 DR Hbr Hurung Sekdr 23 Hbr Hurung Sekunder 610 Tanah Sekdr 23 Hbr Hurung
70 DR Hbr Hurung Sekdr 24 Hbr Hurung Sekunder 363 Tanah Primer 2 Hbr Hurung
71 DR Hbr Hurung Sekdr 25 Hbr Hurung Sekunder 517 Tanah Sungai Hbr Hurung
72 DR Ptk Katimpun Primer Petuk Katimpun Primer 1924 Tanah Saluran Desa Petuk Katimpun Banjir
73 DR Ptk Katimpun Sekdr Petuk Katimpun Sekunder 1489 Tanah Primer Petuk Katimpun Banjir
74 DR Petuk Bukit Primer Petuk Bukit Primer 1057 Tanah Sungai Petuk Bukit
75 DR Petuk Bukit Sekdr Petuk Bukit Sekunder 100 Tanah Primer Petuk Bukit
76 DR Kameloh Baru Primer Kameloh Baru Primer 4600 Tanah Saluran hilang dan banjir
77 DR Tj Pinang Primer 1 Tanjung Pinang Primer 3530 Tanah Sungai Kahayan
78 DR Tj Pinang Primer 2 Tanjung Pinang Primer 1965 Tanah Sungai Kahayan
79 DR Tj Pinang Primer 3 Tanjung Pinang Primer 3485 Tanah Sungai Kahayan
80 DR Tj Pinang Sekdr Tanjung Pinang Sekunder 876 Tanah Primer 1 Tanjung Pinang
81 DR Gaung Baru Primer 1 Gaung Baru Primer 40 Pasangan Primer 2 Gaung Baru
82 DR Gaung Baru Primer 2 Gaung Baru Primer 1160 Tanah Hutan Sedimen di ujung
83 DR Gaung Baru Sekdr 1 Gaung Baru Sekunder 174 Pasangan Sekdr 2 Gaung Baru
84 DR Gaung Baru Sekdr 2 Gaung Baru Sekunder 642 Tanah Hutan Sedimen di ujung
85 DR Gaung Baru Sekdr 3 Gung Baru Sekunder 400 Tanah Hutan Sedimen di ujung
Lanjutan
Sumber : Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Data Base Sarana Prasarana dan Infrastruktur Pengairan/ Irigasi Kota Palangka Raya
Penyusunan Database Sarana dan Prasarana Infrastruktur Irigasi Kota Palangka Raya
20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Swasembada dan ketahanan pangan
merupakan dua sisi mata uang yang saling
melengkapi dalam menjawab memenuhi
kebutuhan pangan suatu wilayah. Keduanya
hanya dapat dicapai dengan adanya
peningkatan jumlah produksi yang antara lain
dapat dicapai melalui perluasan areal
(ekstensifikasi) produksi pangan. Upaya
perluasan lahan pertanian berkaitan dengan
ketersediaan lahan dan air, pembangunan
infrastruktur, serta ketersediaan tenaga kerja
terampil.
Terkait dengan isu pemenuhan kebu-
tuhan pangan, berdasarkan hasil studi
“Pemetaan Potensi dan Penyusunan Master Plan
Pengembangan Bidang Pertanian dan Peterna-
kan di Kota Palangka Raya” pada tahun 2009,
Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Pe-
merintah Kota Palangka Raya telah mencanang-
kan pencetakan lahan sawah di beberapa lokasi.
Skema pencetakan sawah yang dicanangkan
tersebut ialah pencetakan sawah di wilayah
desa-desa yang tersebar sepanjang Sungai Ru-
ngan dengan target luasan disesuaikan dengan
jumlah kepala keluarga petani sasaran di
masing-masing desa. Untuk Tahun 2010 ini te-
lah dicanangkan kajian perancangan pence-
takan sawah dengan target seluas 100 ha untuk
50 kepala keluarga di Kelurahan Gaung Baru,
Kecamatan Rakumpit.
Kelurahan ini terletak di bagian utara
wilayah Kota Palangka Raya di jalur aliran Su-
ngai Rungan. Di kelurahan ini tersedia lahan
yang berpotensi untuk pengembangan sawah.
Lahan yang dimaksud memiliki topografi ter-
golong datar dengan tanah terdiri dari tanah
mineral pada bagian lahan yang agak tinggi dan
tanah gambut tipis di atas bahan alluvium halus
pada bagian rendah (rawa). Sebagian rawa yang
ada di wilayah ini berada pada posisi lebih
tinggi dari bagian lain, sehingga berpotensi un-
tuk dijadikan sumber air irigasi.
Masyarakat setempat merupakan pen-
duduk asli suku Dayak yang secara tradisionil
tidak memiliki kebudayaan bercocok tanam
padi pada lahan sawah. Namun demikian hal ini
bukan menjadi hambatan, karena justru aspirasi
pengembangan lahan sawah berasal dari
mereka yang sudah mulai menjalani kehidupan
dengan bertani sebagai mata pencaharian.
Untuk merealisasikan rencana pence-
takan sawah di lokasi yang dimaksud maka
diperlukan suatu rancangan teknis. Rancangan
ini harus dibuat dengan cermat meliputi seluruh
komponen konstruksi pencetakan sawah secara
detail berikut perhitungan kebutuhan biayanya.
Perancangan atau disain yang baik harus di-
dasarkan pada pengukuran berbagai parameter
yang diperlukan secara akurat.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk
menyusun disain pencetakan sawah dengan tar-
get seluas 100 ha di Kelurahan Gaung Baru, Ke-
camatan Rakumpit, Kota Palangka Raya.
Sasaran kegiatan ini adalah tersusunnya
disain pencetakan sawah dengan target luas
sesuai kondisi lapangan pada hamparan lahan
seluas maksimal 100 ha di Kelurahan Gaung
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
21
Baru, Kecamatan Rakumpit, Kota Palangka Raya
yang meliputi tata letak petak sawah, tata sa-
luran dan tata jalan usaha tani berikut ukuran-
ukuran vertikal dan horisontal sebagai pedo-
man pengerjaan konstruksi.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai
berikut :
1. Lokasi kajian adalah lahan calon sawah, se-
luas 100 ha di Kelurahan Gaung Baru, Ke-
camatan Rakumpit, Kota Palangka Raya.
2. Pengamatan, pengukuran dan kajian
(analisis) faktor fisik seperti tanah, topografi
dan hidrologi yang berpengaruh terhadap
disain pencetakan sawah.
3. Kajian terhadap faktor sosial ekonomi untuk
menunjang pencetakan sawah.
4. Menyusun peta situasi sebagai dasar
pencetakan sawah.
5. Membuat rancangan (disain) detil areal
pencetakan sawah.
METODOLOGI
Pengumpulan Data
Tahap Persiapan, terdiri dari pengadaan
peta situasi dan peta kerja serta bahan pustaka
lain yang diperlukan, konsolidasi tim,
pengadaan bahan dan peralatan untuk survey,
pembuatan kuisioner serta form isian untuk
pelaksanaan pencatatan dan pengumpulan data.
Tahap Survey Lapang, ditujukan ter-
utama untuk pengukuran dan observasi serta
pengambilan sampel unsur sumber daya lahan.
Selain itu juga dilakukan pengumpulan data se-
kunder dan primer, yaitu :
Data Sekunder, meliputi kependudukan ,
hidrologi dan klimatologi, serta harga
perkiraan setempat.
Data Primer, merupakan kombinasi peng-
amatan visual dan pengukuran. Terdiri dari
kontur dan hidrologi (debit air, cadangan
air), pengamatan tanah, data sosial ekonomi
CPCL melalui wawancara.
Pengolahan dan Interpretasi Data (Analisis)
Data hasil survey dikompilasi dan Diana-
lisis untuk menentukan/menetapkan posisi
geografis dan luasan pasti lahan terpilih, pem-
buatan peta dan gambar rancangan, serta perhi-
tungan kebutuhan biaya. Analisis yang dilaku-
kan meliputi :
a. Analisis topografi dan hidrologi ;
Untuk menetapkan batas tata letak petak
sawah dan tata air. Untuk menggambarkan
kondisinya juga dibuatkan profil melintang
dan membujur.
b. Analisis sifat tanah dan kedalaman gambut ;
Sebagai dasar untuk menetapkan tata letak
petak sawah serta disain konstruksinya
(pematang dan petakan) serta konstruksi
saluran dan bangunan air serta jalan.
c. Pembuatan disain ;
Meliputi pembuatan peta rencana pence-
takan sawah (tata letak, pembagian petak,
saluran irigasi, pintu air dan jalan usaha
tani), serta penggambaran rencana kon-
struksi (gambar saluran irigasi dan drainase,
bangunan air dan jalan usaha tani) berikut
metode pelaksanaan konstruksinya.
d. Perhitungan volume pekerjaan konstruksi dan
penyusunan RAB (Rencana Anggaran Biaya).
Penyajian Hasil
Hasil analisis disajikan dalam peta-peta
dan gambar berskala dan diperjelas dengan
uraian naratif.
KEADAAN UMUM LOKASI
Administrasi, Letak dan Aksesibilitas
Lokasi lahan yang direncanakan dibangun
sawah beririgasi dengan memanfaatkan sumber
air rawa yang berada di dalam wilayah Kelu-
rahan Gaung Baru, Kecamatan Rakumpit, Kota
Palangka Raya dengan batas-batas sebagai beri-
kut :
Sebelah Utara : Kelurahan Panjehang,
Kecamatan Rakumpit
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
22
Sebelah Selatan : Kelurahan Kanarakan,
Kecamatan Bukit Batu
Sebelah Timur : Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Barat : Kelurahan Pager,
Kecamatan Rakumpit
Kelurahan ini berada di bagian utara Kota
Palangka Raya memanjang sejajar Sungai Ru-
ngan. Secara geografis wilayah kelurahan ini
terletak pada 113° 43’ BT dan 1° 48’ LS. Kelura-
han ini relatif terisolir dari keramaian, sulit di-
jangkau dengan cepat karena belum terhubung
dengan jalan darat. Jalur tercepat menuju kelu-
rahan ini hanya melalui jalur sungai, dimulai
dari Sungai Pager Besar pada perpotongan den-
gan jalan raya yang menuju Tbg Talaken meng-
gunakan perahu motor menuju Sungai Rungan
dan bergerak ke arah hulu pada sungai ini.
Karakteristik Lahan
Lahan yang direncanakan untuk dijadikan
sawah berada pada daerah rendahan di dekat
Sungai Rungan dan anaknya yaitu Sungai Be-
ngamat. Secara geomorfologi lokasi ini meru-
pakan bagian dari rawa belakang tanggul su-
ngai. Di luar areal yang direncanakan topo-
grafinya agak naik (kemiringan lereng 3-8%),
namun pada bagian agak tinggi ini masih terda-
pat bagian-bagian yang permukaannya ter-
genang. Hal ini disebabkan karena tanah ini
memiliki lapisan kedap air. Kumpulan air ini
kemudian terakumulasi di bagian-bagian ce-
kung sehingga membentuk genangan perma-
nen, sehingga walaupun agak jauh dari sungai
nampak bentukan rawa yang karakteristiknya
berbeda dari rawa belakang tanggul sungai.
