Upload
annisa-febriana
View
464
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
PENALARAN KARANGAN
Annisa Febriana (11150163000073)
A. LATAR BELAKANG
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus
berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap
saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir.
Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul
serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran,
misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam
urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan.
Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat
bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang
sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran
mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai
penalaran induktif dan deduktif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran
merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang
ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti
penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau
tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan
menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat.
Aspek penalaran sangat diperhatikan dalam setiap penulisan karangan ataupun jenis
tulisan lainnya karena itu, seorang penulis harus mengenal kriteria dan mengetahui prinsip-
prinsip proses penaksiran fakta dan kebenaran penarikan kesimpulan yang sah dalam tulisan
yang dibacanya. Dengan begitu penalaran karangan bisa menjadi sumber pengetahuan
baru. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar
hal-hal yang tidak tepat tidak mask dalam karangan.
1
B. PEMBAHASAN
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan
yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru
yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Kata “menalar” berasal dari kata bahasa Arab “nazar (ep/Ep-p)+ presfiks me-“
artinya melihat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa menalar artinya cara orang memandang
sesuatu dari sudut logikanya. Dengan nalarnya, orang menghubungkan pengamatan
(observasi berdasarkan empirik) dengan kejadian-kejadian yang ada di dunia ini. Kemudian,
pengamatan dan kejadian-kejadian tersebut menjadi suatu konsep dan pengertian baru.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan
premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. 1
Penalaraan memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis,
terorgnisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2) Menghubung-
hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) Proses menganalisis suatu
topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare. (4) Dalam karangan
terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau
menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan
suatu derajat hubungan suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai
menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.2
A. Konsep dan Lambang dalam Penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas fikiran yang abstrak. Untuk mewujudkannya
diperlukan lambang. Lambang yang digunakan untuk penalaran berbentuk bahasa sehingga
wujud penalaran akan tampak berupa argumen.
1 Fitriyah, Mahmudah Z. A. & Ramlan Adbul Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia. (Jakarta: Universitas Islam Negeri Pers, 2007), 144-145
2 Widjono Hs.2007.Bahasa Indonesia. (Jakarta: Grasindo, 2007), 209
2
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep yang abstrak. Lambangnya adalah kata,
Lambang proposisi Lambang beroposisi adalah kalimat (kalimat berita) dan lambing
penalaran. Argumentlah yang dapat menentukan kebeneran konklusi dari premis.
Argumentlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dan premis.
Berdasarkan paparan diatas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah
aktivitas berfikir yang saling berkait. Tidak ada proporsi tanpa pengertian dan tidak akan ada
penalaran tanpa proposisi. Bersamaan dengan terbentuknya pengertian, perluasannya akan
terbentuk pula proposisi dan proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran.
Dengan kata lain, dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi, sedangkan
proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
B. Syarat-syarat Kebenaran dalam Penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran,maksudnya tentu adalah untuk menemukan
kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan
sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun
material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat diturunkan dari aturan-
aturan berfikir yang tepat, sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai
premis tepat.
1. Metode Induktif
Metode berfikir Induktif adalah metode yang digunakan dalam berfikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena
yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah
bentuk dari metode berfikir induktif.
2. Metode Deduktif
Jika dalam penalaran, konklusi lebih sempit dari premisnya, penalaran tersebut
disebut dengan deduktif.
C. Penalaran dan Macam-macamnya
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan
kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi. Suatu
3
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yng
memaang benaar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi
semua premis harus benar. Benar disini harus meliputi sesuatu yaang benar secara formal
maupun material formal berarti penalaraan memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari
aturan-aturan berpikir yaang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan
sebaagai premis tepat.3
Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:
1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-
kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat
pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a. Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat
memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian.
c. Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus
dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d. Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Misalnya: X akan menikahi Y.
e. Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran
mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.
f. Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya:
Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya:
Sebagian orang hidup menderita.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju
suatu kesimpulan.
3 Fitriyah, Mahmudah Z. A. & Ramlan Adbul Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia. (Jakarta: Universitas Islam Negeri Pers, 2007), 145-146
4
5. Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi
(pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir
ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari
hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti
kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau
inferensi.4
D. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data,
pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Penalaran yng
bertolak dari pernyataan pernyataan khusus (premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang
umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang
bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yaitu:
generalisasi, analogi, dan sebab akibat.
a. Generalisasi
Generalisasi merupakan proses penalaraan yaang bertumpu padaa beberapa
pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, kawat memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan , besi memuai.
Jadi, jika dipanaskan, benda logam memuai.
