11
E tika, dimana-mana itu penting. Begitu juga dalam dunia pertele- visian. apapun yang kita lakukan haruslah mengikuti etika, baik eti- ka yang sudah diatur dalam peraturan ter- tentu, atau tidak. Baru-baru ini ada 2 skandal yang terja- di dalam pertelevisian Indonesia. Yang pertama soal (dugaan) kecurangan ha- sil ajang penghargaan, dan yang kedua soal anak yang ditilang polisi, muncul di reality show kepolisian salah satu stasi- un TV, kemudian dibully habis-habisan di dunia maya, tanpa sensor sama sekali. Kebanyakan pihak mulai lupa kalau ada etika, karena ambisi-ambisi tertentu, salah satunya bisnis. Semoga kita pun ti- dak ikut-ikutan tidak beretika karenan- ya. Salah satunya dengan memilih pro- gram yang beretika untuk seluruh keluarga. Selamat membaca! Jakarta, Juni 2015 Rinaldo Aldo Etika dan Rating Untuk kritik, saran, pertanyaan dan pemasangan iklan : Silahkan e-mail saya di rinaldoaldo92@ gmail.com, dengan subjek : Kritik/Saran/ Pertanyaan/Pemasangan Iklan (spasi) mak- sud. Untuk submit artikel : Saya membuka kesempatan bagi para pembaca untuk mensubmit artikel opininya dalam newsletter ini, dalam 2 bagian, “Opin- inya Mana?” dan “Sentilan Fualing Greget”, namun harus berhubungan dengan televisi. Silahkan submit dengan 2 cara berikut : 1. Kunjungi blog saya disini. Temukan menu “Submit Artikel dan Opini”, klik dan isi form yang tersedia sesuai petunjuk yang ada. 2. Atau, silahkan kirim lewat e-mail di inikri- [email protected], baik lewat tulisan (for- mat word, .doc atau .docx, jika ada gam- bar, lampirkan dalam dokumen tersebut) maupun lewat gambar atau meme (format png, khusus “Sentilan Fualing Greget”). Semua artikel yang dibuat akan diedit tan- pa mengubah substansial isi. Ingat! : tidak berbau SARA, bullying (utamanya anak dibawah umur) memfitnah atau menying- gung orang lain. Jangan lupa juga, untuk berikan sa- ran atas tampilan newsletter ini di s.id/newsletter . Persona Te levisi Ju li 2015 1 Edisi 3, Tahun 1 Juli 2015 Persona Televisi rinaldo92aldo.wordpress.com s.id/inikritikgue personatelevisi.id rinaldo.92.aldo.169405 [email protected] @rinaldoaldo92 #JanganNontonTipiTanpaLogika

Persona Televisi Juli 2015

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Persona Televisi Juli 2015

Etika, dimana-mana itu penting. Begitu juga dalam dunia pertele-visian. apapun yang kita lakukan haruslah mengikuti etika, baik eti-

ka yang sudah diatur dalam peraturan ter-tentu, atau tidak.

Baru-baru ini ada 2 skandal yang terja-di dalam pertelevisian Indonesia. Yang pertama soal (dugaan) kecurangan ha-sil ajang penghargaan, dan yang kedua soal anak yang ditilang polisi, muncul di reality show kepolisian salah satu stasi-un TV, kemudian dibully habis-habisan di dunia maya, tanpa sensor sama sekali.

Kebanyakan pihak mulai lupa kalau ada etika, karena ambisi-ambisi tertentu, salah satunya bisnis. Semoga kita pun ti-dak ikut-ikutan tidak beretika karenan-ya. Salah satunya dengan memilih pro-gram yang beretika untuk seluruh keluarga.

Selamat membaca!Jakarta, Juni 2015

Rinaldo Aldo

Etika dan Rating Untuk kritik, saran, pertanyaan dan pemasangan iklan :Silahkan e-mail saya di [email protected], dengan subjek : Kritik/Saran/Pertanyaan/Pemasangan Iklan (spasi) mak-sud.

