29
Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu : “PERATURAN PEMERINTAH (PP) KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT” “Pengembangan Sentra Pangan Jajanan Siap Saji Tahun 2015” Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu : “PERATURAN PEMERINTAH (PP) KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT” “Pengembangan Sentra Pangan Jajanan Siap Saji Tahun 2015” “Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat” “Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1” “Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air” “Belanja Cermat, Investasi Tepat” “Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?” “Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?” “Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air” “Belanja Cermat, Investasi Tepat” “Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?” “Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?” “Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat” “Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1” Tahukah Kamu, Wabah Ebola Berawal dari Upacara Pemakaman Seorang Tabib ? Manfaat Jengkol Untuk Kesehatan ? Bahwa Ternyata Pesepeda Lebih Berbahagia ? COVER BULETIN LINGKUNGANSEHAT EDISI 3.indd 1 11/27/2014 5:35:56 PM

Buletin Lingkungan Sehat Edisi III Tahun 2014

Embed Size (px)

Citation preview

Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu :“PERATURAN PEMERINTAH (PP) KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT”

“Pengembangan Sentra Pangan Jajanan Siap Saji Tahun 2015”

Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu :“PERATURAN PEMERINTAH (PP) KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT”

“Pengembangan Sentra Pangan Jajanan Siap Saji Tahun 2015”

“Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat”

“Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1”

“Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air”

“Belanja Cermat, Investasi Tepat”

“Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?”

“Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?”

“Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air”

“Belanja Cermat, Investasi Tepat”

“Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?”

“Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?”

“Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat”

“Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1”

Tahukah Kamu,Wabah Ebola Berawal dari Upacara Pemakaman Seorang Tabib ?

Manfaat Jengkol Untuk Kesehatan ?Bahwa Ternyata Pesepeda Lebih Berbahagia ?

COVER BULETIN LINGKUNGANSEHAT EDISI 3.indd 1 11/27/2014 5:35:56 PM

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

Penanggung jawab :

Wilfried H Purba(Direktur Penyehatan Lingkungan)

Redaktur :

Bunga Mayung Datu Linggi(Kasubbag TU)

Editor :

F. Eko Saputro (Kasubdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar)

Cucu Cakrawati (Kasubdit Pengamanan Limbah,

Udara dan Radiasi)

M. Yunus (Kasubdit Higiene Sanitasi Pangan)

Sonny P. Warouw(Kasubdit Penyehatan Permukiman dan

Tempat-Tempat Umum)

Yuli Karmen (Kasubdit Penyehatan Kawasan dan

Sanitasi Darurat)

Desain Grafis :Arif Wisudyastomo

Sekretaris RedaksiAstrid Salome

Anggota Redaksi :

Rano Banyu AjiAdhi Prasetyo

Nuri HandayaniNia KurniawatiDewi MarlinaDewi Mulyani

Selamat berjumpa kembali dengan Buletin Lingkungan Sehat Edisi III Tahun 2014. Setengah perjalanan lebih dari tahun 2014 sudah kita lalui. Rentang waktu ini dapat menjadi saat yang cukup pas untuk mengevaluasi pekerjaan kita, apakah yang dilakukan selama ini masih sesuai ataujustru sebaliknya tidak sesuai dengan yang direncanakan. Tetapi apapun yang terjadi, kita harus tetap bersemangat dan terus berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam pekerjaan sehingga dapat mencapai target- target yang sudah direncanakan. Seperti Buletin Lingkungan Sehat yang juga selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi para pembaca.

Akhir kata, selamat membaca Edisi III Buletin Lingkungan Sehat Tahun 2014 ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Jika pembaca mempunyai masukan, pertanyaan, artikel, ataupun resensi buku, pembaca bisa mengirimkannya ke alamat redaksi kami.

Selamat membaca…..

Halo Pembaca ….

SUSUNAN REDAKSI

DARI REDAKSI

Alamat Redaksi :Direktorat Penyehatan Lingkungan

Ditjen PP dan PL Kemenkes RIJl. Percetakan Negara No. 29

Jakarta Pusat 10560 (Gedung D lt. 2)Telp. (021) 4247608 Ext. 118, Faks. (021) 4245778

Email [email protected]

1Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu :“PERATURAN PEMERINTAH (PP) KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT”

“Pengembangan Sentra Pangan Jajanan Siap Saji Tahun 2015”

Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu :“PERATURAN PEMERINTAH (PP) KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT”

“Pengembangan Sentra Pangan Jajanan Siap Saji Tahun 2015”

“Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat”

“Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1”

“Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air”

“Belanja Cermat, Investasi Tepat”

“Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?”

“Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?”

“Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air”

“Belanja Cermat, Investasi Tepat”

“Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?”

“Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?”

“Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat”

“Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1”

Tahukah Kamu,Wabah Ebola Berawal dari Upacara Pemakaman Seorang Tabib ?

Manfaat Jengkol Untuk Kesehatan ?Bahwa Ternyata Pesepeda Lebih Berbahagia ?

COVER BULETIN LINGKUNGANSEHAT EDISI 3.indd 1 11/27/2014 5:35:56 PM

DAFTAR ISI

Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu :“PERATURAN PEMERINTAH (PP) KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT”............. 11

“Pengembangan Sentra Pangan Jajanan Siap SajiTahun 2015” .......................................................... 15

“Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air” ........................................................... 17

“Belanja Cermat, Investasi Tepat” ............................ 20

“Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?” ............. 22

“Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?” ........................................... 24

EDISI 3 - 2014

PERISTIWA

DAFTAR ISI

EDUKATIF DAN INFORMATIF

“Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat” ............................................... 3

“Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1” ................. 5

“Wujudkan Ketersediaan Air MinumDan Sanitasi Layak Bagi Masyarakat“ ........................ 7

SERBA-SERBI

Tahukah Kamu,Wabah Ebola Berawal dari Upacara Pemakaman Seorang Tabib?........................................................ 26

Tahukah Kamu,Manfaat Jengkol Untuk Kesehatan?............................ 27

Tahukah Kamu,Bahwa Ternyata Pesepeda Lebih Berbahagia .............. 28

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

2

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

Kabar gembira bagi teman-teman KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) khususnya yang membidangi Pengendalian

Resiko Lingkungan di Pelabuhan dan Bandar Udara karena akhirnya Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat terbit juga.

Cikal bakal Permenkes ini sudah disusun dari mulai Tahun 2006 yang lalu hingga akhirnya pada 22 Agustus 2014 di Hotel Acacia-Jakarta, Direktur Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, drh.Wilfried Hasiholan Purba, MM, M.Kes, membuka secara resmi acara Sosialisasi (Launching)terbitnya Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat.

Acara tersebut dihadiri oleh 49 Kepala Kantor dari Satuan kerja (Satker) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

“Peluncuran Permenkes No 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan

Bandar Udara Sehat”

PERISTIWA

Foto bersama Para Kepala KKP Se Indonesia bersama Direktur Penyehatan Lingkungan Ditjen PP dan PL

sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat PP dan PL yang juga merupakan leading sector dalam pelaksanaan Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat baik itu di Pelabuhan maupun Bandara Udara.

Dalam Laporan Ketua Panitia Penyelenggara yang disampaikan oleh Kasubdit. Penyehatan Kawasan dan Sanitasi Darurat, drs. Yulikarmen, M.Kes, disebutkan bahwa Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat bertujuan untuk mewujudkan wilayah pelabuhan dan bandar udara yang tidak menimbulkan resiko kesehatan masyarakat dan mewujudkan kondisi wilayah pelabuhan dan bandar udara yang bersih, aman, nyaman dan sehat untuk komunitas pelabuhan dan bandar udara dalam melaksanakan aktifitasnya.

Acara ini sekaligus dimanfaatkan sebagai ajang Sinkronisasi Rencana Kegiatan Tahun Anggaran 2015

3Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

pemangku kepentingan untuk mengkoordinasikan kebijakan penyelenggaran Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat. Forum pelabuhan sehat atau forum bandar udara sehat terdiri atas unsur instansi terkait, badan usaha, dan perwakilan asosiasi kemasyarakatan yang ada di Pelabuhan atau Bandar Udara.

