77
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Oleh : DEWI PURWATI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016

MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

1

MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM

PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS

JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh :

DEWI PURWATI

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016

Page 2: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul PKL : MANAJEMEN MIKROKLIMAT

PADA PEMELIHARAAN AYAM

PEMBIBIT BROILER FASE LAYER

FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA,

BOYOLALI, JAWA TENGAH

Nama Mahasiswa : DEWI PURWATI

NIM : 23010112130115

Program Studi/Jurusan : S1 PETERNAKAN

Telah disidangkan di hadapan Tim Penguji

dan dinyatakan lulus pada tanggal……

Mengesahkan :

Ketua Laboratorium

Fisilogi dan Biokimia

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Isroli, M.S.

NIP. 19580502 198603 1 002

Dr. Ir. Isroli, M.S.

NIP. 19580502 198603 1 002

Page 3: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

3

RINGKASAN

DEWI PURWATI. 23010112130115. 2015. Manajemen Mikroklimat pada

Pemeliharaan Ayam Pembibit Broiler Fase Layer di Farm PT. Super Unggas

Jaya, Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah

(Pembimbing : Dr. Ir. ISROLI, M. S. ).

Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) disusun berdasarkan serangkaian

kegiatan PKL yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus sampai 29 Agustus 2015

di farm PT. Super Unggas Jaya (SUJA) Desa Repaking Kecamatan Wonosegoro

Kabupaten Boyolali. Tujuan PKL ini adalah untuk mempelajari manajemen

mikroklimat di farm PT. SUJA.

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang adalah metode

partisipasi aktif, observasi dan wawancara. Metode partisipasi aktif dan observasi

digunakan untuk mendapatkan data primer sedangkan metode wawancara

digunakan untuk mendapatkan data sekunder. Selain itu, data sekunder diperoleh

dengan cara melihat catatan yang ada di peternakan, data monografi desa dan

catatan dari instansi terkait. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan

hasilnya dibandingkan dengan pustaka yang ada.

Lokasi farm PT. SUJA berada pada ketinggian tempat sekitar 1700 mdpl,

curah hujan 1665 mm/tahun dengan suhu dan kelembaban rata-rata pada bulan

Agustus 2015 yaitu 25-38°C dan 54%. Luas lahan farm ini adalah 6,7 Ha.

Bangunan di farm PT. SUJA meliputi post satpam, tempat parkir, 2 mushola, 2

kamar mandi, 2 bangunan mess, 2 bangunan biosecurity, 1 bangunan terdiri dari

kantor, gudang, cooling room dan ruang penyimpanan perlengkapan vaksin, dan

10 kandang ayam pembibit (7 kandang fase grower strain Ross dan 3 kandang

fase layer strain Cobb), 2 bangunan laundry dan 1 tempat penanganan bangkai

ayam pembibit. Sistem pemeliharaan di farm adalah intensif dengan pemeliharaan

pada fase layer terdiri dari perkandangan, pengelolaan pejantan agar fertilitas telur

tinggi, pemberian ransum, pencegahan penyakit, pengambilan telur, grading telur

dan penanganan telur dan manajemen mikroklimat. Perkandangan di farm

menggunakan kandang tertutup (close house) dengan sistem lantai litter dari

sekam. Manajemen mikroklimat meliputi pengaturan suhu, kelembaban,

kecepatan angin, pemberian cahaya di dalam kandang. Manajemen ini dilakukan

untuk menciptakan suasana nyaman bagi ayam pembibit broiler agar tidak

mengalami stress panas.

Kesimpulan yang diperoleh dari PKL ini adalah manajemen mikroklimat

di farm PT. SUJA unit Pembibitan Boyolali yang ditinjau dari kenyamanan ayam

sudah cukup baik yang didukung oleh konstruksi, tipe kandang, dan manajemen

mikroklimat yang baik.

Kata kunci : Breeding farm, ayam pembibit broiler, mikroklimat.

Page 4: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

4

KATA PENGANTAR

Lingkungan dapat mempengaruhi performa ayam karena lingkungan

berpengaruh langsung terhadap ternak. Pengaruh tersebut dapat berupa berubahan

tingkah laku ayam dan penurunan produktivitas ternak.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Praktek Kerja Lapang (PKL). Terima kasih penulis haturkan kepada Ibu

dan Bapak tercinta yang telah memberikan doa restu. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Dr. Ir. Isroli, M. S. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

ini dengan baik, Prof. Dr. Ir. Retno Murwani, M. App. Sc. selaku dosen wali.

Ucapan termaksih juga kepada Bapak Hasan Mubarok, S.Pt. selaku manajer farm

PT. SUJA, Bapak M. Rosyidi, S.Pt. selaku Supervisor, Bapak N. Bagas D., S. Pt.

selaku Foreman, Bapak Mahadhi Wisnu Y., S.H. selaku HRD dan karyawan farm

SUJA yang telah membimbing, membantu dan memfasilitasi selama pelaksanaan

PKL.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena

itu diharapkan saran dan krtik yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Akhirnya penulis berharap agar laporan in bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Januari 2016

Penulis

Page 5: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................

RINGKASAN ..............................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

DAFTAR TABEL ......................................................................................

DAFTAR ILUSTRASI ...............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................

2.1. Ayam Pembibit “Parent Stock” ...........................................

2.2. Perkandangan .....................................................................

2.3. Tipe Kandang .....................................................................

2.4. Kepadatan Kandang ............................................................

2.5. Mikroklimat ........................................................................

2.5.1. Suhu Lingkungan ......................................................

2.5.2. Kelembaban ..............................................................

2.5.3. Kecepatan Angin .......................................................

2.5.4. Respon Fisiologi .......................................................

2.5.5. Indeks Kenyamanan Ayam Pembibit .........................

BAB III. MATERI DAN METODE ..........................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................

4.1. Keadaan Umum Desa Repaking ............................................

4.1.1. Sejarah Perusahaan ....................................................

4.1.2. Lokasi Perusahaan .....................................................

4.1.3. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja ........................

4.2. Bangunan Pembibit ...............................................................

4.3. Ayam Pembibit “Parent Stock” .............................................

4.4. Sistem Pemeliharaan ............................................................. `

4.4.1. Perkandangan ............................................................

4.4.2. Pengelolaan Pembibit Broiler Jantan .........................

4.4.3. Pemberian Ransum dan Minum .................................

Page 6: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

6

4.4.4. Pencegahan Penyakit .................................................

4.4.5. Pengambilan Telur ....................................................

4.4.6. Seleski Telur (Gading) ..............................................

4.4.7. Penanganan Telur ......................................................

4.5. Manajemen Mikroklimat .......................................................

4.5.1. Suhu Lingkungan ......................................................

4.5.2. Kelembaban ..............................................................

4.5.3. Kecepatan Angin .......................................................

4.5.4. Kebutuhan Cahaya ....................................................

4.5.5. Indeks Kenyamanan ..................................................

4.6. Respon Fisiologi Ayam Pembibit Broiler ............................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

LAMPIRAN ...............................................................................................

Page 7: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

7

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Indeks Kenyamanan ......................................................................... 9

2. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Suhu Udara ................................ 28

3. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kelembaban Udara .................... 30

4. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kecepatan Angin ...................... 33

5. Data Pengukuran dan Perhitungan Indeks Kenyamanan ..................... 36

6. Data Bobot Badan Aym Pembibit Broiler Umur 44-46 Minggu ......... 37

7. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 1 ................................................ 48

8. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 2 ................................................ 49

9. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 3 ................................................. 50

10. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 4 ............................................... 51

11. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 5 ................................................ 52

12. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 6 ................................................ 53

13. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat per Waktu ............................... 54

14. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat per Hari ................................... 55

15. Data Bobot Badan Aym Pembibit Broiler Umur 44-46 Minggu ........ 55

Page 8: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

8

DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman

1. Bangunan di PT. SUJA ..................................................................... 14

2. Ayam Pembibit Strain Cobb ............................................................. `15

3. Kondisi di dalam Kandang ............................................................... 18

4. Jengger Pembibit Broiler Jantan ....................................................... 19

5. Pemberian Ransum dan Bentuk Ransum ........................................... 20

6. Biosecurity ...................................................................................... 22

7. Kegiatan Sanitasi .............................................................................. 22

8. Kegiatan Vaksinasi Ayam Pembibit Broiler di Kandang Laying ....... 23

9. Program Pengambilan Telur ............................................................. 24

10. Peratan untuk Mengecek Suhu dalam Kandang ............................... 27

11. Catatan Sekunder Suhu Udara ......................................................... 28

12. Peratan Penunjang Pengeluaran Panas dalam Kandang .................... 32

Page 9: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

9

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Kuesioner ............................................................................... 43

2. Lokasi Farm Super Unggas Jaya, Boyolali ........................................ 46

3. Struktur Organisasi ........................................................................... 47

4. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat ................................................ 48

5. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat ............................................... 54

6. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat per Hari .................................. 55

7. Data Bobot Badan Aym Pembibit Broiler Umur 44-46 Minggu ........ 55

8. Perhitungan Kecepatan Angin .......................................................... 56

9. Data Hasil Perhitungan Indeks Kenyamanan .................................... 57

10. Data Perhitungan Intensitas Cahaya ................................................. 63

11. Peralatan Praktik Kerja Lapangan ..................................................... 65

12. Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan .............................................. 66

13. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing .............................................. 67

14. Surat Keterangan Praktik Kerja lapangan .......................................... 68

Page 10: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

10

BAB I

PENDAHULUAN

Kebutuhan bibit ayam broiler terus mengalami peningkatan, sehingga

perlu adanya manajemen yang baik dalam pemeliharaannya. Manajemen meliputi

pengelolaan perkandangan, pejantan, pemberian ransum dan minum, pencegahan

penyakit, pengambilan telur, grading dan penanganan telur serta mikroklimat.

Manajemen mikroklimat adalah pengaturan lingkungan kandang meliputi suhu,

kelembaban, kecepatan angin dan cahaya. Suhu yang tidak sesuai akan

mempengaruhi kondisi kenyamanan ayam, kelembaban udara akan

mempengaruhi pengeluaran panas suhu ayam dan apabila kelembaban terlalu

tinggi akan menyebabkan cekaman panas dan pertumbuhan mikroorganisme

penyebab penyakit. Kecepatan angin berguna untuk sirkulasi udara di dalam

kandang yang dapat mempengaruhi proses produksi ayam. Oleh karena itu, perlu

adanya manajemen mikroklimat yang tepat pada pemeliharaan ayam pembibit

broiler.

Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan yaitu mengetahui manajemen

lingkungan terhadap ayam broiler fase layer di farm PT. Super Unggas Jaya,

Boyolali, Jawa Tengah, kemudian menganalisa hasil pengamatan dan

membandingkan dengan referensi dari beberapa sumber. Manfaat yang diperoleh

dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah menambah pengetahuan, pengalaman dan

pengenalan dengan farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali, Jawa Tengah.