Untuk submit artikel :Saya membuka kesempatan bagi para pembaca untuk mensubmit artikel opininya dalam newsletter ini, dalam 2 bagian, “Opin-inya Mana?” dan “Sentilan Fualing Greget”, namun harus berhubungan dengan televisi. Silahkan submit dengan 2 cara berikut :1. Kunjungi blog saya disini. Temukan menu “Submit Artikel dan Opini”, klik dan isi form yang tersedia sesuai petunjuk yang ada.2. Atau, silahkan kirim lewat e-mail di [email protected], baik lewat tulisan (for-mat word, .doc atau .docx, jika ada gam-bar, lampirkan dalam dokumen tersebut) maupun lewat gambar atau meme (format png, khusus “Sentilan Fualing Greget”).

Semua artikel yang dibuat akan diedit tan-pa mengubah substansial isi. Ingat! : tidak berbau SARA, bullying (utamanya anak dibawah umur) memfitnah atau menying-gung orang lain.

Jangan lupa juga, untuk berikan sa-ran atas tampilan newsletter ini di s.id/newsletter.

Persona Televisi Juli 20151

Edisi 3, Tahun 1Juli 2015

PersonaTelevisi

rinaldo92aldo.wordpress.coms.id/inikritikgue

personatelevisi.idrinaldo.92.aldo.169405

[email protected]

@rinaldoaldo92#JanganNontonTipiTanpaLogika

Page 2: Persona Televisi Juli 2015

"Tidak lagi penting seelegan apapun stasiun TV, yang pent-ing mereka kreatif dan tetap beretika.."

"Etika itu no 1, tak ada toler-ansi, bahkan oleh fans stasiun TV yang terus menerus membe-la.."

Sambutan Etika dan Rating 1 Redaksi 1 Daftar Isi 2 Secuplik, Jon 2 Ulasan Utama Teknologi Yang Dicurangi (oleh Televisi?) 3 Hot Topic 5 Tahu Televisi Hak Anak dalam Televisi 7 Sentilan Fualing Greget Warisan dan FTV 8 Opininya Mana? Badminton VS Sinetron “Karnivora” 9 Bonus 11

Persona Televisi Juli 2015 2

Secuplik, Jon

Quote by @rinaldoaldo92 Daftar Isi

Sekolah?Ide yang bagus sih, memang. Tapi, karena namanya “sekolah”, rata-rata pasti membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan. Selain itu, ide ini sebetulnya kaku, dan tidak terlalu penting, karena hanya akan menjelaskan peraturan dengan cara KPI. Apalagi jika pesertanya masyarakat. Seharusnya KPI lebih menyosialisasikan cara jadi pemirsa yang cerdas, yang mampu menye-leksi program TV yang baik atau bu-ruk. (Newsletter KPI Maret-April 2015).

Page 3: Persona Televisi Juli 2015

Persona Televisi Juli 20153

Ulasan Utama

Biasanya, kita melihat berita hacker (pembobol, pembuka akses se-cara ilegal) yang membobol web-site atau akun sosmed seseorang,

dan diisi dengan konten-konten yang tidak diketahui pemiliknya. Namun, bagaimana jika sang “hacker” tersebut adalah stasiun TV? Akan lain ceritanya.

Sebuah “skandal” baru terungkap di dunia maya, dimana RCTI diduga melakukan kecuran-gan dalam ajang penghargaan Panasonic Go-bel Awards (PGA) 2015, demi memenangkan sinetron unggulan mereka, 7 Manusia Harimau.

Jalan ceritanya dimulai dari ajang pencarian bakat (talent search) Rising Star Indonesia. Ajang pencarian bakat ini menggunakan aplikasi pada gawai (gadget) yang bisa diinstal, yang berguna untuk menyeleksi peserta dalam ajang tersebut. Jika sudah mencapai angka dukungan sekian persen, maka layar didepan peserta akan terang-kat. Opsi yang ditawarkan kepada pengguna aplikasi ini adalah login (masuk) lewat sosial me-dia, seperti Facebook, Twitter dan Google Plus. Nah, (diduga) RCTI menggunakan jalur Twitter.

