View
49
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
h
Citation preview
PROFIL KESEHATANPROVINSI ACEHTAHUN 2012
1 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan secara umum bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang
untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, sistematis, dan
berkesinambungan, oleh pemerintah, pemerintah Aceh maupun pemerintah
Kabupaten/kota, beserta masyarakat, termasuk dunia usaha. Ditingkat
Global, kesehatan diakui sebagai instrumen strategis untuk mengurangi
kemiskinan yang harus dicapai pada tahun 2015, seperti dinyatakan dalam
MDGs (Millenium Development Goals). Dari delapan tujuan MDGs, enam
menyangkut intervensi kesehatan, yaitu : (a) perbaikan gizi, (b) penurunan
jumlah kematian ibu, (c) penurunan jumlah kematian bayi (d) eliminasi
malaria, penurunan rev TBC dan HIV/AIDS, (e) akses terhadap air bersih
dan (f) akses terhadap obat essensial.
Menurut WHO, dalam Sistem Kesehatan selalu harus ada Subsistem
Informasi yang mendukung subsistem lainnya. Tidak mungkin subsistem
lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan.
Sebaliknya, Sistem Informasi Kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri
tanpa subsistem lain. Ini tercermin dalam SKN 2009, dimana terdapat
Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan yang menaungi
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung
jawab terhadap ketersediaan akses informasi, edukasi dan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pasal 168 menyebutkan
2 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien
diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui sistem informasi
dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan
diatur dengan peraturan pemerintah. Sedangkan pasal 169 disebutkan
pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memperolah akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk mendukung hal tersebut, salah satu keluaran
penyelenggaraan sistem informasi bagi masyarakat di Provinsi Aceh adalah
Profil Kesehatan Aceh, salah satu paket penyajian data dan informasi
kesehatan tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya
kesehatan dan kinerja tahunan.
Metodelogi penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2012ini
dilakukan dengan pengumpulan data, memvalidasi, analisis,korelasi antar
tabel dan program, serta check and balance dari seluruh kegiatan program
yang dihimpun dari seluruh kabupaten/kota.
Data profil ini belum termasuk yang berasal dari fasilitas kesehatan
swasta, praktek-praktek swasta serta dokter swasta. Sajian data dilakukan
dalam bentuk tabel, grafik dan pencapaian indikator Standar Pelayanan
Minimum (SPM) per kabupaten/kota.
Verifikasi data juga dilakukan pada Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), serta dukungan
informasi dari Kabupaten/Kota. Profil Kesehatan Aceh 2012 ini terdiri atas 5
(lima) bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang serta
sistematika penyajian Profil.
Bab II - Situasi Umum dan Perilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentang
gambaran umum, yang meliputi: kependudukan, perekonomian,
pendidikan, dan lingkungan fisik; serta perilaku hidup sehat.
3 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil
pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2012.
Bab IV Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi tentang upaya-upaya
kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun
2012, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan
di bidang kesehatan.
Bab V- Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang
sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber
daya kesehatan lainnya.
4 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
BAB II
GAMBARAN UMUM
1. Luas Wilayah
Aceh adalah sebuah provinsi paling barat Indonesia. Aceh
mempunyai luas wilayah sebesar 58.375.63 km2, yang terletak antara 20
sampai 60 lintang utara dan 950 sampai 980 lintang selatan. Wilayah Aceh
terdiri dari 119 buah pulau, 73 sungai besar dan 35 gunung.
Ketinggian rata-rata wilayah adalah 125 meter di atas permukaan
laut. Temperatur rata-rata 25 0 Celsius, dengan kelembaban rata-rata 85
persen dan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar 3,0 sampai 245,9
mm.
Provinsi Aceh berbatasan langsung dengan Selat Malaka di sebelah
utara, Provinsi Sumatera Utara di sebelah timur dan Samudera Hindia di
sebelah barat dan selatan.
2. Jumlah Kecamatan
Provinsi Aceh dengan ibu-kota Banda Aceh, terdiri dari 23
kabupaten/kota dan 286 kecamatan.
3. Jumlah Desa/Kelurahan
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan nasional dan berada di bawah kabupaten. Sementara
kelurahan adalah suatu wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah
kabupaten/kota dalam wilayah kerja kecamatan. Adapun jumlah
desa/gampong/kelurahan adalah sebanyak 6.489 desa.
5 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur.
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat menunjukkan
jumlah penduduk produktif dan nonproduktif. Pengelompokan penduduk
dalam usia produktif dan nonproduktif dapat digunakan sebagai acuan
menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) yang merupakan indikator
ekonomi di suatu daerah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah
penduduk Aceh tahun 2012 sebanyak 4.726.001 jiwa.
Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi. Jumlah
penduduk terendah adalah di Kota Sabang sebesar 31.861jiwa, sementara
kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Aceh Utara sebesar
556.793 jiwa.
Grafik 2.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Provinsi Aceh tahun 2012
5. Jumlah Rumah tangga/Kepala keluarga.
Dari seluruh jumlah rumah tangga 1.121.453 di kabupaten/kota, rata-
rata dalam satu rumah tangga dihuni oleh 4 orang anggota keluarga.
300000 200000 100000 0 100000 200000 300000
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
6 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
6. Kepadatan Penduduk
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Aceh tahun 2012 adalah 81
orang perkilometer persegi. Daerah yang paling tinggi tingkat kepadatannya
adalah Kota Banda Aceh, yaitu 3,829 orang perkilometer persegi.
Sedangkan yang terendah Kabupaten Aceh Jaya, yakni 21 orang
perkilometer persegi.
Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh besarnya wilayah pada
masing-masing kabupaten/kota. Kepadatan penduduk dari sektor
kesehatan merupakan indikator dalam melihat beberapa kondisi kesehatan
yang akan muncul terutama kondisi kesehatan lingkungan yang berkaitan
dengan ketersediaan air minum, air bersih, sistem pembuangan air limbah
dan sampah keluarga.
7. Rasio Beban Tanggungan.
Rasio Beban Tanggungan adalah Perbandingan antara banyaknya
orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif
lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia
produktif (15-64 tahun). Saat ini rasio ketergantungan penduduk Aceh
sebesar 54.14 %, dengan kata lain setiap 100 orang usia produktif harus
menanggung 54 orang usia non produktif. Sedangkan pada tahun 2020-
2030 mendatang Indonesia akan memiliki 70 % penduduk usia produktif
dengan rasio ketergantungan turun menjadi sekitar 44-48 persen.
8. Rasio Jenis Kelamin.
Penduduk laki-laki Provinsi Aceh sebanyak laki-laki 2,361,933 jiwa
dan perempuan sebanyak 2,364,068 jiwa. Seks Rasio adalah 100, berarti
terdapat 100 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks Rasio menurut
kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Aceh Jaya sebesar 93
dan tertinggi adalah Kabupaten Pidie sebesar 106.
7 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Perkembangan upaya kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan menjadi salah satu pilar utama membangun daerah.
Derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor utama yaitu: lingkungan,
prilaku,pelayanan kesehatan dan genetika.
Indikator penting dan sangat sensitif untuk mengukur derajat
kesehatan masyarakat antaralain ; Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan Status Gizi.
Berikut dijelaskan gambaran dari situasi derajat kesehatan Provinsi
Aceh tahun 2012.
A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian pada suatu kelompok
populasi. Mortalitas dapat mengekspresikan jumlah satuan kematian per
1.000 individu dalam periode waktu tertentu. Berbeda dengan morbiditas
yang merujuk angka kesakitan individu dalam periode waktu tertentu. Pada
bab ini kita dapat melihat bagaimana gambaran kejadian kematian di Aceh
periode tahun 2012.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Salah satu tujuan Milenium tahun 2015 adalah menurunkan jumlah
kematian Anak dengan menghitung Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA) di suatu Negara. Upaya percepatan penurunan
AKB dan AKABA menjadi prioritas Kementrian Kesehatan RI dan secara
konsisten menjadi Rencana Aksi Daerah (RAD) seluruh provinsi dan
kabupaten/kota. Upaya ini dilakukan dengan kegiatan program yang fokus,
terintegrasi secara sektoral dan berkesinambungan sehingga berdampak
ungkit besar terhadap penurunan AKB, AKABA di Aceh.
8 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Dalam profil ini juga akan disampaikan Angka kejadian lahir mati,
oleh karena banyak terjadi kematian pada janin dalam kandungan sebelum
dilahirkan. untuk perhitungan indikator ini digunakan definisi operasional
yang standar dengan kategori masing-masing yaitu Angka Lahir Mati
(ALM), AKB dan AKABA.
