23
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS (PROSES LAKTASI DAN INVOLUSI) Disusun oleh : Nita Rahman 201310104343 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV TAHUN 2014

Satuan acara perkuliahan teori

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Satuan acara perkuliahan teori

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS

(PROSES LAKTASI DAN INVOLUSI)

Disusun oleh :

Nita Rahman

201310104343

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV

TAHUN 2014

Page 2: Satuan acara perkuliahan teori

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

I. IDENTITAS

1. Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Masa Nifas /

2. Program Studi : D III Kebidanan

3. Kode/Bobot SKS :

4. Semester : II ( dua )

5. Elemen Kompetensi : MKB

6. Jenis Kompetensi : Utama

7. Waktu Kuliah : 1 x 50 Menit

8. Pokok Bahasan : Proses Laktasi dan Involusi

II. STANDAR KOMPETENSI

Mahasiswa memiliki wawasan dan pemahaman tentang asuhan kebidanan masa

nifas, sehingga mampu memahami proses laktasi dan ivolusi pada masa nifas

III. KOMPETENSI DASAR

Mahasiswa mampu menjelaskan proses laktasi dan involusi pada masa nifas

IV. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

Mahasiswa dapat :

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi payudara

2. Menjelaskan proses laktogenesis

3. Memahami proses involusio uteri

4. Mengetahui factor – factor yang mempengaruhi involusi uteri

5. Mengidentifikasi pengeluaran lochea

Page 3: Satuan acara perkuliahan teori

V. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti perkuliahan dengan metode interactive lecturing dan

video coment mahasiswa mampu :

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi payudara

2. Menjelaskan proses laktogenesis

3. Menjelaskan proses involusio

4. Mengetahui factor – factor yang mempengaruhi involusi uteri

5. Mengidentifikasi pengeluaran lochea

VI. DESKRIPSI MATERI

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi payudara

2. Menjelaskan proses laktogenesis

3. Menjelaskan proses involusio

4. Mengetahui factor – factor yang mempengaruhi involusi uteri

5. Mengidentifikasi pengeluaran lochea

VII. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN

Interactive Lecturing dan video coment

VIII. MEDIA PEMBELAJARAN

1. LCD

2. Laptop/Power point

3. Vidio

Page 4: Satuan acara perkuliahan teori

IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Komponen

langkah Uraian kegiatan Estimasi Waktu

Pendahuluan

1. Memberikan salam pembuka

2. Memperkenalkan diri

3. Apersepsi dan kontrak waktu

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran

5. Mengaitkan materi dengan Al-Qur’an (QS.Al-

Luqman : 14)

7 menit

Inti

1. Memutarkan video tentang proses laktasi

2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi payudara

3. Menjelaskan proses involusi uteri

4. Menjelaskan factor – factor yang mempengaruhi

involusio

5. Menjelaskan macam – macam lochea

30

Penutup

1. Mengevaluasi hasil pembelajaran

2. Refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dan nilai-

nilai islam

3. Tindak lanjut

4. Menutup dengan doa dan salam

8 menit

X. PENILAIAN

1. Jenis

Pos Test

2. Bentuk

Kuis

3. Instrumen

a. Soal : Terlampir

Page 5: Satuan acara perkuliahan teori

XI. SUMBER BELAJAR

Anggraini, Yetti , 2010, Asuhan kebidanan masa Nifas, Yogyakarta : Pustaka

Rihama

Ambarwati, Eni. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta : Mitra Cendikia

Press

Page 6: Satuan acara perkuliahan teori

Lampiran Materi

Al- Qur’an Surat Al- Luqman Ayat 14

ل ي اورل ل ريصم ر ل ل ر مرع يصي لل يل ني نرع نرهي نىل ل م ل ل ر يى ي اور ري يمرهي ر

Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu“ .

A. Anatomi dan Fisiologi Payudara

1. Anatomi payudara

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara

horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub

kutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis

mayor.

Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil

adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa

laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi

menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan

menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini

terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan

penimbunan jaringan lemak.

Ada 3 bagian utama payudara, Korpus (badan), Areola, Papila atau

puting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting

susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan

penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari

corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila

Page 7: Satuan acara perkuliahan teori

kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian

menetap.

Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung

adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan

bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang

merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang

tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus

akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat

otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.

Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum,

pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk

puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting

adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk

tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak

lentur terutama pada bentuk putting terbenam, sehingga butuh penanganan

khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.

Gambar1. Macam-macam bentuk puting

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni kulit, jaringan

subkutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus

Page 8: Satuan acara perkuliahan teori

mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu

struktur yang terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus

(duktulli), Lobus dan Alveolus.

Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang

menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus

dan masing-masing dihubungakan dengan saluran air susu (sistem

duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut

dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang

disebut duktus laktiferus. Di daerah kalang payudara duktus laktiferus

ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu.

Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus

dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun

pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang

terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium

yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.

Page 9: Satuan acara perkuliahan teori

Gambar 2. Payudara tampak dari samping

Gambar 3. Struktur payudara

2. Fisiologi payudara

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi

ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang

tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan

progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan

pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini

terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga

sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam

proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat

perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

Page 10: Satuan acara perkuliahan teori

a. Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujunga saraf peraba yang terdapat pada

puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent

dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior

untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke dalam darah. Melalui

sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air

susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi

berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan

lamanya bayi menghisap.

b. Refleks Aliran (Let Down Reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga

mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.

Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah mengacu otot-otot

polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkonsetraksi sehingga

memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.

Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau

dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down

adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi.

Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.

Page 11: Satuan acara perkuliahan teori

Gambar 4. Proses Produksi ASI (Refleks Prolaktin)

3. Proses Laktogenesis

a. LaktogenesisTahap I

Ini adalah tahap dimana seorang ibu mulai menghasilkan ASI.

Produksinya dimulai sejak trimester kedua kehamilan, namun secara umum

jumlahnya masih ditekan oleh hormone progesteron. Produksi ASI dalam fase

ini tidak berawal dari prinsip supply dan demand. Selama masa kehamilan dan

di dua hari pertama setelah kelahiran, produksi ASI masih dikontrol oleh

hormon. Saat ibu melahirkan dan plasenta lepas dari rahim, kadar hormone

progesterone menurun dan ini memicu meningkatnya hormone prolaktin yang

bekerja untuk memproduksi ASI. Jadi sebetulnya kolostrum dihasilkan

otomatis oleh tubuhibu, tanpaterpengaruholeh demand/kebutuhan bayi karena

adanya control dari hormone ini. Inilah fase yang disebut sebagai

Laktogenesis Tahap Pertama. Jadi, masih ada yang mengatakan kalau ASI

tidak keluar di hari-hari pertama melahirkan? Itu tidak benar, karena hormone

akan secara otomatis mengatur keluarnya kolostrum yang diperlukan bayi di

hari-hari awal kehidupannya. Jumlah kolostrum memang sedikit, tetapi itulah

jumlah yang diperlukan bayi pada hari-hari awal kehidupannya dan cukup

untuk membuat kenyang perutnya yang hanya sebesar kelereng.

