72
Fieldnotes of Boyan River Expedition Siti Chusniyah ( Universitas Negeri Semarang ) Suak mansi, 7 Juli 2013 – 30 Juli 2013 Sources : buku monyet dan rekaman suara. Notes : nomor-nomor yang muncul disetiap paragraf yang ada menunjukkan nomor rekaman di hp saat peneliti sedang melakukan pengumpulan informasi. Hari 1. Minggu, 7 Juli 2013 Sampai di Suak Mansi sekitar pukul 17.00, tepatnya saya dan Gloria diturunkan di depan rumah pak Sempe, kepala dusun Suak Mansi. Tiba di rumah pak Sempe, kami menunggu beberapa menit untuk bisa istirahat dan duduk di dalam rumah pak Sempe, karena pak Sempe masih berada di lapangan sepak bola seberang sungai, pak Sempe ikut main sepak bola. Rumah pak Sempe terletak di suak mansi hulu. Mayoritas warga suak mansi hulu beragama kristen, dan di daerah sini lebih banyak anjing yang berkeliaran daripada di suak mansi hilir. Mas Ardan ditemani salah satu pemuda setempat menjemput pak Sempe ke lapangan sepak bola. Sembari mas Ardan pergi, saya dan Gloria disambut oleh ibu Dewi,istri pak Sempe. Kami dipersilakan duduk di dalam rumah pak Sempe. Saya melihat setiap sudut rumah pak Sempe, terlihat beberapa foto yang dipajang didinding kayu rumah pak Sempe. Tanpa kami tanya, ibu Dewi langsung menceritakan siapa saja yang ada di setiap foto yang tertempel di dinding kayu itu. Ibu Dewi memiliki tiga anak. Tak sempat saya mencatat apa yang diceritakan ibu Dewi di buku monyet saya, sudah terlalu capek melakukan perjalanan

fieldnotes juli 2013

Embed Size (px)

Citation preview

Fieldnotes of Boyan River Expedition

Siti Chusniyah ( Universitas Negeri Semarang )

Suak mansi, 7 Juli 2013 – 30 Juli 2013

Sources : buku monyet dan rekaman suara.

Notes : nomor-nomor yang muncul disetiap paragraf yang ada menunjukkan nomor

rekaman di hp saat peneliti sedang melakukan pengumpulan informasi.

Hari 1. Minggu, 7 Juli 2013

Sampai di Suak Mansi sekitar pukul 17.00, tepatnya saya dan Gloria diturunkan di depan

rumah pak Sempe, kepala dusun Suak Mansi. Tiba di rumah pak Sempe, kami menunggu

beberapa menit untuk bisa istirahat dan duduk di dalam rumah pak Sempe, karena pak

Sempe masih berada di lapangan sepak bola seberang sungai, pak Sempe ikut main sepak

bola. Rumah pak Sempe terletak di suak mansi hulu. Mayoritas warga suak mansi hulu

beragama kristen, dan di daerah sini lebih banyak anjing yang berkeliaran daripada di suak

mansi hilir.

Mas Ardan ditemani salah satu pemuda setempat menjemput pak Sempe ke lapangan sepak

bola. Sembari mas Ardan pergi, saya dan Gloria disambut oleh ibu Dewi,istri pak Sempe.

Kami dipersilakan duduk di dalam rumah pak Sempe. Saya melihat setiap sudut rumah pak

Sempe, terlihat beberapa foto yang dipajang didinding kayu rumah pak Sempe. Tanpa kami

tanya, ibu Dewi langsung menceritakan siapa saja yang ada di setiap foto yang tertempel di

dinding kayu itu. Ibu Dewi memiliki tiga anak. Tak sempat saya mencatat apa yang

diceritakan ibu Dewi di buku monyet saya, sudah terlalu capek melakukan perjalanan dari

Yogyakarta sampai Suak Mansi dari Sabtu pagi hingga Minggu sore baru tiba di Suak Mansi.

Intinya, ibu Dewi menceritakan tentang anak-anaknya,yang kini tinggal Nety yang masih di

rumah menemani pak Sempe dan ibu Dewi. Anak-anaknya yang lain kuliah di jawa dan telha

menikah, ada yang menetap di Jawa. Setelah bercerita, ibu mengantar saya dan Gloria ke

kamar Nety. Kami akan tidur di kamar Nety, sebelahnya ada kamar pak Sempe dan ibu Dewi.

Kami pun membawa serta barang-barang kami ke kamar Nety di lantai atas.

Lepas menyerahkan oleh-oleh titipan mas Pudjo, empat bungkus kopi, pak Sempe tiba di

rumah dengan seorang bapak-bapak. Saat pak Sempe tiba di rumah, saya masih berada di

lantai atas melihat-lihat kondisi sekitar. Saya pikir Gloria perlu bantuan saya untuk

membawa barang-barangnya ke atas, turunlah saya ke ruang tamu. Ternyata pak Sempe

sudah datang. Saya dikenalkan dengan pak Sutarmin, ketua RT 03, kampung Suak Mansi.

Pak Sutarmin seorang muslim. Pak Sempe dan bu Dewi menawarkan saya untuk tinggal di

rumah pak Sutarmin saja, karena dua hari lagi masuk bulan puasa. Pak Sempe dan bu Dewi

khawatir saya tidak nyaman di rumah mereka karena saya muslim dan mereka kristen.

Tentulah repot nantinya, begitu pendapat mereka. Saya sempat bingung,tak enak hati

dengan pak Sempe dan bu Dewi. Saya khawatir nanti saya tidak nyaman dan merepotkan

mereka saat sahur. Sempat saya berkata, tak apalah tinggal di rumah pak Sempe, namun

saya berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk tinggal bersama pak Sutarmin saja. Pak

Sempe dan bu Dewi tak keberatan saya tidak jadi tinggal di rumah mereka.

Dengan sepeda motornya, saya membonceng pak Sutarmin menuju rumah beliau. Lupa

oleh-oleh, dikasih Gloria, untung lah.

Keluarga pak Sutarmin. Tiba di rumah pak sutarmin saya disambut ramah oleh istri pak

sutarmin. Saya berkenalan dengan ibu Sugihartini, mamak Tole, mbah Ngatijem. Mamak su

adalah panggilan akrab dari seorang Sugihartini, istri dari pak sutarmin yang akrab dipanggil

pak su atau pula pak tula. Pak su dan mamak su memiliki tiga anak. Anaknya yang pertama

bernama Sri Suheni yang sekarang telah menikah dengan anak seorang dayak, penduduk

asli. Anak yang kedua bernama Suharwo dan anak yang terakhir bernama Triadi Supriyanto.

Suharwo akrab dipanggil Tole berusia empat belas tahun, dan Triadi Supriyatno akrab

dipanggil Supri berusia tiga belas tahun. Mbah ngatijem adalah ibu dari pak sutarmin. Mbah

ngatijem asli orang kokap, yogyakarta yang dulunya mencari peruntungan hidup menjadi

perantauan di kalimantan. Pak sutarmin sendiri adalah generasi kedua seorang perantauan

yang lahir di Suak Mansi, tapi tetap darah turunan jawa.

Tentang anak pak Sutarmin yang pertama, Suheni. Suheni menikah dengan seorang pemuda

desa Suak Mansi, seorang Dayak bernama. Pernikahan yang mejadikan Suheni menjadi

seorang dayak bergama Kristen mendapat penolakan dari orang tua Suheni, yaitu pak Su

dan mamak Su. Di usianya yang masih sembilan belas tahun, Suheni telah mengambil

keputusan besar yaitu menikah dan berpindah keyakinan. Pak Su dan mamak Su tidak

memberikan restunya atas pernikahan Suheni. Mereka berdua memilih meninggalkan

kampung saat pernikahan Suheni dilaksanakan. Mereka tidak sampai hati melihat anaknya

berani menentang dan melawan nasihat orang tua untuk tidak menikah dengan orang dayak

dan berpindah agama.

Mandi di sungai dengan mamak. Karena sedang ada keramaian di lapangan seberang sungai,

sungai di belakang rumah mamak dijadikan sebagai jalur tikus yang artinya lebih dekat

menuju lapanan sepak bola, ini menjadikan sungai di belakang rumah mamak selalu ramai

dengan lalu lalang orang maupun sepeda motor setiap siang sekitar jam dua ketika mereka

berangkat dan sore sekitar jam setengah enam ketika pertandingan selesai dan mereka

pulang.

Dilihatin foto kak Syifa, mahasiswa KKN UGM 2012. Syifa adalah mahasiswa KKN dari UGM

pada tahun 2011. Penerimaan warga suak mansi sangat baik kepada mahasiswa yang masuk

ke kampung mereka.

Lepas maghrib nonton acara di depan gereja. Gloria ikut acara dari jam 6. Mampir ke rumah

mbah Tugiran, bapak mamak Sugi. Dapat cerita dari mamak, harga sawit ditentukan

perusahaan, petani manut. Petani sawit Suak Mansi jual hasil panennya ke BHD semua.

Harga sawit paling tinggi 1700, paling rendah 500.

Jam 8 pulang, perjalanan pulang ke rumah ibu bilang orang islam/jawa yang jadi

dayak/kristen disini, hidupnya susah, dan sebaliknya. Saat saya tanya kenapa, tidak tahu,

diberi contoh, ada tetangganya yang jadi dayak hidupnya susah, masih muda sudah

meninggal. Nonton tv bareng, jam 9 tidur.

Hari 2. Senin, 8 Juli 2013

Bangun jam 5.20, sebenarnya sudah bangun sejak jam 4.45, tapi karena tak berani sendiri

mengambil air wudlu di sungai, saya memutuskan untuk menunggu dibangunkan ibu. Air

sungai di belakang rumah bapak Su terasa sangat dingin ketika menyentuh kulit tubuh.

Menikmati udara pagi Suak Mansi di teras rumah bapak Su dengan ditemani kopi oleh-oleh

dari mas Pudjo buatan mamak. Memasang barang dagangan ibu di meja teras rumah. Snack

ringan mereka sebut kue. Jualan ibu : kue, rokok, mie instan, bensin, solar, dan minyak

tanah.

Datang dua orang pembeli, mbah Muri dan mbah Paini, membeli rokok. Ngobrol sebentar

dengan mbah Muri, beliau mampir sebelum pergi mencari burung ke hutan. Mbah Muri

adalah seorang transmigran asal Pati, Jawa Tengah. Sembari mengisap rokoknya, beliau

mengatakan hidup di Jawa itu melarat, kalau di sini (Kalimantan) bisa kaya. Selain menjadi

petani sawit dan karet, beliau juga berprofesi sebagai pencari burung dan penjual ayam.

Mbah Muri juga sempat bercerita tentang anak-anaknya. Anaknya ada yang bekerja di

perusahaan sawit, gajinya 7,8 juta, gaji pokok 3 juta, tidak ada yang namanya gaji 1 juta, tak

main kata mbah Muri. Setelah dirasa cukup ngobrol, mbah Muri pamit untuk mencari

burung ke hutan.

Lepas ngobrol dengan mbah Muri, ngobrol dengan bapak. Cerita bapak, Suak Mansi ada

orang Jawa sejumlah tujuh rumah, 9 rumah islam. Ada tiga rt di Suak Mansi, rt 1, rt 2, dan rt

3. Rt 2 dipegang oleh pak martianus, rat 3 pak sutarmin, rt 1 bapak lupa namanya. Rt satu

wilayah sekitar rumah pak sempek.

Melihat aktivitas warga di hari pertama saya di Suak Mansi. Pagi hari sangat sepi, depan

rumah warga sepi, hanya terlihat beberapa perempuan yang pergi ke sungai, mencuci

perabot dapur. Beberapa motor lalu lalang lewat depan rumah yang saya tinggali, orang-

orang yang berangkat noreh, biasa sepasang suami istri naik sepeda motor.

Milir. Bapak dan mamak milir untuk membeli barang jualan di rumah, di hari pertama saya

tinggal di Suak Mansi Saya di rumah sendiri. Jam dua siang bapak mamak pulang dari

Meliau. Masyarakat di sini menyebut aktivitas pergi ke kecamatan meliau dengan milir. Milir

dilakukan jika ada kebutuhan yang harus dibeli di pasar meliau. Pak sutarmin biasa pergi

milir untuk membeli barang tang akan dijual di warung kecil di teras rumahnya. Warung

kecil ini baru dibuka sekitar dua tahun ini. Menurut mamak, penghasilan dari buka warung

ini lumayan untuk menambah pemasukan keluarga, meskipun kecil jumlahnya. Milir

menjadi aktivitas rutin bapak setelah membuka warung kecil di rumahnya.

Keramaian seberang sungai. Saya main ke keramaian bersama mamak dan gloria.

Keramaian ini dalam rangka acara HORPEM (Hari Olahraga Pemuda). HORPEM dilakukan

dengan mengadakan pertandingan sepak bola antar kampung. Tampak spanduk kampanye

politik di balai utama tempat skema pertandingan tertempel dan tempat berjoget pula saat

keramaian malam. Tidak hanya kaum laki-laki yang meramaikan menonton pertandingan

sepak bola ini, namun kaum perempuan seperti ibu-ibu dan pemudi kampung, serta anak-

anak pun sangat antusias. Keramaian seperti ini menjadi hiburan live tersendiri bagi

masyarakat selain tetevisi yang sering hanya bisa ditonton mulai dari waktu maghrib sampai

jam sembilan atau sepuluh malam. Ada beberapa aktivitas yang mengiringi pertandingan

sepak bola ketika berlangsung. Gubuk atau warung –warung menyediakan makanan ringan,

minuman es serbuk, arak, air mineral sebagai teman menonton pertandingan. Aktivitas yang

terlihat adalah main kolok-kolok dan biliar. Warung-warung yang menjual sosis, daging babi,

daging anjing, arak, sayuran, pakaian, perabot rumah.

Kolok-Kolok. Permainan dadu yang selalu ada ketika ada keraiaman di setiap desa. Tak

hanya bermain dadu, tetapi terdapat uang yang dipertaruhkan disetiap gambar yang muncul

dari suatu kocokan dadu. Bisa dikatakan kolok-kolok adalah perjudian. Perjudian yang

dilegalkan oleh masyarakat setempat, karena hasil dari kolok-kolok juga menjadi salah satu

pemasukan dana kegiatan HORPEM melalui pajak yang ditetapkan oleh panitia HORPEM.

Sempat gloria, rekan saya, hendak mendokumentasikan aktivitas kolok-kolok, namun

ditegur oleh bandar judi. Mereka terlihat takut dan tidak suka jika aktivitas mereka diambil

gambar. Mereka takut jika foto atau video itu akan dijadikan bukti untuk dilaporkan ke

kepolisian. Uang yang dipertaruhkan mulai dari seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu,

hingga dua puluh ribu, bahkan lebih. Ada berbagai cara melipat uang yang dipertaruhkan.

Sempat diberi tahu oleh Tole, anak bapak Su, namun saya lupa tak mencatatnya di buku

monyet. Menariknya, kolok-kolok menjadi sebuah perjudian bagi semua kalangan, tak

pandang umur dan jenis kelamin. Kolok-kolok menjadi perjudian yang lumrah dilakukan baik

orang dewasa, pemuda, maupun anak kecil atau anak usia sekolah dan baik itu laki-laki atau

perempuan. Balita yang masih dalam gendongan sang ibu pun, sudah diajak oleh sang ibu

yang asyik bermain kolok-kolok. Ada yang namanya bandar. Bandar adalah seorang yang

memiliki kuasa untuk mengocok dadu dan mendapatakan uang taruhan jika orang-orang

yang main kolok-kolok tidak beruntung mendapatakan gambar yang cocok dengan uang

yang mereka pertaruhkan yang diletakkan diatas gambar-gambar dengan berbagai lipatan

yang dirasa hoki. Gambar-gambar yang digunakan dalam kolok-kolok adalah berbagai jenis

hewan yaitu ikan, kalajengking, kepiting, dan ada beberapa gambar lagi yang tidak saya

ingat. Orang-orang yang bermain kolok-kolok duduk berbanjar satu baris diatas kursi kayu

panjang yang sangat sesak dengan orang yang menonton kolok-kolok. Mereka duduk

didepan gambar-gambar berbataskan persegi setiap gambarnya yang didipasang di meja

yang diduduki oleh sang bandar. Saya tidak akan berbicara anyak tentang kolok-kolok

karena saya hanya sekali mengunjungi gubuk beratap layar tempat kolok-kolok dimainkan.

