37
ANALISIS FAUNA TANAH DENGAN METODE DEKANTASI KERING DAN DEKANTASI BASAH DI HUTAN PANTAI TRIANGGULASI KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI LAPORAN KKL Untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si. Oleh: Kelompok 14/ Offering A Charinda Bella Ramadhiana (130341603396) Lilik Anggraini (130341603396) Muasshomah Wardatun Ni’am (130341603372) Nabilla Gezy Amaringga (130341604792) Ricky Angga Pratama (130341603384) Rosita Ariyanti (130341603364) Santy Faiqotul Himmah (1303416033 ) Shafura Nida Ul Jannah (130341614821)

1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

ANALISIS FAUNA TANAH DENGAN METODE DEKANTASI KERING

DAN DEKANTASI BASAH DI HUTAN PANTAI TRIANGGULASI

KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI

LAPORAN KKL

Untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi

yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si.

Oleh:

Kelompok 14/ Offering A

Charinda Bella Ramadhiana (130341603396)

Lilik Anggraini (130341603396)

Muasshomah Wardatun Ni’am (130341603372)

Nabilla Gezy Amaringga (130341604792)

Ricky Angga Pratama (130341603384)

Rosita Ariyanti (130341603364)

Santy Faiqotul Himmah (1303416033 )

Shafura Nida Ul Jannah (130341614821)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

April 2015

Page 2: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL

analisis fauna tanah dengan metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan

pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Tujuan

dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi.

Penyelesaian Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode dekantasi

kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional

Alas Purwo Banyuwangi ini tentunya tidak lepas dari peran pihak-pihak yang

telah memberikan saran, petunjuk dan bimbingan. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si selaku dosen

pengampu Matakuliah Ekologi;

2. kakak-kakak Asisten Dosen Matakuliah Ekologi;

3. pihak Departeman Kehutanan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi;

4. teman-teman Jurusan Biologi 2013 dan semua yang telah membantu

sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa Laporan KKL analisis fauna tanah dengan

metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan

Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi ini masih sangat jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua

pihak.

Malang, 12 April 2015

Penulis

Page 3: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

......................................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................

C. Tujuan.............................................................................................

D. Batasan Masalah.............................................................................

E. Batasan Masalah.............................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................

A. Pengertian Fauna Tanah..................................................................

B. Keanekaragaman Fauna Tanah.......................................................

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan dan Distribusi

Fauna Tanah

.........................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................

A. Waktu dan Tempat.........................................................................

B. Populasi dan Sampel......................................................................

C. Alat dan Bahan...............................................................................

D. Prosedur Kerja................................................................................

E. Teknik tabulasi data.......................................................................

F. Teknik analisis data........................................................................

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA...................................................

A. Data.................................................................................................

B. Analisis Data...................................................................................

BAB V PEMBAHASAN.............................................................................

BAB VI PENUTUP.....................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................

B. Saran...............................................................................................

Page 4: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................

LAMPIRAN................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya

di kecamatan Tegal delimo Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi. Alas

Purwo merupakan suaka marga satwa sekaligus Taman Nasional dengan luas

430.420 Ha.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis

dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, hutan mangrove,

hutan tropis dataran rendah (hutan heterogen), dan sebagian hutan tanaman,

padang rumput, dan hutan bambu. Adapun cuplikan yang akan diambil untuk

penelitian berada pada area hutan heterogen Alas Purwo yang kmungkinan di

dalam tanahnya didiami oleh berbagai fauna tanah. Kawasan Taman Nasional

Alas Purwo didominasi oleh hutan tropik dataran rendah.

Pada ekosistem daratan, organisme tanah merupakan pengurai yang

berfungsi untuk mengubah bahan organik menjadi senyawa lain yang bermanfaat

bagi kesuburan tanah. Hewan tanah biasa ditemukan di tempat teduh, tanah yang

lembab, sampah padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat lembab yang

lainnya.

Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena

keberadaan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan

keadaan daerah itu yang melipui lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Faktor

lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor

kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah.

Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-

unsur mineral tanah.

Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan–

hewan yang terdapat pada suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan

tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora,

tumbuh – tumbuhan, dan golongan hewan lainnya.

Page 5: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Berdasarkan uraian diatas, yaitu kondisi lingkungan dan tanah yang bermacam-

macam di daerah Taman Nasional Alas Purwo, dimungkinkan mempunyai

keanakaragaman jenis fauna tanah yang berbeda mulai dari tanah dekat pantai

hingga yang terjauh dengan pantai. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan

observasi hewan infauna tanah dengan judul “Analisis Fauna Tanah dengan

Metode Dekantasi Kering Dan Dekantasi Basah Di Hutan Pantai Trianggulasi

Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di

Taman Nasional Alas Purwo?

2. Bagaimana perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan

infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari

pantai di Taman Nasional Alas Purwo?

3. Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis

infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada terdapat

beberapa tujuan yang harus dicapai dari penelitian yaitu:

1. Mengetahui kanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di

Taman Nasional Alas Purwo.

2. Mengetahui perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan

infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari

pantai di Taman Nasional Alas Purwo.

3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis

infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo.

D. Batasan Masalah Penelitian

Batasan masalah pada penelitian ini mencakup semua infauna tanah yang

berada pada tanah sampel yang diambil dari hutan pantai Trianggulasi, kawasan

Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.

Page 6: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

E. Definisi Operasional

KKL adalah salah satu kegiatan yang masuk kedalam kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan langsung dilapangan. KKL ini bertujuan untuk

memantapkan ilmu yang didapat pada saat pembelajaran di kelas. Salah satu

kegiatan yang dilakukan saat KKL matakuliah ekologi adalah melekuakn

peneliian tentang infauna tanah. Penelitian infauna tanah ini dilakukan dengan 2

metode yaitu metode dekantasi kering atau disebut juga barless tulgreen dan

dekantasi basah. Metode barles tulgreen dilakukan dengan menggunakan corong

dan kassa kawat sedangkan dekantasi basah dilakukan dengan menggunakan

saringan bertingkat.

Page 7: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan salah satu perwakilan

ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa, secara umum memiliki

kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan

variasi mulai dari dataran pantai sampai dengan ketinggian ± 322 meter di atas

permukaan air laut (Gunung Linggamanis). Sedangkan iklimnya termasuk tipe B

dengan curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun, temperatur udara 22° - 31° C

dan kelembaban udara 40-85%.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Taman Nasional Alas Purwo,Banyuwangi

A. Pengertian Fauna Tanah

Fauna tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.

Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) kehadiran fauna tanah pada

habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap.

Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) fauna tanah secara umum

dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, ketergantungan terhadap air,

kehadirannya di tanah dan menurut tempat hidupnya.

Berdasarkan ukurannya, Van Der Driff (1951) dalam Fatawi (2002)

membagi fauna tanah menjadi empat kategori sebagai berikut:

Mikrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mikron

Mesofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 200 mikron-2 mm

Page 8: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Makrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 2-20 mm

Megafauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mm

Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi menjadi:

Fauna tanah yang temporer, yaitu golongan hewan tanah yang memasuki tanah

dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa,

hewan akan keluar dari tanah.

Misalnya: Diptera.

Fauna tanah yang transien, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya

berlangsung di atas tanah.

Misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae.

Fauna tanah yang periodik, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di

dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk

mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah.

Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.

Fauna tanah yang permanen, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di

dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah.

Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.

Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) berdasarkan sifat

ketergantungan terhadap air, fauna tanah terbagi menjadi:

Hidrobiontes, yaitu fauna tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk

aktifitas hidupnya.

Misalnya: Cilliata dan Flagelata.

Higrofil, yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk

syarat hidup optimalnya.

Misalnya: Collembola.

Xerofil, yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering.

Misalnya: jenis laba-laba.

Pengelompokan fauna tanah menurut tempat hidupnya dalam Ross (1965),

dibagi menjadi:

Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.

Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.

