19
K esusastraan Melayu Rendah Masa Awal Kelompok 1

Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

Kesusastraan Melayu Rendah

Masa Awal

Kelompok 1

Page 2: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

1. MASALAH SASTRA MELAYU

RENDAH

• Sejarah sastra modern Indonesia dimulai dengan Sastra Balai Pustaka

• Karya sastra modern Indonesia pertama adalah sebuah roman karya Merari Siregar, Azab dan Sengsara Seorang Gadis pada tahun 1919

• Jadi usia sastra modern Indonesia baru berjalan 67 tahun.

• Selama itu, telah dihasilkan 1.335 karya sastra berupa novel atau roman, drama, terjemahan sastra asing, dan kritik serta esai sastra.

Page 3: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

Karya-karya sastra dapat dibaca oleh kebanyakan orang

Indonesia terpelajar. Bahasa yang dipakai adalah

bahasa yang memang umum berlaku pada zamannya,

sebelum bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai

bahasa nasional tahun1982.

Page 4: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Istilah bahasa Melayu-Rendah sendiri dipergunakan secara

sadar oleh para penulis sejak awal tumbuhnya sastra.

Sedangkan istilah yang dipakai pada tahun 1920-an adalah

Melayu-Tionghoa atau Melayu-Cina.

• Hal ini mungkin karena terpengaruh Sumpah Pemuda

di kalangan penduduk pribumi yang secara sadar

mengembangkan bahasa nasional sehingga pemakai

bahasa Melayu-Rendah terbatas di kalangan Tionghoa

saja.

Page 5: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Pada zaman kolonial, pendidikan bangsa Tionghoa

terpisah dengan pribumi. Sedangkan setelah

kemerdekaan tempat pendidikan menjadi sama,

kurikulum sama, dan penggunaan bahasa yang sama

di sekolah. Karena itu pemakaian bahasa Melayu-

Rendah pun hilang. Bersama hilangnya bahasa di

kalangan masyarakat Tionghoa, maka lenyap pulalah

kesusastraan.

• Bahasa itu tidak hidup lagi setelah tahun 1966.

Page 6: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Sastra Melayu Rendah kebanyakan ditulis oleh peranakan Cina. Namun pada permulaannya sampai kira-kira tahun 1922, karya sastra ini ditulis oleh orang-orang Indonesia dan Belanda.

• Pertumbuhan sastra Melayu-Rendah berdampingan dengan pertumbuhan sastra Indonesia secara tradisional.

• Pertumbuhan sastra paralel dalam sejarah sastra Indonesia modern harus ditinjau juga dari keadaan masyarakat pada zaman kolonial.

Page 7: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Pemecahbelahan antargolongan dan rasial pada

zaman kolonial memang digiatkan dalam mencegah

adanya persatuan kaum terjajah.

• Inilah sebabnya mula-mula tumbuh sastra Melayu-

Renda, kemudia sastra Jawa modern, sastra Sunda

modern, dan seterusnya, baru kemudian secara sadar

kaum Pujangga Baru membentuk sastra dengan dasar

bahasa nasional.

Page 8: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Awalnya Pujangga Baru mendapat kecaman dari

Balai Pustaka (grup bahasa Melayu) karena

penggunaan bahasanya.

• Namun kenyataan yang tak bisa dipungkiri adalah

bahwa karya-karya sastra tersebut tidak membatasi

diri pada setting golongan belaka.

• Sastra Melayu-Rendah berbicara tentang masyarakat

Tionghoa di Indonesia, masyarakat pribumi, dan

masyarakat Belanda.

Page 9: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Kesusastraan Indonesia modern berbentuk novel atau roman, cerpen, drama, puisi, esai kritik dan sebagainya.

• Perubahan kesusastraan banyak ditentukan oleh perubahan masyarakat dan budayanya.

• Kesusastraan modern Indonesia muncul bersama munculnya masyarakat modern di Indonesia.

• Masyarakat modern ini muncul semenjak datangnya pemukim-pemukim Eropa yang tinggal di kota-kota Indonesia.

2. Masa Awal Sastra Modern

Indonesia

Page 10: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Masyarakat yang semakin luas bersama dengan

meluasnya pengaruh politik kolonial Belanda di

Indonesialah yang merupakan “masyarakat baru” atau

modern Indonesia.

• Sementara itu “masyarakat lama” masih hidup secara

tradisional dimana masih ada pejabat pemerintahan.

Di strata inilah berkembang kesusastraan tulis. Sastra

ini masih berkembang dalam pertengahan ke-2 abad

19

Page 11: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Munculnya sastra modern Indonesia terutama bukan

ditentukan oleh isi gagasannya yang modern, tetapi

dibentuk oleh sastranya.

• Sejak tahun 1850 telah tumbuh suatu golongan

pribumi yang telah siap dengan kebudayaan modern

kota termasuk di dalamnya kesusastraan modern.