Panas, sesak, ramai, penuh dengan keringat, adalah suasana yang saya temui saat saya

berada diarea gubuk kolok-kolok. Ditambah dengan anjung dan babi yang bebas berjalan di

area yang saya pikir sempit dan dan sesak itu membuat saya berpikir tidak akan ada kali

kedua saya berada di area kolok-kolok itu, karena jujur saya takut dengan anjing dan babi

dan saya kurang begitu tertarik dengan permainan kolok-kolok.

Pak martianus. Adalah ketua rt o2 suak mansi. Penuturan pak Martianus, dayak suak mansi

adalah dayak desa. Dayak desa memiliki bahasa dayak yang lebih mudah dipahami daripada

macam dayak lain yang ada di Kalimantan. Pak martianus bertandang ke rumah pak

sutarmin untuk sekedar bersantai menotonon tv dan ngobrol tentang aliran-aliran Islam.

Obrolan ringan tentang aliran-aliran Islam ini dimulai ketika sedang menonotn siaran berita

penentuan tanggal satu romadhon yang menandai dimulainya puasa tahun ini. pak Su

mengatakan, beliau memiliki saudara yang beliau katakan Islamnya berbeda dengan Islam

yang dianut oleh pak Su. Saya pun ikut mendengarkan, dan saya pikir yang dimaksud oleh

pak SU adalah LDII, karena menurut cerita pak Su, saudaranya tidak mau sama sekali

bersalaman dengan lawan jenis, kemudian ketika sarung atau mukena mereka dipinjam oleh

orang lain, sarung atau mukena tadi dicuci karena dianggap sudah tidak suci.

Sekitar pukul sembilan, pak martianus mengajak pak su untuk melihat keramaian di

seberang sungai belakang rumah pak su. Sebagai anggota panitia keramaian, pak rt setiap

malam mengecek keamanan di keramaian saat malam, dikhawatirkan ada perkelahian

karena banyak orang yang mabuk dan ada pula perempuan-perempuan pejoget.

Hari 3. Selasa, 9 Juli 2013.

Bangun 5.20 seperti hari sebelumnya aktivitas pagi di selasa ini, minum kopi, nyantai,

ngobrol ringan, melakukan pendekatan dengan keluarga baru, diteras rumah, pagi yang

dingin, karena malamnya hujan lumayan deras sekitar pukul 2 dini hari.

Mencoba mencari sinyal di lantai atas rumah bapak. Alhamdulillah dapat sinyal, nelpon

keluarga di rumah, kasih kabar.

Ziarah kubur. Selesai menelpon keluarga di rumah, saya mendengar rencana bapak mau ke

kubur, saya menawarkan diri untuk ikut, awalnya bapak enggan menerima, namun akhirnya

boleh sama bapak. Berangkat pukul 9, ada bapak, saya, supri, tole, mamak eko, dan fitri.

Supri dan tole adalah anak kedua dan ketiga bapak. Fitri adalah anak ketiga mamak eko. Ada

beberapa dokumentasi foto dan video untuk aktivitas saya di hari kedua tinggal di Suak

Mansi.

Sempat berbincang dengan bapak saat melewati hutan menuju kubur keluarga bapak. Saya

bertanya tentang bagaimana bapak dapat memiliki kebun sawit. Bapak bercerita kepada

saya, bahwa sawit mulai ada di Suak Mansi pada tahun 1992, perusahaannya bernama BHD.

Ada musyawarah antara warga dengan pihak perusahaan tentang akan adanya perkebunan

kelapa sawit di Suak Mansi. Kepala dusun berperan sebagai jembatan atau penghubung

antara warga Suak Mansi dengan pihak perusahaan. Kesepakatan yang ada saat itu antara

warga dengan perusahaan adalah warga harus menyerahkan tanah seluas 7,5 hektar kepada

perusahaan, warga mendapatkan haknya 2 kapling kebun sawit. Jika tidak memberi tanah

ke perusahaan, tidak mendapat kebun sawit.

Lumayan mendapatkan informasi dari bapak dan yuyud selama perjalanan berangkat dan

pulang dari kubur, namun informasi yang didapat diluar pertanyaan yang saya cari

jawabanya. Sebagai tambahan data saja, akan saya sampaikan disini.

Pertama, tradisi ziarah kubur sebelum memasuki bulan puasa. Perlengkapan yang dibawa

untuk ziarah kubur adalah bunga, daun pandan, sabut kelapa, jerigen air, dan korek. Mereka

sebut semua itu dengan sajen. Perjalanan menuju kubur melewati hutan dan menyebrang

sungai. Perjalanan kami lalui sekitar tiga puluh menit. Sampai di kubur, bapak, supri, tole,

mamak eko, dan yuyud membersihkan terlebih dahulu kubur saudara mereka, setelah

dibersihkan, kemudian disiram air sungai yang dimasukkan ke dalam jerigen yang diambil

saat perjalanan menyebrang sungai. Lepas menyiram kubur dengan air, bapak menyiapkan

sajen didepan kubur. Sajen tersebut adalah sabut kelapa yang dibakar, sambil asap

mengepul dari sabut kelapa tadi, bapak membaca doa-doa, kemudian terakhir adalah

menyebar kembang di kubur.

Kedua, data tentang pandangan pemuda akan pendidikan. Berbincang dengan yuyud,

pemuda Suak Mansi kelahiran 1998 ini putus sekolah saat kelas tiga SD, dia berkata dia tidak

bakat sekolah, nakal di sekolah, merasa tidak cocok sekolah, akhirnya dia keluar.

Masak besar di rumah mbah tugiran, sang imam masjid Suak Mansi. Pulang dari kubur,

mampir ke rumah mbah tugiran, ada masak-masak untuk acara nanti malam, yaitu malam

tarawih pertama di Suak Mansi. Mbah uti, mbah ngatijem, mamak su, mbak siti, ita, gotong

royong masak besar, diantaranya masak ayam, nangka muda, mie.

Setelah mampir sebentar di rumah mbah, saya diajak yuyud untuk mengepel masjid, karena

malamnya akan ada sholat tarawih berjamaah. Saya, yuyud, tole, supri, shela ngepel masjid.

Yuyud mengatakan selalu dia yang membersihkan masjid ketika menjelang ramadhan. Saya

mendokumentasikan setiap sudut masjid.

Masjid sederhana dengan lantai kayu beralaskan karpet berbahan dasar plastik (red (Jawa):

perlak). Ada mimbar yang juga sangat sederhana untuk sang imam melakukan khotbah.

Pengeras suara yang digunakan di masjid ini mengandalkan tenaga listrik dari genset

swadaya dari warga yang beragama Islam di dusun Suak Mansi. Di masjid inilah terdapat

fasilitas kamar kecil dengan wc yang airnya mengandalkan dari air hujan yang ditampung di

bak penampungan.

Sebelah masjid ada rumah kosong dengan biliar yang rusak, nampak beberepa anak

memainkannya. Saya melihat, foto, video.

Tradisi saat tarawih pertama di Suak Mansi. Suak Mansi adalah satu-satunya dusun di desa

melawi makmur yang memiliki masjid. Muslim di daerah landau, nek sawak, tanjung iman,

dan daerah sekitarnya pergi ke Suak Mansi untuk melaksanakan sholat jumat. Masjid

berdinding kayu yang meskipun tak penuh jamaahnya tetapi tetap hidup walaupun hanya

satu, dua, tiga orang yang berjamaah di masjid.

Tradisi yang ada pada masyarakat muslim di dusun Suak Mansi ketika malam pertama sholat

tarawih adalah makan bersama dan doa bersama. Makan bersama dilakukan setelah sholat

tarawih dilakukan. Sahalat tarawih dilakukan sebelas rakaat dengan imam mbah tugiran.

Pada acara makan bersama ini, masakan yang dibuat oeh istri mbah tugiran dengan mbahk

siti, mamak sugi, dan mbah ngatijem, adalah nasi putih, nasi kuning, ayam ingkung,

gori/nangka muda, mie, bubur, oseng rebung dan tempe, peyek, apem, kopi, teh. Ada

bebrapa makna dai makanan tersebut.

Mamak Pingah sang Pencari Burung. Maghrib tiba. Bertemu dengan mamak pingah/paini

dan mamak gesot/tuginem di masjid, ngobrol setelah sholat maghrib. Mamak pingah

pencari urung. Burung bukit 300ribu, burung payak 150ribu. Seringnya nyari burung bukit.

Tiap hari nyari, dapat, dijual ke orang. Toko pelnagi landau. Mamak pingah punya anak tiga,

rupingah, budi, ketut. Budi kerja di BHD, gaji tinggi, baru kerja 4 buan, tiap bulan gaji naik,

gaji 5 juta. Budi melarang emak dan bapak nyari burung, tapi mamak bapak tidak mau,

krena mereka hobi. Minggu kemarin nyari burung ketemu ular besar, dikejar, akhirnya

pulang ndak bawa burung. Mencari burung di hutan memakai pukat, mamak pingah pandai,

tidak ada yang mencari burung selain mamak pingah dan mbah Muri di sini. Penghasilan

mencari burung lebih tinggi daripada noreh atau penghasilan tani sawit. Mencari burung

dapat tigaratus ribu sehari, sedangkan noreh dan sawit belum tentu dapat segitu. Mamak

punya kebun sawit, tapi yang manen anaknya, suruh ngurus anaknya, nanti anaknya dapat

upah.

Obrolan dengan mbak siti lepas tarawih. Mbak siti adalah istri mas mur, anak mbah tugiran,

imam masjid. Ngobrol sebentar, mbak siti bercerita tentang pengalaman hamil saat bulan

puasa. Meskipun dalam keadaan hamil mbak siti tetap puasa, satu bulan penuh, karena

mbak siti berkeyakinan kalau puasa penuh maka doa dan keniginannya dapat tercapai atau

dikabulkan oleh tuhan. Mbak siti asli dari balai pekuak, seorang dayak. Mbak siti pidah

menjadi islam ketika menikah dengan mas mur. Pertemuan mereka hingga bisa menikah

berawal ketika mas mur main bola, mbak siti menonton pertandingan, akhornya kenal dan

dekat hingga mbak siti memutuskan pindah keyakinan dan menjadi istri mas mur.

Hari 4. Rabu, 10 Juli 2013

Puasa hari pertama. Menu sahur adalah seperti menu saat makan bersama di masjid.

Rekaman suara 7.

Terdengar ibu memecah es batu. Ada bapak mamak, supri,tole. Izza meau mencari sinyal

telkomsel minta diantar sama bapak. Terdengar suara motor. Supri dan tole main petasan

yang kemarin dibeli sama bdegarapak di meliau. Ada shela memanggil manggi tole dan supri

dengan sebutan kakang. Ibu memperingati tole jika petasannya kena orang. Ada atun, ibu

mneyapa mau kemana tun. Terdengar suara petasan jedor jedor. Petasan dibel dengan uang

tole, tole nitip sama bpak uang seratus lima puluh ribu, dikira tole seratus ribu itu dibelikan

petasan semua, padahal bapak hanya membeli petasan lma puluh ribu. Petasan tersebut

dijual seharga seribu per bungkus. Tetapi lebih banyak dibuat mainan sendiri daripada untuk

dijual. Jadi bisa dibilang tidak ada untungnya.

Hari 5. Kamis, 11 Juli 2013

Rekaman 8.

Latar : di rumah kak meren. Ada saya, gloria, izza, kak meren, dan mamak meren.

Mamak meren mengatakan, di riam jebol banyak emasnya, meskipun kecil-kecil. Ada

tambang emas yang tidak seberapa jauh dari kampung ini. Izza bilang ndak ada kerjaan apa-

apa pas puasa malah jadi lemes. Meren : orang puasa yang mulanya kurus bisa tambah

kurus. Izza : malah jadi gemuk. Butuh istirahat.gloria menunjukkan penelitianyya yang dulu

dikasaih foto dan tanda tangan, namanya aji, buat kenag2an utuk gloria. Jangan jadikan

kesalahan menjadi penyesalan. Aji itu kayaknya omnya aji itu. Dulu dia punya ponakan,

nakal, penelitian di pekalongan, tapi vega agak jauh. Aku di rumah terus. Seminggu

kemudian baru akrab. Peneltian tentang pariwisata, dulu partner mbak erina, dia

pendidikan. Meren : masing masing memiliki tema atau judul peneltian, kalau ada yang

sama enak bisa nyontek. Meren: nanaya saya penelitiannya tentang apa, sya jawab sawit.

Berarti kalau ada panen ikut panen ya. Ibu meren: itu panennya sekitar tanggal dua puluhan

kalau mau ikut. Izza : cerita pada saat dia sakit di rumah sakit, sakit dbd, ada pasien yang

kakinya kena gancu.

9.Tajuk

Tajuk sama dengan arak tapi ada yang digunakan sebagai ramuan. Ada kacang ma, sejenis

arak, dikasih daun kacang ma. Ada daunnya situ. Namanya kacang ma tapi dia daun. Itu kan

mereka bikinnya pakai ayam, campur ayam, diminum, untuk obat, cocok untuk orang hamil,

biar darah kotor lepas melahirkan keluar, biar seger.

Nety tidak sehat, gampang sakit, parah penyakitnya, lambungnya sakit. Dibawa ke

pontianak, kena penyakitnya disana juga. Mbak siti juga sakit lambung. Gara-gara makan

nanas.

Izza nanya ada yang hamil tu ndak disnini, ada. Pakai bidan desa. Dulunya sih kalau masih

hidup orang jawa, tapi dia diam di melawi. Kalau orang landau pampang dua kalau ada yang

mau lahir manggil dia semua. Tapi sekarang sudah meninggal. Kita pun dua dua anak pakai

bidan orang melawi itu. Waktu itu belum ada sepeda motor, jalan kaki pakai sepeda.

Bapaknya pergi ke me;awi naik sepeda pulangnya bawa bidan desa. Kalau ada motor macam

sekarang enak, jauh pun jadi dekat.

10. bicarakan orang yang teler tetapi naik sepeda motor. Bang giring. Ndak berani numpang

edi ngebut, dia takut lalu bannya bocor, lalu jalan kaki, untung ada orang daerah mana nuk,

apa namanya balai imbung, orang kerawang katanya, lalu tanjal orang tiga. Edi udah ndak

bisa bawa motornya. Cewek ditinggal di pampang dua, dia minejm motor bibi ngambil

yunike dipampang dua, mau dibawa sudah ndak kuat.

Preman kayak preman itu mbak siti. Dibilang ngebut ndak ngebut dibilang ngebut ngebut.

Mabuk bisa bawa motor ndak pakai lampu. Jatuh bangun lagi, jalan lagi pakai motor, jatuh

jalan lagi. Kata orang sih ndak terasa, kalau mabuk ndak kerasa sakit.

Bicarakan temannya gloria. Mucin, sumbing, olga.

11. di rumah ibu ibu mengisi formulir pendaftaran paud. Waktu paud tergantung banyak

suara orang tua, minta pagi atau sore, kalau banyak minta pagi ya pagi, kalau sore ya sore.

Tempatnya di bekas cu.