Salah satu rawa tersebut berdekatan de-
ngan lokasi rencana pencetakan sawah ini. Dari
informasi masyarakat setempat, air di rawa atas
ini tidak pernah kering walaupun di musim
kemarau. Atas dasar fakta ini, masyarakat
setempat berkeyakinan lokasi rencana ini layak
dijadikan sawah dengan mengandalkan sumber
air dari rawa atas.
Berdasarkan kondisi sumber air (rawa
atas) tersebut, Dinas Pekerjaan Umum telah
membangun saluran primer yang ditarik dari
rawa atas dan diarahkan ke lahan sasaran
pencetakan sawah.
Lahan yang direncanakan untuk pence-
takan sawah ini merupakan tempat terakumu-
lasinya bahan organik sisa-sisa vegetasi alami
sepanjang waktu karena sisa-sisa tumbuhan
sulit terdekomposisi pada kondisi seperti ini.
Oleh karena itu maka lahan ini memiliki tanah
yang tergolong tanah organik.
Sosial Ekonomi dan Kependudukan
Potensi sumber daya alam serta aktivitas
sosial ekonomi yang tidak merata dan tidak
seragam menyebabkan terdapat sektor-sektor
yang bersifat strategis yang berbeda oleh akibat
besarnya sumbangan ataupun sumber peng-
hidupan masyarakat Gaung Baru. Karakteristik
tersebut dapat ditunjukan dengan distribusi
penggunaan lahan dan mayoritas sumber peng-
hidupan masyarakat yang saat ini masih domi-
nan di perkebunan.
Kelurahan Gaung Baru memiliki total ke-
luarga petani sebanyak 54 KK dengan ke-
pemilikikan lahan pertanian pangan antara 1-5
ha, namun didominasi oleh para petani tanaman
pangan yang tidak memiliki lahan (lihat Tabel
1). Sedangkan luas lahan tanaman pangan yang
utama yaitu ubi kayu dan umbi-umbian (lihat
Tabel 2).
Tabel 1 Jumlah KK dan Luas Tanah Pertanian
Yang Diusahakan di Kelurahan Gaung Baru
Tipe Kepemilikan Jumlah KK
Keluarga memiliki tanah pertanian
Tidak memiliki
Memiliki kurang 1 Ha
Memiliki 1.0 — 5.0 Ha
Memiliki 5.0 —10.0 Ha
Memiliki lebih dari 10 Ha
18
36
3
15
0
0
Jumlah total keluarga petani 54
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
23
Tabel 2 Luas Tanaman Pangan menurut Komoditas
Di Kelurahan Gaung Baru
Penggunaan lahan di Kelurahan Gaung
Baru dominan untuk perkebunan dan pertanian.
Luas yang masih sangat potensial di kelurahan
ini dapat direncanakan untuk beragam aktifitas
yang diharapkan nantinya mendukung dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat (lihat
Tabel 3).
Tabel 3 Penggunaan Lahan di Kelurahan Gaung Baru
Jumlah penduduk Gaung Baru tahun 2009
tercatat 220 jiwa yang terdiri dari laki-laki 109
jiwa dan wanita 111 jiwa (lihat Tabel 4).
Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur Di Kelurahan Gaung Baru
ANALISIS
Profil Lahan
Batas dan Luas Areal
Pengukuran dan penetapan batas areal
untuk cetak sawah telah dilakukan dengan
mempertimbangkan dua hal pokok, yaitu karak-
teristik tanah dan kondisi hidrotopografi. Pada
mulanya luas pencetakan sawah di Kelurahan
Gaung Baru ini ditargetkan seluas 100 Ha, na-
mun setelah dilakukan pengamatan pengukuran
hanya dilakukan pada lahan kurang dari 100 Ha.
Ini terjadi karena pada saat pengukuran se-
bagian areal yang dimaksud dalam keadaan ter-
genang cukup tinggi (>1m). Batas keliling atau
polygon lahan dapat dilihat pada Peta Kontur
(lihat Gambar 1).
Topografi dan Hidrologi
Keadaan topografi digambarkan dalam
Peta kontur dengan interval 0,5 m. Dari Peta
Kontur tersebut tampak bahwa terdapat beda
tinggi sekitar 3 meter dari permukaan lahan
tertinggi dan terendah. Namun dari bagian
tertinggi di pojok utara-timur bagian areal ke-
tinggian permukaan menurun drastis pada
jarak yang sempit, sehingga sebagian besar la-
han hanya memiliki beda tinggi 0,5 s.d. 1 meter.
Sedangkan tinggi muka air saat pengukuran se-
jalan dengan kontur permukaan, dimana areal
yang paling rendah dalam keadaan tergenang
dengan ketinggian sekitar 10 — 50 cm.
Dengan adanya saluran sekunder pada
sisi areal tertinggi, maka saluran tersier harus
diarahkan mengalir searah kemiringan pada
arah kurang lebih tegak lurus saluran sekunder.
Jumlah dan jarak antar saluran tersier disesuai-
kan dengan dimensi petak sawah yang akan di-
bangun.
Berdasarkan efektifitas ketersedian lahan,
luasan lahan dan jumlah petani yang ada, dapat
ditetapkan bahwa luas masing-masing ke-
pemilikan ialah sekitar 1 Ha. Dimana luasan ke-
pemilikan dan hidrotopografi merupakan dasar
penting merancang tata letak sawah dan infra-
Komoditas Luas (Ha) Hasil (ton)
Jagung Ubi kayu Umbi-umbian lain
2 20 20
4 40 35
No Jenis Penggunaan Luas (Ha)
1. 2. 3. 4.
Danau / Rawa Pertanian Perkebunan Lain-lain
900 1.500 2.000 508
Total 4.908
No Kelompok Usia Jumlah (jiwa)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12.
0 — 4 5 — 9
10 —14 15 — 19 20 — 24 25 — 29 30 — 34 35 — 39 40 — 44 45 — 49 50 — 54 55 — 59
22 25 28 28 18 24 23 15 13 7 7
10
Total 220
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
24
Gambar 1. Garis Kontur Areal Rencana Pencetakan Sawah Kelurahan Gaung Baru, Kecamatan Rakumpit, Kota Palangka Raya
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
25
struktur saluran irigasi dan drainase berikut
jalan usaha taninya.
Karena karakteristik tanah di areal ini
merupakan tanah gambut dan atau tanah mi-
neral bergambut, maka sangat penting untuk
diperhatikan dalam merancang tata letak dan
dimensi saluran drainase dan irigasi dengan
prinsip menjaga lahan tidak pernah kering de-
ngan tinggi air disesuaikan dengan kebutuhan
padi. Sifat tanah gambut yang porous (bobot isi
rendah) dan daya dukung mekanik rendah se-
cara bersama-sama harus diperhitungkan
dalam merancang tata letak dan dimensi pe-
metakan dan saluran-saluran yang perlu diba-
ngun.
Profil Petani
Masyarakat kelurahan Gaung Baru ham-
pir 90% berasal dari keturunan Dayak Kalteng.
Dari segi ekonomi kondisi masyarakatnya ma-
sih tergolong ekonomi lemah yang berprofesi
sebagai penyadap karet, penambang emas, pen-
cari rotan dan nelayan.
Masyarakat Gaung Baru belum terbiasa
untuk bekerja keras. Mereka tidak memiliki
pengetahuan di bidang pertanian dan lebih
cenderung suka menyadap karet yang sudah
pasti hasilnya dari pada bertani, di samping itu
pekerjaan tersebut dirasa sudah cukup me-
madai untuk kehidupan mereka. Mereka hanya
berorientasi untuk memenuhi kebutuhannya
pada saat hari itu saja, sementara untuk hari
esok mereka baru akan memikirkannya esok
harinya.
Pengelolaan tanaman yang dilakukan
dalam bertani karet umumnya masih terbatas
pada membersihkan lahan. Mereka belum terbi-
asa bertani secara intensif dan menggunakan
saprodi secara teratur dalam usaha taninya.
Bahkan sebagian dari mereka membiarkan
gulma berkembang di lahan karetnya. Kalaupun
mereka memiliki pengalaman bertanam padi,
pengalaman tersebut adalah bertanam padi
gogo dengan pola ladang berpindah.
DESAIN, PENGERJAAN DAN PEMBIAYAAN
Komponen dan Parameter Disain
Komponen disain pencetakan sawah :
a. Tata letak (lay out) ; konfigurasi petak-petak
sawah, tata air serta jalan usaha tani.
b. Gambar konstruksi ; tampak atas detail kom-
ponen yang terkait dengan komponen lain,
penampang melintang masing-masing kon-
struksi.
Parameter disain yang digunakan untuk
pencetakan sawah adalah sebagai berikut :
a. Tata letak (lay out) petak-petak sawah diran-
cang dengan memperhatikan arah garis kon-
tur, yaitu memposisikan arah panjang sejajar
garis kontur guna meminimalkan perataan
permukaan petak.
b. Tata letak irigasi ditata dengan memperhati-
kan sistem sumber air di lokasi dan ran-
cangan saluran primer yang sudah dibangun
dengan titik ikat muka air pada saluran se-
kunder.
c. Tata letak jalan usaha tani disesuaikan de-
ngan tata letak petak sawah dan saluran iri-
gasi hamparan perluasan sawah.
d. Luas masing-masing petak sawah dibuat
sama 1 ha dengan jumlah sesuai dengan jum-
lah petani yang ada 50 kk.
Disain Tata Letak
Tata letak sawah beserta saluran irigasi
tersier, saluran drainase, stop log, jalan usaha
tani, serta komponen pelengkap yang diperlu-
kan disajikan pada Gambar 2. Pada peta terse-
but ditunjukkan pengaturan letak petak-petak
sawah yang berjumlah 50 buah dengan ukuran
masing-masing 1 Ha termasuk infrastruktur
yang mengelilinginya. Setiap petak sawah dike-
lilingi oleh saluran keliling yang terhubung ke
saluran tersier dimana sebuah stoplog dibuat
untuk mengatur tinggi muka air saluran tersier
agar air dapat masuk ke saluran keliling dan
selanjutnya melimpas pada petak sawah.
Saluran tersier berjumlah 5 buah yang
menyadap air dari satu saluran sekunder. Tinggi
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
26
muka air saluran sekunder diatur oleh bendung
yang dipasang pada saluran primer yang sudah
terbangun yang sumber airnya berasal dari
rawa diluar areal cetak sawah ini. Air berlebih
akan dibuang melalui spill way yang mengalir
sepanjang batas luar petak sawah menuju ke
anak Sungai Rungan.
