Upload
register-undip
View
2.181
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Report
Citation preview
MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT
JEPARA
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lokasi penelitian secara administratif merupakan kawasan pesisir (coastal zone).
Pesisir Kabupaten Jepara yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa, menjadikan
pesisir Kabupaten Jepara sangat rentan dengan perubahan garis pantai yang disebabkan
oleh erosi maupun sedimentasi, hal ini diperparah dengan belum optimalnya perlindungan
pesisir Kabupaten Jepara.
Untk itulah dilakukan suatu tinjauan berdasarkan metode deskriptif berdasarkan
interpretasi penginderaan jauh dan SIG serta observasi dari informasi yang berkaitan
dengan daerah yang ditinjau untuk melihat seberapa besar akibat dan pengaruh yang
ditimbulkan dari erosi/abrasi maupun sedimentasi pada daerah ini dan mitigasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak dan resiko bencana.
B. TUJUAN
Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak erosi di pesisir Kabupaten Jepara,
mengetahui bentuk mitigasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah baik
secara struktural maupun non-struktural, serta mengetahui bentuk strategi adaptasi yang
dilakukan oleh masyarakat di pesisir Kabupaten Jepara.
C. LOKASI DAN WAKTU
Hari dan Tanggal : Selasa, 5 Juni 2012
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Kabupaten Jepara, Semarang Jawa Tengah
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Umum Daerah Penelitian
Sebagai salah satu Kabupaten di propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara secara
geografis berada pada 3° 23’ 20” sampai 4° 9’ 35” Bujur Timur dan 5° 43’ 30” sampai 6°
47’ 44” Lintang Barat. Batas-batas administrasi Kabupaten Jepara adalah sebelah utara
berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak.
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Pati. Sebelah barat berbatasan
dengan Laut Jawa.
Pasang surut bersifat campuran dan dalam sehari semalam akan terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut. Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1 meter, namun
terdapat juga arus-arus kuat. Tinggi gelombang pada kawasan ini mencapai 50 cm pada
siang hingga sore hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan oleh angin yang berhembus.
Gelombang yang terjadi dari arah utara biasanya lemah dan terkait dengan angina
yang berhembus pada musim peralihan, yaitu pada bulan Maret-Mei serta antara bulan
September sampai November. Angin timur dapat menimbulkan gelombang yang cukup
besar berlangsung selama musim timur, yaitu bulan Juni-Agustus dengan tinggi gelombang
mencapai 1,5 m. Kondisi gelombang ini relatif kecil dibanding angin barat yang mempunyai
potensi gelombang lebih besar.
Arus di suatu perairan terutama disesbabkan oleh angin dan pasang surut.
Besarnya kontribusi masing-masing factor terhadap kekuatan dan arah arus yang
ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut lepas) dan keadaan
geografisnya. Ditinjau dari kondisi geografisnya, arus di perairan dipengaruhi oleh pasang
surut dan angina. Akan tetapi dekat pantai dan muara sungai arus pasang surut
mendominasi.
B. Sejarah Bencanaus dan Pati.
Banjir merendam jalan
pant⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪lih dua minggu kemudian. Banjir pada tahun itu menyebabkan pula ribuan rumah,
ratusan hektar (ha) tam
bak bandeng dan udang,
sert⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪un di Kudus,⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪
banjir diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Wulan di delapan titik. Kedua sungai besar itu
berhulu di Pegunungan
Mur⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪
i, dan Jepara seluas 26.433 ha. Di Kudus seluas 5.358 ha, Pati 6.075 ha, dan⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪
Jepara 15.000 ha. Sebagian besar lahan kritis
terse⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪
na, seperti puting beliung, tanah longsor, dan banjir. Puting⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪
beliung telah terjadi di beberapa wilayah, sedangkan banjir
berpot⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪ojo.⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪
Pengertian Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melal⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪u⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪
RauPengertian Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut
Berdasarkan peraturan perundang – undangan mengenai Bencana, maka yang
dimaksud dengan:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
III. Materi dan Metode
A. Alat dan Bahan
Satelit sebagai Data Primer
Peta ( Peta Jepara dan Peta Rawan Bencana )
DEM ( Digital Elevation Model )
Data Statistik
B. Metode
Metode Deskriptif
Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan interpretasi
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sakarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat dekripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif dengan interpretasi Penginderaan Jauh dan SIG adalah dengan
mendeskripsikan daerah Rawan Bencana dengan menggunakan Penginderaan Jauh dan
SIG.
