View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) BERDASARKAN FREKUENSI DAN UKURAN HASIL
TANGKAPAN POLE AND LINE DI PERAIRAN TELUK BONE
SKRIPSI
ASWANDI
L231 13 322
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
ii
PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) BERDASARKAN FREKUENSI DAN UKURAN HASIL
TANGKAPAN POLE AND LINE DI PERAIRAN TELUK BONE
SKRIPSI
Oleh:
ASWANDI L 231 13 322
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada
Departemen Perikanan Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin Makassar
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
iv
ABSTRAK
ASWANDI. L231 13 322. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna Madidihang
(Thunnus albacares) Berdasarkan Frekuensi dan Ukuran Hasil Tangkapan di
Teluk Bone. Dibimbing oleh SAFRUDDIN dan MUKTI ZAINUDDIN.
Penelitian ini bertujuan memetakan daerah penangkapan ikan berdasarkan Frekuensi dan ukuran hasil tangkapan Madidihang pada rumpon dan tanpa rumpon di perairan Teluk Bone Sulawesi Selatan dengan menggunakan teknik Sistem Informasi Geografis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga September 2017. Pengambilan data dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan dengan kapal pole and line. Data primer terdiri dari posisi fishing ground, jumlah hasil tangkapan, dan ukuran hasil tangkapan Madidihang. Data sekunder berupa data statistik perikanan Kabupaten Luwu, peta digital Sulawesi Selatan dan data citra satelit (suhu permukaan laut, dan sebaran kandungan klorofil-a perairan Teluk Bone). Data citra satelit suhu dan klorofil-a didownload dari internet (http:oceancolor.gsfc.nasa.gov.) dan diproses dengan software SeaDass. Nilai yang diperoleh dari setiap posisi kemudian digabungkan dengan parameter oseanografi lainnya dan diolah kembali pada program Microsoft Office Excel, kemudian Data tersebut di input kedalam program ArcGis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Madidihang yang tertangkap dari bulan April-September 2017, terpusat di sebelah Utara perairan Teluk Bone. Dengan produktifitas tertinggi pada posisi 3°13’-3°40’LS dan 120°30’-120°41’BT dengan menggunakan rumpon dan tanpa rumpon. Frekuensi kemunculan ikan Tuna Madidihang berdasarkan panjang di bulan April-September 2017, yang tertangkap pada rumpon di dominasi dengan ukuran 46 cm sebanyak 323 kemunculan dan frekuensi terendah pada ukuran 48 cm sebanyak 57 kali kemunculan. Sedangkan frekuensi kemunculan tanpa menggunakan rumpon dominan pada ukuran 52 cm sebanyak 216 kali kemunculan dan frekuensi terendah dengan ukuran 57 cm sebanyak 11 kali kemunculan.
Kata kunci : Tuna Madidihang, Suhu, Klorofil-a, Daerah Penangkapan Ikan,
Teluk Bone.
v
ABSTRACT
ASWANDI. L231 13 322. Mapping the fishing ground of Yellowfin Tuna (Thunnus
albacares) based on frequency and size of the catches in Bone Gulf. Supervised
by SAFRUDDIN and MUKTI ZAINUDDIN.
This aims of this study was to mapping fishing ground based on the
frequency and size catches of Yellowfin Tuna with FADs and without FADs in
waters of Bone Gulf, South Sulawesi by utilized one of GIS technique. The study
was held on April until September 2017. The data collection was done by
following the pole and line ship. The primery data consists of fishing ground,
number of catches, and size of Yellowfin Tuna catches. While, secondary data
are fisheries statistic of Luwu Regency, digital map of South Sulawesi and
satellite image (sea surface temperature, and distribution of chlorophyll-a in
waters of Bone Gulf). Temperature image satellite and chlorophyll-a data are
downloaded from internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov) and processed with
SeaDass software. The value is obtained from each position, then it's combined
with oceanographic parameters and reprocessed in the Microsoft Office Excel,
then the data is inputted into ArcGis program. The result is shown that Yellowfin
Tuna fish caught from April-September 2017, centered on the northern of Bone
Gulf. The highest productivity at position 3°13’-3°40’LS dan 120°30’-120°41’BT
by using FADs and without FADs. Frequency appearance of Tuna Madidihang
fish based on length fish on April-September 2017, caught in FADs dominance
with size 46 cm are 323 occurences and lowest frequency at 48 cm are 57
occurences. Meanwhile, the frequency of occurence without using the dominant
FADs on size of 52 cm are 216 occurences and the lowest frequency with size 57
cm are 11 occurences.
Keywords : Yellowfin Tuna, Temperature, Chlorophyll-a, Fishing ground, Bone Gulf.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Aswandi, lahir di Lasape pada tanggal 8
Oktober 1994. Penulis merupakan anak Pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Ayah Sukri dan Ibu Haisah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 38 Lasape pada
tahun 2007, SMP Negeri 3 Kaballangan tahun 2010, dan
SMA Negeri 1 Wonomulyo tahun 2013.
Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan
di tingkat Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Hasanuddin Makassar tepatnya
di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Jurusan Perikanan, Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan melalui jalur SBMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti perkuliahan dan ikut
dalam berbagai kepanitiaan dan organisasi di lingkup fakultas. Penulis pernah
menjadi Asisten Dosen periode 2016/2017 dan menjadi Kordinator Departemen
Kesekretariatan, Perlengkapan, Peralatan lapangan, dan Rumah tangga, Mapala
perikanan (GREEN FISH) periode 2016/2017.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu kewajiban akademik dan sebagai
salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi
ini, tidak lepas dari bantuan moril, pendapat, serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada Ayahanda
tercinta Sukri dan ibunda tercinta Haisah atas doa, kasih sayang, kerja keras,
motivasi, semangat dan bimbingannya dalam mendidik dan membesarkan
penulis. Terima kasih yang besar pula kepada saudara-saudaraku tercinta Mila
Karmila Sukri dan Khaerun Nisa Sukri atas segala dorongan dan
dukungannya.
Penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya
kepada bapak Safruddin, S.Pi, M.P, Ph.D dan bapak Mukti Zainuddin S.Pi,
M.Sc, Ph.D, selaku pembimbing dalam penelitian dan penulisan skripsi atas
segala waktu, ilmu, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
selama ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga pula kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Achmar Mallawa, DEA, bapak Prof. Dr. Ir. Musbir,
M.Sc, dan bapak Dr. Ir. Alfa F. P Nelwan, M.Si, selaku penguji yang
viii
memberikan kritik dan saran yang membangun selama penelitian dan
penulisan skripsi.
2. Bapak Mukti Zainuddin S.Pi, M.Sc, Ph.D selaku penasehat akademik yang
selalu memberikan masukan selama kuliah di Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Safruddin, S.Pi, M.P, Ph.D yang telah banyak memberikan arahan
dan bantuan kepada penulis selama kuliah di Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
4. Ayahanda dan Ibunda Rijal, ayahanda, serta bapak pemilik kapal maupun
bapak nelayan yang telah mengizinkan penulis mengikuti kegiatan
penangkapan ikan di kapalnya selama penelitian.
5. Kanda Farid Adi Pancana, kanda Rachmat Hidayat dan adinda Rijal
Ashar yang telah membantu penulis dalam penelitian dan membantu
melancarkan penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PSP 2013 untuk semua
kebersamaan dan persahabatan yang tak terlupakan. Terkhusus kepada Iar
Mardiawan, Nunung Tri Wardani, Andi Risda Fitrianti Abudarda, Andi
Nurindah Sari, Nurjannah Sattar, Nurfitria Ningsih, dan Ratma Kumala
Sari yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis selama kuliah dan
pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua. Amin.
Makassar, 15 Januari 2018
Penulis,
ASWANDI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3 C. Manfaat Penelitian......................................................................... 4 D. Alur Pikir Penelitian ....................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Madidihang (Thunnus albacares) ......................................... 6 B. Penyebaran Ikan Tuna madidihang (Thunnus albacares) ........... 7 C. Parameter Oseanografi ................................................................. 8 D. Daerah penangkapan ikan ............................................................ 10
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 11 B. Alat dan Bahan .............................................................................. 12 C. Metode Pengambilan data ............................................................ 13 D. Analisis Data.................................................................................. 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................ 16 B. Deskripsi Alat Tangkap ................................................................. 17 C. Produksi ikan tuna madidihang ..................................................... 26 D. Peta daerah penangkapan tuna madidihang ................................ 39 E. Histogram frekuensi kemunculan tuna madidihang berdasarkan
Panjang ikan pada rumpon dan tanpa rumpon ............................ 54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 63 B. Saran ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71
LAMPIRAN ............................................................................................... 66
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Alat yang digunakan dalam penelitian .................................................. 12
2. Produksi / hasil dan upaya penangkapan ikan tuna di teluk bone
2006 s.d. 2015 ...................................................................................... 28
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Alur pikir penelitian pemetaan daerah penangkapan ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) berdasarkan frekuensi dan ukuran
hasil tangkapan di perairanTeluk Bone .............................................. 5
2. Bentuk morfologi ikan tuna madidihang (Thunnus albacares)......... 6
3. Peta lokasi penelitian pemetaan daerah penangkapan ikan tuna berdasakan frekuensi dan ukuran di Teluk Bone ...................... 11
4. Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Murante Kecamatan Suli,
KabupatenLuwu ................................................................................. 16 5. Kapal pole and line yang digunakan selama penelitian
di Desa Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu ....................... 17
6. (a dan b) Palka tempat penyimpanan umpan hidup ......................... 18 (c) Palka tempat hasil tangkapan ...................................................... 18 (d) Pipa penyemprot air (water pump) ............................................... 18
7. Joran (tangkai pancing) yang digunakan pada perikanan
pole and line di perairan Teluk Bone ................................................. 19 8. Tali utama (main line) yang digunakan pada perperikanan
pole and line di perairan Teluk Bone ................................................. 20
9. Foot line yang digunakan pada perikanan pole and line di
perairan Teluk Bone ........................................................................... 20
10. Mata pancing (hook) yang digunakan pada perikanan pole and line di perairan Teluk Bone ................................................. 21
11. Rumpon yang digunakan nelayan di perairan Teluk Bone ............... 22
12. (a), Serok untuk melempar umpan di permukaan air ........................ 22
(b) Serok yang mengambil umpan di bak.......................................... 22
13. Pengambilan umpan hidup pada bagan ............................................ 23
14. Umpan hidup yang digunakan pada perikanan pole and line di perairan Teluk Bone ....................................................................... 23
15. Seorang pemantau sedang mencari gerombolan ikan dengan
menggunakan teropong ..................................................................... 23
16. Tanda-tanda gerombolan ikan di daerah penangkapan (burung-burung yang menukik di sekitar area penangkapan) ........... 24
17. Proses pemancingan ikan di atas kapal pole and line ...................... 25
xii
18. Jumlah hasil tangkapan ikan tuna madidihang pada bulan Juni – Oktober 2017 di perairan Teluk Bone ............................................... 27
19. Grafik produksi aktual dan produksi lestari ikan tuna di perairan teluk
bone dalam kurun waktu 2006 s.d. 2015 .......................................... 29
20. Produksi Ikan Tuna, Cakalang, dan Tongkol pada bulan April - September 2017. ............................................................................... 30
21. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan SPL
pada bulan april 2017 ........................................................................ 31
22. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan SPL pada bulan mei 2017 ......................................................................... 33
23. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan SPL
pada bulan juni 2017.......................................................................... 35
24. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan SPL pada bulan juli 2017 ........................................................................... 37
25. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan SPL pada bulan agustus 2017 .................................................................. 39
26. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan SPL
pada bulan september 2017 .............................................................. 41
27. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan Klorofil – a pada bulan april 2017 ...................................................... 43
28. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan
Klorofil – a pada bulan mei 2017 ....................................................... 45
29. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan Klorofil – a pada bulan juni 2017 ....................................................... 47
30. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan
Klorofil – a pada bulan juli 2017 ........................................................ 49
31. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan Klorofil – a pada bulan agustus 2017 ................................................ 51
32. Peta daerah penangkpan ikan tuna madidihang berdasarkan
Klorofil – a pada bulan september 2017 ............................................ 53
33. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di bulan april 2017. ................................................................................ 54
34. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di bulan mei 2017................................................................................... 55
35. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan juni 2017 ................................................................................... 56
xiii
36. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan juli 2017 .................................................................................... 56 37. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan agustus 2017 ............................................................................ 57
38. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di bulan september 2017 ....................................................................... 58
39. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa menggunakan rumpon di bulan april 2017 ........................................ 59
40. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa
menggunakan rumpon di bulan mei 2017 ......................................... 59
41. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa menggunakan rumpon di bulan juni 2017 ......................................... 60
42. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa menggunakan rumpon di bulan juli 2017 .......................................... 61
43. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa menggunakan rumpon di bulan agustus 2017 .................................. 61
44. Histogram kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa menggunakan rumpon di bulan september 2017.............................. 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data SPL dan klorofil (dari citra satelit) yang di ekstrak dengan hasil tangkapan ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) tahun
2017 di perairan teluk bone ............................................................... 67
2. Foto-foto Kegiatan ............................................................................. 72
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teluk Bone, salah satu area potensial untuk pemanfaatan sumberdaya
hayati perairan di wilayah koridor Sulawesi, merupakan aset strategis untuk di
kembangkan dengan basis keadaan ekonomi pada tujuan pemakmuran
masyarakat pesisir dan peningkatan perolehan pendapatan asli daerah.