Untuk meningkatkan motivasi keberhasilan dalam mewujudkan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat, Menteri memberikan tanda/piagam penghargaan atas prestasi upaya penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat. Pada Peringatan Hari Kesehatan Nasional Tahun 2013 yang lalu

Ibu Menteri Kesehatan RI telah memberikan p e n g h a r g a a n untuk Pelabuhan/Bandar Udara yang m e l a k s a n a k a n pendekatan Pelabuhan/Bandar Udara Sehat.

Pada pertemuan ini disajikan juga berbagai paparan materi oleh para seluruh Kasubdit di lingkungan Direktorat Penyehatan Lingkungan dari Ditjen PP dan PL, serta lesson learn tentang Implementasi P e n y e l e n g g a r a a n

Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat di Pelabuhan maupun Bandara Udara dari Kepala KKP Kelas I Tanjung Priok, Kepala KKP Kelas I Jakarta dan Kepala KKP Kelas II Palembang dan Subdit PKSD Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI selaku Panitia Penyelenggara Pertemuan. (DM)

Direktorat Penyehatan Lingkungan dengan Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) khususnya terkait masalah Penyehatan Lingkungan.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Penyehatan Lingkungan juga menyampaikan beberapa hal kepada seluruh peserta pertemuan mengenai isi dari Permenkes No 44 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat.

Terdapat langkah-langkah untuk mewujudkan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat yang meliputi :1. Promosi2. Sosialisasi 3. Advokasi4. Menyusun rencana

kerja5. K o o r d i n a s i

Pelaksanaan6. M e m b a n g u n

jejaring dan sistem informasi

Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat diwujudkan melalui kegiatan yang terintegrasi meliputi p e n y e l e n g g a r a a n kesehatan lingkungan, penataan sarana dan fasilitas, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja serta peningkatan keamanan dan ketertiban.

Dalam upaya mendukung terselenggaranya Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat dibentuk forum pelabuhan sehat atau forum bandar udara sehat sebagai wadah bagi

PERISTIWA

Foto Panita Penyelenggara (Subdit PKSD Dit.PL)Narasumber Pertemuan

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

4

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

dan lingkungan. Proyek kerja sama Pemerintah RI dengan ADB yang sudah berlangsung selama 5 tahun ini dimulai 3 Juni 2009 dan berakhir 30 Juni 2014. Dengan berakhirnya proyek ini maka dipandang perlu untuk dilakukan penutupan secara resmi dan serah terima program dari Pusat kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat. Karena itu diadakanlah pertemuan di Hotel Santika, Bekasi yang belangsung

ICWRMIP S.C.2.3 merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dengan dukungan pendanaan dari ADB Loan 2501-INO, untuk meningkatkan penyediaan air bersih, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sepanjang Saluran Tarum Barat terutama dalam menurunkan angka penyakit yang ditularkan melalui air

“Berakhirnya Proyek ICWRMIP (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Programme) S.C.2.3 Tahap 1”

PERISTIWA

dari tanggal 24-25 Juni 2014 dan dihadiri oleh lintas sektor Pusat, lintas program di Kemenkes, lintas sektor Kabupaten/Kota Lokasi ICWRMIP S.C.2.3, Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Cipta Karya/Bina Marga / Kebersihan kota dan Perwakilan Badan Pengelola Sarana ICWRMIP S.C.2.3.

Program ini sangat membantu dalam upaya meningkatkan derajat

5Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

kesehatan, dimana melalui kegiatan promosi dan penyuluhan kesehatan serta pemberdayaan masyarakat terjadi perubahan sikap perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Dan melalui penyediaan sarana air, sanitasi dan pengelolaan sampah telah meningkatkan akses penyediaan air, sanitasi dan pengelolaan daur ulang sampah, serta juga meningkatkan akses masyarakat terhadap air dan sanitasi yang pada akhirnya secara berkelanjutan akan menurunkan faktor risiko terjadinya penyebaran penyakit dan pada akhirnya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pelaksanaan ICWRMIP SC 2.3 dilakukan dalam 2 tahap. Pelaksanaan tahap pertama ICWRMIP Sub Komponen 2.3 menjangkau 15 desa di 3 kabupaten/kota yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Kerawang, masing-masing 5 desa. Pelaksanaan tahap kedua menjangkau 10 desa di Kab Bekasi (4 desa), Kab Karawang (4 desa) dan Kab Bandung (2 desa).

Melalui Kegiatan ICWRMP SC 2.3, telah dihasilkan Penyediaan sarana air minum (SAM) sebanyak 29 unit SAM sistim perpipaan, 28 Unit Sanitasi Komunal dan 27 Unit Pusat Daur Ulang Sampah menggunakan metode 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle). Telah terwujud juga peningkatan

PERISTIWA

akses air dan sanitasi di lokasi desa sasaran meliputi akses air minum yang meningkat dari 20,55 % menjadi 87,30 %; Akses sanitasi (BAB yang sehat) yang meningkat dari 72,17% menjadi 92,79 % dan akses tidak membuang sampah sembarangan yang semula 0 % menjadi 50,31 %.

Keberhasilan yang kita capai adalah berkat kerja sama yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat dan hasilnya merupakan investasi program yang potensial, sehingga

perlu dijaga kesinambungannya untuk dikembangkan baik melalui modifikasi dan replikasi pendekatan menggunakan sumber dana daerah dan dana dari sumber -sumber lainnya, sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi secara significant menurunkan penyakit karena air dan lingkungan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, ungkap drh. Wilfried H. Purba, MM, M. Kes dalam sambutannya. (AS)

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

6

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT PERISTIWA

Di dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Pemerintah

Indonesia bertekad untuk mencapai akses 100% (Akses Universal) untuk pembangunan sanitasi di Indonesia. Target ini 11 tahun lebih cepat dari target akses universal seluruh negara di dunia pada tahun 2030 seperti yang tengah dirancang oleh Tim Teknis Sanitasi PBB untuk pembangunan sanitasi pasca MDG 2015.

Data SUSENAS tahun 2013 menunjukan bahwa di Indonesia akses sanitasi adalah sebesar 59.71% (perkotaan 75%; perdesaan 44%). Ini berarti, masih ada 40,29% atau 100 juta penduduk Indonesia yang harus mendapatkan akses sanitasi sampai akhir tahun 2019.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau STBM, sebagai salah satu upaya pemerintah dalam mendukung upaya percepatan peningkatan Akses Universal di Indonesia telah ditetapkan sebagai pendekatan pembangunan sanitasi nasional sejak tahun 2008. Sampai dengan akhir tahun 2013, STBM telah dilaksanakan di 16,228 desa. Diperkirakan target pelaksanaan STBM di 20,000 desa pada akhir 2014 dapat terpenuhi. Mempertimbangkan hal tersebut, STBM diharapkan mampu untuk berkontribusi

“WUJUDKAN KETERSEDIAANAIR MINUM DAN SANITASI LAYAK BAGI MASYARAKAT”

secara nyata dalam pencapaian Akses Universal Sanitasi di Indonesia pada tahun 2019.

Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) STBM ke dua, yang telah dilaksanakan di Hotel Discovery Ancol, 3-5 September 2014 menjadi awal tahapan pembangunan jangka menengah 2015-2019 karena memiliki nilai strategis untuk memberikan arahan pembangunan sanitasi nasional. Pertemuan ini terselenggara atas dukungan dan kerjasama Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Dalam Negeri dan mitra STBM yaitu Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat), PPSP (Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman), Water Sanitation Program World Bank, Plan Indonesia, Unicef, SNV, IUWASH-USAID, dan World Vision Indonesia.

Dihadiri oleh Menteri Kesehatan, Menteri PPN/Bappenas, Direktur Jenderal Bina Bangda Kemendagri, Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementerian PU, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi, Kepala Bappeda Provinsi, Kepala Dinas Pembangunan Masyarakat

7Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

PERISTIWA

Desa, serta Kepala BBTKL PP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) dan BTKL PP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit), Direktur dari 25 Politeknik Kesehatan dari seluruh Indonesia, serta perwakilan negara sahabat dari Laos, Pakistan dan Philipina membuat Ballroom Discovery Hotel penuh sesak dengan wajah-wajah penuh perhatian, semangat dan kebanggaan.