12. kalau lewat ini pasti jatuh, ada yang dorong, ndak ada orangnya, penjaganya jahat, tapi

sekarang udah ndak ada penaganya, udah lama ndak ada penjaganya. Disni dulu banyak

yang nayri emas, biasa bulan puasa nyari emas. Sekarang udah nddak karena ada yang

marah, yang punya tanah marah, yang punya namanya senci, oarng dayak. Kemudian

banyak yang ndak berani nyari emas disini. Belakng rumah pernah dicari emas, sekarang

udah ndak ada emasya. Emasnya kasrakasar. Seboyu dekat nek wsawak, jauh dari sini,

gunung melawi. Aku yang gaykanya ssaya lihat kecil kecil, dulu gampang nyari emas,

sekarang payah. Kalau di kampung ndak perlu pakai mesin yang penting mampu ndak

ngayak, kerja emas pun mau, harus sabar, kalau ndak sabar ndak bias, macam sidak (orang),

tapi bukan di kampung ini di lombak, nari emas pakai mesin mati. Kalau pakai mesin itu kan

lobangnya kan besar, anak buahnya masuk ekdalam ngambil tanahnya engkohnya kata

orang sini yang ada emasnya, lalu bosnya yang diatas nyemprot nyemprot ndak tau ada

naka buah dibawah, mesinnya dihidupin ahirnya mati. Kalau mesin kan semuanya kan bisa

roboh. Dafi nanay nau pulang ndak.

Pagi membuat catatan lapangan. Bapak dan emak noreh, berangkat setlah shubuh dan

pulang pada pukul sepuluh pagi.

Harus ke pampang dua untuk beli es. Diajak mbak siti beli es ke pampang dua. Harga es di

pampang dua adalah dua ribu per bungkus. Jika membeli di Suak Mansi, di tempat pak sabar

(seorang tokeh) harga es per bugkus adalah lima ribu, jadi mbak siti lebih memilih membeli

es dipampang dua meskiun harus naik motor dan melewati jalan terjal selama tiga puluh

menit. Saya bonceng mbak siti edngan perasaan takut kalau kalau saya jatuh karena medan

yang terjal dan tak biasa bagi saya, saya mendegar sedikit cerita dari mbak siti. mbak siti

cerita dia jualan arak diwarung keramaian, awalnya dilarang sama mbah tugiran, tetapi

mbak siti tetap jualan. Adik ipar mbak siti bilang wong islam puasa kok jualan arak,mau

dikasih uang haram itu anaknya, tapi mbak siti cuek saja, toh niatnya kan cari uang,

kalaupun takut ngasih makan uang haram sama anak, mbak siti rela uang hasil jualan

diserahkan ke orang semua, buat amal.

Obrolan di rumah mamak meren. Setelah beli es di pampang dua dan menaruhnya ke

warung, bertandang ke rumah mamak meren. Ada saya, gloria (partner saya di Suak Mansi),

izza (partner), mamak merent, dan kak merent. Mamak merent membuatkan minuman

untuk kami, karena saya sedang puasa jadi maamk merent hanya membutakan minuman

untuk gloria dan izza, mamak membuatkan mereka kopi. Ditemani dua gelas kopi dan hp

samsung gt milik saya, kami memulai obrolan tentang bagaimana ketika puasa. Meren

bilang kalau puasa bisa tambah kurus, tapi izza menimpali kalau puasa malah bisa tambah

gemuk karen pas buka maknnya banyak. Lalu berbicara tentang kegiatan kami disni, bahwa

kami disini sedang melakuakn penelitian. Saya bilang saya melakukan penelitian tentang

petani kelapa swit. Meren mengatakan berarti saya ikut panen sawit juga, saya mengiyaka.

Mamak merent menawarkan saya melihat alat alat yang digunakan untuk memanen sawit.

Melihat alat alat yang digunakan untuk manen, ada gancu, agrek, dan dodos. Agrek

digunakan untuk mengambil tnadan saqit di pohon sawit yang sudah tinggi, dodos

digunakan untuk mengambil tandan sawit di pohon sawit yang masih pendek, gancu

digunakan untk mengambil tandan sait yang telh jatuh ke tanah, utnuk selanjutnya diangkut

dengan mnggunakan tas kayu rotan yang digendong.

Mama merent cerita tentang falen, seoang anak disabilities di kampung Suak Mansi. Falen

adalah keluarga mamak. Mamak dan bapak falen juga ermasuk orang dengan disabilities.

Dulu falen mau dirawat sama mamak meren, tapi meren tidak setuju, repot ngurus adik.

Mamak meren bilang kalau falen diurus sama kita pasti jadinya dia anak yang waras. Falen

suka mengambil barang orang dan kenudian barang itu du buangnya, masyarakat suka

marah sama falen karena kelakuannya itu. Misal ngambil barnag lalu barangnya dia pakai,

masyarakat tidak marah, sebaliknya dia mengambil barang lalu dibuangnya.

Meren cerita akan ada pembukaan paud di Suak Mansi yang dilaksanakan pada tanggal 20

Juli 2013, paud ini adaah paud pertama di dusun Suak Mansi yang dirintis oleh kalangan

gereja. Paud ini bernanung dibawah yayasan lentera kasih borneo. Meren sebagai salah satu

calon pengajar di paud ini, mempromosikan paud ke warga Suak Mansi dengan

mengunjungi tiap tipa rumah warga. Dia menjelaskan tentang syarta dan pembayaran

pendaftrannya. Paud ini tidak hanya untuk merek yang bergama kristen, tetpai untuk semua

yang berminta igin mneyekolahakan ankanya ke paud.

Main di riam jebol. Siang yang sangat panas di Suak Mansi. Meren mengajak kami main ke

riam jebol. Riam adalah sungai dengan batu batu besar yang indah. Berjalan kaki menuju

riam, ada saya, gloria, izza, meren, supri, dan dafi. Belum sampai ke riam jebol, meren

mengajak kami mampir sebentar di sebuah rumah dekat jembatan. Meren memberikan

formulir pendaftaran paud kepada ibu pemilik rumah dan menungguinya mengisi formulir

pendaftaran itu. Rumah berdinding dan beralas kayu, beratap daun yang bisa dibilang kecil,

saya menemukan tempelan-tempelan kertas didinding kayu depan rumah tersebut. Ada

brosur undangan acara di gereja bebrap hari yang lalu yang diisi oleh andy idol dan seorang

pendeta asal papaua pada hari mimggu tujuh Juli 2013 puluk lima sore bertempat di halamn

gereja gapin dengan tema menjadi genrasi pemenang. Kemudian ada juga trmpelan kertas

tentang peraturan pertandingan bola volley dalam rangka gawai nyopat sowa podi pampang

dua 2013. Selain itu ada juga tempelan kertas berisi undangan daam rangka merayakan

pesta gawai adat dayak di dusun pampang dua pada tanggal 8 juni 2013 volley ball putar

putri utnuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan pad atanggal 19 mei sd 15 juni

2013. Ada pula peta pertandingan volley. Saya mengambil foto tempelan tmpelan kertas

tadi sembari menggu ibu pemilik rumah mengsis formulir pendaftaran paud, terlihat sang

anak berumur 5tahunan, anak sang pemilik rumah makan di depan pintu rumah dengan

membawa piring di tangannya dan menggnakan sendok.

Selesai ibu pemilik rumah mengisi formulir pendaftaran paud, kami melanjutkan perjalanan

menuju riam jebol. Panas terik membuat saya tidak sabar sampai di riam jebol, penasaran

bagaimana sih riam jebol itu yang sering mereka ceritakan. Beberepa menit jalan, kami pun

sampai di riam jebol. Riam jebol adalah salah sati bagian dari sungai turunan dari sungai

melawi yang memiliki batu-batu besar ditengah dan pinggir sungai. Ada salah satu bagian

yang dulunya menjadi area penacrian emas oleh warga. Ada dibawah pohon besar. Namun

sekarang masyarakat sudah tak ada lagi yang mencari emas di area itu. Masyarakat lebih

memilih noreh dan memanen sawit, karena penghasilan dari mencari emas tidak pasti.

Cerita seorang Dafi. Dafi adalah anak usia kelas enam SD. Dia besekolah di SD Suak Mansi.

Asal – usul dusun Suak Mansi. Sumber cerita orang tuanya. Suak adlah air kecil, mansi

adalah tenang, jadi suak mansi adalah ar kecil dan tenang. Menurut penuturan dafi, umur

dua tahun sudah punya motor. Nabung satu juta buat kredit motor. Dafi suka nabung. Kata

dafi kalau nabung semua keinginan tercapai. Cerita tentang penunggu sungai. Ada tiga

tempat di suak mansi yang konon ada penunggunya, di riam jebol, lihat video riam jebol.

Malam lepas tarawih ke dua puasa. Berbincang dengan supri.Ibu heni kelas dua. Ibu susanti

kelas enam. Ibu meren kelas emapat. Pak mita kelas lima. Kepala sekolah pak narwito,

menurut supri beliau galak, supri pernah ditampar. Ujian nasional 2013 di sd suak mansi 26

hanya enam murid. Mereka adalah supri ( triadi supriyatno, andi firmansyah (suak mansi

hulu), agustinus adem (dekat gereja gapin), Devi (dekat masjid), tata (dekat pak sempe),

fany permata utama. Perubahan jumlah siswa. Kelas satu ada tiga belas siswa, kelas dua

berkurang menjai dua belas, pedi keluar karena pergi ke pontianak dan akhirnya noreh.

Kemudian kelas tiga berkurang satu lagi, tinggal sebelas siswa, yuyud keluar dan menjadi

penoreh. Kelas empat berkurang lagi satu tinggal sepuluh siswa. Kelas lima berkurang dua,

tinggal delapan siswa. Dan kelas enam akhirnya sisa enam siswa yang masih bertahan

melanjutkan dan menamatkan jenjang sekolah dasar. Karena ada uda siswa yang tidak naik

kelas, mereka adalah doni dan franky. Kondisi sekolah. Ada ruang kelas dan ruang guru atau

kantor guru. Bangku kayu banyak yang rusak. Tidak ada perpustakaan. Dulu kepala sekolah

ada pak rahman namun sekarang beliau telah pindah ke sd pampang dua. Pak narwito dari

kuala rosan. Mata pelajaran yang diajarkan adalah bahasa indoensia, matematika, ipa, ips,

olahraga, dan seni.

Hari 6. Jumat, 12 Juli 2013

Bangun jam 06.00. asah asah, nyapu. Bapak pulang dari mukat dengan supri dan tole, dapat

tujuh ons. Bapak dan izza milir. Adi, adik meren berangkat kerja di bengkel pampang dua.

Ada truk mengangkut sawit orang nek sawak, dibawa ke bhd dengan menggunakan truk

milik pak sabar.

8.58, terlihat bapak meren menimbang karet di warung pak sabar. Ank anak main mercon,

ada pak mustofa di rumah pak sabarno, pak mustofa adalah pak mantri yang setiap minggu

ke suak mansi untuk memberi layanan kb kepada warga dn juga layanan kesehatan lainnya,

seperti pemeriksaaan penyakit.

Bapak cerita tentang pak david yang dulu menjadi ketua KUD.

13. pohon getah dulu, kalau sawit sih baru baru, bibitnya dari perusahaan, kita ngasih tanah,

dikasih bibit, dulu dikasih bibit satu kebun dua ratus lebih pokoknya, phonnya, ada yang

amti, mati ndak kena panas, kadang kadang dimakan binatang.

Rokok ndak ada beli bapak itu. Mamak falen menawari rebung. Mamak lagi batuk ndak mau.

Pak eko sembahyang.

Mamak perutnya sakit, biasa kalau udah gini, bulan enam belum lama, kalu ujung ujung

bulan tujuh enak puasanya. Biasa mamak paling pol lima hari satu minggu. Terdegar suara

khotbah dari masjid.

Mbah tugiran sawitnya banyak, sana satu, dua , tiga, empat, lima, lima kapling. Kapling itu

belum tentu mengahasilkan. Kalau punya itu, kaka bapakku itu berpaa kapling ja sekebun

hasilnya main 60an ton, biasya bah, pupuknya terus, kalau disni mana, ndak pernah, macam

mamak paling dua tiga kali ngasih pupuk, mana ada hasilnya. Pupuknya mahal, satu karung

seratus lebih, beliya di bhd, kita bayar, cicilan. Sini udah panen dijual di warung2, murah

kalau diwarung, bias kalau di pabrik seribu, seribu seratus, di warung paling tujuh ratus.

14. lama baru datang truknya, berangkat jam tujuh. Itu sawitnya orang nek sawak, tapi

pakai mobilnya pak sabar ngangkuntnya, kalau satu ton seratussatu bulan sekali terima

uang, sama bah disni kalau panen terima unag langsung habis, di bhd nya diawa siapa2

kalau da mobilnya, gabung sam aoarang bawa ke bhd nya.

Ada orang nawari sayur, mamak mau tapi sya bilag ndak usah tadi udah ada sayur.

Nunggu pak eko. Mur lewat ndak inegt kalua jumat, ndak smebahyang.

Bapak lupa ada titpan emak yang ndak dibeli. Belanjanya udah banyak, besok besok lagi,

yang penting ada sayurnya, sayurnya pasti ada lah.

Mamak falen nunggu pak sabar mau nimbang karet, pak sabar sedang sholat jumat.

Suruh beli obat ndak beli obat kan. Kae kangkung, apik2. Satu iekat dua ribu. Ini sayur sore

ja, bayam untuk pagi.

Ada pak mus di rumah pak eko, nyuntik nenek, sakit. Tiap satu minggu pak mus kesnini.

Suntik kb orang sini.

Hari 7. Sabtu, 13 Juli 2013

Pagi bapak ngarit, setelah selesai langsung milir untuk beli bensin yang kan dijual di rumah,

karena bensin bapak tinggal sedikit.

15. latar : Di rumah bapak su, lepas tarawih, ndak nonton tv, karena dipakai izza ngecharge

laptop, ndak kuat dayanya kalau nonton tv, mamak su tidur. Tole main disebrang. Saya

nunjukin deklarasi spks di netbook saya kepada bapak su. Saya bacakan salah satu isinya

deklarasinya, jelasin sedkit. Saya tanya tahukah bapak sola deklarsi itu.

Bapak su : dulu sih pernah denger cerita tapi bukan daerah sini, dareah kapuas, bhd, pada

marah2 ke perusahaan, perusahan kan pintar, dia lari, tinggal lari ja aman.

Tahun 2006 tidak ada kelompok tani.

Saya sebutkan koordinator melaiu. Bapak ndak tau.

Bapak su : Orang ndak peduli, kalau panen jual ja, yang penting dapet uang. (Sambil makan

kuaci yang tidak asin, kata bapak kuaci jawa besar2)

Bapak su : Kesepakatan tahun 92, ada tertulis, tapi itu kan, masalah penyerahan tanah,

nyerahkan harus 7 hektar setengah. Dua hektar perkebunan, dua untuk rumah. Kalau ndak

punya tanah 7 hektar ndak bisa, itu yang pasti, tapi kalau ngotot pun dapet, ngotot ke

kepala dusun dan perusahaan, kalau yang ngotot dapet, tapi lambat, agak sulit ngurusnya,

ndak mudah kalau nyerahin tanah.

Bapak su : Di pak sempe. Kalau data itu baru, ada di kadus lama, pak dewan. Pak smepek

baru berapa bulan jadi kadus. Dulu ada pilkades, pergantian, karena kadusnya kan jagoin

anaknya, epin, ndak duduk, ndak kepilih, dia (pak dewan) udah mundur, yang kepilih pak

sempek, kepala adat pak sentor, pendeta paka majan. Pak sentor temenggung. (Diiringi

backsound game dari hp samsung galaxi izza yang dimainin sama tole)

16. bapak su : bapak ndak pernah ngukum orang, duit ngadat ya untuk yang ngadat, kalau

ngelanggar ya terpaksa mungkin, itu masih mungkin, pakainya denda ukuran real, satu real

kalau ndak salah sertaus ribu (izza nanya ndak tau). Kalau di pampang dua ketat adatnya,

harus nyari tuak, arak, babi, untuk makan2.

Kalu disini paling2 ya dapet, kalau ketahuan mentri adat dihukum, sekarang udah pada

pinter, kalau ada barang ilang dilaporin rt, dikembalikan, bapak sih ndak pernah.

