33
PENALARAN KARANGAN Annisa Febriana (11150163000073) A. LATAR BELAKANG Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan 1

Makalah Penalaran Karangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Penalaran Karangan

PENALARAN KARANGAN

Annisa Febriana (11150163000073)

A. LATAR BELAKANG

Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus

berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap

saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir.

Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul

serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata.

Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran,

misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam

urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan.

Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat

bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang

sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran

mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai

penalaran induktif dan deduktif.

Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran

merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang

ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti

penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau

tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan

menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat.

Aspek penalaran sangat diperhatikan dalam setiap penulisan karangan ataupun jenis

tulisan lainnya karena itu, seorang penulis harus mengenal kriteria dan mengetahui prinsip-

prinsip proses penaksiran fakta dan kebenaran penarikan kesimpulan yang sah dalam tulisan

yang dibacanya. Dengan begitu penalaran karangan bisa menjadi sumber pengetahuan

baru. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar

hal-hal yang tidak tepat tidak mask dalam karangan.

1

Page 2: Makalah Penalaran Karangan

B. PEMBAHASAN

Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi

empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan

yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah

proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru

yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Kata “menalar” berasal dari kata bahasa Arab “nazar (ep/Ep-p)+ presfiks me-“

artinya melihat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa menalar artinya cara orang memandang

sesuatu dari sudut logikanya. Dengan nalarnya, orang menghubungkan pengamatan

(observasi berdasarkan empirik) dengan kejadian-kejadian yang ada di dunia ini. Kemudian,

pengamatan dan kejadian-kejadian tersebut menjadi suatu konsep dan pengertian baru.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan

premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. 1

Penalaraan memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis,

terorgnisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2) Menghubung-

hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) Proses menganalisis suatu

topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare. (4) Dalam karangan

terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau

menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan

suatu derajat hubungan suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai

menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.2

A. Konsep dan Lambang dalam Penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas fikiran yang abstrak. Untuk mewujudkannya

diperlukan lambang. Lambang yang digunakan untuk penalaran berbentuk bahasa sehingga

wujud penalaran akan tampak berupa argumen.

1 Fitriyah, Mahmudah Z. A. & Ramlan Adbul Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia. (Jakarta: Universitas Islam Negeri Pers, 2007), 144-145

2 Widjono Hs.2007.Bahasa Indonesia. (Jakarta: Grasindo, 2007), 209

2

Page 3: Makalah Penalaran Karangan

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep yang abstrak. Lambangnya adalah kata,

Lambang proposisi Lambang beroposisi adalah kalimat (kalimat berita) dan lambing

penalaran. Argumentlah yang dapat menentukan kebeneran konklusi dari premis.

Argumentlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dan premis.

Berdasarkan paparan diatas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah

aktivitas berfikir yang saling berkait. Tidak ada proporsi tanpa pengertian dan tidak akan ada

penalaran tanpa proposisi. Bersamaan dengan terbentuknya pengertian, perluasannya akan

terbentuk pula proposisi dan proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran.

Dengan kata lain, dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi, sedangkan

proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

B. Syarat-syarat Kebenaran dalam Penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran,maksudnya tentu adalah untuk menemukan

kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan

sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua

premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun

material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat diturunkan dari aturan-

aturan berfikir yang tepat, sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai

premis tepat.

1. Metode Induktif

Metode berfikir Induktif adalah metode yang digunakan dalam berfikir dengan

bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena

yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah

bentuk dari metode berfikir induktif.

2. Metode Deduktif

Jika dalam penalaran, konklusi lebih sempit dari premisnya, penalaran tersebut

disebut dengan deduktif.

C. Penalaran dan Macam-macamnya

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan

kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi. Suatu

3

Page 4: Makalah Penalaran Karangan

penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yng

memaang benaar atau sesuatu yang memang salah.

Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi

semua premis harus benar. Benar disini harus meliputi sesuatu yaang benar secara formal

maupun material formal berarti penalaraan memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari

aturan-aturan berpikir yaang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan

sebaagai premis tepat.3

Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:

1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-

kurangnya dua variabel.

2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat

pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.

3. Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:

a. Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat

memanfaatkan potensinya.

b. Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian.

c. Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus

dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.

d. Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.