Sumberdaya ikan pelagis besar sebagai komoditi yang bernilai ekonomis tinggi
dan mempunyai pangsa pasar yang luas, pemanfaatan ikan pelagis besar telah
turut berperan dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Sumberdaya ikan ini
sangat potensial dikembangkan pemanfaatan di wilayah Teluk Bone Karena di
duga merupakan wilayah lintas migrasi ikan pelagis besar.
Produksi perikanan ikan tuna di Teluk Bone Provinsi Sulawesi Selatan
cenderung mengalami fluktuasi setiap tahunnya, secara umum berada di kisaran
5.000 ton/tahun. Produksi ikan madidihang pada tahun 2011 sebesar 1.870 ton
dan mengalami peningkatan 33% pada tahun 2012 yaitu sebesar 2.495 ton.
Ekspor ikan tuna di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 670,26 ton dan
mengalami peningkatan di tahun 2012 sebesar 1.049,19 ton (Pusat Data Statistik
dan Informasi Sekjen KKP, 2013).
Dalam upaya meningkatkan produktivitas perikanan tuna di perairan
Teluk Bone, diperlukan penentuan daerah potensial penangkapan ikan perenang
cepat tersebut baik secara spatial maupun temporal. Penentuan daerah
penangkapan tuna dengan tepat dan akurat dapat dilakukan dengan membuat
peramalan (forecasting) yaitu memanfaatkan sifat biologis ikan tersebut dalam
hubungannya dengan kondisi oseanografi suatu perairan seperti suhu,
kedalaman, klorofil-a, arus perairan dan sebagainya (Safruddin dkk, 2014 dan
Safruddin dkk, 2015).
2
Saat ini, kesempatan untuk memanfaatkan data citra satelit terbuka luas
dan dengan mengkombinasikannya dengan data lapangangan (in-situ) sangat
bermanfaat khususnya untuk mengkaji daerah potensial penangkapan yang
relatif luas dengan cepat. Hasil analisis dengan teknik statistika terhadap kedua
data tersebut (mencari habitat optimum) kemudian dapat divisualisasikan dengan
sistematis dan rinci (membuat berbagai level informasi) dalam bentuk peta
thematik yang dibangun dengan teknik sistm informasi geografis (SIG). Dengan
demikian berbagai informasi yang diintegrasikan dalam peta thematik diharapkan
sangat membantu nelayan dalam menemukan daerah potensial untuk
menangkap ikan tuna. Identifikasi daerah potensi penangkapan ikan
menggunakan teknologi pengindraan jauh merupakan cara identifikasi tidak
langsung. Dari data pengindraan jauh dilakukan pengamatan terhadap suhu
permukaan laut, upwelling ataupun prontal zine dan perkiraan kandungan klorofil-
a di suatu perairan. Hasil pengamatan tersebut di tuangkan dalam bentuk peta
kontur, sehingga dapat di perkirakan tingkat kesuburan suatu lokasi perairan atau
kesesuaian kondisi perairan dengan habitat yang disenangi gerombolan
(scohaling) ikan seperti tuna ( Zainuddin et al. 2008).
Ikan tuna (Thunnus sp) merupakan salah satu jenis ikan ekonomi penting
di dunia dan merupakan perikanan terbesar ketiga di Indonesia setelah udang
dan ikan dasar. Selain memiliki harga yang relatif mahal bila dibandingkan
dengan harga komoditas perikanan lainnya permintaan pasar untuk komoditi ini
terus meningkat terutama oleh negeri Jepang. Mahyuddin (2012), menyatakan
dengan ditetapkannya komoditas tuna sebagai proyek percontohan indutrilisasi
perikanan tangkap memiliki alasan bahwa industrilisasi perikanan tuna sangat
penting dalam penyerapan tenaga kerja dan mendukung pasokan industry
dosmetik serta memperkuat pasar intenasional.
3
Pada umumnya, aktivitas penangkapan ikan tuna di perairan Teluk bone
menggunakan Line fishing seperti hand line dan pole and line. Dalam operasi
penangkapan ikan tuna, Salah satu kendala dalam berburu tuna adalah
lemahnya informasi fishing ground baik secara spasial maupun temporal. Kondisi
iklim global yang berubah-ubah semakin menyulitkan dalam menentukan fishing
ground ikan tuna, sehingga perburuan tuna menjadi kurang efektif, boros waktu
dan bahan bakar namun hasilnya kurang optimal. Kegiatan penangkapan ikan
akan menjadi lebih efisien dan efektif apabila daerah penangkapan ikan dapat
diduga terlebih dahulu, sebelum armada penangkapan ikan berangkat dari
pangkalan.
Sistem Informasi Geografi merupakan suatu system berbasis computer
yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur,
mentranformasi, memanipulasi, dan menganalisis data-data geografis (Yousman,
2003). Disamping itu, SIG merupakan alat yang dapat digunakan untuk
menunjang pengelolaan sumberdaya yang berwawasan lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang
daerah potensial penangkapan ikan Tuna diperairan teluk bone yang dilakukan
dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan ikan Tuna secara optimal.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memetakan daerah penangkapan ikan berdasarkan frekuensi hasil tangkapan
Tuna madidihang (Thunnus albacares) pada rumpon dan tanpa rumpon, di
Perairan Teluk Bone Sulawesi Selatan.
2. Memetakan daerah penangkapan ikan Tuna madidihang berdasarkan ukuran
pada rumpon dan tanpa rumpon di perairan Teluk Bone Sulawesi Selatan.
4
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada
nelayan yang target tangkapannya ikan tuna, juga sebagai informasi ilmiah
pelaku industri penangkapan ikan, serta pemerintah setempat mengenai kondisi
daerah penangkapan ikan di perairan Teluk Bone Sulawesi Selatan sehingga
potensinya dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
D. Alur Pikir Penelitian
Analisis diagram alir pada penelitian ini berdasarkan basis data ikan tuna
madidihang (Thunnus albacares) dan parameter oseanografi terkait dengan
daerah penangkapan ikan pada rumpon dan tanpa rumpon yang kemudian akan
menghasilkan peta daerah penangkapan ikan berdasarkan frekuensi dan ukuran
hasil tangkapan ikan tuna di perairan Teluk Bone.
5
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian pemetaan daerah penangkapan Ikan Tuna
Madidihang (Thunnus albacares) Berdasarkan Frekuensi dan
Ukuran Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Bone.
Basis data ikan tuna
madidihang (Thunnus
albacares) dan
parameter oseanografi
Daerah Penangkapan
Ikan
Posisi Penangkapan
Hasil Tangkapan
Parameter
Oseanografi
Rumpon
Tanpa Rumpon
Frekuensi
Ukuran
SPL
klorofil -a
Peta DPI Madidihang
Histogram
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Madidihang (Thunnus albacares)
Sistematika Ikan Tuna madidihang menurut Matsumoto et al. (1984)
adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Sub filum: Vertebrata
Kelas: Teleostei
Sub kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Sub ordo: Scombridei
Famili: Scombridae
Genus: Thunnus
Spesies: Thunnus albacares
Gambar 2, Ikan Tuna Madidihang (Thunnus albacares)
Ikan Tuna Madidihang atau Thunnus albacares, memiliki panjang tertinggi
yang tercatat sekitar 210 cm dengan berat sekitar 176,4 kg. Tubuh lonjong
memanjang, mempunyai warna biru tua metalik pada bagian belakang dan
berubah menjadi kuning dan keperak-perakan pada perut. Balutan kuning
bergulir pada bagian sisinya dan perutnya sering mempunyai sekitar 20 garis-
garis putus vertikal sebagai karakteristik yang tidak ditemukan pada jenis tuna
lainnya, meskipun tidak selalu ada. Pada ikan tuna madidihang yang besar
7
mudah untuk dikenal, yaitu dengan bentuk bulan sabit dari sirip dubur dan sirip
punggung kedua yang memanjang ke belakang. Rata-rata umur ikan adalah 8
tahun.Tuna termasuk perenang cepat dengan kecepatan mencapai 80 km/jam
dan terkuat di antara ikan-ikan yang berangka tulang. Mereka mampu
membengkokan siripnya lalu meluruskan tubuhnya untuk berenang cepat
(Miazwir, 2012) Menurut penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa komposisi
ukuran ikan tuna yang tertangkap dengan pole and line di perairan Teluk Bone
bervariasi menurut musim dan daerah penangkapan dan berbeda antara rumpon
dan non rumpon.
Alamsyah (2013) menjelaskan bahwa struktur ukuran ikan dan tangkapan
per unit upaya huhate di perairan Teluk Bone berbeda menurut musim, di mana
ukuran ikan hasil tangkapan relative lebih besar pada musim Timur dibanding
musim penangkapan lainnya. Rezkika (2011) menjelaskan bahwa ukuran ikan
yang tertangkap dengan pole and line di perairan Teluk Bone Kabupaten Luwu
berkisar 14,0 – 86,0 cm, dan ukuran ikan dominan tertangkap pada kisaran
panjang 26,0 – 29,0 cm.
B. Penyebaran Ikan Tuna madidihang (Thunnus albacares)
Setiap jenis ikan membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu, pemahaman kondisi
oseonografi mempunyai peran sangat penting dalam mempelajari distribusi dan
kelimpahan sumberdaya ikan. Ikan madidihang cenderung berkumpul pada
kisaran nilai SPL, dan densitas klorofil-a tertentu. Hal ini disebabkan karena ikan
akan selalu mencari kondisi yang optimum dalam lingkungannya.(Safruddin
2014).
Penyebaran dan kelimpahan ikan tuna sangat dipengaruhi oleh variasi
parameter suhu dan kedalaman perairan. Informasi mengenai penyebaran tuna
berdasarkan suhu dan kedalaman perairan sangat penting untuk menunjang
8
keberhasilan operasi penangkapan tuna. Hubungan hasil tangkapan dengan
suhu dan kedalaman mata pancing rawai tuna menunjukkan korelasi yang
sangat kecil antara perubahan suhu dan pertambahan kedalaman dengan jumlah
ikan yang tertangkap (Gafa, 2004).
Secara horisontal, daerah penyebaran tuna di Indonesia meliputi perairan
barat dan selatan Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara,
Laut Flores, Laut Banda, Laut Sulawesi dan perairan utara Papua. Secara
vertikal, penyebaran tuna sangat dipengaruhi oleh suhu dan kedalaman renang.