Page 11: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Pembibit (Parent Stock)

Parent stock atau ayam pembibit merupakan jenis ayam yang khusus

dipelihara untuk menghasilkan final stock (Yuwanta, 2004). Ayam pembibit

broiler merupakan ayam yang khusus dipelihara untuk menghasilkan ayam

broiler. Ayam pembibit broiler memiliki potensial genetik yang baik yang telah

dikembangkan oleh peternak untuk meningkatkan produksi anak ayam broiler

komersial di dunia tetapi kinerja mereka bervariasi dari beberapa strain tergantung

lingkungan yang dihadapi. Ayam pembibit yang dipilih adalah ayam dengan

strain yang memiliki daya adaptasinya baik pada kondisi lingkungan dan mampu

menghasilkan kualitas telur tetas sesuai potensinya. Berat badan standar ayam

pembibit broiler pada awal kematangan seksual terkait dengan peningkatan

produksi telur, kematian yang rendah, tingkat kesuburan dan daya tetas (Hossain

et al., 2005).

2.2. Perkandangan

Perkandangan merupakan kumpulan kandang yang mengikuti suatu sistem

tertentu. Lantai yang baik terbuat dari tembok, karena mudah dibersihkan juga

baik untuk mencegah perkembangan penyakit. Lantai dari tanah juga bisa dipakai

tetapi dianjurkan tanah yang berpasir, kering, dan porous (Kartasudjana dana

Suprijatna, 2006). Persyaratan lain seperti ventilasi kandang yang baik,

Page 12: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

12

kelembaban litter sekitar 20-30%, cahaya yang cukup terang (cahaya untuk

merngsang produksi) perlu diperhatikan dengan baik. Luas kandang ayam untuk

pembibit harus lebih luas dari ayam petelur komersil. Kebutuhan luas lantai untuk

ayam petelur bibit tipe pedaging per ekor (termasuk jantan) yaitu sistem litter 3,6

ekor/m2, slat dan litter (60 : 40%) 4,4 ekor/m

2, sistem slat 5,4 ekor/m

2, wire dan

litter (60 : 40%) 4,4%, dan sisem wire 5,4 ekor/m2. Ayam petelur bibit, biasanya

dipelihara dalam sistem litter atau slat dan litter. Sedangkan ayam pedaging bibit

jarang mengggunakan kandang sistem ini karena dapat menyebabkan fertilisaasi

yang rendah dan hampir semua ayam bertelur di slat telurnya pecah. Litter yang

bersih dan kering pada pemeliharan ini sangat penting. Selain ayam lebih sehat

juga mencegah kaki ayam tidak kotor. Jika kotor akan mengotori sarang dan telur.

Telur kotor juga bisa diperoleh dari lantai hasil ayam bertelur dan biasanya sulit

dibersihkan. Jika telur kotor tetap ditetaskan, maka telur lain yang ada di mesin

tetas akan tertular mikroba yang berasal dari telur kotor tersebut. Telur kotor akan

bertambah lagi pada kondisi litter makin lembab dan mengeras. Pada kondisi ini,

presentase telur pecah sangat tinggi dan hal ini merupakan kerugian. Banyaknya

telur yang pecah sebaiknya tidak lebih dari 2% dan ayam tua 3%. (Kartasudjana

dan Suprijatna, 2006).

2.3. Tipe Kandang

Ada dua tipe kandang yaitu tipe kandang terbuka (open house) dan tipe

kandang tertutup (close house). Tipe kandang close house akan menampung ayam

lebih padat dibandingkan dengan tipe kandang open house (Fadilah, 2013).

Page 13: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

13

Kandang tipe tertutup secara kontruksi dibedakan menjadi dua sistem yakni

pertama sistem tunnel dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya seperti

mengandalkan aliran angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air dan

menyediakan oksigen untuk kebutuhan ayam. Sistem tunnel ini lebih cocok untuk

area dengan temperatur maksimal tidak lebih dari 30 0C. Sistem kedua adalah

evaporative cooling sistem (ECS). Sistem ini memberikan benefit pada peternak

seperti mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan bantuan angin.

Sistem kandang tertutup ini hanya cocok untuk daerah panas dengan suhu udara

diatas 35 0C. Lalu dari mana sumber panas dan sumber uap airnya. Sumber panas

berasal dari ayam itu sendiri, sinar matahari yang ditransfer secara radiasi, panas

dari brooder pada masa brooding dan panas dari proses fermentasi dalam sekam.

Sementara itu sumber uap air dapat berasal dari kelembaban lingkungan, proses

evaporasi, sisa air yang dikeluarkan bersama dengan feses, dan air minum yang

tumpah (Dahlan dan Hudi, 2011).

2.4. Kepadatan Kandang

Pada prinsipnya kepadatan kandang bertujuan untuk memberikan suatu

ruang yang nyaman bagi unggas agar unggas dapat tumbuh dengan cepat dan di

segi lain peternak tidak rugi karena memberikan ruang yang terlalu luas. Beberapa

prinsip dasar itu adalah suhu lingkungan dan suhu di dalam kandang. Semakin

padat kandang unggas akan membuat suhu kandang juga semakin meningkat. Hal

ini disebabkan karena unggas mengeluarkan panas dan uap panas. suhu

lingkungan di daerah tropis yang panas akan semakin sulit diatasi bila kepadatan

Page 14: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

14

berlebihan, sekalipun dengan ventilasi buatan (Rasyaf, 1992). Perbandingan

antara jantan dan betina untuk tipe ayam pembibit broiler 11: 100. Pejantan harus

ada kesempatan exercise, misalnya dibentuk tempat pakan yang lebih tinggi agar

pejantan ketika mengambil ransum harus loncat atau menegakkan tubuhnya

(Kartasudjana dan Suprijatna 2006). Kepadatan ayam per meter persegi sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pertambahan bobot badan dan pengaturan

hal ini sangat perlu disesuaikan dengan umur ayam tersebut untuk menghindari

kompetisi memperoleh pakan (Wahyudi et al., 2010).

2.5. Mikroklimat

Mikroklimat adalah kondisi iklim di sekitar lingkungan makhluk hidup

(Hartawan, 2012). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan keberhasilan dalam pemeliharaan ayam broiler. Lingkungan yang

baik sangat diperlukan bagi ayam broiler untuk memperoleh performa yang

optimal. Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi performa ayam

broiler diantaranya adalah suhu udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah

angin (Patiyandela, 2013).

2.5.1. Suhu Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi fisiologi ayam secara langsung, yaitu

dengan cara memberikan pengaruh terhadap fungsi beberapa organ tubuh seperti

jantung dan alat pernafasan; serta dapat mempengaruhi secara tak langsung

dengan meningkatnya hormone kortikosteron dan kortisol, serta menurunnya

Page 15: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

15

hormone adrenalin dan tiroksin dalam darah (Gunawan dan Sihombing, 2004).

Ayam akan merasa tertekan jika suhu kandang pemeliharaan lebih tinggi dari suhu

nyaman ayam yaitu 25-28 0C (Komara, 2006). Jika suhu lingkungan lebih dari 28

0C, ternak akan mengalami heat stress. Heat stres ini disebabkan karena ayam

tidak dapat menyeimbangkan antara jumlah panas yang diproduksi dengan jumlah

panas yang dikeluarkan dari tubuh. Tidak hanya heat stress, suhu lingkungan

yang berfluktuatif juga menjadi ancaman bagi produktivitas ayam. Heat stress

akan menimbulkan efek yang lebih besar pada ayam tua dibandingkan dengan

ayam muda. Ayam dewasa mempunyai bulu yang telah sempurna dan kondisi ini

akan mempersulit pembuangan panas tubuhnya. Selain itu, ayam dewasa juga

memiliki ukuran tubuh yang lebih besar sehingga panas tubuhyang dihasilkan

lebih banyak (Rahmadani, 2009).

2.5.2. Kelembaban Udara

Kelembaban optimum ayam petelur berkisar 60% (Prayitno, Kelembaban

optimum ayam broiler untuk pertumbuhan berkisar antara 50%-70%, kelembaban

diatas 70% menyebabkan ayam mengalami stress dan konsumsi pakan menurun.

Kelembaban udara terlalu tinggi akibat alas kandang yang basah dapat

menyebabkan mikroorganisme berkembang dan memproduksi gas H2S.

Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi suplai O2 (Prasetyanto,

2011). Kelembaban tinggi yang disebabkan oleh kotoran ayam akan

menyebabkan bekteri berkembang. Ventilasi buruk, suhu udara yang ekstrim dan

isi kandang terlalu padat meningkatkan kandungan amonia dalam kandang.

Page 16: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

16

Amonia terlalu tinggi dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga biaya

produksi meningkat, sedangkan profitabilitas menurun (Ibrahim dan Allaily,

2011). Lubang ventilasi dapat mengurangi kelembaban kandang yang kurang

sinar matahari sehingga pertumbuhan dan perkembang biakan penyakit oleh virus

berkurang (Kasnodihardjo dan Friskarini, 2013).

2.5.3. Kecepatan Angin

Waktu ideal untuk pergantian udara adalah 1 menit, untuk kandang

dengan panjang 120 m berarti 2 meter/detik atau 400 ft/menit (Fadilah, 2013).

Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dengan udara di

sekitarnya dan arah angin berperan dalam penyebaran polutan yang akan

membawa polutan tersebut dari satu sumber tertentu ke area lain searah dengan

arah angin. Kecepatan angin memegang peranan dalam jangkauan dari

pengangkutan dan penyebaran polutan. (Hasnaeni, 2004). Angin yang terlalu

cepat juga kurang efektif untuk menjamin pertukaran udara dalam kandang. Oleh

karena itu, kecepatan angin perlu dikendalikan dengan membuat ventilasi silang

(Suhaeni, 2007).

2.5.4. Respon Fisiologi

Ayam merupakan hewan homeotermis, berarti suhu tubuh konstan

meskipun suhu lingkungan berubah-ubah. Homeostatis adalah mekanisme

pengaturan suhu tubuh agar senantiasa tetap. Organ penting sebagai pusat

pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus. Sifat homeotermis pada ayam

menyebabkan jumlah panas yang dihasilkan oleh aktivittas otot dan metabolisme

Page 17: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

17

jaringan (“heat production”) sebanding dengan kehilangan panas karena

lingkungan (“heat loss”). Respon tubuh hewan terhadap adanya stressor

merupakan suatu kesatuan respon hormon dari sisem syaraf, sistem hormon dan

sistem ditandai dengan peningkatan kadar ACTH (adrenocorticotropin hormone)

dalam darah (Sulistyoningsih, 2004). Ayam termasuk hewan homoiterm dengan

suhu tubuh yang dimilikinya berkisar antara 39 - 41 ºC. Pembuangan panas pada

unggas dapat melalui proses respirasi. Pada suhu dibawah 80 ºF, pembuangan

panas tubuh dilakukan dengan jalan radiasi, konveksi dan konduksi dari seluruh

permukaan tubuh ayam. Pada suhu diatas 80 ºC, pembuangan panas dilakukan

dengan menguapkan air lewat saluran pernapasan yang dilakukan secara cepat

(panting/ hiperventilasi termik). Sekitar 40% pembuangan panas melalui darah

kepala, yaitu mulut, lubang hidung, jengger, pial dan kulit. Respirasi dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu umur ayam, jenis ayam, aktivitas, suhu lingkungan,

sirkulasi udara dan kepadatan kandang. Semakin tua ayam semakin tinggi

respirasinya, respirasi ayam tipe ringan lebih tinggi dari tipe berat dan respirasi

ayam tipe petelur lebih cepat daripada ayam pedaging, semakin tinggi aktivitas

ayam, semakin tinggi respirasinya, suhu lingkungan paling sesuai yakni antara 10-

20 ºC. Semakin padat kandang, respirasi ayam yang tinggal di dalamnya semakin

tinggi (Yuwanta, 2004).

