12
MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT JEPARA I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lokasi penelitian secara administratif merupakan kawasan pesisir (coastal zone). Pesisir Kabupaten Jepara yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa, menjadikan pesisir Kabupaten Jepara sangat rentan dengan perubahan garis pantai yang disebabkan oleh erosi maupun sedimentasi, hal ini diperparah dengan belum optimalnya perlindungan pesisir Kabupaten Jepara. Untk itulah dilakukan suatu tinjauan berdasarkan metode deskriptif berdasarkan interpretasi penginderaan jauh dan SIG serta observasi dari informasi yang berkaitan dengan daerah yang ditinjau untuk melihat seberapa besar akibat dan pengaruh yang ditimbulkan dari erosi/abrasi maupun sedimentasi pada daerah ini dan mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dan resiko bencana. B. TUJUAN Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak erosi di pesisir Kabupaten Jepara, mengetahui bentuk mitigasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah baik secara struktural maupun non- struktural, serta mengetahui bentuk strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat di pesisir Kabupaten Jepara. C. LOKASI DAN WAKTU Hari dan Tanggal : Selasa, 5 Juni 2012 Waktu : 15.00 WIB Tempat : Kabupaten Jepara, Semarang Jawa Tengah

Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Report

Citation preview

Page 1: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT

JEPARA

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lokasi penelitian secara administratif merupakan kawasan pesisir (coastal zone).

Pesisir Kabupaten Jepara yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa, menjadikan

pesisir Kabupaten Jepara sangat rentan dengan perubahan garis pantai yang disebabkan

oleh erosi maupun sedimentasi, hal ini diperparah dengan belum optimalnya perlindungan

pesisir Kabupaten Jepara.

Untk itulah dilakukan suatu tinjauan berdasarkan metode deskriptif berdasarkan

interpretasi penginderaan jauh dan SIG serta observasi dari informasi yang berkaitan

dengan daerah yang ditinjau untuk melihat seberapa besar akibat dan pengaruh yang

ditimbulkan dari erosi/abrasi maupun sedimentasi pada daerah ini dan mitigasi yang dapat

dilakukan untuk mengurangi dampak dan resiko bencana.

B. TUJUAN

Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak erosi di pesisir Kabupaten Jepara,

mengetahui bentuk mitigasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah baik

secara struktural maupun non-struktural, serta mengetahui bentuk strategi adaptasi yang

dilakukan oleh masyarakat di pesisir Kabupaten Jepara.

C. LOKASI DAN WAKTU

Hari dan Tanggal : Selasa, 5 Juni 2012

Waktu : 15.00 WIB

Tempat : Kabupaten Jepara, Semarang Jawa Tengah

Page 2: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian

Sebagai salah satu Kabupaten di propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara secara

geografis berada pada 3° 23’ 20” sampai 4° 9’ 35” Bujur Timur dan 5° 43’ 30” sampai 6°

47’ 44” Lintang Barat. Batas-batas administrasi Kabupaten Jepara adalah sebelah utara

berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak.

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Pati. Sebelah barat berbatasan

dengan Laut Jawa.

Pasang surut bersifat campuran dan dalam sehari semalam akan terjadi satu kali

pasang dan satu kali surut. Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1 meter, namun

terdapat juga arus-arus kuat. Tinggi gelombang pada kawasan ini mencapai 50 cm pada

siang hingga sore hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan oleh angin yang berhembus.

Gelombang yang terjadi dari arah utara biasanya lemah dan terkait dengan angina

yang berhembus pada musim peralihan, yaitu pada bulan Maret-Mei serta antara bulan

September sampai November. Angin timur dapat menimbulkan gelombang yang cukup

besar berlangsung selama musim timur, yaitu bulan Juni-Agustus dengan tinggi gelombang

mencapai 1,5 m. Kondisi gelombang ini relatif kecil dibanding angin barat yang mempunyai

potensi gelombang lebih besar.

Arus di suatu perairan terutama disesbabkan oleh angin dan pasang surut.

Besarnya kontribusi masing-masing factor terhadap kekuatan dan arah arus yang

ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut lepas) dan keadaan

geografisnya. Ditinjau dari kondisi geografisnya, arus di perairan dipengaruhi oleh pasang

surut dan angina. Akan tetapi dekat pantai dan muara sungai arus pasang surut

mendominasi.