Jalan usaha tani utama sebesar 3m diapit
oleh saluran drainase sawah. Jalan usaha tani ini
terhubung dengan jalan usaha tani pada saluran
sekunder.
Sesuai dengan topografi alami yang ter-
golong datar dengan beda tinggi sekitar hanya
0,5m pada jarak 200m, maka jika ditarik tran-
sek utara-selatan terlihat potongan melintang
dari petak ke petak pada arah lereng permu-
kaan petak sawah sedikit bertingkat.
Gambar 2. Desain Pencetakan Sawah
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
27
Gambar 3. Peta Situasi Lokasi Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru, Kecamatan Rakumpit, Kota Palangkaraya (Sumber Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangkaraya).
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
28
Disain Konstruksi
Petak sawah
Dimensi ukuran petak sawah bersih ialah
seluas 0.945 ha, terhitung dari batas terluar
yang dikelilingi saluran keliling.
Jalan Usaha Tani
Dimensi/bahan material jalan usaha tani
pada proyek ini disesuaikan dengan kebutuhan
di lapangan dan kemampuan petani melalui
RRA (Rapid Rural Appraisal) sederhana yang
telah dilakukan dan dituangkan dalam disain
sederhana. Gambar tipikal konstruksi jalan
usaha tani berikut saluran drainase di kiri
kanannya dapat dilihat pada Gambar 4, dimana
air dari kelima ruas saluran drainase ditampung
pada saluran kolektor yang berada pada batas
bawah lahan sawah.
Gambar 4. Jalan Usaha Tani dan Saluran
Drainase di Kiri-Kanannya
Tata Air
Petak-petak sawah telah dipilih berada
pada ketinggian lebih rendah dari saluran se-
kunder. Air irigasi dari saluran sekunder akan
dialirkan ke tata air mikro (saluran tersier) dan
selanjutnya ke saluran keliling yang mengelil-
ingi satu unit petak sawah dan akhirnya ke
petak-petak sawah melalui saluran cacing. Air
dari saluran sekunder disadap dan dialirkan ke
saluran tersier, di kedua sisi saluran tersier
dibuat jalan inspeksi (lihat Gambar 5 dan 6).
Untuk tampak atas petakan sawah beserta
dengan saluran keliling dan saluran drainase
dapat dilihat pada Gambar 8. Sedangkan
penampang melintang lengkap satu petakan
sawah beserta saluran tersier, drainase, saluran
keliling, jalan usaha tani dan jalan inspeksi di-
tampilkan pada Gambar 7.
Gambar 5. Saluran Sekunder beserta Jalan
Usaha Tani di Kedua Sisinya
Gambar 6. Saluran Tersier beserta Jalan
Inspeksi di Kedua Sisinya
Stoplog atau pintu air pengatur ketinggian
saluran tersier harus dibuat pada setiap pe-
takan sawah dengan jarak masing-masing
100m. Masing-masing stoplog terdiri dari tum-
pukan 5-7 karung yang diisi pasir tergantung
dari ketinggian air yang dikehendaki (lihat
Gambar 9).
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
29
Gambar 8. Tampak Atas Saluran Keliling,
Saluran Cacing pada Satu Unit
Petakan Sawah
Gambar 9. Penumpang Melintang Stoplog pada
Saluran Tersier
Penyiapan Lahan
Batas Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan meliputi lahan untuk
petak sawah berikut jalan usaha tani dan sa-
lurannya. Secara keseluruhan berdasarkan tata
letaknya pembukaan lahan akan dilakukan pada
lahan di seluruh bagian areal di dalam batas
(lihat Tabel 5).
Tabel 5 Rencana Pembukaan Lahan Total
Metode Pembukaan Lahan (land clearing)
dan Perataan Lahan (land leveling)
Pembukaan lahan (land clearing) yang
disarankan adalah dengan cara mekanis. Dalam
penggunaan alat berat hendaknya mengguna-
kan rel berupa balok-balok kayu untuk
menghindarkan pemadatan tanah gambut yang
berlebihan. Pohon-pohon yang ditebang hen-
daknya ditumpuk diluar area persawahan di
sebelah barat lokasi dan diusahakan tidak
Gambar 7. Posisi Petakan Sawah, Saluran Keliling dan Saluran Drainase
No Pembukaan Lahan Luas Total
1. Petak sawah bersih (0,945Ha) 42,45 Ha
2. Saluran-saluran tata air mikro, galengan, jalan inspeksi dan jalan usaha tani
2,75 Ha
3. Lahan konservasi air (embung)
1 Ha
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
30
mengganggu aliran air, setelah itu baru dilaku-
kan pembuatan saluran tersier, drainase dan
jalan usaha tani.
Mengingat lahan yang berupa gambut dan
kemungkinan masih ada sisa-sisa tunggul kayu,
maka disarankan perataan sawah (land level-
ing) hendaknya dilakukan secara manual.
Jadwal Penyiapan Lahan
Berdasarkan analisis data hujan dan
wawancara dengan masyarakat, hari kering ter-
jadi pada akhir bulan Mei sampai pertengahan
bulan Agustus, sehingga pada saat seperti inilah
direkomendasikan untuk dilaksanakan pembu-
kaan lahan sekaligus pelaksanaan pemba-
ngunan saluran tata air dan jalan usaha tani.
Volume dan Pembiayaan Kegiatan
Biaya pencetakan sawah yang pem-
biayaannya menjadi tanggung jawab Dinas Per-
tanian meliputi pembukaan lahan (tebang habis,
penumpukan dan pembersihan), perataan la-
han, pemetakan dan pembuatan jalan usaha tani
dan saluran-saluran tata air mikro.
Perhitungan pembiayaan ini didasarkan
atas dasar Harga Perkiraan Setempat (HPS)
Tabel 6 Kebutuhan Biaya Pencetakan Sawah 50 Ha
Di Kelurahan Gaung Baru
No. Uraian Kegiatan Volume Harga Satuan Total Biaya
1 Pembukaan lahan (tebas habis, penumpukan, pembersihan, land leveling)
50 Ha Rp 7.480.000/Ha Rp 374.000.000
2 Pembuatan jalan usaha tani (timbunan) 3,2 km Rp 50.000/km Rp 160.000.000
3 Pembuatan drainase (galian) 1.775 m3 Rp 48.601/m3 Rp 86.266.775
4 Pembuatan saluran tersier (galian) 1.792 m3 Rp 48.601/m3 Rp 87.092.992
5 Pembuatan jalan inspeksi saluran tersier (timbunan)
576 m3 Rp 48.601/m3 Rp 27.994.176
6 Pembuatan saluran keliling 1.650 m3 Rp 48.601/m3 Rp 80.191.650
7 Pembuatan stoplog 60 HOK Rp 90.000/m3 Rp 5.400.000
8 Pembuatan embung 1 unit Rp 50.000.000
Sub Total Pencetakan Sawah Rp 871.066.211
Keterangan : harga satuan disesuaikan dengan ketentuan HPS Kota Palangka Raya
Kota Palangka Raya, termasuk di dalamnya un-
tuk item timbunan dan galian disesuaikan de-
ngan HPS Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka
Raya. Disamping itu volume kegiatan juga sa-
ngat menentukan total besar biaya yang
diperkirakan akan dikeluarkan.
Berdasarkan volume kegiatan dan HPS Kota
Palangka Raya, maka kebutuhan biaya dari 2
komponen utama kegiatan pembukaan sawah
50 Ha tersaji pada Tabel 6.
REKOMENDASI
Rekomendasi Teknis Pencetakan Sawah dan
Pengelolaan Lahan
1. Tinggi muka air pada lahan sawah harus se-
lalu diperhatikan, untuk itu diperlukan
disiplin dari para petani dalam mengoperasi-
kan stoplog yang telah terpasang.
2. Pembuatan saluran tersier, drainase dan
jalan usaha tani disarankan dikerjakan de-
ngan konsep JITUT (Jaringan Irigasi Tingkat
Usaha Tani) atau JIDES (Jaringan Irigasi
Desa).
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
31
3. Sangat disarankan agar TIDAK menggunakan
api pada saat pembukaan lahan.
4. Untuk menghindari adanya lahan garung
yang tidak tergarap dan ditumbuhi semak
belukar, disarankan pada para petani agar
melakukan pembagian kerja yang terjadwal
dalam kelembagaan kelompok tani.
5. Disarankan untuk menjaga kelestarian sum-
ber air (air rawa) yang berada di daerah
atasnya dengan cara membangun komitmen
dengan masyarakat setempat yang tertuang
dalam aturan yang mengikat (seperti RTRW/
RDTR).
Rekomendasi Pemberdayaan Petani
Kelurahan Gaung Baru
Sesuai dengan kemampuan dan peng-
alaman petani di kelurahan Gaung Baru yang
masih sangat terbatas, maka pengembangan
atau pencetakan sawah di kelurahan Gaung
Baru perlu dilakukan secara bertahap, sehingga
calon-calon petani sawah di kelurahan Gaung
Baru mempunyai kesempatan yang cukup untuk
belajar, melihat dan mengalami pengelolaan
pertanaman padi di sawah. Beberapa program
yang perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan
calon petani sawah di Gaung Baru untuk siap
mengelola sawah mereka adalah:
a. Sawah Percontohan
Sebagai langkah awal yang penting bagi
petani yang belum memiliki pengalaman dalam
pengelolaan tanaman di sawah adalah membuat
sawah percontohan. Jadi dalam tahap pertama
pencetakan sawah sebaiknya dalam luasan ter-
batas, dan digunakan untuk percontohan. Seba-
iknya petani calon pemilik sawah yang akan
dicetak di Kelurahan Gaung Baru dilibatkan mu-
lai dari persiapan awal penanaman, pemeli-
haraan hingga panen. Dengan demikian bisa
diharapkan para petani dapat mengelola sawah
mereka dengan baik nantinya.
b. Pelatihan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah
Teknologi PTT perlu disosialisasi dan di-
latihkan kepada para petani calon pemilik sa-
wah. Sawah yang dibuka pada tahun pertama
dapat dijadikan media sekolah lapang PTT bagi
para petani calon pemilik sawah, sehingga bisa
diharapkan para petani akan menerapkan
teknologi PTT pada saat mereka bertanam padi
di sawahnya.
c. Pendampingan dalam produksi tahun I
dan II
Petani sebaiknya didampingi dalam mela-
kukan penanaman padi di sawah pada tahun I
dan II, sehingga mereka dapat segera konsultasi
apabila mereka menemukan permasalahan
dalam usaha mereka. Pendampingan juga diper-
lukan untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada petani dalam pengelolaan pertanaman
padi di sawah.
d. Dukungan dalam pengadaan benih dan
saprodi Tahun
Bantuan pengadaan benih di tahun I perlu
diberikan kepada petani agar meringankan
mereka dalam persiapan awal penanaman padi
di sawah, sehingga mereka dapat berkonsen-
trasi pada teknis – teknis pelaksanaan budidaya
padi di sawah.
e. Penguatan Kelembagaan
Kelembagaan kelompok tani yang baru
terbentuk di Kelurahan Gaung Baru perlu diber-
dayakan, agar dapat mendukung para petani
dalam mengelola sawah mereka. Kegiatan sim-
pan pinjam perlu dikembangkan untuk mendu-
kung permodalan petani. Selain itu, perlu di-
dorong adanya kebersamaan anggota dalam
pengadaan input maupun dalam pekerjaan –
pekerjaan teknis budidaya.