Metode Pendownloadan
Citr
a⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪h ⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪ menggunakan software ArcGis untuk membuat
peta rawan bencana daerah Jepara
Hasil
Peta Rawan Bencana
Hasil Citra
Peta
Je⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪⨪ ꍻ
伀 Ɋ 儀 Ɋ 唀 Ĉ 䩞䡭 Ѐ 䡮 Ѐ 䡴 СFjᘀ虨 伀ꍻ Ɋ 儀 Ɋ 唀 Ĉ 䩞䡭 Ѐ 䡮 ЀG䅪$ᔀ虨ꍻ ᘀ虨 伀ꍻ Ɋ 儀
Ɋ 唀 Ĉ 䩞䡭 Ѐ 䡮 Ѐ 䡴 С hᔘ 㠟ᘀ偃伀 Ɋ 儀 Ɋ 帀 Ɋᔘh
IV. Hasil Dan Pembahasan
A. Peta Rawan Bencana
/ /
Wilayah Kabupaten HYPERLINK "http://jeparainfo.com/info/info-jepara/persijap
%20http:/jeparainfo.com" \o "Jepara"Jepara termasuk zona merah rawan bencana. selain itu
wilayah jepara juga masuk daerah yang curah hujannya tinggi akibat pengaruh La Nina.
Petir dan angin kencang juga diperkirakan masih berlangsung hingga Maret mendatang.
Data tersebut diperoleh berdasarkan surat dan peta wilayah rawan bencana yang di
terbitkan oleh BMKG Propinsi Jawa Tengah.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara Totok
Setyanto mengatakan, pihaknya menerima pemetaan daerah rawan bencana tersebut dua
hari yang lalu dan langsung disosialisikan melalui SMS Center Bupati dan ke beberapa
instansi serta Kecamatan.
Akibatnya pengaruh la nina itu, maka cuaca ekstrim dan keadaan cuaca dapat
berubah sewaktu – waktu. Selain itu potensi untuk terjadi bencana angin puting beliung
sangat besar. Dengan kondisi tersebut, maka masyarakat harus tetap waspada dengan
cuaca saat ini. Terlebih untuk nelayan yang akan pergi melaut, sebab kecepatan angin
yang tinggi akan memicu naiknya gelombang laut. Dampak tersebut sudah dirasakan
masyarakat jepara sejak minggu malam lalu, hujan disertai dengan angin kencang cukup
terasa diwilayah Jepara.
Warna pada peta diatas menunjukkan adanya perbedaan warna yaitu Merah,
Kuning dan Putih. Yang mana yang Merah menunjukkan kondisi rawan bencana yang
sangat parah dan dapat berakibat buruk bagi masyarakat sekitarnya.
B. Mitigasi
Mitigasi terhadap suatu bencana dilakukan jika ada potensi dari suatu bencana
tersebut.
Pra Bencana
Merupakan suatu keadaan jika tidak terjadi bencana dan potensi terjadi bencana.
Dilihat dari keadaan wilayah Jepara maka potensi bencana yang terjadi dapat berupa banjir,
abrasi dan sedimentasi.
Kerusakan pantai utara (pantura) akibat abrasi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah,
kian parah dan hingga kini mencapai 610.527 meter persegi daratan hilang. Bahkan, kini air
laut Jawa telah menggerus Pulau Panjang, Jepara. Jika tak segera ditangani dalam
beberapa tahun lagi, pulau ini akan hilang. Kerusakan pantai akibat abrasi di Jepara
tersebar pada lima kecamatan yakni Kedung 97.179 meter persegi, Jepara Kota 73.742
meter persegi, Mlonggo 55.175meter persegi, Kembang 5.589 meter persegi, dan Keling
378.842 meter persegi. Ini merusakkan garis pantai sepanjang 15,3 kilometer. Hal ini
disebakan Rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove mengakibatkan tak ada
penangkal gelombang pasang, sehingga gelombang langsung menerjang pantai hingga
mengakibatkan kelongsoran.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terjadinya abrasi di suatu lokasi akan
memberikan dampak terjadinya sedimentasi di lokasi lain. Luasan dan panjang abrasi di
sepanjang Kabupaten Jepara terlihat lebih besar dibandingkan dengan sedimentasi. Hasil
interpretasi Citra Aster tahun 2006, serta overlay Peta LPI 1999 dengan hasil tracking
diperoleh, abrasi terjadi hampir di seluruh garis pantai kecamatan pesisir di Kabupaten
Jepara.
Pola abrasi yang terjadi menunjukan, abrasi paling besar terjadi di Kecamatan
Keling yaitu di Desa Ujung Watu. Sedimentasi yang terjadi tingkatnya lebih rendah
dibanding abrasi. Lokasi sedimentasi dengan tingkat paling tinggi terjadi di Desa
Kedungmalang, Kecamatan Kedung. Perubahan ini tidak lain karena banyaknya bangunan
yang menjorok ke pantai.
Perubahan garis pantai yang terjadi berupa abrasi dan sedimentasi dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu faktor aktif berupa parameter oseanografi (gelombang, arus,dan
pasut) serta faktor pasif berupa morfologi pantai dan litologi penyusun pantai itu sendiri.
Studi menunjukan, dalam waktu 10 tahun ke depan perubahan garis pantai Jepara terjadi di
lokasi sebagian besar area yang mengalami abrasi adalah garis pantai yang menghadap ke
arah barat daya hingga barat laut atau garis pantai yang berupa tanjung (menonjol ke arah
laut-Red).
Total laju rata-rata abrasi di sepanjang garis pantai Kabupaten Jepara adalah
219.605.01 meter kubik per tahun dengan laju rata-rata sedimentasi sebesar 106.528.63
meter kubik per tahun.
