25
SISTEM SAPAAN PADA MASYARAKAT DAYAK SENGANGAN ATAU MELAYU SEKADAU BAB I RANCANGAN PENELITIAN A. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Sengangan merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh masyarakat Sengangan atau Melayu Sekadau. Kampung Beringin, Sei Mayong, dan Sei Pandak menyebut identitasnya sebagai orang Dayak Segangan atau Melayu Sekadau. Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai Sekadau., maka bahasa yang digunakanpun adalah bahasa Melayu Sekadau juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti membatasi lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Menterap Kabut dilakukan di Dusun Lembah Beringi, Desa Beringin, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Beringin

Disain Dani Apriyanto

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Disain Dani Apriyanto

SISTEM SAPAAN PADA MASYARAKAT DAYAK SENGANGAN ATAU

MELAYU SEKADAU

BAB I

RANCANGAN PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi

masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran

dan perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi

antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik.

Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia

sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Sengangan

merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia,

tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau,

Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh

masyarakat Sengangan atau Melayu Sekadau. Kampung Beringin, Sei

Mayong, dan Sei Pandak menyebut identitasnya sebagai orang Dayak

Segangan atau Melayu Sekadau. Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai

Sekadau., maka bahasa yang digunakanpun adalah bahasa Melayu Sekadau

juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti membatasi

lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Menterap Kabut dilakukan di

Dusun Lembah Beringi, Desa Beringin, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten

Sekadau. Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Beringin

Page 2: Disain Dani Apriyanto

sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan

bahasa yang masih belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung kondisi

masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas penuturnya berada di Dusun

Beringin. Bahasa Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau dipergunakan

sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat yang mempunyai sistem

bahasa sama dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Sistem

bahasa tersebut seperti: fonologi mendeskripsikan masalah bunyi, morfologi

mendeskripsikan bentuk kata, sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan

semantik mendeskripsikan bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada,

maka pada penelitian ini dibatasi tentang sistem sapaan pada masyarakat

Dayak Segangan atau Melayu Sekadau dalam hubungan kekerabatan dan

nonkekerabatan. Beberapa pertimbangan dari peneliti dalam mengambil

penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau

Melayu Sekadau. Pertama, berdasarkan kajian kepustakaan, penelitian

mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu

Sekadau belum pernah dilakukan. Kedua, dalam bahasa Dayak Sengangan

terdapat keunikan tersendiri yang menjadi sebuah ciri khas bahasa tersebut,

sehingga menjadikan bahasa Dayak Sengangant sangat berbeda dengan

bahasa-bahasa daerah lain yang terkadang hampir mempunyai kemiripan.

Misalnya:

1. Tuk Apak ikau ! (sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan) Inilah ayahmu.

(sapaan dalam bahasa Indonesia)

Page 3: Disain Dani Apriyanto

2. Konai gek adik ikau? (sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan)

Kemanakah adikmu? (sapaan dalam bahasa Indonesia)

Ketiga, sebagai usaha peneliti untuk mendokumentasikan secara tertulis agar

terjadi kelestarian penggunaan bahasa Dayak Sengangan. Keempat, untuk

mengetahui lebih dalam mengenai bentuk kata sapaan baik dalam hubungan

kekerabatan maupun nonkekrabatan serta tujuan penggunaannya dalam

masyarakat Dayak Sengangan. Kelima, penelitian ini juga sebagai upaya

menambah literatur kebahasaan, khususnya literatur bahasa daerah.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sistem

sapaan pada masyarakat Dayak Segangan atau Melayu Sekadau?” Masalah ini

dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Sengangan atau

Melayu Sekadau berdasarkan hubungan kekerabatan?

2. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Sengangan atau

Melayu Sekadau berdasarkan hubungan nonkekerabatan?

3. Bagaimanakah tujuan penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Dayak

Sengangan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem sapaan

pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau. Secara khusus

penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

Page 4: Disain Dani Apriyanto

1. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan

berdasarkan hubungan kekerabatan.

2. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan

berdasarkan hubungan nonkekerabatan.

3. Mendeskripsikan tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak

Sengangan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun

praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran

dan pengembangan dalam kajian kebahasaab, khususnya yang berkaitan

dengan sistem sapaan. Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut.

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa,

khusunya mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan.

2. Bagi guru bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia

sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia,

khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang berkaitan dengan sistem

sapaan.