Pengertian Lahir Hidup adalah Suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, ada denyut jantung atau
gerakan otot. Sementara yang dimaksud dengan Lahir Mati adalah suatu
kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28
minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Demikian pula yang
disebut dengan Angka Lahir Mati adalah Jumlah bayi lahir mati terhadap
1.000 kelahiran (hidup+mati). Bila dilihat dari distribusi yang bersumber dari
kesehatan kabupaten diketahui Jumlah Bayi Lahir Mati di Aceh sebanyak
731 jiwa dan Jumlah Lahir Hidup sebanyak 88.494 jiwa, maka Angka Lahir
Mati di Aceh tahun 2012 adalah 8,0/1.000 LH.
Grafik 3.1 Angka Lahir Mati
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
Pada tahun 2012 dilaporkan jumlah kematian pada neonatus+bayi
sebanyak 982 orang, pada kematian Anak Balita sebanyak 93 orang dan
kematian pada Balita sebanyak 1.075 orang. Hal ini terjadi berdasarkan
laporan dari fasilitas pelayanan dasar (puskesmas) dan jaringannya serta
fasiltas rujukan (RSUD). Berdasarkan data tersebut dapat diperkirakan AKB
9 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
dan AKABA Aceh tahun 2012. Dengan menggunakan definisi operasional
yang telah ditetapkan untuk kedua indikator tersebut maka AKB Aceh tahun
2012 sebesar 8/1000 Lahir Hidup dan AKABA sebesar 9,2/1000 Lahir
Hidup. Mungkin angka ini lebih rendah dari perkiraan nasional namun
masih dapat dilakukan penyesuaian perhitungan yang aktual dengan sistem
kohort, sehingga adjusted Infant mortality rate dan under five mortality rate
dapat mendekati gambaran kondisi di populasi yang sebenarnya.
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian Bayi adalah Kematian yang terjadi pada bayi sebelum
mencapai usia satu tahun sedangkan Kematian Anak Balita adalah
Kematian yang terjadi pada anak umur 1-4 tahun. Selanjutnya yang
dimaksud dengan Kematian Balita adalah Kematian yang terjadi pada balita
sebelum usia 5 tahun (bayi + anak balita).
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun pada periode waktu tertentu
dalam 1.000 lahir hidup. Maka AKABA yang dilaporkan di Provinsi Aceh
tahun 2012 adalah 12.1 KH. Artinya dari 1.000 balita lahir hidup terdapat
12 sampai 13 balita yang meninggal dalam setahun. Grafik 3.2 dibawah ini
menunjukan persentase kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita
(AKABA) di Aceh 2012.
Grafik 3.2 Angka Kematian Balita
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
10 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Proporsi kematian bayi mencapai 91 persen dari seluruh kematian balita.
Sebagian besar kematian bayi dikontribusi pada periode neonatal, sehingga
upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir
menjadi sangat strategis dalam percepatan pencapaiaan target MDGs.
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
AngkaKematian ibu adalah Jumlah kematian perempuan pada saat
hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian
yang dihitung dapat terjadi karena kehamilannya, persalinannya dan masa
nifas bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll.
Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang
digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan AKI disetiap
kabupaten/kota sulit dilakukan, karena jumlah kelahiran hidup tidak
mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada kemungkinan under reported.
Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan
meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional di
fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan kontrasepsi paska salin dan
penanganan komplikasi maternal.
Pada lampiran ini di ketahui bahwa jumlah kematian ibu pada tahun
2012 di Aceh sebanyak 170 kasus. AKI tahun 2012 di Aceh sebesar
192/100.000 Lahir Hidup. Gambar berikut memperlihatkan proporsi
kematian ibu berdasarkan umur.
11 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 3.3 Proporsi Kematian Ibu Berdasarkan Umur
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) suatu
penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu tertentu.
Berikut akan dijelaskan beberapa jenis penyakit menular serta upaya
pencegahan dan penanggulangannya penyakit menular dan tidak menular
di Aceh tahun 2012. Gambaran morbiditas penyakit dalam ini didapat dari
hasil kegiatan program P2PL dan terbatas pada penyakit menular saja
sementara prevalensi penyakit tidak menular dapat dilihat di Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun2010.
1. Angka Penemuan dan Penanggulangan Penderita Penyakit Acute
Flaccid Paralysis (AFP)
Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah Kelumpuhan pada anak
berusia
12 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
yang berusia
13 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 3.6 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru yang di obati 3.602 dan yang
sembuh 3213 (89.20%), dan yang mendapat pengobatan lengkap
berjumlah 182 (5.05). Untuk Angka kesuksesan (Success Rate/SR) sudah
mencapai 94.25%. Angka ini dapat secara langsung dipantau serta akurat
dalam kontrol pasien yang diobati melalui DOTS. Pengawasan yang efektif
melalui penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi risiko
penyebarannya.
Grafik 3.7 Success Rate TB Paru
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
14 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Perkiraan Pneumonia pada balita Provinsi Aceh tahun 2012
berjumlah 52.928 dan penemuan penderita Pneumonia sebesar 2.395 atau
4,5%.
Grafik 3.8 Jumlah Penemuan Kasus Pneumonia Balita dan Di tangani
Provinsi Aceh tahun 2012
6. Angka Penanganan Kasus HIV/AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan dampak
atau efek dari perkembangbiakan virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Pada Tahun 2012 jumlah kasus HIV/AIDS 33 kasus terdiri dari 6
kasus HIV, 27 kasus AIDS dan 6 kasus meninggal.
15 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 3.9
Jumlah Kasus Baru HIV/ AIDS dan Jumlah Kematian Karena AIDS Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
7. Angka Pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular
Seksual (PMS). Berdasarkan informasi dari bidang P2PL dinas kesehatan
Provinsi Aceh ditemukan 409 kasus IMS pada tahun 2012. Kabupaten/Kota
yang ada klinik IMS Tahun 2012 yaitu
a. Kota Banda Aceh (Puskesmas Kuta Alam)
b. Kota Lhokseumawe ( Puskesmas Banda Sakti)
c. Kabupaten Pidie ( Puskesmas Kota Sigli)
Tabel 3.1
Jumlah Pasien IMS yang Ditemukan Tahun 2012
Bulan
Kota Banda Aceh
( PKM. Kuta Alam )
Kota Lhokseumawe
( PKM. Banda Sakti )
Kabupaten Pidie
( PKM. Kota Sigli)
JAN 7 1 15
FEB 17 6 9
MAR 33 2 26
APR 13 10 20
MEI 21 1 26
JUNI 14 6 9
16 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Bulan
Kota Banda Aceh
( PKM. Kuta Alam )
Kota Lhokseumawe
( PKM. Banda Sakti )
Kabupaten Pidie
( PKM. Kota Sigli)
JULI 4 2 14
AGST 4 8 5
SEPT 9 11 17
OKT 9 7 14
NOV 10 5 17
DES 7 1 29
JUMLAH 148 60 201
JUMLAH TOTAL : 409
8. Cakupan Skrining terhadap HIV.
Informasi dari bidang P2PL tidak ada menerima laporan di saring
(Skrinning) dari kabupaten/kota (bukan tidak melakukan skrinning).
9. Cakupan Penanganan Kasus Diare
Perkiraan kasus diare berjumlah 182.322 sementara kasus diare
yang ditangani 116.058 (63.7%)
Grafik 3.11 menunjukan cakupan penanganan kasus diare tahun
2008 sampai dengan tahun 2012.
Grafik 3.11 Cakupan Penanganan Kasus Diare Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
17 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
10. Prevalensi Penyakit Kusta.
Provinsi Aceh tahun 2012 kasus kusta PB 125 orang dan kusta MB
berjumlah 470 orang. Dengan angka penemuan kasus (NCDR) sebesar
12.59/100.000 penduduk. Kasus baru yang terjadi pada anak berumur 0-14
yaitu sejumlah 317 (53.28%), dan terdapat kasus baru dengan cacat tingkat
2 yaitu 89 (15%).
Angka prevalensi adalah Per 10.000 penduduk penderita kusta
(kasus baru dan kasus lama) per 10.000 penduduk di Provinsi Aceh pada
tahun 2012 sebanyak 0.8 per10.000 penduduk.
Tabel berikut menunjukkan jumlah kasus baru kusta dan angka penemuan
kasus tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Grafik 3.12 Jumlah Kasus Baru Kusta PB dan MB
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
Grafik 3.13 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
18 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 3.14 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta
Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
11. Cakupan Pengobatan Penderita Kusta
Penderita kusta yang selesai berobat RFT (Release From
Treatment) adalah penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan tepat
waktu di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada RFT PB
sasarannya adalah penderita kusta PB yang diobati pada tahun lalu.
Sedangkan pada RFT MB yang diobati adalah penderita kusta MB yang
diobati 2 tahun sebelumnya.