Kebersamaan dalam pemanfaatan dan
pengaturan air irigasi perlu dikembang diantara
petani, apakah menggunakan kelompok tani
yang ada atau membentuk kelembagaan baru.
Penyusunan Desain Pencetakan Sawah di Kelurahan Gaung Baru Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya
32
PENDAHULUAN
Produksi beras di Kota Palangkaraya ma-
sih defisit dibandingkan dengan kebutuhan.
Berdasarkan kenyataan itu perlu dilakukan
upaya-upaya peningkatan produksi beras untuk
mengurangi ketergantungan terhadap produk
beras dari luar Kota Palangkaraya. Salah satu
cara untuk meningkatkan produksi beras terse-
but adalah dengan memperluas areal tanam
padi. Kota Palangkaraya masih mempunyai la-
han yang cukup luas, namun lahan tersebut
umumnya bersifat marginal baik berupa lahan
kering dengan tingkat kesuburan yang rendah
ataupun berupa lahan rawa gambut. Lahan
rawa gambut mempunyai produktivitas yang
rendah namun tersedianya air pada lingkungan
lahan gambut memungkinkan lahan tersebut
dijadikan sawah, dengan catatan penge-
lolaannya harus dilakukan dengan hati-hati agar
dekomposisi gambut dapat dikurangi serendah
mungkin.
Salah satu lokasi yang dianggap mempu-
nyai potensi untuk mengembangkan pertanian
adalah areal rawa pada Kelurahan Tanjung Pi-
nang. Keadaan tanah di sebagian besar wilayah
Kelurahan Tanjung Pinang keadaannya berpasir
dan gambut dengan kedalaman 1—2,5 m. Na-
mun ada beberapa lokasi yang terdiri dari ba-
han liat hasil endapan Sungai Kahayan yang cu-
kup potensial untuk dikembangkan menjadi
areal pertanian. Curah hujan di wilayah Tanjung
Pinang berdasarkan pemantauan Stasiun Mete-
orologi dan Geofisika Bandar Udara Tjilik Riwut
Palangka Raya termasuk beriklim tropis basah.
Terkait dengan iklim ini maka sering terjadi
curah hujan tinggi yang menyebabkan Sungai
Kahayan melimpah dan menyebakan genangan
di areal sekitarnya termasuk wilayah studi.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas
perlu dilakukan suatu studi untuk menganalisis
potensi dan permasalahan sejauh mana areal
rawa tersebut dapat dikembangkan sebagai
areal pertanian, khususnya untuk persawahan
tanaman padi.
KEADAAN UMUM
Kondisi Umum Wilayah Studi
Lokasi wilayah kajian terletak di Kelu-
rahan Tanjung Pinang, tepatnya di antara Ban-
dara Tjilik Riwut dan Sungai Kahayan. Wilayah
studi masuk ke dalam Kecamatan Pahandut se-
bagai salah satu di antara 5 (lima) kecamatan
yang ada di Kota Palangka Raya dengan luas
wilayah 14.652 km2 dengan topografi terdiri
dari tanah datar, berawa-rawa dan dilintasi oleh
Sungai Kahayan.
Gambar 1. Lokasi Kelurahan Tanjung Pinang,
Kecamatan Pahandut, Kota
Palangka Raya
Inventarisasi Potensi dan Kendala Pengembangan Sawah di Kelurahan Tanjung Pinang
33
Penduduk dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Pi-
nang tahun 2009 tercatat 2.684 jiwa dengan
dominasi penduduk berumur 22-59 sebanyak
1.452 jiwa berikutnya 7-15 tahun sebanyak 546
jiwa, dan 16-21 tahun sebanyak 277 jiwa. Hal
ini artinya jumlah penduduk yang berada pada
usia produktif mencapai hampir 65 % dari jum-
lah penduduk yang ada (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kel. Tanjung Pinang
Berdasarkan Kelompok Usia
Petani responden di Kelurahan Tanjung
Pinang berusia 41 - 51 tahun, berpendidikan SD
dengan mata pencaharian sebagai petani sayur
atau nelayan. Lahan diusahakan antara 0,5 sam-
pai 3,0 Ha.
Komoditas yang ditanam relatif beragam,
mulai jagung, ubi, sawi hijau, kacang tanah, ba-
yam, semangka. Jagung dijual dengan harga
Rp 2000,-/biji, ubi Rp 2000,-/kg, sawi hijau
Rp 4.000,-/ikat, kacang tanah dengan harga
antara Rp 12.000, - 15.000,-/kg. Bayam diang-
gap salah satu komoditas yang paling mengun-
tungkan. Semangka juga merupakan salah satu
tanaman yang menguntungkan yang dapat di-
jual dengan harga mencapai Rp 1000,-/kg.
Pengelolaan tanaman sayuran umumnya
telah dilakukan secara intensif, sudah banyak
menggunakan pupuk seperti Urea, TSP dan NPK
dan pembelian saprodi dari toko pertanian.
Pembelian saprodi umumnya dilakukan secara
tunai, dan kualitas saprodi yang digunakan se-
lama ini kualitasnya baik menurut petani.
Petani di kelurahan Tanjung Pinang yang
berasal dari Jawa dan Kalimantantan Selatan
umumnya sudah mempunyai pengalaman ber-
tanam padi di sawah. Dalam mengelola perta-
namannya petani dibantu oleh 1—3 orang
tenaga kerja keluarga, dan untuk kegiatan-
kegiatan yang memerlukan banyak tenaga pada
suatu waktu, seperti menanam dan panen,
digunakan tenaga kerja yang diupah.
Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha
budidaya semangka dan sayuran di Kelurahan
Tanjung Pinang semuanya masih dengan tenaga
kerja satu keluarga. Sistem pemasaran yang di-
lakukan dengan cara menjual langsung ke pasar
atau menjual kepada pengumpul besar di pasar,
sebagian hasil panen yang lain diambil oleh
pedagang pengumpul dari Palangka Raya.
Tabel 2 Jumlah Petani dan Peternak di Kelurahan
Tanjung Pinang
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kelurahan Tanjung
Pinang (Tabel 3), nampak bahwa luasan sawah
di Kelurahan ini masih sangat kecil (5 Ha). Se-
dangkan penduduk menurut mata pencaharian
terdiri dari petani tanaman pangan sebanyak
158 jiwa, perkebunan 25 jiwa, peternakan 45
jiwa, nelayan 65 jiwa, selebihnya 2.158 jiwa
atau hampir 89 % dari jumlah penduduk yang
ada berprofesi di luar sektor pertanian dalam
arti luas (Tabel 4).
Rendahnya persentase jumlah penduduk
yang bekerja pada lapangan pekerjaan perta-
nian (kurang dari 11%) merupakan suatu per-
masalahan dalam rangka pengembangan areal
pertanian. Areal pertanian yang dikembangkan
akan efektif apabila diusahakan, dan dalam ka-
itan ini memerlukan ketersediaan tenaga kerja
pertanian.
No Kelompok Usia Jumlah (jiwa)
1 2 3 4 5 6 7
0—1 1—4 5—6
7—15 16—21 22—59
> 60
28 159 141 546 277
1.452 81
Total 2.684 Pengusaha/Peternak (orang) Keramba (unit) Sapi Ayam Sayur Palawija Ikan
3 8 30 25 24 -
Inventarisasi Potensi dan Kendala Pengembangan Sawah di Kelurahan Tanjung Pinang
34
Tabel 3 Penggunaan Lahan
di Kelurahan Tanjung Pinang
Tabel 4
Jumlah Penduduk Kelurahan Tj. Pinang Berdasarkan Kelompok Pekerjaan
Kondisi Hidrologi dan Topografi
Secara geomorfologis daerah survey me-
rupakan backswamp dan flood plain dari sungai
Kahayan. Daerah ini secara periodis terkena
genangan banjir oleh Sungai Kahayan. Banjir
tersebut membawa endapan dari daerah atas
yang diendapkan pada lokasi survey. Selain
langsung dari Sungai Kahayan, limpasan air juga
masuk ke lokasi survey berasal dari outlet salur
-an drainase kota yang berada di sebelah barat
bandara.
Berdasarkan survey topografi dan survey
tanah yang dilakukan pada dua jalur transek,
yaitu Transek A-B dan Transek C-D pada Gam-
bar 2 maka diketahui bahwa lokasi ini ter-
golong daerah rawa yang digenangi air. Terda-
pat 2 (dua) bekas danau tapak kuda (oxbow
lake) di lokasi survey. Danau tapak kuda terse-
but merupakan cekungan genangan yang diba-
tasi oleh tanggul di bagian luarnya.
Gambar 2. Transek Survey Hydro-Topografi dan
Survey Tanah
Hasil survey hydro-topografi pada transek
A-B ditunjukkan pada Gambar 3. Transek C-D
ditunjukkan pada Gambar 4. Hampir keselu-
ruhan titik pengamatan pada transek digenangi
oleh air. Kedalaman genangan air diberapa tem-
pat mencapai dapat mencapai 2 m.
Gambar 3. Profil Kedalaman Air pada Transek A-B
Gambar 4. Profil Kedalaman Air pada Transek C-D
No Jenis Penggunaan Luas (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Pekarangan Tegal/Kebun/Ladang/huma Padang rumput Tambak Kolam/Tabat/Empang Tanah yg tidak diusahakan Tanah utk tanaman kayu-kayuan Perkebunan Sawah Lain-lain
331 50
1.900 0 8
233 300 58 5
1.510
Total 4.395
No Penduduk Menurut Pekerjaan Jumlah
1 2 3 4 5
Petani Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Nelayan Lain-lain (PNS, Pedagang, Buruh, dll)
158 25 45 65
2.158
Total 2.451
Inventarisasi Potensi dan Kendala Pengembangan Sawah di Kelurahan Tanjung Pinang
35
Tinggi genangan tersebut berpotensi da-
pat lebih tinggi, mengingat survey dilakukan
pada awal bulan Oktober. Berdasarkan data
curah hujan (Tabel 5), curah hujan cenderung
lebih tinggi pada bulan-bulan November s/d
April.
Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan tahun 2000
-2009 dapat dilihat bahwa daerah ini mempu-
nyai curah hujan yang cukup tinggi pada bulan
Oktober s/d Juni. Bulan kering umumnya terjadi
mulai Juli s/d awal September (kolom warna
abu-abu) pada Tabel 5.
Gambar 5. Curah Hujan Rata-Rata di Kota
Palangka Raya (mm)
Berdasarkan rata-rata curah hujan tahun-
an pada Gambar 5 terlihat bahwa bulan kering
(<100 mm) sangat singkat (lebih singkat dari 3
bulan).
Sementara itu curah hujan bulan Oktober
sampai April cukup tinggi, hal ini salah satu
bukti bahwa tanpa pembendungan air dari Ka-
hayan maka tanaman pada lokasi kajian besar
peluangnya akan tergenangi sebelum panen.
Kondisi Tanah
Kondisi tanah sangat menentukan potensi
kesuburannya bagi lahan pertanian. Lokasi sur-
vey merupakan daerah backswamp/floodplain
dari Sungai Kahayan dimana umunya ditemu-
kan endapan liat, khususnya pada transek A-B,
sedangkan pada transek C-D ditemukan dibe-
berapa lokasi bahan dari padas hitam dan pasir,
bahkan beberapa lokasi berpotensi pirit. Se-
benarnya beberapa petani pernah mencoba
menanam padi pada lokasi survey, khususnya di
jalur transek A-B, namun sering gagal akibat
genangan banjir. Di samping itu berdasarkan
keterangan dari penduduk di lokasi kajian,
tanah tersebut sering ditanamai semangka dan
produksinya sangat memuaskan. Areal pada
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2000 214,4 181,9 116,3 364,4 81,6 254,2 83,4 53,1 58,1 228,6 300,8 154,2
2001 299,3 296,7 232,3 289,7 149,8 273,8 62,6 34,9 160,1 230,2 344 203,6
2002 379,5 123,8 401,5 210,3 85,7 235,5 10,5 4 1,2 40,9 423,9 191,4
2003 418 410,5 520,9 250,1 182 219,5 30,5 68,1 20,4 163,9 340,1 233,7
2004 170,8 177,8 177,2 224,5 219,5 138,5 233,6 0 185,3 27,6 211,7 414,8
2005 248,7 427,7 196,3 132,4 194,5 155,3 100,5 76,8 179,7 224,5 254,5 180,5
2006 189,6 207,3 168,8 248,6 114,8 141 119,1 8 32 3 37,5 407,1
2007 316,6 265,4 267,9 388,6 280,5 257,6 117,1 101,8 56,5 255,4 223,3 217,6
2008 266 66,3 357 156,7 82,5 124,5 66,8 152,2 23,4 199,9 317,1 418
2009 213,9 222,6 267,5 204,7 177,1 6,7 23,4 37,5 33,4 197,8 165,2 443,9
Rataan 271,68 238 270,55 247 156,8 172,49 84,75 53,64 75,01 157,18 261,81 286,48
Tabel 5 Data Curah Hujan Kota Palangka Raya (mm)
Inventarisasi Potensi dan Kendala Pengembangan Sawah di Kelurahan Tanjung Pinang
36
Gambar 6 adalah sebuah lokasi di Jl. Bangaris
dimana pada musim kemarau petani sering
menanam semangka.
POTENSI DAN PERMASALAHAN
Potensi
Kependudukan
Penduduk merupakan modal dasar pem-
bangunan yang senantiasa harus ditingkatkan
kualitas maupun kuantitas secara terprogram
guna menunjang pelaksanaan pembangunan.
Penduduk yang berkualitas merupakan sumber-
daya manusia yang produktif sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Secara rinci jumlah penduduk di Kelu-
rahan Tanjung Pinang dapat dilihat pada Tabel
6. Jumlah penduduk yang memadai tersebut
merupakan salah satu modal bagi pengem-
bangan pertanian di Kelurahan Tanjung Pinang.
Tabel 6 Jumlah Penduduk
di Kelurahan Tanjung Pinang Tahun 2009
Sumberdaya Lahan
Berdasarkan data survey, maka dari segi
tanah lokasi ini yang umumnya terdiri dari liat
tersebut cukup berpotensi untuk dijadikan la-
han sawah. Pada tansek A-B tidak ditemukan
potensi pirit.
Berdasarkan hasil survey topografi dan
survey tanah dibantu dengan interpretasi citra
satelite maka daerah lokasi dapat dibagi dalam
3 prioritas pengembangan berdasarkan kese-
suaian lahannya. Prioritas I yang perlu dikem-
bangkan menjadi persawahan adalah daerah
dengan simbol unit 1 sebesar 106 ha (Gambar
7).
Gambar 7. Peta Unit Lahan Lokasi Survey
Berdasarkan Potensi Prioritasnya
Karakteristik masing-masing unit lahan
baik bahan substratum, potensi pirit, dan
genangan dapat dilihat pada Tabel 7.
Gambar 6. Lokasi dimana Petani Sering Menanam Semangka di Musim Kemarau
Laki-laki Perempuan Total Kepadatan (jiwa/km2)
1.295 1.083 2.378 435
Inventarisasi Potensi dan Kendala Pengembangan Sawah di Kelurahan Tanjung Pinang
37
Permasalahan
Permasalahan utama yang menghambat
kesesuaian lokasi untuk lahan pertanian adalah
tinggi banjir yang dapat mencapai 2—2,5m
pada saat musim penghujan. Namun saat kema-
rau panjang tinggi muka air surut dan sebagian
lokasi tersebut dapat ditanami tanaman ber-
umur pendek seperti semangka. Menanami de-
ngan tanaman berumur panjang seperti padi
cukup riskan karena besar kemungkinan banjir
datang saat padi belum dipanen.
Tabel 7 Karakteristik Masing-Masing Unit Lahan
Pada Lokasi Survey
Banjir yang sering datang membuat ta-
naman sering belum dapat dipanen pada saat
banjir datang. Hal ini dikuatkan oleh kesaksian
petani yang pernah menanam padi di lokasi sur-
vey bahwa faktor keberhasilan pemanenan
hanya sebesar 20%, berarti dari 4 kali tanaman
peluang berhasil hanya 1x. Apabila pengem-
bangan lahan pertanian seluas 106 Ha direalisir
sebagai prioritas pertama, maka dengan asumsi
untuk budidaya sawah diperlukan tenaga kerja
100 HOK per Ha, maka diperlukan tenaga kerja
pertanian sekitar 10.600 HOK. Dalam hubungan
ini, maka agar areal pengembangan pertanian
ini efektif, maka diperlukan persiapan-
persiapan untuk menyiapkan tenaga kerja per-
tanian, baik yang bersumber dari penduduk
setempat maupun melalui program transmi-
grasi.
Menanggulangi Banjir dengan Tanggul
Salah satu cara yang dapat ditempuh un-
tuk menanggulangi limpasan air ke lokasi dari
Sungai Kahayan adalah dengan membuat tang-
gul yang membentang dari Baku Merang ke Dar-
maga seperti ditunjukan oleh garis kuning pada
Gambar 7. Dimensi tanggul yang dibangun di-
asumsikan adalah sebagai berikut :
Panjang : 3.312 m
Lebar atas : 1,5 m
Lebar bawah : 1,8 m
Dalam : 3,0 m
Volume : 16.394 m3
Tabel 8 memperlihatkan kebutuhan biaya
pembuatan Tanggul Bakung Merang-Darmaga.
Terkait dengan pembuatan tanggul, selain
analisis kelayakan ekonomi/finansial maka
perlu dilakukan analisis lingkungan mengingat
lokasi kajian adalah tempat bermuara saluran
drainase kota. Di samping itu perlu di buat pintu
air di beberapa lokasi sepanjang tanggul agar
Unit Lahan 1 2 3
Luas (Ha) 106 235 210
Bahan Substratum
Liat Liast, pasir dan
padas hitam (dominan liat)
Liat
Potensi Pirit Tidak ada
Ada Tidak ada
Potensi utk lahan Perta-nian
Baik Sedang Baik
Genangan (m) 1—2,5 1—2,5 2—3
Kode Uraian Kegiatan Volume Harga Satuan Total Biaya
1 Pengukuran dan pemasangan patok 15 HOK 151.100/HOK Rp 2.266.500
2 Transport material pasir- tanah dari luar lokasi 16.394 m3 Rp 30.000/m3 Rp 491.832.000
3 Urugan pasir- tanah urug (termasuk material, mandor-buruh)
16.394 m3 Rp 157.583/m3 Rp 2.583.478.753
4 Pemadatan 16.394 m3 Rp 39.915/m3 Rp 654.382.476
Rp 3.731.959.729
Tabel 8 Perhitungan Biaya Pembuatan Tanggul Bakung Merang - Darmaga
Inventarisasi Potensi dan Kendala Pengembangan Sawah di Kelurahan Tanjung Pinang
38
air masih dapat masuk ke lokasi pada saat
musim kemarau sebagai sumber irigasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan sifat tanahnya lokasi ini ber-
potensi untuk dijadikan menjadi lahan perta-
nian. Luas lahan Prioritas I untuk pengem-
bangan adalah 106 Ha. Namun karena fre-
kuensi genangan yang tinggi (80%) maka secara
ekonomis menjadi tidak layak. Diperlukan
teknologi untuk mengurangi banjir. Salah satu
alternatif adalah membuat tanggul dari Bakung
Merang ke arah Darmaga sepanjang 3,3 km.
Biaya yang diperlukan untuk membangun tang-
gul memang cukup tinggi (Rp 3,7 Milliar), na-
mun dalam jangka panjang investasi ini dapat
menguntungkan bagi perkembangan produksi
padi di Kota Palangka Raya.
Diperlukan studi lanjutan mengenai ke-
layakan pembuatan tanggul baik dari segi eko-
nomi/finansial maupun dari segi lingkungan
mengingat areal kajian merupakan outlet
drainase kota dan dekat dengan bandara.
Saran
Agar investasi pengembangan areal, per-
tanian ini efektif, maka diperlukan program un-
tuk pemberdayaan sumberdaya tenaga kerja
pertanian pada areal lokasi kajian, mengingat
lokasi ini merupakan lokasi rawa yang sering
tergenang.
REKOMENDASI PEMBERDAYAAN
PETANI
a. Pelatihan Pengelolaan Tanaman Terpadu
Teknologi PTT perlu disosialisasi dan di-
latihkan kepada para petani calon pemilik lahan
yang dikembangkan. Perlu adanya lahan untuk
dijadikan media sekolah lapang PTT bagi para
petani calon, sehingga bisa diharapkan para pe-
tani akan menerapkan teknologi PTT pada saat
mereka bertanam di lahan milik mereka.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan meng-
gunakan metoda Sekolah lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SLPTT) Padi.
b. Pembinaan Dalam Produksi
Petani sebaiknya dibina dalam melakukan
penanaman semangka dan sayuran, sehingga
mereka dapat berkonsultasi apabila mereka me-
nemukan permasalahan dalam usaha mereka.