B. Sejarah Bencanaus dan Pati.

Banjir merendam jalan

pant⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪lih dua minggu kemudian. Banjir pada tahun itu menyebabkan pula ribuan rumah,

ratusan hektar (ha) tam

Page 3: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

bak bandeng dan udang,

sert⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪un di Kudus,⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

banjir diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Wulan di delapan titik. Kedua sungai besar itu

berhulu di Pegunungan

Mur⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

i, dan Jepara seluas 26.433 ha. Di Kudus seluas 5.358 ha, Pati 6.075 ha, dan⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

Jepara 15.000 ha. Sebagian besar lahan kritis

terse⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

na, seperti puting beliung, tanah longsor, dan banjir. Puting⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

beliung telah terjadi di beberapa wilayah, sedangkan banjir

berpot⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪ojo.⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

Pengertian Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melal⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪u⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪

RauPengertian Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut

Berdasarkan peraturan perundang – undangan mengenai Bencana, maka yang

dimaksud dengan:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa

gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin

topan, dan tanah longsor.

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Page 4: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

III. Materi dan Metode

A. Alat dan Bahan

Satelit sebagai Data Primer

Peta ( Peta Jepara dan Peta Rawan Bencana )

DEM ( Digital Elevation Model )

Data Statistik

B. Metode

Metode Deskriptif

Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan interpretasi

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sakarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat dekripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode deskriptif dengan interpretasi Penginderaan Jauh dan SIG adalah dengan

mendeskripsikan daerah Rawan Bencana dengan menggunakan Penginderaan Jauh dan

SIG.

Metode Pendownloadan

Citr

a⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪h ⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪ menggunakan software ArcGis untuk membuat

peta rawan bencana daerah Jepara

Hasil

Peta Rawan Bencana

Hasil Citra

Peta

Je⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪ ꍻ

伀 Ɋ 儀 Ɋ 唀 Ĉ 䩞䡭 Ѐ 䡮 Ѐ 䡴 СFjᘀ虨 伀ꍻ Ɋ 儀 Ɋ 唀 Ĉ 䩞䡭 Ѐ 䡮 ЀG䅪$ᔀ虨ꍻ ᘀ虨 伀ꍻ Ɋ 儀

Ɋ 唀 Ĉ 䩞䡭 Ѐ 䡮 Ѐ 䡴 С hᔘ 㠟ᘀ偃伀 Ɋ 儀 Ɋ 帀 Ɋᔘh

Page 5: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

IV. Hasil Dan Pembahasan

A. Peta Rawan Bencana

/ /

Wilayah Kabupaten HYPERLINK "http://jeparainfo.com/info/info-jepara/persijap

%20http:/jeparainfo.com" \o "Jepara"Jepara termasuk zona merah rawan bencana. selain itu

wilayah jepara juga masuk daerah yang curah hujannya tinggi akibat pengaruh La Nina. 

Petir dan angin kencang juga diperkirakan masih berlangsung hingga Maret mendatang. 

Data tersebut diperoleh berdasarkan surat dan peta wilayah rawan bencana yang di

terbitkan oleh BMKG Propinsi Jawa Tengah.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara  Totok

Setyanto mengatakan,  pihaknya menerima pemetaan daerah rawan bencana tersebut dua

hari yang lalu dan langsung disosialisikan melalui SMS Center Bupati dan ke beberapa

instansi serta Kecamatan.

Akibatnya pengaruh la nina itu, maka cuaca  ekstrim dan keadaan cuaca dapat

berubah sewaktu – waktu. Selain itu potensi untuk terjadi bencana angin puting beliung

sangat besar. Dengan kondisi tersebut, maka  masyarakat harus tetap waspada dengan

cuaca saat ini.  Terlebih untuk nelayan yang akan pergi melaut, sebab kecepatan angin

yang  tinggi akan memicu naiknya gelombang laut.  Dampak tersebut sudah dirasakan

masyarakat jepara sejak minggu malam lalu,  hujan disertai dengan angin kencang  cukup

terasa diwilayah Jepara.