3. Bagi penelitian lainnya

Page 5: Disain Dani Apriyanto

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi bahan

informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang kebahasaan,

khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya ruang lingkup agar penelitian

yang dilakukan terarah. Penulis memfokuskan untuk mendeskripsikan sistem

sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau sebagai

berikut.

1. Pembahasan mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan

dalam hubungan kekerabatan dibagi menjadi dua, sebagai berikut.

a. Sapaan karena hubungan keturunan atau karena pertalian darah

dibedakan menjadi empat yaitu: bentuk sapaan bagi orang yang lebih

tua, bentuk sapaan untuk saudara, bentuk sapaan untuk sebaya, dan

bentuk sapaan berdasarkan urutan generasi anak.

b. Sapaan hubungan keluarga karena perkawinan dibagi menjadi delapan

yaitu: suami, istri, mertua, ipar, biras, menantu, besan, dan

kemenakan.

2. Pembahasan mengenai bentuk penggunaan sapaan pada masyarakat Dayak

Sengangan dalam hubungan nonkekerabatan (sapaan dalam masyarakat)

dibagi menjadi delapan yaitu: sapaan untuk orang yang lebih tua laki-laki

dan perempuan, sapaan untuk orang yang lebih muda laki-laki dan

perempuan, sapaan untuk orang yang belum dikenal, sapaan untuk orang

Page 6: Disain Dani Apriyanto

sebaya, sapaan dalam profesi, sapaan dalam keagamaan, sapaan dalam

jabatan, dan sapaan dalam adat istiadat.

3. Pembahasan mengenai tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa

Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau dibagi menjadi tiga yaitu: sepaan

sebagai tanda hormat, sapaan sebagai ungkapan sakit hati, dan sapaan

ungkapan kekerabatan.

a. Penjelasan Istilah

Penjelasam istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman antara

peneliti dan pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam

penelitian. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut.

1. Kata Sapaan

Kata sapaan adalah morfem, kata, atau frase yang digunakan untuk saling

merujuk dalam situasi pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat

hubungan antara pembicara (Kridalaksana, 2008: 214).

2. Sistem sapaan

Sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang

menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan

bahasa (Kridalaksana, 2008: 224).

3. Bahasa Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau

Bahasa Dayak Sengangan adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok

masyarakat suku Dayak yang bermukim di dusun Beringin Sekadau,

Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Berdasarkan penjelasan

Page 7: Disain Dani Apriyanto

istilah yang telah dikemukakan di atas, penelitian mengenai sistem sapaan

pada masyarakat Dayak Sengangan dapat diartikan sebagai suatu

penelitian yang membahas bentuk sapaan berupa morfem, kata, atau frase

yang merupakan sebuah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang

menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan

bahasa dalam situasi pembicaraan menurut sifat hubungan pada

masyarakat Dayak Sengangan. Sifat hubungan yang dimaksud merupakan

sapaan hubungan kekerabatan dan nonkekerabatan. Sapaan hubungan

kekerabatan adalah sapaan yang dugunakan untuk menyapa orang yang

lebih tua dan sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut

hubungan kekerabatan, sedangkan sapaan pada hubungan nonkekerabatan

adalah kata-kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang-orang yang

tidak memiliki hubungan keluarga.

b. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini mengkaji bentuk sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan,

meliputi: sapaan kekerabatan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan

kata sapaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan

metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai prosedur

pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya

sesuai dengan fakta pada saat penelitian dilakukan. Dengan metode

Page 8: Disain Dani Apriyanto

deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau

fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode

dekriptif memberikan gambaran yang objektif tentang sistem sapaan pada

masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau yang akan dianalisis

sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak

Sengangan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan

bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian.

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-

angka (Moleong, 2005:11). Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk

uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Pendekatan kualitatif

memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih

mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif

(Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah,

maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-peristiwa komunikasi

dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat Dayak Sengangan.

Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi

wacana. Data dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi.

Pendeskripsian konteks diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil,

seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis data

Page 9: Disain Dani Apriyanto

dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis

dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan

variabel-variabel tertentu. Lebih mengutamakan proses daripada hasil,

maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini, khususnya kegiatan

pengumpulan lebih diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut,

misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang

bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian

halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak

didasarkan pada perencanaan atau target tertentu. Analisis data bersifat

induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk memperkuat atau

menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian

yang berkaitan dengan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan

lebih didasarkan pada data alamiah yang terkumpul di lapangan.

