Upload
salimah-aj
View
4.455
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
ASKEP KLIEN DENGAN MORBUS HANSEN
PRESENTED BY:
SALIMAH
PENGERTIAN
• Morbus hansen ( Penyakit kusta/ lepra ) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi ( primer ), kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan syaraf pusat.
ANFIS
• Lapisan kulit (dermis, epidermis, sub kutan)
ETIOLOGI
• Micobacterium Leprae atau kuman Hanse• Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk
batang• Hidup dalam sel terutama jaringan yang
bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan.
• Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo
PATOFISIOLOGI• Kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh dapat melalui
beberapa cara, diantaranya melalui kulit yang tidak utuh, saluran nafas, atau saluran pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh, kuman menuju ke tempat predileksinya, yaitu sel schwan pada saraf tepi. Di dalam sel inilah kuman berkembang biak. Sel tersebut pecah dan kemudian menginfeksi sel schwan yang lain atau ke kulit. Perkembangan penyakit kusta ini bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh setelah masa tunas bergantung pada derajat system imunitas seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau system imunitas seluler tinggi, penyakit brkembang kea rah tipe tuberkuloid; dan bila rendah, berkembang ke arah tipe lepramatosa. M.leprae berpredileksi di daerah yang relative lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit
Patofisiologi
KLASIFIKASI • Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta
berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita
a. TT (tuberkuloid) : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satu dengaN yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
• b. BT (borderline tuberkuloid): Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + ). Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.
• Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepperawatan lukain ( - ).
c. BL (borderline lepromatous) : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/(-), BTA (+) banyak, uji Lepperawatan lukain (-).
d. LL (lepromatosa) : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA (+) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepperawatan lukain ( - ).
WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu:
• Pause Basiler (PB) : TT, BT• Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
MANIFESTASI KLINIK
• Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
• Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana• Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis• Lidah : ulkus, nodus• Larings : suara parau• Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi• Kelenjar limfe : limfadenitis• Rambut : alopesia, madarosis• Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal,
pielonefritis, nefritis interstitial.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Inspeksi. Pasien diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah. Semua kelainan kulit diseluruh tubuh diperhatikan. Seperti adanya makula, nodul, jaringan parut kulit yang keriput penebalan kulit dan kehilangan rambut tubuh (alopesia dan madarosis)
• Pemeriksaan Bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu zeihl neelsen atau kinyoun gabett
• Uji kulit dengan jarum, kapas atau air panas dan dingin• Uji keringat ditemukan anhidrosis karena rusaknya
kelenjar keringat. Uji ini dilakukan dengan cara menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari beberapa cm diluar lesi melewati permukaan lesi dan keluar batas lesi. Hasilnya, pada luar goresan pensil akan mengembang berwarna ungu, sedangkan didaerah lesi tidak.
• Uji lepromin
Ini dilakukan untuk menentukan diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta. Tipe I, T, dan BT: uji lepperawatan lukain positif. Tipe BB, BL, LL: uji lepperawatan lukain negative
PENATALAKSANAAN
• Tujuan utama pemberantasan Morbus Hansen adalah menyembuhkan pasien Mobus Hansen dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan
Tipe PB, Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa adalah sebagai berikut :
• Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas
• DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah• Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9
bulan, dan setelah selesai minum tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion Treatment Cure dan Pasien tidak lagi dalam pengawasan.
Tipe MB • Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :• Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas• Klofazimun 300 mg/bulan diminum di depan petugas
dilanjutkan dengan Klofazimun 50 mg/hari diminum di rumah
• Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO (1995) pengobatan MB dberkan untuk dua belas dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT
KOMPLIKASI
• Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Morbus Hansen baik akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi Morbus Hansen.
PROGNOSIS
• Bila seseorang terinfeksi M. Lepra, sebagian besar (95%) akan sembuh sendiri dan 5% akan menjadi indeterminate. Dari 5% indeterminate, 30% bermanifestsi klinis menjadi determinate dan 70% sembuh.
PENCEGAHAN
– Menjaga daya tahan tubuh– Menhindari kontak langsung dengan
penderita kusta– Menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan
EPIDEMIOLOGI• Penyakit ini menyerang semua usia, jenis kelamin
rasio pria:wanita 2.3:1.0. paling sering terjadi pada daerah sosek yang rendah dan insidensinya meningkat pada daerah tropis dan sub tropis.
• tahun 2000 WHO menyatakan 92 negara merupaka negara endemik penyakit kusta, di Indonesia penyakit kusta hampir di seluruh wilayah tetapi penyebarannya tidak merata. Angka kejadian tertinggi di Indonesia bagain timur. 90% penderita tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa saja yang tinggal di rumah sakit kusta, kononi penapungan, atau pertampungan kusta (Depkes, Dit.jen PPM dan PL, 2002).
• ASKEP• ASPEK LEGAL ETIK• SAP