Aspek pembinaan meliputi teknik budidaya dan
manajemen keuangan, serta peningkatan ker-
jasama dalam dan antar kelompok masyarakat
dalam pelaksanaan dan pengembangan usa-
hanya. Diharapkan peran serta yang signifikan
dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan
Penyuluh Pertanian untuk memfasilitasi pe-
nguatan kelembagaan petani.
c. Dukungan Pemasaran
Saat ini, petani Tanjung Pinang sudah cu-
kup mahir bertanam semangka dan berbagai
jenis sayuran, sehingga dapat diharapkan pro-
duksi semangka dan sayuran petani menjadi
lebih tinggi. Dengan meningkatnya produk yang
dihasilkan petani, maka diperlukan pasar yang
lebih luas lagi dari pada pasar yang ada saat ini.
Dengan demikian diperlukan dukungan peme-
rintah untuk dapat memperluas dan menambah
variasi pasar produk semangka dan sayuran
dari petani.
d. Penguatan Kelembagaan
Kelompok tani yang sudah ada perlu
diperkuat, baik dalam kegiatan simpan pinjam
maupun dalam kegiatan pengadaan input, se-
hingga petani dapat mengatasi masalah ke-
kurangan modal dan kesulitan dalam peng-
adaan input.
Kebersamaan dalam pemanfaatan dan
pengaturan air perlu dikembangkan di antara
petani, apakah menggunakan kelompok tani
yang ada atau membentuk kelembagaan baru.
Diharapkan peran serta yang signifikan dari
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Penyu-
luh Pertanian untuk memfasilitasi penguatan
kelembagaan petani.
Inventarisasi Potensi dan Kendala Pengembangan Sawah di Kelurahan Tanjung Pinang
39
PEMBANGUNAN PASAR KAHAYAN TRADISIONAL MODERN MELALUI APBD KOTA PALANGKA RAYA
Pasar Kahayan Kota Palangka Raya terle-
tak di tengah-tengah Kota Palangka Raya di ka-
wasan strategis yaitu terletak di Jalan Tjilik Ri-
wut Km.1, berada di kelurahan Palangka, Ke-
camatan Jekan Raya yang dibangun di atas areal
milik Pemerintah Kota Palangka Raya seluas
43.158 m2, dari luas keseluruhan lahan tersebut
yang secara fisik sudah dimanfaatkan untuk
keperluan Pasar Kahayan hanya seluas
14.525 m2.
Pasar Kahayan merupakan salah satu
pasar tradisional terbesar kedua setelah Pasar
Besar yang berada di Jalan Halmahera Kota
Palangka Raya. Pasar Inpres Kahayan dibangun
pada tahun 1980 dengan jumlah blok sebanyak
597 buah, dengan jumlah pedagang sebanyak
400 orang, dimana pada tanggal 26 Juli 2005
tepatnya pada pukul 03.30 WIB terjadi musibah
kebakaran yang menghanguskan 309 blok peda-
gang, sehingga blok yang tersisa sebanyak 288
blok yang terdiri dari blok ikan 48 blok, sayur
100 blok, buah 12 blok, babi sebanyak 13 blok.
Sembako 27 blok dan kelontong dan rumah
tangga sebanyak 88 blok.
Kondisi fisik Pasar Kahayan pasca ke-
bakaran tersebut berupa pasar penampungan
sementara dan sisa-sisa blok/pasar yang tidak
terbakar. Pasar penampungan sementara diba-
ngun pada 2 lokasi, yaitu lahan area parkir pada
halaman depan Pasar serta pada bahu jalan
Mendawai.
Sesuai UU No. 32 Tahun 2004 yang meng-
acu pada standar pelayanan minimal secara adil
bagi semua golongan maka Pemerintah Kota
mencanangkan untuk melakukan revitalisasi
dan rehabilitasi Pasar Tradisional Kahayan,
membangun kembali Pasar Kahayan untuk
menampung pedagang eks. kebakaran, yaitu
pada tahun 2008/2009 melalui dana APBD Pe-
merintah Kota Palangka Raya sebesar
Rp 1.644.515,00. Areal pembangunan menem-
pati lahan seluas 8.360m2 untuk toko/blok/
lapak yang dibangun sebanyak 588 buah, yaitu
188 toko dan 400 lapak dengan rincian perun-
tukan ditunjukkan pada Tabel 1.
Pada tanggal 18 Mei 2009 Walikota
Palangka Raya H.M. Riban Satia didampingi
Wakil Walikota Palangka Raya H. Maryono
meresmikan Pasar Kahayan Tradisional Modern
Kota Palangka Raya.
Pembangunan Pertokoan Pasar Kahayan melalui Program USDRP-Bank Dunia
40
Gambar 1. Bagian depan bangunan Pasar Kaha-
yan Tradisonal Modern.
Tabel 1
Jenis penggunaan Toko/Lapak di Pasar Kahayan Tradisional Modern
PEMBANGUNAN PERTOKOAN PASAR KAHAYAN (BAGIAN DEPAN) MELALUI DANA PINJAMAN BANK DUNIA PRO-GRAM BANTUAN URBAN SECTOR DE-VELOPMENT REFORM PROJECT (USDRP)
Pembangunan Pertokoan Pasar Kahayan
Palangka Raya (bagian depan) yang sekarang
sedang berjalan dibiayai dari pinjaman Peme-
rintah Kota Palangka Raya dari Bank Dunia me-
lalui Program Urban Sector Development Reform
Project (USDRP) dengan biaya pemba-ngunan
konstruksi sebesar Rp 18.054.604.000.
Keikutsertaan Pemerintah Kota Palangka
Raya dalam program USDRP ini telah dilakukan
sejak tahun 2005. Khusus untuk investasi pem-
bangunan perkotaan yaitu dalam hal ini pem-
bangunan fisik pertokoan Pasar Kahayan dimu-
lai sejak bulan September 2009 yang direncana-
kan akan selesai pada bulan September 2010.
Selain komponen investasi tersebut Pe-
merintah Kota Palangka Raya juga melaksana-
kan komponen Reformasi Pembaruan Tata Pe-
merintahan Dasar yang merupakan bagian dari
keikutsertaan dalam program USDRP ini.
Data dan Informasi Proyek Pembangunan
Pertokoan Pasar Kahayan (bagian depan) se-
cara ringkas disajikan sebagai berikut:
Rincian blok yang dibangun dan jumlah peda-
gang yang ditampung adalah sebagai berikut :
No Jenis Penggunaan Jumlah
(Blok/Lapak)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Konveksi Elektronik Ponsel Asesoris Kosmetik Obat Tukang Cukur Kelontongan Kue kering Penjahit Buah Sembako Ikan Ayam Daging Sapi Sayur Parutan Kelapa Bumbu/rempah
90 7 4
19 18 17 2
33 4 4
13 195 54 28 14 79 10 7
Total 588
Sumber Dana Pinjaman Bank Dunia melalui Program USDRP
Dana Pembangunan Konstruksi
Rp 18.054.604.000
Dana Jasa Konsultan Supervisi
Rp 566.500.000
Kontraktor Pelak-sana Proyek
PT. Waskita Karya Persero
Konsultan Supervisi PT. Miramy Konsultan
Jumlah pedagang yang ditampung
279 orang
Ruko (bangunan pertokoan tingkat 2)
46 buah
Blok ( pertokoan tidak bertingkat)
145 buah
Blok Buah 20 buah
Blok Babi 18 buah
Los PKL 100 buah
Pembangunan Pertokoan Pasar Kahayan melalui Program USDRP-Bank Dunia
41
Gambar 2. Tampak Depan (kiri) dan Selasar Los Pertokoan (kanan) Pertokoan Pasar Kahayan
Tabel 2 Status Pembiayaan dan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan
(Data sampai bulan Mei 2010)
Paket Pekerjaan
Perusahaan/Rekanan
No & Tgl Kontrak
Jumlah Dana Sumber Dana Jangka Waktu
Pelaksanaan
Realisasi Pekerjaan Konstruksi
Pengadaan konstruksi Pembangunan Pertokoan Pasar Kahayan
PT. Waskita Karya Persero
602/730/DPUCK/KTRK/09 Tgl 30 Sep-tember 2009
Rp 18.054.604.000 IBRD (Dana Pinjaman Bank Dunia program USDRP)
365 hari 18,15%
Pembangunan Pertokoan Pasar Kahayan melalui Program USDRP-Bank Dunia
42
LOKAKARYA PENINGKATAN PERAN
DEWAN RISET DAERAH
Pada tanggal 14 Desember 2010, bertem-
pat di Gedung Grha Widya Bhakti Serpong, De-
wan Riset Nasional (DRN) menyelenggarakan
lokakarya nasional dengan topik “Peningkatan
Peran Dewan Riset Daerah Dalam Penguatan
Sistem Inovasi”. Undangan yang hadir selain
dari Dewan Riset Daerah tingkat Propinsi dan
Kabupaten/Kota juga diikuti oleh beberapa pe-
jabat dari pusat yang sekaligus menjadi nara-
sumber dalam acara dimaksud. Dalam kegiatan
lokakarya ini dijelaskan kembali tentang posisi
Dewan Riset Daerah (DRD) dalam kelembagaan
pemerintah daerah dilanjutkan dengan sharing
pengalaman antar Dewan Riset Daerah, khusus-
nya dalam hal keberadaan DRD sebagai mitra
kerja lembaga-lembaga kelitbangan di daerah,
khususnya Balitbangda dan Bappeda. Dua DRD
yang diminta memaparkan kinerjanya adalah
DRD DKI Jakarta dan DRD Propinsi Sumatera
Selatan.
Pertemuan ini juga mempertegas tentang
makna inovasi dalam bidang kelitbangan se-
hingga kesepahaman dicapai dalam rangka me-
wujudkan penguatan Sistem Inovasi di daerah
(SIDA = Sistem Inovasi Daerah) pada tingkat
kabupaten/kota, propinsi dan sampai ke tingkat
nasional (SINAS = Sistem Inovasi Nasional). Inti-
nya adalah bagaimana riset-riset yang sudah
ada, sedang dan akan dilaksanakan merupakan
riset yang pada akhirnya dapat diimplementasi-
kan guna kepentingan masyarakat, dan tidak
hanya “disimpan di lemari” sebagaimana yang
banyak terjadi selama ini.
Lokakarya Peningkatan Peran Dewan Riset Daerah dalam Penguatan Sistem Inovasi
43
Point-point hasil diskusi selama lokakarya
ini antara lain sebagai berikut:
Dalam Kelembagaan Iptek, peran pemerintah
yang sangat besar dalam hal Intermediasi
dan Regulasi. Selain itu, tekanan interna-
sional juga perlu diperhatikan dalam
pengembangan aplikasi teknologi. Oleh
karena itu, diperlukan komitmen yang kuat
dari pemerintah dalam menerapkan Regu-
lasi dan Intermediasi yang baik.