2.5.5. Indeks Kenyamanan Ayam Pembibit

Kenyamanan ayam pembibit di dalam kandang dipengaruhi oleh suhu

udara, pergerakan udara, dan kelembaban udara. Kenyamanan ternak dinyatakan

Page 18: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

18

dalam indeks kenyamanan. Bila lingkungan terasa tidak nyaman bagi ternak,

ternak akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan ternak akan memilih

banyak minum daripada makan.

Menurut Murtidjo (1987), Indeks kenyamanan tropis dapat dihitung

dengan rumus :

S = p + 0,25 (tl+ts) + 0,1 ku – 0,1 (37,8-tl)√V

Keterangan :

S = Indeks kenyamanan

tl = Suhu udara di dalam kandang

ts = Suhu udara di luar kandang (untuk kandang closed house,

ts dianggap 0).

ku = Kelembaban udara di dalam kandang

v = Kecepatan angin, pengukuran 0,5 m di atas lantai

p = Angka konstan 10,6 untuk musim kemarau.

Dengan hasil S dinyatakan dalam ketentuan di bawah ini

Tabel 1. Indeks Kenyamanan

Indeks Kenyamanan Ukuran Kenyamanan Ternak

-3 Sangat tidak nyaman

-2 Tidak nyaman

-1 Kurang nyaman

0 Batas minimal kenyamanan

+1 Cukup nyaman

+2 Nyaman

+3 - +5 Sangat nyaman

Keterangan : Ukuran kenyamanan diperoleh dari : 26°C – S.

Page 19: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

19

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktek Kerja Lapangan (PKL) tentang Manajemen Lingkungan pada

Pemeliharaan Ayam Pembibit Broiler Fase Layer di PT.Super Unggas Jaya

Boyolali dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus – 29 Agustus 2015 di farm PT.

Super Unggas Jaya, Boyolali, Dusun Wuluhan, Desa Repaking, Kabupaten

Boyolali, Jawa tengah.

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah unit

usaha pembibitan farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali, Jawa Tengah.

3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) adalah dengan partisipasi aktif dengan melakukan kegiatan rutin,

pengukuran suhu lingkungan, kelembaban, kecepatan angin dan intensitas cahaya

di dalam kandang, pencatatan data dan wawancara dengan karyawan farm PT.

Super Unggas Jaya, Boyolali. Data Sekunder diperoleh dari catatan perusahaan.

Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis, secara deskriptif dan

dibandingkan dengan pustaka, kemudian disusun menjadi sebuah laporan Praktek

Kerja Lapangan (PKL).

Page 20: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Desa Repaking

Farm PT. Super Unggas Jaya berada di Desa Repaking, Kecamatan

Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Batas-batas farm ini yaitu

sebelah utara adalah Desa Karanglangu, sebelah timur Desa Bengkle, sebelah

barat Desa Bantal dan sebelah selatan Desa Gunungsari. Mata pencaharian

penduduk setempat sebagian besar adalah buruh pabrik dan petani dengan tingkat

pendidikan penduduk tamatan SD-SMA pada umumnya. Suhu lingkungan di Desa

ini antara 28-380 C dan kelembaban 30-70%.

.

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT. Super Unggas Jaya merupakan anak perusahaan dari PT. Cheil Jedang

(CJ) yang merupakan perusahaan besar dunia dari Korea Selatan. Cheil Jedang

terdiri dari dua kata yaitu Cheil dan Jedang. Cheil berarti pertama dan Jedang

berarti gula. Jadi, asal muasal PT. CJ merupakan pabrik gula. PT. CJ berdiri pada

tanggal 5 November 1953. Pendiri PT. CJ adalah Lee Byung Chull. Logo PT. CJ

adalah bunga mekar. Arti logo bunga mekar adalah mendekati pasar global dan

pelanggan. Bunga mekar tersebut terbagi atas 3 warna yaitu biru, organge dan

merah. Biru berarti kenyamanan, orange berarti kegembiraan dan merah berarti

kesehatan.

Page 21: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

21

PT. CJ memiliki beberapa cabang, salah satunya di Indonesia yaitu PT.

Cheil Jedang Indonesia (PT. CJI) yang berlokasi di kantor pusat di Menara

Jamsostek Jakarta Utara. PT. CJI mempunyai anak perusahaan yaitu PT. Super

Unggas Jaya (PT. SUJA). PT. SUJA tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah

sekitar 29 yang meliputi unit pembibit dan penetasan. PT. SUJA yang terletak di

Boyolali terdiri dari dua unit yaitu unit pembibitan dan penetasan. Unit

pembibitan farm PT. SUJA terletak di Desa Repaking dan unit Penetasan di Desa

Bangak. Saat ini, unit Penetasan di Bangak belum bisa dioperasikan sehingga

pengiriman telur tetas ke penetasan di Desa Grabag, Magelang dan unit penetasan

di Tegal. Unit pembibitan farm PT. SUJA terdiri dari 10 kandang yang meliputi

kandang growing (kandang ayam pembibit petelur strain Ross 1-7 fase grower)

dan kandang laying (kandang ayam pembibit broiler strain Cobb 8-10 fase layer).

4.1.2. Lokasi Perusahaan

Berdasarkan data sekunder, lokasi farm PT. Super Unggas Jaya unit

Boyolali berada di Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali,

Jawa Tengah. Daerah tersebut memiliki ketinggian tempat sekitar 1700 mdpl,

curah hujan 1665 mm/tahun. Berdasarkan data primer, suhu dan kelembaban

lingkungan luar di farm PT. SUJA pada bulan Agustus 2015, adalah 25-37,6°C

dan 54%. Dapat disimpulkan bahwa farm PT. SUJA Boyolali ini termasuk panas

dan kering. Kondisi lingkungan panas ini cocok menggunakan kandang tertutup

(close house) karena kandang tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap suhu

dan kelembaban di luar kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahlan dan Hudi

Page 22: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

22

(2011), bahwa sistem kandang tertutup evaporating cooling system (ECS) hanya

cocok untuk daerah panas dengan suhu udara diatas 35 0C, sedangkan sistem

kandang tertutup sistem kontruksi tunnel digunakan untuk daerah daerah dengan

suhu tidak lebih dari 300C. Jarak farm PT. SUJA Boyolali dari jalan raya adalah

21 km dan 500 meter dari pemukiman penduduk.

4.1.3. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Struktur organisasi farm PT. Super Unggas Jaya Boyolali dapat dilihat pada

(Lampiran 2). PT. Super Unggas Jaya dipimpin oleh seorang direktur pembibitan

yaitu bapak Putu Sumarta yang bertanggung jawab terhadap PT. Super Unggas

Jaya seluruh Indonesia dan pusat PT.CJI. Direktur membawahi manajer area yaitu

bapak Slamet Istiono yang bertanggung jawab pada area produksi yang meliputi

Jawa Timur, Jawa tengah, Kalimantan, dan Sulawesi. Manajer area membawahi

manager farm yaitu bapak M. Hasan Mubarok yang bertugas atas

keberlangsungan dan keberhasilan di area farm PT. SUJA Boyolali. Manajer farm

dalam menjalankan tugasnnya dibantu oleh 5 staff para 63 karyawan. Salah satu

staff yaitu staff Supervisor dengan bapak M. Rasyidi bersama bersama asisten

supervisor N. Bagas bertugas mengawasi, mengontrol, dan mengarahkan segala

aktivitas karyawan kandang. Asisten Supervisor atau Foreman dibantu oleh

chieflok atau ketua area kandang. Area kandang terbagi atas 3 area yaitu area 1

terdiri dari kandang growing 1-3, area 2 yaitu kandang growing 4-7, area 3 yaitu

kandang laying 8-9. Chieflock area 1 adalah bapak Nuryanto, chieflock area 2

adalah bapak Rohmat dan chieflok area 3 adalah bapak Suraji. Setiap kandang

Page 23: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

23

terdapat 2 operator, 2 pengganti dan 1 litter yaitu karyawan yang bertugas dalam

meciptakan kebersihan kandang. Selain Chieflock, terdapat HDC (Health Disease

Control) yaitu bapak Prihatin yang mempunyai tugas saat vaksinasi dan sanitasi

lingkungan kandang.

4.2. Bangunan Pembibitan

Bangunan pembibitan atau Breeding PT. Super Unggas Jaya unit Boyolali

terdiri dari bangunan utama yaitu post satpam, tempat parkir, 2 mushola, 2 kamar

mandi, 2 bangunan mess, 2 bangunan biosecurity, 1 bangunan terdiri dari kantor,

gudang, cooling room dan ruang penyimpanan perlengkapan vaksin, dan 10

kandang ayam pembibit (7 kandang fase grower strain Ross dan 3 kandang fase

layer strain Cobb), 2 bangunan laundry dan 1 tempat penanganan bangkai ayam

pembibit.

Ilustrasi 1. Bangunan di PT. SUJA

Page 24: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

24

4.3. Ayam Pembibit “Parent Stock”

Berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan dapat

diketahui bahwa ayam pembibit yang digunakan di kandang laying 8 adalah

ayam pembibit strain Cobb umur 44-46 minggu (Ilustrasi 2).

Ayam Pembibit Cobb Betina Ayam Pembibit Cobb Jantan

Ilustrasi 2. Ayam Pembibit Strain Cobb

Ayam pembibit strain Cobb merupakan ayam yang dapat menghasilkan

keturunan final stock jenis pedaging. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta

(2004) bahwa Parent stock atau ayam pembibit merupakan jenis ayam yang

khusus dipelihara untuk menghasilkan final stock. Menurut Permentan (2014)

bahwa bibit ternak adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan

mewariskannya serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.

Ayam strain Cobb memiliki ciri bentuk tubuh tubuh gemuk, memiliki

jengger dan comb berwarna merah cerah, warna kulit kuning dan warna bulu

putih. Tinggi badan ayam pembibit jantan lebih tinggi daripada ayam pembibit

betina. Ayam pembibit strain Cobb betina di farm PT. Super Unggas Jaya,

Boyolali, dipelihara sejak fase DOC (Day Old Chick). Fase ayam pembibit strain

Page 25: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

25

Cobb terbagai atas fase starter, gower dan layer. Pada bulan Agustus, ayam

pembibit strain Cobb sedang berada dalam masa produksi atau fase layer.

Menurut Hossain et al. (2005) bahwa ayam pembibit yang dipilih adalah ayam

dengan strain yang memiliki daya adaptasinya baik pada kondisi lingkungan dan

mampu menghasilkan kualitas telur tetas sesuai potensinya. Berat badan standar

ayam pembibit broiler pada awal kematangan seksual terkait dengan peningkatan

produksi telur, kematian yang rendah, tingkat kesuburan dan daya tetas.

