4
Mempublikasi atau Binasa! Profil Samsudi: Jangan Asal Menambah SMK Podi um 4 Oleh Sucipto Hadi Purnomo Sebegitu menarikkah memperbincangkan citra SMK? Tiga tahun terakhir ini, pemerintah begitu intens mengembangkan sekolah menengah kejuruan (SMK). Saya secara konsep tidak sependapat dengan kebijakan itu. Pertama, kebijakan pemerintah tahun 2010 jumlah SMK harus 60:40 dibanding SMA. Tahun 2015 akan diarahkan jumlahnya 70 berbanding 30. Padahal, substansi pengembangan SMK bukan jumlah, melainkan bagaimana menata, membangun mengintensifkan kompetensi anak didik. Kalau membangun tanpa keunggulan, tidak ada gunanya. Membangun citra SMK bukan dengan menambah jumlah, melainkan kompetensi yang dikuatkan. Jadi, Anda khawatir terhadap perkembangan SMK akhir-akhir ini? Saya khawatir terhadap kebijakan pemerintah tadi. Lima-enam tahun ke depan, justru disalahkan oleh generasi yang diluluskan. Mengapa? Karena tidak mampu membuat ”MENGEMBANGKAN Kompetensi, Mem- bangun Citra SMK”, itulah judul orasi ilmiah yang akan disampaikan Dr Samsudi dalam upacara pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, 15 Desember mendatang. Berikut petikan perbincangan dengan Asisten Direktur I Program Pascasarjana (PPs) Unnes ini. kebijakan yang memberikan manfaat langsung kepada peserta didik. Misalnya tahun 90-an kita kenal SMK/ STM Sastra. Itu idiom yang merendahkan martabat. SMK/STM yang semestinya membangun banyak kegiatan pratikum, tetapi malah menggelar cerita doang di kelas. Apakah pemerintah akan mengulangi hal seperti itu dengan menambah jumlah SMK, ini semestinya jadi pelajaran sekaligus acuan. Ada gambaran tentang SMK yang ideal? Alangkah indah ketika sekelompok orang mau mencari tempat pedidikan tukang andal atau ahli di bidang tertentu, lulusan SMK-lah orangnya. Pertama mungkin kita hanya menemukan satu-dua lokus. Namun ketika satu atau dua itu sudah menjadi ikon, akan menyebar. Sayangnya saat ini, yang satu atau dua itu susah ditemukan. Maka tantangannya sekarang, bagaimana imbas penyebarannya. Yang inti saja belum jelas itu ada di mana. Kita kan penginnya seolah tipis-tipis tapi rata. Pembangunan SDM itu, menurut saya, bukan tipis-tipis tapi rata. Mestinya satu atau beberapa tetapi memiliki daya saing maupun kualitas lulusan yang teruji. Sarjana Pendidikan Teknik Mesin IKIP Semarang (1986) Magister IKIP Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (1995) Doktor Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Bidang Pengembangan Kurikulum (2006) dengan predikat Cumlaude. Prof Dr SAMSUDI MPd DI sela-sela upacara Hari Me- nanam Nasional di Unnes, belum lama berselang, beberapa dosen menerima peng- hargaan. Hadiah berupa uang mereka terima karena karya mereka dimuat di jurnal atau koran. Jujur, saya senang sekaligus cemas. Senang, karena pemimpin universitas telah memberikan apre- siasi terhadap mereka yang telah mempublikasi. Cemas, karena dari seribu lebih dosen di universitas ini, tak lebih dari sepuluh orang yang menerima penghargaan itu. Saya berharap, sedikit yang beroleh penghargaan tidaklah menggambarkan keadaan ”sebenarnya”. Semoga masih banyak yang sudah mem- publikasikan artikel ilmiah (populer) tetapi belum terpantau oleh pemberian hadiah. Namun pada pojok hati yang lain, sebenarnya saya tidak begitu terhenyak. Tidaklah mengagetkan lagi tengara tentang rendahnya angka publikasi di kalangan sivitas akademika. Tidaklah mengentak hati pula kabar yang dilansir media ini, pekan lalu, bahwa banyak dosen yang kesulitan menulis artikel ilmiah. Tapi bukankah dana penelitian di kampus ini, dari tahun ke tahun, terus menanjak? Bukankah ini meniscayakan bertambah pula angka publikasi karya ilmiah? Aha, untuk pertanyaan macam begini, justru terngiang-ngiang di telinga kata-kata seorang teman, ”Banyak yang meneliti, tapi tak lebih dari masturbasi rohani. Diteliti sendiri, ditulis sendiri, dan hasilnya dibaca sendiri. Hasil penelitian hanya diam membisu di rak sendiri, hanya berguna buat dijiplak untuk kegiatan serupa.” Terlepas apa pun motif yang bersemayam, credit point atau credit coin, sudah semestinya segenap sivitas akademika menegakkan adagium ”mempublikasi atau binasa”. Ya, jangan pernah pongah sebagai akademisi kalau hanya kuat pada etos ngobrol tapi lemah syahwat untuk mempublikasi.Tanpa publikasi, sejatinya akademisi telah mati!* agus