Adanya kenaikan suhu rata-rata global pada permukaan bumi turut
mempengaruhi kenaikan suhu permukaan laut sehingga merubah sebaran tuna
di suatu perairan. Telah dilakukan penelitian pengaruh suhu dan kedalaman
mata pancing rawai tuna terhadap hasil tangkapan ikan tuna di Samudera Hindia,
namun penelitian ini masih dilakukan pada alat tangkap dengan tipe deep
longline (Nugraha dan Triharyuni, 2009). Pengoperasian rawai tuna di Samudera
Hindia ada yang menggunakan tipe pancing permukaan dan pancing
pertengahan sehingga penelitian ini perlu dilakukan pada semua tipe rawai tuna
untuk memperoleh informasi lengkap tentang sebaran tuna berdasarkan suhu
dan kedalaman perairan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis sebaran ikan
tuna berdasarkan suhu dan kedalaman penangkapan rawai tuna di Samudera
Hindia.
C. Parameter Oseanografi
1. Suhu Permukaan Laut
Suhu adalah salah satu faktor penting dalam mengatur proses kehidupan
dan penyebaran organisme. Pada umumnya bagi organisme yang tidak dapat
mengatur suhu tubuhnya memiliki proses metabolisme yang meningkat dua kali
lipat untuk setiap kenaikan 10°C (Nybakken, 1992). Selanjutnya dikatakan
walaupun fluktuasi suhu air kurang bervariasi, tetapi tetap merupakan faktor
9
pembatas Karena organisme air mempunyai kisaran toleransi suhu yang sempit.
Perubahan suhu air juga akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Selain itu
suhu berpengaruh terhadap keberadaan organisme di perairan. Banyak
organisme termasuk ikan melakukan migrasi karena terdapat ketidaksesuaian
lingkungan dengan suhu optimal untuk metabolisme (Effendie, 2002).
Suhu di laut sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun
pengembangbiakan organisme tersebut. Disamping itu suhu berperan terhadap
jumlah oksigen (O2) terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil
kelarutan oksigen dalam air, sedangkan kebutuhan oksigen bagi ikan dan
organisme lain semakin besar karena tingkat metabolisme semakin tinggi
(Lavestu dan Hayes, 1993).
Suhu dipermukaan perairan nusantara kita umumnya berkisar antara 28 -
31°C. perairan ini terdiri atas laut jawa, laut flores, selat malaka, laut Sulawesi,
laut cina selatan, selat makassar, selat sunda di lokasi dimana terjadi penaikan
massa air (up welling) terjadi, misalnya di laut Banda, suhu air permukaan bisa
turun sampai berkisar sekitar25°C, ini disebabkan karena air yang dingin dari
lapisan bawah terangkat ke atas (Nontji,2002).
2. Klorofil-a
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan
produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a
sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan. Beberapa parameter
fisik-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah
intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat dan silikat). Perbedaan
parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab
bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut. Klorofil-a
merupakan salah satu parameter biologis yang perlu diketahui dalam suatu
perairan. Hal ini karena klorofil-a sangat erat kaitannya dengan produktivitas
10
sebagai variabel yang sangat penting untuk diketahui dalam upaya pengelolaan
sumberdaya laut, terutama dalam bidang perikanan. Kenyataan bahwa perairan
yang memiliki karakteristik massa air (kondisi oseanografis) yang berbeda
cenderung memiliki parameter biologi yang berbeda pula, menguatkan dugaan
bahwa klorofil-a dan ikan pelagis (parameter biologi) terkait (Amri, 2008).
D. Daerah Penangkapan Ikan
Suatu daerah dapat disebut sebagai daerah penangkapan ikan apabila
ada interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan ikan
dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan.
Keadaan suhu, salinitas, arus permukaan, upwelling dan front dapat
mempengaruhi kehidupan ikan secara baik secara langsung maupun tidak
langsung. Keadaan iklim dan cuaca juga dapat mempengaruhi kelimpahan ikan.
Iklim dan musim akan mempengaruhi penyebaran ikan, sedangkan cuaca seperti
terjadinya angin topan dapat mempengaruhi keberadaan ikan pada suatu daerah
karena angin topan dapat menyebabkan terjadinya turbulensi. Ikan biasanya
akan menghindari hal demikian karena sedimen laut yang terangkat dapat
merusak filament insang ikan-ikan tersebut (Nomura, 1996).
Ikan madidihang (Thunnus albacares) bersifat epipelagis dan oseanik yang
menyukai perairan di atas dan di bawah lapisan termoklin. Tetapi perubahan suhu
yang tinggi dalam lapisan termoklin dapat mengakibatkan madidihang
meninggalkan lapisan tersebut. Ikan ini menyebar pada lapisan air dengan suhu
berkisar antara 18 - 30 0C, namun demikian mampu menembus lapisan air yang
lebih dingin (Wijopriono dan Genisa, 1999).
11
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2017 di
wilayah perairan Teluk Bone dengan fishing base di Tempat Pendaratan Ikan
(TPI) Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu. Peta lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
instrumen dalam pelaksanaan penelitian yang dapat menunjang proses
pengolahan data dalam melakukan pemetaan daerah penangkapan ikan tuna
madidihang di perairan Teluk Bone. Adapun alat yang digunakan serta
kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu
peta rupa bumi, data citra satelit suhu permukaan laut serta data statistik
perikanan Kabupaten Luwu, sedangkan data primer yaitu data jumlah hasil
tangkapan serta ukurannya yang diambil dari lapangan.
No. Alat Kegunaan
1. Unit penangkapan Pole and Line Untuk menangkap ikan
2. Global Positioning System (GPS) Untuk menentukan posisi
penangkapan
3. Counter Untuk menghitung ikan
4.
5.
Mistar/Meteran
Termometer digital
Mengukur hasil tangkapan
Untuk mengukur suhu permukaan
laut
6. Alat tulis Untuk mencatat data di lapangan
7. Kamera digital Untuk dokumentasi pada saat
penelitian
8. Komputer dan sofware pendukung
( Ms.Excel, Origin 8.5, dan Arcgis)
Sarana pengolah, analisis data,
dan memvisualisasikan informasi
13
C. Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti langsung operasi
penangkapan.
Untuk mendapatkan data primer dilakukan beberapa kegiatan, yaitu:
a. Persiapan
Kegiatan ini berupa studi pendahuluan yaitu studi literatur, observasi
lapangan, konsultasi dengan beberapa pihak yang ahli dan menyiapkan
peralatan sesuai yang tercantum pada alat dan bahan di atas.
b. Penentuan Stasiun Pengamatan
Penentuan stasiun pengamatan dilakukan dengan menggunakan GPS
selama mengikuti proses penangkapan Pole and Line. Proses pengambilan
dilakukan pada saat dilakukannya proses penangkapan.
c. Pengambilan Ukuran Panjang Hasil tangkapan
Pada saat penangkapan hauling dilakukan pengukuran panjang cagak
ikan dengan menggunakan mistar.
d. Pengambilan Data Parameter Oseanografi
Pada saat penangkapan hauling dilakukan pengukuran parameter
oseanografi dan hasil tangkapan dengan melakukan pengukuran langsung
kemudian dilakukan pencatatan.
1) Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu permukaan laut dilakukan dengan menggunakan
thermometer digital. Selain itu digunakan pula data suhu permukaan laut yang
diperoleh dari data citra satelit.
2) Pengambilan Kandungan Klorofil-a
Digunakan data sebaran klorofil-a yang diperoleh dari data citra satelit,
pada bulan Apri sampai September 2017.
14
3) Data Deskripsi Alat Tangkap dan kapal
Untuk mendapatkan data deskripsi alat tangkap dan kapal yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan
nelayan yang dipilih sebagai responden ataupun dengan pengukuran langsung.
D. Analisis Data
1. Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan software ArcGis 10.2
dan diolah data citra suhu permukaan laut dan klorofil diproses dengan software
SeaDass pada proses pembuatan peta terdapat beberapa tahapan kegiatan
yaitu:
a. Persiapan Data
Data citra yang di download dari internet (http:oceancolor.gsfc.nasa.gov.)
diolah dengan menggunakan SeaDass, pada tahap ini dilakukan analisis
terhadap nilai kandungan klorofil dan suhu permukaan laut setiap posisi
penangkapan. Nilai yang diperoleh dari setiap posisi kemudian digabungkan
dengan parameter oseanografi lainnya dan diolah kembali pada program
Microsoft office excel. Apabila semua data telah lengkap kemudian disimpan
dalam format *.csv. Hal ini dilakukan agar data tersebut dapat terbaca langsung
pada program ArcGis.
b. Input Data
Pada tahap ini dilakukan pemasukan data digital provinsi Sulawesi
Selatan yang diperoleh dari idabu. Langkap berikutnya adalah memasukkan data
oseanografi dan posisi penangkapan. Data tersebut di input kedalam program
ArcGis dalam format *.dbf.
15
c. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan overlay terhadap hasil tangkapan dan parameter
oseanografi yang di signifikan terhadap hasil tangkapan. Langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis (Extension dari ArcGis) dengan melakukan interpolasi
data parameter oseanografi dan prediksi hasil tangkapan yang dihasilkan dari
model regresi yang signifikan. Haasil tangkapan yang diperoleh dari interpolasi
kemudian di overlay dengan hasil tangkapan yang dapat memberikan informasi
spasial yang lengkap.
d. Layout
Dalam tahap ini hasil analisis dibuatkan layout sesuai dengan kaidah
kartografi. Hasil yang diperoleh adalah peta gabungan dari semua data yang
telah dimasukkan dan telah diolah yang mampu memberikan informasi hubungan
antara hasil tangkapan dan parameter oseanografi serta daerah penangkapan
ikan tuna.
2. Frekuensi dan ukuran hasil tangkapan ikan tuna madidihang
diperairan teluk bone.
frekuensi dan ukuran hasil tangkapan ikan tuna ditunjukkan melalui
histogram berupa korelasi dari frekuensi hasil tangkapan dengan ukuran panjang
tuna perairan di teluk bone. Sumber data untuk hasil tangkapan dan ukuran
panjang tuna didapat dari obervasi lapangan. Dalam hal ini data hasil tangkapan
yang digunakan adalah data tangkapan tuna madidihang berdasarkan frekuensi
kemunculan dan ukuran yang tertangkap menggunakan pole and line di perairan
Teluk Bone. Histogram terebut dibuat dengan menggunakan software Origin 8.5
dimana sumbu X menunjukkan frekuansi kemunculan ikan tuna madidihang
sedangkan sumbu Y menunjukkan ukuran ikan tuna madidihang.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Teluk Bone terletak di Provinsi Sulawesi Selatan (di sebelah barat dan
utara) dan Provinsi Sulawesi Tenggara (di sebelah timur). Wilayah di Sulawesi
Selatan yang berbatasan perairan Teluk Bone adalah Kabupaten Bulukumba,
Kab. Sinjai, Kab. Bone, Kab. Wajo, Kab. Luwu, Kota Palopo, Kab. Luwu Utara,
dan Kab. Luwu Timur. Secara geografis, Teluk Bone berada pada 02o 30’ LS -
05o 30’ LS dan 120o 30’ BT - 121o 30’ BT. Berdasarkan analisis lokasi fishing
base yang di lakukan dengan cara berkunjung langsung ke tempat atau lokasi
penelitian dan dilakukan wawancara kepada pemilik kapal dan para nelayan
setempat yang melakukan penangkapan di wilayah Teluk Bone Kabupaten Luwu.
Alat tangkap pole and line yang digunakan selama penelitian adalah alat
tangkap yang di operasikan di perairan Teluk Bone dengan fishing Base di
pangkalan pendaratan ikan Desa Murante Kecamatan Suli Kabupaten Luwu,
dengan letak geografis yaitu berada pada 03o 28’ 35.5” Lintang Selatan dan 120o
22’ 47.7” Bujur Timur.