Pengobatan penderita yang selesai berobat adalah; RFT PB105
(87,5%) orang dari jumlah penderita pada tahun lalu (2011). Sementara
RFT MB pada tahun (2010) yang berjumlah 330 orang.
Grafik 3.15 Persentase Penderita Kusta yang Diobati RFT PB Kusta thn 2011
Provinsi Aceh tahun 2012
19 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
12. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa ada beberapa penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi di antaranya :
Penyakit Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan
kuman corynebacterium diphtheria yang ditandai dengan panas lebih
kurang 38 derajat celcius disertai adanya pseudomembran ( selaput
tipis) pipih keabu abuan pada tenggorokan ( laring, faring dan tensil)
yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah. Pada tahun 2012 6
kasus suspect difteri berdasarkan hasil lab, 1 kasus dan 2 kontak kasus
positif difteri. Sementara terdapat 2 kasus sample meninggal.
Penyakit Pertusis adalah Penyakit membran mukosa pernapasan
dengan gejala demam ringan, bersin, hidung berair, dan batuk kering.
Tahun 2012 tidak terjadi kasus Pertusis.
Penyakit Tetanus adalah Penyakit infeksi akut dan sering fatal yang
mengenai sistem saraf yang diisebabkan infeksi bakteri dari luka
terbuka. Ditandai dengan kontraksi otot tetanik dan hiper-refleksi, yang
mengakibatkan trismus (rahang terkunci), spasme glotis, spasme otot
umum, opistotonus\spasme respiratoris, serangan kejang dan paralysis.
Tahun 2012 tidak terdapat kasus.
Penyakit T.Neonatorum adalah suatu bentuk tetanus infeksius yang
berat, dan terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir.
Disebabkan oleh faktor-faktor seperti tindakan perawatan sisa tali pusat
yang tidak higienis, atau pada sirkulasi bayi laki-laki dan kekurangan
imunisasi maternal. Tahun 2012 terdapat 7 kasus dan yang meninggal
5 orang dengan CFR 71%.
Penyakit Campak adalah penyakit akut yang disebabkan Morbilivirus
ditandai dengan munculnya bintik merah (ruam), terjadi pertama kali
saat anak-anak. Berdasarkan laporan Kabupaten/Kota tahun 2012
terdapat 1305 kasus klinis campak dari jumlah tersebut akan dilakukan
pemeriksaan serologi campak 156 kasus dimana 59 positif campak 44
positif rubella dan 53 negatif campak.
20 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Penyakit Polio adalah Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus,yang
dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang anak-anak
usia kurang dari 3 tahun yang menyebabkan kelumpuhan sehingga
penderita tidak dapat menggerakkan salah satu bagian tubuhnya.
Penyakit Hepatitis B adalah Peyakit yang disebabkan oleh virus
Hepatitis (A, B, C, D dan E).
13. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kasus DBD Provinsi Aceh adalah 2.269 jiwa dengan kematian
berjumlah 7 jiwa. Dari grafik 3.17 dibawah ini menunjukan IR (Insidens
Rate) kasus DBD di Provinsi Aceh pada tahun 2012IR=48/100.000 dan
CFR=0.3%)
Grafik 3.17 Angka Kesakitan dan Kematian DBD Provinsi Aceh tahun 2008 s/d 2012
14. Angka Kesakitan Malaria
Di Indonesia malaria merupakan salah satu penyakit menular yang
masih memerlukan perhatian. Target angka kesakitan malaria yang diukur
dengan angka API (Annual Parasite Incidence).
Kasus malaria klinis (demam tinggi disertai menggigil) Tanpa
Pemeriksaan Sediaan Darah yang berjumlah 21.993. Malaria Positif adalah
21 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
berjumlah 1.068. Bila kita melihat Grafik 3.18 dibawah ini Jumlah API di
Provinsi Aceh tahun 2012 berjumlah 0.2%.
15. Angka Kematian Malaria.
Kematian akibat malaria atau case-fatality rate (CFR) sementara
pada tahun 2012 tidak ditemukan.
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat merupakan salah satu ukuran keberhasilan
pembangunan kesehatan yang diindikasikan dengan kondisi gizibalita
melalui pengukuran BB dan TB. Status gizi didefinisikan sebagai keadaan
yang di akibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (Intake)
zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktifitas
pemeliharaan kesehatan dll).
1. Persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Di Aceh pada tahun 2012 terdapat estimasi jumlah lahir hidup adalah
44.894 orang dan di temukan BBLR sebanyak 1.116 atau 1.4%. BBLR
merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian pada bayi terutama
pada periode neonatal.
2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang.
Masalah gizi erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga dan menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku
yang kurang mendukung pola hidup sehat dengan gizi seimbang.
Disamping itu, masalah gizi juga merupakan issue investasi, karena
mengakibatkan gizi penduduk akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi.
Banyak faktor yang mempengaruhi seorang anak atau bayi
mengalami kurang gizi, beberapa diantaranya adalah karena kurangnya
22 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
asupan gizi seimbang dan adanya penyakit penyerta. Sebagai tanda awal
kurang gizi yang bila tidak di tanggulangi akan menjadi gizi buruk.
Beberapa tanda awalnya yaitu berat badan anak tidak naik selama 3 bulan,
posisi hasil penimbangan di bawah garis merah atau BGM. Standar ukuran
yang digunakan untuk menentukan status gizi adalah WHO 2006 standar
yaitu untuk Balita Gizi Lebih adalah status gizi menurut berat badan (BB)
dan umur (U) dengan Z-score SD 2. Balita Gizi Baik adalah status gizi
menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan -2 < Z-score SD < 2. Balita
Gizi Kurang adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U)
dengan -2 < Z-score SD
23 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 3.20 Proporsi Gizi Baik, Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Balita
Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
24 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan melalui beberapa
kegiatan program yang dilakukan di fasilitas kesehatan, baik fasilitas
kesehatan dasar (puskesmas dan jaringannya) maupun fasilitas rujukan
(RSUD/pemerintah dan swasta). Program prioritas yang masih menjadi
primadona di sector kesehatan antara lain kesehatan ibu dan anak, gizi,
imunisasi dan pemberantasan penyakit menular. Penetapan Prioritas ini
berkaitan dengan kesepakatan dunia yang yang mengutamakan pada
upaya percepata target pembangunan milinium di tahun 2015. Semua
Negara konsen untuk akserasi pencapaian target tersebut dengan strategi
dan komitment yang tinggi. Demikian juga halnya di Indonesia khususnya
bidang kesehatan, melalui strategi yang disepakati secara nasional dan di
tindak lanjuti oleh daerah dengan rencana aksi masing-masing sesuai
kemampuan dan kondisi lokal.Di Aceh, strategi dan rencana aksi daerah
untuk upaya percepatan pencapaian target milinium inijuga sudah secara
terus menerus dilakukan. beberapa indikator proksi yang akan di
sampaikan berikut ini adalah merupakan indikator output untuk
menggambarkan sejauh mana upaya pelayanan kesehatan yang telah
dicapai hungga saat ini sebagai proyeksi untuk pencapaian target
millennium di tahun 2015 yang akan datang.Selain indikator untuk
pencapaian target pembangunan millinium juga akan diuraikan indikator
lain sebagaimanan tertuang dalam SPM Kesehatan sesuai Permenkes
tahun 2008, serta indikator penting lainya sesuai dengan indikator kinerja
program pemerintah dalam hal ini SKPA Dinkes Aceh. Capaian kinerja
bidang kesehatan di Aceh tahun 2012 dapat di uraikan sebagai berikut :
25 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K-1)
Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 adalah Cakupan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester pertama
kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Pelayanan
antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat) kepada ibu hamil pada masa kehamilan.
Indikator K1 menunjukkan akses pelayanan kesehatan ibu hamil
kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.
Standar minimal yang ditetapkan untuk pelayanan kehamilan adalah 1 kali
pada trimester I & 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester ke III.
Standar ini terpenuhi dan bermakna terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil (K1) pada tahun
2012adalah 105.284 (94%).
2. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil ( K-4 )
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah Ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali,
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil (K4) tahun 2012 berjumlah 91.894
(82%). Jumlah ini mengindikasikan bahwa kelompok sasaran, mudah untuk
mendapatkan pelayanan dengan ketersediaan sarana dan tenaga kesehan
yang memadai, mulai dari pelayanan pada bidan di desa sampai ke
pelayanan puskesmas dan jaringannya. Untuk kasus-kasus kehamilan
resiko tinggi yang tidak dapat dilayani di puskesmas dan jaringannya akan
dirujuk ke fasilitas yang lebih tinggi yaitu rumah sakit umum daerah.
