View
128
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
kumbah lambung
F. Pengertian
1. Kumbah lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan
mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT ( Naso Gastric Tube )
2. Kumbah lambung merupakan metode alternatife yang umum pengosongan lambung,dimana
cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik dengan diameter
besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung
toksik.
G. Tujuan
1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal pencernaan
2. Mendiagnosa perdarahan lambung
3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
4. Membuang cairan atau partikel dari lambung
H. Indikasi
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu
2. Persiapan operasi lambung
3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
4. Tidak ada refleks muntah
5. Gagal dengan terapi emesis
6. Pasien dalam keadaan sadar
I. Kontra Indikasi
1. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan
keracunan.Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang dapat
mengancam nyawa,dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.
2. Pasien kejang
3. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan tablet
tersebut.
4. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yang tajam dan terasa
membakar (resiko perforasi esophageal).Kumbah lambung tidak dilakukan untuk bahan
toksik hidrokarbon (resiko aspirasi),misalnya : camphor,hidrokarbon,halogen,hidrokarbon
aromatic,pestisida
5. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelan benda asing yang tajam
dan besar
6. Pasien tanpa gag reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan intubasi
sebelum kumbah lambung untuk mencegah inspirasi.
J. Persiapan alat
1. Baki berisi NGT lengkap dengan corong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
2. Ukuran NGT :
a. no. 14-20 untuk ukuran dewasa
b. no. 8-16 untuk anak-anak
c. no.5-7 untuk bayi
3. 2 buah baskom
4. Perlak dan handuk sebagai pengalas
5. Stetoskop
6. Spuit 10 cc
7. plester
8. Piala ginjal dan kom penampung
9. Air hangat 1 sampai 2 liter
10. Kassa/tissue,
11. Jelly
12. Susu hangat
K. Persiapan pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan,mengadakan pendekatan kepada anak atau
keluarga dengan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.
L. Langkah-langkah
1. Mencuci tangan
2. Perawat memakai skort
3. Perlak dan alas dipasang disamping pasien
4. NGT di ukur dari epigastrium sampai pertengahan dahi kemudian diberi tanda
5. Ujung atas NGT diolesi jelly,bagian ujung bawah diklem
6. NGT dimasukkan perlahan-lahan melalui hidung pasien sambil disuruh menelannya ( bila
pasien sadar )
7. Periksa apakah NGT betul-betul masuk lambung dengan cara ;
a. Masukan ujung NGT kedalambaskom yang berisi air,jika tidak ada gelembung Maka NGT
sudah masuk kedalam lambung.
b. Masukan Udara dengan spuit 10cc dan didengarkan pada daerah lambung dengan
menggunakan stetoskop.setelah yakin pasang plester pada hidung untuk memfiksasi NGT.
8. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau kepala lebih rendah
selanjutnya klem dibuka.
9. Corong dipasang diujung bawah NGT,air/susu dituangkan kedalam corong jumlah cairan
sesuai kebutuhan.cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan ditampung dalam baskom.
10. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari lambung sudah
jernih.
11. Jika air yang keluar sudah jernih Selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan diletakan
dalam baki.
12. Setelah selesai pasien dirapikan,mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue jelaskan
pada pasien bahwa prosedur yang dilakukan telah selesai.
13. Alat-alat dikemas dan dibersihkan
14. Perawat mencuci tangan
15. Mencatat semua tidakan yang telah dilakukan pada status pasien
Lavage Lambung
Lavage lambung adalah metoda alternatif yang umum untuk pengosongan lambung, di mana
cairan seperti normal saline dimasukkan ke dalam lambung melalui selang orogastrik atau
nasogastrik dengan diameter yang besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk
membuang bagian dari agen yang teringesti sebelum diabsorpsi. Selama lavage, isi lambung
dapat dikumpulkan untuk mengidentifikasi toksin atau obat. Lavage lambung dianjurkan
untuk pasien dengan depresi status mental atau tidak ada refleks muntah, atau bagi mereka
yang dengan pemberian SOI telah gagal untuk menghasilkan emesis.
Untuk mengeluarkan bahan-bahan khusus secara efektif, termasuk seluruh kapsul atau
tablet, harus digunakan selang orogastrik yang besar. Ukuran selang orogastrik untuk orang
dewasa atau anak remaja adalah 36 sampai 40 FR, sedangkan untuk anak-anak adalah sampai
16 sampai 28 Fr. Selang nasograstrik standard kurang disukai karena ukurannya yang kecil,
namun bisa menyebabkan trauma mukosal dan epistaksis.