Data2 di pak dewan, di pak sempen ndak ada. Pak dewan rumhanya deket jembatan.

Kebetulan dia ada disini dia pindah ke meliau, keluarganya disini, dia kerja di pt antam, batu

tambang, aneka tambang.

Izza nyapa

Pak dewan disini , orang sesukanya ja, begitu mau pulang pulang, dia suka ngelucu. Cuma

kadang2 kata orang dia kasar, marah2 sama warga, mabok, ndak jelas marah kenapa, kalau

lagi pusing, ngomel2 sama warga. Tu udah jadi kebiasaan , jadi warga udah ndak hirau lagi.

Pengurus disini dayak semua, temenggung, mentri adat, kadus, Cuma rtnya yang jawa. Yang

lainnya mabuk2 semua, dulu bapak meren mantan rt, yang gantiin pak martianus, dulu sini

pak sabar rtnya, trus diganti bapak, bisa dibilang wakil orang jawa.

17. semua, cucunya, itu yang mabuk cucnya dikasih itu yang mau dihilangkan, nanti kalau

mau dicari2 kan ndak ada, tanah orang dikasih ke keluarga, warga tau tapi dibiarain itulah

sbini au ndak pnya tanaah kalau berani gito dapet, kalau orang jawa nerimo ja, kalau dayak

sukanya ngotot. Apalagi kalau punya tanah dikit ja, ndak punya tanahj ja beranoi, misalnya

ada abnngnya yang jadi pengurus, inta ja.

Sertiikatanah, tapi samapai sektang belu mkeular, padaha utngnya udah nda bayak lagi

entah kepan kreddinya nditutp, setrtiffikta ndaj keluar, dulu pernah sih jadi wakil sekretari

keporasi, enak naya. Sekarang jadi peani , neak, mdank using,

Punya tanah peninggalan orang tua, sertifikat belum jelas, disni kalau tanah yang masih uth,

beum dijua ndak ad suratnya, kalu udah pernha dijual. Ngrus kadus, kepal desa, tris

kecamatamn, kantrnya di neg sawak. Dayak semua.

Cerita keluar bapak, ndak ytau lah gimana cerintan kok bisa punya bapak dua.

Saudara ada laki2 tiga, perempua tiga. Yang tua pertm a di lombak, lian Suak Mansi, jauh

tempatnay, tempta pertambang emas.

18. nomer dua itu sbelah itu, pak santo bapaknya yuyud, kalu dsay yang ketiga, adik say

yang jadi orang dayak, sar sartinah, adik say yang bungsu, kerja disanggau, perkebunan

sawit, karyawan paa itu, udah nikah pnya nak dua, tinggal di seealh bodok.

Dulu pas adik jadi dayak bapak ndak begitu jelas. Entah orang tua memang lemah, am

pkatyak bapak lemah, sebenarnya keras, tapi sayang anak ya apalah keinginan anak, udah

berbagai cara dipertahankan ndak mau, ya bagiamana.

Pak santo dapet orang dayak, tapi orang dayaknya masuk islam. Sartinah rumahnya

depannya pak sempe.

Makan kuaci, kata bapak ndak enak, ndak ada rasanya. Supri main.

Mbah dulu ninggalin tanah bnayak, bapak saya, yang kuburnya terakhir.

19. mau mnta ini, mak comblangnya yang ngambilnya, begitu udah anak tiga cerai , kembai

dnegan bapa sauya, lahir say, setelah saya lahir tau belum bapak ninggal kembali lagi ke

yang dulu. Pkonya yang 4 itu saudaa, kalu santi sma adik sma abapak. Cuma sya sendiri ja,

entah palah itu namanya, orang jawa sedukut sapa itu, satu mamk beda bapak. Mamak

diitnggal mati balik iut lagi.

Kalu aslinya ya iya, tapi ndak busa juga, bagi2 sma saudar, itupun udah diua2, unrtuk ngrus

epemkaman, dulu mana tanah ada harganya, baus eelah sawit ada harganya, kain pituh kita

kasih kebun. Satu arela kebun karet, 40an kilo.untuk aya2 lagui jual lagi sama otrang seblajh

jembaan tu, itu pakan masih kecil mana ahu, dapet cerita ja, sebel,

Yang bagi tanah keluarga, musyawarah. Kesepakatan udah.

Dulu karet semua, masuk sawit, udah habis, katanya kalau sawit untung.

Kurang.

20. tanahnya tapi kan 7 hektar.

Bibit dari perusahaan lewat kredit, sama ja. Kreditnya dan kpaki tahun, 13 juta, 325 batag

minimlanya.

Iza cerita didaerhanya.

Harga sawit ditetnui perusahharan, manut ja, mau turn naik, paling tingg i 1700 pas tahun

2010 turun sampia 400, sekatamg serbu lebih, penen terus, begiut ada truk angkut.

Karetnya tingga dikit, klau masih sang ya uth, ada orang beli solar.

Izza baca artikel di netbook saya, supri masih main game di hp izza.

21. jenis tanah, kalau pupuknya bnak buagh besar, sawit bisa hidup tanpa dirawatm bauah

terus, Cuma bedanya buahnya kalau dirawayt nbsara2.

Bapak beli pupuk 3 bulan seklai, disni ditaeari tkoke,e tergatung kita mau inta berap, dulu

per karung 2ratus ribu esekarag nda tau belum lei, karing 50 kg.

Toke itu tengkulak, kalau kira bilang tengulak gak enka orangya, kalu dak pernah dengar

tengkulak mungikin gak enak rasya, beda lah , halus toke.

Pak sabarno jad pengumpul tokek, sawitnya bnak, beli sawit orang yag lagu btuh duit,

kepept. Pak saabrno, mak eko oarang sini dayak, sabarno oarng jawa, di boyan ,masijh ltang

tanya, dulu gelola bapaknya ja,

Yang kaya bpaknya, yang kasih modal ekan ada orang tu seerti itu. Kalau sekarang saudah

mandiri.

22. Mamak bapak eko, sibuk ndak ada anak buah. Anak yang pertama eko masih sekolah.

Supri masih mani game, bapak nyuruh udah, gajak nonotn sebernag, supri ndk mau.

Cocolato kertika supri ngambil an makan ccokolatos.

Sudah disediaka hutan, tinggal mau apa ndak ngambil. Semua nyari hutan.

Suara diesel dan maian game izza yang dimainikan tole.

Hari 8. Minggu, 14 Juli 2013

Buat catatan lapangan untuk beberapa hari yang lalu.

23. jam tujuh.

Mbah marsinah main ke rumah. Ada shela. Shela minta air putih.

24. lihat foto di album.

mak eko dulu namany pinah, ditambah jadi isti aminah, yam diganti siti fatimah.

Masalah keluarga bang andre, dia pemabuk kata mamak.

Dulu bah ramai terus tiapa malam, ada heni, mamak buka jualan ini bah rami, beli kerupuk,

sekarang ndak ada heni sepi, banyak temannya bah. Mamak mau melahirkan lagi cari

perempuan lagi. Tahun berapa lah nanti. Dery udah ke pontianak. Ini bapak, ini namany a

jang tek. Ini dery. Ini namanya nanang, tapu udu jenenge asli, harmin kah namanya. Yang

sering main kensini tinggal yuyud. Ini namany rino. Ini mas tole, supri ndak ikut. Ini malam,

mamak udah tidur, ndak ada mamak ini. Ini perpisahan, ke masjid. Mbak syifa sama anu biki

agar agar. Masknya di tempat mbah, perpisahan di masjid.

25. kwaci hambar ndak enak. Ini pas nyebrang ke meliau, ini nunng hana, ini mau ke meliau.

Ini bagas. Ini di gereja, di sekolahan, ikut ngajar. Inikantor sekolahan.

Semenjak ndak ada heni, sepi, ndak ada yang main.

26. tenatng sekolah, supri ndak mau. Dulu heni smp di pontianak. Bapakny ndak tahan,

smpny adi ponti, tempatnya orang cina, baik banget. Dicariin eleknya.

27. tentang keluarga pak eko.

Hari 9. Senin, 15 Juli 2013

Buat catatan lapangan untuk beberapa hari yang lalu.

Hari 10. Selasa, 16 Juli 2013

Bedabul di rumah mbah tugiran. Selasa, 16 juli 2013. Pukul 13.00

39. Kecamatannya kokap kabupaten wates, kelurahan argorejo, tahun 79 ke kalimantan

diajak paman, sekarang paman di boyan, pindah ke sana, ikut kerja dengan paman. Umur

berapa kesini? umur 30 , udah nikah mbah? Udah. Anak ditinggal di jawa? Ya, ada tiga, istri

udah meninggal. Punya anak laki dua perempuan satu.

Yang disini cuma mbak sugi saja? Dua, adiknya di pontianak. Mbak wit? Bukan ada satu di

pontianak, yang satu di jawa, berkeluarga. Tahun 2011 kemarin ada kesini, kerja satu bulan

disini. Keluarga saya kan 5(hitung saudara), saya anak ketiga, adik dulu bareng saya ke

kalimantan. Dulu dia kan sama, berangkatnya bareng, biyen neg kene tahun 79, karet,

boyan kampung baru. boyan saiki neg dayak. Saiki wes neg dayak, anak 10 kuliah kabih,

rampung kabeh, dadi kabeh. di boyan tani sawit, semenjak tahun 90, deke nanam sahang

pas berharga, 1kg 90ribu, ketika itu panen hampir 10 ton. Nuku kapling sawit, saiki wis 8

kapling, tandurane deke dewe lebih 2 kapling wes berhasil , kalau gajianiku deke ora kurang

dari 45 juta tiap bulan.

40. Kakangku iku, mbakyuku, kerjane banting tulang, neg kene noreh ra kerasan, asal noreh

direken tekor, ra pernah ngesong, pindah boya, neg kono tani sahang, suwe2 kene buka

perusahaan 92, nukoni kapaling, nyerahake tanah gak eneng, larang apapun dituku, ketika

itu 7 juta mahal kapling, kalau tuku dijabut karo wong kene, direbut tuku maneh tuku

maneh, eneng 6, 7 kpaling, gak mampu manen dewe, gaji wong, tapi sauiki anake we dadi ,

kene tani kan karet, mulai 81 aku dadi karo mamake, iku kerjanane noreh, tiap hari, noreh

karo bakulan setitik2, suwe suwe isa nyekolahke anak, satu bulan ndak sampek sma, kuliah

tiga tahun, d3 di pontianak, murah, sebulan 600ribu, tahun 2007 selesai, mulai tahun 2003.

Wes kuliah urung sampek s1 gak eneg, harus ke bogor, jurusan perpajakan, gak nerusin s1,

disini gak eneg, kerjane neg dealer, di singkawang, mur disuruh kuliah ndak mau, di stkip

pun ndak mau, jurusan guru, mur sekolah sma kelas satu, dikon terus sekolahe ora gelem,

seg tuwa dewe tok seng rampung kuliah, jenenge ahmadi, sekarang tinggal edi singkawang

41. dia udah ada isteri sekarang udaha ada anak, cucu ada , dulu kami kawin masih muda

yang di jawa umur 20an, isteri umur sekitar 17. Pertama mbak sugi, rohman, yatno. Rohman

di pontianak udah kawin, kerja bangunan, yatno di jawa kerja, penghasilan kurang. kemarin

disni sebulan lebih bawa uang pulang hampir 5juta kalau dijawa sebulan dapat 6ratus udah

sukur, dia kerja ayam paling2 senbulan 6ratus, disni nyangkol punya sabar, sepuluh hari

udah 1 juta, ndak mau balik kensini lagi, ditanya ndak mau, disinimnyari uang gampang

buangnya gampang. Disini penghasilan gampang barang2 mahal. Apalagi kalau ndak tau

perincian penghasilan sekilan pengeluaran sekian, perhitungan harus kuat, kita makan itu

harus seadanya, lauk apa adanya, sekarang sama dulu begitu, sama saja, karena dulu kan di

jawa makan nasi seharui satu kali, satu pinggan udah dibgai2, di jawa itu kalau pagi makan

growol, tapi kalau semarang lumayan. Nasinya bukan keras macam sini. Lecak2, itu udah

dibagi2, sekali disni makan seenaknya. Ya kalau cuma membesarkan perut ndak mau

perhitungan, entek alas entek omah, paribasane wong jawa, nggo sangu ngibadah ora eneg,

sibuk, ibadah mana, nyari uang mana, kalau perincian kan, makan sekian, nabung sekian,

jelas.

42. Macam kami dulu kan nabung pertama satu juta lebih, beberapa tahun saya nabung,

nabungnya di kantor pos meliau, jalan sini masih jalan air, ndak ada jalan darat, pakai

sampan kecil, biasa kami naik mobil bawa getah naik , ke boyan ke meliau, kalau air pasang

air surut, yang susah kalau air surut, kandas airmya, narik sampai berhari-hari, bermalam

sampai ke boyan, biasa ke boyan mbawa anak buah, dari sini dihanyut ke melawi, pulangnya

bawa belanjaan, kalau sekarang sudah nyaman, pakai motor bisa, setidaknya harus

bermalam satu malam, kapal milik sendiri, dulu ada, lama2 dijual, sampan rusak , mesin

rusak, dijual ke pamapang dua, ada orang nyari, jual. Baru ada jalan, itu pas ada sawit buka

sini, tahun 91, 92, yang buat dari perusahaan, dia mau masuk perusahaan harus bikin jalan,

bikin jalanpun kena tanah kita ndak mau ganti rugi, karena yang untung kan kita di dareah

mreka nyari keuntungan sawitnya. Rugi ya rugi, kalau 5 meter panjang sepuluh meter udah

berapa, sekarang ke melaiu pulang balik pun ndak ampai 5 jam, kalau dulu dua hari pulang

balik baru nyampek. Ada proyek masuk sini, ada nyamannya, kalau berjalan sampai kesana

udah ndak pakai sampan, kita mau beli mobil pun sudah bisa, kalau sakitnya kita kan, tanah

kalau nyerahkan tanah 7 hektar cuma dapat 2 hektar, dua hektar kebun inti, dua hektar

untuk orang trans dari jawa. Jadi orang yang pribumi sini rugi.

43. Tanah udah kurang masih suruh bayar lagi, ngangsur kreditnya bibit sawit belasan juta.

Maka disini banyak yang ndak mau bayar kredit. Orang dari jawa ndak mikir sukanya, mikir

susahnya, dulu datang dair jawa masih kerja berat, karena sawit dulu belum produksi, masih

awal sawit, belum berhasil. Sekali berhasil masih berapa dulu, sekilo masih seratus duaratus

rupiah. Tahun 2001 masih paling2 seratus dua ratus, udah buahnya kecil, murah, kalu

sekarang harganya mahal tapi kan sesuai dengan kerjanya, kerjanya kalau ngegrek, manen

sawit, resiko besar, coba kalau pas ngegrek jatuh kena sawit, mati banyak kejadian, disni

masih ndak ada, yang banyak di ptp, sawitnya masih pemerintah, kalau sini plasma

masyarakat, tapi kalau ada yang nenaem sendiri pun dibelinya ke sendiri, banayk yang

annem sendiri. Cuma saya yang ndak nanem sendiri , ndak mampu lagi, saya tidak

nyerahkan tanah, saya ada sawit beli semua, ada dari keluarag, beli orang trans satu kapling

2 juta 100, beli dari ipar saya dua juta, beli dengan ipar saya yangs sana 2 juta 4 kapling.

saya punya 20 hektar tanah , yang masih ada getah2nya, itu orang tadi yang minjem uang,

yang noreh, upahnya 20ribu.