Buletin Sekaran (Unnes) Edisi 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin sekaran, diterbitkan oleh UPT Pusat Humas Unnes

Citation preview

Page 1: Buletin Sekaran (Unnes) Edisi 2

Mempublikasi atau Binasa!

Profil

Samsudi:Jangan Asal Menambah SMK

Podium

4

Oleh Sucipto Hadi Purnomo

Sebegitu menarikkah memperbincangkan citra SMK?

Tiga tahun terakhir ini, pemerintah begitu intens mengembangkan sekolah menengah kejuruan (SMK). Saya secara konsep tidak sependapat dengan kebijakan itu. Pertama, kebijakan pemerintah tahun 2010 jumlah SMK harus 60:40 dibanding SMA. Tahun 2015 akan diarahkan jumlahnya 70 berbanding 30. Padahal, substansi pengembangan SMK bukan jumlah, melainkan bagaimana menata, membangun mengintensifkan kompetensi anak didik. Kalau membangun tanpa keunggulan, tidak ada gunanya. Membangun citra SMK bukan dengan menambah jumlah, melainkan kompetensi yang dikuatkan.

Jadi, Anda khawatir terhadap perkembangan SMK akhir-akhir ini?

Saya khawatir terhadap kebijakan pemerintah tadi. Lima-enam tahun ke depan, justru disalahkan oleh generasi yang diluluskan. Mengapa? Karena tidak mampu membuat

”MENGEMBANGKAN Kompetensi, Mem-bangun Citra SMK”, itulah judul orasi ilmiah yang akan disampaikan Dr Samsudi dalam upacara pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, 15 Desember mendatang. Berikut petikan perbincangan dengan Asisten Direktur I Program Pascasarjana (PPs) Unnes ini.

kebijakan yang memberikan manfaat langsung kepada peserta didik. Misalnya tahun 90-an kita kenal SMK/STM Sastra. Itu idiom yang merendahkan martabat. SMK/STM yang semestinya membangun banyak kegiatan pratikum, tetapi malah menggelar cerita doang di kelas. Apakah pemerintah akan mengulangi hal seperti itu dengan menambah jumlah SMK, ini semestinya jadi pelajaran sekaligus acuan.

Ada gambaran tentang SMK yang ideal? Alangkah indah ketika sekelompok orang

mau mencari tempat pedidikan tukang andal atau ahli di bidang tertentu, lulusan SMK-lah orangnya.

Pertama mungkin kita hanya menemukan satu-dua lokus. Namun ketika satu atau dua itu sudah menjadi ikon, akan menyebar. Sayangnya saat ini, yang satu atau dua itu susah ditemukan. Maka tantangannya sekarang, bagaimana imbas penyebarannya. Yang inti saja belum jelas itu ada di mana. Kita kan penginnya seolah tipis-tipis tapi rata. Pembangunan SDM itu, menurut saya, bukan tipis-tipis tapi rata. Mestinya satu atau beberapa tetapi memiliki daya saing maupun kualitas lulusan yang teruji.

Sarjana Pendidikan Teknik Mesin IKIP Semarang (1986)Magister IKIP Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (1995)Doktor Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Bidang Pengembangan Kurikulum (2006) dengan predikat Cumlaude.

Prof Dr SAMSUDI MPd

DI sela-sela upacara Hari Me-nanam Nasional di Unnes, belum lama berselang, beberapa dosen me nerima peng-

hargaan. Hadiah berupa uang mereka terima karena karya mereka dimuat di jurnal atau koran.