Akun Twitter pengguna yang login di aplikasi tersebut (diduga) disalahgunakan untuk me-naikkan perolehan suara yang akhirnya me-menangkan sinetron 7 Manusia Harimau. Tiba-tiba, muncul sintaks perintah untuk men-dukung sinetron tersebut, padahal tidak ada yang menulis sintaks (perintah) tersebut. Keb-etulan pula, PGA tahun ini mendukung vote lewat Twitter. Akhirnya ada yang membuat bahasan di forum Kaskus, dan jadi headline.

Kok bisa ya? Seperti yang pernah saya bil-ang, kredibilitas ajang penghargaan ha-ruslah dijunjung tinggi. Ketika sudah be-gini, siapa yang mau percaya lagi?

Ada yang mungkin menyalahkan pengguna Twit-ter yang login dengan aplikasi tersebut, dan tidak memutuskan hubungan (revoke access) dengan aplikasi itu. Mungkin ada benarnya, apalagi kalau seandainya sebelum mereka mengizinkan akses tersebut, mereka membaca tulisan diatasnya.

Sebetulnya, setiap aplikasi yang dibuat pihak ketiga dan berhubungan dengan sosial media, pastinya akan ada perizinan tertentu yang ap-likasi itu minta, semisal data pribadi, izin untuk tweet di akun tersebut dan lain sebagainya.

Teknologi yang Dicu-rangi (oleh Televisi)?

Page 4: Persona Televisi Juli 2015

Sayangnya, memang sebagian besar pengguna sosial media jarang membaca hal terse-but. Maka, hal begini bisa terjadi sewaktu-waktu.

Sekarang, memang sosial media bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. Bah-kan vote pun juga bisa dilakukan di sosial media. Namun, bagaimanapun juga se-canggih-canggihnya teknologi, adakalanya ada pihak-pihak jahat yang meman-faatkan hal tersebut untuk kepentingan pribadi, mungkin termasuk dengan hal ini.

Maka, jangan latah menggunakan sosial media. Penyelenggara ajang penghargaan harus menyiapkan sistem yang baik untuk mencegah kasus-kasus semacam ini, semisal dengan memperketat vote untuk 1 nominasi/orang, sementara pengguna sosial media haruslah tetap waspada dan hati-hati ketika mengizinkan suatu aplikasi terkoneksi dengan sosial media.

NB : Pasti ada yang menuduh saya sebagai pendukung nominator lain yang kalah. Yang jelas, po-sisi saya disini independen. Saya tidak mendukung nominator manapun dalam ajang penghargaan manapun, karena ini merupakan komitmen pribadi saya. Maka, bacalah lebih teliti dan jangan asal bunyi. Sumber Gambar : Kaskus/IndXtreme

Persona Televisi Juli 2015 4

Page 5: Persona Televisi Juli 2015

Surat Pembaca atau Promosi?Surat pembaca Kompas Sabtu (6/6), ti-ba-tiba diramaikan oleh surat, yang menurut saya cenderung mirip promosi. Coba per-hatikan paragraf kedua dari surat itu. Promo kan? Meskipun saya tahu, kalau memang jadwal acara di Kompas memang belum ada NET.

Mudah-mudahan NET. tidak kehabisan akal untuk mempromosikan dirinya. Termasuk dengan masuk ke koran. Kalau tidak, bakal begini jadinya.

Persona Televisi Juli 20155

Baru Nyadar Seka-rang?Dalam salah satu rilis pers yang dikeluar-kan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada websitenya, menuliskan bahwa kualitas program TV kita rendah. Nilainya 3,25/4, dan menurut KPI itu rendah.