Untuk tindakan lavage pasien dibaringkan dalam posisi dekubitus lateral sebelah kiri,
dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Prosedur ini memerlukan corong
yang dipasang (atau kateter dengan kateter berujung spuit) pada ujung selang orogastrik dan
memasukan 150 sampai 200 ml air atau larutan saline (50-100 ml pada anak-anak) ke dalam
lambung. Dengan meletakkan corong dan selang lebih rendah di bawah pasien akan
memungkinkan cairan untuk mengalir gravitasi. Prosedur ini diulang samapi keluar cairan
yang jernih atau sedikitnya menggunakan cairan sebanyak 2 liter. Intubasi nasotrakeal atau
endotrakheal akan diperlukan untuk melindungi jalan udara.
Komplikasi-komplikasi lavage lambung termasuk perforasi esofagus, aspirasi
pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, tensi pneumatoraks, dan hipotermia pada anak-anak
kecil bila menggunakan larutan lavage yang dingin.
Lavage menjadi kontraindikasi pada ingestasi kaustik karena adanya risiko terhadap
perforasi esofagus, dan pada kejang yang tidak terkontrol karena risiko trauma dan aspirasi.
Diposkan oleh adhttp://duniakeperawatan2011.blogspot.com/2011/04/kumbah-lambung.html
Bilas Lambung Diposting Oleh Dwi Yoedhas Putra on Thursday, April 22, 2010 | | 0 comments
Labels: Artikel Kesehatan
BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)
Pengertian
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah dilakukan selama 200 tahun dengan indikasi :
1. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam2. Overdosis obat/narkotik3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.4. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.5. Dekompresi lambung6. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi
Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh racun dari dalam tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai bersih. Untuk mengetes benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung, harus didengarkan dengan menginjeksekan udara dan kemudian mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-paru.
Cairan yang digunakan
Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya digunakan air hangat (tap water) atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.
Bagaimana tindakan dilakukan
Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke esophagus. Dan berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi harus diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan mencegah pasien untuk memuntahkan kembali tube/pipa yang sedang di masukkan. Peralatan suction di siapkan apabila terjadi aspirasi isi perut. Bilas lambung terus diulangi pada pasien yang keracunan sampai perutnya bersih. Pada pasien yang tidak sadar dan tidak dapat menjaga jalan nafas mereka, sebelum dilakukan bilas lambung/ menginseresikan tube untuk bilas lambung, terlebih dahulu pada pasien dipasang intubasi.
Persiapan pelaksanaan Prosedur
Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas lambung, akan tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat sementara.
Kontra Indikasi
Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas, menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan nafasnya, serta mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
komplikasi
1. Aspirasi2. Bradikardi3. Hiponatremia4. Epistaksis5. Spasme laring6. Hipoksia dan hiperkapnia7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi
http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/bilas-lambung.html
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam
tubuh melalui mulut, hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi
melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan
dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan
serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri
kesehatan telah menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 /
1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan – bahan berbahaya.
Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan,
kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan
pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat
membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak
langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada
yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan
kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi
yang di perlukan antara lain untuk :
a. Pertumbuhan Badan
b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak
c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
d. Di perlukan untuk berkembang biak
e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas
Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di
karenakan makanan tersebut mengandung toksin, makanan dari
tumbuhan dan hewan yang mengandung racun , makanan yang
tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena
makanan yang mengandung mikroorganisme pathogen ( FOOD
INFECTION )
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan
mahasiswa faham tentang Asuhan Keperawatan Keracunan
2. Tujuan Husus
Mengetahui dan memahami macam – macam zat racun yang biasa
terdapat di masyarakat
Terampil dalam menangani kasus – kasus keracunan akut maupun kronik
Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan
akut
Dapat membicarakan dan membuat saran – saran tentang cara – cara
untuk mencegah keracunan umum beserta sarana yang di perlukan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh
melalui mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit,
atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan
merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau
lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa
kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada
yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman
yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)
B. Faktor Resiko
a. Produsen makanan kurang / tidak menyadari dan memahami
sepenuhnya arti kebersihan dan keselamatan makanan. Hal ini di
sebabkan antara lain oleh latar belakang pendidikan dan
lingkungan yang tidak mendukung.
b. Produsen menutup diri terhadap kontak dengan pihak luar dan
instansi yan berwenang dalam masalah kesehatan dan
keselamatan makanan yang di sebabkan, antara lain oleh faktor
– faktor psikologi dan rahasia usaha
c. Produsen kurang / sama sekali tidak mendapat bimbingan dan
petunjuk dari instansi yang berwenang dengan masalah
kesehatan dan keselamatan makanan
d. Kurang / belum ada pengaturan yang tegas dari pemerintah yang
berhubungan dengan kontrol kualitas dan kontrol keselamatan
setiap jenis makanan yang di produksi, sebelum di edarkan untuk
di pasarkan.
C. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa
mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi
di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
D. Pathofisiolgi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ
– organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,
muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia
). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL
dalam lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia
beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase
tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang
bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di
tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh
yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan
ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
G. Komplikasi
1. Syok Neurogenik
2. CHF
3. Gagal ginjal
H. Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat
dan perbaiki perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas
buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat
– obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada
kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke
mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut
penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup
face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai
menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus
segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan
dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi
racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis
basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan
hemoperfusi.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma,
penting untuk memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik
Keracunan Akut : Ringan 40 – 70 %
: Sedang 20 – 40 %
: Berat <>
Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.
3. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak
khas. Sering hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler,
hiperemi paru, otak dan organ – organ lainnya.
J. Pencegahan
1. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan
tidak aktif dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C
selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora
juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman
dan jauh dari jangakauan anak – anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan
berbahaya
4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Anak X
Umur : 10 Th
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SD
Alamat : Kudus
Tanggal maasuk : 1 Juli 2010
Jam masuk :11.00 WIB
DX medis :Keracunan
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Bu Sa’idah
Umur : 30 Th
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kudus
Hubungan dengan anak : Orang tua ( Ibu ) pasien
2. Riwayat kesehatan
a.Keluhat utama
Pasien mengeluh mules, sakit perut, muntah, diare, pusing
b. Riwayat kesehatan sekarang
Anak X berusia 10 tahun, setelah makan jajan mengeluh
mules dan sakit perut kemudian diberi minyak kayu putih
tapi tidak ada perubahan, anak X muntah disertai diare,
pusing, dan selang beberapa saat dia tidak sadarkan diri,
saat dibawa ke RS sempat menglami kejang
c.Riwayat kesehatan dahulu
Anak X belum pernah mengalami keracunan
3. Pemeriksaan fisik
a.Keadaan umum
Kesadaran menurun
TTV : TD :
Nadi :
Suhu :
RR :
b. Pernafasan
Nafas tidak teratur
c.Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d. Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan,
paralise
e.Gastrointestinal
Muntah, diare
f. Integumen
Berkeringat
g. Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h. Integritas Ego
Gelisah, pucat
i. Eliminasi
Diare
j. Selaput lendir
Hipersaliva
k. Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis
B. Analisa Data
N
o
Data Fokus Etiologi problem
1 Ds : ibu mengatakan
anaknya mengeluh
mules dan sakit
perut,muntah, diare
Do : Diare tanpa disadari
bau khas warna hijau
Muntah, Diare Kekurangan
valume cairan
2 Ds : -
Do : nafas tidak teratur
Obstruksi
trakheobronkeal
Pola nafas inefektif
3 Ds : ibu mengatakan
anaknya mengeluh
muntah
Do : -
Anoreksia Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
4 Ds : tidak sadar
Do : bibir pucat,akral
dingin
Kekurangan O2 Gangguan perfusi
jaringan
C. Diagnosa keperawatan
1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
2. Pola nafas inefektif b.d obstruksi trakheobronkeal
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Perubahan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
D. Rencana Tindakan
1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.
Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab
Turgor kulit baik
Pengisian kapiler baik
TTV stabil
Intervensi :
1. Awasi intake dan output,karakter dan jumlah feses
2. Kaji TTV
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran
mukosa,penurunan turgor kulit.
4. Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
2. Pola nafas inefektif b.d Obstruksi trakheobronkial oleh sekret banyak
Tujuan : Menunjukan pola nafas efektif dengan frekwensi dan
kedalaman dalam rentang normal dan paru bersih.
Kriteria Hasil : Suara nafas normal
Intervensi :
1. Kaji frekwensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.
2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
3. Dorong/bantu pasien dalam napas dalam.
4. kolaborasi pemberian oksigen tambahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan : Nutriisi adekuat.
Kriteria Hasil : Mual muntah hilang, pasien mampu menghabiskan porsi makan
Intervensi :
1. Catat adanya muntah
2. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
3. Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
4. Kolaborasi pemberian antasida sesuai indikasi.
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan oksigen jaringan
Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Kriteria Hasil : Tidak adanya sianosis
Kulit hangat/ normal
Intervensi :
1. Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa.
2. Evaluasi ekstremitas untuk ada/tdknya kualitas nadi.
3. Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral)sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Heru S, Adi. 1995. KADER Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC
http://askep keracunan.com
Sartono. 2001. Racun Dan Keracunan. Jakarta. Widya Medika
Recommended