Pada pembukaan kegiatan tersebut Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH membuka Rakornas STBM. Pertemuan ini mengangkat tema Bersinergi dalam STBM Mencapai Universal Access 2019. “Tema ini sangat relevan dengan upaya kita bersama mewujudkan tersedianya air

minum dan sanitasi layak bagi seluruh rakyat kita”, ujar beliau dalam sambutannya.

STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan serta memiliki karakter dan metode spesifik. Berbagai inovasi telah dilakukan dan berhasil melahirkan banyak champion dari desa hingga pusat yang mampu mendorong berbagai perubahan menuju status bebas dari kebiasaan BAB sembarangan (ODF) dari berbagai tingkatan. Pendekatan ini telah berkontribusi pada percepatan perubahan perilaku masyarakat dan penyediaan layanan sanitasi yang memenuhi standar kesehatan.

Pelaksanaan STBM di seluruh Indonesia tidak terlepas dari dukungan lintas sektor dan lintas program terkait.

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

8

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

Terdapat berbagai kegiatan, program, maupun proyek di daerah yang berhubungan dengan STBM. Walaupun saling terkait, namun pada praktiknya metode dan teknis pelaksanaan serta pengelolaan kegiatan tersebut belum saling terkoneksi dengan efektif karena masih terdapat berbagai isu dan perspektif yang belum sama. Di sisi lain target akses universal sanitasi Indonesia harusnya menjadi tujuan bersama yang harus dicapai pada tahun 2019. Peran kelembagaan menjadi sangat penting dalam memastikan pencapaian pembangunan bidang sanitasi.

Ir. Nugroho Tri Utomo, MRP, Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas menegaskan bahwa “Pembangunan sanitasi harus berdasarkan rencana Srategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), karena itu STBM harus menjadi bagian dan masuk dalam SSK, sehingga menjadi dasar prioritas pendanaan. STBM bisa semakin terangkat dengan cara pembelajaran horizontal, dimana pengalaman keberhasilan dan kegagalan didokumentasikan kemudian disebarkan. Melalui Kemendagri STBM dimasukkan dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal) sebagai pintu masuk untuk memberikan bantuan dari berbagai aspek”.

Antusiasme peserta yang mengikuti seluruh acara saat itu akhirnya melahirkan “KONVENSI ANCOL” untuk menjaga dan mengelola dinamika serta berbagai inovasi yang telah terbangun dalam mendukung perwujudan akses universal sanitasi Indonesia tahun 2019. Tujuh butir Konvensi Ancol adalah;1. Adanya sistem yang berkelanjutan dan didukung

kelembagaan yang kuat di semua tingkatan serta memiliki tugas dan kewenangan yang jelas.

2. Mengembangkan inovasi-inovasi metodologi yang aplikatif, memiliki daya ungkit tinggi dan daya saing positif serta mampu menjangkau kaum marginal.

3. Melakukan advokasi pembiayaan pembangunan sanitasi dalam kerangka STBM dari berbagai sumber lembaga keuangan lokal formal dan informal sebagai investasi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

4. Mengelola berbagai potensi dan dukungan untuk pengembangan kapasitas dalam mendorong pelaksanaan STBM.

5. Mensinergikan STBM dalam berbagai agenda dan program pembangunan sanitasi baik di perdesaan

PERISTIWA

9Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

maupun perkotaan dengan memperkuat dari sisi perubahan perilaku masyarakatnya.

6. Membangun hubungan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa yang disertai dengan turunan regulasinya untuk mendorong dari sisi pemberdayaan masyarakat melalui perubahan perilaku higienis dan saniter.

7. Mengembangkan berbagai model pembelajaran yang mampu mempercepat pemenuhan kebutuhan tenaga fasilitator (kuantitas maupun kualitas) baik secara formal maupun informal.

Kesepakatan ini ditandatangani oleh perwakilan dari pusat (Kemenkes, Kemendagri, Bappenas, dan Kemen PU) dan 34 Provinsi.

Kehadiran 34 provinsi juga memberikan inspirasi dan semangat terutama kepada stakeholder pusat untuk terus berupaya mendukung pencapaian target akses universal sanitasi 2019. Proses Rakornas II STBM telah mendorong keterbukaan berbagai pihak dalam mensinergikan STBM pada program-program sanitasi dan menghasilkan rekomendasi yang akan menjadi dasar arahan garis besar pelaksanaan STBM di daerah.

Apresiasi kehadiran 4 (empat) SKPD layak diberikan karena berkontribusi dalam mengembangkan paradigma bersama bahwa:1. STBM bukan proyek, namun pendekatan yang bisa

masuk ke berbagai program.2. STBM fokus pada pemberdayaan masyarakat untuk

perubahan perilaku higiene dan sanitasi.

3. STBM merupakan pendekatan unggulan yang memiliki karakter dan metode spesifik untuk mempercepat peningkatan capaian akses universal bidang sanitasi.

Dirjen PMD kementerian Dalam Negeri, Ir. Tarmizi A Karim, Msc., dalam sambutan penutupan Rakornas STBM menyampaikan bahwa penting untuk bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat untuk bisa berbuat lebih baik dalam pembangunan sanitasi. “Partisipasi tumbuh saat muncul kesadaran. Maka jika ingin ada partisipasi dari masyarakat, tumbuhkanlah kesadaran mereka”, ungkapnya. Menumbuhkan kesadaran ini, sangat mungkin dilakukan oleh STBM. Pendekatan menggunakan hati membuat STBM sangat mampu membangun kesadaran dalam masyarakat mengenai pentingnya menjaga sanitasi lebih baik.

(RS/HK/YS)

PERISTIWA BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

10

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

berjasa dalam mengantarkan rancangan PP seperti Bpk. Hening Darpito (Mantan Ka. Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi) dan Bpk. Abdullah Muthalib (Mantan Kadit Penyehatan Lingkungan dan Kadit Penyehatan Air). Pertemuan yang dibuka secara resmi oleh Dirjen PP dan PL tersebut, dihadiri juga oleh Sesditjen, Para Direktur di lingkungan PP dan PL, Kabag PI, Kabag HOH, Ka. HAKLI Pusat, Ka. Poltekes Jakarta serta seluruh staf Dit PL. Dalam sambutannya, Dirjen PP dan PL menghimbau agar HAKLI dapat menerapkan PP Kesling di dalam tugasnya dan Poltekes dapat memasukan PP Kesling dalam kurikulum akademik sebagai bahan ajar yang akan datang. Untuk semakin menekankan himbauan beliau tersebut, maka dilakukan penyerahan secara simbolis buku PP Kesling kepada Ka. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) Pusat dan Ka. Poltekes Jakarta.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 (Pasal 163) tentang Kesehatan, dinyatakan perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan

Lingkungan. Oleh karena itu lahirlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Sejak ditetapkan di Jakarta, 6 Agustus 2014, peraturan ini menjadi kabar gembira yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh para ahli kesehatan lingkungan karena peraturan ini sangat berguna bagi para ahli kesehatan lingkungan dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, Rancangan Peraturan Pemerintah (PP) yang sudah dirintis sejak tahun 1992 oleh 2 (dua) direktorat bidang kesehatan lingkungan (kesling) yaitu Direktorat Penyehatan Air dan Direktorat Penyehatan Lingkungan ini menempuh perjalanan yang tidak mudah. Sampai pada lahirnya, berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan dukungan dan persetujuan dari berbagai lintas program dan lintas sektor, meskipun dengan keterbatasan dana yang mengalami pasang surut. Oleh karena itu, sebagai ungkapan syukur, maka pada tanggal 8 Septembar 2014 Direktorat Penyehatan Lingkungan mengadakan pertemuan dengan mengundang para tokoh yang telah

Kabar Gembira Yang Ditungu-tunggu :“PERATURAN PEMERINTAH (PP)

KESEHATAN LINGKUNGAN SUDAH TERBIT”

SEKILAS TENTANG ISI PERATURAN PEMERINTAH KESEHATAN LINGKUNGAN (PP KESLING)

Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.

Tujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

PP Kesling terdiri dari bagian-bagian yang meliputi Ketentuan Umum; Tanggung Jawab dan Wewenang

EDUKATIF DAN INFORMATIF

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan; Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan; Sumber Daya; Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan; Peran Serta Masyarakat; Pembinaan dan Pengawasan; Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup.

Tanggungjawab Pemerintah, Pemprov, Pemkab/kota adalah menjamin tersedianya kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai dengan kewenangannya; mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan kesling; dan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesling.

Oleh : dra. Tri Saptaningsih, M.Si Fungsinal Sanitarian Madya, Subdit PKSD, Dit. Penyehatan Lingkungan, Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI

11Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

Air Udara Tanah Pangan Sarana danbangunan

1. Minum (fisik, biologi, kimia, radioaktif)

2. Higiene sanitasi (fisik, biologi, kimia, radioaktif)

3. Kolam renang, solus per aqua, pemandian umum (fisik, biologi, kimia, radioaktif)

1. Fisik2. Kimia3. Kontaminan

biologi

1. Fisik2. biologi, 3. Kimia, 4. Radioaktif)

1. Biologi2. Kimia3. B e n d a

lain.

1. Debu total 2. Asbesbebas3. Timah hitam

untuk bahan bangunan

1. Jenis2. Kepadatan3. Habitat Perkembang biakan

Vektor dan bintang pembawa penyakit

Pemerintah Kab/Kota

Menetapkan kebijakan dan strategi nasional

Menetapkan Standar Baku Mutu dan Persyaratan Kesehatan

Menetapkan kebijakan nasional mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

Melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim terkait kesehatan di lintas provinsi dan lintas batas negara

Melakukan koordinasi, pengembangan, dan sosialisasi penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan tingkat nasional

Melakukan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan

Melakukan kerjasama dengan lembaga nasional dan internasional sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Melaksanakan fasilitasi Kesehatan Lingkungan di lintas provinsi dan lintas batas negara

Menetapkan kebijakan penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan secara berjenjang

Menetapkan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim terkait kesehatan

Melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melakukan koordinasi, pengembangan dan sosialisasi penyelenggaraan kesehatan

Melakukan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi Kesehatan Lingkungan

Melakukan kerjasama dengan lembaga nasional melaksanakan fasilitasi Kesehatan Lingkungan antar kabupaten/kota

Menetapkan kebijakan untuk melaksanakan penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan di tingkat kabupaten/kota dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah provinsi

Melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim terkait kesehatan di kabupaten/kota

Melakukan kerjasama dengan lembaga nasional sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi

Berikut tabel wewenang Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota :

Standar Baku Mutu dan Persyaratan Kesehatan

Standar baku mutu kesling adalah spesifikasi teknis atau nilai yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.

Persyaratan kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis kesehatan pada media lingkungan.

Kualitas Lingkungan sehat dapat diwujudkan dengan Pemenuhan Standar Baku Mutu dan Persyaratan kesehatan yang berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat pada media Air, Udara, Tanah, Pangan, Sarana dan Bangunan, Vektor dan Binatang pembawa penyakit yang berada di lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat rekreasi, Tempat dan Fasilitas Umum.

Berikut tabel wewenang Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota :

EDUKATIF DAN INFORMATIF BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

12

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

Penyelenggaraan kesehatan lingkungan

Penyelenggaraan kesling meliputi penyehatan, pengamanan dan pengendalian.

Penyehatan adalah upaya pencegahan penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas media lingkungan.

Pengamanan adalah upaya perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dari faktorr isiko atau gangguan kesehatan.

Air

Perlindungan kesmas

Udara Tanah

Pengolahan limbah Pengawasan limbah

Pangan Sarana danbangunan

1. Pengawasan2. Pelindungan3. Peningkatan kualitas

1. Sampah tidak diolah (pengurangan, penanganan)2. Zat kimia berbahaya (pajanan & kontaminasi penggunaan)3. Gangguan fisika udara4. Radiasi pengion dan non pengion5. Pestisida

1. Pemantauan2. P e n c e g a h a n

penurunan kualitas

1. Pemantauan2. Pencegahan penurunan kualitas

1. Limbah cair 2. Limbah padat 3. Limbah gas

1. Pengawasan2. Pelindungan3. Peningkatan

kualitas

1. Pengawasan2. Pelindungan3. Peningkatan

kualitas

1. Limbah cair, 2. Limbah padat 3. Limbah gas

Berikut tabel upaya penyehatan yang dilakukan di media :

Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan.

Pengendalian dilakukan terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit, meliputi Pengamatan dan penyelidikan bioekologi, Status kevektoran, Status resistensi, Efikasi, Pemeriksaan spesimen, Pengendalian vektor pengelolaan lingkungan dan Pengendalian vektor terpadu terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit.

Metode pengendalian meliputi fisik, kimia, biologi, pengelolaan lingkungan dan secara terpadu.

Penyelenggara kesling (pengelola, penyelenggara dan penanggungjawab) mempunyai kewajiban melakukan Upaya Penyehatan, Pengamanan, dan Pengendalian; dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan; dan bekerja sama dengan atau menggunakan jasa pihak lain yang berkompeten, memenuhi kualifikasi, dan/atau terakreditasi.

Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kab/kota mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelenggaraan kesling dalam keadaan tertentu. Keadaan tertentu meliputi kondisi matra dan ancaman global perubahan iklim. Kondisi matra yaitu pra kejadian

kondisi matra, kejadian kondisi matra, dan pasca kejadian kondisi matra.

Sumber daya

Sumber daya manusia kesehatan adalah memiliki keahlian dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.

Pendanaan dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), masyarakat dan sumber lain sesuai per UU.

Teknologi memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang didukung penelitian, pengembangan, penapisan teknologi, pengujiian laboratorium serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

Koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan

Membangun dan mengembangkan koordinasi, jejaring dan kemitraan bertujuan Menyelesaikan masalah antar daerah; Menyesuaikan pandangan dari setiap pemangku kepentingan; Meningkatkan kemampuan SDM, kajian, penelitian, kerja sama antar wilayah dengan luar negeri atau pihak ketiga; Memberikan informasi antar instansi pemerintah, pemprov, pemkab/pemkota,

EDUKATIF DAN INFORMATIF

13Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

organisasi profesi, lembaga internasional, asosiasi dan LSM dlm suatu sistem jaringan informasi nasional dan internasional; dan Meningkatkan kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan kesling.

Peran serta Masyarakat

Masyarakat berperan dalam penyelenggaraan kesling melalui Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian dan pengawasan; Pemberian bantuan sarana, tenaga ahli, dan finansial; Dukungan kegiatan penelitian dan pengembangan kesling; Pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan informasi; Sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijakan penyelenggaraan kesling.

Pembinaan dan Pengawasan

Pemerintah, Pemprov, pemkab/kota sesuai kewenangan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan kesling, penerapan standar Baku Mutu kesling dan penerapan persyaratan kesehatan.

Tujuan pembinaan dan pengawasan adalah untuk Mencegah timbul risiko buruk, Mewujudkan lingkungan sehat dan Kesiapsiagaan bencana.

Pembinaan melalui Pemberdayaan masyarakat, Pendayagunaan tenaga kesling, dan Pembiayaan program.

Pengawasan dilakukan oleh Menteri yang dapat didelegasikan kepada kepala dinas kesehatan di Provinsi, Kab/Kota kepada masyarakat, dan Pengelola, Penyelenggara, dan Penanggungjawab lingkungan. Menteri atau Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dapat mengangkat Tenaga Pengawas dengan tugas memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan kesling terhadap pelaksanaan perwujudan media lingkungan yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan dan pemeriksaan kualitas media lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

EDUKATIF DAN INFORMATIF BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

14

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

Beberapa waktu lalu kita sudah pernah

membahas mengenai pangan jajanan. Pangan jajanan ini banyak sekali jenisnya dan pada umumnya mencerminkan budaya lokal atau kekhasan dari suatu daerah. Pangan jajanan sering kali dikambing-hitamkan sebagai sumber cemaran dan penyakit bagi yang mengkonsumsinya. Hal ini akibat dari kurang terjaminnya kebersihan dan keamanan pangan tersebut. Disisi lain, pangan jajanan berkontribusi dalam menyediakan sumber gizi dan pemenuhan pangan bagi banyak orang karena mudah diakses dan harganya yang relative terjangkau oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.