3. Data dan Sumber Data

a. Data

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung sapaan

dan konteks penggunaannya pada masyarakat Dayak Sengangan.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh

penutur asli bahasa Dayak Sengangan dan konteks tuturan yang

diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara

langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks

Page 10: Disain Dani Apriyanto

tuturan berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata sapaan pada

masyarakat Dayak Sengangan. Subjek penelitian yang dipilih dalam

penelitian ini adalah masyarakat asli penutur bahasa Dayak

Sengangan. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa

Dayak Sengangan mempunyai kedudukan yang sama sebagai

informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang harus

dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data dianalisis

selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama

pengumpulan data, data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data

tulisan) dan disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat

penyimpangan, pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman

atau pencatatan data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan.

4. Teknik dan Alat Pengumpul Data

a. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung,

pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung

merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan antara peneliti

dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya

jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen penelitian.

Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara langsung

sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan. Teknik pencatatan

lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang berguna

Page 11: Disain Dani Apriyanto

untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman

dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data

yang sebenarnya, berupa sistem sapaan pada masyarakat Dayak

Sengangan.

b. Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya

bahwa yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri,

atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data

utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini

dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai

pencari tahu alami dalam pengumpulan data. Peneliti sebagai

instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan, yaitu: (1)

peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3)

berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian,

dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma.

Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan

instrumen bantu, yaitu alat perekam (tape recorder), kartu data atau

catatan lapangan, daftar pertanyaan dan kalimat yang mengandung

kata sapaan. Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam

tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks

tuturan, dan daftar pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai

pedoman percakapan.

Page 12: Disain Dani Apriyanto

c. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan

oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang

dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c)

penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang

saling terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah

pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai dipaparkan di

bawah ini. Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a)

identifikasi, (b) klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data

adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari segi

kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak

Sengangan. Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan

mengelompokkan data berdasarkan sistem sapaan dan konteks tuturan.

Kodefikasi data adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan

sistem sapaan dan konteks tuturan. Penyajian data adalah kegiatan

mengelompokkan data yang telah direduksi. Pengelompokan data

dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian data ini

diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah. Penarikan simpulan

adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data

yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh tetang

hubungan kekerabtan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata

sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan.

Page 13: Disain Dani Apriyanto

d. Pengecekan Keabsahan Data

Konsekuensi bagi peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah

sering dijumpai data kasus negatif dan data bervariasi. Dalam kegiatan

penelitian diperlukan kriteria tertentu yang dapat memenuhi nilai

kebenaran (keabsahan) terhadap data informasi yang dikumpulkan

peneliti dari lapangan, untuk mengantisipasi kemungkinan-

kemungkinan terjadi kesalahan, kekurangan atau bias terhadap data

yang dianalisis. Kekhawatiran ini dapat dihindari dengan melakukan

trianggulasi sebagai salah satu teknik pemeriksaan data (Moleong,

2005). Pengecekan keabsahan data menurut Moleong (2005:175) ada

sembilan teknik, yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan

pengamatan, (3) trianggulasi, (4) pemeriksaan sejawat melalui diskusi,

(5) analisis kasus negatif, (6) kecukupan referensi, (7) pengecekan

keanggotaan, (8) uraian rinci, dan (9) auditing. Dalam penelitian ini,

pemeriksaan keabsahan data hanya difokuskan pada ketekunan

pengamatan, trianggulasi, dan kecukupan referensial.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005:178).

Teknik trianggulasi paling banyak digunakan ialah pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode penyidik dan teori

(Denzin dan Moleong, 2005). Perlunya diadakan trianggulasi adalah

untuk memeriksa kepercayaan dan validasi dari hasil-hasil temuan

Page 14: Disain Dani Apriyanto

penelitian. Trianggulasi sebagai salah satu alat yang tepat untuk

mengatasi terjadinya perbedaan-perbedaan sumber dalam temuan

penelitian. Beberapa ahli mengatakan bahwa trianggulasi dilakukan

untuk pengecekan data agar penelitian memiliki taraf kepercayaan

yang tinggi (Miles dan Huberman, 1984). Dalam penelitian ini,

trianggulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan

data sebagai strategi yang dapat meningkatkan kredibitas penelitian

ini.