Infauna, yaitu hewan yang hidup di dalam tanah.

Page 9: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Salah satu organisme yang berperan sangat besar dalam perbaikan

kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan

mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna

tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan

organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan merombak

substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam

bentuk kotoran.

Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang

tidak terganggu-seperti padang rumput- karena siklus hara berlangsung secara

kontinyu. (Arief, 2001). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting

dalam perombakan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :

1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah

bagi aktifitas bakteri dan jamur,

2. Melakukan perombakan bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenislignin,

3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,

4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas.

5. Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah:

1. Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi fauna tanah;

2. Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan

dalam daur hidup;

3. Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur;

4. Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.

Menurut Rahmawati (2006) untuk mendapatkan infauna tanah, dapat

digunakan metode barlese tullgren funnel dan dekantasi basah. Cara kerja Barlese

Tullgren Funnel adalah tanah sampel yang diambil ditaruh diatas saringan atau

kasa nyamuk yang telah ada didalam corong. Kemudian set barles berisi tanah

ditempatkan dibawah sinar matahari dimulai saat matahari hampir terbit.

Prinsipnya hewan tanah tersebut akan jatuh kedalam wadah penampung karenan

hewan tersebut bersifat fototaksis negatif. Sedangkan pada dekantasi

menggunakan sarana saringan bertingkat atau saringan pipa yang akhirnya

diharapkan infauna tanah akan mengendap dibagian bawah.

Page 10: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

B. Keanekaragaman Fauna Tanah

Keanekaragam jenis adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara

anggota-anggota suatu kelompok spesies. Suatu komunitas mempunyai

keragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis)

dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika

komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies yang dominan maka

keanekaragaman jenisnya rendah (Soegianto, 1994 dalam Junaidah, 2001).

Ada dua faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman hewan

tanah, yaitu kekayaan jenis (Indeks Richness) dan kemerataan spesies (Indeks

Evennes). Pada komunitas yang stabil Indeks Richness dan Indeks Evennes tinggi.

Sedangkan pada komunitas yang terganggu karena adanya campur tangan

manusia kemungkinan Indeks Richness dan Indeks Evennes randah.

Menurut Junaidah (2001) komponen utama dari keanekaragaman adalah

kesama-rataan atau equitibilitas dalam pembagian individu yang merata di antara

jenis, fungsi Shanon atau indeks H, menggabungkan komponen keanekaragaman

(variety) dan komponen kemerataan (evennes) sebagai indeks keanekaragaman

keseluruhan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenekaragaman dan Distribusi Fauna

Tanah

Faktor lingkungan berperan sangat penting dalam menyusun berbagai

pola penyebaran fauna tanah. Faktor biotik dan abiotik bekerja secara bersama-

sama dalam suatu ekosistem, menentukan kehadiran, kelimpahan, dan penampilan

organisme.

Menurut Andayani (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi

keanekaragaman fauna tanah antara lain:

1. Faktor biotik

a) Pertumbuhan populasi

b) Interaksi antar spesies, berupa:

1. kompetisi

2. predator

Page 11: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

2. Faktor abiotik

a) Kelembaban tanah

b) Suhu tanah

c) pH tanah

Page 12: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Bahan:- Alkohol 70%- Botol plakon- Plastik- Formalin- Kertas label

Alat: - Corong- Kassa kawat- Botol aqua- Alat tulis- Mikroskop - Animal chamber- Lembar data- Pipit tetes- Cetok- Gelas air mineral

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah secara deskiriptif (digunakan

untuk menggambarkan kondisi lingkungan di Taman Nasional Alas Purwo) dan

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19-22 Maret 2015. Pengambilan

sampel tanah untuk metode Barleese Tulgreen dan dekantasi basah dilaksanakan

bersamaan dengan kegiatan praktikum analisis vegetasi pada tanggal 20 Maret

2015 dengan masing-masing 3 ulangan. Pemasangan alat Barleese Tulgreen

dilakukan pagi hari di kawasan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo

tanggal 21 Maret 2015 dan pengambilan hasil Barleese Tulgreen dilaksanakan

pada sore hari. Penelitian dekantasi basah dengan menggunakan seringan

bertingkat dilakukan pada tanggal 24 maret 2015 di gedung Biologi. Identifikasi

hewan yang ditemukan dilakukan selama 4 kali pertemuan di ruang 109 gedung

Biologi.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penilitian ini adalah seluruh infauna tanah di hutan pantai