Jujur, saya senang sekaligus cemas. Senang, karena pemimpin universitas telah memberikan apre-siasi terhadap mereka yang telah mempublikasi. Cemas, karena dari seribu lebih dosen di universitas ini, tak lebih dari sepuluh orang yang menerima penghargaan itu.

Saya berharap, sedikit yang beroleh penghargaan tidaklah

meng gam barkan keadaan ”sebenarnya”. Se moga masih banyak yang sudah mem-publikasikan artikel ilmiah (populer) tetapi belum terpantau oleh pemberian hadiah.

Namun pada pojok hati yang lain, sebenarnya saya tidak begitu terhenyak. Tidaklah mengagetkan lagi tengara tentang rendahnya angka publikasi di kalangan sivitas akademika. Tidaklah mengentak hati pula kabar yang dilansir media ini, pekan lalu, bahwa banyak dosen yang kesulitan menulis artikel ilmiah.

Tapi bukankah dana penelitian di kampus ini, dari tahun ke tahun, terus menanjak? Bukankah ini meniscayakan bertambah pula angka publikasi karya

ilmiah?Aha, untuk pertanyaan macam begini,

justru terngiang-ngiang di telinga kata-kata seorang teman, ”Banyak yang meneliti, tapi tak lebih dari masturbasi rohani. Diteliti sendiri, ditulis sendiri, dan hasilnya dibaca sendiri. Hasil penelitian hanya diam membisu di rak sendiri, hanya berguna buat dijiplak untuk kegiatan serupa.”

Terlepas apa pun motif yang bersemayam, credit point atau credit coin, sudah semestinya segenap sivitas akademika menegakkan adagium ”mempublikasi atau binasa”. Ya, jangan pernah pongah sebagai akademisi kalau hanya kuat pada etos ngobrol tapi lemah syahwat untuk mempublikasi.Tanpa publikasi, sejatinya akademisi telah mati!*

agus

Page 2: Buletin Sekaran (Unnes) Edisi 2

DPR Janji .....

Sambungan hlm 1

Salam Redaksi

Anda KritikKami Suka

2 Seputar Kampus

Pisowanan Ageng “Nagari Jawi”

shp

“MAS, penulisan gelar tanpa titik memang disengaja ya? Tidakkah itu bertentangan dengan EYD (Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan –Red)? Terus, kata ’menemu’ rasanya janggal, ada pertanggungjawaban morfologi?”

Itulah bunyi sistem maklumat singkat (SMS) yang masuk ke telepon seluler kami. SMS dikirim oleh seorang dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes.

Itu bukanlah satu-satunya tanggapan terhadap Sekaran. Hari pertama buletin ini terbit, beberapa komentar datang, baik lewat telepon, SMS, e-mail, maupun ungkapan secara langsung. Ada yang bernada sanjungan, ada yang beraroma kritik.

Terhadap setiap sanjungan, jujur saja kami senang. Tapi jika boleh berkata lebih jujur lagi, kami jauh lebih suka tanggapan yang bernada kritik, juga kecaman. Kami anggap, itu lebih menantang, lebih menyehatkan.

Ya, apa pun tanggapan Anda, apa pun saran Anda, selalu kami tunggu. Kirim saja via e-mail, SMS, atau telepon langsung ke redaksi. Kami pasti akan dengan suka cita menyambutnya. Ayolah, Pembaca....

shp

“Ingsun, pangagenging praja gung Fakultas Basa lan Seni, paring dhawuh marang kawulaningsun ing nagari Jawi, mligine marang para taruna, prawira, lan senapatining basa Jawa....”

BEGITULAH kata pembuka De-kan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Rustono MHum menyampaikan “titahnya” di panggung yang telah disulap bak siti inggil keraton.

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih: saya, pemimpin praja agung Fakultas Bahasa dan Seni memberikan titah kepada kawula saya di nagari Jawi, terutama para muda, perwira, dan senapati bahasa Jawa.

Para mahasiswa dan dosen yang disebutnya sebagai “kawulaningsun” itu tak lain adalah sivitas akademika Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Unnes. Kamis (3/11) di bawah paparan matahari pagi, di lapangan fakultas kampus Sekaran, lebih dari 500 mahasiswa jurusan tersebut beserta puluhan dosen berkumpul. Mereka menggelar acara yang mereka sebut sebagai Pasewakan Ageng Nagari Jawi.