Sebentar, ini kenapa lembaga pemerintah kita baru menyadarinya sekarang? Percu-ma saja kita selama ini mengkritisi kualitas program TV kita jika pemerintah sendiri sep-erti ini. Tak usah pakai survei segala.

Page 6: Persona Televisi Juli 2015

Pencuri Tertangkap Kamera

Ceritanya terjadi saat liputan langsung per-ayaan Waisak pada awal Juni di salah satu Vihara di Jakarta. Seperti dalam gambar, ada seseorang yang mencuri tas tersebut.

Tas ini rupanya dimiliki oleh kameraman sta-siun TV bersangkutan, yang isinya adalah peralatan untuk liputan langsung, alias in-ventaris stasiun TV itu.

Persona Televisi Juli 2015 6

Persaingan Rating atau MEA?Entah kenapa, presiden kita, pak Jokowi ti-ba-tiba berbicara seperti itu. Persoalannya, apa dia tahu tontonan para ibu-ibu rumah tangga? Anak-anak biasanya mengikuti ibunya. Maka, jangan heran kalau sinetron jadi program kesukaan kebanyakan mas-yarakat.

Tak hanya imbauan saja sih pak, tapi aksi nyata. Mana aksinya?

Number is a Number. .Informasi ini jujur membuat saya sendi-ri kaget. Selama ini, rating menjadi objek yang disalahkan karena membuat kualitas program TV kita rendah, dan sulit bersaing dengan program TV di luar negeri.

Perubahan ini membuat stasiun TV den-gan segmentasi menengah keatas memiliki “kekuatan” dalam performance rating, kare-na perhitungannya yang mendekati kualitas.

Page 7: Persona Televisi Juli 2015

Persona Televisi Juli 20157

Dalam Standar Program Siaran (SPS) yang dikelu-arkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada 2012 lalu, ada pasal yang sebetulnya sudah menjelaskan betul bahwa ada hak anak dalam televisi, seperti salah satunya yang ditunjukkan pada gambar dia-tas.

Kebetulan, dalam beberapa waktu terakhir, ada “skandal” yang melibatkan salah satu stasiun TV swasta. “Skandal” ini melibatkan program reality show kepolisian yang pernah menampilkan anak yang ditangkap polisi karena ... Anehnya, program reality show kepolisian ini tidak menerapkan pasal tersebut, terutama ayat ketiga, dimana wajah sang anak tidak diblur/disamarkan. Akibatnya, sang anak jadi bahan bully di dunia maya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian, utamanya untuk stasiun TV terse-but, mengingat mereka (seakan-akan) tidak mema-hami dampak yang nantinya dialami sang anak.

Kalau boleh mengakui, program televisi yang ramah anak masih minim ada dalam televisi kita. Memang ada, tapi itupun masih banyak didominasi acara kar-tun, yang terlanjur dicitrakan sebagai program anak,

padahal kontennya sendiri memang terkadang be-lum cocok dilihat anak-anak. Maka, program anak-anak memang masih dibutuhkan masyarakat. Na-mun, isinya bukan hanya kartun, tapi isinya harus mengajak anak-anak mencintai sesama makhluk hidup dan menjaga rasa nasionalisme tertanam da-lam hati mereka.

Televisi seharusnya menjunjung tinggi hak anak un-tuk mendapatkan program televisi yang layak dan sesuai kebutuhan mereka. Tidak ada toleransi untuk hal ini, mengingat jika program TV aman untuk anak, maka akan aman juga untuk sekeluarga.

Download Pedoman Perilaku Penyiaran dan Stan-dar Program Siaran (P3SPS) KPI di www.kpi.go.id

TAHU TELEVISI

Bagian ini berisi pengetahuan umum seputar pertelevisian Indonesia, baik teknis atau non teknis.

Yang punya ide, pertanyaan dan sumbang informasi apapun seputar pertelevisian, silah-kan kirim e-mail ke [email protected].