Masalah utama yang dihadapi pangan jajanan yang ada di sekitar kita antara lain :1. Cemaran mikroba akibat dari buruknya kondisi higiene

dan sanitasi2. Cemaran kimia yang pada umumnya karena kondisi

lingkungan dan bahan baku yang tercemar3. Penyalahgunaan bahan berbahaya yang dilarang untuk

pangan (boraks, formalin, rhodamin B, metanyl yellow, dan lain sebagainya)

4. Penggunaan bahan tambahan pangan yang melebihi batas maksimal yang diizinkan

5. Ketidaktahuan, ketidakpedulian dan kesadaran masyarakat baik pedagang maupun pembeli terhadap penggunaan bahan berbahaya non pangan

6. Kebiasaan pedagang yang sering berpindah-pindah sehingga menyulitkan dalam melakukan pembinaan dan pengawasan

Dalam rangka meminimalisasi masalah-masalah tersebut maka peranan institusi kesehatan menjadi sangat penting, khususnya dalam melakukan pembinaan dan pengawasan usaha pengelolaan pangan siap saji. Oleh

karena itu, kehadiran sentra pangan jajanan siap saji diharapkan dapat menjadi solusi dan mampu memberi daya ungkit dalam mewujudkan pangan yang bersih, aman dan sehat.

D a s a r pembentukan sentra pangan jajanan siap saji adalah Peraturan Presiden RI Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 942 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan.

Sentra pangan jajanan siap saji adalah sebuah kompleks atau pusat yang terdiri dari banyak kios atau gerobak yang menjual berbagai pangan jajanan siap saji yang dilengkapi dengan fasilitas higiene sanitasi dan fasilitas untuk memproduksi pangan yang baik. Tujuan dari pembentukan sentra pangan jajanan siap saji adalah untuk meminimalkan kemungkinan bahaya keamanan pangan karena ketidakmampuan pedagang pangan jajanan untuk menyediakan lingkungan yang aman, sanitasi dan kondisi yang tepat untuk persiapan dan penjualan makanan yang aman. Oleh karena itu, sentra pangan jajanan siap saji harus memiliki fasilitas dan layanan yang memadai sesuai dengan persyaratan untuk menyediakan pangan yang aman, yang meliputi menyediakan sarana untuk menyimpan, menyiapkan dan menyajikan pangan yang aman; menyediakan fasilitas yang diperlukan, seperti sumber air, cahaya yang cukup, drainase dan pembuangan limbah padat dan cair, menyediakan lingkungan yang kondusif bagi konsumen, menjadi sarana yang tepat bagi instansi yang berwenang untuk melakukan program pembinaan

“PENGEMBANGAN SENTRA PANGAN JAJANAN SIAP SAJI TAHUN 2015”

Oleh : Nuri Handayani, SKMJFU Sanitarian Subdit HSP, Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI

EDUKATIF DAN INFORMATIF

15Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

yang berkaitan dengan keamanan pangan seperti sosialisasi informasi, pendidikan dan pelatihan bagi pengelola sentra pangan jajanan siap saji, pedagang pangan jajanan siap saji dan konsumen dan mendorong kegiatan sosiasi pedagang pangan jajanan siap saji di lokasi terkait.

Oleh karena sentra pangan jajanan siap saji dinilai memiliki daya ungkit yang tinggi maka Subdit Higiene Sanitasi Pangan menginisiasi pengembangan sentra pangan jajanan siap saji. Pengembangan sentra pangan jajanan siap saji tersebut rencananya akan dilaksanakan pada Tahun 2015 melalui alokasi tugas perbantuan yang dialokasikan di 15 Kabupaten/Kota, antara lain Kota Medan, Kota Tanjung Pinang, Kota Solok, Kota Bengkulu, Kota Metro, Kota Bandung, Kota Depok, Kab. Karawang, Kota Bogor, Kab. Magelang, Kab. Gunung Kidul, Kota Probolinggo, Kab. Jombang, Kota Manado dan Kab.Muna.

Alokasi tugas perbantuan untuk pengembangan sentra pangan jajanan siap saji berbentuk pembangunan fisik sarana dan prasarana sentra, seperti :1. Bangunan pencucian piring komunal lengkap2. Fasilitas sarana air bersih3. Pengelolaan limbah cair sehat

Konsolidasi dengan pengelola sentra pangan jajanan di Kab. Magelang untuk mengidentifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan

Foto fasilitas yang disediakan di salah satusentra pangan jajanan siap saji

Foto sertifikat laik sehat

Foto salah satu sentra pangan jajanan yang akan di kembangkan melalui alokasi tugas perbantuan TA 2015

EDUKATIF DAN INFORMATIF

4. Penyimpanan makanan komunal sehat5. Fasilitas pencucian tangan komunal6. Paket dukungan operasional higiene sanitasi, yang

berupa : a. Baju kerja karyawan (celemek, topi) @ 2 pasang x

20 buah b. Keranjang sampah basah dan kering tertutup @ 2

pasang x 20 buah c. Sendok/penjepit makanan x 20 buah d. Masker penutup mulut (mika) e. Desinfektan f. Sabun cuci tangan cair g. Sarung tangan h. Lap tangan i. Talenan j. Tudung saji (penutup makanan)

Dasar pengalokasian tugas perbantuan adalah berdasarkan surat usulan dari masing-masing daerah. Oleh karena itu, bagi Kab/Kota yang ingin mendapatkan tugas perbantuan berupa pengembangan sentra pangan jajanan siap saji agar dapat mengirimkan surat usulan yang ditujukan kepada Direktur Penyehatan Lingkungan. So, tunggu apa lagiii…..

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

16

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

Pengesahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot

Air Minum pada tanggal 25 Juli 2014, oleh Menteri Kesehatan ibu Nafsiah Mboi, menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk dilindungi dari risiko penyakit bawaan air akibat mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air minum yang tidak memenuhi standar baku mutu dan persyaratan higiene sanitasi serta juga menjadi momentum penting bagi pengelola program Kesehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan agar dapat melakukan pengawasan Higiene Sanitasi Depot Air Minum (DAM) dengan baik sesuai dengan standard baku dan persyaratan kesehatan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa air bersih merupakan kebutuhan utama dari manusia untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, DAM yang merupakan bentuk usaha pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah untuk kemudian dijual langsung kepada konsumen, tentunya menjadi peluang usaha yang

menarik saat ini maupun di masa yang akan datang. Hal tersebut terjadi karena memang hampir seluruh masyarakat baik yang hidup di kota-kota besar maupun di perdesaan mengkonsumsi produk air minum dari DAM tersebut karena dapat diperoleh secara praktis dengan cara membeli dan harga yang ditawarkan pun relatif murah jika dibandingkan dengan membeli air yang sudah dikemas (air kemasan). Fenomena tersebut juga ditandai dengan makin banyaknya bermunculan usaha DAM yang mana menunjukan prospek yang cerah bagi perusahaan pengelola air ini untuk lebih maju dan berkembang.

Setiap DAM mempunyai kewajiban menjamin agar Air Minum yang dihasilkan memenuhi standar baku mutu persyaratan kualitas Air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan memenuhi persyaratan Higiene Sanitasi dalam pengelolaan Air Minum. Proses Pengolahan Air Minum di DAM sendiri adalah sebagai berikut :

“Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi

Depot Air Minum, melindungi Masyarakat dari Faktor Risiko Penyakit Bawaan Air”

Oleh : Aloysia Widyastuti,SKM,M.Si Fungsinal Sanitarian Muda, Subdit HSP, Dit. Penyehatan Lingkungan, Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI

EDUKATIF DAN INFORMATIF

17Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

a. Penampungan air baku Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut

dengan menggunakan tangki air dan selanjutnya ditampung dalam bak tendon. Bak tendon dibuat dari bahan tara pangan (food grade) dan bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.

Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:

(1) Khusus digunakan untuk air minum. (2) Mudah dibersihkan dan didesinfektan, serta

diberi pengaman. (3) Harus mempunyai ”manhole”. (4) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran. (5) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar

muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi. Tangki, selang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

b. Penyaringan bertahap Tahapan penyaringan antara lain terdiri dari : (1) Saringan berasal dari pasir atau sandfilter (2) Saringan karbon aktif atau carbon filter (3) Saringan halus atau micro filter

Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki pencampur ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara

penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 mm atau kekuatan 2.537 derajat Angstrom. Proses desinfeksi sinar UV yaitu dengan melewatkan air kedalam tabung atau pipa yang disinari dengan lampu ultra violet. Pengisian ketempat air (wadah) dilakukan dengan menggunakan alat serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis dan segera ditutup dengan baik.

Pada Peraturan Menteri Kesehatan ini diatur pula Persyaratan Higiene Sanitasi pada pengelolaan Air Minum yang meliputi aspek tempat, peralatan dan penjamah, sehingga Sanitarian yang bertugas melakukan pengawasan Higiene Sanitasinya harus selalu melihat pada tiga aspek tersebut, dimana aspek tersebut telah dituangkan di dalam cheklis Inspeksi Sanitasi Depot Air Minum.

Bukti bahwa DAM itu telah diawasi oleh Dinas Kesehatan setempat, yaitu dengan dikeluarkannya Sertifikat Laik Higiene Sanitasi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi ini juga dapat digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk penerbitan izin usaha DAM maupun perpanjangan izinnya. Semua tata cara memperoleh Sertifikat Laik Higiene Sanitasi tertuang pada Permenkes tersebut pada Bagian Kedua pasal 8, sampai dengan pasal 14. Masa berlaku sertifikat Laik Higiene Sanitasi berlaku selama tiga tahun, namun sertifikat ini tidak berlaku/ batal apabila terjadi pergantian pemilik, pindah lokasi/alamat, terjadi pelanggaran terhadap ketentuan pasal 2 yang menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan.

Perlu menjadi catatan kita semua bahwa setiap DAM harus memiliki tenaga teknis sebagai konsultan di bidang higiene sanitasi dan tenaga tersebut harus terdaftar pada organisasi profesi bidang kesehatan lingkungan yang

EDUKATIF DAN INFORMATIF BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

18

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT EDUKATIF DAN INFORMATIF

akuntabel dan diakui oleh Pemerintah pada kabupaten/ kota setempat. Bagi DAM yang belum memiliki tenaga teknis seperti yang dimaksud, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk tenaga teknis yang berasal dari organisasi profesi bidang kesehatan lingkungan.

Salah satu hal yang tidak boleh terlupakan yaitu pemilik dan penjamah DAM wajib mengikuti pelatihan/kursus Higiene Sanitasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, KKP atau lembaga/ institusi lain sesuai peraturan perundang-undangan. Setelah selesai kursus maka yang telah lulus dapat diberikan sertifikat yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kepala KKP dan penyelenggaran pelatihan/kursus.

Dalam rangka pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP dapat memberikan sanksi administratif kepada DAM, berupa teguran lisan, teguran tertulis, dan pencabutan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi sampai kepada rekomendasi pencabutan izin usaha kepada pejabat yang berwenang mengeluarkan izin usaha.

Memang tidak gampang untuk mensosialisasikan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum ini kepada pengusaha dan masyarakat. Hal tersebut, karena sebagian masyarakat yang memang cuek dalam menuntut hak-haknya dari risiko penyakit atau karena banyak konsumen yang memang sering ‘dibodohi’ oleh produsen karena ketiadaan informasi ataupun informasi yang kurang transparan.

Tanpa dukungan masyarakat konsumen, juga pengusaha, Permenkes ini ibarat jiwa tanpa nyawa. Maka, Permenkes tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum harus terus disebarkan dan diimplementasikan dengan baik di seluruh wilayah Indonesia.

Tiada gading yang tak retak, maka Permenkes tentang Higine Sanitasi Depot Air Minum senantiasa terbuka untuk terus diperbaiki. Harapannya, Permenkes ini dapat dijadikan momentum untuk mendukung DAM yang memenuhi syarat kesehatan dan gerakan konsumerisme terkait air minum di Indonesia dalam era reformasi ini, melalui pencerdasan konsumen untuk selalu senantiasa kritis dalam memilih Depot Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan dan bersertifikat Laik Higine Sanitasi.

19Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

Seperti halnya keperluan rumah tangga dengan segala kebutuhannya

dan dana yang perlu dikelola dengan seksama untuk melengkapi kebutuhan tersebut, begitu pula halnya dengan program kegiatan. Dana yang dimiliki oleh program harus dengan tepat dibelanjakan sesuai capaian program yang diinginkan dan perlu kecermatan dalam pemilihan “barang belanjaan” yaitu memilih kegiatan yang dapat memberikan daya ungkit cukup besar.

Beberapa tahun terakhir ini, program penyehatan permukiman dan tempat-tempat umum melalui pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan/TP, menetapkan sasaran pada pondok pesantren/pontren sebagai lokus yang cukup strategis dan memiliki daya ungkit yang cukup besar. Kegiatan yang dilakukan melalui pendanaan ini, yaitu penyediaan air minum yang lebih berkualitas, pembangunan sarana sanitasi yang lebih memadai, serta perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

Output keberhasilan program melalui pendanaan TP ini, yaitu peningkatan akses sarana air bersih, peningkatan akses sarana sanitasi, pemanfaatkan sarana yang sudah dibangun, dan perubahan perilaku sehat.

Metode yang dipakai untuk mengetahui kebutuhan santri terhadap pondok pesantren terkait substansi di atas, dilakukan secara partisipatif dengan tools/kit yang tepat, sehingga para santri dapat mengetahui, memahami dan melaksanakan sesuai dengan kesadaran sendiri akan kebutuhannya. Opsi/pilihan terhadap sarana air minum dan sanitasi yang sudah ditetapkan, disusun bersama dengan petugas kesehatan/tenaga pendamping melalui proses perencanaan partisipatif saat pemberdayaan. Untuk pendanaan melalui TP ini, Opsi Pokok yang dapat dipilih yaitu sarana air bersih, sarana jamban yang sehat; sedangkan untuk Opsi Pengembangan, yaitu sarana cuci tangan dan sabun, sarana pembuangan

“ Belanja Cermat, Investasi Tepat ”Oleh : Diah Wati, SKM, M.Kes

Fungsional Sanitarian Muda, Subdit PP dan TTU Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI

EDUKATIF DAN INFORMATIF

sampah, sarana pembuangan air limbah, serta tata ruang dan bangunan yang memadai, dan tempat wudhu.

Para santri pada pontren ini diharapkan akan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik terkait dengan kesehatan lingkungan, atau dapat dikatakan santri-santri ini akan menjadi “Agen Perubahan”. Pondok pesantren penerima dana bantuan TP ini diberikan syarat salah satunya yaitu minimal memiliki jumlah santri 150 orang (mondok dan tidak mondok). Menilik dari persyaratan jumlah tersebut, dapat kita hitung berapa banyak nantinya “agen” yang akan menyampaikan terkait kesehatan lingkungan, kepada orang tua dan atau keluarganya, dan jika sudah keluar dari pontren diharapkan akan menyampaikan kepada murid-muridnya serta lingkungannya.

Melihat gambaran tersebut, maka investasi ini layak untuk “dibeli”, karena hasilnya cukup menjanjikan.