Fungsi DRN dan DRD sebenarnya adalah
sebagai Fasilitator, Intermediator dan
Regulator. Ketiga Fungsi ini harus semakin
diperkuat terutama dalam Regulasi, seperti
Peraturan Menteri, dll
Sebaiknya diberikan kesempatan kepada
Daerah mendeskripsikan sendiri apa yang
harus dilakukan, karena kondisi setiap
daerah berbeda. Oleh karena itu, diperlukan
Peran Aktif lembaga-lembaga di Daerah
dalam pengembangan iptek
Langkah Penting yang harus dilakukan
dalam pengembangan iptek:
a. Mendefinisikan ulang tujuan dan
sasaran organisasi, dimana harus
menuju ke lembaga yang inovatif.
Sehingga, akan dilakukan revisi Strategic
dan Action Plan
b. Reformasi struktural untuk mendukung
inovasi
c. Merubah mindset individu-individu
menjadi Visi Bersama yang konsisten
Sebaiknya Hubungan lembaga riset di
pusat dan daerah tidak terputus. Hasil-
hasil yang telah ada di Pusat, apabila ingin
diimplementasikan di daerah perlu adanya
uji multi lokasi juga, dimana diperlukan
dana yang memadai
Persoalan Utama dalam pengembangan
iptek di Indonesia: Teknologi Belum Sesuai
Dengan Kebutuhan
Kapasitas yang diperlukan setiap Lembaga
Litbang Iptek:
a. R&D Capacity: Kemampuan untuk
mengembangkan iptek
b. Sourcing Capacity: Kapasitas untuk
Gambar 1. Pola Pikir DRD Sumatera Selatan tentang Sistem Inovasi Daerah dan Peran Inspiratif-
Indikatif-Kolaboratif-nya untuk Balitbangda Pemprov Sumatera Selatan
Lokakarya Peningkatan Peran Dewan Riset Daerah dalam Penguatan Sistem Inovasi
44
mengetahui apa yang terjadi di luar
lembaga litbang
c. Disseminated Capacity: Kemampuan
untuk mendiseminasi hasil iptek
Masalah sosialisasi hasil iptek perlu lebih
diefektifkan agar ketermanfaatan penelitian
dapat terjadi dengan baik
Koordinasi antara DRN, Kementerian
Ristek dan Kementerian Dalam Negeri,
dimana diperlukan adanya komunikasi dan
koordinasi yang intensif
Kunci keberadaan DRD adalah di Kepala
Daerah. Perlu adanya penekanan khusus
untuk DRD pada Raker Gub yang
dilakukan.
Diperlukan adanya penegasan koordinasi
antara DRN dan DRD. Terdapat hubungan-
hubungan koordinasi DRN-DRD, antara
lain:
a. Hubungan Fungsional: DRN melakukan
pembinaan terhadap DRD, dimana DRN
membuat DRD bekerja secara profesional.
Namun, hubungan Dewan Riset ini perlu
dicermati dengan baik agar terjadi
hubungan yang baik diantara keduanya.
b. H u b u n g a n P r o g r a m : D R N
mensosialisasikan dan mendorong agar
DRD mengacu prioritas-prioritas riset
Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-1014.
Agar tidak terjadi tumpang tindih ego
sektoral di daerah, Balitbangda sebaiknya
mempunyai kewenangan sebagai
koordinator penelitian di daerah. Jikalau
ada penelitian yang dilakukan SKPD-SKPD,
dikoordinasikan dan disesuaikan agenda
riset di daerah.
Komoditi berbasis karet yang dikembangkan
berbasis demand-pull, dimana dilakukan
pembinaan dan pengarahan. Misalnya,
dalam hal souvenir Sea Games, diperlukan
rekayasa teknologi dalam mendukung
kualitas karakteristik yang diharapkan.
Dilakukan juga koordinasi semua pihak
yang terkait dalam pengembangan ini
secara rutin. DRD sebagai pemberi arah
dan saran, diawali dengan seminar dan
diskusi-diskusi.
Contoh supply-push: banyak ditemukan
komoditi bahan karet untuk sepeda
motor. Namun, persoalannya adalah tidak
adanya industri sepeda motor di
Sumatera Selatan. Oleh karena itu,
solusinya adalah misalnya bekerja sama
dengan SIDa Kabupaten lain (SIDa Tegal).
Beberapa tingkat Sistem Inovasi di
Indonesia (Ketua DRD Sumsel):
a. Tingkat daerah: Provinsi dan Kabupaten
b. Tingkat Regional: Sumatera, dan lain-
lain
c. Tingkat Nasional: Seluruh Indonesia
O M R C t i d a k h a n y a b e r h e n t i
mengumpulkan data saja. Di dalam OMRC
akan ada cluster-cluster keilmuan maupun
manfaatnya, dimana akan ada pertemuan –
pertemuan rutin.
Mengingat diperlukannya sosialisasi OMRC,
akan dilakukan sosialisasi tersebut kepada
lembaga-lembaga penelitian di seluruh
Indonesia
Masalah utama dalam peningkatan peran
DRD (Studi Kasus Riau):
a. SKPD-SKPD mempunyai penelitian
masing-masing, bukan di Balitbang.
Kemudian, diharapkan juga Balitbang ini
memfungsikan DRD, yang seharusnya
memonitor pelaksanaan riset di daerah-
daerah.
b. Kemandirian DRD yang kurang
dikarenakan keterbatasan dana.
c. Agenda Riset sudah ada tetapi lembaga-
lembaga penelitian tidak mengacu Agenda
Riset yang sudah ada tersebut.
Diperlukan hubungan antara Perguruan
Tinggi (yang selalu mempunyai bahasa
tinggi dan meneliti keilmuan tingkat tinggi),
dan Pemerintah Daerah (yang lebih
membumi ke masyarakat). Oleh karena itu,
diperlukan adanya kebijakan efektif yang
Lokakarya Peningkatan Peran Dewan Riset Daerah dalam Penguatan Sistem Inovasi
45
dapat menghubungkan kedua pihak ini.
Revisi UU No. 32, dalam pengembangan
terobosan inovasi di daerah, terdapat
proteksi dan keleluasaan lembaga-
lembaga penelitian untuk lebih berkreasi.
Hal-hal awal yang perlu dilakukan dalam
Implementasi SIDa di Sumsel:
a. Penyamaan persepsi bahwa diperlukan
adanya pemasaran hasil teknologi di
pasar, sehingga dapat terjadi adanya
inovasi. Tanpa pasar, sulit berharap
akan terbentuk adanya sistem.
b. Penyamaan persepsi bahwa teknologi
adalah kumpulan pengetahuan
terapan yang dapat meningkatkan
produktivitas. Dimana, pengetahuan
terapan ini didukung oleh riset dasar.
Riset dasar dapat saja dikerjakan
outsourcing, tetapi riset terapan yang
benar-benar harus disesuaikan dengan
daerah implementasi.
c. Dimulai dengan hal-hal yang kecil,
sehingga pada akhirnya bergulir menjadi
sesuatu yang besar.
Kunci dari implementasi SIDa adalah
KONSEP dan KEMAUAN bersama
Kesimpulan yang diperoleh dari lokakarya
ini dituangkan dalam suatu rumusan sebagai
berikut:
Rumusan Lokakarya Peningkatan Peran Dewan
Riset Daerah (DRD) dalam Penguatan Sistem
Inovasi
Revitalisasi Kelembagaan Litbang untuk Mendu-
kung SINas
Persoalan Pokok:
a. Teknologi belum memberikan kontribusi
signifikan dalam pembangunan perekono-
mian nasional.
b. Kelembagaan litbang belum memberikan
kontribusi signifikan terhadap perkem-
bangan iptek.
Lembaga litbang sebaiknya tidak hanya
mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga menuntaskan kewa-
jiban tersebut untuk dapat mengaplikasikan
hasil R&D di masyarakat
Aktor utama dalam Sistem Inovasi Nasional
adalah Pengembang Teknologi dan Pengguna
Teknologi. Aktor tambahan yang diperlukan
adalah Lembaga Intermediasi. Namun, yang
paling utama dalam sistem inovasi adalah
alirannya, yaitu:
a. Aliran Informasi Kebutuhan dan perma-
salahan dari pengguna teknologi ke
pengembang teknologi.
b. Aliran Paket Teknologi dari pengembang
teknologi ke pengguna, dimana ini harus
sesuai dengan kebutuhan.
Posisi DRD dalam Kelembagaan Daerah
Posisi-posisi dalam kelembagaan yang perlu
diperhatikan dalam hal posisi DRD dalam
Kelembagaan Daerah antara lain:
a. Posisi DRN dalam Pembangunan Nasional
Iptek
b. Hubungan DRN dengan DRD
c. Struktur Kelembagaan Daerah
Permasalahan DRD di Daerah:
a. Eksistensi Kelembagaan Badan Litbang
Akibat beberapa peraturan, peranan lem-
baga litbang menjadi mengambang
b. Lembaga Non Struktural kurang menda-
pat perhatian
Persoalan utama di daerah yang selalu
dibicarakan adalah persoalan struktural,
sehingga lembaga-lembaga non struktural
seperti DRD menjadi lemah
c. Iptek-Riset-Inovasi dianggap hanya tugas
Perguruan Tinggi
d. Wadah dalam struktur organisasi terlalu
ketat / kaku
Terutama berkaitan PP 41 Th. 2007 ten-
tang organisasi perangkat daerah, dimana
banyak lembaga litbang yang ditarik ke
Bappeda. Sehingga akan tidak mudah
adanya koordinasi antara Bappeda dan
DRD. Kemudian, saat ini struktur juga ter-
lalu runcing.
Lokakarya Peningkatan Peran Dewan Riset Daerah dalam Penguatan Sistem Inovasi
46
e. UU No. 18 Th. 2002 belum dijadikan
acuan dalam penyusunan kelembagaan
daerah.