Tak beda dari pasewakan di keraton

sungguhan, pada bagian luar dari deretan yang seba, puluhan prajurit yang mengenakan pakaian serbamerah lengkap dengan tameng dan pedang, berdiri dalam barisan rapi.

Adapun para “kawula, prawira, dan senapati”, hampir semuanya mengenakan pakaian Jawa. Hanya, Jawa yang ini tampak lebih bermacam-macam. Tidak hanya berkebaya, tetapi juga berkerudung; tak cuma berbeskap dan berblangkon, tetapi juga tak sedikit yang mengenakan sarung.

Rasa Jawa pun terasa makin lengkap ketika hampir semua tuturan para tokoh dalam pasewakan menggunakan bahasa Jawa, arkais lagi. Simak saja, misalnya, aba-aba manggalaning bergada (pemim-pin pasukan), “Siyaga, tandya!”

Pasewakan juga berlangsung dalam iringan gending-gending Jawa.

Tak hanya itu, enam mahasiswi cantik juga tampil membawakan tari Bedhayan. “Sekilas pisowanan ini seperti imitasi dari pisowanan di keraton. Kami tak menampik hal itu. Namun sesungguhnya jika kita lebih jeli melihatnya, betapa akan tampak bahwa Jawa keraton di sini telah dinegosiasikan secara kreatif oleh teman-teman mahasiswa,” ungkap Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Unns Drs Agus Yuwono MPd MSi.

shp

Rektor yang juga bertindak sebagai moderator.

Dalam pertemuan itu, menge-muka pula pembahasan tentang kebijakan pemerintah yang menar-get kan pertambahan sekolah menengah kejuruan (SMK), ter-masuk pengalihan sejumlah SMA menjadi sekolah kejuruan.

“Pada masa transisi seperti ini, permasalahan itu merentang dari perubahan tiba-tiba dari guru yang semula mengajar siswa SMA menjadi mengampu siswa SMK, sarana-prasarana, hingga masyarakat yang tiba-tiba dipaksa berubah persepsinya terhadap SMA dan SMK,” ungkap anggota Ferdansyah

SE MM, anggota Komisi X DPR.Karena itu, anggota Fraksi Partai

Golkar itu mendesakkan perlunya pengkajian ulang terhadap arah kebijakan tersebut. “Jangan sampai penambahan demi penambahan SMK justru mendatangkan masalah baru.”Tunjangan Dosen

Pada bagian lain, tunjangan dosen yang dihentikan karena studi lanjut juga mendapatkan perhatian secara khusus dari Komisi X DPR. “Justru para dosen perlu didorong untuk mengambil studi lanjut. Jangan sampai mereka yang ingin meningkatkan jenjang pendidikan justru terhambat karena ancaman terhentinya tunjangan fungsional selama menempuh studi,” kata Ketua Drs Abdul Hakam Naja MSi (FPAN).

Persoalan lainnya yang men-

dapatkan sorotan adalah peng-hentian program guru bersta-tus pegawai negeri (DPK) di sekolah swasta yang dinilai kala ng an perguruan swasta sang at memberatkan. “Dengan adanya kenaikan 20% gaji guru negeri, pengelola sekolah swasta tampak tertaih-tatih untuk mengimbanginya, justru ketika tak ada lagi DPK di sekolah swasta.”

Adapun Rektor Unnes mendesak DPR untuk turut mengawal pelaksanaan sertifikasi guru. “Perlu ada pedoman yang lebih jelas agar tidak ada lagi multitafsir dalam pelaksanaan sertifikasi guru sehingga rektor LPTK sebagai pelaksana kegiatan tidak dipersalahkan di kemudian hari.”

Page 3: Buletin Sekaran (Unnes) Edisi 2

Seminar Bias Gender di FIS

USM-Unnes Jalin Kerja Sama

AgendaTokoh Tionghoa

Dukung Prodi Mandarin

Seputar Kampus

Gubernur: Menwa Jangan Arogan

3

HIMPUNAN Mahasis-wa (Hima) Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Unnes akan menyeleng-garakan seminar nasional “Dekonstruksi dan Aplikasi Konsep Gender melalui Pem-belajaran di Sekolah”, Kamis (17/12) pukul 08.00 di Gedung C 7 Lantai III FIS Unnes. Akan hadir sebagai pembicara Dr Partini (dosen FISIP UGM dan peneliti gender), Prof Dr Anik Ghufroni (Guru Besar UNY), dan Drs Jasman Indradno MSi (Depdiknas Jawa Tengah). Acara bisa diikuti mahasiswa, pelajar, dan umum. Informasi pada Laela 085640502429.