#JanganNontonTipiTanpaLogika

Page 8: Persona Televisi Juli 2015

Warisan

dan

ftv

Sejak kehadiran FTV Rahasia Ilahi di TPI (dilayar tulis-annya MNCTV), sejak itulah sinetron dan FTV kita melirik cerita religi yang menjual kisah-kisah perseter-uan dalam rumah tangga, yang berujung kepada azab yang ditimpakan. Azab ini biasanya bisa menyelamat-kan atau malah membuat tokoh utamanya harus meninggal tanpa mendapat kesempatan untuk bertaubat.

Pola ini terus berulang sampai saat ini. Hanya ada modifikasi sedikit.

Bisa miskin, bisa kaya

Jika miskin, biasanya dimunculkan keinginan untuk jadi kaya. Ada ambisi, sampai lupa akal. Ia berusaha untuk menjalankan apapun, yang penting kaya. Bahkan ia bisa durhaka dengan orang tuanya.

Jika kaya, karena ia merasa dapat segalanya, ia berusaha menjalankan ambisi, bahkan sampai merugikan orang lain.

Perlahan-lahan, keresahan itu tak terbantahkan lagi. Semua daya upaya untuk menyadarkan tokoh utama sudah dilakukan, namun tokoh utama itu sudah terlalu tersesat dalam dosa yang nyata.

Mulai Muncul KejatuhanTak ada yang abadi..

Keluarga

Jika sampai akhir cerita, si tokoh utama tidak sadar-sadar juga, biasanya akan ditimpakan “azab” yang mengagetkan, semisal ada gempa besar yang menghancurkan tokoh utama., atau tokoh utama mengalami kecelakaan, dan disaat-saat terakhir ia meminta maaf, kemudi-an akhirnya ia meninggal. Ia tak sempat bertau-bat.

Tokoh utama biasanya akan bersenang-sen-ang, melakukan maksiat, dan malah lebih berambisi lagi.

Tokoh disekitarnya sudah resah dengan kelakuan tokoh utama. Muncul figur-figur tertentu yang mencoba mengingatkan, namun tokoh utama biasanya melawan. Sementara istri/suami atau orang tuanya yang protagonis biasanya terus berdoa kepada Tuhan agar tokoh utama segera sadar.

Setelah Ambisi TerwujudNamanya juga manusia, terkadang ada alpa..

Azab atau KesadaranUjungnya, tiba-tiba tokoh utama sadar, karena sebuah peristiwa mengagetkan, semisal orangtua tokoh utama meninggal karena kesalahan tokoh utama.

Itu baru 1. Masih banyak kisah-kisah FTV yang ngakunya religi, namun isinya jauh dari menarik sebuah hikmah tanpa menakut-nakuti, dan tidak ada sisi menariknya sama sekali, kecuali backsound yang tegang. :D

Oh ya, bacanya dari kotak kiri ke kanan.

@rinaldoaldo92

personatelevisi.idrinaldo.92.aldo.169405

rinaldo92aldo.wordpress.com

#JanganNontonTipiTanpaLogika#IniKritikGueAwards

Sentilan Fualing Greget

Punya sentilan yang lebih greget?

Kirimkan dalam 2 versi :

1. Word (.doc atau .docx, jika ada gambar lampirkan

dalam dokumen tersebut), atau

2. Meme atau komik (.jpg atau .png)

kirimkan ke [email protected] atau lewat menu

“Submit Artikel dan blog” di blog saya.

Persona Televisi Juli 2015 8

Page 9: Persona Televisi Juli 2015

Persona Televisi Juli 20159

OpininyaMana?

Rating program pertandingan langsung badminton (bulu tangkis) rupanya ma-sih bisa dikalahkan oleh talent search dangdut, atau sinetron “karnivora”

(istilah untuk sinetron yang berisi hewan-he-wan, biasanya siluman hewan yang wujudn-ya manusia, dan hewan tersebut biasanya memakan daging (karnivora), semacam ser-igala, harimau, hingga kucing). Bahkan, ka-lau dihead to headkan, ratingnya masih kalah dibandingkan pertandingan sepakbola, baik dari Indonesia ataupun luar negeri, semacam BPL atau Piala Dunia. Kenapa hal ini terjadi?