44. Suak Mansi semua, dekat kebunnya, kebun sawit ndak jauh2. Dua hektar dikasih ke mur

dan siti, biasa sampai 3 ton tiap bulan, dijual ke bhd semua, kalau yang saya kerja itu karena

ndak banyak pupuknya sedikit2, paling2 satu ton, seribu per kilo, dapatnya sejuta. Hasil dari

karet, jual bahan pokok, jual kain. Ndak cuma satu sumber penghasilan, dari mana2, kalau

kita cuma motong ja, ndak makan. Kalau hengya ada ya berhasil kalu ndak, ya rejekinya

segitu. Bukan kita harus kaya, harta ndak dibawa mati, kalau mati yang dibawa cuma kain

putih dengan amal2 kita. Dulu itu ikut paman dua tahun, setelah itu langsung kawin. Dulu

rumahnya ndak macem ini, lebih parah dari rumah mbah ngatijem, dulu baru ada anak satu,

kalau dulu saya kan mrosal, judi, kalau orang jawa, tapi sekarang sudah ndak, kalau saya

tinggal judi, rumah dirajang2 sama anak saya. Rumah saya dirusak ahmadi, nakal, mur tidak,

kalau dia udah tidur saya lari, mrosal di kampung sini, makai daun ceki, itu kalau barang

jahat liat ja tau, tapi kalau barang baik lihat sampai jimbleng pun lama tahunya.

45. Kejahatan judi itu gampang, cuma tau caranya, kalu kita ngaji kita ngelihat pun lama

ketahauanya, orang ngaji sulit, alif bagaiman ba bagaiman panjang bagaimana, kalu baramg

maksiat sebentar pun ketahuann,itu karena ada godaan setan entah apa. tapi sekarang

udah 5 tahun ndak pernah judi, dulu mana keramaian pun macam ini aku ada, dimana

keramian pasti ada. Cuma saya judi ndak macem orang2 itu, kalau bawa seratus dua ratus

habis, kalau orang biasa jual apa jual itu, kalau saya tidak, kehabisan duit utang sana utang

sini, ndak bisa bayar kan kalau ditagih apapun yang ada ditarik, ada getah diambil getah, ada

emas diambil emas. Memang sampai bemalam malam, dua malam ndak pulang, itu asyik,

ndak habis, cuma tenaga badan itu sudah rusak, kurang olahraga am, kurang tidur. Datang

seorang mbah2 beli voucher pulsa. Mbah tugiran melayani pembeli itu terlebih dahulu.

46. Kalau pas dua tahun ikut paman ndak dikasih gaji, cuma bantu2, pagi noreh, sore

kelompok kerja, gesek kayu buat rumah, disini. Tapi bukan untuk saya, untuk paman saya,

paman saya di boyan, pindah, karena saya udah kawin, belum lama pindah rumanhya,

rumahnya sebelahnya mbak parti, udah lama pindahnya. Udah tua, istrinya udah meninggal,

anaknya 4 (ngitung anak), yang satu, dulu kawin ndak jadi, cerai, meninggal di kampung

baru, lama, sakit kanker payudara, meninggal. Saya punya anak ahmadi setelah satu tahun.

1981 kawin, 83 lahirnya, wit 86, mur dengan kakaknya, kesundulan, satu tahun kakaknya

lahir, lahir lagi si mur, ahmadi isrtrinya orang singkawang, bugis, islam, suami wit orang

jawa, karyawan ptp empalsemen, mur orang dayak istrinya.

47. mbah pernah pulang ke jawa, tahun 90 atau nggak 2ribu, itu pulang bawa dua, adiknya

kubawa sekalin, rohman namanya, yatno di jawa. Rohman dengan sugi dibawa, yatno masih

kecil, sama mbah, mbah dari mamak. Kalau mbah dari saya ndak seberapa dekat, mbah dari

saya kan kerjanya keras, ndak ngurusin cucu. Kerjanya mudah, tapi jaannya jauh. Kalau di

jawa itu dulu saya kawin kerjanya bikin genteng dan bata, tapi bata saya ndak, tapi kalau

bikni, jual genteng pun pakai sepeda, sampai ke berapa puluh kilo pun pakai sepeda, bahkan

mikul pun pernah sehari hari sampai gunung, berapa gajinya, ndak seberapa, kerjanya

oayah, gajinya ndak seberapa, gajinya nunggu kalau udah dijula, cukup buat makan saja,

kami dulu kecil sekolah pagi, sore kerja bikin genteng buat baya sekolah, baru kelas lima,

minta duit pakai buat spp, maka ndak mau ngasih, kelas lima sr bukan sd, tapi udah

dibelajari bahas arab bahasa tulis jawa.

Hari 11. Rabu, 17 Juli 2013

17 Juli 2013, 7:55:01

Bapak dan mamak milir. Mbah marsinah main ke rumah sama shela. Berbincang dengan

mbah marsinah tentang keluarganya. Duduk di kursi merah di dalam rumah bapak sutarmin.

64. Mbah marsinah.

Numpang tentara, udah gitu kata mamak balik ja ke rumah sini, balik ada tujuh bulan, pisah

dengan mamak baru kerja, sakit lah, tiap hari noreh bapak. Adi tujuh bulan pndah sini,

setelah itu kan bapake noreh dikit, tahun 82, dari anak tua sampai mur agak enak rejekinya.

Dari hamil samapi lahir sampai besar sampia punya istri rejeki mudah, lancar. Kalau adi,

anak pertama, delapan tahun sudah ikut noreh. Iku nreh dapat tiag ken lebih. Dibekukan

getahnya, bekalnya air mati, adi haus, minum cuka, udah mau balik, botolnya sama jadi adi

minum cuka, lalu berobat ke melaiu, kesananya pakai sepit, dulu pakai sungai pakai darat,

baru baru ini ada jalan darat, pakai mobil. Kalau pakai spit menderita, dua jam baru sampai

meliau, sekarang masih ada bekasnya, berobat suntik di meliau. Untung berobat sembuh,

paling menderita lah anak anak pertama, akhir kahir ini sampai punya cucu baru rejeki

gsmpang. Yang nikah duluan mur, baru wit, baru adi, adai malah yang terakhir. Ada bayar

langkahan, baju, duit, dua ngelangkah si mur, waktu itu kan mur nikah, baru setahun, wit

lagi belum ada tahun, adi lagi, belum ada setahan lagi yang di jawa nikah. Tiga tahun

berturut turut nikahin anak empat.

65. sini serba mahal. Sekarang sih udah agak enak bah, ndak kayak dulu. Hujan hujan noreh,

saking kepingin urip penak kayak wong, beli apa apa tercapai. Nabung terus, dari anak sd

sampai kuliah nabung, ndak pernah istilahnya utang. Adi kuliah d3. Udah nikah dapat orang

bugis, singkawang, itupun satu kelas kuliah. Pertama sampai selesai kuliah, nganggur

setahun, ndak jadi sama si adi. Singkawang sini jauh. Dari pontitanak masih jauh, kalau pakai

mobil masih tiga jam. Datang ke rumah, ngomong sama mamak. Kalau sama sama mau

sama sama setuju, mamak ndak paksa, kalau petani hidupnya susah, mau atau ndak. Dia

mau, terus antar sirih , ongkos nikah, minang kata orang sini, lewat bank ja, kirim uang.

Udah dianter, diterima sama keluarga sana, tinggal cari hari, udah tepat, nikah, belum ada

setahun udah punya anak, tiga tahun udah anak dua. Sekarang di singkawang sama istrinya,

mertuanya baik, antus. Sekali ada masalah, saya sering nasehati adi. Adi sering judi, saya

sering nasehati. Yang udah udah, jangan diulangi, mikir anak am masih kecil butuh biaya,

sekarang sadar ga (juga). Adi suka main bola, setengah dua belas bau pulang.

66. tabungan noreh karet buat beli kebun sawit. Kita kepengin apa harus nekat, niat.

Sekarng udah tua tenaga sudah kurang. Yang di trans dua diurus orang, bagi tiga, empat

ratus lima ratus sebulan. Sini enak, bapake shela, di bukan beli apa apa, makan mamake,

aung hasil ene buat seneg2 dia sendiri. Kalau kurang uang masih minta mamake. Bener bah.

Waktu itu kemarin dapet tiga juta, langsung ditabung, ke meliau. Mur itu ndak mau judi,

kalau yang adi bener suka judi, dua malem.

Belum mbah jadi sama dia, tukang judi, nomor satu, ada keramaian, betau belabas, main

kolok2, daun labas yang kecil, sekarang udah ndak ada labas, kalau remi pakai daun yang

besar, ceki itu belabas. Kalau ditinggal mbah judi kerja sendiri, anak anak masih kecil.

Berhenti judi, mbah sadar sendiri. Lahirannya shela, sampai sekarang ndak pernah, kalau

ndak berhenti, saya mau ikut mamak bapak di meliau, sekarang udah berapa tahun bah

ndak judi, dulu kalau judi dia hantunya, bukan saya menjelek jelekkan suami. Masih jadi

imam, masih judi. Ndak ada orang lain yang bisa jadi imam, gantinya ndak ada. Mbah

kakung rajin sholatnya, ndak pernah marah, ngomel, mbah itu pendiam.

67. yang penting ada tahu tempe kerupuk peyek, mbah ndak rewel makannya. Tiap hari

noreh, sawit kan baru baru ini, sekitar lima belas, sepuluh tahun sawit baru ada, jaman di

ptp 81, Suak Mansi 92.

(Izza ngajak tole supri nyari lidi dibuat sapu)

Suak mansi banyak orang pendatang daripada penduduke. Orang yang pertama disini siapa

namanya bah, lupa saya bah. Kalau bapak saya tahu, udah 40 tahuan di kalimantan,

sekarang di meliau, udah ndak pernah kesni, sudah tua.

Kalau disini, tanah sini, yang tahu orang sinilah, kakeknya pak sempek, tahu dia, masih orang

sini, sekarang udah ndak ada, namanya nek piking, yang asli tanah sini punya banyak, udah

meninggal lebih setahun ini.

68. mamak dia dulu kan sters, mamak sugi itu bah. Kalau lebaran kumpul, yang dari

pontianak tiap tahun dateng, aku pun kalau lebaran ke meliau ramai juga. Keluarga banyak

di jawa yang dari mamak, kalau saudara-saudara di kalimantan semua. Dulu bah jualan kain,

sembako, selain sawit. Besok bikin tempe. Tapi saya kan pagi direndem, udah kembang,

masukkan air sedandang, di curah, mateng, kayak indomie, besok dicuci, rebus satu jam

ndak boleh lebih dan kurang, kalau kurang mateng pahit ndak enak, kalau lebih lembek,

ndak enak. Ditus kering, dingin, di ler, direbus lagi, diperas dicampur kacang dan ragi. Tahu

rumit, kesuwen untunge setitik, neg tempe kan untunge okeh, kedelene sepuluh ewu satu

kilo. Tiap buat sepuluh, tujuh lima kilo, ada mamak gesot juga buat, tuginem namanya,

anaknya gesot jadi dipanggil mamak gesot, suaminya orang jawa. Mamak menawari ke

rumahnya mamak gesot, ndeke rajin cerito ga, mbah tuginem orang jawa tapi lahir disini.

69. landau ndak ada sawit, nek sawak ada, duluan suak mansi sawitnya, transnya

sebenarnya nek sawak bukan sini, nek sawak besar, kita nyerah tanah dapat sawit kalau

ndak nyerah ya beli, enakan beli daripada nyerah, kita beli kaplingan ja, dulu saya beli dua

juta, satu kapling ndak mesti satu hektar, ada yang kurang ada yang lebih ada yang pas. Dulu

kan dianggarkan pak suharto, dibikinkan trans sini, yang dari jawa sana kan disuruh kesini,

kan pak suharto yang ngelaksanakan transmigrasi. Dikasih kapling tanah, rumah, makanan,

dicukupi, cuma akeh seg ndak kerasan. Mbah tukiyo merantau, modal sendiiri, merantau

kesini kalau punya uang beli tanah untuk sawit kah untuk karet kah, kalau transmigrasi

susah, kerjanya terikat, ndak enak.

Di Suak Mansi perantauan semua. Orang trans yang ndak kerasan pada balik, kaplingnya

dijual siapa yang mau beli, pemerintah udah lepas tangan ndak ngurusi lagi, suak mansi

ndak ada trans, cuma mbah Muri ja, itupun pindahan dari trans sekadau.

(Shela rewel sama mbah. Ngajak ke rumah mbah Muri. Saya ijin mandi dulu. Ada izza di

obrolan ini. Supri tole main hp.)

70. lupa, ndak tahu ini obrolan dimana, ada mba marsinah.

Kayaknya percakapan sama ibu2 yang siang siang main ke rumah mbah. Pakai bahasa sana,

saya ndak paham. Tapi yang saya pahami sedikit, mereka sedang membicarakan tentang

kebun, sayuran. Ada truk lewat. Utang di warung, ada shela rewel. Masalah rumah tangga,

suami sering marah, ndak kuat, diam saja.

71. di rumah mbah Muri.

Rekaman tidak jelas.

Mbah Muri nanya, kenapa saya di kalimantan.

Orang trans sukses2. Neg ken ora ana ceritane tembung gelih,

Mbah paini : aku iki gelandangan, golek managn neg tempta se aman, sampai jambi, mulai

cilikane anakku seg bare, iku lahire neg perbatsan tanjung pingan karo sabak, jambi kual

tonggkal, disana susah kerjanya, makan ubi aja susuah, ubi baru ditancep, paginya udah

ndak ada, dimakan babi.

Dadi omahmu kui pamotan seg koncomu kui?

Banyune shela buang diombe kucing, dadi gak iso ngombe jowo yo?

72. aku iki anggota ketoprak, mernatau pun kadang kadang ana seg ngundang ketoprak aku

melu, nag neg kene iki gak ana kesenian. Neg kene iki ya anane keramaian kui, neg ken

kesenian kok jare ana joget empe, joget kok tmepel, nempe opo kui, sekali wes eroh kui lo

neg landau lha wong kok ana seg susune dingonkno, diambungi, jek nggowo arak, pap yaro

mambu kabeh, mbah mri : yo koyok wong seneng2 ngadek lah. Aku seg lanag delok wae sini,

semuru umur yo lagek eroh neg kekniki, ora due isin og, wes katoke semen, dioyol2 seg

susune lah, la yo boh mbho, lha kui seg duwe anak yo kok wntuk, nanging nag jawa gak

eneng. Cah wedok neg kene kanutan tv, cah clik2 kui deloki cvideo2 neg hape, cah cilik2 wes

ditontonke video2 ngunukui. Duwe hp film ngonokan kabeh, do delok kabeh, anak sekolah

padahal. Biasa dikon delok koyok ngenuku, tapi yo nag putyke sempat delpk yo tak gepuki,

tenan, marai tuman lah. Aku yo pernah ngert ana anak clik dokon wong tuwane delok video

ngunukui.

73. gak wani lah ditangkap ppolisi habis ceritane.

Saya tanya tentang serikat pekerja kelapa sawit.

Mbah Muri ndak tahu. jane nag seng Kelompok tani wes ana. Nanging Pembinaan dari pihak

kud, ppl, iku nak dipir dari segi kehidupan transmigrasi, pla kerja tat kerja sawi otolmatis jadi

jembatan peani sawit, kelompik tani ngasih saran penyuluhan. Kene pt wes cilik ah, bhd. Pt

sig koyok aditya sjal iku gede, kerja sama karo asing, ratusan juta hektar, bukan hanya

ratusan hektar. Mamak nawari nasi goreng ke shela, kau gak eeng sayur wetengku wes

perihmeh mangan obat.

Nag kwe kerja neg malaysia entuk duit akeh, neg malaysia ku jamkerjane kurang lebih kayak

kene, tergantung menungsane. Mbah marsina dulang shela.

Kalau makan pedas mau pintar baca pintar nulis, habiskan telurnya biar gemuk : mbah Muri.

Ndoke sih gak pedes nduk, mbak erni paling snneg nasi goreng, mau iki gak enek kecap,

dadine gak nganggo, biasane yo ngnggo kecap : mbah paini.