Gambar 4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Murante Kecamatan Suli,
Kabupaten Luwu
17
B. Deskripsi Alat Tangkap
1. Kapal Pole and Line
Kapal yang digunakan dalam mengoperasikan pole and line di perairan
dengan fishng base di Desa Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu
mempunyai ukuran rata-rata panjang 20,8 m, lebar 4,17 m, dan tinggi 1,66 m
dengan kapasitas 30 GT (gross tonnage). Kapal ini dilengkapi dengan satu mesin
penggerak merk Yanmar berkekuatan 115 PK (paarden kracht).
Gambar 5. Kapal pole and line yang digunakan selama penelitian di Desa
Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu
Kapal pole and line memiliki flying deck pada bagian haluan. Flying deck
tersebut merupakan tempat pemancing melakukan pemancingan. Bagian ini
didesain miring dengan bagian depan lebih tinggi yang bertujuan agar ikan yang
tertangkap dapat langsung meluncur ke bagian lambung kapal mendekati bak
penampungan hasil tangkapan sehingga penanganan hasil tangkapan diatas
kapal lebih mudah.
Kapal pole and line ini memiliki palka untuk menyimpan umpan hidup
(Gambar 6a), untuk menyimpan umpan hidup yang ingin ditebar (Gambar 6b)
untuk menyimpan umpan hidup yang ingin di tebarkan, dan palka yang terdapat
di atas dek (Gambar 6c) sebagai tempat hasil tangkapan utama. Selain itu, kapal
18
tersebut juga memiliki sistem sirkulasi air melalui pipa-pipa (water pump) untuk
menyemprotkan air pada saat operasi penangkapan berlangsung (Gambar 6d).
Gambar 6. (a dan b ) Palka tempat penyimpanan umpan hidup, (c) Palka tempat
hasil tangkapan utama, (d) Pipa penyemprot air (water pump)
2. Pole and Line
Pole and line adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
tuna madidihang. Alat tangkap ini memiliki desain yang sederhana. Hanya terdiri
dari joran, tali, dan mata pancing. Dalam pengoperasiannya, alat tangkap ini
memerlukan umpan hidup. Pengoperasian pole and line juga memerlukan
keterampilan dan pengalaman seorang pemancing.
a b
c d
19
Konstruksi pole and line yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Joran (tangkai pancing), bagian ini terbuat dari bambu yang sudah
menguning dan cukup elastis yang berfungsi sebagai tangkai pancing.
Panjang joran yang digunakan yaitu sekitar 2,0 – 2,5 m (Gambar 7).
Gambar 7. Joran (tangkai pancing) yang digunakan pada perikanan pole and line
di perairan Teluk Bone
b. Tali pancing
1) Tali utama (main line), terbuat dari bahan sintetis polyethylene dengan
panjang 1,5 – 2,0 m dengan tali No. 4. Bagian ini disesuaikan dengan
panjang joran yang digunakan pemancing dan pada bagian ujungnya
dibuat simpul mata (Gambar 8).
20
Gambar 8. Tali utama (main line) yang digunakan pada perikanan pole and
line di perairan Teluk Bone
2) Foot line, terbuat dari bahan monofilament dengan panjang sekitar 20 cm
yang berfungsi untuk mencegah putusnya tali utama yang disebabkan
gigitan ikan hasil tangkapan (Gambar 9).
Gambar 9. Foot line yang digunakan pada perikanan pole and line di perairan
Teluk Bone.
21
c. Mata pancing (hook), mata pancing yang digunakan pada alat tangkap ini
adalah jenis mata pancing yang tidak memiliki kait balik. Pada bagian atas
mata pancing terdapat besi berbentuk silinder yang juga difungsikan sebagai
tempat mengikat tasi. Pada mata pancing juga dilengkapi dengan bulu ayam
atau rumbai-rumbai tali rapia. Nomor mata pancing yang digunakan yaitu 2,5
hingga 2,8 (Gambar 10).
Gambar 10. Mata pancing (hook) yang digunakan pada perikanan pole and line
di perairan Teluk Bone
3. Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan merupakan peralatan dalam membantu kegiatan
penangkapan ikan. Alat bantu yang umumnya digunakan dalam kegiatan operasi
penangkapan ikan tuna dengan pole and line adalah rumpon dan serok.
Pelampung tanda dari rumpon (Gambar 11) yang digunakan berukuran panjang
2 m dan lebar 1 m yang terbuat dari bahan bambu. Bahan yang digunakan pada
atraktor rumpon tersebut dalah daun nipah dengan panjang atraktor mencapai ±
30 m. Terdapat dua serok yang digunakan, yaitu serok untuk melempar umpan
hidup di permukaan air (Gambar 12a) dan serok untuk mengambil umpan hidup
(Gambar 12b).
22
Gambar 11. Rumpon yang digunakan nelayan di perairan Teluk Bone
Gambar 12. (a), Serok untuk melempar umpan di permukaan air (b) Serok yang
digunakan untuk mengambil umpan di dalam bak.
4. Metode Pengoperasian Pole and Line
Sebelum berangkat dari fishing base, terlebih dahulu dilakukan beberapa
persiapan diantaranya, persiapan bahan bakar, alat tangkap, tenaga kerja, serta
persiapan perbekalan yang meliputi konsumsi, air tawar, dan es. Waktu
keberangkatan kapal pole and line dari fishing base dipengaruhi oleh waktu
pasang surut perairan pada saat kapal akan keluar dari muara. Sebelum menuju
ke fishing grund (daerah penangkapan), kapal pole and line terlebih dahulu
memuat umpan hidup dari tangkapan bagan (Gambar 13). Jenis umpan hidup
yang biasanya digunakan adalah ikan teri (Stolephorus sp.).
23
Gambar 13. Pengambilan umpan hidup pada bagan
Sebelum mengambil umpan, kapal pole and line akan diikatkan pada
bagan sambil menunggu proses hauling dari bagan. Setelah jaring bagan
diangkat, kapal pole and line akan bersandar pada bagan untuk memuat umpan
hidup. Proses pengangkutan umpan hidup diatas kapal dilakukan oleh 3-5 orang
abk.
Gambar 14. Umpan hidup yang digunakan pada perikanan pole and line di
perairan Teluk Bone
24
Setelah memuat umpan, kapal menuju ke daerah penangkapan ikan
Tuna. Setelah tiba di daerah penangkapan ikan, maka seorang pemantau naik ke
atas geladak kapal untuk mencari gerombolan ikan dengan menggunakan
teropong (Gambar 15). Kegiatan pemantauan biasanya dilakukan oleh boy-boy.
Dalam penentuan fishing ground, tanda-tanda yang biasanya digunakan adalah
dengan melihat banyaknya burung yang menukik di area penangkapan ataupun
buih-buih yang muncul di permukaan perairan (Gambar 16).
Gambar 15. Seorang pemantau sedang mencari gerombolan ikan dengan
menggunakan teropong
Gambar 16. Tanda-tanda gerombolan ikan di daerah penangkapan (burung-
burung yang menukik di sekitar area penangkapan)
25
Setelah menemukan gerombolan ikan, kapal langsung diarahkan
mendekati dengan gerombolan tersebut. Selanjutnya umpan hidup ditebar ke
dalam gerombolan ikan dan disekitar kapal. Hal ini dimaksudkan agar ikan
berkumpul di sekitar kapal untuk memudahkan pemancingan. Selama
pemancingan, dilakukan penyemprotan air untuk mengelabui penglihatan ikan.
Setelah gerombolan ikan mendekati kapal dan para pemancing telah siap di
tempat pemancingan (flying deck) untuk memancing, maka secara serempak
kegiatan pemancingan dilakukan (Gambar 17).
Gambar 17. Proses pemancingan ikan di atas kapal pole and line
Posisi pemancing pada saat pemancingan yakni duduk merapat di bagian
haluan kapal dengan posisi membungkuk. Posisi duduk pemancing dibagi
berdasarkan pengalaman dan keterampilan. Pemancing yang lebih
berpengalaman ditempatkan pada bagian depan dan yang lainnya pada bagian
samping kiri dan kanan tempat pemancingan.
26
Pemancingan dilakukan dengan cara tangkai pancing dipegang dengan
kedua tangan sambil diayunkan ke kiri dan ke kanan dengan pelan agar tali
pancing tidak saling terkait satu sama lain. Penarikan pancing dilakukan apabila
terasa ada ikan yang menyambar mata pancing. Penarikan pancing dilakukan
dengan menghentakkan joran secara kuat dan cepat sehingga ikan yang
tersangkut pada mata pancing tanpa kait balik tersebut akan terangkat ke atas
dek kapal, dan terus meluncur tepat di depan ruang kemudi kapal. Salah satu hal
penting yang harus diperhatikan pada saat proses pemancingan berlangsung
adalah ikan yang tertangkap tidak boleh lolos atau jatuh kembali ke perairan. Hal
ini dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.
Kegiatan pencarian ikan biasanya dilakukan mulai dari pukul 06:00 –
15:00 WITA. Waktu pemancingan ini biasa berubah tergantung dari jumlah
ketersediaan umpan hidup di kapal. Setelah kegitan pemancingan telah usai,
kapal akan kembali ke fishing base. Selama perjalanan kembali ke fishing base,
nelayan biasanya membersihkan dan merapihkan posisi pancing dan peralatan
lainnya. Kembalinya kapal ke fishing base dipengaruhi oleh waktu pasang surut
perairan. Biasanya kapal akan berlabuh jangkar di luar muara untuk menunggu
air pasang agar bisa masuk ke pelabuhan.
C. Produksi Ikan Tuna Madidihang
Jumlah hasil tangkapan ikan tuna madidihang di perairan Teluk Bone
pada bulan April – September 2017 bervariasi setiap bulannya. Hasil tangkapan
ikan tuna madidihang menggunakan pole and line di lokasi penelitian dapat
dilihat pada gambar berikut.
27
Gambar 18. Jumlah hasil tangkapan ikan tuna madidihang pada bulan april –
September 2017 di perairan Teluk Bone
Gambar 18 menunjukkan bahwa berdasarkan data yang diperoleh di
lapangan, hasil tangkapan terbanyak terdapat pada bulan September dengan
jumlah hasil tangkapan sebanyak 535 ekor, dan hasil tangkapan paling rendah di
bulan april dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 29 ekor, dan kembali tinggi
pada bulan juni dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 331 ekor. Hasil ini
berbeda dengan data produksi hasil tangkapan ikan tuna pada tahun 2006 s.d
2015 berdasarkan data produksi aktual dan produksi lestari ikan tuna diperairan
teluk bone, dikarenakan data yang diperoleh dari lapangan hanya berasal dari
satu jenis alat tangkap saja yaitu pole and line sedangkan data yang diperoleh
dari produksi aktual dan produksi lestari tersebut merupakan data hasil
tangkapan yang dikumpulkan berdasarkan hasil tangkapan beberapa alat
penangkapan ikan berupa pancing yang ada di lokasi penelitian (Teluk Bone),
yaitu pole and line, pancing ulur, dan pancing tonda.
28
Produksi (Hasil) Tangkapan dan Upaya Penangkapan
Data time series produksi dan upaya penangkapan ikan pelagis besar
(Tuna) di sekitar perairan Teluk Bone dalam kurun waktu 2006 sampai dengan
2015 diperoleh dari data Statistik Perikanan DKP Provinsi Sulawesi Selatan.
Data produksi dan upaya penangkapan tersebut seperti yang tertera pada Tabel.
Tabel 2. Produksi/hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan tuna di sekitar
perairan Teluk Bone dari 2006 s.d. 2015
Tahun
Tuna
Produksi
(ton)
Upaya
(unit std)
2006 6.790,4 2.634
2007 2.990,6 3.770
2008 2.662,4 1.410
2009 2.791,7 1.216
2010 3.795,2 942
2011 8.526,1 938
2012 8.879,1 913
2013 11.101,7 1.097
2014 6342,9 1.120
2015 16.391,8 937
Rataan 7.027,2 1.498
Fluktuasi tahunan produksi tangkapan ikan Tuna, pada tahun 2008
sampai dengan 2013 terus mengalami peningkatan produksi selanjutnya
menurun pada 2014 tetapi tahun berikutnya (2015) meningkat dengan tajam
dengan produksi tertinggi yaitu sebesar 16.391,8 ton.