3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah
Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
26 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa persalinan, hal ini antara lain disebabkan
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi kebidanan (professional) dan persalinan bukan pada fasilitas
kesehatan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun
2012adalah 93.957 (88.3%).
4. Cakupan Pelayanan Nifas.
Pelayanan nifas sesuai standar adalah Pelayanan kepada ibu nifas
minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3
hari; 1 kali pada minggu ke II, dan 1 kali pada minggu ke VI termasuk
pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan atau pemasangan KB
pasca persalinan.
Grafik 4.4 Cakupan Pelayanan Kesehatan
K1, K4, Persalinan Ditolong Nakes dan Ibu Nifas Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
Pada tahun 2012 pelayanan kesehatan ibu nifas dan mendapat pelayanan
kesehatan (KF1) adalah 90.083 (84.6).
27 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
5. Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil.
Imunisasi TT Ibu Hamil adalah Pemberian vaksin TT pada ibu hamil
sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau
sebelum kehamilan)Adapun cakupan pemberian imunisasi TT5 pada ibu
hamil di Aceh adalah 14.048 (12.5%) dan TT2+ 83.095 (74.2%).
Grafik 4.5 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil
Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
6. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Besi (Tablet Fe).
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin).
Kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi) selama hamil dapat
berdampak tidak baik bagi ibu maupun janin.Perdarahan yang banyak
sewaktu melahirkan,beresiko lebih besar pada ibu hamil yang
anemia.Kekurangan zat besi juga mempengaruhi pertumbuhan janin
sehingga saat lahir, berat badannya di bawah normal, yang disebut sebagai
bayi berat lahir rendah (BBLR).Akibat lain dari anemia defisiensi besi
selama hamil adalah bayi lahir prematur.
Persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe3 sejumlah 90
tablet Fe selama periode kehamilannya pada tahun 2012 sebesar 82.767
(73.88%).
28 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 4.6 Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe
Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
7. Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal
Jumlah komplikasi kebidanan adalah 22.406 orang dan yang
ditangani berjumlah 9.183 (41%).
Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi diperkirakan
sebesar 15% dari lahir hidup yaitu 21.229 jiwa. Dari jumlah bayi baru lahir
tahun 2012 neonatal resti komplikasi yang mendapat pelayanan sebanyak
4.089 (19,3%) kasus.
Grafik 4.7 memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan dan
komplikasi neonatal yang ditangani.
Grafik 4.7 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal
Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
29 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada bayi.
Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi bayi dan
ibu nifas, karena zat gizi ini sangat penting agar proses fisiologis dalam
tubuh berlangsung secara normal, termasuk pertumbuhan sel,
meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan
pertumbuhan badan. Vitamin A juga membantu mencegah perkembangan
sel-sel kanker. Cakupan Bayi mendapat kapsul Vit.A adalah jumlah bayi
6-11 bln mendapat kapsul vitamin A dosis 100 A 1 kali per tahun di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian Vitamin A yang rutin
dilakukan setahun dua kali, yaitu pada Bulan Februari dan Agustus.
Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi di Provinsi Aceh ditahun
2012 adalah 50.271 (49.7%).
9. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita.
Cakupan anak balita mendapat kapsul Vit.A 2 kali/tahun di Provinsi
Aceh di tahun 2012 adalah sebesar 330.620 (74.0%).
10. Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas.
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul Vit.A adalah jumlah pemberian
vitamin A 2 kali pada ibu bersalin saat periode nifas yaitu 6 jam sampai 42
hari pasca persalinan.
Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas (melahirkan) memiliki manfaat
penting bagi ibu dan bayi yang disusuinya.Tambahan vitamin A melalui
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan
tubuh, dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak. Dari Cakupan
pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas di Provinsi Aceh ditahun
2012 adalah89.311 (20.3%). Gambar 4.8 menunjukkan cakupan
pemberian Vit A pada bayi, balita dan ibu nifas tahun 2012.
30 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 4.8 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas
Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
11. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi.
Pencapaian peserta KB aktif merupakan salah satu indikator
kuantitatif keberhasilan pelaksanaan program KB.
Persentase proporsi peserta KB Aktif menurut jenis kontrasepsi di
Provinsi Aceh tahun 2012 yang tertinggi adalah dengan metode suntik
72.290 (50.7%) dan pil 52.887 (38.0%).Jenis kontrasepsi yang dimaksud
dalam program antara lain; MKJP Metode kontrasepsi jangka panjang yang
meliputi IUD, MOP/MOW, dan implan;Non MKJP Metode kontasepsi bukan
jangka panjang yang meliputi suntik, pil, kondom, dan obat vagina;MOW
Medis Operatif Wanita; MOP Medis Operatif Pria.Grafik 4.9 dibawah ini
menunjukkan proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi.
12. Cakupan Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi.
Peserta KB Baru adalah Pasangan usia subur yang baru pertama
kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi dan/atau pasangan usia
subur yang menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi setelah
mereka berakhir masa kehamilannya.
31 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Dari grafi 4.10 di bawah mengambarkan bahwa penggunaan metode
suntik dan pil masih menunjukkan pesentase terbanyak.Banyak hal yang
mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah
pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi,
pengetahuan, pendidikan, dan jumlah anak yang diinginkan.Disamping itu
adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga
berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor
memilih suatu alat kontrasepsi.
13. Cakupan Peserta KB Baru
Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri (Aseptor Baru) untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Persentase peserta KB Baru Provinsi Aceh tahun
2012 adalah 94.8%.
14. Cakupan Peserta KB Aktif
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, di ketahui bahwa jumlah KB aktif
di Aceh (CPR) sebesar 45% dan unmetneed sebesar 15%. Angka Unmet
need cukup tinggi dibanding dengan angka rata-rata nasional pada tahun
2012. Cakupan peserta KB aktif di Aceh sebesar 17.8% Sementara target
nasional 70%.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru yang masih aktif
memakai alat dan obat kontrasepsi (alokon) terus menerus hingga saat ini
untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan.
32 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
15. Cakupan Kunjungan Neonatal (KN).
Dalam pelaksanaan pelayanan neonatal, petugas kesehatan
melakukan konseling pada ibu melahirkan. Pelayanan kesehatan neonatal
dasar pada ibu yaitu; tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia,
pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegah infeksi berupa perawatan luka,
perawatan tali pusat, perawatan kulit dan pemberian imunisasi.
Cakupan kunjungan neonatal (KN1) Provinsi Aceh pada tahun 2012
sebesar 88.129 (93.3%) dan Kunjungan neonatal yang ke 3 kali (KN
Lengkap) 86.881 (92%)
16. Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan Kunjungan Bayi adalah Jumlah kunjungan bayi umur 29
hari11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas,
rumah bersalin dan rumah sakit) maupun kunjungan rumah, posyandu,
tempat penitipan anak, panti asuhan dan mendapat pelayanan dari
petugaskesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal
4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan,
1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan
Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3,
Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang
(SDIDTK) dan penyuluhan perawatan kesehatan. Penyuluhan perawatan
kesehatan bayi meliputi : konseling ASI eksklusif, pemberian makanan
pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit
(sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul
biru pada usia 6-11 bulan.Persentase cakupan kunjungan Bayi di Provinsi
Aceh tahun 2012 sebesar 77.741 (76.9%).
33 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 4.12 Cakupan Kunjungan Neonatal
Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
17. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization(UCI)
Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah
desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut
sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.
Pencapaian desa UCI di Provinsi Aceh tahun tahun 2012 adalah
60.9 %. Pencapai ini masih sangat rendah dari target yang ingin dicapai
(80%). Oleh karena itu sosialisasi imunisasi diseluruh desa perlu dilakukan
bagi masyarakat terutama keluarga yang mempunyai bayi dan balita, agar
permasalahan kesakitan dan kematian pada balita dapat dikurangi. Pada
grafik 4.13dibawah ini menunjukkan bahwa Kota Sabang dari sudah
mencapai UCI 100%.Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak,
sedangkan pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT.
Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2
dosis TT.
34 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Grafik 4.13 Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Provinsi Aceh tahun 2010 s/d 2012
18. Cakupan Imunisasi Bayi
Program imunisasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis
vaksinasi imunisasi yaitu BCG, HB0, DPT+HB1,DPT3+HB3,Polio3 dan
Campak. Adanya penurunan jumlah imunisasi pada bayi perlu mendapat
perhatian dari pelaksana program, mengingat peningkatan status
kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari kekebalan bayi terhadap penyakit
yang akan dimunculkan, akibat ketidak lengkapan dari imunisasinya.