74. trans kabeh dicukupi, nanging nak koyok aku disik, trasmigrasiku kayak pegawai

transmigras iwong kancaku transmigrasi kau gak dianggep transmigrasi, kerjaku neg kantor.

Entuk jatah entuk bayaran gajian. Satus seket sebulan, jaman disik, beras sekarung sing

seket ewu, 50kilo, larang jaman kae.

Shela dan erni main nyari bunga, wangi harum, bunga boyu.

Neg kene kui wog penghasilan gede nanging mangane, wayangane kan togok, neg tanah

jawa kan semar. Erni mint unag buat bayar hutang mbah nany kenapa hutang wong masih

kecil, wong arep pasa eh malah gak sida, gak cukup rong puluh neg musim kermaia, nag

biasa biasa sepuluh ribu gak cukup, mbah tuku jajan iki, engko ana bakul es mbah tuku, iku

nag neg kampung tuku iki mbah nea neg gone sugi. Kulinan enag sekolah ogak iso hemat.

Sekolah tiap pagi ima ribu, engko neg omah lima ribu. Negko nag sekolah kui ora iso hemat.

Satu bula cadangan buat jajan anak tiga ratus ribu, wong jawa nag sangu gak sepiro, gak

sangu yo gak popo.

Kene itungan sewu, agek entuk permen. Shela ngumpulke duiwt limangatusan.

75. ang beli pt boxid, jipuk emas, tambang, tanahe dikeduk, pt aditya kan asal asale boxid,

dadi gunung duwur duwur dipototngi, dadi saiki gak ana gunung, entek. neg kene marai do

gila gila tanha, yo ngunuku, kene paling ngedol puluhan juta.. misale kok warga kono due

duti, misale trans siji loro, tanah didoli, dienggo tuku sawit, hasil sawit dienggo balik neg

jawa meneh, yo ngeneki misale jikuk wong saka jawa, daripada merantau seg gak tentu rasa.

Karo sawah yo adoh, itupun hasile masih teka teki, kaluapun ada hama, penyakit hasile

kurang, kalau merawatnya baik, ya hasilnya lumayan lah, paling paling dua ton, dua ton

hasile piro tiga bulan,ng pupuk, biaaya, itupun kadng juga digannggu manuk, nag neg kene

musiman, sekali musim tanam, tanam ebareng2, nag mbok manuk pirang juta yo gak bakal

ngentekna pari, wong sak kalbar tandur pari kabeh.

76. kadang motong , regane murah, males moton, suwe ra tau motong, motng ya ana hasil,

motong dodil, ditabung, gak usah akeh akeh lima puluh entuk,

83. bapak sih payah, berhenti sekolah baru sekolah smp satu bulan, disuruh berhenti,

mamak tiri. Berhenti sekolah ikut noreh, mau mkaan ja diomong, baru enak setelah

berkeluarga. Mamak tiri jahat. Pertama noreh ikut2 noreh ja bapak, kiut2tan. Dari pagi2 jam

lima sampai jam spluh, pulang noreh mandi nyuci, beres2, bersih rumah, adik masih kecil2,

tiga, laki2 sama preempuan, laki2 dau, perempuan satu, mur terkahir.

Mak pilek batuk, siang, mau masak, numbuk cabe dibuat sambel belacan, mak motong labu

buat sayur.

82. mamak su : mamak kesini, mamak di jawa masih hidup, sakit, hidup sama mbah. Mamak

dulu diajak kesini mau karena diomong disini nyari uang gampang, kalau di jawa kan ndak

pernah pegang duit. Mamak disni, (ada mbah marsinah lewat, percakapn berhenti).

81. mbah Muri, di rumahnya, bernagkat jalan kaki, shela ngambilin bunga pakis haji, bisa

dibuat sayaur, enak kata mbah marsinah, sekitar jam sepluh, sampai jam dua belas, ada

saya, mbah uri, mbah paini, mbah marsinah, shela cucu mbah marisnah, erni, cucu mbah

Muri.kain elek2 ger mengilat nono satus. Da erni sama shela, shela kakinya hitam, jatuh pas

mau turun ke suagi. Mamak sarminah ngajak pulang, shela ndak mau. Shela pengen ke riam

jebol, mamak paini bilag di riam jebol ada setan. Mabh ,Muri bilang, shela tahan bantingg,

jatuh langsung bangun sndiri, ndak nagis. Shela susah disuruh pakia baju, disuruh mabh

pakai bajunya lagi yang ado di lepas karena shela bilang pengen berak, shela diare, mbah

Muri bilang itu haya alsannya shela saja, shela suka main di sungai belakang rumah mbah

Muri.

80. hartane ditaman di tanah, wong sekadau iku ora ana seg sugih, la piye digo ngalirke air,

listrik, lha piye meneh,

Trus kesini itu tinggal kerenya, uangnya sudah habis di sekasu, ditanam di tanah, masih

punya yanah di sekadau, tapi ndaj dirurs, ditumbhui jengkol di sekadau laku, disi nggak.

Pagarnya besi, abis diambilin orang, paling dijalin, entah rumanhya atau ndak, udah lama

ndak kesana.

Erni disuruh ngerendam air, ndak mau, ndak dimarahi.

Di sekadau dua belas tahun, trans suak mansi, neg sawak iku ora ana trans, makane

sekolahan neg suak mansi, landau ora sida nyerah, dadi neg neg sawak. Wong suak mansi

ngalah, sak jane trans suak mansi, mula ktpku saka transit iku dusun lanadu, ora neg sawka,

desa pampang dua, dusun landau. Ngamuk nagggo parang, neg sawak seg jaluk, mula

tanahe ora isa dijipuk, weke dsp, areal gambar peta neg pertnaian, iku weke dsp. Orang

landau bukan ora mau neirma, tapi wedi mangan tanah, sawit enak karet, saiki malah

melarat.

79. akeh pada sukses kabeh, balik jawa ana duwite, ana seg golek neg pontianak kota, neg

kene golek pergawean neg pt orang kurang saka sejuta per bulan, nag jawa tetep kalah, ning

dayak. seg perusahaan wong jawa sek nyekel, kabeh perusahaan wong jawa, manajere wae

wong jawa, golek pergawean cepet, ger pendekatane wae, neg jawa malah ana uang

tembak uang rokok segala, neg kene ora ana. Seg penting ana seg negelantarke. Polisi ning

kene gajine 60.

Hari 12. Kamis, 18 Juli 2013

86. Sore, pukul 5 sore, diteras rumah, nunggu magrib, hujan, terdengar komentator

pertandingan sepak bola di seberang sungai belakang rumah.

Ngobrol tentang cu, koperasi di suak mansi.

Bapak su : cu yang buat siapa? Bapak pun ndak tahu, bapak cuma ditawari, ditawari pak

sempe, jadi ikut, buat minjem2 katanya gampang, ya ikut temen lah. Itu kan cu dagang duit.

Cu disini angsurannya tiga tahun samapi empat tahun. Cu bangkrut karena ngurusin caleg,

banyak pengurus yang nyalon jadi anggota dewan, itu managernya adiknya pak sempe,

nyaleg ndak jadi nyalon lagi. Cu bangkrut masih nagihin orang, masih neglayani, jumat sabtu

kantor buka, paling2 kalau udah tiga bulan ndak setor, dikasih surat. Dulu disni yang jadi

anggota cu sekitar 50 persen, tapi sekarang sudah pada pindah, milih2, di meliau, sumber

kasih, pantang sipo. Tapi tinggal dikit ja, suak mansi yang ikut. Paling2 yang ikut tinggal

50an. Pinjem di cu buat apa saja, bisa semua, buat kredit motor, beli sawit, buat usaha.

Bunganya kecil, bunganya sih enak, bunga menurun ,ndak bunga kayak di bank, tetap.

Menurun itu misalnya kalau minjemnya sepuluh juta, ngangsurnya 300 tinggal 900,

dikalikan bulannya. Misal kita mampu angsur 5 juta, dua kali sudah selesai, tinggal lima juta

bunganya berapa. Kalau di bank kan ndak tau, bunganya tetep.

87. yuyud : karet biar mereka yang ngurusin, abang, kerjanya cuma sekali kan sebulan.

Cuma ngurusin sawit, hasilnya buat kredit motor di dealer meliau, kredit pertama tiga juta,

per bulannya 651, tiap bulan panen, dapet satu juta sampai dua juta, cuma satu kapling,

buat nikah ntar, siapa tau.

Supri dan tole datang, tidak beli es titipan mamak, karena jalan licin, hujan, tadi mereka ke

suak pram.

84. yuyud : gak melu demo, ndak tau, malas, daripada kita kena tinju orang, tembang

sembarang hari, kita yang kena, ya kita yang, biarin, orang kata orang, aku terserah.

Mobil sabar ditulis aja nesu, bak belakangnya dibuang. Dery yang bawa mobil pernah nabrak

sekali, nabrak orang, orangnya ndak papa, barang mundur, di pabrik, ndak disuruh ganti

rugi.

Hari 13. Jumat, 19 Juli 2013

Bapak su 05.00

Bapak su milir.

Buat video pagi suak mansi.

Baca artikel diaz.

Mbah marsinah jam 9.15-11.00

Dokumentasi sholat jumat di masjid suak mansi.

Diantar mbah marsnah ke rumah mbah pardi, namun mbah pardi ndak ada di rumah.

Akhirnya ngobrol di rumah anaknya, daryanto. Ada ibu ibu lagi petan. Ngobrol tentang calon

legislatif.

Siang suak mansi sepi.

Hari 14. Sabtu, 20 Juli 2013

Ikut bapak beli dagangan ke Meliau.

Hari 15. Minggu, 21 Juli 2013

Ikut panen.

Main ke riam penyara di sei kembayau.

Tentang pengangkatan anak.

Hari 16. Senin, 22 Juli 2013

Islam di suak mansi. Obrolan dengan pak sutarmin ketika menunggu adhan maghrib,

menjelang buka puasa, ngabuburit barenag pak su. Duduk di teras rumah.

Hari 17. Selasa, 23 Juli 2013

109. latar/ setting : rumha bapak merent, jam 8 samai jam sepuluh. Ada bapak merent, ibu

merent, pak toni (orang melawi yang punya kapling di suak mansi), edi (adik merent), izza,

saya, dan sattu orang lagi tak tahu nama. Berawal dari obrolan ringna bapak merent dengan

pak toni. Pak toni membicarakan tentang harga tbs dengan bapak merent, saya mendengar

kemudian saya membawa pembicaraan kecil antar petani tadi untuk memperoleh informasi

penelitian saya.

Akhir 2012 , demo sawit ndak laku. Besar2an, sawit cuma 500, itu dari manajernya.

Manjernya diganti, menjadi orang batak, yang dulu dimutasi ke empasi , kalau tidak salah

jadi asisten, dia cerewet, dia pro perusahaan, dia ngambil nama supaya dapat posisi lebih

tinggi.kalau pak lubis pro petani, di mengatakan 3 tahun saya duduk disini petani harus

makmur, dia duduk dua tahun, dia mutasi masalah gaji dsp ndak cock gaji, dia keluaar,

pulnag ke medan,udah kemarin demo besar2an, dia di panggil perusahaan.

Sampai pakai adat yang terakhir, pakai adat tempayan, ayam dibunuh ndak pakai sabit, 60

juta, pihak perusahaan bayar, siapa yang buka barang itu dia harus bayar 60 juta, uangnya

dibagi ke dewan adat, kud, petani yang jadi, itu bisa dikatakan untuk kud, saham kud, udah

ribuan yang ikut demo, tempayan itu isinya tuak, siapapun yang bernai buka barang itu dia

itu langsung ninggal, meang udah didoakan sama orang pintar, yang buka pihak perusahaan

mengaku kesalahan, yang biki n orang pintar yang buka juga orang itu.

Harganya stabil, tapi karena pembeliannya, penerimaan buah dipilih, yang inti dia masuk

terus, yang buah kecil ndak diterima, antri, petani rugi, angkutan rugi, yang pakai angkutan

itu.

110. dsp swasta. Itu kalau sini, kepepet satu lempar satu, kahirnya kacau, itulah indonesia

dijajah tidak langsung sama luar negeri, kita jangan tergiur, kita satu dua orang ndak, yang

lain tergiur semua, kayak pt boxit hantam, meka serah, sekarang sudah habis terbongkar,

bhd kena .

Kalau digali meeka peruasahaan mau ngomong apa, terganung erusahaan, kalau

masyarakatmau ngasih ya dibongkar, untuk anak cucu kita mana,

Dari dusun smapai rt, klau 500juta per kapling masyarakat ulai pegen jual tanahynya.

Kalau dipikir pikir, 500juta sekejap habis, tapi walaupun hanya seribu bisa sampai lama,

untuk anak cucu.

Dsp masuk suak mansi, pihak tanah mempunyai 7 hentar setengah, kita Cuma dpt dua

hektar setengah, da hej[ktar setengah untuk perusahaan, dua setengah untuk trans, masih

harus bayar sawit.

Sawit ada, mulai nyimpang aturannya, perjanjian ndak sesuai.

Kalau dulu kita pintar, kebun karet ndak usah digarap, kita punya kebun tanam pribadi, itu

orang tua dulu. Udah untung bayak, bibit beli sendiri.

Ini petnai akan bih heboh lagi, peremajaan tidak lama lagi, perusahaan udah lepas tangan,

ptoga kredit sudah dihapuskan, tabungan untuk peremajaan etani itu belum ada,

perusahaan bilang ya silahkan lah kailan nabung.

111. dia bertindak, langsung ke pontianak, ke jakarta, ke pusat, ini coba dihitung dari tahuan

berapa aset kiat berapa, totalnya , diajukan oleh ketua kud, ketua kud pak petrus vincent,

sekarang udah mau selesai pembayaran di cu, udah disapin peremajan untu sp lima, suak

mansi sp 6, belum disiapin.

Kita memang dijajah oleh asing.

112. Tiga kali demo, yang terakhir besar2an,sampai mau dibakar, yang sebelumnya kecil2

an, masih diskusi dengan erusahaan, kedua juga, kndak ditanggap, itu baru yang ketiga, 40

persen belum hadir, petani masuk pabrik semua, pak toni ndak ikut, malas, pak merent

ketiga ikiut.

Pagar kawat habis dogoncang, kawat ditarik ja putus, sampai kami poto bah, itu, kamera,

punya saya ilang.

Sapi ayam babi, buka pintu pabrik, ayam dipilas, ndak pakai parang, orang pintar dari kunyil,

trans dua dan satu.

Udah masuk , berjalan seperti biasa, itu masih ada bayangan orang, yang nunggu. Bisa

dikatakan sejenis santet,

Kalau islam melayu kuning, kalau dayak merah, ada bulu burung

113. burung ruai, besar, patuknya .

Sebetulnya disni bersejarah, tanah desa, kalau tanah kualan belum ada sejarahya, dulu

pernag jepag belanda, orang ahe, berani ke orang madura, kalau adaerah sinimakanya kita

dka pernah kelahi sma madura, kalau orang asing baru.

Kalau daerah kualan sekadau, orang sini

Cerita tentang kasus sambas.

Hari 18. Rabu, 24 Juli 2013

Hari 19. Kamis, 25 Juli 2013

125-126. pak sabar

Udah ada duit baru kita beli karet orang. Awalnya kami itu hanya modal Cuma 7ooribu, itu

banyak, kita belanja tujuh ratus ribu itu kalua kita mau ngebon di tokeh ndak bisa, kita

belanja dikit2, sama orang cina.

(pak eko nanya bu eko). Tahun 98 kalau ndak 99 mulai ngumpulin karet orang, awalnya

sambil jualan, keliling jualan sayur, daging ayam, bikin tempe. Dia yang bikin aku yang jual

tiap minggu. Pagi2 kalau kita mau jualan tempe hari minggu, jam dua belas sudah bangun,

sampai jam setengah enam baru selesai, jualannya di nek sawak. Habis jualan pulang,

nunggu rumah. Pokoknya udah semua dirasa jualan apa ja. Apa sifatnya yang bisa jadi duit

ya dikerja.