Page 15: Disain Dani Apriyanto

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kata Sapaan

Menurut Anwar (2003:399) kata sapaan adalah perkataan untuk menegur,

mengajak bercakap-cakap dan sebagainya. Oleh karena itu, sapaan merupakan

satu di antara cara menegur orang yang di ajak bicara serta merupakan suatu

cara menyampaikan maksud dari yang menyapa kepada yang disapa baik

secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam bentuk kata-kata. Menurut

Kridalaksana (2001:191), kata sapaan adalah morfem, kata atau frase yang

digunakan untuk saling menunjuk dalam situasi pembicaraan yang berbeda-

beda menurut sifat hubungan atau pembicaraan. Menurut Sugiono (2006:77),

kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa orang yang diajak

bicara (orang kedua) atau menggantikan nama ketiga. Berikut ini beberapa

contoh yang digunakan sebagai sapaan.

a. Nama diri seperti Budi dan Pepi

b. Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, paman,

bibi, adik, kakak, mas, atau abang.

c. Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti: kapten, profesor,

dokter, dan sopir.

Kata sapaan ini sangat terikat pada adat istiadat setempat, seperti adat

kesantunan serta situasi dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya kaidah

Page 16: Disain Dani Apriyanto

kebahasaan sering terkalahkan oleh adat atau kebiasaan yang berlaku di

daerah tempat bahasa tersebut tumbuh dan berkembang. Chaer (2006: 107),

kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau

menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Dengan demikian, kata

sapaan merupakan satu di antara penyampaian maksud dari yang disapa

kepada yang disapa, baik lisan maupun tulisan dalam bentuk perangkat kata-

kata.

Kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, seseorang

langsung disapa dengan nama diri atau nama perkerabatan. Sebagai kata

sapaan, kata nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Arif, Supri,

Norman, dan Bejo. Kata sapaan nama diri dapat juga disingkat, seperti:

a. Rif (bentuk utuhnya Arif)

b. Ri (bentuk utuhnya Supri)

c. Man (bentuk utuhnya Norman)

d. Jo (bentuk utuhnya Bejo)

Selain nama diri, dalam nama perkerabatan semua bentuk utuh dan disingkat

dapat juga digunakan, seperti:

a. pak (bentuk utuhnya bapak)

b. yah (bentuk utuhnya ayah)

c. bu (bentuk utuhnya ibu)

d. kak (bentuk utuhnya kakak)

e. dik (bentuk utuhnya adik)

Page 17: Disain Dani Apriyanto

f. bi (bentuk utuhnya bibi)

g. kek (bentuk utuhnya kakek)

h. nek (bentuk utuhnya nenek)

i. nak (bentuk utuhnya anak)

j. cu (bentuk utuhnya cucu)

Perlu diperhatikan, tidak semua kata kekerabatan mempunyai bentuk

singkatan. Menurut Chaer (2006: 107) kata saudara dan paman tidak ada

bentuk singkatannya. Jadi, harus digunakan dalam bentuk utuh, tetapi ada

juga pemakaian paman disingkat man tergantung pada tempat dan situasi

pemakaian.

Menurut Kridalaksana (1975:14), satuan bahasa mempunyai sistem tutur sapa,

yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang

dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa

bahasa. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara penyampaian

maksud dari yang menyapa kepada yang disapa, baik secara lisan maupun

tulisan dalam bentuk prangkat kata-kata. Tutur sapa sebagai suatu bentuk

sistem untuk penyampaian maksud, mempunyai peranan penting karena

sistem penyapa yang berlaku dalam bahasa-bahasa tertentu berbeda dengan

sistem panyapa yang berlaku bahasa yang lain. perbedaan itu tidak terletak

pada kosakata sapaan, tetapi juga pada sikap penuturnya ketika proses sapaan

berlangsung.

Page 18: Disain Dani Apriyanto

Menurut Kridalaksana (1975: 140), ada sembilan kelompok tentang sapaan

untuk orang kedua dalam bahasa Indonesia, yaitu:

a. kata ganti orang kedua seperti engkau, kamu

b. nama diri seperti Mita, Edi, atau dapat didahului katas saudara, tuan,

nyonya

c. istilah kekerabatan seperti kakek, paman, dan abang

d. gelar dan pangkat seperti jenderal dan dokter

e. kata ganti agentif seperti penonton dan pendengar

f. bentuk nomina+ku seperti kekasihku dan ibuku

g. kata-kata diektis atau penunjuk seperti situ

h. bentuk nominal lainnya seperti bung dan anda

i. bentuk zero seperti kalau O senang dengan buku itu ambillah!