Penataran Pelatihan UKM Olahraga

hon

ENGLISH Student Asso-ciation Unnes akan menggelar seminar rahasia mendapatkan beasiswa ke luar negeri, Senin (14/12) di dekanat FBS Unnes. Pembicara Drs Ahmad Sofwan PhD (penerima beasiswa Aus-tralia dari Dikti dan AUSAID), Rizky Yuli Ikhwanudin. SPd (Global Xchange Program dari British Council ke Glasgow, Dwi Setyanira Cahyaningtyas SPd (College in Japan, 2009), dan Mariamah SS (Indone-sia English Language Study Programme, 2009). Tiket ter-sedia di gedung B3 atau Arif (085724822966).

Seminar Beasiswa Luar Negeri

agus

agus

tikaRektor USM Prof Dr Pahlawansjah Harahap SE ME dan Pembantu Rektor IV Unnes, Prof Dr Fathur Rohman MHum meneken kerja sama.

Bibit Waluyo Sulist

UNIVERSITAS Semarang (USM) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes) menjalin kerja sama Sistem Informasi Akademik (SIA). Penandatan-ganan kerja sama dilakukan Rektor USM Prof Dr Pahlawa-nsjah HarahapSE ME dan Rek-tor Unnes yang diwakili Pem-bantu Rektor IV Prof Dr Fathur Rohman MHum di ruang si- di ruang si-dang USM Jl Soekarno-Hatta, kemarin. Hadir dalam penan-datanganan tersebut antara lain Ketua Yayasan Alumni Undip, Prof Ir Joetata Hadihardaja, Kepala UPT TIK Unnes Prof Dr Wahyu Hardiyanto, dan se-jumlah pejabat struktural USM.

Rektor USM Prof Dr Pahla-wansjah HarahapSE ME men-

gatakan, tujuan kerja sama agar semua kegiatan aka-demik mahasiswa berbasis IT. Dia berharap kerja sama tersebut bisa ditingkatkan. “Kami sudah pernah kerja sama dengan Unnes untuk bidang pengabdian pada ma-syarakat. Sekarang, kami ingin kerja sama bidang aka-demik bisa dibangun lebih baik lagi,” ujarnya.

Hal senada dikatakan Pembantu Rektor IV Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum. Menurutnya, keg-iatan ini menjadi tantangan bagi Unnes agar kerja sama yang terjalin bisa berlanjut lebih baik lagi.

sulist

SEJUMLAH tokoh Tionghoa di Semarang me nyatakan dukungan pe-nuh kepada Unnes untuk mem buka progam studi pen didikan bahasa Man-darin.

Dukungan itu di sam-paikan dalam pertemu an Rektor Un nes Prof Dr Su-dijono Sastroatmdjo MSi dengan belasan tokoh ke-turunan Tionghoa, Sema-rang, Selasa (1/11). Selain para pembantu rektor dan ketua lembaga, hadir pula anggota Dewan Penyan-tun, Budi Dharmawan, H Soewanto, dan HM So-ediro Atmoprawiro.

”Kami dukung penuh rencana Unnes untuk mem buka program sudi bahasa Mandarin karena potensi yang begitu be-sar. Tidak hanya di bidang pendidikan, terutama un-tuk memenuhi kebutuhan guru bahasa Mandarin, tetapi juga untuk kepen-tingan bisnis,” ungkap Ir Phandaya Wirasudarma, tokoh keturunan Tionghoa yang mrnggeluti bidang pendidikan.

FAKULTAS Ilmu Keolah-ragaan Unnes bekerja sama dengan Badan Pembina Olah-raga Mahasiswa Indonesia (Bapomi) Jawa Tengah menye-lenggarakan Penataran Pelatih Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Olahraga PTN-PTS se-Jawa Tengah Sabtu-Minggu, (12-13/12) di Fakultas Ilmu Keolahragaan kampus Unnes Sekaran. tika hon

MAHASISWA yang ter -gabung dalam Resimen Mahasiswa (Menwa) jangan pernah mengedepankan sikap arogan berkaitan dengan tugas yang diembannya.