Sebahagian besar kabupaten/kota belum dapat mencapai target
yang ditetapkan pada tahun 2012 yaitu 90%. Capaian DPT1+HB1
mencapai 90.981 (89.9%),DPT3+HB3 86.400 (85.4%), Campak pada bayi
mencapai 86.655 (85.6%). DO Rate untuk tahun 2012 sebesar 4.8%.
Imunisasi BCG samapi saat ini masih mencapai 91.506 (90.5%) , mencapai
89.1% dan Polio3 mencapai 85.9.
35 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
19. Cakupan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah Bayi yang hanya
mendapat ASI (Air Susu Ibu) saja sejak lahir sampai 6 bulan.ASI
merupakanmakanan khusus bayi supaya kebutuhan nutrisinya akan kalori,
asam lemak, laktosa dan asam amino dapat terpenuhi dalam proporsi yang
tepat. ASI juga memberikan perlindungan pada bayi baru lahir karena kaya
akan imunoglobulin (antibodi yang diperlukan untuk kekebalan
tubuhnya). Pemberian ASI eksklusif harus dilakukan selama 6 bulan,
Persentase bayi yang diberi ASI eksklusiftahun 2012 baru mencapai 27%.
Rendahnya cakupan ini banyak dipengaruhi oleh budaya memberikan
makanan dan minuman terlalu dini kepada bayi baru lahir, akibat dari
pengetahuan keluarga tentang ASI yang masih sangat minim. Disamping
itu gencarnya propaganda susu formula terutama di perkotaan dan prilaku
ibu terhadap pemberian ASI.
20. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Usia 6-23
Bulan Keluarga Miskin.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) merupakan suplemen
tambahan untuk bayi usia 6 sampai 23 bulan,yang utama tetap ASI.
Sehingga diharapkan jumlah dan frekuensi ASI yang diberikan tidak boleh
berkurang hanya karena MPASI. Memberikan MPASI tidak sekedar
memberikan makan, tetapi juga memberikan nutrisi dan kebiasaan kepada
anak.Selain itu, MPASI juga mensinergikan kemampuan mengunyah,
menelan menjadi optimal.
Anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin adalah Bayi usia 6-11 bulan
dan anak usia 12-23 bulan dari keluarga miskin (Gakin). Kriteria keluarga
miskin ditetapkan oleh pemerintah setempat (Kab/Kota).
Cakupan pemberian MPASI pada anak 6-23 bulan Gakin adalah Pemberian
makanan pendamping ASI pada anak usia 6-23 Bulan dari keluarga miskin
selama 90 hari. Cakupan pemberian Makanan Pendamping ASI pada usia
6-23 bulan untuk keluarga miskin di Provinsi Aceh tahun 2012 sebesar
50.57%, sementara target SPM 100%.
36 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
21. Jumlah Balita Ditimbang.
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan setiap bulan mulai umur 1 tahun sampai 5 tahun di
Posyandu.Hal ini diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan balita termasuk deteksi dini gangguan tumbuh
kembangnya.Setelah balita ditimbang, hasilnya dicatat padaBuku KIA atau
Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada buku tersebutakan telihat berat badannya
naik atau tidak.
Tanda-tanda balita yang naik berat badannya :
* Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna KMS
* Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.
Tanda-tanda Berat Badan (BB) Tidak naik :
* Garis pertumbuhannya menurun
* Garis pertumbuhannya mendatar
* Garis pertumbuhannya naik tetapi pindah ke pita warna lebih muda
Tanda-tanda balita gizi kurang:
* BB tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus
* Mudah sakit dan tampak lesu dan lemah, mudah menangis/rewel.
Kondisi Gizi buruk pada balita dibagi 3 katagori yaitu: Kwashiorkor,
Marasmus dan Marasmus-Kwashiorkor.
1. Tanda-tanda balita kwashiorkor:
Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki), wajah bulat
dan sembab, cengeng/rewel/apatis, perut buncit, rambut kusam dan mudah
dicabut, bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.
2. Tanda-tanda Marasmus:
Tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel,
apatis, Iga gambang, perut cekung, otot pantat mengendor, pengeriputan
otot lengan dan tungkai.
37 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Manfaat penimbangan balita setiap bulan di Posyandu adalah: Untuk
mengetahui apakah balita tumbuh sehat.Untuk mengetahui dan mencegah
gangguan pertumbuhan balita.Untuk mengetahui balita yang sakit,
(demam/batuk/pilek/diare), berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik,
balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi
buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas.Untuk mengetahui
kelengkapan Imunisasi.Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
Indikator program yang dihitung untuk penimbangan balita adalah D/S
dimana D adalah Jumlah balita yang ditimbang berat badannya di sarana
pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan tempat penimbangan
lainnya.Dan S adalah semua jumlah balita yang ada diunit tersebut.Pada
tahun 2012cakupan D/S balita ditimbang sebesar 53.2%.Dari jumlah
tersebut terdapat 66.1% balita yang naik berat badanya dan 2.0% balita
dengan BGM.
Grafik 4.14 Cakupan Balita Di Timbang, Balita BB Naik dan BGM
Provinsi Aceh tahun 2012
22. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan.
Balita Gizi buruk adalah Balita dengan status gizi menurut berat
badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score
38 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Balita
Gizi buruk mendapat perawatanadalah Balita gizi buruk yang
dirawat/ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi
buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin telah diberikan MP-ASI sesuai
ketentuan yang berlaku, hal ini berarti bahwa bayi BGM dari Gakin telah
dilayani secara baik. Pada tahun 2012 balita gizi buruk mendapat
perawatan sebesar 759 (100%).
Grafik 4.15 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Provinsi Aceh tahun 2012
23. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat.
Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat adalah Pemeriksaan
kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui
penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah
yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan
terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Tenaga Kesehatan adalah Tenaga medis, tenaga keperawatan
39 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
atau petugas Puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga
pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah Guru kelas atau guru
yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih
tentang UKS/UKGS.Dokter kecil adalah Kader kesehatan sekolah yang
biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah
mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program
kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia
421 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi
menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19
tahun). Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Provinsi
Aceh tahun 2012 yaitu: 3.391 siswa atau 87.9%.
24. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat.
Pelayanan kesehatan pada UKS adalah pemeriksaan kesehatan
umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui
penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama
dengan guru UKS terlatih dan dokter kecil secara berjenjang (penjaringan
awal oleh guru dan dokter kecil, penjaringan lanjutan oleh tenaga
kesehatan). Cakupan Siswa SD yang mendapat pelayanan kesehatan
sesuai standar tahun 2012 sebesar 65.1 %.
25. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila.
Masalah lanjut usia (lansia) perlu mendapatkan perhatian karena
jumlahnya yang terus bertambah setiap tahunnya. Data BPS menunjukkan
bahwa jumlah lansia terus meningkat dari 5,3 jiwa (1971), meningkat
menjadi 14,4 juta (2000) dan diperkirakan pada tahun 2020 mencapai 28,8
juta jiwa. Pertambahan penduduk lansia ini mungkin disebabkan oleh
semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia
harapan hidup orang Indonesia.Lansia pedesaan perlu mendapatkan
40 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
perhatian karena diperkirkan 60% lansia tinggal di pedesaan. Lansia di
pedesaan sangat minim aksesnya terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
dan prilaku hidup sehat.
26. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor
741/PER/VII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan yang terdiri dari 4 jenis
pelayanan dengan 18 Indikator. Salah satu Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan (SPM-K) adalah Pelayanan Kesehatan Rujukan.
Ada dua Indikator untuk menilai pelayanan kesehatan Rujukan yaitu ;
1. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana
Kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas dan Sarana Kesehatan lainnya.
2. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat level 1
adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter Umum on site
(berada di tempat) selama 24 jam dengan kualifikasi GELS (General
Emergency Life Support) dan/atau ATLS (Advance Trauma Life Support)
serta ACLS (Advance Cardiac Life Support), yang dilengkapi dengan alat
transportasi dan komunikasi. Cakupan Pelayanan gawat darurat level 1
pada tahun 2012 untuk Rumah Sakit sebanyak 85 unit atau 45.2%.
27. Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani
41 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
(Case Fatality Rate) adalah Persentase penderita yang meninggal karena
suatu penyakit terhadap seluruh kasus penyakit yang sama.
Salah satu Indikator kinerja penanggulangan KLB adalah dengan
melakukan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB dengan
cepatdan tepat yang terlaksana kurang dari 24 jam sejak adanya KLB atau
dugaan KLB. Pada tahun 2012 tidak ada desa/kelurahan yang terkena KLB.
28. Jumlah Penderita dan Kematian KLB.
Penanggulangan KLB adalah Upaya untuk menemukan penderita
atau tersangka penderita, penatalaksanaan penderita serta pencegahan.
Pada tahun 2012 tidak teridentifikasi jumlah penduduk terancam dan
karena tidak terjadi KLB sehingga Attack Rate dan CFR 0%.