Saya punya kebun sawit, beli, yang dikasih orang tua sana tu Cuma ndak ada hasilnya, satu

kapling, di belakang sana, tapi sudah saya jual, jauh bah ndak ada hasilnya, dibelikan yang di

jalan ni, di pinggir kampung, ndak jauh, dulu beli itu ada yang 6 juta, ada yang tiga juta lebih,

kalau yangs sana, belum lama, baru ja beli satu kapling 30 juta, dua hektar.

Kalau kebun karet, mencar bah, sana, sana, yang terakhir beli sana tiga pulu atau tiga lima

juta, yang noreh orang dayak, kita ngambil gajinya ja, kalau karet sepuluh kilo kan tiga kilo

buat kita, yang tjuh kilo buat yang noreh. yang noreh oarng sini semua.

Dulu saya noreh lama, jadi anak buahnya pak tugiran, kita belum punya kebun karet.

Dulu rumah saya masih jelek, masih pakai kayu. Dulu rumah di seberang sana, di lapangan,

padang bola, tanah kosong, beli rumah delapan ratus ribu, kayak gitu lah rumahya atap

daun gitu.

126. nyebarang nyebrang air sungai itu dalam, belum ada jembatan. Bikin Kecil ja dulu itu,

dua kali empat ja. masih dinding papan. Udah sekitar sepuluh tahun lah makai rumah itu,

trus ganti bikin yang sebelah sini dulu.

Harga karet depalan ribu per kilo, trus dikirm ke boyan, ke tokeh, disana dibeli sepuluh.

Ngangkutnya pakai truk sendiri. Supirnya sama kernet tiga puluh, tiga lima. Jadi kalau satu

juta tiga ratus lima puluh, bensinnya satu ken tiga puluh liter kalikan sepuluh ja udah enam

ratus lima puluh, makannya dua ratus. Ada sih hasilnya cuma ndak banyak untuk makan ja,

untuk sambilan, kalau kita pakai kendaran orang lain malah payah, ndak ada hsilnya.

Dulu pernah beli pertama tapi dijual, kalau yang pertam dulu satu tahun lebih hampir dua

tahu, udah belajar di lapangan Cuma ndak berani bawa.

127. empat kapling kadang kalau satu bulan sekitar . ndak tentu harganya, harganya naik

turun pun kadang buahnya juga sedikti.

Ada demo di perusahaan, ikut ikut gitu, mana berani, takut di belakng ja, ikut ngeramai ja,

ndak berani.

128. saya ndak pernah pulang kampung, kemarin mau pulang, suruh ndak mau dia, naik

pesawat. Sama dengan pak tugiran ini bah, yogya. Ndak jauh rumahnya degan mbah

tugiran.

Saya enam bersaudara. Lahir disni tiga, disana boyan tiga. Dri jawa kesni belum punya nak,

saya nak ke mepat, adik satu di bawah satu, kaka saya di meliau, di pasar sayur, jualan sayur

sama bikin tahu, tiga yang di meliau, satu di bawah, satu disni, satu di dekat meliau bukit

tinggi.

Saya ndak pernah ke jawa, kapan pakan, pengen ke jawa.

Bapak saya di boyan, udah ndak kerja, ngupah ornag buat panen.

Sebulan sekali bawa karet yang udah dikumpul ke boyan. Enam ton , lima ton, tujuh ton

baru dibawa ke boyan.

129. rata rata 19 sampai 20, sawit sampai seribu lebih seribu lima raus, sekarnag ndak

sampai sekarang paing bersihna seribu. Kalau dulu kan timbang karet 100 kilo udah samapi

dua juta, sekarang timbang sertaus kilo ndak sampai sejuta.

Sekarang istri baru ja jualan kain, kalau ada orang datang baru, ngambil belanja di

pontianak, itu sih punya dia, ndak punya saya, sebelah sini sya, beda dia yang ngrus, usaha

dia. Inisiatif sendiri, baru tiga bulan, dicoba. Yang ngurus toko ini saya, dia bantu ga, masalah

keuangan pakaian dia yang ngurus. Dia yang minta daripada nganggur, biasa kita kalau tipa

minggu jualan sana, tapi karena ini ada keramaian, ndak sempat. Mumpung masih muda,

saya umrunya baru tiga puluh enam, kalau udah tua ndak sempat.

Mbahnya suruh sekolah sana di jawa, saya pun juga suruh, Eko saya suruh sekolah sana

ndak mau dia. Smp pun dari rumah ke boyan, udah lima tahun sekolah dari rumah ke boyan

pulang pergi , tunggu kuliah ja, baru jauh sekalian, selesai sma.

Masjid itu baru, dulu kecil. Itu masjid trans, sana perumahannya di nek sawak, tapi udah

habis, ndak ada orang transnya.

130. kadang mereka orang sini iri sama orang pendatang, kok bisa kaya. usaha dapatnya

sepluh makannya sebelas, mana bisa maju, kalu kita orang jawa kan dapatnya sepuluh

makanya depaln kalau ndak tjuh, tiga tau dua disisakan, masih ada untuk tabungan. Kalau

orang sini ndak.

Orang orang ada disni orang pendatang semua. Kalau derah sna, orang sudah bercontoh

orang jawa, macam mana ornag jawa bisa sukses, ikut jejaknya. Daerah balai putih. Ngelihat

cara orang jawa, ndak ada cembuuru sosial, kalau orang sini ada cemburu sosial, kalau kita

ndak tahan hati kadng kelahi kan, sya ini sering, Cuma kita in kan ndak betah, kalau kita di

kampung mau sukses banyak tantangannya, tanya aja si u, baapk su itu.

Saya pun pernah mau diusir, tanya ja sama pak su, panjang ceritanya.

131. sejak 91, tahun tanamnya, itu kapn tiga tahun empat taun baru dibagikan petani

ceritanya perusahaan ngumpulkn atanah masyarakat, tujuh hektar stengan untuk petani,

yang lima untuk perusahaan, jadia istilahnya bagi hasil, mulai dari tebang tebas, penyiangan,

bibit ituperusahana smeua, nantai setelah penaen baru dieserahkan ke patni, plasma milik

peusahaan,

132. kata orang sini panglima, pak dewan, mantan kadus. Sekarang dia di meliau, sekarang

udah aman lah ndak ada dia. Dia suka minta minta, minta maksa, rokok. Kita yang mati mati

kerja dia tinggal minta duitnya, fee kata orang sini. Ndak mau ngasih diusir.

Orang tua pun kalau kita lemah dinjak injak ja, kalua kita berani ya ndak.

Pernah, udah ndak tahan hati, mau kabur. Cuma masih mikir karena udah ada usaha banyak

disni, ndak jadi. Mana ndak banyak, sawit sekitar sepuluh hektar, kebun karet kit pun udah

banyak, kalau dijula kebun karet tu ratusan juta, kalau kita jual mana orang mampu beli

sekaligus, udah punya toko juga, rumah ini ja saya buat habis duit tiga ratus juta.

Diusir sama pak dewan, pernha saya dibawakan parang, di kejar, tanya ja orang sini, sempat

melawan di kebun sawit pakai cangkul saya. Mau dipukul kita pun masih mikir, untuk bela

diri.

Mau enaknya ja, ndak mau kerja keras, kalau kita salah dikit diadat, dikit dikit diadat, saya

pernah diadat, sekali ja, tapi orang lain banyak juga yang kena adat. Misalnya kalu kita bikin

dia jengkel, dia ngadat kita.

133. anaknya pak dewan, erpin nyalon kepala desa. Ternyata klah, dia pun turun jabatan,

anaknya juga ndak jadi, klau ndak gitu mana bisa dia turun, yang menag akhrinya pak

sempek. Saya pernah jadi rt, waktu di seberang, lima tahun. Dulu kepala dusunnya bukan

pak dewan, yang pertma dulu lamarhum pak likin, saya jadi rt bukan pas pak dewan jadi

kadus.

Disni yang dukung, kampung lain dnak dukung, manabisa, tanjung iman, landau neksawak

ndak dukung mana ndak klah. Sebenarnya anaknya itu bagus, Cuma karena latar belkang

bapaknya jadi gimana.

Erpin pindah di daerah ketapang, kerja di perusahaan sawit.

Pak smpek baru ja jadi kadus, baru dua tahun. Pas buat kesepakatan sama perusahaan ya

pas pak dewan jadi kadus. Pembagian lahan itu pun juga ndak adil dia, dia dapat, dari anak

smai cucu dapat semua, kami yang nyerahin tanah, perumahan trans, satu pun ndak dapet,

Orang jawa yang dapet pak tugiran ja, punya dia dari anak sampai cucu dapet semua, itulah

dia. Tapi nyatanya ndak ada megang, habis ga, walaupun banyak, habis ga, ndak lama.

134. minta cerita sama bapaknya su, tanya ja. Rumahnya dekat jembatan tu, rumahnay yang

dulu kan udah dijual. Makanya orang jawa ndak bisa kalau nentang dia tu, ngancma ja dia.

Padahal kalau dihitung istri aku itu kakaknya jadi sama anaknay dia, sama kita pun masih

juga gitu, kalau ada dia sering ngadat. Kalau udah dia ada maslah gitu, kalau kita minta maaf

harus bayar sekian, tanpa ketua adat tahu, dia main hakim sendiri, ada orang salah langsung

dia adat, ketua adatnya ndak tahu, dia sendiri. Orang daya juga sering diadat. Dia ndak

adilnya disitu.

135. kaplingnya pun banyak, di bhd sana, meliau, daerah sebrang, sungai rambai. Lima

kapling, beli semua. Darah sana mahal enam puluh juta. Awalnya gitu, jualan keliling.

Sekarang udah lumayan, bisa punya toko di rumah.

Pada pindah ke boyan sana. Tinggal mbah pardi dan mbah tugiran ja yang tua disini.

Depalan kk dengan mbah yang tingal disini, sepuluh perantauan udah mundur, udah

lumayan lah merek ayang mundur mundur itu.

136. asuransi.

Saya sudah ikut asuransi. Kalau masyarakat biasa kalau yang mau boleh, satu juta sebulan,

itu kalau kita sakit kan dibiayai, sedikit orang sini yang ikut asuransi, yang tahu ja, kalau saya

tiga asuransi. Asuransi dari cu,trus satu ini, di meliau cu nya, kalau orang setoran ke saya.

Ada mamak eko beli gula sekilo dan kopi dua ons.

Hari 20. Jumat, 26 Juli 2013

Main ke rumah mbah marsinah.

Mbak siti bersih besih rumah menjelang lebaran.

Obrolan tentang problem keluarga nur dan suheni, anak bapak su.

Diajak pak sabar ke peternakan ikan milik beliau.

Main ke rumah glo, dapat data demografi desa melawi makmur.

Balik ke rumah mbag marsinah lagi.

Mbah tugiran beli pupuk, harga setiap karung sebesar dua ratus ribu rupiah. Mbha tugiran

beli tiga puluh karung. Mbah tugiran biasa memupuk sawit miliknya dua kali dalam setahun.

Sholat dhuhur di masjid, ketemu dengan mbah pardi, ngobrol ngalor ngidul.

137. tahun 57 , aku iseh bujangan, bujangan neg kaliamnatan pirang tahun, dapet orang sini,

anak wong jawa ga, gara gara bpakku neg kalimantan, nag gak neg jawa aku. Suruh nusul

neg kalimantan, padahl aku duwe cewek ayu tenan, aku janji satu tahun balik, tapi aku ra

balik. Aku malu karo sedulurku, kaya kaya, isin kau. Tapi anakku ernah neg sumtara

pelmbang, adikku jadi tentara. Malu kau karo sedulur. Seng merantau adikku trus adike

merantau neg palembnag, seg bungsu ki ora, ana seg dadi jur bahs ange malaysia.

Bapakku ora suwe neg kalimanta, kau setahun neg kalimantan bapakku baik jawa, aku neg

kalimanan dwe, noreh, motong dimandori dewe. Biyen aku iseh motnog neg gene wong,

tapi nag saiki yo weke dewe.

Aku duwe anak bungsu lanang, tapi wes kawin entuk wong perbatasan sunda.

138. wong tua berusaha, sing bodho yo nyang hutan, seng wong tuane ora mikirke anake,

tapi seblaike nag wong tua mikirke masa depane naak,nak yo aja lali karo wong tua. Sak

ndak ndak ewong jaw aora bakal lai karo wong tua, beda karo anak kaliamnatan, nag wong

jawa nurut karo wong tua, neg kene nakal, ora nurut karo wong tua.

Neg kene larang2, reken beras ekilo gampang, angger gelem motong, neg jawa heh angel.

Saking okehe wong neg jawa, ora gelem merantau, cari pengalaman, seg duwe modal

nyaman neg jawa, seg ra due modal angel. Anake ana seg neg singkawang, neg jawa seg

kerja kapal kejiret karo wong sunda. Gara gara deke kerjo kapal, dodolan, lalu minta kiriman

duit, delapan juta, nikahe neg jawa.

139. misalnya di katanya ktpnya islam tapi maknnya dia mau semua itu menjaruhkan

martabat islam, padahal pernuatan itu dilarang, segala su segla babai dimakan, mungga

masjid aja wes kotor, misalnya orang silam makannya sembarangan, masuk masjid ndak

boleh kotor, tempatnya kotr, misalnya ke masjid aad satu kotor dua puluh tga puluh bersih,

jadi kotor semua. Dulu imamnya basarudin, meniggal diganti mbah tugiran. Dulu suak masni

masih kut pampang dua. Di trans orang ntt berani pakai duit jadi kepala desa. Kampanye

ngomong nanti disitu beli babi belai arak makan semua.

Jalan tikus, tahun 80 masih sakit, belum ada kendaraan, kampung pun hanya berapa yang

punya kendaraan.

Itulah pak harto punya amalan banyak, orang di jawa yang begitu sempit diangkut ke

kalaimantan, hutan dibuka.

Main ke riam jebol.

Hari 21. Sabtu, 27 Juli 2013

Gajian di BHD. Jumat sore saat mandi di sungai, pak selamun lewat dan menuju lapangan

sepak bola seberang sungai di belakang rumah yang saya tinggali. Sambil lewat, pak selamun

mengajak saya pergi ke kantor BHD untuk mengambil gaji besoknya, hari sabtu pagi. Saya

pun menerima ajakna pak selamun dengan senang hati. Pak selamun menjanjikan berangkat

pada jam tujuh pagi. Pak selamun adalah sekretaris KUD Pang Pala, SP Delapan, untuk

daerah suak mansi.

Sabtu pagi ini saya pun menjaga mata saya agar tidak tertutup seperti hari hari biasanya

karena cuaca yang sangat dingin ketika pagi di suak mansi. Menunggu tiba saatnya saya

harus ke kantor BHD degan pak selamun, saya menghabiskan waktu bersama bapak dan

mamak di rumah.

Terlambat dari jam berangkat yang dijanjikan kemarin, saya melihat dari rumah yang saya

tinggali, pak selamun sudah siap di depan rumahnya dengan mengnakan jaket coklatnya dan

ditemani sang istri yang akrab dipanggil mamak selvy dan anaknya yang bernama selvy. Saya

pun bergegas menuju rumah pak selamun dan pamit dengan mamak di rumah. Berjalan

hanya sekitar dua menit, saya telah sampai di rumah pak selamun, kami masih harus

menunggu satu orang lagi yang akan ikut ke kantor BHD. Orang yang kami tunggu adalah

bendahara KUD Pang Pala, pak Miang namanya.

Pak Miang pun tiba, dan kami langsung berangkat menuju kantor BHD yang terletak di

pinggir sungai kapuas. Perjalanan mampir dulu ke rumah pak yohanes untuk mengambil

berkas yang diperlukan dalam pengamblan gaji. Kemudian dilanjutkan hingga sampai kantor

BHD. Sampai di kantor BHD yang terletak di pinggir sungai kapuas, kami menunggu

beberapa menit untuk masuk ke dalam kantor dan mengambil gaji. Tidak hanya kami yang

menunggu giiran untuk mengambil gaji, ada beberapa bapak-bapak pula. Terlihat di depan

kantor ada enam bapak-bapak dan saya yang sedang duduk menunggu giliran di kursi depan

kantor BHD yang tersedia.