29
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pro
du
ksi
Tu
na
(ton
)
Tahun
Produksi aktual
Produksi lestari
Gambar 19. Grafik produksi aktual dan produksi lestari ikan Tuna di perairan
Teluk Bone dalam kurun waktu 2006 s.d. 2015.
Gambar 19. menunjukkan bahwa ada lima tahun dimana produksi aktual
Tuna melebihi dari produksi lestari yaitu pada tahun 2007, 2011 – 2013 dan
2015, selebihnya produksi aktual berada di bawah poduksi lestari. (Safruddin
dkk., 2017).
Pada (Gambar 20) menunjukkan bahwa produksi tangkapan pole and line
ikan cakalang menempati produksi tertinggi dari tiga jenis ikan mulai bulan april-
september 2017, kemudian disusul oleh ikan tongkol yang produksi
tangkapannya setelah ikan cakalang dan produksi tangkapan terendah pada ikan
tuna.
30
Gambar 20. Produksi Tuna, Cakalang, dan Tongkol april-september 2017
D. Peta Daerah Penangkapan Tuna Madidihang pada Perairan Teluk Bone
Pengambilan titik kordinat fishing ground pada penelitian ini dilakukan
selama bulan April – September 2017, yang mengikuti beberapa trip pengkapan
kapal pole and line pada tiap bulannya dengan fishing base di Tempat
Pendaratan Ikan (TPI) Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu.
Pemetaan fishing ground ikan tuna madidihang pada perairan Teluk Bone
dibagi berdasarkan parameter oseanografi seperti SPL dan Klorofil-a disetiap
bulannya.
a. Suhu Permukaan Laut (SPL)
Informasi sebaran suhu permukaan laut adalah sangat penting untuk
menentukan daerah potensial penangkapan ikan (Safruddin dan Zainuddin,
2007). Data citra satelit menyediakan informasi secara berkala dan pada
cakupan area yang luas tentang sebaran suhu tersebut (Gordon, 2005; Hendiarti
et al., 2005). Suhu perairan juga mempengaruhi secara langsung terhadap
kondisi fisiologis ikan dan secara tidak langsung mempengaruhi kelimpahan
makanan untuk ikan (Royce, 1984; Dimmlich et al., 2009; Zorica et al., 2013).
31
Gambar 21. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan SPL
pada bulan April 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 21.) dapat diketahui bahwa sebaran
suhu permukaan laut pada bulan April diperairan teluk bone berkisar antara
27.84 -33.320 C. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon terdapat pada
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
32
posisi -3.588610 LS dan 120.52420 BT dengan jumlah 8 ekor ikan Tuna
Madidihang. adapun tangkapan terendah berada pada posisi -3.891670 LS dan
120.57140 BT yang hanya mendapatkan 1 ekor ikan Tuna Madidihang.
Penangkapan menggunakan rumpon ini dominan pada perairan yang suhu
permukaan lautnya berkisar anatara 30.59 – 31.520 C, sedangakan hasil
tangkapan tanpa menggunakan rumpon berada pada kisaran 31.53 – 32.42 0 C.
dengan hasil tangkapan tertinggi berjumlah 4 ekor Madidihang pada posisi -
3.512220 LS dan 120.59970 BT. Serta tangkapan terendah, berada pada posisi -
3.580830 LS dan 120.55310 BT. Yang mendapatkan 3 ekor tuna. Hal ini
mengindikasikan bahwa ikan Tuna Madidihang dapat di temukan pada perairan
kisaran suhu permukaan laut 30.59 -32.420 C.
33
Gambar 22. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan SPL
pada bulan Mei 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 22.) menunjukkan bahwa untuk
penangkapan ikan Tuna Madidihang pada bulan Mei terpusat disebelah utara
perairan teluk bone dengan kisaran SPL 31.53-32.42 °C.dan dapat diketahui
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
34
bahwa sebaran suhu permukaan laut pada bulan Mei diperairan teluk bone
berkisar antara 27.84 -33.32 °C. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon
berada pada posisi -3.21806 ° LS dan 120.71580 BT. Dengan jumlah 28 ekor
ikan Tuna Madidihang, serta tangkapan terendah pada posisi -3.2780° LS dan
120.71110 BT, Yang hanya mendapatkan 1 ekor ikan Tuna Madidihang.
Penagkapan menggunakan rumpon ini dominan pada perairan yang suhu
permukaan lautnya berkisar antara 31.53 – 32.42°C, begitu juga hasil tangkapan
tanpa menggunakan rumpon berada pada kisaran 31.53 – 32.42°C. dengan hasil
tangkapan tertinggi berjumlah 11 ekor Madidihang pada posisi -3.370560 LS dan
120.5050 BT. Serta tangkapan terendah, berada pada posisi -3,425830 LS dan
120.50830 BT. Yang mendapatkan 1 ekor tuna. Hal ini mengindikasikan bahwa
ikan tuna madidihang dapat di temukan pada perairan kisaran suhu permukaan
laut 30.59 -32.42°C.
35
Gambar 23. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan SPL
pada bulan Juni 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 23.) dapat diketahui bahwa sebaran
suhu permukaan laut pada bulan Juni diperairan teluk bone berada dikisaran
antara 26.93 - 31.520 C. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon terdapat
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
36
pada posisi -3.316110 LS dan 120.56280 BT dengan jumlah 15 ekor ikan Tuna
Madidihang. adapun tangkapan terendah berada pada posisi -3.260 LS dan
120.73440 BT yang hanya mendapatkan 2 ekor Madidihang. Penangkapan
menggunakan rumpon ini dominan pada perairan yang suhu permukaan lautnya
berkisar anatara 29.68 – 30.580 C, begitu juga pada hasil tangkapan yang tanpa
menggunakan rumpon berada pada kisaran 29.68 – 30.58 0 C. dengan hasil
tangkapan tertinggi berjumlah 12 ekor ikan Tuna Madidihang yang terdapat pada
posisi -3.313890 LS dan 120.72860 BT. Selain pada posisi tersebut, hasil
tangkapan dengan jumlah 12 ekor juga terdapat di posisi -3.277220 LS dan
120.71280 BT. Serta berada pada posisi -3.261670 LS dan 120.73360 BT.
Sedangkan tangkapan terendah, berada pada posisi -3.305560 LS dan 120.66580
BT, -3.311390 LS dan 120.68250 BT. Yang mendapatkan 4 ekor tuna.hal ini
mengindikasikan bahwa ikan Tuna Madidihang dapat di temukan pada perairan
kisaran suhu permukaan laut 28.78 -30.580 C.
37
Gambar 24. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan SPL
pada bulan Juli 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 24.) menunjukkan bahwa untuk
penangkapan ikan tuna madidihang pada bulan Juli terpusat disebelah utara
perairan teluk bone dengan kisaran SPL 28.78-29.67 °C.dan dapat diketahui
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
38
bahwa sebaran suhu permukaan laut pada bulan Mei diperairan teluk bone
berkisar antara 26.93 -31.52 °C. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon
berada pada posisi -3.37494 ° LS dan 120.67460 BT. Dengan jumlah 8 ekor ikan
Madidihang, serta tangkapan terendah pada posisi -3.9914° LS dan 120.67310
BT, Yang hanya mendapatkan 2 ekor ikan tuna madidihang. Penagkapan
menggunakan rumpon ini dominan pada perairan yang suhu permukaan lautnya
berkisar anatara 29.68-30.58 °C. Sedangakan hasil tangkapan yang tanpa
menggunakan rumpon berada pada kisaran 28.78-29.67 °C. dengan hasil
tangkapan tertinggi berjumlah 7 ekor ikan Madidihang pada posisi -3.411080 LS
dan 120.67110 BT. Serta tangkapan terendah, berada pada posisi -3,44800 LS
dan 120.7090 BT. Yang mendapatkan 3 ekor ikan Madidihang. hal ini
mengindikasikan bahwa ikan Tuna Madidihang dapat di temukan pada perairan
kisaran suhu permukaan laut 28.78 -30.58°C.
39
Gambar 25. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan SPL
pada bulan Agustus 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 25.) dapat diketahui bahwa sebaran
suhu permukaan laut pada bulan Agustus diperairan teluk bone berkisar antara
26.93 -31.520 C. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon terdapat pada
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
40
posisi -3.291110 LS dan 120.71110 BT. dengan jumlah 13 ekor Madidihang.
adapun tangkapan terendah berada pada posisi -3.246110 LS dan 120.71110 BT,
Selain pada posisi tersebut, hasil tangkapan terendah juga terdapat di posisi -
3.269440 LS dan 120.68610 BT, begitu juga pada posisi -3.274170 LS dan
120.67440 BT, serta pada posisi -3.286940 LS dan 120.6290 BT. Masing-masing
berjumlah 2 ekor Madidihang. Penangkapan menggunakan rumpon ini dominan
pada perairan yang suhu permukaan lautnya berkisar anatara 29.68 – 30.580 C.
sedangkan pada hasil tangkapan tanpa menggunakan rumpon berada pada
kisaran 28.78 – 29.67 0 C. dengan hasil tangkapan tertinggi berjumlah 9 ekor
Madidihang yang tersebar pada posisi -3.285190 LS dan 120.67780 BT, serta
pada posisi -3.261390 LS dan 120.72340 BT, Sedangkan tangkapan terendah,
berada pada posisi -3.286310 LS dan 120.67330 BT, hasil tangkapan yang sama
juga terdapat pada posisi -3.261530 LS dan 120.72680 BT. Yang mendapatkan 4
ekor Madidihang. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan Tuna Madidihang dapat di
temukan pada perairan kisaran suhu permukaan laut 28.78 -30.580 C.
41
Gambar 26. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan SPL
pada bulan September 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 26.) dapat diketahui bahwa sebaran
suhu permukaan laut pada bulan September diperairan teluk bone berkisar
antara 26.93 - 31.520 C. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
42
berjumlah 9 ekor ikan tuna madidihang terdapat pada posisi -3.463030 LS dan
120.67190 BT, Selain pada posisi tersebut, hasil tangkapan dengan jumlah 9
ekor juga terdapat di posisi -3.469190 LS dan 120.69230 BT, begitu juga pada
posisi -3.503560 LS dan 120.73110 BT, serta di posisi -3.290970 LS dan
120.65480 BT, hasil tangkapan yang sama terdapat pada posisi -3.287940 LS
dan 120.60690 BT. sedangkan tangkapan terendah berada pada posisi -3.46220
LS dan 120.67430 BT, serta pada posisi -3.313810 LS dan 120.49460 BT yang
mendapatkan 4 ekor ikan tuna. Penangkapan menggunakan rumpon ini dominan
pada perairan yang suhu permukaan lautnya berkisar anatara 29.68 – 30.580 C.
sedangkan pada hasil tangkapan tanpa menggunakan rumpon berada pada
kisaran 28.78 – 29.67 0 C. dengan hasil tangkapan tertinggi berjumlah 24 ekor
ikan Madidihang yang terdapat pada posisi -4.067780 LS dan 120.78360 BT.
Serta tangkapan terendah, berada pada posisi -3.781940 LS dan 120.61580 BT.
Yang mendapatkan 11 ekor tuna. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan
Madidihang dapat di temukan pada perairan kisaran suhu permukaan laut 28.78 -
30.580 C.
b. Klorofil-a
Konsentrasi klorofil-a yang dikenal sebagai pigmen photosintetik dari
phytoplankton. Pigmen ini dianggap sebagai indeks terhadap tingkat
produktivitas biologis. Di perairan laut, indeks klorofil-a merupakan gambaran
biomassa fitoplankton (Gomez et al., 2012), ini dapat dihubungkan dengan
produksi ikan atau lebih tepatnya dapat menggambarkan tingkat produktivitas
daerah penangkapan ikan (Polovina et al., 2001).