29. Pelayanan Kesehtan Dasar Gigi dan mulut di Puskesmas
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada prinsipnya
sama seperti pelayanan kesehatan pada umumnya, meliputi upaya
pencegahan, pengobatan dasar serta upaya kesehatan gigi sekolah
(UKGS) untuk murid SD dan sederajat. Kegiatan pelayanan dasar gigi tetap
yang dijadikan salah satu indikator pelayanan dengan menghitung Rasio
tambal dengan pencabutan gigi. Jika rasio penambalan gigi tetap lebih
tinggi dari pencabutan berarti pengetahuan dan tingkat kepedulian
masyarakat untuk mempertahankan gigi cukup baik melalui upaya
pencegahan.
30. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan setingkat.
Upaya Kesehatan Gigi Sekolah(UKGS) yang merupakan upaya
promotif dan preventif kesehatan gigi yang menjadi bagian dari upaya
kesehatan sekolah (UKS). Murid SD Diperiksa (UKGS) adalah Murid SD
yang diperiksa keadaan giginya. Kegiatan UKGS meliputi pemeriksaan gigi
pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi
kemudian memberikan perawatan pada murid yang memerlukan.
42 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Pemeriksaan Gigi dan Mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam
bentuk upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan
gigi sulung, pengobatan dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi
tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke Puskesmas
minimal 2 kali dalam setahun.
31. Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan.
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan caramenyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau
dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara
kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).
Upaya Penyuluhan adalah Semua usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam
bidang kesehatan.Penyuluhan Kelompok adalah penyuluhan yang
dilakukan pada kelompok sasaran tertentu. Penyuluhan Massa adalah
penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massal, seperti pameran,
pemutaran film, melalui media massa (cetak dan elektronik).
A. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar.
Salah satu upaya dalam menjalankan pembangunan bidang
kesehatan adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Pra-Bayar.
Menurut data yang di peroleh dari kabupaten jumlah penduduk yang
mempunyai jaminan/asuransi kesehatan dan Jaminan kesehatn Aceh (JKA)
berjumlah 4.726.001 jiwa atau 100%.
43 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan
Hampir Miskin).
Penduduk Miskin dan hampir miskin Masyarakat sasaran program
yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Persentase Penduduk Miskin dicakup
Jamkesmas proporsi penduduk miskin yang terlindungi oleh Jamkesmas
(subsidi Pemerintah dan Pemda) di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.Kunjungan pasien baru adalah seseorang yang baru berkunjung ke
sarana kesehatan dengan kasus penyakit baru. Sarana kesehatan strata
pertama adalah tempat pelayanan kesehatan meliputi antara lain :
puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan swasta, praktek bersama
dan perorangan. Sarana kesehatan strata dua dan strata tiga adalah Balai
kesehatan mata masyarakat, balai pengobatan penyakit paru, balai
kesehatan indera masyarakat, balai besar kesehatan paru masyarakat,
rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta.Pelayanan kesehatan
dasar pasien masyarakat miskin adalahJumlah kunjungan pasien rawat
jalan masyarakat miskin dan hampir miskin di sarana kesehatan strata
pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.Pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin adalah Jumlah kunjungan
pasien rawat jalan masyarakat miskin dan hampir miskin di sarana
kesehatan strata dua dan strata tiga di satu wilayah kerja tertentu pada
kurun waktu tertentu.
Persentase Penduduk Miskin Mendapat Yankes seperti pada grafik
4.18cakupan pelayanan kesehatan rawat jalan masyarakat miskin (dan
Hampir Miskin) di Provinsi Aceh adalah Pelayanan masyarakat miskin (dan
Hampir Miskin) strata satu sebesar 93% dan di strata dua 0.9%.
Grafik 4.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Provinsi Aceh tahun 2012
44 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan
Hampir Miskin)
Rawat inap (opname) adalah proses perawatan pasien oleh tenaga
kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di
suatu ruangan dirumah sakit. Seperti pada grafik 4.19 Cakupan pelayanan
kesehatan dasar pasien masyarakat miskin Provinsi Aceh tahun 2012
adalah 0.9%, sementara cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin Provinsi Aceh tahun 2012 adalah 0.3%.
Grafik 4.19 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Provinsi Aceh tahun 2012
4. Jumlah Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan.
0
20
40
60
80
100
Tabel menyusul
0
20
40
60
80
100
Tabel menyusul
45 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Kunjungan Gangguan Jiwa adalah Kunjungan pasien yang
mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan,
proses pikir dan perilaku, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Pelaksanaan
program kesehatan jiwa di Provinsi Aceh diawali dengan ditetapkannya
suatu pendekatan CMHN, sebagai bentuk asuhan keperawatan kesehatan
jiwa masyarakat. Sampai tahun 2012 telah dilakukan beberapa kegiatan
yang difokuskan pada peningkatan sumber daya kesehatan, tim pelaksana
kesehatan jiwa masyarakat (TPKJM) kabupaten/kota serta kader kesehatan
jiwa. Jumlah kasusgangguan jiwa menurut kabupaten/kota sampai dengan
tahun 2012 sebanyak 24.942 kasus dan diperkirakan baru terkaver 37%
dari perkiraan kasus yang ada di masyarakat. Jumlah kasus gangguan jiwa
menurut kab/kota tahun 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Grafik 4.20 Jumlah Kasus Gangguan Jiwa
Provinsi Acehtahun 2012
Kasus terbanyak dilaporkan dari Kabupaten Aceh Barat, Bireun, Pidie,
Aceh Selatan, Aceh Utara dan Aceh Besar. Tingginya kasus yang terjadi di
6 kabupaten tersebut berkaitan dengan banyak SDM terlatih keswa yang
tersebar di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan kader keswa di
masyarakat. Dari total kasus sebanyak 24.942 kasus yang mendapat
perawatan oleh tenaga kesehatan terlatih sebanyak 13.381 kasus dengan
rincian ; Penderita mandiri sudah pulih sebanyak 6953 orang (58.1%),
0
20
40
60
80
100
Tabel menyusul
46 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
dengan bantuan pasien parsial 4.472 orang (16.4 %) dan 1.956 orang
(16.4%) penderita yang masih tergantung (total care).
6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit.
Gross Death Rate (GDR) merupakan salah satu indicator mutu
pelayanan di fasilitas rujukan (RSUD dan RSU Provinsi). GDR adalah
angka kematian umum di Rumah Sakit untuk tiap 1.000 penderita keluar.
Sedangkan NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah
dirawat di Rumah Sakit untuk tiap 1.000 penderita keluar. Persentase GDR
dan NDR Provinsi Aceh tahun 2012adalah 3.0 % dan NDR 1.7%.
7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit.
Kinerja (performance) layanan rumah menjadi isu utama untuk
mengukur mutu pelayanan. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi
tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau
pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena
kinerja diukur berdasarkan standar. Kinerja pelayanan rumah sakit,
menuntut kontribusi profesionalisme dalam meningkatkan mutu pelayanan,
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara umum. Di Aceh
Indikator kinerja yang diukur antara lain Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu
persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu (51%).
Length of Stay (LOS) Rata-rata lama rawatan (dalam satuan hari) seorang
pasien (5%).Turn Over Interval (TOI) Rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya (5%). Tabel 4.1 berikut ini
memberikan gambaran indikator pelayanan di fasilitas rujukan.
Tabel 4.1 Jumlah Pelayanan Di Fasilitas Rujukan
Provinsi Aceh tahun 2012
47 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
C. PERILAKU HIDUP SEHAT
1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatankegiatan kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatankegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS itu jumlahnya
banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi: makan beraneka ragam
makanan, minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium,
member bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan
seperti membuang samapah pada tempatnya, membersihkan
lingkungan.Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua
perilaku kesehatan.