4.4.Sistem Pemeliharaan

Berdasarkan praktek kerja lapangan, dapat diketahui sistem pemeliharaan

ayam pembibit di farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali, menggunakan sistem

pemeliharaan intensif menggunakan kandang tertutup (close house). Umur 16-18

minggu di kandang 1-7 (kandang growing) untuk strain Ross dan umur 44-46

minggu berada di kandang laying 8-10 (kandang laying). Pemeliharaan fase layer

di farm farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali, meliputi perkandangan,

pengelolaan pejantan agar fertilitas telur tinggi, pemberian ransum dan minum,

pencegahan penyakit, pengambilan telur, grading telur dan penanganan telur.

4.4.1. Perkandangan

Kandang untuk ayam pembibit strain Cobb menggunakan sistem kandang

tertutup (close house), sistem litter sekam dengan kedalam 10 cm, bahan atap

kandang terbuat asbes warna putih, lantai terbuat dari semen/tembok, dinding

terbuat dari semen dan kawat dilapisi tirai putih dan biru, ukuran kandang yang

Page 26: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

26

sama yaitu 140 cm x 12 cm. Sistem kandang tertutup digunakan karena kandang

ini tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan di luar kandang sehingga cocok

digunakan di daerah tropis cenderung panas seperti Wonosegoro, Boyolali. Selain

itu, kandang tertutup mempermudah dalam pengeluaran panas di dalam kandang.

Pengeluaran panas di dalam kandang lebih cepat sehingga ayam pembibit broiler

yang ditampung juga lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah,

(2013) bahwa tipe kandang close house akan menampung ayam lebih padat

dibandingkan dengan tipe kandang open house. Sistem close house ini merupakan

tipe evaporative cooling sistem (ECS) karena mengandalkan aliran angin. Hal ini

sesuai dengan pendapat Dahlan dan Hudi (2011) bahwa sistem evaporative

cooling sistem (ECS) memberikan benefit pada peternak seperti mengandalkan

aliran angin dan proses evaporasi dengan bantuan angin. Sistem kandang tertutup

ini hanya cocok untuk daerah panas dengan suhu udara diatas 35⁰C. Bahan bahan

lantai kandang terbuat dari semen supaya santitasi mudah, bahan dinding kandang

terbuat dari sebagian semen dan kawat dilapisi tirai karena pada fase layer ayam

pembibit memerlukan cahaya sehingga dapat menghemat energi penyuplai

cahaya, bahan atap kandang terbuat dari asbes warna abu-abu karena warna abu-

abu cenderung muda sehingga panas dari radiasi matahari tidak terlalu banyak

diserap. Hal ini sesuai pendapat Murtidjo (1987) bahwa bahan atap yang memiliki

warna muda adalah salah satu alternatif yang pantas dipilih karena warna muda

mempunyai daya serap panas relative rendah. Lantai kandang menggunakan

sistem alas litter bahan sekam dengan ketebalan 10 cm. Ketebalan litter ini sudah

Page 27: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

27

sesuai standar. Hal ini sesuai pendapat Fadilah (2006) bahwa ketebalan litter

biasanya 10 cm.

Ilustrasi 3. Kondisi di dalam Kandang

4.4.2. Pengelolaan pembibit broiler jantan

Pengelolaan pembibit broiler jantan agar fertilitas telur tinggi yaitu dengan

seleksi pejantan dengan cara melihat kondisi tubuh, warna jengger dan bobot

badan ayam pembibit jantan. Warna jengger pembibit broiler jantan yang baik

adalah berwarna merah cerah dengan bentuk jengger yang tidak terlalu besar

sehingga dapat mengganggu dalam proses perkawinan. Morfologi pejantan yang

kurang baik bisa dipengaruhi akibat genetik dan fisiologi organ reproduksi,

hormon dari respon ayam pembibit jantan oleh suhu lingkungan. Suhu lingkungan

yang tinggi menyebabkan kehidupan spermatozoa ayam terganggu sehingga

fertilitas tidak optimal. Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006) mengatakan

bahwa konsentrasi sperma ayam berhubungan dengan jumlah spermatozoa yang

Page 28: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

28

matang. Dijelaskan lebih lanjut, tiap ejakulasi bervariasi 0.1-1 cc. Beberapa

pejantan kadang-kadang steril karena spermatozoa yang abnormal atau kurang

produksi semen.

Ilustrasi 4. Jengger Pembibit Broiler Jantan

4.4.3. Pemberian Ransum dan Minum

Pemberian ransum dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 05.30

WIB. Jenis ransum ayam pembibit broler fase layer adalah BP3 dan BBM bentuk

crumble yang diberikan sesuai umur dan bobot badan. Ransum dimasukan dalam

tempat penampung ransum kemudian disalurkan melalui mesin feeder. Kecepatan

feeder berdasarkan perngukuran adalah 6,9 menit per putaran. Tinggi dan bentuk

tempat ransum ayam pembibit broiler jantan adalah 122 cm dan 20 cm untuk

betina. Bentuk tempat ransum betina terdapat grill sehingga kepala ayam pembibit

jantan tidak dapat masuk dan memakan ransum betina. Perbedaan tinggi dan

bentuk tempat ransum ayam pemibit broiler jantan dengan betina bertujuan untuk

mempermudah dalam mengontrol dan pengawasi konsumsi ransum yang

Page 29: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

29

diberikan sehingga bobot badan standar dapat tercapai dan produksi telur fertil

optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana dan Suprijatna, (2006)

bahwa tempat ransum untuk betina biasanya mengguanakn griil yang tujuannya

agar jantan tidak bisa makan di tempat ransum betina karena adannya grill kepala

jantan tidak bisa masuk.

Ilustrasi 5. Pemberian Ransum dan Bentuk Ransum

Pemberian minum dilakukan setelah ayam mengkonsumsi ransum. Tujuan

dari pemberian minum adalah membantu dalam proses metabolisme pencernaan

ransum di dalam tubuh dan mengurangi panas tubuh. Hal ini sesuai dengan

pendapat Williamson dan Payne (1993), bahwa pengaruh langsung dari iklim

terhadap air yang diminum oleh ternak adalah sangat kompleks oleh karena air

yang diperlukan oleh ternak untuk 2 tujuan penting, pertama yaitu sebagai

makanan yang penting dan merupakan bagian dari tubuh ternak dan yang kedua

untuk membantu ternak melepaskan panas tubuhnya dengan cara konduksi dan

penguapan.

Page 30: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

30

4.4.4. Pencegahan Penyakit

Program pencegahan penyakit di kandang fase layer Pencegahan penyakit

pada fase layer yaitu dengan diberlakukannya sistem biosecurity, sanitasi dan

vaksinasi. Menurut Permentan (2014), biosecurity adalah kondisi dan upaya

untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit hewan ke induk semang

dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu

laboratorium tidak mengontaminasi atau tidak disalahgunakan. Sedangkan

Sanitasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap lingkungan untuk mendukung

upaya kesehatan manusia dan hewan.

Biosecurity dibagi menjadi beberapa area yaitu area pertama dimulai dari

show room 1 sampai show room ke 2, selanjutnya area 2 dimulai dari show room

2 kandang bagian service room dan area ke 3 adalah kandang. Pembagian area

biosecurity bertujuan untuk mengurangi penyebaran penyakit. Hal ini sesuai

Widyantara et al. (2013) bahwa penerapan biosecurity difokuskan pada tiga

tingkat yaitu, pre entry, point of entry, dan post entry. Pada tingkat 1 (pre entry)

bisa dilewati oleh bibit penyakit, maka biosecurit pada 2 tingkat berikutnya (point

of entry dan post entry) dapat diterapkan dengan lebih ketat agar bibit penyakit

jangan sampai menginfeksi ayam yang dipelihara. Penerapan biosecurity

dilakukan pada ketiga tingkat ini bertujuan untuk mencegah serta mengurangi

bibit penyakit masuk kedalam areal peternakan.

Page 31: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

31

Biosecurity area 1 Biosecurity area 3

Ilustrasi 6. Biosecurity

Sanitasi kandang terdiri dari 2 lingkungan yaitu lingkungan di luar

kandang dan lingkungan di dalam kandang. Sanitasi di luar kandang meliputi

pencabutan rumput dan pengambilan sampah, sedangkan sanitasi di dalam

kandang meliputi pembersihan atap nest box, dinding kawat dari debu, bulu yang

rontok dan pembalikan litter.

Ilustrasi 7. Kegiatan Sanitasi

Page 32: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

32

Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah

dimatikan dengan prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan

zat kebal tubuh (Permentan, 2014). Program vaksinasi pada bulan Agustus 2015

dilakukan pada ayam pembibit broiler umur 42 dan 46 minggu. Vaksin AI jenis

killed vaksin pada umur 42 minggu, ND-IB lived vaksin dan ND-IBD killed

vaksin pada umur 45 minggu. Vaksinasi dilakukan pada waktu sore sampai

malam hari karena pada pagi hari ayam pembibit menproduksi telur tetas. Selain

itu, menghindari karyawan kembali ke kandang growing.

Ilustrasi 8. Kegiatan Vaksinasi Ayam Pembibit Broiler di Kandang Laying.

4.4.5. Pengambilan Telur

Telur tetas adalah telur yang telah dibuahi dan memungkinkan untuk

ditetaskan. Kuri/Day Old Chick yang selanjutnya disingkat DOC adalah anak

ayam umur 1 (satu) hari (Permentan, 2014). Pada bulan Agustus 2015, telur tetas

diproduksi oleh ayam pembibit broiler strain Cobb. Pengambilan telur ini

Page 33: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

33

dilakukan 3 kali sehari tergantung produksi telur yang dihasilkan, karena pada

puncak produksi, pengambilan telur bisa sampai 4 kali sehari.

Ilustrasi 9. Pengambilan Telur

Pengambilan telur dilakukan 3 kali yaitu pada pagi hari sekitar pukul

08.00 WIB, pukul 10.00 WIB dan pukul 13.30 WIB. Menurut Suradi (2006)

bahwa pengambilan telur berdasarkan sifat-sifat ayam jika ayam mempunyai sifat

suka makan maka pengambilan telur lebih sering.

4.4.6. Seleksi Telur (Grading)

Telur tetas yang telah terkumpul kemudian diseleksi berdasarkan grad

yaitu telur tetas junior, jumbo, abnormal, normal atau standar dan telur cracked.