43
Gambar 27. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan
sebaran Klorofil-a pada bulan April 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 27.) dapat diketahui bahwa sebaran
klorofil-a pada bulan April diperairan teluk bone berada dikisaran antara 0.1142 –
2.6415 mg/m³. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon terdapat pada
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
44
posisi -3.588610 LS dan 120.52420 BT dengan jumlah 8 ekor ikan tuna. Serta
tangkapan terendah berada pada posisi -3.891670 LS dan 120.57140 BT yang
hanya mendapatkan 1 ekor Madidihang. Penangkapan menggunakan rumpon ini
dominan pada sebaran klorofil-a yang berkisar anatara 0.1142 – 0.4259 mg/m³.
Begitu juga hasil tangkapan tanpa menggunakan rumpon berada pada kisaran
0.1142 – 0.4259 mg/m³. dengan hasil tangkapan tertinggi berjumlah 4 ekor ikan
tuna pada posisi -3.512220 LS dan 120.59970 BT. Serta tangkapan terendah,
berada pada posisi -3,580830 LS dan 120.55310 BT. Yang mendapatkan 3 ekor
Madidihang. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan madidihang dapat di temukan
pada sebaran klorofil-a 0.1142 – 0.4259 mg/m³.
45
Gambar 28. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan
sebaran Klorofil-a pada bulan Mei 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 28.) menunjukkan bahwa untuk
penangkapan ikan Tuna Madidihang pada bulan Mei terpusat disebelah utara
perairan teluk bone dengan kisaran kandungan klorofil-a 0.1142 – 0.7488 mg/m³,
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
46
dan dapat diketahui bahwa sebaran klorofil-a pada bulan mei diperairan teluk
bone berkisar antara 0.1142 – 2.9532 mg/m³. Hasil tangkapan tertinggi
menggunakan rumpon berada pada posisi -3.21806 ° LS dan 120.71580 BT.
Dengan jumlah 28 ekor ikan Tuna Madidihang, serta tangkapan terendah pada
posisi -3.2780° LS dan 120.71110 BT, Yang hanya mendapatkan 1 ekor ikan
Madidihang. Penagkapan menggunakan rumpon ini dominan pada sebaran
klorofil berkisar anatara 0.1142 – 0.4259 mg/m³. sedangkan hasil tangkapan
tanpa menggunakan rumpon berada pada kisaran klorofil-a 0.4260 – 0.7488
mg/m. dengan hasil tangkapan tertinggi berjumlah 11 ekor ikan tuna pada posisi -
3.370560 LS dan 120.5050 BT. Serta tangkapan terendah, berada pada posisi -
3,425830 LS dan 120.50830 BT. Yang mendapatkan 1 ekor tuna. Hal ini
mengindikasikan bahwa ikan Tuna Madidihang dapat di temukan pada
kandungan klorofil kisaran 0.1142 – 1.0605 mg/m³.
47
Gambar 29. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan
sebaran Klorofil-a pada bulan Juni 2017
Berdasarkan peta (Gambar 29.) dapat diketahui bahwa sebaran klorofil-a
pada bulan Juni diperairan teluk bone berkisar antara 0.1142 – 2.9532 mg/m³.
Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon terdapat pada posisi -3.316110
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
48
LS dan 120.56280 BT dengan jumlah 15 ekor ikan tuna. Serta tangkapan
terendah berada pada posisi -3.260 LS dan 120.73440 BT yang hanya
mendapatkan 2 ekor ikan Tuna Madidihang. Penangkapan menggunakan
rumpon ini dominan pada perairan sebaran klorofil-a berkisar anatara 0.4260 –
0.7488 mg/m³. sedangkan pada hasil tangkapan yang tanpa menggunakan
rumpon berada pada kisaran 0.1142 – 0.4259 mg/m. dengan hasil tangkapan
tertinggi berjumlah 12 ekor ikan tuna yang terdapat pada posisi -3.313890 LS dan
120.72860 BT, Selain pada posisi tersebut, hasil tangkapan dengan jumlah 12
ekor Madidihang juga terdapat di posisi -3.277220 LS dan 120.71280 BT, serta
pada posisi -3.261670 LS dan 120.73360 BT. Sedangkan tangkapan terendah,
berada pada posisi -3.305560 LS dan 120.66580 BT, -3.311390 LS dan 120.68250
BT. Yang mendapatkan 4 ekor tuna.hal ini mengindikasikan bahwa ikan Tuna
Madidihang dapat di temukan pada sebaran klorofil-a 0.1142 – 0.7488 mg/m³.
49
Gambar 30. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan
sebaran Klorofil-a pada bulan Juli 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 30.) menunjukkan bahwa untuk
penangkapan ikan Tuna Madidihang pada bulan Juli terpusat disebelah utara
perairan teluk bone dengan sebaran klorofil-a berkisar 0.1142 – 0.4259 mg/m³,
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
50
dan dapat diketahui bahwa sebaran klorofil-a pada bulan juli diperairan teluk
bone berkisar antara 0.1142 – 2.6415 mg/m³. Hasil tangkapan tertinggi
menggunakan rumpon berada pada posisi -3.37494 ° LS dan 120.67460 BT.
Dengan jumlah 8 ekor ikan tuna madidihang, serta tangkapan terendah pada
posisi -3.9914° LS dan 120.67310 BT, Yang hanya mendapatkan 2 ekor ikan
Madidihang. Penagkapan menggunakan rumpon ini dominan pada perairan
dengan kandungan klorofil-a berkisar anatara 0.1142 – 0.4259 mg/m³. begitu
juga hasil tangkapan tanpa menggunakan rumpon berada pada kisaran 0.1142 –
0.4259 mg/m. dengan hasil tangkapan tertinggi berjumlah 7 ekor ikan
Madidihang pada posisi -3.411080 LS dan 120.67110 BT. Serta tangkapan
terendah, berada pada posisi -3.44800 LS dan 120.7090 BT. Yang mendapatkan
3 ekor tuna. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan tuna madidihang dapat di
temukan pada sebaran klorofil-a kisaran 0.1142 – 0.4259 mg/m³.
51
Gambar 31. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan
sebaran Klorofil-a pada bulan Agustus 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 31.) dapat diketahui bahwa sebaran
klorofil-a pada bulan Agustus diperairan teluk bone berkisar antara 0.1142 –
2.9532 mg/m³. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon terdapat pada
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
52
posisi -3.291110 LS dan 120.71110 BT. dengan jumlah 13 ekor ikan tuna. adapun
tangkapan terendah berada pada posisi -3.246110 LS dan 120.71110 BT, Selain
pada posisi tersebut, hasil tangkapan terendah juga terdapat di posisi -3.269440
LS dan 120.68610 BT, begitu juga pada posisi -3.274170 LS dan 120.67440 BT,
serta pada posisi -3.286940 LS dan 120.6290 BT. Masing-masing berjumlah 2
ekor Madidihang. Penangkapan menggunakan rumpon ini dominan pada
kandungan klorofil-a berkisar anatara 0.4260 – 0.7488 mg/m³. Sedangkan pada
hasil tangkapan tanpa menggunakan rumpon berada pada kisaran 0.1142 –
0.4259 mg/m³. dengan hasil tangkapan tertinggi berjumlah 9 ekor Madidihang
yang tersebar pada posisi -3.285190 LS dan 120.67780 BT, serta pada posisi -
3.261390 LS dan 120.72340 BT, Sedangkan tangkapan terendah, berada pada
posisi -3.286310 LS dan 120.67330 BT, hasil tangkapan yang sama juga terdapat
pada posisi -3.261530 LS dan 120.72680 BT. Yang mendapatkan 4 ekor tuna. Hal
ini mengindikasikan bahwa ikan tuna madidihang dapat di temukan pada sebaran
klorifil-a berkisar 0.1142 – 0.7488 mg/m³.
53
Gambar 32. Peta daerah penangkapan ikan Tuna Madidihang berdasarkan
sebaran Klorofil-a pada bulan September 2017
Berdasarkan pada peta (Gambar 32.) dapat diketahui bahwa sebaran
klorofil-a pada bulan September diperairan teluk bone berkisar antara 0.1142 –
2.9532 mg/m³. Hasil tangkapan tertinggi menggunakan rumpon berjumlah 9 ekor
Hasil Tanpa Rumpon (Ekor)
Hasil Rumpon (Ekor)
54
ikan Tuna Madidihang terdapat pada posisi -3.463030 LS dan 120.67190 BT,
hasil tangkapan dengan jumlah 9 ekor juga terdapat di posisi -3.469190 LS dan
120.69230 BT, begitu juga pada pada posisi -3.503560 LS dan 120.73110 BT
serta di posisi -3.290970 LS dan 120.65480 BT, hasil tangkapan yang sama
terdapat pada posisi -3.287940 LS dan 120.60690 BT. adapun tangkapan
terendah berada pada posisi -3.46220 LS dan 120.67430 BT, serta pada posisi -
3.313810 LS dan 120.49460 BT yang mendapatkan 4 ekor ikan. Penangkapan
menggunakan rumpon ini dominan pada sebaran klorofil-a berkisar anatara
0.1142 – 0.4259 mg/m³. Begitu juga hasil tangkapan tanpa menggunakan
rumpon berada pada kisaran 0.1142 – 0.4259 mg/m³. dengan hasil tangkapan
tertinggi berjumlah 24 ekor pada posisi -4.067780 LS dan 120.78360 BT. Serta
tangkapan terendah, berada pada posisi -3.781940 LS dan 120.61580 BT. Yang
mendapatkan 11 ekor tuna. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan tuna dapat di
temukan pada sebaran klorofil-a kisaran 0.1142 – 0.7488 mg/m³.
E. Histogram Frekuensi Kemunculan Tuna madidihang Berdasarkan
Panjang Ikan Pada Rumpon dan tanpa Rumpon
Gambar 33. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan April 2017
9
13
2
4
1
0
2
4
6
8
10
12
14
40 42 44 46 48
Freq
uen
cy (
eko
r)
Panjang Ikan (cm)
55
Berdasarkan ( Gambar 33 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang pada rumpon di bulan April adalah
ikan yang berukuran 42 cm dengan frekuensi sebanyak 13 kali kemunculan,
sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan ukuran 48 cm,
sebanyak 1 kali kemunculan.
Gambar 34. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan Mei 2017
Berdasarkan ( Gambar 34 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang pada rumpon di bulan Mei adalah
ikan yang berukuran 46 cm dengan frekuensi sebanyak 72 kali kemunculan,
sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan ukuran 48 cm,
sebanyak 8 kali kemunculan.
56
Gambar 35. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan Juni 2017
Berdasarkan ( Gambar 35 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang pada rumpon di bulan Juni adalah
ikan yang berukuran 46 cm dengan frekuensi sebanyak 73 kali kemunculan,
sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan ukuran 40 cm,
sebanyak 16 kali kemunculan
Gambar 36. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan Juli 2017
57
Berdasarkan ( Gambar 36 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang pada rumpon di bulan Juni adalah
ikan yang berukuran 42 cm dengan frekuensi sebanyak 9 kali kemunculan,
sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan ukuran 48 cm,
yang hanya 1 kali kemunculan.
Gambar 37. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan Agustus 2017
Berdasarkan ( Gambar 37 ) di atas dapat diketahui bahawa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang pada rumpon di bulan Agustus
adalah ikan yang berukuran 46 cm dengan frekuensi sebanyak 44 kali
kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan
ukuran 40 cm, sebanyak 4 kali kemunculan.
58
Gambar 38. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan pada rumpon di
bulan September 2017
Berdasarkan ( Gambar 38 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang pada rumpon di bulan September
adalah ikan yang berukuran 46 cm dengan frekuensi sebanyak 126 kali
kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan
ukuran 40 cm, sebanyak 15 kali kemunculan
59
Gambar 39. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa
menggunakan rumpon di bulan April 2017
Berdasarkan ( Gambar 39 ) di atas dapat diketahui bahawa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang tanpa menggunakan rumpon di
bulan April adalah ikan yang berukuran 52 cm dengan frekuensi sebanyak 5 kali
kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan
ukuran 47 cm, sebanyak 1 kali kemunculan.