Peluang untuk memantapkan Posisi DRD:
a. Inovasi dan Pengembangan Iptek bersifat
lintas sektor, sehingga dapat masuk me-
lalui sektor terkait dalam diseminasi iptek
b. Pembangunan iptek adalah wajib, se-
hingga harus masuk ke dalam Renstrada
c. Menristek adalah pembina pengem-
bangan iptek di daerah, sehingga DRD da-
pat menjadi mediator
d. Keluarkan PP tentang pengembangan ip-
tek dengan mencantumkan litbang dan
DRD sebagai pelaku utama
Langkah-langkah Strategis untuk mem-
perkuat posisi DRD:
a. Menghidupkan balitbang daerah sebagai
“cantolan” DRD, sesuai UU 18/2002
b. Perankan DRD sebagai penyusun Renstra
c. Laksanakan program-program DRN de-
ngan model dekonsentrasi (Tugas Pem-
bantuan)
d. Sosialisasi program-progran Menristek ke
daerah dengan kerjasama dengan balit-
bang
e. Uji coba - uji coba inovasi di daerah pada
berbagai sektor dengan melibatkan DRD
sebagai pengawas program-program
WEBSITE OMRC
Pada kesempatan ini dilaksanakan juga
launching website OMRC (Open Method of Re-
search Coordination), yaitu http://www.omrc-
drn.or.id, yang dikelola oleh Dewan Riset Na-
sional. Maksud pembuatan website ini adalah
sebagai sarana tukar informasi kegiatan kelit-
bangan antardaerah dengan basis content ma-
nagement system. Anggota dari OMRC ini adalah
DRN (Dewan Riset Nasional), DRD Propinsi,
DRD Kabupaten/Kota serta lembaga-lembaga
kelitbangan lainnya di daerah. Informasi yang
ada dalam website ini merupakan kontribusi
dari anggotanya. Website ini akan sangat mem-
bantu bagi suatu daerah yang akan melaksana-
kan kegiatan riset agar tidak mengadakan riset
yang sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh
daerah lain.
Gambar 2. Website ORMC – DRN (Open Method of Research Coordination)
Lokakarya Peningkatan Peran Dewan Riset Daerah dalam Penguatan Sistem Inovasi
47
Beberapa alasan pengembangan dan pe-
nerapan Open Method of Research Coordination
dalam memperkuat koordinasi kelembagaan
Iptek adalah sebagai berikut:
Fakta yang ada bahwa banyak riset yang
berdiri sendiri-sendiri, walaupun berada dalam
pengembangan riset produk yang sama, misal-
nya sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan tools
yang dapat mengintegrasikan hasil-hasil riset
tersebut.
OMRC (Open Method of Research Coordi-
nation) dikembangkan dengan mengadopsi
OMC yang dikeluarkan oleh Uni Eropa. Manfaat-
manfaat OMRC antara lain adalah :
a. Pencarian data penelitian menjadi lebih mu-
dah dan cepat
b. Kemitraan, sinergi kegiatan riset, efisiensi
anggaran meningkat dan kegiatan tumpang
tindih dapat dihindari
c. Peluang lebih besar untuk peningkatan pe-
manfaatan hasil penelitian
d. Sebagai perangkat untuk mendukung
kegiatan proses bisnis dalam OMRC-DRN
Proses-proses yang dilakukan dalam
OMRC:
a. Pengisian data riset
b. Pengisian data permintaan teknologi
c. Pencarian data riset atau permintaan
teknologi pada database
d. Penjodohan riset (research collaboration)
e. ATM (Automatic Technology Matching)
Diharapkan Peran Serta lembaga - lem-
baga riset dan perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta di pusat maupun daerah untuk
bersama -sama mengembangkan OMRC.
SIDANG PARIPURNA II DRN 2010
Pada tanggal 15 Desember 2010 di tempat
yang sama diselenggarakan Sidang Paripurna II
Dewan Riset Nasional Tahun 2010 dihadiri oleh
unsur Dewan Riset Nasional dan para Ketua
DRD Propinsi. Pengarahan diberikan oleh
Menteri Negara Ristek, Bpk. Suharna Surapra-
nata, dan Penasihat Meneg Ristek, Prof. Jimly
Asshiddiqie. Penekanan dari Meneg Ristek
adalah bahwa dalam penguatan sistem inovasi
sangat bergantung pada sinergitas dan har-
monisasi berbagai peraturan yang berkaitan
dengan pengembangan Iptek, antara lain: per-
aturan tentang sistem nasional pengembangan
Iptek, peraturan tentang perencanaan pem-
bangunan, dan peraturan tentang keuangan
atau anggaran. Kegiatan Sidang Paripurna II
DRN Tahun 2010 ini diakhiri dengan presentasi
dari tiap Komisi Teknis (Komtek) menyangkut
pencapaian serta langkah-langkah strategis
yang akan ditempuh ke depan demi menjaga
kesesuaian antara arah pengembangan Iptek
dan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Me-
nengah Nasional).
Gambar 3. Meneg Ristek Suharna Supranata
dalam Sidang Paripurna II DRN Tahun 2010
Penutup
Salah satu hal yang menjadi stressing dan
sangat disadari dalam kegiatan dua hari ini,
khususnya menyangkut peran DRD dan Balit-
bang/Bappeda adalah bahwa eksistensi Dewan
Riset Daerah (DRD) baik di tingkat Propinsi
maupun Kabupaten/Kota sangat bergantung
pada dukungan dari Balitbang Daerah atau
Bidang Litbang Bappeda. Hal ini jelas karena
posisi Balitbangda/Bappeda merupakan
“cantolan” bagi Dewan Riset Daerah. Oleh
karena itu perlu terus dikembangkan kemitraan
yang baik antara DRD dan Balitbangda/
Bappeda.
Lokakarya Peningkatan Peran Dewan Riset Daerah dalam Penguatan Sistem Inovasi
48
Pemberian ijin penelitian di wilayah Kota
Palangka Raya diatur dalam Keputusan
Walikota Palangka Raya Nomor 111 Tahun
2002 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Ijin
Penelitian di Wilayah Kota Palangka Raya dan
Peraturan Walikota Palangka Raya Nomor 36
Tahun 2005 tentang Perubahan Pertama Kepu-
tusan Walikota Palangka Raya Nomor 111 Ta-
hun 2002 tentang Petunjuk Teknis Pemberian
Ijin Penelitian di Wilayah Kota Palangka Raya.
Peraturan ini menetapkan bahwa orang atau
badan hukum yang akan melaksanakan peneli-
tian di wilayah Kota Palangka Raya wajib mem-
peroleh ijin dari Walikota Palangka Raya. Untuk
memperoleh ijin sebagaimana dimaksud, seseo-
rang atau badan hukum mengajukan permohon-
an kepada Walikota Palangka Raya u.p. Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Kota
Palangka Raya. Dalam hal penelitian dilaksana-
kan oleh orang asing atau didampingi orang
asing dan atau penelitian yang berkaitan de-
ngan kondisi politik daerah maka ijin penelitian
dikeluarkan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat Kota Palangka Raya.
Sejak tahun 2010 s.d. Mei 2011 jumlah ijin
penelitian yang dikeluarkan oleh Bappeda Kota
Palangka Raya adalah sebanyak 502 dengan
perincian ditunjukkan pada Tabel 1. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelum-
nya setelah dilaksanakan sosialisasi kepada
SKPD jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya
dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di
wilayah Kota Palangka Raya tentang Peraturan
Pemberian Ijin Penelitian tersebut.
Sebagian besar permohonan Ijin Peneli-
tian berasal dari perguruan tinggi, yaitu per-
mohonan melakukan penelitian di wilayah Kota
Palangka Raya dalam rangka penyelesaian
tahap akhir studi, baik tingkat Diploma, S1, S2
dan S3. Selain pemohon yang berasal dari
wilayah Kota Palangka Raya, juga cukup banyak
pemohon yang berasal dari luar Kota Palangka
Raya yang hendak melakukan penelitian atau
mencari data/informasi di wilayah Kota
Palangka Raya.
Dalam penetapan peraturan tentang Pem-
berian Ijin Penelitian di wilayah Kota Palangka
Raya mulanya dikenakan biaya leges untuk tiap
ijin sebesar Rp 5.000,-. Tetapi sejak tahun 2011
biaya leges sudah tidak ditarik lagi dari ijin
penelitian sehingga pengurusan ijin penelitian
bersifat gratis. Adapun unit kerja yang secara
khusus menangani prosedur penerbitan Surat
Ijin Penelitian adalah Bidang Penelitian dan
Pengembangan Bappeda Kota Palangka Raya.
Syarat-syarat yang perlu dilengkapi dalam peng
-ajuan Ijin Penelitian adalah : (i) Proposal
penelitian yang berisi maksud dan tujuan
penelitian, obyek dan subyek penelitian serta
manfaat penelitian, (ii) Surat keterangan atau
rekomendasi dari badan yang menugaskan me-
lakukan penelitian, (iii) Biodata peneliti, serta
(iv) Jadwal dan lokasi penelitian.
Skema berikut ini adalah alur Pengurusan
Ijin Penelitian di Bappeda Kota Palangka Raya.
Tabel 1
Jumlah Ijin Penelitian yang sudah Dikeluarkan
Tahun Ijin Penelitian
2010 362
2011 (sampai bulan Mei) 140
Total 502
Ijin Penelitian di Wilayah Kota Palangka Raya
49
Ura
ian
Pro
sed
ur
Pel
aksa
na
Mu
tu B
aku
Ket
eran
gan
K
epal
a B
app
eda
Kab
id
Lit
ban
g
Kas
ub
id
Lit
ban
g P
em &
K
esra
Staf
B
idan
g L
itb
ang
Kel
eng-
kap
an
Wak
tu
Ou
tpu
t
1
Pen
erim
aan
Su
rat
per
mo
ho
nan
Su
rat
per
mo
ho
n-a
n d
iter
ima
2
Pem
erik
saan
kel
engk
apan
ber
kas
5 m
enit
Su
rat
per
mo
ho
n-a
n t
erk
ore
ksi
B
erk
as d
ipro
ses
jik
a ad
a p
rop
osa
l p
enel
itia
n
3
Ara
han
/Pet
un
juk
Kab
id L
itb
ang
un
-tu
k m
engo
nse
p s
ura
t
5 m
enit
In
stru
ksi
Pen
er-
bit
an I
jin
4
Pen
geti
kan
su
rat
1
5 m
enit
D
raft
Su
rat
Ijin
si
ap
5
Par
af k
oo
rdin
asi
1
0 m
enit
Su
rat
Ijin
Sia
p
dit
and
atan
gan
i
6
Pen
gaju
an k
e K
epal
a B
app
eda
1
har
i Su
rat
Ijin
dit
an-
dat
anga
ni
7
Pen
om
ora
n S
ura
t
5 m
enit
Su
rat
Ijin
ter
-ca
tat
di
Sek
re-
tari
at B
app
eda
8
Pen
gars
ipan
O
rdn
er
5 m
enit
A
rsip
su
rat
ijin
te
rsim
pan
9
Pen
cata
tan
su
rat
kel
uar
B
uk
u
Age
nd
a 1
0 m
enit
Su
rat
Ijin
yan
g su
dah
dia
mb
il
pem
oh
on
ter
-ca
tat
Pen
cata
tan
su
rat
kel
uar
saa
t p
emo
ho
n m
eng-
amb
il s
ura
t
Skem
a A
lur
Pel
ayan
an P
emb
eria
n I
jin
Pen
elit
ian
di B
app
eda
Ko
ta P
alan
gka
Ray
a
50
Ijin Penelitian di Wilayah Kota Palangka Raya