Telur junior adalah telur yang memiliki ukuran dan berat dibawah standar, telur

jumbo adalah telur yang memiliki ukuran dan berat di atas standar, telur abnormal

adalah telur yang memiliki kondisi morfologi berbeda dengan morfologi telur

pada umumnya, telur normal atau satndar adalah telur yang memiliki morfologi

cangkang berwarna cokelat muda sampai cokelat tua dan berat telur antara 50-60

Page 34: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

34

gram. Berat, bentuk dan warna telur mempengaruhi daya tetas. Hal ini sesuai

dengan pendapat Mulyantini (2010), bahwa derajat dari pigmentasi berkorelasi

dengan daya tetas. Warna telur lebih cokelat/gelap cenderung menetas lebih baik

dari telur berwarna lebih terang. Telur cracked adalah telur dengan kondisi

cangkang retak. Telur normal ini kemudian dimasukan dalam kategori hatching

egg. Berdasarkan data sekunder, produksi telur ayam pembibit broiler starin Cobb

umur 44-46 minggu di kandang laying 8 berturut-turut yaitu 65,71%, 65,70% dan

65,08%. Hasil ini sudah baik karena berada pada kisaran produksi hen day (HDP)

Cobb secara normal yaitu kisara 69,00% pada umur 44 minggu dan 68,00% pada

umur 45 minggu (Standar Cobb-Vantress dalam Anang et al., 2010). Anang et al.

(2010) menambahkan bahwa dua minggu pertama produksi telur dibawah standar,

kemudian produksi telur terus meningkat di atas standar hingga puncak produksi

(minggu 31) dan mengalami penurunan produksi sebesar 1-3% dari HDP puncak

produksi setiap pen berkisar dari 78,27% hingga 88,11% dengan rataan 83,61%.

4.4.7. Penanganan Telur

Penangangan telur terbagi atas pembersihan, fumigasi, penyimpanan telur

dan pengiriman telur tetas. Pembersihan telur dilakukan dengan cara menggosok

cangkang yang kotor dengan alumunium. Pembersihan telur tetas menggunakan

alumunium karena tidak mengandung air sehingga kecil kemungkinan telur tetas

terkontaminasi mikrooganisme. Hal ini sesuai pendapat Hartono dan Isman (2012)

bahwa pemersihan telur diusahakan tidak menggunakan air karena dapat merusak

selaput pertahanan kulit telur dari bibit penyakit, seperti bakteri dan virus yang

Page 35: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

35

dapat menembus lapisan berpori pada dinding telur. Telur tetas kemudian di taruh

di tray dengan posisi paling lonjong di bawah. Kemudian telur tetas di fumigasi

selama kurang lebih 15 menit dengan campuran potassium permanganate (PK)

dan formalin yang akan menghasilan gas ferol dehid. Fumigasi terlalu lama akan

menyebabkan kematian pada embrio. Hal ini sesuai pendapat Harjosworo (2002),

bahwa perlakuan fumigasi terlalu lama akan menyebabkan kematian embrio

sangat dini. setelah difumigasi telur disimpan di cooling room kurang lebih

selama 1 minggu, selanjutnya dibawa ke unit penetasan. Unit penetasan farm PT.

Super Unggas Jaya, Boyolali , di Grabag (Magelang) dan Bangak (Boyolali) dan

Tegal.

4.5. Manajemen Mikroklimat

Berdasarkan praktek kerja lapangan dapat diketahui manajemen

mikroklimat di farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali , meliputi manajemen suhu

lingkungan, kelembaban, kecepatan angin dan kebutuhan cahaya.

4.5.1. Suhu lingkungan

Manajemen suhu lingkungan di dalam kandang layer 8 farm PT. Super

Unggas Jaya, Boyolali, terdiri dari dua cara yaitu otomatis dan manual.

Pengaturan suhu lingkungan secara otomatis dilakukan pada saat listrik nyala

sedangkan pengaturan suhu lingkungan secara manual dilakukan pada malam hari

dan pada saat kondisi listrik mati.

Page 36: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

36

Sensor suhu dalam kandang Temptron

Ilustrasi 10. Peratan untuk Mengecek Suhu dalam Kandang

Pengontrolan suhu dalam kandang dilakukan oleh karyawan bagian

operator dan suhu tersebut dicek oleh satpam pada temptron. Pengecekan suhu

dalam kandang melalui 2 cara yaitu melihat secara dekat dan jauh. Pengecekan

suhu secara dekat yaitu satpam masuk ke dalam kandang dan pengecekan secara

jauh yaitu satpam melihat suhu pada temptron melalui lubang kecil di dinding

kandang. Suhu pada temptron diperoleh dari sensor di pen 8 dalam kandang. Hasil

pengecekan tersebut dilaporkan ke bagian pencatatan suhu dalam kandang di post

satpam kemudian diberikan ke staff bagian supervisor dan terakhir diberikan ke

manajer farm sebagai laporan dan evaluasi terhadap manajemen suhu lingkungan

di dalam kandang.

Page 37: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

37

Catatan sekunder suhu dalam kandang

Ilustrasi 11. Catatan Sekunder Suhu Udara

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan suhu udara, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Suhu udara

Waktu Suhu Udara Pengukuran ke- Rata-rata

1 2 3 4 5 6

-----------------------------------------------oC----------------------------------------

Pagi 27,7 27,7 27,725 27,7 27,65 27,75 27,70

Siang 28,7 28,7 28,325 28,775 28,8 28,775 28,67

Sore 32,3 31,89 32,625 32,45 32,075 32,075 32,23

Sumber: Data Primer Praktik Kerja Lapangan, 2015.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan suhu rata-rata per waktu

di dalam kandang pada pagi hari (pukul 08.00 WIB), siang hari (pukul 11.30

Page 38: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

38

WIB) dan sore hari (pukul 13.30 WIB) berturut-turut adalah 27,7⁰C, 28,67⁰C,

dan 32,23⁰C. Suhu 27,7⁰C pada pagi dengan nyala blower 4 buah menghasilkan

suhu yang dirasakan oleh ayam pembibit broiler sebesar 23,746⁰C dengan indeks

kenyamanan 2,254 (Lampiran 9.). Indeks kenyamanan ini termasuk dalam

kategori +2 yang berarti nyaman. Suhu 28,67⁰C pada siang hari dengan nyala

blower 8 buah menghasilkan suhu yang dirasakan ayam pembibit broiler sebesar

23,656 ⁰C dan indeks kenyamanan sebesar 2,344 termasuk kategori (+2) yang

berarti nyaman. Suhu 32,23⁰C pada sore hari dengan nyala blower 8 buah dan

setelah cooling pad nyala menghasilkan suhu yang dirasa ayam sebesar 24,496⁰C

dan indeks kenyamanan sebesar 1,504 termasuk kategori (+1) yaitu cukup

nyaman. Jadi suhu udara yang dirasakan oleh ayam pembibit broiler antara

23,746⁰C-24,496⁰C. Suhu ini sudah sesuai baik karena ayam pembibit akan

merasa terkekan (stress) jika berada di luar suhu ±24⁰C. Hal ini sesuai pendapat

Komara (2006), bahwa ayam akan merasa tertekan jika suhu kandang

pemeliharaan lebih tinggi dari suhu nyaman ayam yaitu 25-28 0C. Menurut

Gunawan dan Sihombing (2004), bahwa lingkungan dapat mempengaruhi

fisiologi ayam secara langsung, yaitu dengan cara memberikan pengaruh

terhadap fungsi beberapa organ tubuh seperti jantung dan alat pernafasan; serta

dapat mempengaruhi secara tak langsung dengan meningkatnya hormone

kortikosteron dan kortisol, serta menurunnya hormone adrenalin dan tiroksin

dalam darah. Williamson dan Payne (1993) menambahkan, pengaruh pertama

yang dialami pada temperatur ambient tinggi adalah gugur bulu, cangkang telur

yang dihasilkan tipis dan berbentuk tidak serasi.

Page 39: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

39

4.5.2. Kelembaban

Kelembaban di dalam kandang laying 8 farm PT. Super Unggas Jaya,

Boyolali, diatur berdasarkan kenyamanan ayam pembibit broiler dengan

memperhatikan suhu, kecepatan angin dan kondisi litter sekam. Suhu tinggi

menyebabkan kelembaban rendah tetapi kondisi litter basah menyebab

kelembaban tinggi, sehingga dilakukan sanitasi di dalam kandang yaitu

pembalikan litter, pengambilan litter terlalu basah dan litter dari ayam pembibit

broiler yang diduga terkena penyakit. Litter basah disebabkan karena tumpahan

air minum dan ekskreta. Litter basah dapat menghambat mengeluaran panas tubuh

ayam pembibit broiler. Selain sanitasi litter, dilakukan manajemen mikroklimat

yaitu pengaturan kecepatan angin. Berdasarkan data primer hasil pengukuran dan

perhitungan kelembaban di dalam kandang layer 8, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 3. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kelembaban Udara

Waktu Kelembaban Pengukuran ke- Rata-rata

1 2 3 4 5 6

-------------------------------------------%-----------------------------------------------------

Pagi 73,35 72,475 73,275 73,3 73,4 73,2 73,16

Siang 72,125 72,525 72,3 72,1 72,1 72,15 72,21

Sore 66,325 67,025 66,025 66,45 66,325 66,375 66,42

Sumber: Data Primer Praktik Kerja Lapangan, 2015.

Bersarakan data primer hasil pengukuran dan perhitungan kelembaban di

dalam kandang layer 8, diperoleh data kelembaban pada pagi, siang dan sore hari

berturu-turut yaitu 73,16%, 72,21% dan 66,42%. Kelembaban 66,42%-73,16%

Page 40: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

40

sudah baik. Hal ini sesuai penddapat Astuti (2009) bahwa kelembaban lingkungan

yang nyaman yaitu 60-70% . Kelembaban 66,42% dapat meenghasilkan indeks

kenyamanan sebesar 2,254 (Lampiran 9) termasuk dalam kategori +2 yang

berarti nyaman, kelembaban 72,21% menghasilkan indeks kenyamanan sebesar

2,344 termasuk kategori (+2) yang berarti nyaman dan kelembaban 66,42%

menghasilkan indeks kenyamanan sebesar 1,504 termasuk kategori (+1) yaitu

cukup nyaman. Kelembaban paling tinggi yaitu 73,16% pada pagi hari kemudian

berangsur-angsur turun. Hal ini disebebkan karena sanitasi litter dapat

mengurangi kandungan air dalam sekam dengan bantuan pembuangan panas oleh

aliran angin oleh blower. Kelembaban paling tinggi 73,16% disebabkan karena

kandungan air pada litter sekam tinggi dan nyala blower hanya 4 buah sehingga

pembuangan air dalam litter lamban. Kelelmbaban diatas 73,16% dapat

menyebabkan pengeluaran panas tubuh ayam pembibit broiler terhambat dan

mikroorganisme patogen tumbuh dan berkembang biak sehingga menimbulkan

berbagai penyakit. Hal ini sesuai pendapat Fadilah (2006), bahwa litter yang

basah dapat menyebabkan kandungan amoniak bertambah dan media berkembang

biak berbagai penyakit dan meyebabkan bulu ayam kotor.