Gambar 40. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa
menggunakan rumpon di bulan Mei 2017
1
5
2
3
2
0
1
2
3
4
5
6
47 52 57 62 67
Freq
uen
cy (
eko
r)
Panjang Ikan (cm)
2
13
4
6
10
0
2
4
6
8
10
12
14
47 52 57 62 67
Freq
uen
cy (
eko
r)
Panjang Ikan (cm)
60
Berdasarkan ( Gambar 40 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang tanpa menggunakan rumpon di
bulan mei adalah ikan yang berukuran 52 cm dengan frekuensi sebanyak 13 kali
kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan
ukuran 47 cm, sebanyak 2 kali kemunculan
Gambar 41. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa
menggunakan rumpon di bulan Juni 2017
Berdasarkan ( Gambar 41 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang tanpa menggunakan rumpon di
bulan Juni adalah ikan yang berukuran 52 cm dengan frekuensi sebanyak 56
kali kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan
ukuran 47 cm, sebanyak 3 kali kemunculan
61
Gambar 42. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa
menggunakan rumpon di bulan Juli 2017
Berdasarkan ( Gambar 42 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang tanpa menggunakan rumpon di
bulan Juli adalah ikan yang berukuran 52 cm dengan frekuensi sebanyak 7 kali
kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan dengan
ukuran 57 cm, sebanyak 1 kali kemunculan.
Gambar 43. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa
menggunakan rumpon di bulan Agustus 2017
2
7
1
2
4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
47 52 57 62 67
Freq
uen
cy (
eko
r)
Panjang Ikan (cm)
62
Berdasarkan ( Gambar 43 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang tanpa menggunakan rumpon di
bulan Agustus adalah ikan yang berukuran 52 cm dengan frekuensi sebanyak
44 kali kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan
dengan ukuran 47 cm, sebanyak 4 kali kemunculan.
Gambar 44. Histogram Kemunculan berdasarkan panjang ikan tanpa
menggunakan rumpon di bulan September 2017
Berdasarkan ( Gambar 44 ) di atas dapat diketahui bahwa frekuensi
kemunculan tertinggi Ikan Tuna Madidihang tanpa menggunakan rumpon di
bulan September adalah ikan yang berukuran 52 cm dengan frekuensi sebanyak
93 kali kemunculan, sedangkan frekuensi kemunculan terendah yaitu ikan
dengan ukuran 57 cm, yang hanya 1 kali kemunculan.
63
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ikan Tuna Madidihang yang tertangkap dengan pole and line dari bulan
April-September 2017. Terpusat disebelah utara perairan teluk bone.
Dengan produktifitas tertinggi pada posisi 3°13’-3°40’LS dan 120°30’-
120°41’BT dengan menggunakan rumpon dan tanpa rumpon.
2. Frekuensi kemunculan Ikan Tuna Madidihang berdasarkan panjang di
bulan April-September 2017, yang tertangkap pada rumpon di dominasi
dengan ukuran 46 cm sebanyak 323 kemunculan dan frekuensi terendah
pada ukuran 48 cm sebanyak 57 kali kemunculan. Sedangkan frekuensi
kemunculan tanpa menggunakan rumpon dominan pada ukuran 52 cm
sebanyak 216 kali kemunculan dan frekuensi terendah dengan ukuran 57
cm sebanyak 11 kali kemunculan.
B. Saran
Penelitian Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna Madidihang
Berdasarkan Frekuensi dan Ukuran Hasil Tangkapan Pole and Line, ini
diharapkan dapat dikembangkan dengan menggunakan data berbasis
harian selama satu tahun untuk menjelaskan secara spesifik bagaimana
hubungan Frekuensi dan Ukuran Ikan Tuna Madidihang di Perairan Teluk
Bone.
64
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen KKP, 2013. Analisis dan Data Pokok Kelautan dan Perikanan menurut Provinsi 2012. Jakarta.
Amri, K. 2008. Analisis Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Sunda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 14(1). 51-61.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Gafa, B., Karsono W. & B. Nugraha. 2004. Hubungan antara suhu dan
kedalaman mata pancing terhadap hasil tangkapan ikan bigeye tuna (Thunnusobesus) dan yellowfin tuna (Thunnus albacares) dengan tuna longline di perairan Laut Banda dan sekitarnya. Prosiding Hasil-Hasil Riset. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. p. 63 –80
Lavestu, T and M.L. Hayes, 1993. Fishery Oceanography and Echology. Fishing
News Book. London. Mahyuddin B. 2012. Kebutuhan teknologi untuk penangkapan ikan. Makalah
seminar nasional kelautan VII Universitas Hang Tuah. Surabaya. 16 hal Miazwir. 2012. Analisis Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus
albacares) Yang Tertangkap Di Samudera Hindia. Tesis. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Magister Ilmu Kelautan .Depok
Matsumoto, W M, R A Skillman and A E Dizon. 1984. Synopsis of Biological Data
on Skipjack Tuna, Katsuwonus pelamis. NOAA Technical Report NMFS Circutar 451 dan FAO Fisheries Synopsis No 136.
Nugraha, B. & S. Triharyuni. 2009. Pengaruh Suhu dan Kedalaman Mata
Pancing Rawai Tuna (Tuna Longline) Terhadap Hasil Tangkapan Tuna Di Samudera Hindia. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 15(3): 239-247.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.
Jakarta Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Nomura, 1996 Nomura M, Yamazaki T. 1977. Fishing Technique I. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. 206 p.
Rizkika, S 2011. Pendugaan beberapa parameter dinamika populasi Ikan pelagis
besar diperairan Teluk Bone Kabupaten luwu. Program studi pemanfaatan sumberdaya perikanan., universitas hasanuddin. Makassar,sulawesi Selatan.
65
Safruddin, M. Zainuddin M.T. Umar. 2017. Estimasi Potensi dan Pola Migrasi Ikan Pelagis Besar di Perairan Teluk Bone berbasis Remote Sensing. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin
Safruddin, M. Zainuddin dan C. Rani. 2014. Prediksi Daerah potensial
penangkapan Ikan Pelagis Besar Di Perairan Kabupaten Mamuju. Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Vol.1 (2): 185-195. ISSN: 2355-729X.
Safruddin, A. Mallawa dan M. Zainuddin. 2015. Migrasi Ikan Tuna (Thunnus sp.)
secara Spasial dan Temporal di Laut Flores, Berbasis Citra Satelit Oseanografi. Prosiding Seminar Nasional Kelautan Perikanan II. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, 5 Oktober 2015.
Wijopriono dan A. S. Genisa. 1999. Beberapa Aspek Biologis, Potensi, Dan Sebaran Ikan Tuna Dan Cakalang di Perairan Barat Sumatera. Prosiding
Seminar Regional Sumatera II Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Padang.
Yousman, Y. 2003. Sistem Informasi Geografis Dengan Mapinfo Profesional.
Penerbit Andi. Yogyakarta. Zainuddin, M., Saitoh, K.dan S. Saitoh. 2008. Albacore tuna fishing graund in
relation to oceanographic conditions of norhwestern North Pacific using remotely sensed satellite data. Fish. Oceanografy. Volume 17(2): 61-73.-73.
67
Lampiran 1. Data SPL dan Klorofil (dari citra satelit) yang di ekstrak dengan hasil tangkapan ikan Tuna madidihang (Thunnus albacares) tahun 2017
di perairan Teluk Bone.
No Longitude Latitude Parameter oceonografi Tangkapan
Suhu Klorofil
1 03°50'37" 120°49'03" 31,45386124 0,261175334 4
2 03°52'21" 120°48'27" 31,45386124 0,246839553 2
3 03°35'19" 120°31'27" 31,76755714 0,350790948 8
4 03°51'23" 120°41'24" 31,64758301 0,245122269 2
5 03°53'30" 120°34'17" 31,49072647 0,30895856 1
6 03°52'10" 120°49'13" 31,45386124 0,246839553 5
7 03◦34'51" 120◦33'11" 31,76755714 0,291736513 3
8 03◦30'44" 120◦35'59" 31,95445824 0,30001235 4
9 03°25'33" 120°30'31" 30,67649078 0,54507041 1
10 03°22'14" 120°30'18" 30,74243355 0,578980565 11
11 03°30'06" 120°39'32" 30,89959335 0,265531242 4
12 03°31'51" 120°40'48" 30,72585869 0,255935758 2
13 03°32'57" 120°41'37" 30,78471375 0,3121337 3
14 03°32'10" 120°47'31" 30,64684296 0,338744283 2
15 03°23'16" 120°30'19" 30,74243355 0,578980565 3
16 03°22'31" 120°32'10" 30,81505013 0,414188474 1
17 03°15'25" 120°43'47" 30,82607651 0,270097136 4
18 03°16'41" 120°53'20" 30,53970146 0,696128547 6
19 03°14'56" 120°42'40" 30,82607651 0,270097136 1
20 03°12'44" 120°42'05" 30,86992455 0,280278504 12
21 03°12'57" 120°43'08" 30,86992455 0,280278504 8
22 03°11'41" 120°43'38" 30,86992455 0,280278504 6
23 03°13'47" 120°21'05" 30,83283806 0,278714389 14
24 03°14'08" 120°41'49" 30,82607651 0,270097136 9
25 03°14'06" 120°54'53" 30,56116867 0,823945701 11
26 03°13'54" 120°14'50" 30,56116867 0,823945701 15
27 03°13'39" 120°41'16" 30,83760452 0,291235328 2
28 03°21'36" 120°25'38" 30,76810265 0,274733752 10
29 03°20'55" 120°25'49" 30,73995781 0,277888387 7
30 03°20'30" 120°25'31" 30,73995781 0,277888387 8
31 03°28'25" 120°24'18" 30,84389687 0,260640353 5
32 03◦13'5" 120◦42'57" 30,86992455 0,280278504 28
33 03◦13'9" 120◦42'55" 30,86992455 0,280278504 17
34 03◦12'50" 120◦42'59" 30,86992455 0,280278504 11