Trianggulasi, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Sedangkan

sampel dari penelitian ini adalah seluruh hewan tanah yang terdapat di tanah

sampel pada 20 stasiun di hutan pantai Trianggulasi, kawasan Taman Nasional

Alas Purwo, Banyuwangi.

C. Alat dan Bahan

1. Barless tullgreen

Page 13: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Alat: - Saringan bertingkat- Nampan - Kuas- Pipet tetes- Mikroskop- Animal chamber - Alat tulis- Lembar data- Cetok- Gelas air mineral

Bahan:- Air - Botol plakon- Formalin- Kertas label

2. Dekantai basah

D. Prosedur Kerja

1. Barless tullgreen

Menyiapkan set Barleese Tulgreen, siap dengan botol mineral yang telah

berisi alkohol 70%

mengambil 1 gelas air mineral sampel tanah yang telah diambil pada hari

sebelumnya dengan tebal maksimal ± 5 cm sebanyak 3 kali ulangan secara

acak pada satu plot saja untuk masing-masing kelompok.

Memasukkan sampel tanah dalam corong pada set Barleese Tulgreen

menjemur Barleese Tulgreen di tepi pantai selama ±1 hari

Mengambil alkohol berisi hewan tanah untuk kemudian dipindah ke dalam

plakon dan ditetesi formalin sebelum di identifikasi di gedung Biologi.

Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk

kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot.

2. Dekantasi basah

2.a Pengambilan sampel Tanah

Page 14: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Mengambil sampel tanah dari salah satu plot yang digunakan sewaktu

pembuatan pithfall trap. Kelompok kami mengambil sampel tanah di plot ke-9

dengan 3 ulangan.

Sampel tanah dimasukkan ke dalam plastik. Pengambilan tanah menggunakan

cethok dan tidak terlalu mendapat tekanan.

Sampel tanah disimpan dengan membuat bolongan pada plastik. Diusahakan

masih ada Oksigen yang masuk, sehingga dimungkinkan hewan-hewan yang

terdapat di dalam tanah tidak mati.

Sampel tanah dibawa ke gedung Biologi untuk melalui langkah identifikasi

2.b. Dekantasi dan identifikasi epifauna

Sampel tanah yang telah dibawa kemudian dimasukkan ke dalam nampan/bak

plastik dan diberi air.

Kotoran yang terlihat di permukaan air dibuang lalu tanah dan air diaduk

hingga dimungkinkan fauna di dalam tanah terdapat di permukaan air

Air tanah tersebut disaring menggunakan saringan dekantasi dan dimasukkan

ke dalam botol plakon sebagai sampel

Sampel air tanah tersebut diberi formalin 7% supaya hewan yang didapat awet

Identifikasi menggunakan pengamatan di bawah mikroskop cahaya langsung

Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk

kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot.

E. Teknik Tabulasi Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi spesies hewan

tanah yang ditemukan pada setiap plot. Kemudian data yang diperoleh

dikompilasikan dan dimasukkan ke dalam tabel berikut:

Tabel3.1 keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan tanah di hutan

pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

Page 15: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

No taksa Plot

1 2 3 4 .....

.

17 18 19 20

1

2

Jumlah

Rata-rata

H’

E

R

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis indeks keragaman, indeks

kemerataan, dan indeks kekayaan jenis pada masing-masing stasiun.

1) Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener

H’ = - Pi ln Pi

Keterangan: Pi = n/N

H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever

n : Jumlah masing-masing spesies

N : Jumlah total spesies dalam sampel

(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)

2) Setelah memperoleh indeks keanekaragaman Shanon–Wiener, selanjutnya

menghitung nilai indeks kemerataan (Evennes) dengan rumus:

E= H 'ln . S

Keterangan: E : Indeks kemerataan evennes

H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever

S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..)