Misalnya: X akan menikahi Y.

e. Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran

mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.

f. Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut

bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.

g. Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya:

Tidak ada gajah tidak berbelalai.

h. Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya:

Sebagian orang hidup menderita.

4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju

suatu kesimpulan.

3 Fitriyah, Mahmudah Z. A. & Ramlan Adbul Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia. (Jakarta: Universitas Islam Negeri Pers, 2007), 145-146

4

Page 5: Makalah Penalaran Karangan

5. Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi

(pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).

6. Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir

ke dalam suatu kesatuan.

7. Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.

8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.

9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis

(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari

hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.

10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti

kebenarannya atau kesalahannya.

11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.

12. Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau

inferensi.4

D. Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data,

pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Penalaran yng

bertolak dari pernyataan pernyataan khusus (premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang

umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang

bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yaitu:

generalisasi, analogi, dan sebab akibat.

a. Generalisasi

Generalisasi merupakan proses penalaraan yaang bertumpu padaa beberapa

pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.

Contoh:

Jika dipanaskan, kawat memuai.

Jika dipanaskan, tembaga memuai.

Jika dipanaskan , besi memuai.

Jadi, jika dipanaskan, benda logam memuai.

Macam-macam generalisasi

Generalisasi Sempurna

4 Widjono Hs.2007.Bahasa Indonesia. (Jakarta: Grasindo, 2007), 210

5

Page 6: Makalah Penalaran Karangan

Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan

diselidiki.

Contoh: sensus penduduk

Generalisasi Tidak Sempurna

Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang

diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila

melalui prosedur pengujian yang benar.

Untuk mendapatkan kesimpulan yang terpercaya, dalam generalisasi harus

diperhatikan sejumlah hal berikut.

1. Data harus memadai jumlahnya.

2. Data harus mewakili keseluruhan.

3. Pengecualian harus diperhitungkan karena data yang mempunyai sifat khusus

tidak dapat digunakan.

4. Melaksanakan pengujian, perbandingan, klasifikasi data.

5. Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh padat, dan sistematis.

b. Analogi

Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.

Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat

khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan

situasi yang satu dengan yang sebelumnya.

Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan

hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika

sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang

lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita

didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada

dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari

hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.

6

Page 7: Makalah Penalaran Karangan

Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah

proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat

dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan

kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.

Contoh Analogi:

Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya

dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars

mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi.

Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan

pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada

mahluk hidup diplanet Mars.

c. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah proses penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala

yang saling berhubungan dan prinsip sebab-akibat yang di haruri dan pasti antara

gejala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan

serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya

yang mendahuluinya. Leucippus (filsuf Yunani) mengatakan bahwa tidak ada satu

pun hal tanpa sebab. Untuk ini dapat dicontohkan metode agremen: jika dua atau

lebih kasus dalam suatu gejala terdapat satu daan hanya satu kondisi yang dapat,

maka kondisi itu dpat diterima sebagai penyebab.

P Q R menghasilkan Y

QS T menghasilkan Y

Oleh karena itu Q menghasilkan Y

Dapat pula dilakukan dengan metode deference.

RT U menghasilkan Z

RU tidak menghasilkan Z

Maka T-lah yang menghasilkan Z

Tujuan Kausal

Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola :

a. Sebab ke akibat

7

Page 8: Makalah Penalaran Karangan

Dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek. Sebab

Akibat pada intinya berpola A dan menyebabkan B. Selain itu, Pola A dapat

menyebabkan B,C,D dll. Jadi efek dari peristiwa bisa menjadi akibatnya.

Contoh : Lemparan anak itu menyebabkan jambu jatuh.

b. Akibat ke sebab

Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah

menimbulkan akibat.

Contoh : Yura ke Dokter dikarenakan sakit.

c. Akibat ke akibat

Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan

kedua akibat.

Contoh : Kebakaran karena arus pendek itu menyebabkan adanya korban jiwa

berjatuhan.5

Di bawah ini contoh dari penalaran Induktif:

Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara suatu

kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persimpangan Rawamangun

Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi tanggal 10 juli 2000 pukul 12.30.

Sebuah sepeda motor dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga pintu di bagian kiri

rusak, penyok sedalam 10 cm, dan sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang

ditabraknya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor terkapar

jatuh 1,5 meter di sebelah kiri sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses

perhitungan waktu polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari arah Cililitan ke

Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan

bahwa, dalam keadaan lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi dari arah Tanjung

Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka.