4.5.3. Kecepatan Angin

Kecepatan angin di kandang laying 8 farm PT. SUJA Boyolali diatur

berdasarkan kenyaman ayam pembibit broiler dengan memperhatikan suhu dan

kelembaban di dalam kandang. Kecepatan angin dihasilkan oleh pergerakan

blower. Semakin banyak jumlah blower dan kecepatan blower yang digunakan,

Page 41: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

41

semakin cepat pula pengeluaran panas dari dalam kandang ke lingkungan luar

kandang. Pengaturan blower di kandang laying 8 yaitu blower akan aktif/tidak

diaktifkan jika suhu berada di luar suhu lingkungan yang nyaman bagi ayam

pembibit broiler. Blower dinyalakan 4 buah pada malam dan pagi hari. Jumlah

blower ini disesuaikan dengan luas kandang, sedangkan kecepatan blower

disesuaikan berdasarkan suhu udara. Nyala blower 4 buah digunakan pada malam

dan pagi hari guna menghindari ayam pembibit broiler dari kedinginan, sedangkan

pada siang dan sore hari, nyala blower berjumah 8 buah dengan rincian

penambahan nyala blower 6 buah pada suhu 26,5⁰C , nyala blower 7 buah pada

suhu 27,7⁰C, nyala blower 8 buah pada suhu 28,5⁰C dan pada suhu lebih dari

30,5⁰C, cooling pad akan dinyalakan.

Blower Cooling pad

Ilustrasi 12. Peratan Penunjang Pengeluaran Panas dalam Kandang

Cara kerja cooling pad yaitu udara dari luar kandang di sedot oleh

bantalan cooling pad. Udara yang melewati cooling pad akan membawa partikel

air yang berasal dari tandong yang mengalir dari atas bantalan cooling pad ke

Page 42: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

42

bawah. Udara yang mengandung partikel air ini melewati ayam pembibi broiler

dengan membawa panas yang dikeluarkan oleh tubuh ayam pembibit broiler

kemudian keluar melalui blower. Aliran udara membawa partikel air, O2, CO2 ke

dalam kandang dan mengeluarkan panas dari tubuh ayam pembibit ayam broiler

dan NH4 dari ekskreta.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, kelembaban rata-rata di

kandang laying 8 farm PT. SUJA Boyolali pada pagi, siang dan sore hari sebegai

berikut:

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kecepatan Angin

Waktu Kecepatan Angin Pengukuran ke- Rata-rata

1 2 3 4 5 6

-------------------------------------- ft/min ------------------------------------------

Pagi 352 350 351,58 351,25 352 351,75 352,5

Siang 427,75 429,25 427,88 428,75 427,25 427,5 426,75

Sore 411,75 412 411,5 411,5 410 411,75 412

Sumber: Data Primer Praktik Kerja Lapangan, 2015.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, kelembaban rata-rata di

kandang laying 8 farm PT. SUJA Boyolali pada pagi, siang dan sore hari berturut-

turut sebagai berikut 351,58 ft/min, 427,88 ft/min dan 411,5 ft/min atau 1,179

m/s, 2,17 m/s dan 2,09 m/s (Lampiran 8) . Kecepatan angin pada pagi hari adalah

1,179 m/s dengan keterangan nyala blower 4 buah, pada siang hari adalah 2,17

m/s dengan nyala blower 6 buah dan pada sore hari 2,09 m/s dengan nyala blower

6 buah Kecepatan 1,179 m/s artinya adalah setiap 1 sekon dapat mengganti udara

1,179 meter. Kecepatan angin pada pagi hari paling lambat kemudian berangsur-

angur menjadi cepat. Hal ini karena suhu udara rendah dan kelembaban di dalam

Page 43: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

43

kandang tinggi sehingga kecepatan angin diatur lebih lambat untuk mencegah

ayam pembibit kediginan. Kecepatan angin paling cepat pada sore hari yaitu 2,09

m/s. Kecepatan paling cepat pada sore hari bertujuan untuk mengeluarkan gas

CO2 dan NH4 (amoniak) dan menggantinya dengan gas O2. Hal ini sesuai

pendapat Hasnaeni (2004), bahwa angin akan mempengaruhi kecepatan

penyebaran polutan dengan udara di sekitarnya dan arah angin berperan dalam

penyebaran polutan yang akan membawa polutan tersebut dari satu sumber

tertentu ke area lain searah dengan arah angin. Patiyandela (2013) menambahkan

bahwa konsentrasi CO2 yang berlebihan dalam suatu lingkungan dapat meracuni

tubuh dengan cara pengikatan oleh hemoglobin dan apabila otak kekurangan

oksigen maka dapat menimbulkan kematian.

4.5.4. Kebutuhan Cahaya

Program pencahayaan di kandang layer 8 farm PT. Super Unggas Jaya

Boyolali dilakukan selama 14 jam yaitu pukul 05.00-19.00 WIB. Berdasarkan

pengamatan, lampu yang digunakan adalah lampu neon merek Philip warna

putih 18 dan 23 watt. Jumlah lampu di kandang laying 8 berjumlah 117 lampu,

dengan rincian pada pen 1 terdapat 10 lampu, pen 2-4 masing-masing terdapat 12

lampu, pen 5 terdapat 11 lampu, pen 6-10 masing-masing terdapat 12 lampu.

Perhitungan cahaya menggunakan metode perhitungan intensitas cahaya

menggunakan rumus intensitas cahaya menurut (Nort and Bell, 1990, dalam

Sunarti 2004):

C = 𝐸

𝑑²

Page 44: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

44

Dimana

E = kuat penyinaran (feet candle)

C = kuat sumber penyinaran( candle/watt)

d = jarak bidang dengan sumber cahaya

n = jumlah sumber cahaya (lampu Philip warna putih).

Berdasarkan hasil perhitungan cahaya menggunakan intensitas cahaya

berdasarkan lampu yang digunakan adalah 48,87 lux atau setara dengan 4,54 fc

(Lampiran 10). Hasil ini sudah sesuai satndar yaitu antara 40-60 lux pada fase

layer (Cobb. Vasantress.com). Cahaya pada fase layer berfungsi untuk

mempermudah ayam pembibit broiler menemukan sarangnya dan meningkatkan

produksi telur tetas. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyantini (2010), bahwa

intensitas cahaya harus tersebar merata untuk menghindari unggas bertelur di

tempat gelap. Pemberian cahaya bagi unggas, berfungsi untuk menemukan sarang

dan produksi telur tetas yang dihasilkan maksimal. Sunarti (2004) menambahkan,

cahaya masuk melalui mata (retina) kemudian diteruskan ke hipotalamus anterior,

hipotalamus anterior melepaskan substansi yang dapat mengaktifkan kelenjar

hipofisa untuk menghasilkan hormon gondadotropin. Hormon gonadotropin

bersama aliran darah dapat merangsang organ reproduksi, pematangan folikel

telur, perkembangan bulu dan jengger pada ayam petelur. Warna cahaya juga

berpengaruh terhadaptingkah laku dan performans unggas. Warna putih dapat

mendistribusikan cahaya lebih baik daripada warna lainnya.

Page 45: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

45

4.5.5. Indeks Kenyamanan

Indeks kenyamanan beguna untuk mengetahui kenyamanan ayam

pembibit broiler. Caranya adalah menggunakan rumus kenyamanan Tropis

(Murtidjo, 1987), yaitu

S = 10,6 + 0,25(ts + tl) + 0,1 (ku) – 0,1 (37,8 – tl) √V

Keterangan=

S = Angka kenyamanan

tl = Suhu udara dalam kanda ng

ts = Suhu udara di luar kandang, untuk kandang tertutup (untuk

kandang tipe closed house tl dianggap 0 )

ku = Kelembaban udara di dalam kandang

V = Kecepatan angin, pengukuran 0,5 m di atas lantai

p = Angka konstan = 10,6 untuk musim kemarau

Perhitungan tersebut kemudian dikatgorikan dalam Tabel 1.

Tabel 5. Data Pengukuran dan Perhitungan Indeks Kenyamanan

Waktu Indeks

Kenyamanan Kategori Keterangan

Pagi 2,344

+2

Nyaman

Siang

2,034 +2 Nyaman

Sore

1,504 +1 Cukup nyaman

Rata-rata 1,813 +1 Cukup nyaman

Sumber: Data Primer Praktik Kerja Lapangan, 2015.

Page 46: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

46

Berdasarkan perhitungan indeks kenyamanan ayam pembibit broiler di

kandang layer 8 farm PT. SUJA Boyolali, diperoleh hasil berturut-turut yaitu

2,254, 2,344, 1,504 dan rata-rata indeks nyaman adalah 1,813. Indeks nyaman di

dalam kandang, dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan kecepatan angin di

dalam kandang. Hal ini sesuai pendapat Murtidjo (1987), bahwa ukuran

kenyamanan di dalam kandang, dipengaruhi oleh suhu udara, pergerakan udara

dan kelembaban udara.

4.6. Respon Fisiologi Ayam Pembibit Broiler

Berdasarkan data sekunder Praktek Kerja Lapangan, bobot badan ayam

pembibit broiler jantan dan betina umur 44-46 minggu di kandang laying 8

sebagai berikut:

Tabel 6. Data Bobot Badan Aym Pembibit Broiler Umur 44-46 Minggu

Keterangan Ayam

Pembibit Broiler

Umur

(minggu)

Bobot Badan

(Kg)

Suhu Rektal

(⁰C)

Betina 44 3,963 41,1

Betina 45 3,973 41,1

Betina 46 3,968 41,3

Rata-rata 3,968 41,16

Sumber: Data Sekunder dan Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, diperoleh hasil bobot

badan ayam pembibit broiler betina pada umur 44, 45 dan 46 minggu adalah

3,963; 3,973; 3,968 kg dengan bobot rata-rata adalah 3,963 kg dan suhu tubuh

ayam pembibit broiler betina umur 44, 45 dan 46 minggu adalah 41,1; 41,1 dan

41,16⁰C dengan suhu tubuh rata-rata adalah 41,16⁰C. Suhu tubuh antara 41,1-

41,16⁰C sudah sesuai standar. Hal ini sesuai dengan pendapat Etches et al. (2008)

Page 47: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

47

dalam Tarmidzi (2014), bahwa suhu tubuh ayam antara 40,5-41,5⁰C. Suhu

dibawah dan diatas standar menandakan bahwa ayam pembibit broiler stress.

Suhu tinggi menyebabkan stress panas. Menurut Williamson dan Payne (1993),

bahwa pada suatu suhu sekitar 42,2⁰C , ayam menderita cungap-cangip (panting)

dengan membuka mulut dan pada 45⁰C mereka sesak napas, dan pada batas

pingsan. Menakisme terjadinya stress panas menurut Solane (2013), yaitu suhu

tinggi pada tubuh ayam akan dideteksi oleh reseptor kulit bagain dalam

(thermoreseptor perifer), kemudian implus dikirim ke pusat thermoregulasi tubuh

(hipotelamus), selanjutnya hipotalamus mengirim respon kepada efektor berupa

kapiler kulit agar dapat mengurangi peningkatan suhu tubuh melalui pelebaran

pembuluh darah (dilatasi) dan kontrol metabolik tubuh.

Page 48: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

48

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan Praktek Kerja Lapangan di farm

PT. Super Unggas Jaya, Boyolali, dapat disimpulkan bahwa manajemen

mikroklimat di farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali, sudah baik. Hal ini

diketahui berdasarkan perhitungan indeks kenyamanan ayam pembibit broiler

yaitu indeks kenyamanan ayam berada pada kategori nyaman sampai cukup

nyaman.