Page 12: Satuan acara perkuliahan teori

b. LaktogenesisTahap II

Setelah jam-jam awalmelahirkan, level hormone progesterone terus

menurun dan hormone prolaktin terus meningkat naik. Kondisi inilah yang

memicu keluarnya ASI lebih banyak. Fase ini disebut Laktogenesis Tahap

Kedua. Laktogenesis tahap kedua mulai terjadi pada 30-40 jam setelah

melahirkan atau umumnya sekitar hari ke-3 dan ke-4 setelah melahirkan. Di

fase ini biasanya ibu mulai panic karena merasa di hari pertama dan kedua

ASI “belum keluar”, tetapi tiba-tiba di hari ke-3 atau ke-4 payudara mulai

membengkak. Fase ini adalah fase kritis dalam produksi ASI. Mengapa? Di

dalam payudara terdapat yang namanya “penerima prolaktin”. Penerima

prolaktin ini yang beredar agar prolaktin dapat memproduksi ASI. Jika ibu

tidak menyusui sesering mungkin, maka penerima prolaktin ini tidak akan

bekerja optimal sehingga hormone prolaktin-nya akan kembali menurun. Jika

hormone prolaktin terus menurun, maka payudara secara perlahan dapat

berhenti menghasilkan ASI matang (ASI yang keluar sesudah kolostrum) Jika

prolaktin tidak bekerja optimal, maka tahap berikutnya akan terhambat. Tahap

kedua ini biasanya terjadi hingga hari ke-8 setelah melahirkan. Tahapan ini

sebetulnya juga masih dikontrol oleh hormon, tetapi jika ibu tidak menyusui

sesering mungkin, kinerja hormone akan terhambat dan akan mengalami

kesulitan ketika memasuki tahap yang berikutnya.

c. LaktogenesisTahap III

Tahap ini biasanya dimulai di hari ke-9 setelah melahirkan hingga bayi

disapih. Produksi ASI mulai sepenuhnya mengandalkan skema supply dan

demand seperti yang telah kita ketahui bersama. Semakin sering bayi

menyusu, maka produksi ASI akan terus meningkat.

4. ASI Menurut Stadium Laktasi

Pembagian ASI menurut stadium laktasi yaitu :

a. Colostrum

1). Pengertian

Page 13: Satuan acara perkuliahan teori

Colostrum adalah cairan yang pertama kali sisekresi oleh kelenjar

payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat

dalam alveoli dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah masa

puerpurium.

2). Manfaat

Merupakan suatu laanif yang ideal untuk membrsihkan meconium dari

usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan

yang akan datang.

3). Komposisi

a) Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur,

tetapi berlainan dnegan ASI matur. Pada colostrums

protrin yang utama adalah globulin (gamma globulin)

b) Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI

yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai

umur 6 bulan.

c) Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dinadingkan dengan

ASI matur

d) Mineral terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika

dibandingkan dengan ASI matur

e) Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur,

hanya 58 kal/100ml kolostrum

f) Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan

dengan susu matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air

dapat lebih tinggi atau lebih rendah

g) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin

dibandingan dengan ASI matur

Page 14: Satuan acara perkuliahan teori

h) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein didalam

usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak

menambah antibodi pada bayi.

i) Volume berkisar 150-300 ml/24 jam

b. Air Susu Masa Peralihan

1) Pengertian

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang

matur. Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi

(Soejiningsih,1997)

2) Komposisi

a) Kadar protein makin rendah sedangkan karbohidrat dan lemak

makin tinggi

b) Volume juga meningkat

c. Air Susu Matur

1) Pengertian

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya,

komposisi relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa

minggu keiga sampai kelima komposisinya baru konstan. Merupakan

makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai

umur 6 bulan, berupa cairan berwarna putih kekuningkuningan, karena

mengandung caseinat, riboblaum dan karoten. Tidak menggumpal bila

dipaskan, volume 300-850 ml/24 jam. Terdapat antimikro bacterial factor

yaitu : antibody terhadap bakteri dan virus cell (phageocrye, granu locyle,

macropage, lymphocyle tipe t), enzi, (lysozime, lactoperoxidese), protein,

(laktoferin, B12 , dinding protein). Factor resisten terhadap stophylacocus,

Page 15: Satuan acara perkuliahan teori

complecement (C3 dan C4). Siregar Arifin, (2004) pemberian asi ekslusif

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

B. Involusio Uterus

1. Pengertian

Involusio atau pengecilan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini

dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

2. Fisiologi Involusi Uteri

Pada ahir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di

bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium

sakralis. Pada saat uterus kira – kira sama besar dengan besar uterus sewaktu

kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.

Peningkatan kadar esterogen dan progesterone bertanggung jawab untuk

pertumbuhan massif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada

masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel – sel otot

dan hipertropi, yaitu pembesaran sel – sel yang sudah ada. Pada masa

postpartum penurunan kadar hormone – hormone ini menyebabkan terjadinya

autolysis.