Brown dan Gilman (1997:76), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi hubungan resiprokal dan nonresiprokal. Hubungan antar

pelaku wicara tergantung pada:

a. perbedaan kerabat, yaitu kawan bicara masih punya hubungan darah,

b. perbedaan umur, yaitu apakah umur lawan bicara lebih tua, sama

umurnya, atau lebih muda dari pembicaraan,

c. perbedaan jabatan, yaitu apakah jabatan lawan bicara lebih tinggi, sama

atau lebih rendah dari pembicara,

d. perbedaan situasi, yaitu situasi yang ada pada saat terjadinya peristiwa

tutur. Situasi yang ada dapat bersifat sangat formal atau tidak formal,

Page 19: Disain Dani Apriyanto

e. perbedaan situasi sosial, yaitu perbedaan status sosial dan perbedaan

tingkt sosial antarpelaku wicara. Pembicaraan akan melihat apakah status

sosial lawan bicaranya lebih tinggi, sama atau lebih rendah. Ukuran status

sosial dalam hal ini adalah kedudukan seseorang dalam lingkungan

masyarakatnya,

f. hubungan kekerabatannya, yaitu apakah pembicara telah mengenal dengan

baik kawan bicaranya. Hubungan kekerabatan lawan bicaradapat bersifat

sangat akrab atau tidak akrab, dan

g. tujuan pembicaraan, yaitu maksud dan tujuan pembicaraan melakukan

pembicaraan dengan kawan bicara. Dalam hal ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu afektif, pembicaraan biasa, atau menghina.

1. Sapaan dalam Hubungan Kekerabatan

Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena

keturunan dan perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan

yang digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam

sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan keluarga.

a. Sapaan berdasarkan keturunan atau hubungan darah

1. Sapaan terhadap yang Lebih Tua

Sapaan terhadap yang lebih tua ialah sapaan yang ditunjukkan untuk

menyapa orang yang lebih tua dari penyapa.

a) Sapaan terhadap orang tua kakek atau nenek

Page 20: Disain Dani Apriyanto

Sapaan untuk orang tua dari kakek atau nenek adalah moyang atau

buyut adalah. Sapaan moyang digunakan baik orang tua kakek

laki-laki maupun perempuan oleh cicitnya. Sapaan moyang ini

sudah jarang ditemui dalam satu keturunan karena faktor umur

yang tak memungkinkan lagi.

b) Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu

Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu adalah

kakek. Sapaan kakek ini digunakan untuk menyapa orang tua

laki-laki baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.

c) Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu

Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu adalah

nenek. Sapaan nenek digunakan untuk menyapa orang tua

perempuan baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.

d) Sapaan terhadap orang tua laki-laki

Sapaan terhadap orang tua laki-laki adalah bapak atau ayah.

Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa mertua laki-laki oleh

menantunya.

e) Sapaan terhadap orang tua perempuan

Sapaan terhadap orang tua perempuan adalah ibu. Sapaan ini juga

digunakan untuk menyapa mertua perempuan oleh menantunya.

f) Sapaan terhadap saudara tua dan muda laki-laki dari orang tua

Page 21: Disain Dani Apriyanto

Sapaan terhadap saudara tua laki-laki dari orang tua adalah paman

atau om. Sapaan paman atau om digunakan untuk menyapa

saudara tua laki-laki dari orang tua oleh kemenakannya.

g) Sapaan terhadap saudara tua dan muda perempuan dari orang tua

Sapaan terhadap saudara tua perempuan dari orang tua adalah bibi

atau ibu. Sapaan bibi atau ibu digunakan untuk menyapa saudara

tua perempuan dari orang tua oleh kemenakannya.

2. Sapaan terhadap saudara

a) Sapaan terhadap saudara tua laki-laki

Sapaan terhadap saudara tua laki-laki adalah abang. Sapaan abang

digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa saudara

yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu

laki-laki yang lebih tua.

b) Sapaan terhadap saudara tua perempuan

Sapaan terhadap saudara tua perempuan adalah kakak. Sapaan

kakak digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa

saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa

sepupu perempuan yang lebih tua.

c) Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan

Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan adalah

adik, sapaan adik biasanya disertai dengan nama diri atau dengan

Page 22: Disain Dani Apriyanto

nama saja. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa saudara

sepupu laki-laki maupun perempuan yang lebih muda.