Page 49: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

49

DAFTAR PUSTAKA

Anang, A. , H. Indrijani dan T. A. Sundara. 2007. Model Matematika kurva

produksi telur ayam broiler breeder parent stock. Jurnal Ilmu Ternak. 7

(1) : 6 – 11.

Dahlan, M., dan N. Hudi. 2011. Studi manajemen perkandangan ayam broiler di

Dusun Wangket Desa Kaliwates Kecamatan Kembangbahu Kabupaten

Lamongan. Jurnal Ternak. 2 (1) : 24 – 29.

Fadilah, R. 2006. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.

Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Fadilah, R. 2013. Super Lengkap Beternak Ayam Broiler. Agro Media Pustaka,

Jakarta.

Gunawan dan D. T. H. Sihombing. 2004. Pengaruh Suhu lingkungan tinggi

terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam buras.

Hartawan, A. 2012. Studi Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Respon Mahasiswa

di Ruang kelas dengan Metode Design of Experiment. Skripsi.

Hasnaeni, B. 2004. Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan (studi kasus

di Jalan Pajajaran – Bogor). Jurusan Geofisika dan Meteorologi Fakultas

Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Skripsi.

Hossain, M. E, S. D. Chowdhury, M. Ahmmed, M. A. H. Pramanik, and M. R.

Rahman. 2005. Growth performance of kasila broiler parent stock reared

on quantitative feed restriction under Bangladesh condition. International

Journal of Poultry Science. 4 (3) : 153- 158.

Ibrahim, S. dan Allaily. 2011. Pengaruh Berbagai Bahan Litter Terhadap

Konsentrasi Ammonia Udara Ambient kandang dan Performan Ayam

Broiler. Agripet 12 (1) : 47-51.

Kartasudjana, R., dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Kasnodihardjo dan Friskarini, K. 2013. Sanitasi Lingkungan Kandang, Perilaku,

dan Flu Burung. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 8 (3): 139-144.

Komara, T. 2006. Perlunya broiler dipuasakan. Buletin CP. April 2006 No. 76/

Tahun VII, Jakarta.

Page 50: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

50

Mulyantini, N. G. A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Patiyandela, R. 2013. Kadar NH3 dan CH4 serta CO2 dari Peternakan Broiler pada

Kondisi Lingkungan dan Manajemen Peternakan yang Berbeda Di

Kabupaten Bogor. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(Skripsi).

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Nomor

79/permentan/OT.140/6/2014 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Asli

dan Ayam Lokal yang Baik.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Nomor

31/permentan/OT.140/6/2014 tentang Pedoman budidaya Ayam Pedaging

dan Ayam Petelur yang Baik.

Prasetyanto, N. 2011. Kadar H2s, No2, dan Debu pada Peternakan Ayam Broiler

dengan Kondisi Lingkungan yang Berbeda di Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Skripsi.

Rahmadani, V. 2009. Pengruh Ketingian Lokasi Kandang dan Kandungan Energy

Metabolism Ransum terhadap Organ Fisiologi Ayam Broiler Penderita

Sindroma Slow Growth. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.

(Skripsi).

Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius.

Yogyakarta.

Sloane, E. 2013. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.

Sulistyoningsih, M. 2009. Pengaruh pencahyaan (lighting) terhadap performans

dan konsumsi protein pada ayam. Prosiding Seminar Nasional.

Sunarti, D. 2004. Pencahayaan Sebagai Upaya Pencagahan Cekaman Pada

Industri Perunggasan Tropis Berwawasan Animal Welfare. Sidang Senat

Buru Besar Universitas Diponegoro. Semarang.

Suradi, K. 2006. Perubahan kualitas telur ayam ras dengan posisi peletakan

berbeda selama penyimpanan suhu refrigerasi. Jurnal Ilmu Ternak. 6 (2) :

136-139.

Tamzil, M. H. 2014. Stres panas pada unggas metabolisme akibat dan upaya

penanggulangannya. Wartazoa. 24 (2): 57-66.

Wahyudi, W. A., H. Afriani dan N. Idris. 2010. Evaluasi Adopsi Teknologi

Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro

Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. 12 (2) : 23-28.

Page 51: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

51

Williamson, G., dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah

Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak unggas. Kanisus, Yogyakarta.

Page 52: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

52

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Kuesioner

Keadaan Umum Perusahaan.

1. Sejarah Perusahaan

a. Nama perusahaan

b. Bentuk perusahaan

c. Tahun berdiri

d. Pendiri perusahaan

e. Jumlah cabang perusahaan

2. Lokasi Perusahaan

a. Alamat perusahaan

b. Denah lokasi

c. Layout perusahaan

d. Jarak dengan jalan raya

e. Jarak dengan pemukiman

f. Ketinggian tempat

g. Sumber air

h. Suhu udara

i. Curah hujan

j. Kelembaban

k. Luas area perusahaan

l. Batas-batas wilayah

3. Struktur Organisasi

a. Direktur perusahaan

b. Jumlah manajer

c. Nama asisten manajer farm

d. Jumlah supervisor

e. Jumlah foreman

f. Jumlah karyawan

g. Bagan organisasi

h. Deskripsi job kerja

Page 53: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

53

Keadaan Peternakan :

4. Bibit

a. Jenis ras/strain

b. Asal bibit

c. Umur ayam pembibit

d. Bobot badan ayam pembibit broiler

5. Kandang

a. Jumlah kandang

b. Tipe kandang

c. Sistem pemeliharaan

d. Jenis atap

e. Konstruksi kandang

f. Fasilitas dan perlengkapan

g. Sistem pencahayaan

6. Pemeliharaan Fase Laying

a. Umur ayam

b. Pemberian ransum

Bentuk ransum

Cara pemberian ransum

Tempat ransum

Betina

Jantan

Bahan Ransum

c. Penimbangan ayam

Berapa kali per minggu

Cara penimbangan

7. Program Biosecurity dan Sanitasi

a. Area biosecurity

b. Perlakuan biosecurity di area 3

c. Sanitasi luar kandang

d. Sanitasi di dalam kandang

Sanitasi litter

Sanitasi dinding kandang

Nest box

e. Program vaksin yang diberikan pada ayam pembibit broiler fase layer

Page 54: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

54

8. Program penanganan telur

a. Pengambilan

b. Sleksi telur

c. Pembersihan telur

d. Penyimpanan telur

e. Pengiriman telur tetas ke penetasan

f. Jumlah unit penetasan

g. Letak penetasan

9. Kondisi daerah farm

a. Suhu luar lingkungan

b. Kelembaban luar lingkungan

Page 55: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

55

Lampiran 2. Lokasi Farm Super Unggas Jaya, Boyolali

Denah Lokasi Farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 56: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

56

Lampiran 3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Farm PT. Super Unggas Jaya, Boyolali

Direktur

Bapak Putu Sumarta

Manajer Area

Bapak Slamet Istiono

Manajer farm PT. Super

Unggas Jaya, Boyolali

M. Hasan Mubarok

HRD

Bapak Mahadhi

W. Y.

Produksi

Bapak Dhoni

Arista

Admin

Personalia

Bapak Didik

Supervisor

Bapak M. Rasyidi

Recording

Bapak Siswiaji

Asisten

Supervisor/foreman

Bapak Nanda Bagas

Chieflock A, B dan C

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 57: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

57

Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat

Tabel 7. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 1

Waktu Pen Suhu Kelembaban Kecepatan Angin

(⁰C) (%) (Feet/Minutes)

Pagi

2 28.9 64.6 398

4 26.4 78.8 333

6 27.5 76 342

8 28 74 335

Siang

2 27.3 74.4 330

4 28.7 76 363

6 28.7 71.1 452

8 30.1 67 566

Sore

2 33.4 56.6 361

4 33.5 58.5 379

6 32.9 73.9 427

8 29 76.3 480

Rata-rata mikroklimat 29.53 70.6 397.16

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 58: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

58

Lanjutan

Tabel 8. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 2

Waktu Pen Suhu kelembaban kecepatan angin

(⁰C) (%) (Feet/minutes)

Pagi

2 28.8 63.7 389

4 26.3 76.3 335

6 27.4 75.6 340

8 27.8 74.3 337

Siang

2 27.1 74.5 332

4 28.9 75.8 368

6 28.6 72 448

8 29.9 67.8 569

Sore

2 33.39 57 359

4 33.4 59 378

6 32.1 76 429

8 28.7 76.3 482

Rata-Rata mikroklimat 29.43 70.69 397.16

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 59: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

59

Lanjutan

Tabel 9. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 3

Waktu Pen

Suhu

(⁰C)

Kelembaban

(%)

Kecepatan Angin

(Feet/minutes)

Pagi

2 28.4 65 394

4 27 77.6 335

6 27.7 75.8 343

8 27.8 74.7 333

Siang

2 26.9 75 328

4 27.7 76.3 368

6 28.5 70.5 452

8 30.2 67.4 567

Sore

2 32.3 56.8 378

4 34 57.9 366

6 33.3 72.4 426

8 30.9 77 476

Rata-rata mikroklimat 29.55 70.53 397.16

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 60: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

60

Lanjutan

Tabel 10. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 4

Waktu

Pen

Suhu

(⁰C)

Kelembaban (%)

Kecepatan Angin (Feet/Minutes)

Pagi

2 28.5 65 395

4 26.6 78.2 335

6 27.9 76.3 340

8 27.8 73.7 338

Siang

2 26.8 74.1 328

4 28.6 75.6 361

6 28.7 71.5 452

8 31 67.2 568

Sore

2 32.8 56.7 364

4 32.9 58.7 377

6 33.3 73.6 421

8 30.8 76.8 478

Rata-Rata mikroklimat 29.64 70.61 396.41

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 61: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

61

Lanjutan

Tabel 11. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 5

Waktu

Pen

Suhu

(⁰C)

Kelembaban (%)

Kecepatan Angin (Feet/Minutes)

Pagi

2 28.4 65 395

4 27.3 78 335

6 27.5 76.4 345

8 27.4 74.2 332

Siang

2 28.4 74.1 332

4 28.5 76.3 366

6 28.5 70.4 450

8 29.8 67.6 562

Sore

2 33.4 57 362

4 32.8 58.8 377

6 32.2 73 427

8 29.9 76.5 481

Rata-rata mikroklimat 29.5 70.6 397

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 62: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

62

Lanjutan

Tabel 12. Data Pengukuran Mikroklimat Ke- 5

Waktu

Pen

Suhu

(⁰C)

Kelembaban (%)

Kecepatan Angin (Feet/Minutes)

Pagi

2 28.4 63.9 395

4 26.7 78.4 336

6 27.6 76.2 347

8 28.2 74.3 332

Siang

2 27.6 74.8 328

4 28.3 76.3 361

6 29 70.6 450

8 30.2 66.9 568

Sore

2 33.2 56.7 363

4 33.1 58.8 374

6 32.5 73.7 429

8 29.5 76.3 482

Rata-rata mikroklimat 33.2 56.7 363

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 63: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

63

Lampiran 5. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat

Tabel 13. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat per Waktu

Mikroklimat Waktu Rata-Rata Mikroklimat per Pen Rata-Rata

Total

Suhu ( ⁰C )