Proses involusi uteri dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Proses Involusi Uteri

Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus

Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr

7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat-simfisis 500 gr

Page 16: Satuan acara perkuliahan teori

14 hari (2 minggu) Tak terasa 350 gr

42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 mgg 50 gr

56 hari (8 minggu) Normal 30 gr

Gambar . Tinggi fundus Uteri pada masa nifas

Involusi uteri melibatkan reorganisasi dan penanggalan deci dua/endometrium

dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan

ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a. Iskemia Miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah

pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot

atrofi.

Page 17: Satuan acara perkuliahan teori

b. Autolysis

Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot

uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula

selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusak secara langsung

jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini disebabkan karena penurunan hormone

estrogen dan progesteron.

c. Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga

akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke

uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta

serta mengurangi perdarahan. (Yetti Anggraini, 2010).

3. Involusi Tempat Plasenta

Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan

menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka

mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2

cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas

plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.

Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti

pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi

endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.

Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis.

Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat

implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia.

Page 18: Satuan acara perkuliahan teori

4. Lochea

Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina

selama puerperium (Varney, 2007; h.960).

(1) Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari ke 1-3 masa post partum. Cairan yang keluar

berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.

(2) Lochea Sanguinolenta.

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung

dari hari ke 4 sampai ke 7 post partum.

(3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit

dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 post

partum.

(4) Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati. Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu post

partum.

(Ambarwati, 2010; h.78-79).

6. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam

keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak

sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi

karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan

selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Page 19: Satuan acara perkuliahan teori

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum

mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun

dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot

perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina

hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan

latihan harian.

7. Perubahan pada Serviks

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan

berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan

serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena

penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih

dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat

masuk.

Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh.

Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum

hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan

robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

8. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uterus

a. Status gizi

Menurut soediaoetama (2000) setelah di konsumsi didalam alat pencernaan,

bahan makanan diuraikan menjadi berbagai zat makanan atau zat nutrien. Zat

makanan inilah yang diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam caian

tubuh, didalam jaringan, zat-zat makanan memenuhi fungsinya masing-masing,

adanya fungsi:

1. Sebagai sumber energi atau tenaga.

2. Menyokong pertumbuhan badan.

Page 20: Satuan acara perkuliahan teori

3. Memelihara jaringan tubuh, menggantikan yang rusak atau aus

terpakai.

4. Mengatur metabolisme dan mengatur sebagai keseimbangan, misalnya

keseimbangan air, keseimbangan asam basa, dan keseimbangan

mineral didalam cairan tubuh.

5. Borndean didalam mekanisme mempertahankan tubuh terhadap

berbagai penyakit misalnya sebagai antioksidan dan antibodi lainnya.

Dan ibu yang menyesuaikan kembali alat –alat kandungan dan

diantaranya menjadi bentuk normal seperti sebelum hamil, sedangkan

mamme menyiapkan diri dan mulai berfungsi menghasilkan ASI dan

melalui ASI zat-zat gizi yang diperlukan neonatus diberikan di tubuh

ibunya dari persediaannya yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk

itu diperlukan zat yang mencukupi. Bila status gizinya kurang maka zat

nutrisi yang terdapat pada ASI juga kurang akan mempengaruhi

pemeliharaan jaringan terutama untuk menggantikan kerusakan sel-sel

pada genetalia interna dan eksterna akibat proses kehamilan maupun

persalinan yang mengalami gangguan, sehingga mengembalikan alat-alat

kandungan terhambat (Sediaoetama, 2000).

Menurut Reeder (1997) mengatakan dengan status gizi yang

adekuat akan mempercepat pemulihan kesehatan ibu pasc salin dan

mengembalikan kekuatan otot-ototnya menjadi lebih cepat serta akan

meningkatkan kualitas maupun kuantitas ASI. Disamping itu juga ibu

pasca salin akan lebih mampu menghadapi serangan kuman sehingga

tidak infeksi dalam nifas.

b. Paritas (jumlah anak)

Menurut (Reeder, 1997) paitas mempengaruhi involusi uterus. Otot-

otot yang selalu sering teregang maka elastisitasnya akan bekurang.