Pak mujiyanto, nama seorang bapak yang mengajak ngobrol saya. Biasa, beliau bertanya

asal daerah saya dana ada kepentingan di kalimantan. Saya jelaskan gahwa saya dan kawan-

kawan dari semarang, yogya, dan jerman sedang riset disini. Kemudian pak mujiyanto

bercerita kalau beliau belum pernah pulang ke daerah asalnya yogya karena malu dengan

teman-temannya bahwa pak mujiyanto adalah seorang trans. Padahal pak mujiyanto

tergolong ornag trans yang sukses, terlihat dari pengakuannya bahwa ia memiliki beberapa

kapling di sp lima.

Pak Selamun. Obrolan ini bertempat di ruang tamu rumah pak selamun, berlantai keramik,

dan tergolong rumah yang sudah modern di kampung suak mansi, karena mayoritas rumah

di suak mansi berdinding dan berlas kayu, dengan atap seng dan ada pula daun, namun yang

beratap daun kini tinggal sedikit, sudah banyak yang beratap seng. Meskipun lelah karena

perjalanan yang cukup lama dari suak mansi ke kantor bhd kemudian dilanjutkan menuju

pabrik bhd, pak selamun mempersilahkan saya untuk masuk ke rumah dan berbincang-

bincang. Kami duduk di lantai keramik ruang tamu pak selamun. Sebagai seorang sekretaris

KUD, pak selamun, pria usia 38 tahun kelahiran suak mansi ini harus bolak balik suak mansi-

sanggau, bahkan suak mansi-pontianak. Pak selamun sadar bolak balik tersebut adalah

kewajiban yang harus beliau pertanggungjawabkan sebagai pengurus kud. Pak selamun

sudah menjabat selama tiga tahun sebagai sekretaris KUD Pang Pala, dimulai dari tahun

2011. Kepengurusan KUD mengalami pergantian tiap lima tahun sekali. Pada periode

sebelumnya, pak selamun menduduki posisi ketua KUD. Pemilihan kepengurusan KUD

layaknya pemilihan kepla desa, ada yang calon kemudian warga memilih. Untuk pencalonan,

ada yang mencalonkan karena inisiatif sendiri, ada yang didorong dan didukung oleh

sejumlah warga. Pak selamun ini tergolong orang mencalonkan dari inisiatif sendiri.

Pak selamun dengan suara khasnya yang serak ringan mengaku pernah sembilan kali bolak

balik suak mansi, sanggau, pontianak untuk mengurus masalah yang dihadapi petani di sp

depalan. Masalah tersebut adalah tentang dipisahkannya buah inti dan plasma oleh

perusahaan. Buah inti dan plasma yang telah sampai di perusahaan dipisah, kemudian

plasma tidak diterima oleh perusahaan, dan ini memberikan kerugian bagi petani. Padahal,

plasma itu juga adalah kewajiban dari perusahaan untuk menerimanya, hal tersebut

tercantum dalam kesepaktan awal saat perusahaan masuk dan mengubah berhektar-hektar

kebun karet menjadi hamparan kelapa sawit. Mengenai masalah harga sawit, sebenarnya

petani tidak begitu mempermasalahkan, yang penting plasma itu diterima oelh perusahaan.

Pak selamun menekankan ini, bahwa petani hanya ingin buah plasma diterima oleh

perusahaan sehingga petani tidak akan mengalami kerugian ditengah harga sawit yang

begitu rendah dan petani harus menerimanya, tak bisa berbuat apa-apa ihwal harga sawit.

(144. pak selamun. Itu kan tanggung jawab perusahan seharusnya, itu sekarang udah ganti

asisten manjernya. Tentang sering bolak balik ke ponti, yang penting petani itu buah kecil

jangan dipisahkan, jangan dikembalikan, itu petani otomatis rugi, itu makanya kemarin ada

demo besar besaran. Saya sembilan kali bolak balik sanggau, ke kantor bupati, ngurus2

petani, yang demo sih ndak lah, yang ngurus petani ini lah biar peruhaan kayak semula, ada

seminggu, seminggu balik lagi. Kita disepakati disana, dari perusahaan yang bawahnya

melenceng, ada perubahan, melenceng lagi.

Sebenarnya masalah harga diperhitungkan, kalau diambil ya diterima lah. Kalau diterima

harga dipisahkan ndak papa, tetep ada hsilnya, itu masih tanggung jawab mereka, demo

besar pakai tempayan, dari ketua adat meliau, diasng tempayan di segel, itu meambangkan

adat, masalah adat kurang tahu juga saya. Dari jam sembilan sampai sore, jam dua belas

kalau satu. Dari perusahaan ndak aa yang berani keluar, perjanjianya siapa yang berani buka

dia yang kena adat, harus bayar adat, yang buka akhirnya perusahaan , bayar mereka, kalau

gak salah 60 juta, itu kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan kerugian yang diterima

petani.

145. rumah pak selamun

Suaranya ndak jelas.

Pt antam dan bhd, gajinya dua setenag juta per bulan, saya mau ngelamar disana, pt antam

kalau ada masuk sini.

Cu, disini udah pindah ke trasn satu, listrik di rasn satu kan udah lancar, kalau sini ka harus

pakai genset, karena sarana prasarana lah.

Kesepakatan di pontianak, kemarin harus ikut, di suratnya harus ada skretarus datang, tapi

surat yang ada keterangan sekertaris harus datang, suratnya terlambat, saya bilang ndak

bisa ikut. Jadi yohanes ketua kud itu ngajak satu orang buat gantiin saya.

Bicara tentang kelengkapan alat administrasi kud, sekarang udah enak ada laptop printer,

jadi kalau mau buat surat atau keperluan administrasi lainnya enak, gampang, bisa buat

dirumah, tinggal ngetik lalu di print.)

Pak Yohanes. Sampai di suak kenyaok, pak selamun berhenti. Kami mampir dulu ke rumah

pak yohanes, ketua KUD Pang Pala. Karena pak yohanes sedang punya gawe, anaknya kan

menikah pada hari sabtu, pak yohanes tak bisa ikut kami mengambil gaji ke kantor bhd. Pak

yohanes menyerahkan beberapa berkas yang dibutuhkan untuk mengambil gaji ke kantor

bhd ke pak selamun.

Saat tiba di suak kenyaok, saya langsung disuguhi sebuah pemandangan menarik. Ya, sudah

menjadi tradisi di kampung, ada masak besar dan makan bersama pada serangkaian acara

pernikahan ala masyarakat di kampung hamparan sawit ini. Makanan wajib dan selalu ada

adalah daging babi. Darah dari daging babi ini pun mereka jadikan sebuah menu makanan,

enak kata salah seorang ibu. Saya mengambil beberapa dokumentasi foto, ibu-ibu yang

sedang memotong daging babi, memasak robung, minum kopi, dan mnegolah semua

makanan yang akan dihidangkan saat acara dilangsungkan. Ada pula bapak-bapak yang

sedang menguliti babi. Semua dikerjakan dengan gotong royong.

Selesai melihat dan mengambil foto di dapur dadakan untuk masak besar, saya

melangkahkan kaki untuk mampir ke rumah pak yohanes. Dapur dadakan dibuat disamping

rumah pak yohanes. Memasuki teras rumah pak yohanes, saya disambut ramah oleh bapak-

bapak yang sedang duduk menikmati hidangan babi dan minuman arak. Ada tiga bapak-

bapak yang mengajak berbincang. Seorang bapak bercerita anaknya kuliah di solo, “saya

pun ke jawa ya karena anak saya kuliah di jawa, kalu ndak ya ndak ke jawa”, begitu ucapnya.

Bapak yang satu lagi bertanya kepada saya bagaimana kesan tinggal di kalimantan, saya

menjawab dengan senang hati, saya terkesan dengan keramahan warga setempat terhadap

orang baru yang masuk dan tinggal di daerah mereka. Kemudian bapak tersebut

menambahkan seperti ini “ ya, kalau di kalimantan itu ya alas. Tapi ekonomi di kalimantan

memamng lebih mudah dibanding dengan di jawa”.

Hari 22. Minggu, 28 Juli 2013

Siang pukul 11.30 – 15.30 -----ikut panen keluarga merent.

Bapak : daros. Mamak : fulia.

Panen bapak daros kali ini ditemani oleh salah seorang warga, yaitu bapak falen. Bapak

daros bertugas mengambil tandan sawit dari pohon dengan menggunakan dodos atau

agrek. Setelah tandan jatuh, mamak fulia yang bertugas mengangkut tandan sawit tadi

menuju tempat dikumpulkannya sawit yang akan diambil dengan truk esok harinya dan

dibawa ke perusahaan. Mamak fulia dibantu oleh bapak fallen. Satu kali angukt atau

menggendong keranjang, mamak fulia mampu membawa tiga puluh kilo sawit. Brondol

sawit pun ttidak dibirakan atau ditinggal begitu saja karena brondol sawit ini juga akan

diangkut nantinya. Brondol sawit yang telah busuk dipisahkan, karena tidak diterima

perusahaan, namun dibawa pulang dan dimanfaatkan sebagai pengganti pelita atau lampu

minyak di rumah ketika dibutuhkan.

Bapak daros mengaku, panen kali ini hasilnya tidak begitu banyak dibanding sebelumnya.

Karena ada beberapa pohon sawit yang belum siap dipanen buahnya, namun lumayan

hasilnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Bapak daros memiliki satu kapling kebun

sawit dengan luas dua hektar, lumayan luas sebagai sumber utama penghasilan keluarga.

Anak bapak daros, kak meren namanya, juga membantu panen kali ini. kak meren adalah

anak pertama bapak daros yang sekarang sedang menempuh kuliah strat S1 di universitas

terbuka di meliau, jurusan pendidikan guru sekolah dasar. Maria merensia, nama

lengkapnya, akrab dipanggil kak meren atau bu meren ini juag telah menjadi guru di SD Suak

Mansi 26 dan juga di PAUD yang baru-baru ini dirintis dan dibuka di Suak Mansi oleh inisiatif

pihak gereja gapin suak mansi.

Kak meren menuturkan, dia baru bisa membantu panen sawit setelah dia menetap di

rumah, karena sebelumnya ketika dia masih menempuh pendidikan di smp, smk, dia harus

tinggal jauh dari orang tua dan tinggal di kos. Smp dan smk ditempuh kak meren di meliau.

Hari 23. Senin, 29 Juli 2013

Ke rumah pk selamun mengambil data dari KUD Pang Pala tentang kepemilikan kapling di

suak mansi.

Hari 24. Selasa, 30 Juli 2013

Handrianus. Pemuda kelahiran suak manasi 1993 ini adalah anak pertama dari pasangan

suami istri asli dayak. Setiap harinya, aktivitas han, panggilan akrabnya, noreh membantu

orang tua dan panen sawit ketika tiba waktu memanen sawit. Han memiliki tiga saudara,

herculanus usia belasan tahun, theodora yang sekarang menempuh pendidikan smp di

meliau, dan pianus yang sekarang masih menempuh pendidikan sekolah dasar di suak

mansi.

Pendidikan terakhir han adalah sekolah menengah atas yang ditempuh di pontianak. Han

tinggal dengan saudara dari mamaknya yang domisili di pontianak ketika han menjalani

pendidikan sma selama tiga tahun. Ketika han lulus sma, kondisi ekonomi keluarga belum

begitu mapan. Bapak masih noreh di kebun tetangga, dan membantu panen sawit milik

orang lain. Kondisi yang demikian membuat han tidak bisa melanjutkan pendidikan ke

perguuruan tinggi, saat saya tanya apakah ingin kuliah, han mengaku sebenarnya ingin

kuliah namun karena han masih memiliki adik dan dia anak pertama, dia merelakan dirinya

tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan memilih membantu orang tua di rumah. Bebrpa

tahun kemudian setelah han lulus sma, ekonomi keluarga han mulai bangkit dan akhirnya

dari hasil menabung, bapak han mampu membeli kebun karet dan kebun sawit sendiri. Adik

pertama han, herculanus tidak menamatkan pendidikan sekolah dasarnya, cerita han,

herculanus sudah disuruh untuk sekolah namun dia tidak mau, akhirnya ornag tua lebih

memilih tidak memaksa anaknya, dengan pertimbangan jika dipaksa nanti akhirnya malah

jadi tidak baik, jadi nakal atau apa. Theodora, adik perempuan satu-satunya han

melanjutkan sekolah ke meliau dan tinggal dengan saudaranya disana. Pianus, adik terakhir

han, masih kelas empat sd. Han berharap adik-adiknya dapat bersekolah tinggi dan tidak

menjadi seperti dirinya yang hanya menjadi penoreh dan masih kerja ngikut orang tua.

Han akan pergi ke pontianak beberapa hari lagi untuk mencari pekerjaan disana. Han

mengaku ingin merubah nasib, tidak hanya menjadi pemuda kampung yang berprofesi

sebagai penoreh.

Saat obrolan berlangsung, han bertanya kepada saya apakah saya bisa memasak, dan saya

jawab saya tidak bisa. Dan perbincangan bernuansa gender pun terjadi. Han bercerita

bahwa dia didikik oleh bapak dan mamaknya untuk menjadi laki-laki yang mandiri, bisa

memasak, dan bisa membantu pekerjaan perempuan di rumah. Dimisalkan oleh han, ketika

istri lepas melahirkan, tentunya istri tidak dapat memasak, membersihkan rumah, dan

menjalankan keseharian sebagi seorang istri yang ideal di mata masyarakat. Jadi, laki-laki

pun juga harus bisa memasak, mengepel, dan melakukan tugas rumah tangga lainnya,

sehingga istri tidak terlalu berat pekerjaannya. Han menuturkan kalau seorang suami hanya

melakukan satu macam pekerjaan, noreh atau memanen sawit, tapi sorang istri melakukan

beberapa pekerjaan, memasak, mengurus anak, membersihkan rumah, ada pula yang noreh

atau manen sawit. Di dalam keseharian orang tuanya, han mengaku mendapat contoh yang

baik, bagaimana seorang suami yang perhatian dan membantu pekerjaan istri. Di akhir

percakapan tentang keluraga dan memasak ini, han berharap nantinya dia bisa memiliki

sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia seperti keluarga yang dia miliki saat ini, dimana

suami dan istri saling membantu pekerjaan masing-masing dan memberi teladan bagi

anaknya.

Hari 25. Rabu, 31 Juli 2013

Dery. Anak pertama dari tiga bersaudara yang sudah dua tahun bekerja di bhd sebagai supir

antar jemput karyawan. Adiknya bernama dafi dan devi. Dafi masih sekolah dan sekarang

duduk di kelas enam sd suak mansi 26. Devi masih berumur lima tahun dan sekarang

menjadi siswa di PAUD yang baru saja dirintis di suak mansi.

Sebelum bekerja di bhd, dery ikut kerja bapaknya sebagai supir truk milik seorang warga

kampung. Dery menjadi kernet.

“Jam kerja dari jam lima pagi sampai jam enam sore. Kalau lembur tergantung perintah dan

pekerjaan. Aku pernah sampai jam tiga subuh. Kalau ada perintah asisen lembur langsir

kernel paling sampai jam sembilan malam. Kalau buang sampah kan harus selesai. Jenis

sampah seperti cangkang, fyber, dan sampah sisa pembakaran boiler. Kalau pekerjaan anat

jemput selesai, aku nyantai ja tidur. Tunggu jadwal anatr jemput baru kerja lagi. Jadi

kerjanya santai, kalau malam ndak tidur, paginya bisa tidur”.

“Rencana ada mau ganti kerjaan, cuma masih mau cari pengalaman di bhd mungkin satu

tahun”.