Lokasi rawan bencana di Kabupaten Jepara meliputi beberapa wilayah kecamatan
yaitu Kec. Jepara, Kec. Mlonggo, Kec. Welahan, Kec. Kalinyamat, Kec. Pecangan, Kec.
Nalumsari, Kec. Mayong, Kec Kedung, Kec. Kembang, Kec. Keling dan Kec. Batealit.
Kejadian bencana di Kabupaten Jepara dominan banjir dengan sekali kejadian tanah
longsor di Kec. Singorojo pada tahun 2001. Bencana banjir dengan korban cukup besar
terjadi pada Kec. Nalumsari dan Kec. Kalinyamat berupa tergenangnya pemukiman, areal
persawahan serta kerusakan fasilitas umum lainnya.
Dari kondisi biofisik lokasi bencana untuk Kec. Nalumsari bentuk lahan berupa
kipas dan lahan serta dataran alluvial, jenis tanah alluvial dan latosol, penggunaan lahan
dominan pemukiman, sawah dan tegalan, dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan
curah hujan 2000 – 4000 mm/th. Untuk Kec. Kalinyamat bentuk lahan berupa kipas lahar,
dataran dan dataran alluvial, penggunaan lahan berupa pemukiman, sawah dan tegalan,
jenis tanah alluvial, dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 3500
mm/th. Dari kondisi biofisik dapat dianalisis daerah kejadian bencana banjir dengan
kelerengan landai yang mana dapat mengindikasikan adanya flood plain atau dataran banjir,
ditambah faktor pemanfaatan lahan berupa pemukiman tanpa tutupan vegetasi permanen
yang bagus. Jenis tanah alluvial menunjukkan adanya endapan tanah akibat banjir. Jenis
tanah latosol menunjukkan adanya lapisan lempung. Pada peta daerah rawan banjir dapat
dilihat persebaran lokasi yang dilewati sungai, baik sungai utama maupun anak sungai.
Tanggap Darurat
Tanggap darurat dilakukan seharusnya lebih cepat terhadap lokasi yang mengalami
kerusakan agar dapat mengurangi resiko bencana yang akan datang. Hal ini terdiri dari
pemberian penyuluhan kepada masyarakat sekitar pesisir untuk melestarikan lingkungan
pesisir dan menghimbau untuk melakukan penanaman kembali mangrove sebagai penahan
gelombang dan sarana maupun prasarana yang dapat mengurangi resiko bencana.
Pasca Bencana
Hal yang dilakukan pasca bencana meliputi Rehabilitasi dan rekonstruksi. Maka
upaya yang dilakukan dapat berupa revitalisasi berupa pembuatan bangunan pemecah
gelombang di daerah pantai untuk mengurangi tingkat abrasi. Selain itu dilakukannya
perluasan mangrove untuk wilayah yang memungkinkan untuk dikembangkan,
merehabilitasi pemecah gelombang lain yang rusak beserta tanggulnya, pembangunan
pemecah gelombang dan tanggul baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan pesisir dalam hal tidak menebang kayu dari hutan bakau secara sembarangan,
membuang sampah untuk mencegah banjir.
Sedangkan untuk mitigasi terhadap sedimentasi adalah dengan penataan kawasan
hulu (upland management) yang berfungsi sebagai penadah air dan penahan sedimentasi
dari bukit gundul ke muara – muara sungai. Perlunya penghijauan di sekitar lokasi tambak
yang berguna menahan erosi dan sedimentasi.
V. KESIMPULAN
Dampak yang ditimbulkan dari bencana ini adalah terjadinya abrasi/erosi, banjir,
sedimentasi maupun pendangkalan. Maka dalam hal ini dilakukan upaya mitigasi berupa
revitalisasi terhadap bangunan pemecah gelombang, perluasan mangrove, rehabilitasi
pemecah gelombang yang rusak serta tanggulnya, pembangunan pemecah gelombang dan
tanggul baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan berupa
pembuangan sampah pada tempatnya dan penataan kawasan hulu (upland management)
sebagai penadah air dan penahan sedimentasi dari bukit yang gundul ke muara – muara
sungai serta penghijauan disekitar lokasi tambak sebagai penahan erosi dan sedimentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda-kabupaten-jepara//2012/diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
Pengembangan Metode Analisis Dampak Kenaikan Muka Air Laut, Litbang-LAPAN, 2011/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
http://jepara.antarkota.com/2011/11/17/sulitnya-penanganan-banjir/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
http://www.jatengprov.go.id/?amp;mid=wartadaera&mid=wartadaera&listStyle=gallery&page=23&sort_index=readed_count&order_type=asc&document_srl=18761/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
HYPERLINK "http://www.Suara"www.Suara Merdeka .com//banyak bangunan menjorok ke pantai/2012/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
LAMPIRAN
Peta Semarang
/
Peta Rawan Bencana
/
Citra Pengindraan Jauh yang digunakan yaitu Citra Landsat : Jepara
/
Data Pelengkap
/
/
/
/
/
/