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

20

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

No ProvinsiTahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

KABUPATEN/KOTA

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Nusa Tenggara Barat

Lampung

Banten

Sumatera Barat

Kabupaten Banyumas

Kabupaten Pati

Kabupaten Brebes

Kabupaten Gunung Kidul

Kabupaten Sleman

Kabupaten Bantul

Kabupaten Ngawi

Kabupaten Pasuruan

Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Lombok Timur

Kabupaten Lombok Tengah

Kabupaten Lombok Utara

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

Kab. Banyumas

Kab. Brebes

Kab. Pati

Kab. Pemalang

Kab. Gunung Kidul

Kab. Sleman

Kab. Bantul

Kab. Ngawi

Kab. Pasuruan

Kab. Ponorogo

Kab. Lumajang

Kab. Sumenep

Kab. Malang

Kab. Lombok Timur

Kab. Lombok Tengah

Kab. Lombok Utara

Kab. Lampung Selatan

Kab. Lampung Barat

Kab. Tulang Bawang Barat

1

2

3

4

1

2

3

1

2

3

4

5

6

1

2

3

1

2

3

Rembang

Grobogan

Kendal

Kulon Progo

Pamekasan

Blitar

Lombok Barat

Sumbawa

Bima

Pandeglang

Serang

Lima Puluh Kota

Solok

1

2

3

1

1

2

1

2

3

1

2

1

2

2

3

4

5

6

7

8

Jawa Barat Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Subang

Kabupaten Garut

1

2

3

Kab. Sukabumi

Kab. Subang

Kab. Garut

Kab. Purwakarta

1

2

3

4

Kab. Bogor

Cirebon

Cianjur

1

2

3

1

DAFTAR PROVINSI DAN KABUPATENPENERIMA DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

KESEHATAN LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN

EDUKATIF DAN INFORMATIF

21Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

“Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?”

“Cuci tangan, mengapa harus pakai sabun ?”

pakai sabun cost effective untuk mencegah kesakitan dan kematian pada anak usia di bawah lima tahun akibat diare dan infeksi saluran pernapasan. Kegiatan sederhana, tidak memerlukan teknologi canggih atau pemikiran rumit namun terabaikan (Curtis, 2011).

Hasil penelitian Laston (1992), Pinfold (1994), Curtis (2003), Luby et al (2005), Burton et al (2011), bahwa mencuci tangan dengan menggunakan sabun lebih efektif daripada mencuci tangan dengan menggunakan air saja sehingga sangat efektif untuk mencegah kejadian diare berupa penurunan secara bermakna insiden diare sebesar 42 - 53% dan pencegahan satu juta kematian akibat diare.

Namun sayangnya yang sering kita temukan di beberapa

Kenapa sih kita harus mencuci tangan ? dan kenapa juga harus pakai sabun ? pentingkah ? Ternyata tangan

dengan segala fungsinya sangat membantu kita. Sebut saja untuk memegang benda, makan, menulis, membersihkan diri atau orang lain dan masih banyak lagi yang harus kita syukuri. Rasa syukur atas karuniaNYA kita ekspresikan dengan menjaga dan memeliharanya, karena tangan yang kotor justru berbalik menjadi penular kuman penyakit.

Isu higiene personal seperti cuci tangan pakai sabun guna mencegah penularan penyakit infeksi seperti diare, pneumonia, infeksi saluran pernapasan, kecacingan dan lain-lain, tidak banyak mendapat perhatian seperti Malaria atau HIV/AIDS. Banyak penelitian membuktikan cuci tangan

EDUKATIF DAN INFORMATIF

Oleh : Yulita Supriatin, SKM, MKM Fungsional Sanitarian Muda, Subdit PASD, Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

22

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

rumah makan justru fasilitas cuci tangan hanya tersedia berupa air di mangkuk saja atau tempat cuci tangan (westafel) yang tidak dilengkapi dengan sabun. Padahal mencuci tangan hanya pakai air saja tidak mampu menghilangkan semua kotoran dan kuman dari tangan. Dari hasil penelitian Burton et al (2011) diketahui bahwa bakteri penyebab diare 44 % ditemukan jika tidak mencuci tangan, 23% ditemukan jika mencuci tangan dengan air saja dan hanya 8 % jika melakukan cuci tangan pakai sabun. Pentingnya cuci tangan pakai sabun juga sudah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinfold, John V. pada tahun 1994 bahwa Faecal Stroptococci, hampir 90% mampu dieliminir dengan cuci tangan pakai sabun, berbeda dengan cuci tangan dengan air saja yang hanya mampu mengeliminir kuman sebesar 52%.

Sabun berfungsi untuk mengangkat kotoran dan lemak yang menempel di tangan. Sedangkan kuman menempel pada kotoran dan lemak. Jadi, dalam soal sabun yang digunakan, mencuci tangan dengan sabun tanpa antiseptik sebenarnya sudah efektif untuk menurunkan risiko penularan penyakit di masyarakat. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Luby et al (2005). Penelitian tersebut menyatakan bahwa mencuci tangan dengan menggunakan

EDUKATIF DAN INFORMATIF

sabun antiseptik tidak lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan sabun non antiseptik karena cuci tangan dengan sabun non antiseptik secara bermakna sudah dapat menurunkan 50% insiden pneumonia pada balita dan menurunkan insiden diare dibawah usia 15 tahun sebesar 53%.

Cuci tangan pakai sabun mudah dan murah. Tidak memerlukan air yang banyak jika mengikuti langkah-langkah mencuci tangan. Air hanya digunakan ketika membasuh pertama untuk membantu kerja sabun menyebar rata ke seluruh bagian tangan dan ketika membilas tangan agar kotoran terbawa atau terangkat bersama-sama sabun.

23Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

Udara Segar Menyelamatkan Nyawa

Sama seperti yang kita pelajari di sekolah, pohon melakukan fotosintesis untuk mengubah karbon dioksida menjadi oksigen yang kita butuhkan

untuk bernapas. Hanya dalam waktu satu tahun, keberadaan pohon dapat menyelamatkan 850 nyawa dan mencegah 670.000 kasus gejala penyakit pernapasan akut, menurut penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Pencemaran Lingkungan. Pohon menghapus polusi dari udara, membuat udara lebih sehat untuk dimasukkan ke dalam paru-paru kita. Menurut penelitian, udara segar yang dihasilkan oleh pohon sangat bermanfaat bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan, di mana udara tercemar lebih berat.

Sementara dahulu kita dibesarkan dengan bermain-main melintasi ladang, berayun di taman, dan menjelajah bersama teman-teman dengan sepeda, justru sekarang sebagai orang dewasa banyak dari waktu kita dihabiskan di dalam ruangan. Padahal sebenarnya semua waktu yang dihabiskan di luar

ruangan sebenarnya lebih baik seperti saat kita menggunakan energi masa kecil kita. Dan ilmu pengetahuan pun mendukung hal tersebut bahwa udara segar sungguh menguntungkan bagi kesehatan kita.

“Mengapa Menghirup Udara Segar Sangat Baik Bagi Kita?”

Oleh : Adhy Prasetyo Widodo, S.Si JFU Sanitarian Subdit PLUR, Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI

EDUKATIF DAN INFORMATIF BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

24

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

Polusi udara dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan. Udara yang sangat tercemar telah terbukti menyebabkan efek iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Udara yang sangat tercemar juga membuat penderita asma lebih sulit untuk bernapas. Beberapa bahan kimia yang mungkin ada di udara, seperti benzena dan vinil klorida, dapat bersifat sangat beracun. Pencemar ini bahkan dapat mengakibatkan kanker, cacat lahir, cedera paru-paru jangka panjang, serta kerusakan otak dan saraf. Menghirup udara segar yang dihasilkan oleh tanaman dapat menurunkan kemungkinan kontak dengan polutan yang menakutkan ini.

Udara Segar Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Mungkin sudah saatnya untuk melangkah keluar jika kita menemukan diri kita ‘terkurung’ dengan banyak orang lain di dalam kantor, atau bahkan

di rumah Anda sendiri. Jarak dekat seperti ini dapat menghadapkan kita pada berbagai macam kuman. Bahkan berjalan-jalan sebentar di luar ruangan dapat meningkatkan kekebalan tubuh kita. “Latihan menyebabkan peningkatan sel-sel pembunuh alami, neutrofil, dan monosit yang pada akhirnya meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,” Ather Ali, ND, MPH, asisten direktur Complementary/Alternative Medicine Research di Yale-Griffin Prevention Research Center mengatakan dalam Health.com.