(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)

3) Selanjutnya dihitung nilai kekayaan dengan menggunakan rumus indeks

Richness:

R= S−1ln .N

∑ ¿ ¿∑ ¿

Page 16: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Keterangan: R : Indeks Richness

S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..)

N : Total individu dalam pengambilan sampel

(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

Page 17: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

A. Data

Tabel 4.1 data pengamatan Barless tulgreen.

Taksaplot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20Componotus caryae 1Onthopagus sp 1Proisotominae 1Isotomiela sp 2Symphypleona sp 1Acarina sp 1Entomobrymorpha 2Sclorophendra opcura 1Phillophaga rugosa 1Pronura sp 1Isotomodes 1Siamanura 1ixodesricinus 5Protophonura absolon 1Thalassaphorura bagnal 3Prabhergiasalmon 5Crytopygus willem 1Onychiusrus gervais 4salina macgilivary 2Eurycotis floridana 1Hemisotoma sp 2Planococcuscitri 2

Tabel 4.2 data pengamatan Dekantasi Basah

Taksa

plot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 18: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

colembola sp 2 1Fibricius (kutu kecil) 1Cacing 1Fibricius (kutu lemu) 1Ponera sp 1Allacma sp 1Folsomia candida 2 1 2 1 1Protophonura absolon 1Paranura akselson 1 1Dicranocetrus sp 1Isotomodes bahiensis 1 1Atrax sp 1kutu kayu gunung 1Acarina sp 1 2Isotomiella sp 1 4Protaphorura 8Hemistoma 5Chypoderu 1Prabhergia 3Cherontiella 2Willenia 1Deuterabella 4Paleonura 1Folsomides parvulus 1Ceratarimeria borner 1

B. Analisis Data

Berdasarkan hasil analisis data dari data yang telah didapatkan, didapatkan

hasil nilai H’, E dan R sebagai berikut:

Tabel 4.3 data indeks H’, E dan R barless tullgreen

Plot ke- H’ E R

1 0 0 0

2 1,05492 0,96023 1,24267

3 0 0 0

Page 19: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

4 1,7911 0,9205 1,97075

5 0 0 0

6 1,08961 1 1,82048

7 1,0397208 0.94539433 1,442695

8 0 0 0

9 0 0 0

10 1,03972077 0.94539433 1,44269504

11 0 0 0

12 0 0 0

13 0 0 0

14 0 0 0

15 0 0 0

16 0 0 0

17 0 0 0

18 0 0 0

19 0 0 0

20 0.69334781 1 1,4426892

Apabila hasil analisis tersebut dinyatakan dalam bentuk rafik, maka akan

didapat grafik sebagai berikut:

Gambar 4.1 grafik nilai H’, E, R

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 200

0.5

1

1.5

2

2.5

0

1.05492

0

1.7911

0

1.089611.0397208

0 0

1.0397208

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0.693347810000001

0

0.96023

0

0.9205

0

1 0.94539433

0 0

0.94539433

0 0 0 0 0 0 0 0 0

1

0

1.24267

0

1.97075

0

1.82048

1.442695

0 0

1.442695

0 0 0 0 0 0 0 0 0

1.4426892

Tabel nilai H', E dan R pada p

H'ER

Page 20: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Berdasarkan hasil analisis data, dari grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat

bahwa keanekaragaman infauna tanah tertinggi berada pada plot 4, sedangkan

indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 6 dan 20 dengan nilai E= 1. Indeks

kekayaan tertinggi berada pada plot 4 dengan nilai R= 1,97075.