Page 21: Satuan acara perkuliahan teori

Dengan demikian untuk mengembalikan kekuataan semula setelah tegang

memerlukan waktu yang lama.

c. Usia

Ibu yang usianya lebih tua akan banyak dipengaruhi oleh proses

penuaan. Pada proses penuaan akan terjadi perubahan metabolisme yaitu

tejadi peningkatan jumlah l;emak, penurunan elastisitas otot dan

penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat (Sediaoetama,

1997). Dan yang didalam kelompok rentan gizi bagi manusia yang lanjut

usia meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan dan sel-

selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi

fisik baik anatomis maupun fungsionalnya (Sediaaoetama, 2000).

d. Menyusui

Christina (1996) menyatakan dengan adanya isapan bayi, air susu

dikeluarkan, prosesnya adalah waktu bayi menghisap otot-otot polos pada

puting susu terangsang, rangsangan ini oleh syaraf diteruskan ke otak, dan

memerintahkan kelenjar hypophyse bagian belakang mengeluarkan hormon

pituitine yang di bawa ke otot-otot polos pada buah dada, sehingga otot-

otot p[olos mengeluarkan air susu, dan didalam lobulus terjadi produksi air

susu lagi, seperti diterangkan diatas. Hormon pituitrine tersebut diatas

bukan saja mempengaruhi otot-otot polos pada uterus sehingga uterus

berkontraksi lebih baik lagi. Dengan demikian involusi uterus lebih cepat

dan mengeluarkan lochea lebih lancar. Itulah sebabnya pada ibu yang

menyusui biasanya involusi berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak

menyusui.

Page 22: Satuan acara perkuliahan teori

Lampiran Soal

Ny. Ani P1A0 umur 25 tahun post partum 2 jam yang lalu mengeluh mules-mules.

Dari pemeriksaan fisik dihasilkan tekanan darah : 110/70 mmHg. Nadi : 80 x/menit,

suhu 37,3 dejarat celcius, ASI keluar sedikit berwarna kekuningan, lochea berwarna

merah, jahitan perineum baik.

1. Apa yang menyebabkan rasa mules pada Ny. Ani ?.........

a. Proses laktasi b. Proses involusi

c. Proses sub involusi d. Proses dari jalan lahir e. Luka pada perineum

2. Hormon apa yang berperan dalam hal terseut?

a. Estrogen

b. Progesteron

c. Oksitosin

d. Prolaktin

e. HCG

Ny. Ani 29 tahun p1A0 melahirkan 1 jam yang lalu, BB bayi 3500 gram.

Ny. Ani sudah menyusui bayinya,ia senang bayinya dapat menghisap

dengan baik.

3. Dengan hisapan bayi pada putting susu ibu maka akan menyebabkan…..

a. Merangsang hipotalamus untuk memacu sekresi prolaktin

b. Menghambat sekresi prolaktin

c. Merangsang hipotalamus untuk memacu sekresi estrogen

d. Menyebabkan ibu kelelahan

e. Akan menyebabkan bayi tidur dengan pulas

Ny. Eni umur 30 tahun P1A0 telah melahirkan bayi 3 hari yang lalu mengeluh

nyeri jahitan, perineum dan payudara mulai tegang

4. Apa Jenis Lochea yang di keluarkan oleh Ny. Eni ?

a. Alba

b. Rubra

c. Serosa

d. Sanguinolenta

e. Purulent

Page 23: Satuan acara perkuliahan teori

5.

Pada gambar diatas, bagian a menunjukkan ?

a. Corpus mammae

b. Areola

c. Papila mamae

d. Corpus uterus

e. Fundus uterus

Ny. Nila 25 tahun nifas hari keempat, mengeluh nyeri pada payudara.Setelah

dilakukan pemeriksaan didapatkan bahwa payudara bengkak, tekanan darah 110/70

mmhg, respirasi 18x/ menit, suhu 37,3o C. Kontraksi uterus baik.pengeluaran

pervaginam berwarna merah.

6. Apakah yang menyebabkan terjadinya payudara bengkak pad any. Nila?

a. Putting lecet

b. Penyempitan duktus laktiferus

c. Penyempitan alveolus

d. Pelebaran duktus laktiferus

e. Pelebaran alveolus