Pagi 27.7 27.7 27.725 27.7 27.65 27.75 27.70

Siang 28.7 28.7 28.325 28.775 28.8 28.775 28.67

Sore 32.3 31.89 32.625 32.45 32.075 32.075 32.23

kelembaban ( % )

Pagi 73.35 72.475 73.275 73.3 73.4 73.2 73.16

Siang 72.125 72.525 72.3 72.1 72.1 72.15 72.21

Sore 66.325 67.025 66.025 66.45 66.325 66.375 66.42

kecepatan Angin

(Feet/minutes)

Pagi 352 350 351.25 352 351.75 352.5 351.58

Siang 427.75 429.25 428.75 427.25 427.5 426.75 427.88

Sore 411.75 412 411.5 410 411.75 412 411.5

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 64: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

64

Lampiran 6. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat per Hari

Tabel 14. Data Hasil Perhitungan Mikroklimat per Hari

Mikroklimat

Pengukuran ke-

1 2 3 4 5 6 Total

Rata-Rata

Suhu

(⁰C) 29.53 29.4 29.56 29.64 29.5 29.52 29.53

Kelembaban

(%) 70.6 70.7 70.53 70.61 70.6 70.57 70.6

Kecepatan angin rata-rata

(Feet/minutes) 397.16 397 397.16 397.41 397 397.08 397.16

Sumber: Data Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Lampiran 7. Data Bobot Badan dan Hasil Pengukuran Suhu Tubuh Ayam Pembibit Broiler

Tabel 15. Data Bobot Badan Aym Pembibit Broiler Umur 44-46 Minggu

Keterangan Ayam Pembibit Broiler Umur

(minggu)

Bobot Badan

(Kg)

Suhu Rektal

(⁰C)

Betina 44 3,963 41,1

Betina 45 3,973 41,1

Betina 46 3,968 41,3

Rata-rata 3968 41.16

Sumber: Data Sekunder dan Primer Praktikum Kerja Lapangan, 2015.

Page 65: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

65

Lampiran 8.

Perhitungan Kecepatan Angin Pagi Hari

Kecepatan angin 1 (feet/minute) = 5,08 x 10-3

m/s, jadi

351.58 feet/minute = 351.58 (5,08 x 10-3

) m/s

= 1.179 m/s

Perhitungan Kecepatan Angin Pada Siang Hari

Kecepatan angin 1 (feet/minute) = 5,08 x 10-3

m/s, jadi

427,88 feet/minute = 351.58 (5,08 x 10-3

) m/s

= 2,17 m/s

Perhitungan Kecepatan Angin Sore Hari

Kecepatan angin 1 (feet/minute) = 5,08 x 10-3

m/s, jadi

411,5 feet/minute = 411,5 (5,08 x 10-3

) m/s

= 2,09 m/s

Page 66: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

66

Lampiran 9. Data Hasil Perhitungan Indeks Kenyamanan

Perhitungan Indeks Kenyamanan Ayam Pembibit Broiler pada Pagi Hari

Rumus Indeks Kenyamanan Ayam menurut Murtidjo (1987), yaitu=

S = 10,6 + 0,25(ts + tl) + 0,1 (ku) – 0,1 (37,8 – tl) √V

Keterangan =

S = Angka kenyamanan

tl = Suhu udara dalam kandang

ts = Suhu udara di luar kandang, untuk kandang tertutup (close house) tl dianggap 0

ku = Kelembaban udara di dalam kandang

V = Kecepatan angin, pengukuran 0,5 m di atas lantai

p = Angka konstan = 10,6 untuk musim kemarau, (Bulan Agustus termasuk musim kemarau).

Page 67: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

67

Diketahui =

tl = 27,7 ⁰C

ts = 0 ⁰C

ku = 73,16 %

V = 1,179 m/s

p = 10,6

Maka, S = 10,6 + 0,25(ts + tl) + 0,1 (ku) – 0,1 (37,8 – tl) √V

= 10,6 + 0,25(27,7 + 0 ) + 0,1 (73,16 ) – 0,1 (37,8 – 27,7) √1,179

= 10,6 + 6,925 + 7,316- 1,01 (1,085)

= 24,841- 1,095

= 23,746 ⁰C

Indeks Kenyamanan tropis = ( 26 - 23,746) ⁰C

= 2,254

= + 2 (Nyaman) (Tabel 1.)

Jadi, ayam pembibit broiler strain Cobb fase Layer di Farm Super Unggas Jaya, Boyolali pada pagi hari (pukul 08.00) berada

pada kondisi nyaman. Hal ini dapat dilihat dari indeks kenyamanan tropis sebesar 2,254 termasuk kategori +2 yaitu nyaman.

Page 68: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

68

Lanjutan

Perhitungan Indeks Kenyamanan Ayam Pembibit Broiler pada siang hari

Rumus Indeks Kenyamanan Ayam menurut Murtidjo (1987), yaitu=

S = 10,6 + 0,25(ts + tl) + 0,1 (ku) – 0,1 (37,8 – tl) √V

Diketahui=

tl = 28,7 ⁰C

ts = 0 ⁰C

ku = 72,21 %

V = 2,17 m/s

p = 10,6

Maka, S = 10,6 + 0,25(ts + tl) + 0,1 (ku) – 0,1 (37,8 – tl) √V

= 10,6 + 0,25(28,7 + 0 ) + 0,1 (72,21 ) – 0,1 (37,8 – 28,7) √2,17

= 10,6 + 7,175 + 7,221 – 0,91 (1,473)

= 24,996- 1,340

= 23,656 ⁰C

Page 69: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

69

Indeks Kenyamanan tropis = ( 26 - 23,6456) ⁰C

= 2,344

= + 2 (Nyaman) (Tabel 1.)

Jadi, ayam pembibit broiler strain Cobb fase Layer di Farm Super Unggas Jaya, Boyolali pada siang hari (pukul 11.30) berada

pada kondisi nyaman. Hal ini dapat dilihat dari kenyamanan tropis sebesar 2,344 termasuk kategori +2 yaitu nyaman.

Perhitungan Indeks Kenyamanan Ayam Pembibit Broiler pada sore hari

Rumus Indeks Kenyamanan Ayam menurut Murtidjo (1987), yaitu=

S = 10,6 + 0,25(ts + tl) + 0,1 (ku) – 0,1 (37,8 – tl) √V

Diketahui=

tl = 32,23 ⁰C

ts = 0 ⁰C

ku = 72,21 %

V = 66,42 m/s

p = 10,6

Page 70: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

70

Maka, S = 10,6 + 0,25(ts + tl) + 0,1 (ku) – 0,1 (37,8 – tl) √V

= 10,6 + 0,25( 32,23 + 0 ) + 0,1 (66,42 ) – 0,1 (37,8 – 32,23 ) √2,09

= 10,6 + 8,058 + 6,642 – 0,557 (1,445)

= 25,3 – 0,804

= 24,496 ⁰C

Indeks Kenyamanan tropis = ( 26 - 24,496 ) ⁰C

= 1,504

= + 1 (Cukup nyaman) (Tabel 1.)

Jadi, ayam pembibit broiler strain Cobb fase Layer di Farm Super Unggas Jaya, Boyolali berada pada kondisi nyaman. Hal ini

dapat dilihat dari indeks kenyamanan tropis sebesar 1,504 termasuk kategori +1 yaitu cukup nyaman.

Perhitungan Indeks Kenyamanan Tropis Total

S = S1 + S2 + S3

3

= 2,254 + 2,344 + 1,504

3

= 6,102

3

= 2,034

Page 71: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

71

= + 2 (Nyaman) (Tabel 1.)

Jadi, ayam pembibit broiler strain Cobb fase layer di Farm Super Unggas Jaya, Boyolali berada pada kondisi nyaman. Hal ini

bisa dilihat dari perhitungan indeks kenyamanan tropis sebesar 2,034 termasuk kategori + 2 (nyaman). Selain itu, kenyamanan pada

ayam pembibit broiler dapat diketahui dari suhu rektal yaitu 41,2 – 41,9 ⁰C.

Page 72: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

72

Lampiran 10. Data Perhitungan Intensitas Cahaya

Perhitungan Intensitas cahaya Menurut (Nort and Bell, 1990, dalam Sunarti 2004):

C = 𝐸

𝑑²

Dimana

E = kuat penyinaran (feet candle)

C = kuat sumber penyinaran( candle/watt)

d = jarak bidang dengan sumber cahaya

n = jumlah sumber cahaya (lampu Philip warna putih)

Perhitungan intensitas cahaya di pen 1=

Diketahui =

d = 210 cm = 6,9 feet (1 feet = 30,48 cm)

d2 = 47,47 feet

2

C = 23 watt

n = 10

Intensitas Cahaya di pen ke- 1 =

C = 𝐸

𝑑²

C = 𝐸 𝑥 𝑛

𝑑²

C = 23 𝑥 10

47,47

C = 230

47,47

C = 4,845 feet candle (fc) = 52,14 lux

Perhitungan intensitas cahaya di pen 5=

Diketahui =

d = 210 cm = 6,9 feet (1 feet = 30,48 cm)

d2 = 47,47 feet

2

C = 18 watt

n = 11

Keb Cahaya di pen 5 =

C = 𝐸

𝑑²

C = 𝐸 𝑥 𝑛

𝑑²

C = 18 𝑥 11

47,47

C = 198

47,47

C = 4,17 feet candle (fc) = 44,9 lux

Page 73: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

73

Perhitungan Intensitas Cahaya di pen 2-4 =

Diketahui =

d = 210 cm = 6,9 feet (1 feet = 30,48 cm)

d2 = 47,47 feet

2

C = 18 watt

n = 12

Intensitas cahaya di pen 2-4=

C = 𝐸

𝑑²

C = 𝐸 𝑥 𝑛

𝑑²

C = 18 𝑥 12

47,47

C = 216

47,47

C = 4,55 feet candle (fc) = 48,96 lux

Perhitungan intensitas cahaya di pen 6-10=

Diketahui =

d = 210 cm = 6,9 feet (1 feet = 30,48 cm)

d2 = 47,47 feet

2

C = 18 watt

n = 12

Intensitas Cahaya di pen ke- 6-10 =

C = 𝐸

𝑑²

C = 𝐸 𝑥 𝑛

𝑑²

C = 18 𝑥 12

47,47

C = 216

47,47

C = 4,55 feet candle (fc) = 48,96 lux

Page 74: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

74

Lampiran 11. Peralatan Praktik Kerja Lapangan

Thermometer, hygrometer sekaligus

anemometer untuk mengukur suhu udara,

kelembaban dan kecepatan angin.

Timbangan untuk mengetahui bobot badan

ayam pembibit

Thermometer tubuh untuk mengukur suhu

tubuh ayam pembibit

Timbangan telur untung mengukur berat telur

Page 75: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

75

Lampiran 12. Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Sumber: Data Sekunder Praktik Kerja Lapangan, 2015.

Page 76: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

76

Page 77: MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI FARM PT. SUPER UNGGAS JAYA, BOYOLALI, JAWA TENGAH

i