Tabel 4.4 hasil analisis H’, E dan R pada Dekantasi basah

Plot ke- H’ E R

1 0 0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

4 O,69315 1 0,69314

5 0 0 0

6 0 0 0

7 0 0 0

8 2,19132 0,88158 37,4132

9 0 0 0

10 0 0 0

11 0,956 0,869 3,892

12 0 0 0

13 1,3322 0,96096 4,8283

14 0 0 0

15 0 0

16 0 0 0

17 1,09861 1 2,7725918 0 0 0

19 1,03972 0,94639 2,77259

201,38629 1

4,15888

Apabila hasil analisis data pada tabel 4.4 dinyatakan dalam grafik maka

akan didapatkan grafik sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik nilai H’, E dan R dekantasi basah

Page 21: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 200

5

10

15

20

25

30

35

40

0 0 0 0 0 0 02.19132

0 0 0.9560 1.33220 0 1.098610 1.039721.386290 0 0 1 0 0 0 0.881580 0 0.8690 0.960960 0 0 1 0 0.9463910 0 0 0.693140 0 0

37.4132

0 0

3.892

0

4.8283

0 0 02.77259

02.772594.15888

Chart Title

H'ER

Berdasarkan grafik pada ambar 4.2, dapat terlihat indekas keanekaragaman

infauna tertinggi berada pada plot 8. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi

berada pada plot 4, 17 dan 20 dengan nilai E adalah 1. Indeks kekayaan tertinggi

berada pada plot 8.

Page 22: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

BAB V

PEMBAHASAN

Di alam akan banyak ditemui hewan dengan bentuk dan ukuran yang beragam.

Hewan tersebut memilki habitat masing-masing dengan kondisi yang berbeda-

beda. Kondisi habitat tempat tumbuh hewan akan mempengaruhi distribusi

populasi hewan di permukaan bumi. Menurut Dharmawan dkk (2005), habitat

adalah lingkungan yang cocock yang ditempati suatu populasi hewan. Tanah yang

ada di permukaan bumi merupakan salah satu hebitat bagi hewan tanah baik

epifauna maupun infauna.

Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat penting bagi

kehidupan organisme terestrial. Menurut Sugiyanto ( 2003), tanah merupakan

suatu bagian dari ekosistem terestrial yang di dalamnya dihuni oleh berbagai jenis

organisme yang disebut biodiversitas tanah yang juga merupakan biodiversitas

alpha yang berperan dalam mempertahankan serta meningkatkan fungsi tanah

untuk emnopang kehidupan di dalam dan diatasnya.

Menurut Suin (1989), perkembangan hewan tanah tidak lepas dari

beberapa faktor biotik maupun abiotik pada habitatanya. Namaun, secara garis

beras faktor abiotiklah yang memilki peran paling signifikan terhadap keberadaan

oranisme. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberadaan infauna tanah

diantaranya pH tanah, kelembapan, pori tanah serta beberapa faktor abiotik lain.

Faktor lingkungan yang aling essensial bagi perkembangan hewan tanah adalah

temperatur, cahaya, kelembaban dan jumlah makanan yang tersedia.

Penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo, pengambilan

sampel infauna tanah dilakukan melalui dua metode yaitu menggunakan dekantasi

basah dan barlese tullgreen. Kedua metode ini digunakan untuk mengetahui

metode pengambilan sampel yang lebih baik dengan melihat benyaknya spesies

hewan tanah yang diperoleh.

Berdasarkan analisis data, indeks keanekaragaman tertinggi dengan

menggunakan metode barles berada pada plot 4 sedangkan apabila menggunakan

Page 23: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

metode dekantasi basah indeks keanekaragaman tertinggi berada pada plot 8.