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengingatkan hal itu saat pelantikan dan pengukuhan Komandan Menwa Mahadipa Jateng, di kampus Unnes, Senin (7/12). “Menwa jangan pernah arogan atau justru bergabung hanya untuk gagah-gagahan,” katanya.

Menurut dia, bergabungnya mahasiswa dalam Menwa perlu dimaknai secara lebih mendalam, yakni kemampuan untuk menjadi contoh bagi mahasiswa lain, bukan untuk gagah-gagahan. “Menwa harus menjadi pelopor

dalam menumbuhkan jiwa dan semangat patriotisme, nasionalisme, serta men-jadi contoh terkait dengan kepemimpinan intelektual bagi mahasiswa lain,” katanya.

Karena itu, kata Bibit, mahasiswa perlu mengubah pola pikir dan tindakan dalam menyikapi kondisi politik, ekonomi, dan sosial budaya.

“Jangan terjebak pada unjuk rasa atau demonstrasi tanpa konsep yang jelas.”

Dia mengatakan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat, namun kebebasan berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat bukan tanpa batas.

Page 4: Buletin Sekaran (Unnes) Edisi 2

Edisi 2 11 Desember 2009 www.unnes.ac.id

Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR

RI) berjanji akan membantu Universitas Negeri Semarang

untuk mewujudkan cita-cita sebagai universitas konservasi.

Janji tersebut terucap dari Komisi X saat melakukan pertemuan

dengan para pemangku kepentingan pendidikan se-

Jawa Tengah, di Unnes kampus Sekaran, Rabu (9/12).

Susunan RedaksiPelindung: Rektor Pembina: Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, Pembantu Rektor IV Pemimpin Redaksi: Sucipto Hadi Purnomo Redaksi: Kartika Fajar Cahyani, Sihono, Dwi Sulistiawan, Ariyani Widyastuti, Agus Setyo Purnomo Administrasi: Hendarni WidowatiAlamat Redaksi: UPT Pusat Humas Unnes Lantai II Gedung H Unnes Kampus Sekaran, Telepon 024-8508093, E-mail: [email protected]

Redaksi menerima kiriman berita dan artikel sesuai dengan rubrikasi Buletin SEKARAN Bersambung hlm 2

Ketua Tim Kunjungan Komisi X DPR-RI Drs Abdul Hakam Naja MSi (kanan) dan Rektor Unnes Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi.

BULETIN UNNES

Diterbitkan oleh UPT Pusat Hubungan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Sehat Unggul Sejahtera

Indikator

grafis: agus

HINGGA November 2009 Universitas Negeri Semarang memiliki guru besar aktif se-banyak 33 orang. Mereka tersebar di delapan fakultas.

Terbanyak di Fakultas Ba-hasa dan Seni (FBS) yang memiliki 9 profesor. Disusul Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) 6 orang profesor. Fa-kultas Ilmu Pendidikan (FIP) memiliki 5 profesor, Fakultas Ilmu sosial (FIS) 5 orang, Fa-kultas Teknik (FT) 3 orang, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) 2 orang, Fakultas Eko-nomi (FE) 2 orang, dan Fakul-tas Hukum (FH) 1 orang.

Unnes juga mempunyai 8 guru besar emeritus dan guru besar pensiun 4 orang. Ada-pun yang sudah meninggal dunia 18 orang.

Profesor Terbanyak di FBS

Sumber : BAPR Unnes

DPR Janji BantuUnnes Wujudkan Konservasi

sulist/agus

hon

HALUS sekali memang permintaan Pak Rektor Unnes ini. Tapi untuk membangun universitas

konservasi, sebuah prakarsa yang sangat bagus, kami dari Komisi X DPR RI pasti akan berusaha membantu dengan sungguh-sungguh,” kata Abdul Hakim Naja, Wakil Ketua Komisi X yang juga anggota Fraksi Amanat Nasional pada sesi tanggapan akhir.

Sebelumnya, di depan belasan anggota DPR yang mebidangi pendidikan itu, Rektor memaparkan konsep dan implementasi universitas konservasi. ”Konservasi bukan hanya berupa konservasi alam dengan penciptaan green campus saja, tetapi juga konservasi budaya,” ungkap