Warna pada peta diatas menunjukkan adanya perbedaan warna yaitu Merah,

Kuning dan Putih. Yang mana yang Merah menunjukkan kondisi rawan bencana yang

sangat parah dan dapat berakibat buruk bagi masyarakat sekitarnya.

B. Mitigasi

Mitigasi terhadap suatu bencana dilakukan jika ada potensi dari suatu bencana

tersebut.

Page 6: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

Pra Bencana

Merupakan suatu keadaan jika tidak terjadi bencana dan potensi terjadi bencana.

Dilihat dari keadaan wilayah Jepara maka potensi bencana yang terjadi dapat berupa banjir,

abrasi dan sedimentasi.

Kerusakan pantai utara (pantura) akibat abrasi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah,

kian parah dan hingga kini mencapai 610.527 meter persegi daratan hilang. Bahkan, kini air

laut Jawa telah menggerus Pulau Panjang, Jepara. Jika tak segera ditangani dalam

beberapa tahun lagi, pulau ini akan hilang. Kerusakan pantai akibat abrasi di Jepara

tersebar pada lima kecamatan yakni Kedung 97.179 meter persegi, Jepara Kota 73.742

meter persegi, Mlonggo 55.175meter persegi, Kembang 5.589 meter persegi, dan Keling

378.842 meter persegi. Ini merusakkan garis pantai sepanjang 15,3 kilometer. Hal ini

disebakan Rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove mengakibatkan tak ada

penangkal gelombang pasang, sehingga gelombang langsung menerjang pantai hingga

mengakibatkan kelongsoran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terjadinya abrasi di suatu lokasi akan

memberikan dampak terjadinya sedimentasi di lokasi lain. Luasan dan panjang abrasi di

sepanjang Kabupaten Jepara terlihat lebih besar dibandingkan dengan sedimentasi. Hasil

interpretasi Citra Aster tahun 2006, serta overlay Peta LPI 1999 dengan hasil tracking

diperoleh, abrasi terjadi hampir di seluruh garis pantai kecamatan pesisir di Kabupaten

Jepara.

Pola abrasi yang terjadi menunjukan, abrasi paling besar terjadi di Kecamatan

Keling yaitu di Desa Ujung Watu. Sedimentasi yang terjadi tingkatnya lebih rendah

dibanding abrasi. Lokasi sedimentasi dengan tingkat paling tinggi terjadi di Desa

Kedungmalang, Kecamatan Kedung. Perubahan ini tidak lain karena banyaknya bangunan

yang menjorok ke pantai.

Perubahan garis pantai yang terjadi berupa abrasi dan sedimentasi dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu faktor aktif berupa parameter oseanografi (gelombang, arus,dan

pasut) serta faktor pasif berupa morfologi pantai dan litologi penyusun pantai itu sendiri.

Studi menunjukan, dalam waktu 10 tahun ke depan perubahan garis pantai Jepara terjadi di

lokasi sebagian besar area yang mengalami abrasi adalah garis pantai yang menghadap ke

arah barat daya hingga barat laut atau garis pantai yang berupa tanjung (menonjol ke arah

laut-Red).

Page 7: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

Total laju rata-rata abrasi di sepanjang garis pantai Kabupaten Jepara adalah

219.605.01 meter kubik per tahun dengan laju rata-rata sedimentasi sebesar 106.528.63

meter kubik per tahun.

Lokasi rawan bencana di Kabupaten Jepara meliputi beberapa wilayah kecamatan

yaitu Kec. Jepara, Kec. Mlonggo, Kec. Welahan, Kec. Kalinyamat, Kec. Pecangan, Kec.

Nalumsari, Kec. Mayong, Kec Kedung, Kec. Kembang, Kec. Keling dan Kec. Batealit.

Kejadian bencana di Kabupaten Jepara dominan banjir dengan sekali kejadian tanah

longsor di Kec. Singorojo pada tahun 2001. Bencana banjir dengan korban cukup besar

terjadi pada Kec. Nalumsari dan Kec. Kalinyamat berupa tergenangnya pemukiman, areal

persawahan serta kerusakan fasilitas umum lainnya.