Hasil pengamatan, pengendara sepeda motor terbukti bersalah.

Kesimpulan: (1) pengendara sepeda motor harus membiayai perbaikan mobil yang

ditabraknya.

(2) membayar denda atas kesalahannya.

5 Saryono, Djoko. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. (Malang: UMM Press, 2013), 24

8

Page 9: Makalah Penalaran Karangan

Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data, (2)

menyusun estimasi (perkiraan data), (3) verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran /

komparasi konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu simpulan), (5)

konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui pengujian hipotesis, (6) hash generalisasi /

induksi, (7) konklusi (simpulan: penafsiran atas hasil berupa implikasi atau inferensi).

E. Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta

yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri dengan simpulan khusus yang

berupa prinsip. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik

pengembangannya maupun uraian isinya.

Karangan kualitatif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah humaniora

(sastra, kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun, kualifikasi produk

yang bernilai ekonomi, seperti: keindahan pakaian, kecantikan, keserasian, dan lain-lain

dapat pula menggunakan jenis karangan ini.

Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan

angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut menguraikan:

1. Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,

2. Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,

3. Kerangka teori: berisi pada pembahasan varibel.

4. Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai,

5. Rumusan hipotesis dan penjelasannya,

6. Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,

7. Desain penelitian (metode penelitiana): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil

analisis data, sampai dengan simpulan,

8. Analisis data,

9. Hasil analisis, dan

10. Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil

Macam-macam Penalaran Deduktif:

1. Silogisme

Silogisme adalah suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2

macam premis yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2

9

Page 10: Makalah Penalaran Karangan

premis yang ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang

mendahuluinya.

Contoh :

Semua manusia pasti akan meninggal

Yona adalah manusia

Jadi : Yona pasti akan meninggal

Bentuk-Bentuk Silogisme:

a. Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi

kategorik , demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus

merupakan proposisi universal , sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa

proposisinya harus partikuler atau sinjuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia

diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya . Pangkalan khusus bisa menyatakan

permasalahan yang berbeda dari pangkalan umumnya , tapi bisa juga merupakan kenyataan

yang lebih khusus dari permasalahan umumnya dengan demikian satu pangalan umum dan

satu pangkalan khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus

di perhatikan kwalitas dan kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau natijah yang

valid.

b. Silogisme Hipotesis adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik

sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari

terem antecindent atau terem konsecwen premis mayornya . Sebenarnya silogisme

hipotetik tidk memiliki premis mayor maupun primis minor karena kita ketahui premis

mayor itu mengandung terem predikat pada konklusi , sedangkan primis minor itu

mengandung term subyek pada konklusi.

Macam tipe silogisme hipotetik:

a) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:

Jika hujan , saya naik mobil

Sekarang Hujan,

Jadi saya naik mobil.

10

Page 11: Makalah Penalaran Karangan

b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya ,

seperti:

Bila hujan , bumi akan basah

Sekarang bumi telah basah.

Jadi hujan telah turun

c) Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent , seperti :

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa , maka kegelisahan akan timbul .

Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,

Jadi kegelisahan tidak akan timbul

d) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekwensinya ,

seperti:

Bila mahasiswa turun kejalanan , pihak penguasa akan gelisah

Pihak penguasa tidak gelisah

Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan

2. Entimem

Entimem merupakan suatu bentuk silogisme juga. Tetapi, di dalam entimem salah

satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sa ma-sama diketahui.

Contoh:

Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.

Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:

a. Menipu adalah dosa

b. Karena (menipu) merugikan orang lain.

Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor(karena bersifat

khusus). Maka silogisme dapat disusun:

Mn : menipu merugikan orang lain

K :menipu adalah dosa.

11

Page 12: Makalah Penalaran Karangan

Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk

melengkapinya kitaharus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak

mungkin subjeknva menipu´. Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis

mayornya: Perbuatan yangmerugikan orang lain adalah dosa. Untuk mengubah entimem

menjadi silogisme, mula-mula kitacari dulu ke- simpulannya. Kata-kata yang menandakan

kesimpulan ialah kata-kata seperti jadi,maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya.

Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.

Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan sulit.

Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan mudah.

Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang,

penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.6

Urutan Logis

Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam urutan

logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa,

waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan

sebagainya.

a. Urutan Peristiwa (Kronologis)

Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis ialah menyajikan bahasan

berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa

yang terjadi kemudian diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai

berikut:

Cara pertama: urutan kronologis secara alami.

Peristiwa 1,

Peristiwa 2,

Peristiwa 3, dan seterusnya

Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik flashback.

1. Peristiwa terakhir 2. Peristiwa pertama

Peristiwa kedua

Peristiwa ketiga

Peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback,

6 Anggota Ikapi. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2007), 45-47

12

Page 13: Makalah Penalaran Karangan

Kembali ke peristiwa terakhir dan melanjutkan cerita.

1. Peristiwa terakhir

Untuk menyusun kronologi peristiwa, perhatikan kata-kata dan frasa berikut ini.

dalam peristiwa itu, peristiwa, kejadian,

peristiwa itu diawali dengan, pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya,

dewasa ini, setelah itu, diawali, lalu, kemudian, akhirnya

sekarang ini, pada hari itu,

pada waktu itu, selama itu,

ketika itu, akan, sudah, sedang,

bila, proses itu diawali, dilanjutkan dan diakhiri,

sebelum, peristiwa itu diakhiri dengan,

sementara, sejak itu,

dalam peristiwa itu, lalu,

mula-mula, akhirnya, selanjutnya

b. Urutan Ruang

Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk

menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat mengguanakan ungkapan-ungkapan:

di sana, di sini, di situ, berhadapan,

di, pada, bertolak belakang dengan,

di bawah, di atas, berseberangan,

di tengah, melalui, belok kanan

di utara, di selatan, belok kiri, ke depan,

di depan, di muka, ke atas, ke samping,

di belakang, di sisi, di seberang,

di kiri, di kanan, di hadapan,

di luar, di dalam, di persimpangan,

c. Urutan Alur Penalaran

Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan

umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif.

Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.

13

Page 14: Makalah Penalaran Karangan

Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-

paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami

isinya.

d. Urutan Kepentingan

Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan

gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting

sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.

E. Salah Nalar

Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau

sesat. Di bawah ini, ada 10 macam salah nalar yang dapat disaksikan dalam karangan.

1. Diduksi yang salah

2. Generalisasi yang terlalu luas

3. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’

4. Salah nilai atas penyebab

5. Analogi yang salah

6. Penyimpangan masalah

7. Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan

8. Argumentasi Ad-Huminem

9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan

10. Nonseguitur

F. Isi Karangan

Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu,

dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya

ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan

pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta,

generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi,

dan perkiraan (ramalan).

1. Generalisasi dan Spesifikasi

Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala

yang diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian

dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi

atau ciri khusus.

14

Page 15: Makalah Penalaran Karangan

Ungkapan generalisasi:

● terbesar, ter ... ● tidak pernah,

● paling besar, ● pada umumnya,

● semua, setiap ● secara keseluruhan,

Ungkapan pendukung:

● cenderung, ● galibnya,

● pada umumnya, ● selalu,

● sebagian besar, ● dukungan kuantitatif (angka)

Generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini.

Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa

pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji. Perhatikan

pernyataan-pernyataan berikut:

(1) a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia.

b. Baginya masalah itu terlalu remeh

(2) a. Guru adalah tenaga kependidikan.

b. Sudah selayaknya guru disoroti oleh masyarakat.

Dengan segera dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan

fakta, sedangkan b mengemukakan penilaian/pendapat.

2. Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu.

Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi

dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi

kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia

manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia

sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.

Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis generalisasi.

Fakta mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi

klasifikasi.

Contoh :

a. Bahasa-bahasa di Madagaskar, Formosa, Filipina, dan Indonesia termasuk rumpun

bahasa Austronesia. (generalisasi klasifikasi).

b. Semua mahasiswa mampu berpikir mandiri. (generalisasi).

15

Page 16: Makalah Penalaran Karangan

3. Perbandingan dan Pertentangan

Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan pertentangan

ialah membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator

perbandingan dan pertentangan.

→ Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.

→ Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu.

→ India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim.

→ Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.

Kata-kata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan untuk perbandingan dan

pertentangan di antaranya:

Untuk membandingkan:

● sama dengan,

● seperti,

● seperti halnya,

● menyerupai,

● hampir sama dengan,

● selaras dengan

● sesuai dengan

● tepat sama dengan

● demikian juga

● sama saja

● serupa dengan,

● sejalan dengan

4. Sebab dan Akibat

Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah

serangkaian sebab-akibat.

Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:

1) Menentukan topik,

2) Menentukan pola,

3) Menentukan sebab,

4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,

5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,

16

Untuk mempertentangkan:

● berbeda dengan,

● bertentangan dengan,

● berlawanan dengan,

● .... sedangkan ....,

● sebaliknya

● halnya dengan,

● meskipun,

● lain halnya dengan

● kurang dari

● tidak sama dengan

●akan tetapi

Page 17: Makalah Penalaran Karangan

6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.

Kata atau ungkapan yang lazim digunakan:

● oleh sebab itu, dengan pertimbangan bahwa

● oleh karena itu,

● akibatnya,

● alhasil, jadi,

● sebab,

● dengan alasan itu,

● dengan alasan itu, pengalaman membuktikan bahwa,

● karena.

5. Analogi

Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek

yang berlainan.

Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:

1) Analogi sederhana

● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan

fakta secara mendalam.

● Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah

diketahui.

Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.

2) Analogi yang berupa kiasan

● Sulit dipahami karena bersifat subjektif.

● Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.

Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam.

Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:

1) Analogi deklaratif

● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan objek yang

sudah dikenal.

● Tidak menghasilkan simpulan.

● Tidak memberikan pengetahuan baru.

● Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti, bagai.

● se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).

17

Page 18: Makalah Penalaran Karangan

Contoh:

Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara

Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti

militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak

terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua

orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.

2) Analogi induktif

● Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.

● Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).

● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain, berdasarkan

persamaan ciri.

● Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.

Contoh:

Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti kuliah

pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan

santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba

Saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil

bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “

Mudah saja, walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang

Indonesia. Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun

tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan

santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti

kebiasaan orang Eropa.

6. Ramalan dan Perkiraan

Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi

pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan

ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang

tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil

penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis

ilmiah.

Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan:

→ memperkirakan/diperkirakan,

18

Page 19: Makalah Penalaran Karangan

→ ditaksir,

→ sangat mungkin,

→ boleh jadi,

→ anggapan,

→ dapat diproyeksikan,

→ mungkin,

→ diduga akan.

G. Simpulan

Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat

diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi,

atau tindakan.

a. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari ini tidak

hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih terlihat pada saat

simpulan dibuat.

b. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan.

Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada

masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan

pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai argumentasi.

c. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian.

Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan hampir bangkrut

karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif solusi, menjual

perusahaan dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk peremajaan

mesin produks.

H. Kesalahan dalam Bernalar

Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang

sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah

kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar.

Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu

kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses

penalarannya yang merupan kesalahan formal.

19

Page 20: Makalah Penalaran Karangan

Jenis Salah Nalar:

1. Deduksi yang salah

Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi

persyaratan. Contoh: Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.

Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.

2. Generalisasi terlalu luas

Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang

dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.

Contoh:

Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.

Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.

3. Pemilihan terbatas pada dua alternatif

Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan

jawaban yang ada. Contoh : Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan

tidak diketahui orang lain.

4. Penyebab Salah Nalar

Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan

terjadinya pergeseran maksud. Contoh: Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar

tidak susah jodohnya.

5. Analogi yang Salah

Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain

dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada

segi yang lain. Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan

tugasnya dengan baik.

6. Argumentasi Bidik Orang

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas

yang diembannya. Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami

karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.

20

Page 21: Makalah Penalaran Karangan

C. PENUTUP

Kesimpulan

Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan

fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa

pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan

itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif. Induktif dan deduktif pada

dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.

Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi generalisasi,

klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat, analogi, ramalan dan

perkiraan, dan simpulan.

21

Page 22: Makalah Penalaran Karangan

D. DAFTAR PUSTAKA

Anggota Ikapi. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo

Saryono, Djoko. 2013. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Malang: UMM Press

Fitriyah, Mahmudah Z. A. & Ramlan Adbul Gani. 2007. Pembinaan Bahasa Indonesia.

Jakarta: Universitas Islam Negeri Pers

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Jakarta: Erlangga

Widjono Hs.2007.Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo

22

Page 23: Makalah Penalaran Karangan

23

Page 24: Makalah Penalaran Karangan

24