Dalam suatu kesempatan, salah satu legen-da badminton Indonesia, Susi Susanti pernah berbicara kalau perkembangan badminton In-donesia sekarang ini tidak seperti dulu. Per-saingan pemain badminton asal Indonesia kini hanya bisa mengandalkan nama-nama yang sudah terkenal, dan jumlah nomor (ganda pu-tra, ganda putri, ganda campuran, dsb) yang kita menangkan pun menurun, “Jika dulu bisa menang 4, kini hanya menang 2.” Mungkin karena itulah media massa, termasuk tele-visi sudah terlalu malas memberitakannya.

Maka, jumlah pertandingan badminton yang tayang di TV pun tinggal sedikit. Kini hanya sedikit stasiun TV yang mau menayangkan pertandingan badminton. Itupun hasilnya tak terlalu baik. Sisanya, semua memperebutkan hak siar pertandingan sepakbola yang nilain-ya bisa mencapai milyaran rupiah. Akhirnya, muncul stigma kalau sepakbola bisa meng-hasilkan rating, karena banyak pemirsa yang menonton (bukan menyukai) pertandingan tersebut, yang ujung-ujungnya bisa mencapai target sales yang ditetapkan. Rasanya bang-ga kalau dapat bonus, karena rating naik.

Tapi, kebanggaan itu bertolakbelakang den-gan kemarahan beberapa pihak di dunia maya yang tidak bisa menyaksikan kemenan-gan para pebulutangkis Indonesia dalam be-berapa kompetisi internasional, karena ti-dak ada stasiun TV Indonesia (FTA - free to air, siaran ditangkap dengan antena) yang menayangkannya. Mau tak mau mereka ha-rus melihat lewat streaming, atau memakai layanan pay TV (TV berlangganan, sema-cam Indovision, Big TV, Transvision, dsb).

Adakalanya, nasionalisme sedikit tersingkir-kan dari adu rating semacam ini. Namun, apakah tidak ada kepedulian orang penting stasiun TV (direksi, programming, dsb) untuk mengangkat sedikit rasa nasionalismenya?

Pertanyaannya, apakah bangsa kita hanya akan jadi bangsa pengonsumsi sepakbola, tanpa menghasilkan karya apapun untuk memper-baikinya? Fansnya sih boleh banyak, tapi ke-banyakan mereka hanya bisa berdebat kusir, tanpa ujung yang menyelesaikan. Bahkan, ujun-gnya malah membuat keributan. Makin rusuh.

Sepakbola memang menjadi sesuatu yang “seksi”. Buat mafia sepakbola, buat pemerintah, buat fans, buat para pemain dan keluarganya, dan buat programming stasiun TV. Saking “sek-sinya”, setiap hari stasiun TV membahas ten-tang kisruh Kemenpora VS PSSI. Banyak juga pembahasan seputar kisruh tersebut, namun selamanya akan terus buntu. Hanya bisa berte-ori-teori, tapi tak bisa menyelesaikan masalah.

badminton VS sinetron “karnivora”Editorial by : Rinaldo Aldo | @rinaldoaldo92 | rinaldo.92.aldo.169405

Note : Saya sebetulnya pernah bahas ini di akun Facebook saya. Namun saya akan coba kupas lebih dalam. Alamat akun Facebook saya ada di tulisan “Editorial by”, paling kanan. Silahkan dibuka sendiri.

Page 10: Persona Televisi Juli 2015

Sementara itu, disisi lain, program TV sekarang pun isinya jauh dari rasa nasionalisme. Ketika infotemen (infotainment) hanya bisa mengung-kap kekayaan para selebritis (hedon, “memu-ja-muja” kekayaan) yang menurut beberapa pihak “karbitan” itu, sementara disisi lain sine-tron kita hanya menjual mimpi-mimpi dan jalan cerita yang tidak realistis, bahkan cenderung diluar logika, serta program berita yang se-makin kesini semakin “menyeramkan”, leb-ih menyeramkan dari uji nyali sekalipun, maka sulit rasanya untuk melihat anak-anak bangsa kita bangga dengan bangsanya sendiri. Mereka mungkin hanya bangga dengan pemain sine-tron yang mereka sukai dan puja-puja (ngakak).