Rumah Tangga ber PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah
Rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan
sehat, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali
seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.Apabila dalam Rumah
0
20
40
60
80
100
Tabel menyusul
48 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak
ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah
tangga yang memenuhi 7 indikator.(1)Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan adalah Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter kandungan
dan kebidanan, dokter umum, dan bidan). (2)Memberi Bayi ASI Eksklusif
adalah Bayi yang mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6
bulan.Menimbang balita setiap bulan adalah Balita ditimbang setiap bulan
dan tercatat di KMS atau Buku KIA. (3)Menggunakan air bersih adalah
Rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
yang berasal dari air kemasan, air ledeng, air pompa, sumur terlindung,
mata air terlindung dan penampungan air hujan dan memenuhi syarat air
bersih yaitu tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna.Sumber air
pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari
sumber pencemar seperti tempat penampungan kotoran atau limbah. (4)
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Penduduk 5 tahun ke atas
mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar, sebelum
memegang bayi, setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan
makanan menggunakan air bersih mengalir dan sabun. (5) Menggunakan
jamban sehat Anggota rumah tangga yang menggunakan jamban leher
angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai
pembuangan akhir dan terpelihara kebersihannya. Untuk daerah yang sulit
air dapat menggunakan jamban cemplung, jamban plengsengan. (6)
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu adalah Rumah tangga
melakukan pemberantasan jentik nyamuk di dalam dan atau di luar rumah
seminggu sekali dengan cara 3M plus/abatisasi/ikanisasi atau cara lain
yang dianjurkan. (7) Makan Sayur dan Buah setiap hari adalah Anggota
rumah tangga umur 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal 2 porsi
sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya setiap hari. (8) Melakukan aktivitas
fisik adalah setiap hari adalah Penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun
ke atas yang melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari. (9)
49 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Tidak Merokok di dalam rumah adalah Penduduk/anggota rumah tangga
umur 10 tahun ke atas tidak merokok di dalam rumah ketika berada
bersama anggota keluarga lainnya.Aceh tahun 2012 rumah tangga Ber-
PHBS adalah 28.6 %.
D. KEADAAN LINGKUNGAN :
1. Persentase Rumah Sehat.
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai
rumah yang tidak terbuat dari tanah (Kepmenkes no.
829/Menke6s/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan).Seperti pada grafik 4.22 persentase rumah tangga sehat di
Provinsi Aceh tahun 2012 adalah: rumah sehat yang diperiksa 59.4 % dan
rumah sehat 62.5 %.
2. Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk
Aedes.
Rumah/bangunanbebas jentik nyamuk Aedes
adalahRumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.Seperti pada grafik 4.23persentase
rumah/bangunan yang diperiksa adalah 7.75% dan rumah/bangunan yang
bebas jentik 80.12%.
3. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang
Digunakan
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme
yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air
50 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Dari data yang diterima
menunjukkan bahwa persentase rumah tangga di Provinsi Aceh yang
menggunakan air minum dari antara lain : air kemasan sebesar 1.1%,
ledeng 12.9%, SPT 1.5%, SGL 42.2%, mata air 2.7, PAH 1.4% dan lainnya
16% .
4. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi dasar.
Sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan
kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Jamban Sehat adalah
Tempat buang air besar yang konstruksinya memenuhi syarat-syarat
kesehatan, antara lain menggunakan tangki septik.Tempat sampah sehat
adalah Tempat pembuangan sampah yang konstruksinya memenuhi
syarat-syarat kesehatan (ketentuan program).Pengelolaan air limbah sehat
adalah Tempat pembuangan air limbah keluarga yang konstruksinya
memenuhi syarat-syarat kesehatan (ketentuan program).
Adapun Persentase sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat
kesehatan di lingkungan pemukiman di Provinsi Aceh pada tahun 2012
dapat di lihat pada grafik 4.25 dimana keluarga yang menpunyai jamban
sehat sebanyak 64.2% dan rumah yang mempunyai tempat sampah sehat
63.9% sementara rumah yang memiliki pengelolaan air limbah sehat
berjumlah 61.2%.
5. Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) dan Pengelolaan Makanan
(TUPM) Sehat.
Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang,
dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel,
restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum
dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat
51 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas
ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pegunjung dan memiliki
pencahayaan ruang yang memadai.
Dari 3 jenis TUPM (Hotel, Restoran/ Rumah Makan dan Pasar),
persentase hotel yang sehat 89.51%; restoran/ rumah makan yang sehat
21.40%; pasar sehat 3.73%; sedangkan TPUM lainnya yang sehat 27.64%.
6. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya.
Institusi yang Dibina adalah Unit kerja yang dalam memberikan
pelayanan/jasa potensial menimbulkan risiko/dampak kesehatan;
mencakup RS, Puskesmas, Sekolah, Instalasi pengolahan air minum,
perkantoran, industri rumah tangga, dan industri kecil serta tempat
penampungan pengungsi.
InstalasiPengolahan Air Minum adalah Instalasi yang telah
melaksanakan pengawasan internal dan eksternal (oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota) sesuai dengan Kepmenkes 907/SK/VII/2002 dengan
jumlah sampel air yang diperiksa memenuhi persyaratan bakteriologis 95%,
dan tidak ada parameter kimia yang berdampak langsung terhadap
kesehatan.
Sarana Pelayanan Kesehatan adalah Sarana Pelayanan Kesehatan
yang effluentnya memenuhi baku mutu limbah cair, mengelola limbah padat
dengan baik, tersedia air cukup kuantitas dan kualitas, higiene sanitasi
makanan dan minuman, pengendalian vektor serta binatang pengganggu.
Sarana Pendidikan dan Perkantoran adalah Sarana Pendidikan dan
Perkantoran yang mempunyai sarana pengolahan limbah cair, limbah padat
dengan baik, tersedia air cukup (kuantitas dan kualitas), penerangan,
ventilasi, pengendalian vektor dan binatang pengganggu lainnya.Masalah
Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor terkait.
52 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Adapun persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya di
Provinsi Aceh pada tahun 2012 di lihat pada grafik 4.27, dimana persentase
sarana kesehatan 84,3%; instalasi pengolahan air minum 57.3%; sarana
pendidikan 56.7%; Pembinaan sarana ibadah 48.3%; perkantoran 48.5%;
sarana lain 69.1%.
53 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
BAB V SITUASI SUMBER
DAYA KESEHATAN
Sebagaimana yang tercantum dalam UURI No 36 Tahun 2009
tentang kesehatan disebutkan bahwa Sumberdaya kesehatan adalah
segala bentuk dana, tenaga kesehatan, perbekalan kesehatan,
sediaanfarmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Berikut dijelaskan situasi sumberdaya kesehatan di Aceh
tahun 2012.
A. SARANA KESEHATAN
1. Ketersediaan Farmasi dan Alat Kesehata
Secara umum ketersediaan obat di fasilitas kesehatan mencukupi
dengan tingkat kecukupan rata-rata per jenis obat terbanyak di fasilitas
kesehatan antara lain ketersediaan obat program seperti (vit A, Vit K inject,
Tablet Fe, Zink, MgSO4) untuk gunakan sesuai kebutuhan program.
Sementara untuk Alat Kesehatan, pada umumnya dikelola oleh masing-
masing kabupaten melalui dinas kesehatan untuk yandas dan RSUD untuk
yan rujukan. Penyediaan alat-alat kesehatan khusus, disesuaikan
kebutuhan dan ketersediaan operator serta tenaga teknis yang kompeten.
Alat kesehatan berupa instrument, aparatus, mesin, dan atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnostic,menyembuhkan dan merawat orang sakit.
Ketersediaan Obat (stock obat) adalah Jumlah jenis obat tertentu
sesuai satuannya yang tersedia di suatu daerah/wilayah tertentu dalam
kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.
54 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Pemakaian rata-rata obat/bulan adalah Jumlah rata-rata per bulan
jenis obat tertentu sesuai satuannya yang digunakan di suatu
daerah/wilayah tertentu dalam pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah
tersebut.Tingkat Kecukupan Obat (bulan) adalah Jumlah satuan waktu
(bulan) dimana jenis obat tertentu tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai
pemakaian untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat di
wilayah tertentu.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah Alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah atau masyarakat. Berikut dijelaskan jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan menurut kepemilikkan di Aceh tahun 2012 dapat dilihat pada
Tabel 5.2 dibawah ini.
Sarana pelayanan kesehatan di wilayah Provinsi Aceh tersebar di
seluruh kabupaten/kota sebanyak 55 unit Rumah Sakit Umum Daerah dan
Swasta. Pada Tahun 2012 jumlah puskesmas menjadi 330 unit
Pada Tahun 2012 terdapat 259 laboratorium Aceh yang berada pada
sarana pelayanan kesehatan. Laboratorium kesehatan merupakan pusat
pelayanan laboratorium dan laboratorium rujukan yang melakukan fungsi
pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologi, kimia kesehatan,
kimia klinik dan patologi klinik, kimia lingkungan dan toksitologi, Imonologi
serta kegiatan rujukan pemeriksaan spesimen, sarana dan rujukan
pengetahuan-teknologi.
3. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
Peran serta masyarakat dalam menyediakan kegiatan pelayanan
kesehatan di desa memberi banyak manfaat, dimana keaktifan kegiatan
tersebut membuat dampak langsung terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Indikator penilaian dalam pelayanan kesehatan desa adalah
55 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
ketersediaan dan keaktifan kegiatan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan
Pos pelayanan terpadu (Posyandu).