35 03◦13'32" 120◦42'22" 30,82607651 0,270097136 14
36 03◦13'57" 120◦42'11" 30,82607651 0,270097136 9
37 03◦14'35" 120◦42'27" 30,82607651 0,270097136 7
38 03◦14'50" 120◦42'48" 30,82607651 0,270097136 4
68
39 03◦14'57" 120◦42'45" 30,82607651 0,270097136 7
40 03°16'49" 120°42'42" 29,70652199 0,455852628 4
41 03°17'01" 120°42'42" 29,70652199 0,455852628 11
42 03°16'32" 120°43'22" 29,70652199 0,486940145 4
43 03°15'41" 120°44'08" 29,7858448 0,486940145 7
44 03°16'04" 120°43'49" 29,70652199 0,486940145 3
45 03°16'44" 120°42'39" 29,70652199 0,455852628 10
46 03°18'59" 120°34'07" 29,70556641 0,560582399 5
47 03°18'49" 120°34'13" 29,70556641 0,560582399 3
48 03°18'53" 120°34'09" 29,70556641 0,560582399 5
49 03°16'53" 120°42'40" 29,70652199 0,455852628 5
50 03°16'57" 120°42'39" 29,70652199 0,455852628 12
51 03°17'04" 120°42'41" 29,70652199 0,455852628 8
52 03°17'08" 120°42'49" 29,70652199 0,420755416 14
53 03°16'48" 120°42'45" 29,70652199 0,455852628 13
54 03°17'05" 120°42'42" 29,70652199 0,455852628 5
55 03°15'43" 120°44'07" 29,7858448 0,486940145 6
56 03°15'36" 120°44'04" 29,7858448 0,486940145 2
57 03°15'49" 120°44'01" 29,7858448 0,486940145 3
58 03°16'45" 120°42'43" 29,70652199 0,455852628 4
59 03°16'40" 120°43'08" 29,70652199 0,486940145 8
60 03°16'38" 120°43'48" 29,70652199 0,486940145 5
61 03°16'35" 120°41'39" 29,70652199 0,455852628 8
62 03°16'40" 120°35'07" 29,88869286 0,454827726 9
63 03◦19'54,7" 120◦31'28,9" 29,69203377 0,62190938 8
64 03◦19'51,5" 120◦31'40,3" 29,69203377 0,62190938 10
65 03◦19'48,8" 120◦31'48,1" 29,69203377 0,62190938 14
66 03◦19'20,7" 120◦33'15,3" 29,69203377 0,560582399 3
67 03◦19'16,3" 120◦33'30,5" 29,70556641 0,560582399 9
68 03◦19'09,3" 120◦33'48,5" 29,70556641 0,560582399 4
69 03◦18'58,5" 120◦33'46,2" 29,70556641 0,560582399 15
70 03◦18'53,6" 120◦33'42,5" 29,70556641 0,560582399 7
71 03◦18'55,9" 120◦33'42,1" 29,70556641 0,560582399 3
72 03◦18'58,2" 120◦33'39,8" 29,70556641 0,560582399 8
73 03◦18'55,2" 120◦33'44,9" 29,70556641 0,560582399 6
74 03◦18'50,5" 120◦43'43,7" 29,58425903 0,449485421 12
75 03◦18'20,8" 120◦39'57,6" 29,78378868 0,41580382 4
76 03◦18'43,5" 120◦33'47,6" 29,70556641 0,560582399 9
77 03◦17'58,0" 120◦39'53,6" 29,78378868 0,41580382 11
78 03◦18'09,7" 120◦39'55,0" 29,78378868 0,41580382 10
79 03◦18'59,7" 120◦40'01,0" 29,63241768 0,41580382 6
80 03◦18'41,5" 120◦40'57,9" 29,63241768 0,420755416 4
81 03◦16'38,6" 120◦42'46,8" 29,70652199 0,455852628 12
69
82 03◦16'51,0" 120◦42'39,0" 29,70652199 0,455852628 7
83 03◦16'51,8" 120◦42'38,8" 29,70652199 0,455852628 5
84 03◦15'51,4" 120◦44'04,5" 29,7858448 0,486940145 9
85 03◦15'42,7" 120◦44'01,1" 29,7858448 0,486940145 12
86 03◦22'29,8" 120◦40'28,6" 29,62374306 0,364389449 8
87 03◦23'11,1" 120◦40'23,7" 29,62374306 0,364389449 4
88 03◦23'40,6" 120◦40'18,4" 29,56210327 0,368389457 6
89 03◦23'56,9" 120◦40'23,1" 29,52612495 0,406950116 2
90 03◦24'06,2" 120◦40'16,7" 29,79167938 0,364366442 5
91 03◦24'39,9" 120◦40'16,1" 29,76623726 0,413111985 7
92 03◦25'25,0" 120◦40'15,6" 29,79167938 0,364366442 4
93 03◦26'52,9" 120◦42'32,3" 29,79167938 0,364366442 3
94 03◦27'46,9" 120◦40'18,8" 29,36841583 0,306258023 9
95 03◦27'52,4" 120◦40'25,0" 29,36841583 0,306258023 6
96 03◦27'44,0" 120◦40'27,6" 29,36841583 0,306258023 4
97 03◦28'10,7" 120◦40'18,8" 29,36841583 0,306258023 7
98 03◦28'11,3" 120◦40'21,0" 29,36841583 0,306258023 8
99 03◦28'12,7" 120◦40'20,8" 29,36841583 0,306258023 5
100 03◦28'09,1" 120◦41'32,2" 29,36841583 0,306258023 9
101 03◦30'25,3" 120◦43'48,7" 29,6219635 0,411855221 7
102 03◦30'12,8" 120◦43'52,0" 29,6219635 0,455264688 9
103 03◦30'12,8" 120◦41'35,6" 29,36989594 0,312710345 7
104 03◦32'29,0" 120◦46'08,4" 29,79438972 0,462197363 8
105 03◦18'53,6" 120◦29'18,3" 29,11612511 0,380924255 6
106 03◦18'49,7" 120◦29'40,5" 29,11612511 0,380924255 4
107 03◦18'46,6" 120◦29'59,3" 29,11612511 0,380924255 8
108 03◦18'43,1" 120◦30'22,3" 29,11612511 0,380924255 5
109 03◦18'39,4" 120◦31'09,1" 29,11682892 0,312744588 7
110 03◦17'27,5" 120◦39'17,1" 29,1565094 0,321967006 9
111 03◦17'21,7" 120◦39'41,2" 29,17622566 0,369226187 5
112 03◦17'16,6" 120◦40'00,7" 29,17622566 0,369226187 9
113 03◦17'15,7" 120◦40'04,9" 29,17622566 0,369226187 5
114 03◦17'13,3" 120◦40'13,6" 29,17622566 0,369226187 7
115 03◦17'10,7" 120◦40'23,8" 29,17622566 0,369226187 4
116 03◦17'06,7" 120◦40'40,1" 29,17622566 0,369226187 9
117 03◦16'50,1" 120◦41'12,6" 29,17622566 0,359174222 6
118 03◦16'42,6" 120◦41'24,9" 29,17622566 0,359174222 7
119 03◦16'30,5" 120◦41'45,3" 29,17622566 0,391720176 5
120 03◦16'34,1" 120◦41'42,2" 29,17622566 0,359174222 8
121 03◦15'39,0" 120◦42'27,4" 29,01251793 0,391720176 6
122 03◦15'40,6" 120◦43'03,5" 29,01251793 0,391720176 7
123 03◦15'41,0" 120◦43'24,4" 29,01251793 0,391720176 9
124 03◦15'41,5" 120◦43'36,6" 29,01251793 0,391720176 4
70
125 03◦15'37,3" 120◦44'13,9" 29,1075573 0,431317657 5
126 03◦15'40,6" 120◦43'03,5" 29,01251793 0,391720176 7
127 04o04’40'' 120o46’59'' 28,886648 0,210246 20
128 04o04’04'' 120o47’01'' 28,886648 0,207512 24
129 04o01’53'' 120o47’13'' 28,951445 0,212646 17
130 04o00’10'' 120o47’26'' 29,041941 0,213315 17
131 03o56’26'' 120o45’06'' 29,10619 0,215204 13
132 03o55’29'' 120o44’25'' 29,10619 0,217012 15
133 03o54’01'' 120o43’26'' 29,116642 0,217012 15
134 03o47’40'' 120o37’54'' 29,223007 0,242837 23
135 03o46’55'' 120o36’57'' 29,209518 0,229195 11
136 03°52'19" 120°48'17" 29,305891 0,20287 3
137 03°35'21" 120°31'27" 29,291498 0,52515 7
138 03°51'23" 120°41'20" 29,129351 0,220421 3
139 03°14'46" 120°42'40" 28,818113 0,236986 2
140 03°16'47" 120°42'39" 29,008709 0,246952 11
141 03°17'04" 120°42'31" 29,008709 0,246952 7
142 03°17'28" 120°42'40" 29,008709 0,246952 13
143 03°22'24" 120°30'18" 29,843599 0,386602 8
144 03°30'06" 120°39'22" 29,638475 0,221154 4
145 03°31'41" 120°40'48" 29,787588 0,205246 3
146 03°32'57" 120°41'27" 29,787588 0,201707 3
147 03◦16'44,8" 120◦41'18,5" 29,270351 0,246952 3
148 03◦16'50,0" 120◦41'16,5" 29,270351 0,246952 5
149 03◦16'12,6" 120◦41'21,0" 29,270351 0,246952 4
150 03◦16'11,9" 120◦41'24,0" 29,270351 0,246952 3
151 03◦16'15,8" 120◦41'22,6" 29,270351 0,246952 6
152 03◦16'16,8" 120◦41'23,0" 29,270351 0,246952 4
153 03◦16'14,5" 120◦41'24,2" 29,270351 0,246952 7
154 03◦16'16,0" 120◦41'22,6" 29,270351 0,246952 4
155 03◦16'14,0" 120◦41'25,6" 29,270351 0,246952 9
156 03◦16'11,2" 120◦41'19,9" 29,270351 0,246952 5
157 03◦16'10,6" 120◦41'10,9" 29,270351 0,246952 2
158 03◦16'10,7" 120◦41'03,0" 29,270351 0,246952 8
159 03◦16'12,6" 120◦40'56,7" 29,270351 0,246952 4
160 03◦16'15,9" 120◦40'47,4" 29,270351 0,246952 6
161 03◦16'22,3" 120◦40'36,1" 29,270351 0,246952 7
162 03◦16'27,1" 120◦40'28,2" 29,270351 0,256158 2
163 03◦16'30,6" 120◦40'22,5" 29,270351 0,256158 5
164 03◦16'37,1" 120◦40'13,6" 29,270351 0,256158 7
165 03◦16'42,2" 120◦40'06,1" 29,270351 0,256158 5
166 03◦17'14,2" 120◦37'39,9" 29,401533 0,259669 9
71
167 03◦17'13,0" 120◦37'26,0" 29,386246 0,259669 2
168 03◦17'19,1" 120◦37'29,3" 29,386246 0,259669 8
169 03◦17'16,2" 120◦37'40,1" 29,401533 0,259669 7
170 03◦17'12,8" 120◦37'54,2" 29,401533 0,259669 4
171 03◦17'09,3" 120◦38'07,9" 29,401533 0,256158 7
172 03◦17'01,6" 120◦38'38,4" 29,401533 0,256158 6
173 03◦16'58,3" 120◦38'50,5" 29,401533 0,256158 5
174 03◦16'51,6" 120◦39'16,2" 29,401533 0,256158 9
175 03◦16'47,6" 120◦39'32,8" 29,401533 0,256158 4
176 03◦16'43,8" 120◦39'49,2" 29,401533 0,256158 3
177 03◦16'41,1" 120◦40'03,1" 29,270351 0,256158 5
178 03◦16'32,4" 120◦40'37,8" 29,270351 0,246952 7
179 03◦16'25,2" 120◦40'59,5" 29,270351 0,246952 6
180 03◦16'21,2" 120◦41'13,5" 29,270351 0,246952 8
181 03◦16'18,0" 120◦41'20,7" 29,270351 0,246952 4
182 03◦16'30,5" 120◦41'27,4" 29,270351 0,246952 7
183 03◦16'14,6" 120◦41'22,0" 29,270351 0,246952 5
184 03◦16'16,6" 120◦41'20,2" 29,270351 0,246952 9
185 03◦16'16,5" 120◦41'23,0" 29,270351 0,246952 8
186 03◦16'16,9" 120◦41'24,0" 29,270351 0,246952 4
187 03◦16'17,5" 120◦41'22,5" 29,270351 0,246952 8
188 03◦16'16,5" 120◦41'21,9" 29,270351 0,246952 6
189 03◦16'20,0" 120◦41'17,6" 29,270351 0,246952 8
190 03◦16'24,4" 120◦41'16,3" 29,270351 0,246952 3
191 03◦16'24,6" 120◦41'28,1" 29,270351 0,246952 9
192 03◦16'30,6" 120◦41'16,9" 29,270351 0,246952 7
193 03◦16'43,6" 120◦41'17,6" 29,270351 0,246952 9
194 03◦16'59,2" 120◦41'17,4" 29,270351 0,246952 7
195 03◦16'57,9" 120◦41'21,5" 29,270351 0,246952 8
196 03◦16'57,0" 120◦41'24,1" 29,270351 0,246952 6
197 03◦16'54,5" 120◦41'25,1" 29,270351 0,246952 4
198 03◦16'47,4" 120◦41'26,5" 29,270351 0,246952 7
199 03◦16'41,2" 120◦41'27,2" 29,270351 0,246952 5
72
Lampiran 2. Foto-foto Kegiatan
1. Kegiatan penangkapan, dan hasil tangkapan
Menuju fishing ground
Persiapan umpan hidup sebelum pemancingan
Recommended