Maka, cara untuk meningkatkan rasa nasi-onalisme kita adalah dengan menayangkan pertandingan olahraga, selain sepakbola, ten-tu. Banyak cabang olahraga lainnya yang mungkin tak banyak diketahui orang, semis-al sepak takraw atau senam ketangkasan (bukan senam semacam SKJ - ngakak).

Mudah-mudahan, kedepannya orang penting stasiun TV bisa memikirkan soal hal ini. Tapi ingat, beli hak siar pertandingan olahraganya bukan hanya dalam 1 package pertandingan semacam SEA Games. Ini sama (atau bah-kan) lebih penting daripada angka-angka rating.

Persona Televisi Juli 2015 10

Mau seperti dia?

Caranya mudah.Cukup tulis opini anda, dalam format word (.docx atau .doc), lalu kirimkan ke [email protected], atau klik “Submit Artikel dan Opini” di menu navigasi blog saya. Isi form yang tersedia.

Semua artikel yang anda masukkan akan dimoderasi dan akan diedit, tanpa men-

gubah substansial isinya. Harus ter-kait penyiaran!

MAU BERIKLAN DISINI?HUBUNGI SAYA DI [email protected]

Page 11: Persona Televisi Juli 2015

Lain-Lain

Pemerintah

Stasiun TV

Publik

Infografis Survei Jadi Pemirsa Cerdas

By : Rinaldo Aldo@rinaldoaldo92

s.id/inikritikgue

Survei ini diadakan mulai tanggal 29 April 2015 sampai tanggal 1 Juni 2015, dengan suara 65 responden, yang saya minta untuk mengerjakan survei online di SurveyMonkey.com, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 (enam) buah. Semoga hasil ini bermanfaat buat pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Menghadirkan hasil survei “Jadi Pemirsa Cerdas”..

CATATAN : Survei ini tidak dibuat untuk mewakili pendapat keseluruhan masyarakat Indonesia. Hasil ini hanyalah sebagai bahan evaluasi untuk semua pihak, dan dapat disebarluaskan dimana saja, asalkan tetap menyertakan sumbernya. Terima kasih.

1. Setujukah anda jika para pengkritik program TV dikatakan sebagai haters?

Bingung/Tidak Tahu

Tidak Setuju

Setuju

2. Menurut anda, apa itu pemirsa cerdas?

0

5

10

15

20

25

30Lain-Lain

Masa Bodoh

Selalu Kritis

Paham

3. Menurut anda, siapakah pemilik frekuensi yang ditumpangi stasiun TV?

0 5 10 15 20 25 30 35

Masa Bodoh

Lapor KPI

Artikel Blog/Sosmed

4. Jika menemukan kejanggalan pada program TV, apa yang akan anda lakukan?

5. Apakah anda yakin, bahwa yang disajikan televisi itu 100% real, bukan rekayasa atau gimmick?

6. Manakah diantara pilihan berikut yang terbaik?

0

10

20

30

40

50Bingung/Tidak Tahu

Tidak Yakin

Yakin

Musik : Musisi Idola tapi kebanyakan gimmick

Berita aktual : pencitraan pemilik dan propaganda sesat

Pencarian Bakat Konsep Bagus : Jualan Drama sisi pribadi peserta

Komedi Menghibur : Gimmick + Goyangan

Talkshow Inspiratif : hanya orang tak mampu + tangisan

BONUS : INFOGRAFIS SURVEI “JADI PEMIRSA CERDAS”DOWNLOAD 4-IN-1 PACK HASIL FINALNYA DISINI.