Posyandu Aktif adalah Posyandu aktif adalah posyandu yang
melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih dari 8 kali per
tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih, cakupan
utama (KIA, KB, Gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare) lebih dari 50%
dan sudah ada satu atau lebih program tambahan, serta cakupan dana
sehat < 50%. (1)Posyandu Pratama adalah Posyandu yang kegiatan
pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas. (2)Posyandu
Madya adalah Posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan
posyandu pratama dan jumlah kader 5 orang. (3)Posyandu Purnama
adalah Posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program
utamanya yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi, dan penanggulangan diare lebih
dari 50%, serta sudah ada program tambahan. (4)Posyandu Mandiri
adalah Sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah
menjangkau 50% KK.
Ketersediaan kedua jenis falisitas tersebut menjadi salah satu criteria
penetapan desa/gampong siaga, yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan
termasuk bencana secara mandiri.Desa Siaga Aktif adalah desa yang
mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang
buka setiap hari dan berfungsi memberi pelayanan kesehatan dasar,
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis
masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit,
lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Peran Aktif tokoh masyarakat sangat
berpengaruh pada peningkatan kesadaran masyarakat dengan
memberdayakan masyarakat untuk mau dan mampu mengatasi
masalahnya secara mandiri dengan melakukan PHBS dalam kehidupan
56 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
sehari-hari. Selain itu juga diharapkan tokoh masyarakat mampu menggali
semua potensi yang ada di masyarakat baik materiil maupun non materil
yang dapat dimanfaatkan dalam peningkatan desa siaga aktif menuju
masyarakat yang ber-PHBS.
Cakupan desa/gampong siaga aktif di Aceh tahun 2012 sebesar
19.3%. menunjukkan cakupan desa siaga aktif terhadap jumlah seluruh
desa siaga.
B. TENAGA KESEHATAN
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan.
Rasio Dokter per 100.000 Penduduk adalah Dokter yang
memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah (di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain) per 100.000 penduduk. Rasio
Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk adalah Dokter Spesialis yang
memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah (di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain) per 100.000 penduduk. Rasio
Dokter Gigi per 100.000 Penduduk adalah Dokter Gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah (di Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sarana pelayanan kesehatan lain) per 100.000 penduduk.
Provinsi Aceh tahun 2012 Rasio Dokter 47.1 per 100.000 Penduduk,
Rasio Dokter Spesialis 14,5 per 100.000 Penduduk Rasio Dokter Gigi 5,5
per 100.000 Penduduk.
2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana
Kesehatan.
Rasio Bidan per 100.000 penduduk adalah yang memberikan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah (di Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sarana pelayanan kesehatan lain) per 100.000 penduduk. Rasio Perawat
per 100.000 penduduk adalah yang memberikan pelayanan kesehatan di
suatu wilayah (di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan
kesehatan lain) per 100.000 penduduk. Provinsi Aceh tahun 2012 Rasio
57 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Bidan 273 per 100.000 Penduduk dan Rasio Perawat 147 per 100.000
Penduduk.
3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan.
Rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk adalah yang
memberikan pelayanan kefarmasian di Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sarana pelayanan kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk.
Rasio tenaga gizi per 100.000 penduduk yang dimaksud adalah yang
bertugas di bidang gizi di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan
kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk. Provinsi Aceh tahun
2012 Rasio tenaga kefarmasian 14 orang per100.000 penduduk.
4. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi (ahli gizi) di Sarana Kesehatan.
Rasio tenaga gizi per 100.000 penduduk yang dimaksud adalah yang
bertugas di bidang gizi di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan
kesehatan lain di suatu wilayah per 100.000 penduduk. Provinsi Aceh tahun
2012 Rasio tenaga gizi 12 orang per 100.000 penduduk.
5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana
Kesehatan.
Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk adalah
yang bertugas di bidang kesehatan masyarakat (di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain) di suatu wilayah per 100.000
penduduk. Rasio Tenaga Sanitasi per 100.000 penduduk yang dimaksud
adalah yang bertugas di bidang kesehatan lingkungan (di Puskesmas,
Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain) di suatu wilayah per
100.000 penduduk. Provinsi Aceh tahun 2012 Rasio Kesehatan Masyarakat
136 orang per 100.000 penduduk dan Rasio Tenaga Sanitasi 42 orang per
100.000 penduduk.
58 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
6. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknis Medis dan Fisioterapis di Sarana
Kesehatan.
Analisis Laboratorium adalah Seorang yang bertugas di laboratorium
baik di Puskesmas, Rumah Sakit, maupun di sarana pelayanan kesehatan
lain. TEM adalah Teknisi Elektro Medis. Pranata Anastesi adalah seorang
yang ahli yang melakukan anastesi (bius) sebelum pasien dirawat di
Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lain.
Fisioterapis adalah Seorang terapis yang mengobati kecelakaan atau
disfungsi dengan latihan dan pengobatan fisik lainnya pada bagian tubuh
yang mengalami kerusakan (di Puskesmas, Rumah Sakit, dan sarana
pelayanan kesehatan lain). Provinsi Aceh tahun 2012 Rasio Tenaga Teknisi
Medis 28 orang per 100.000 penduduk terdiri Analis Lab, Tem & Petugas
Rontgen dan petugas Anestesi. Sedangakan Rasio Tenaga Fisioterapi 10
Orang per 100.000 penduduk.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan menjadi salah satu faktor utama dalam
sistem kesehatan nasional yang bertujuan untuk menyediakan biaya
pembangunan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,
dialokasikan secara adil, berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan. Dalam UU RI No 36 Tahun
2009 Pasal 171(2) disebutkan bahwa besaran anggaran pemerintah
provinsi, kabupaten-kota dialokasikan minimal 10 % (sepuluh persen) dari
anggaran pendapatan daerah, diluar gaji. Pada tahun 2012 alokasi
anggaran kesehatan Provinsi Aceh (APBA-SKPA Dinas Kesehatan)
Sebesar Rp. 709.606.678.255,- bila didasarkan pada pasal 171(2) tersebut
diatas ternyata persentase alokasi terhadap total APBA provinsi sangat
memadai, yaitu mendapat porsi 28.40 % dari 2,4 Triliun
D. PENUTUP
59 Profil Kesehatan Aceh TH. 2012
Demikian, penyajian Profil Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 ini
telah selesai kami susun, semoga dengan tersusunnya Buku Profil ini dapat
bermanfaat untuk memantau dan mengevaluasi hasil kinerja Pembangunan
Kesehatan di jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, yang selanjutnya
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan program Pembangunan Kesehatan di tahun berikutnya
Secara umum dapat disampaikan bahwa pencapaian upaya
kesehatan menunjukan kecenderungan baik,namun masih perlu dilakukan
upaya peningkatan partisipasi masyarakat didalam peningkatan
pengetahuan kesehatan masyarakat baik kegiatan preventif, kuratif maupun
rehabilitative serta masih perlunya peningkatan pembiayaan kesehatan
secara menyeluruh terutama APBK untuk sektor kesehatan.
Pada tahun ini kami telah berusaha melakukan perbaikan dari tahun
sebelumnya agar data ini dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk
perencanaan, evaluasi dan monitoring serta cermin terhadap pelaksanaan
kegiatan yang harus dilakukan hari ini dan kedepan namun demikian untuk
perbaikan kedepan terhadap substansi penyajian maupun waktu terbit dari
profil ini dibutuhkan adanya komitmen bersama, keseriusan dan dukungan
khususnya dari pengelola program terkait di Dinas Kesehatan Provinsi
Aceh maupun kabupaten/kota termasuk RSUD, sehingga tujuan profil
kesehatan ini dapat menjadi salah satu sumber data dan informasi
kesehatan dapat tercapai.
Demikian kami sampaikan atas segala upaya dan bantuan semua
pihak yang telah memberikan kontribusinya sehingga profil kesehatan
Provinsi Aceh ini dapat terselesaikan.
Terima Kasih
Wassalam
TABEL 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,DAN KEPADATAN PENDUDUKPROVINSI ACEH
TAHUN 2012
LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATANWILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km21 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Simeulue 2.125,12 8 138 138 84.925 20.249 4 40 2 Aceh Singkil 2.187 11 120 120 108.021 24.448 4 49 3 Aceh Selatan 3.851,69 18 248 248 213.092 49.141 4 55 4 Aceh Tenggara 4.189,26 16 385 385 187.809 43.703 4 45 5 Aceh Timur 6.040,6 24 512 512 379.415 85.862 4 63 6 Aceh Tengah 4.315,14 14 295 295 184.297 46.346 4 43 7 Aceh Barat 2.927,95 12 322 322 182.364 45.268 4 62 8 Aceh Besar 2.974,12 23 604 604 369.878 85.641 4
Recommended