3. Sapaan terhadap yang sebaya

Sapaan terhadap yang sebaya dalam keluarga cukup dengan nama saja.

Sapaan nama dapat digunakan untuk mengakrabkan diri antara

panyapa dan yang disapa. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa

sepupu yang sebaya.

4. Sapaan berdasarkan urutan generasi anak

a) Sapaan terhadap anak laki-laki atau perempuan

Sapaan utama terhadap anak laki-laki atau perempuan umumnya

adalah menggunakan nak, nak+nama, atau nama saja.

b) Sapaan terhadap cucu laki-laki atau perempuan

Sapaan utama terhadap cucu laki-laki atau perempuan umumnya

adalah cu, cu+nama, atau nama saja.

2. Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan

Sapaan dalam hubungan kekerabatan sering juga disebut sapaan dalam

masyarakat. Sapaan dalam masyarkat adalah sapaan yang digunakan untuk

menyapa anggota masyarakat yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan

atau hubungan darah.

a. Sapaan terhadap yang lebih tua laki-laki dan perempuan

Sapaan yang sering digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua laki-laki

yaitu bapak atau pak, sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua

Page 23: Disain Dani Apriyanto

perempuan yaitu ibu atau bu. Sapaan bisa juga disesuaikan dengan urutan

kelahiran orang tersebut.

b. Sapaan terhadap yang lebih muda

Sapaan terhadap yang lebih muda baik laki-laki maupun perempuan yaitu

adik, dik atau dengan nama diri saja.

c. Sapaan terhadap yang sebaya

Sapaan terhadap orang yang sebaya dalam masyarakat dapat disapa dengan

sapaan nama diri.

d. Sapaan terhadap orang yang belum dikenal

Sapaan terhadap orang yang belum dikenal biasanya menyesuaikan dengan

kondisi lingkungan, sapaan pak atau bu digunakan untuk orang yang kira-kira

sebaya dengan ayah atau ibu, sedangkan bang atau kak digunakan untuk

menyapa orang yang sebaya dengan kakak atau abang. Sapaan ini juga bisa

disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut.

e. Sapaan dalam profesi

Sapaan dalam profesi biasanya menggunakan sapaan pak atau bu.

Penggunaan sapaan tersebut dikarenakan tuntutan profesi seseorang agar lebih

sopan. Misalnya, ketika berbicara dengan seorang dosen, maka panyapa akan

menggunakan sapaan pak dosen atau bu dosen.

f. Sapaan dalam jabatan

Page 24: Disain Dani Apriyanto

Sapaan dalam jabatan digunakan untuk menyapa orang-orang yang

mempunyai jabatan tertentu dalam masyarakat. Misalnya menyapa presiden,

gubernur, bupati, dan camat.

3. Tujuan penggunaan kata sapaan

a. Sapaan tanda hormat

Sapaan tanda hormat merupakan sapaan yang menjunjung tinggi sopan santun

dalam menghargai orang lain meskipun orang tersebut tidak memiliki

hubungan kekerabatan dengan panyapa. Contoh sapaan tanda hormat, sapaan

bapak, ibu, yang mulia, yang terhormat dan yang berbahagia.

b. Sapaan ungkapan sakit hati

Sapaan sakit hati merupakan sapaan kepada seseorang yang tidak senang

dengan yang disapa. Sapaan semacam ini terjadi akibat adanya permusuhan,

iri hati, atau sengketa antara kedua belah pihak. Sapaan yang digunakan

umumnya berkonotasi negatif, seperti setan, pelacur, anjing, atau iblis. Makna

yang diungkapkan selalu merujuk pada sapaan yang menggambarkan

seseorang tersebut sesuai sapaan yang di ungkapkan.

c. Sapaan ungkapan keakraban

Faktor kekerabatan antara penyapa dan yang disapa sangat mempengaruhi

penggunaan sapaan. Keakraban yang terjalin antara penyapa dan yang disapa

tidak menyebabakan sakit hati atau direndahkan. Contoh, penggunaan kata

binatang untuk mengganti nama yang disapa, keadaan fisik, ataupun

Page 25: Disain Dani Apriyanto

penggunaan kata sapaan yang berhubungan dengan kebiasaan jelek yang

disapa.