Bau Udara Segar Menurunkan Stres dan Meningkatkan Kebahagiaan

Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa kita harus menyempatkan diri untuk berhenti dan mulai mencium bau bunga mawar, karena bau mereka dapat

meningkatkan perasaan relaksasi. Bunga lainnya, seperti lavender dan melati juga dapat menurunkan kecemasan dan memperbaiki suasana hati. Penelitian menunjukkan bahwa aroma pohon pinus dapat menurunkan stres dan meningkatkan relaksasi. Bahkan berjalan melalui taman atau halaman belakang kita sendiri dapat membantu kita merasa lebih tenang dan bahagia ketika kita menghirup bau rumput yang baru dipotong. Apabila sementara hujan dapat meredam rencana kita ke luar ruangan, kita mungkin menyukai aroma hujan yang segar, menurut majalah Smithsonian. Bau mengingatkan kita pada warna hijau dan mungkin dapat dikaitkan dengan pertumbuhan tumbuhan dan hewan yang menjadi makanan kita, hal ini menjelaskan mengapa baunya begitu enak.

Udara Segar Memberikan Energi

Bukan dari minuman energi. Penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di udara segar dan di kelilingi oleh alam dapat meningkatkan

energi dari 90 persen orang yang diteliti. “Alam adalah bahan bakar bagi jiwa,” Richard Ryan, peneliti dan profesor psikologi di University of Rochester menyatakan. “Seringkali ketika kita merasa letih kita akan meraih secangkir kopi, tetapi penelitian menunjukkan cara yang lebih baik untuk mendapatkan energi adalah dengan menghubungkan diri dengan alam.”

Artikel ini disadur dari The Huffington Post

EDUKATIF DAN INFORMATIF

25Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

selama 24 hari pertama epidemi di Siera Leone. Sampel virus dianalisis secara molekuler untuk memetakan genom virus Ebola, mengetahui asal-usulnya, serta mutasi yang terjadi. Hasil analisis dipublikasikan di jurnal Science yang dikutip TribunNews pada Kamis (28/08/2014). Urutan genom ebola hasil analisis molekuler telah dipublikasikan pada 31 Juli 2014 lalu secara online. Data itu merupakan data genom ebola terlengkap yang pernah ada. Peneliti juga menemukan bahwa virus ebola bermutasi secara cepat pada manusia, daripada pada hewan.

Terungkap, virus telah mengalami 350 mutasi sejak wabah ebola tahun 1970-an. Sejumlah 300 mutasi terjadi dalam periode tahun 1970-an hingga Mei 2014. Sementara, sejak awal wabah kali ini, virus telah bermutasi

Tim peneliti evolusi virus di Harvard University menemukan

awal terjadinya wabah virus Ebola. Salah satu peneliti itu, Stephen Gire, mengungkapkan bahwa wabah virus mematikan yang terjadi sejak Mei lalu ternyata dipicu oleh acara pemakaman seorang tabib di Guyana yang terinfeksi Ebola pada bulan yang sama.

Gire mengatakan, pemakaman tabib tersebut dihadiri oleh 13 orang perempuan. Nah, mereka yang diduga ikut membersihkan jenazah sang tabib terinfeksi Ebola dan membawa virus itu ke Siera Leone ketika kembali. Sejak saat itulah wabah Ebola pun menyebar cepat, membunuh sekitar 1.552 orang.

Adapun kesimpulan itu didapatkan setelah Gire dan rekannya mengambil 99 sampel virus dari 78 pasien yang terinfeksi Ebola

Tahukah Kamu,Wabah Ebola Berawal dari Upacara Pemakaman Seorang Tabib?

SERBA-SERBI

50 kali. William Schaffner, peneliti penyakit infeksi di Vanderbilt University mengatakan bahwa virus ebola yang awalnya menginfeksi manusia berasal dari kelelawar. Tapi, infeksi selanjutnya hingga menjadi wabah berlangsung antar-manusia. Anthony Fauci, Direktur Eksekutif Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Infeksi Amerika Serikat mengatakan, studi ini sangat dahsyat. Jika kasus ebola mendapat penanganan tepat, pengendalian kontak satu dengan yang lain, maka ebola mungkin bisa dikelola dengan baik. Studi ini dilakukan oleh lebih dari 50 pakar. Lima dari sejumlah peneliti itu meninggal karena ebola yang sedang ditelitinya.

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

26

BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

vitamin B, protein, kalsium, fosfor, steroid, tanin, Saponin dan Glikosida. Selain itu, kandungan vitamin C dalam jengkol dapat meningkatkan kekebalan tubuh kita, dan membantu kerja enzim pada tubuh kita dan membantu respirasi selular. Kalsium yang terkandung dalam jengkol juga membantu pertumbuhan tulang dari tulang dalam tubuh untuk tumbuh dan menjadi kuat.

Karena banyak nya vitamin dan gizi yang terkandung di dalam jengkol, maka makanan ini dapat membantu mencegah dan mengobati beberapa macam penyakit seperti

Selama ini masih banyak yang yang tidak mengetahui khasiat

jengkol untuk kesehatan. Sebagian besar dari kita hanya mengetahui bahwa jengkol merupakan makanan yang bisa mengeluarkan bau tidak sedap apabila kita memakannya. Namun dibalik bau tidak sedap itu jengkol memiliki vitamin yang baik dan dapat membantu untuk mencegah ataupun mengobati bebrapa penyakit.

Kandungan yang terdapat pada jengkol yaitu karbohidrat , vitamin A,

Tahukah Kamu,Manfaat Jengkol Untuk Kesehatan?

diabetes, pertumbuhan tulang, serta anemia atau kurang darah.

Mengkonsumsi jengkol dalam jumlah banyak juga tidak dianjurkan dikarenakan asam jengkolat yang ada pada jengkol ini memiliki yang tidak mudah larut serta berbentuk Kristal sehingga menimbulkan efek negative jika mengonsumsinya secara berlebihan. Dalam banyak kasus, asam jengkolat menyebabkan susah buang air kecil jika jengkol dikonsumsi secara berlebihan karena ginjal tidak mampu menyaring jumlah asam yang masuk karena telah melewati batas yang seharusnya.

SERBA-SERBI

27Edisi 3 | Juli - September 2014

Edisi 3 | Juli - September 2014

Tahukah Kamu, Bahwa Ternyata Pesepeda Lebih Berbahagia ?

orang yang lebih bahagia,” kata Morris.

Para ilmuwan meneliti perbedaan emosi seseorang saat mereka melakukan perjalanan menggunakan data yang dikumpulkan oleh Bureau of Labor Statistics. Mereka menilai perasaan seperti kebahagiaan, kepahitan, stres, rasa letih, dan kesedihan serta makna perjalanan yang juga dimasukkan sebagai salah satu faktor yang diperhitungkan.

Menurut hasil riset yang dipublikasikan di jurnal Transportation,

Kabar baik untuk pencinta sepeda. Mengayuh sepeda tak hanya

memberikan manfaat pada kesehatan fisik, tapi juga kesehataan mental. Sebuah riset terbaru mengungkapkan bahwa orang yang menggunakan sepeda dari satu tempat ketempat lain secara umum lebih bahagia disbanding mereka yang mengemudikan mobil sendiri atau menggunakan kendaraan umum.

Ketuatimriset, Eric Morris, dari Clemson University di South California, mengatakan orang berada dalam mood terbaiknya saat mengayuh sepeda disbanding ketika menggunakan sarana transportasi lain. “Pesepeda umumnya lebih muda dan secara fisik lebih sehat, yang merupakan sifat umum orang-

para pesepeda menjadi sebuah grup yang terpisah dari orang secara umum. Pejalan kaki bersama-sama dengan pesepeda menjadi yang paling bahagia, disusul dengan penumpang mobil di posisi kedua serta pengemudi mobil di posisi berikutnya. Sebaliknya, penumpang bis dan kereta menjadi traveler yang paling tidak bahagia. Mungkin hal tersebut di karenakan kereta dan bis umumnya digunakan dari rumah ketempat kerja yang mana tidak ada perasaan antusias di dalamnya.

Para peneliti mengungkapkan bahwa pengalaman emosional saat menaiki saran transportasi sama pentingnya dengan waktu perjalanan. Kita di ajak memahami hubungan antara bagaimana kita melakukan perjalanan dan bagaimana kita memberikan pandangan mengenai cara untuk meningkatkan layanan transportasi, memprioritaskan investasi, teori, serta model pembiayaan dan manfaat dari perjalanan,” kata Morris.

SERBA-SERBI BULETIN LINGKUNGAN SEHAT

28