Indeks kekayaan tertingi pada barless dan dekantasi basah sama dengan indeks

keanekaragaman hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi keanekaragaman

infauna tanah yang ditemukan maka akan semakin tinggi pula kekayaan yang

dimiliki tanah tersebut. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi pada barles berada

pada plot 6 dan 20 dengan nilai kemerataan 1. Pada metode dekantasi basah,

indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 4,17 dan 20 dengan nilai yang sama

yaitu 1.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa didapatkan hasil infauna

tanah yang berbeda pada dua metode tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

perbedaan cara kerja pada kedua metode tersebut. Selain itu terdapat beberapa

kelompok yang tidak mendapatkan infaua tanah sama sekali dari kedua metode

tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena tanah sampel tidak lansung digunakan

namun disimpan terlebih dahulu di dalam plastik yang diberi lubang seadanya

sehingga ada kemungkinan infauna yang berada di dalam tanah mati sehingga saat

menggunakan metode barles hewan tidak akan bergerak menjauhi panas karena

sudah mati. Tidak didapatkannya infauna tanah pada dekantasi basah

dimungkinkan karena infauna tanah terbuang saat melakukan pemisahan antara

sampah dengan air yang diharapkan di dalamnya terdapat infauna tanah.

Berdasarkan analisis data, dapat diketahui pula bahwa baik nilai indeks

keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan yang dimiliki plot yang paling dekat

dengan pantai hingga terjauh dengan pantai tidak signifikan berbeda kecuali pada

plot 8 pada pengamatan dengan metode dekantasi basah. Hal ini terjadi karena

faktor abiotik lingkungan yang ada tidak berbeda jauh dari tempat yang paling

dekat pantai hingga yang paling jauh dari pantai. Contohnya nilai pH tanah yang

rata-rata 7 pada setiap plot dan hanya beberapa plot yang memilki nilai pH tanah

6.

Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat memungkinkan

terjadinya invalid data yang didapat diantaranya adalah data yang didapat

merupakan data hasil kompilasi sehingga tidak semua stasiun melihat langsung

dan mengidentifikasi langsung infana yang didapat. Adanya pihak yang tidak

Page 24: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

bertanggung jawab yang melakukan manipulasi data. Serta adanya beberapa

kelompok yang tidak melakukan kompilasi data sehingga dianggap tidak

menemukan infauna tanah yang akan menyebabkan tidak dapat diketahuinya

perbedaan komposisi serta jumlah infauna tanah yang dekat dengan pantai hingga

terjauh dari pantai.

Page 25: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

- Indeks keanekaragaman tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 4

sedangkan pada metode dekantasi basah pada plot 8. Indeks kemerataan

tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 16 dan 20 sedangkan pada

metode dekantasi basah pada plot 4,17 dan 20. Indeks kekayaan tetinggi

terdapat pada plot yang sama dengan indeks keanekaragaman tertinggi.

- Tidak terdapat perbedaan H’, E dan R yang terlalu signifikan antara plot yang

paling dekat dengan pantai hingga yang terjauh dengan pantai.

- Faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap kondisi serta nilai H’, E dan R.

B. Saran

Berdasarkan hasil praktikum terdapat beberapa saran yang perlu di

sampaikan diantaranya:

- Diberlakuaknnya deadline pengumpulan data setiap kelompok dengan tegas.

- Tanah sampel yang didapatkan langpsung digunakan untuk pengamatan,

kalaupun harus disimpan, disimpan ditepat yang memiliki cukup udara.

- Pemberian sanksi yang tegas untuk kelompok yang melakukan manipulasi

data.

Page 26: 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

DAFTAR RUJUAKAN

Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pascaerupsi Gunung

Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

FMIPA UM

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta:Kanisius.

Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest

Ecology. 4th Edition. New York. John Wiley and Sons Inc.

Darmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: FMIPA UM

Fatawi, Zaim. 2002. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah (Epifauna) pada

Berbagai Ketinggian di Lereng Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi.

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM

Junaidah. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Kelud

Kabupaten Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM

Maulidiyah, Ary. 2003. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah (Infauna) di Puncak

Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

FMIPA UM

Rahmawati. 2006. Study Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan

Wisata Alam Sibolangit. www. Journal Fauna. Com

Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3th Edition. Ney York : John

Wiley & Sons

Sugiyarto. 2003. Konservasi Makrofauna Tanah dalam Sistem Agroforestri,

(Online), (http://pasca.uns.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/sugiyarto-

konservasi-makrofauna-tanah.pdf), diakses 16 April 2014.

Suin, N. N.. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. ITB. Bandung.