Macam-macam generalisasi
Generalisasi Sempurna
4 Widjono Hs.2007.Bahasa Indonesia. (Jakarta: Grasindo, 2007), 210
5
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan
diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi Tidak Sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang
diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila
melalui prosedur pengujian yang benar.
Untuk mendapatkan kesimpulan yang terpercaya, dalam generalisasi harus
diperhatikan sejumlah hal berikut.
1. Data harus memadai jumlahnya.
2. Data harus mewakili keseluruhan.
3. Pengecualian harus diperhitungkan karena data yang mempunyai sifat khusus
tidak dapat digunakan.
4. Melaksanakan pengujian, perbandingan, klasifikasi data.
5. Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh padat, dan sistematis.
b. Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.
Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat
khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan
situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan
hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika
sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang
lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita
didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada
dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari
hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
6
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah
proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat
dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan
kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya
dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars
mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi.
Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan
pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada
mahluk hidup diplanet Mars.
c. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah proses penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala
yang saling berhubungan dan prinsip sebab-akibat yang di haruri dan pasti antara
gejala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan
serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya
yang mendahuluinya. Leucippus (filsuf Yunani) mengatakan bahwa tidak ada satu
pun hal tanpa sebab. Untuk ini dapat dicontohkan metode agremen: jika dua atau
lebih kasus dalam suatu gejala terdapat satu daan hanya satu kondisi yang dapat,
maka kondisi itu dpat diterima sebagai penyebab.
P Q R menghasilkan Y
QS T menghasilkan Y
Oleh karena itu Q menghasilkan Y
Dapat pula dilakukan dengan metode deference.
RT U menghasilkan Z
RU tidak menghasilkan Z
Maka T-lah yang menghasilkan Z
Tujuan Kausal
Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola :
a. Sebab ke akibat
7
Dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek. Sebab
Akibat pada intinya berpola A dan menyebabkan B. Selain itu, Pola A dapat
menyebabkan B,C,D dll. Jadi efek dari peristiwa bisa menjadi akibatnya.
Contoh : Lemparan anak itu menyebabkan jambu jatuh.
b. Akibat ke sebab
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat.
Contoh : Yura ke Dokter dikarenakan sakit.
c. Akibat ke akibat
Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan
kedua akibat.
Contoh : Kebakaran karena arus pendek itu menyebabkan adanya korban jiwa
berjatuhan.5
Di bawah ini contoh dari penalaran Induktif:
Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara suatu
kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persimpangan Rawamangun
Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi tanggal 10 juli 2000 pukul 12.30.
Sebuah sepeda motor dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga pintu di bagian kiri
rusak, penyok sedalam 10 cm, dan sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang
ditabraknya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor terkapar
jatuh 1,5 meter di sebelah kiri sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses
perhitungan waktu polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari arah Cililitan ke
Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan
bahwa, dalam keadaan lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi dari arah Tanjung
Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka.
Hasil pengamatan, pengendara sepeda motor terbukti bersalah.
Kesimpulan: (1) pengendara sepeda motor harus membiayai perbaikan mobil yang
ditabraknya.
(2) membayar denda atas kesalahannya.
5 Saryono, Djoko. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. (Malang: UMM Press, 2013), 24
8
Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data, (2)
menyusun estimasi (perkiraan data), (3) verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran /
komparasi konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu simpulan), (5)
konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui pengujian hipotesis, (6) hash generalisasi /
induksi, (7) konklusi (simpulan: penafsiran atas hasil berupa implikasi atau inferensi).
E. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta
yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri dengan simpulan khusus yang
berupa prinsip. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik
pengembangannya maupun uraian isinya.
Karangan kualitatif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah humaniora
(sastra, kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun, kualifikasi produk
yang bernilai ekonomi, seperti: keindahan pakaian, kecantikan, keserasian, dan lain-lain
dapat pula menggunakan jenis karangan ini.
Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan
angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut menguraikan:
1. Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,
2. Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,
3. Kerangka teori: berisi pada pembahasan varibel.
4. Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai,
5. Rumusan hipotesis dan penjelasannya,
6. Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,
7. Desain penelitian (metode penelitiana): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil
analisis data, sampai dengan simpulan,
8. Analisis data,
9. Hasil analisis, dan
10. Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil
Macam-macam Penalaran Deduktif:
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2
macam premis yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2
9
premis yang ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang
mendahuluinya.