Dari kondisi biofisik lokasi bencana untuk Kec. Nalumsari bentuk lahan berupa

kipas dan lahan serta dataran alluvial, jenis tanah alluvial dan latosol, penggunaan lahan

dominan pemukiman, sawah dan tegalan, dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan

curah hujan 2000 – 4000 mm/th. Untuk Kec. Kalinyamat bentuk lahan berupa kipas lahar,

dataran dan dataran alluvial, penggunaan lahan berupa pemukiman, sawah dan tegalan,

jenis tanah alluvial, dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 3500

mm/th. Dari kondisi biofisik dapat dianalisis daerah kejadian bencana banjir dengan

kelerengan landai yang mana dapat mengindikasikan adanya flood plain atau dataran banjir,

ditambah faktor pemanfaatan lahan berupa pemukiman tanpa tutupan vegetasi permanen

yang bagus. Jenis tanah alluvial menunjukkan adanya endapan tanah akibat banjir. Jenis

tanah latosol menunjukkan adanya lapisan lempung. Pada peta daerah rawan banjir dapat

dilihat persebaran lokasi yang dilewati sungai, baik sungai utama maupun anak sungai.

Tanggap Darurat

Tanggap darurat dilakukan seharusnya lebih cepat terhadap lokasi yang mengalami

kerusakan agar dapat mengurangi resiko bencana yang akan datang. Hal ini terdiri dari

pemberian penyuluhan kepada masyarakat sekitar pesisir untuk melestarikan lingkungan

pesisir dan menghimbau untuk melakukan penanaman kembali mangrove sebagai penahan

gelombang dan sarana maupun prasarana yang dapat mengurangi resiko bencana.

Pasca Bencana

Hal yang dilakukan pasca bencana meliputi Rehabilitasi dan rekonstruksi. Maka

upaya yang dilakukan dapat berupa revitalisasi berupa pembuatan bangunan pemecah

gelombang di daerah pantai untuk mengurangi tingkat abrasi. Selain itu dilakukannya

perluasan mangrove untuk wilayah yang memungkinkan untuk dikembangkan,

Page 8: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

merehabilitasi pemecah gelombang lain yang rusak beserta tanggulnya, pembangunan

pemecah gelombang dan tanggul baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan pesisir dalam hal tidak menebang kayu dari hutan bakau secara sembarangan,

membuang sampah untuk mencegah banjir.

Sedangkan untuk mitigasi terhadap sedimentasi adalah dengan penataan kawasan

hulu (upland management) yang berfungsi sebagai penadah air dan penahan sedimentasi

dari bukit gundul ke muara – muara sungai. Perlunya penghijauan di sekitar lokasi tambak

yang berguna menahan erosi dan sedimentasi.

V. KESIMPULAN

Dampak yang ditimbulkan dari bencana ini adalah terjadinya abrasi/erosi, banjir,

sedimentasi maupun pendangkalan. Maka dalam hal ini dilakukan upaya mitigasi berupa

revitalisasi terhadap bangunan pemecah gelombang, perluasan mangrove, rehabilitasi

pemecah gelombang yang rusak serta tanggulnya, pembangunan pemecah gelombang dan

tanggul baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan berupa

pembuangan sampah pada tempatnya dan penataan kawasan hulu (upland management)

sebagai penadah air dan penahan sedimentasi dari bukit yang gundul ke muara – muara

sungai serta penghijauan disekitar lokasi tambak sebagai penahan erosi dan sedimentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda-kabupaten-jepara//2012/diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

Pengembangan Metode Analisis Dampak Kenaikan Muka Air Laut, Litbang-LAPAN, 2011/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

http://jepara.antarkota.com/2011/11/17/sulitnya-penanganan-banjir/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

http://www.jatengprov.go.id/?amp;mid=wartadaera&mid=wartadaera&listStyle=gallery&page=23&sort_index=readed_count&order_type=asc&document_srl=18761/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

HYPERLINK "http://www.Suara"www.Suara Merdeka .com//banyak bangunan menjorok ke pantai/2012/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

Page 9: Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut

LAMPIRAN

Peta Semarang

/

Peta Rawan Bencana

/

Citra Pengindraan Jauh yang digunakan yaitu Citra Landsat : Jepara

/

Data Pelengkap

/

/

/

/

/

/