• Data tertua menyebutkan penulisan kesusastraan baru

dimulai pada tahun 1624 dengan didatangkannya

seperangkat peralatan cetak di Batavia.

Page 12: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Kegiatan pers swasta Belanda baru mulai tahun 1825 dengan terbitnya Bataviaasche Advertieblad dan berkembang sampai tahun 1856 dengan jumlah penerbitan surat kabar sebanyak sekitar 16 buah.

• Pada tahun 1885 terdapat penerbitan berkala bahasa Jawa Tinggi (Kromo Inggil) yakni Bromartani dan Poespitamantjawarna di Surakarta.

• Bromartani terbit mingguan bersifat berita sedangkan Poespitamantjawarna terbit dua bulan sekali berupa majalah setebal 100 halaman.

• Poespitamantjawarna sudah memuat cerita pendek dalam bahasa Jawa baik asli maupun terjemahan dari cerpen Eropa.

Page 13: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Penerbitan pers berbahasa Melayu-Rendah dimulai pada tahun 1858 di Jakarta, yakni Soerat Kabar Betawi’s yang menggunakan huruf arab dan latin.

• Dapat dikatakan bahwa antara tahun 1855 sampai 1860 telah dimulai masa awal dari penerbitan pers Indonesia yang kebanyakan dimodali dan dikelola oleh orang-orang Belanda.

• Penerbitan ini sudah memperkenalkan bentuk-bentuk pengucapan sastra.

• Penerbitan ini muncul di Surabaya dan Surakarta.

Page 14: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Penguasaan bahasa kaum Indo-Belanda terhadap

literatur Eropa yang cukup baik membuat mereka

mulai menerjemahkan atau menyadur roman-roman

dan karya sastra Eropa dalam bahasa Melayu-Rendah.

• Peranan pers Indo-Belanda mulai surut pada tahun

1890-an dan kedudukan mereka mulai digantikan

oleh orang-orang Cina dan pribumi Indonesia sendiri.

Page 15: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Tumbuhnya pemukiman Belanda di Indonesia pada abad 17 mengakibatkan terbentunya sebuah masyarakat “campur aduk”.

• Bahasa melayu dinamai Melajoe Pasar yang menunjukkan bahwa bahasa ini merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan dagang antaretnis dan antarbangsa di kota-kota niaga di Indonesia.

• Bahasa ini bersifat praktis, adaptabel, dan fleksibel. Bahasa ini juga sering disebut Melajoe Rusak karena memang tidak mempunyai gramatika baku.

Page 16: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Sebelum munculnya sastra terjemahan dalam tahun

1870-an, terlebih dahulu dikenal adanya masa

“penceritaan kembali” kisah-kisah lama yang telah

populer dikalangan rakyat baik berupa cerita lokal

maupun dari khazanah Arab.

• Data tertua akan adanya “embrio” kesusastraan baru

ini terdapat dalam bahasa Jawa yakni terbitnya karya

T. Roorda pada tahun 1844 berjudul Raja Pirangon.

Page 17: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Menurut G. Schlegel pada tahun 1891 yang muncul pertama kali pada bacaan-bacaan mereka adalah penceritaan kembali kisah-kisah klasik Cina seperti Sam Kok (dalam bahasa Jawa) pada tahun 1859. Sedangkan dalam bahasa Melayu-Rendah muncul pada tahun 1880-an.

• Sejak tahun 1875 masyarakat Indonesia telah disuguhi karya-karya sastra modern Barat dalam bentuk terjemahan.

• Buah pertama dari masa panjang persiapan budaya dipetk pada tahun 1896.

Page 18: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Antara tahun 1893-1895 muncullah karya-karya sastra

modern pertama. Termasuk sastra Melayu rendah modern

yang ditulis oleh orang-orang Indo-Belanda, orang-orang

peranakan Cina, dan orang-orang Indonesia sendiri.

• Cerita-cerita ini bersifat romantikal-sentimentil tentang

percintaan yang terhalang, kawin paksa oleh orang tua,

bunuh diri lantaran cinta tak sampai dan perkawinan.

• Jelas tampak bahwa embrio sastra modern Indonesia telah

muncul sejak adanya pendidikan Eropa yang dijalankan

pemerintah kolonial sejak tahun 1848.

Page 19: Kesusastraan Melayu Rendah (Masa Awal)

• Kesusastraan modern pribumi telah lama direkayasa oleh pihak kolonial sejak tahun 1910 dengan mendirika Commisie Voor de Volkslectuur dan berlanjut dengan Balai Pustaka pada tahun 1917. Dari penerbitan ini muncul kesusastraan modern “kedua” yang sampai sekarang diakui sebagai cikal bakal kesusastraan modern.

• Ini semua menunjukkan bahwa munculnya novel-novel modern zaman Balai Pustaka tidak tiba-tiba terbit dan memperoleh tempat di hati masyarakat sastra. “Masa persiapan” untuk itu telah dimulai sejak 70 tahun ke belakang.