Contoh :
Semua manusia pasti akan meninggal
Yona adalah manusia
Jadi : Yona pasti akan meninggal
Bentuk-Bentuk Silogisme:
a. Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi
kategorik , demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus
merupakan proposisi universal , sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa
proposisinya harus partikuler atau sinjuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia
diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya . Pangkalan khusus bisa menyatakan
permasalahan yang berbeda dari pangkalan umumnya , tapi bisa juga merupakan kenyataan
yang lebih khusus dari permasalahan umumnya dengan demikian satu pangalan umum dan
satu pangkalan khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus
di perhatikan kwalitas dan kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau natijah yang
valid.
b. Silogisme Hipotesis adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari
terem antecindent atau terem konsecwen premis mayornya . Sebenarnya silogisme
hipotetik tidk memiliki premis mayor maupun primis minor karena kita ketahui premis
mayor itu mengandung terem predikat pada konklusi , sedangkan primis minor itu
mengandung term subyek pada konklusi.
Macam tipe silogisme hipotetik:
a) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan , saya naik mobil
Sekarang Hujan,
Jadi saya naik mobil.
10
b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya ,
seperti:
Bila hujan , bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun
c) Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent , seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa , maka kegelisahan akan timbul .
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul
d) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekwensinya ,
seperti:
Bila mahasiswa turun kejalanan , pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan
2. Entimem
Entimem merupakan suatu bentuk silogisme juga. Tetapi, di dalam entimem salah
satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sa ma-sama diketahui.
Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
a. Menipu adalah dosa
b. Karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor(karena bersifat
khusus). Maka silogisme dapat disusun:
Mn : menipu merugikan orang lain
K :menipu adalah dosa.
11
Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk
melengkapinya kitaharus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak
mungkin subjeknva menipu´. Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis
mayornya: Perbuatan yangmerugikan orang lain adalah dosa. Untuk mengubah entimem
menjadi silogisme, mula-mula kitacari dulu ke- simpulannya. Kata-kata yang menandakan
kesimpulan ialah kata-kata seperti jadi,maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya.
Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.
Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan sulit.
Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan mudah.
Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang,
penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.6
Urutan Logis
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam urutan
logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa,
waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan
sebagainya.
a. Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis ialah menyajikan bahasan
berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa
yang terjadi kemudian diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai
berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik flashback.
1. Peristiwa terakhir 2. Peristiwa pertama
Peristiwa kedua
Peristiwa ketiga
Peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback,
6 Anggota Ikapi. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2007), 45-47
12
Kembali ke peristiwa terakhir dan melanjutkan cerita.
1. Peristiwa terakhir
Untuk menyusun kronologi peristiwa, perhatikan kata-kata dan frasa berikut ini.
dalam peristiwa itu, peristiwa, kejadian,
peristiwa itu diawali dengan, pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya,
dewasa ini, setelah itu, diawali, lalu, kemudian, akhirnya
sekarang ini, pada hari itu,
pada waktu itu, selama itu,
ketika itu, akan, sudah, sedang,
bila, proses itu diawali, dilanjutkan dan diakhiri,
sebelum, peristiwa itu diakhiri dengan,
sementara, sejak itu,
dalam peristiwa itu, lalu,
mula-mula, akhirnya, selanjutnya
b. Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk
menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat mengguanakan ungkapan-ungkapan:
di sana, di sini, di situ, berhadapan,
di, pada, bertolak belakang dengan,
di bawah, di atas, berseberangan,
di tengah, melalui, belok kanan
di utara, di selatan, belok kiri, ke depan,
di depan, di muka, ke atas, ke samping,
di belakang, di sisi, di seberang,
di kiri, di kanan, di hadapan,
di luar, di dalam, di persimpangan,
c. Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan
umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif.
Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
13
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-
paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami
isinya.
d. Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan
gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting
sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
E. Salah Nalar
Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau
sesat. Di bawah ini, ada 10 macam salah nalar yang dapat disaksikan dalam karangan.
1. Diduksi yang salah
2. Generalisasi yang terlalu luas
3. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4. Salah nilai atas penyebab
5. Analogi yang salah
6. Penyimpangan masalah
7. Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan
8. Argumentasi Ad-Huminem
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10. Nonseguitur
F. Isi Karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu,
dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya
ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan
pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta,
generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi,
dan perkiraan (ramalan).
1. Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala
yang diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian
dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi
atau ciri khusus.
14
Ungkapan generalisasi:
● terbesar, ter ... ● tidak pernah,
● paling besar, ● pada umumnya,
● semua, setiap ● secara keseluruhan,
Ungkapan pendukung:
● cenderung, ● galibnya,
● pada umumnya, ● selalu,
● sebagian besar, ● dukungan kuantitatif (angka)
Generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini.
Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa
pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji. Perhatikan
pernyataan-pernyataan berikut:
(1) a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia.
b. Baginya masalah itu terlalu remeh
(2) a. Guru adalah tenaga kependidikan.
b. Sudah selayaknya guru disoroti oleh masyarakat.
Dengan segera dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan
fakta, sedangkan b mengemukakan penilaian/pendapat.
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu.
Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi
dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi
kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia
manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia
sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis generalisasi.
Fakta mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi
klasifikasi.
Contoh :
a. Bahasa-bahasa di Madagaskar, Formosa, Filipina, dan Indonesia termasuk rumpun
bahasa Austronesia. (generalisasi klasifikasi).
b. Semua mahasiswa mampu berpikir mandiri. (generalisasi).
15
3. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan pertentangan
ialah membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator
perbandingan dan pertentangan.
→ Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.
→ Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu.
→ India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim.
→ Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.
Kata-kata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan untuk perbandingan dan
pertentangan di antaranya:
Untuk membandingkan:
● sama dengan,
● seperti,
● seperti halnya,
● menyerupai,
● hampir sama dengan,
● selaras dengan
● sesuai dengan
● tepat sama dengan
● demikian juga
● sama saja
● serupa dengan,
● sejalan dengan
4. Sebab dan Akibat
Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah
serangkaian sebab-akibat.
Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:
1) Menentukan topik,
2) Menentukan pola,
3) Menentukan sebab,
4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
16
Untuk mempertentangkan:
● berbeda dengan,
● bertentangan dengan,
● berlawanan dengan,
● .... sedangkan ....,
● sebaliknya
● halnya dengan,
● meskipun,
● lain halnya dengan
● kurang dari
● tidak sama dengan
●akan tetapi
6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.
Kata atau ungkapan yang lazim digunakan:
● oleh sebab itu, dengan pertimbangan bahwa
● oleh karena itu,
● akibatnya,
● alhasil, jadi,
● sebab,
● dengan alasan itu,
● dengan alasan itu, pengalaman membuktikan bahwa,
● karena.
5. Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek
yang berlainan.
Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1) Analogi sederhana
● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan
fakta secara mendalam.
● Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah
diketahui.
Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
2) Analogi yang berupa kiasan
● Sulit dipahami karena bersifat subjektif.
● Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam.
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1) Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan objek yang
sudah dikenal.
● Tidak menghasilkan simpulan.
● Tidak memberikan pengetahuan baru.
● Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti, bagai.
● se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).
17
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara
Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti
militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak
terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua
orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
2) Analogi induktif
● Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
● Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain, berdasarkan
persamaan ciri.
● Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti kuliah
pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan
santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba
Saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil
bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “
Mudah saja, walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang
Indonesia. Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun
tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan
santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti
kebiasaan orang Eropa.
6. Ramalan dan Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi
pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan
ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang
tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil
penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis
ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan:
→ memperkirakan/diperkirakan,
18
→ ditaksir,
→ sangat mungkin,
→ boleh jadi,
→ anggapan,
→ dapat diproyeksikan,
→ mungkin,
→ diduga akan.
G. Simpulan
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat
diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi,
atau tindakan.
a. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari ini tidak
hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih terlihat pada saat
simpulan dibuat.
b. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan.
Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada
masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan
pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai argumentasi.
c. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian.
Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan hampir bangkrut
karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif solusi, menjual
perusahaan dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk peremajaan
mesin produks.
H. Kesalahan dalam Bernalar
Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang
sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah
kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar.
Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu
kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses
penalarannya yang merupan kesalahan formal.
19
Jenis Salah Nalar:
1. Deduksi yang salah
Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi
persyaratan. Contoh: Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
2. Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang
dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh:
Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
3. Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan
jawaban yang ada. Contoh : Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan
tidak diketahui orang lain.
4. Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud. Contoh: Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar
tidak susah jodohnya.
5. Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada
segi yang lain. Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan
tugasnya dengan baik.
6. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas
yang diembannya. Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami
karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.
20
C. PENUTUP
Kesimpulan
Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan
fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan
itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif. Induktif dan deduktif pada
dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.
Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi generalisasi,
klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat, analogi, ramalan dan
perkiraan, dan simpulan.
21
D. DAFTAR PUSTAKA
Anggota Ikapi. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Saryono, Djoko. 2013. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Malang: UMM Press
Fitriyah, Mahmudah Z. A. & Ramlan Adbul Gani. 2007. Pembinaan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Pers
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Jakarta: Erlangga
Widjono Hs.2007.Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo
22
23
24