View
257
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
2
Dalam institusi formal seperti perguruan tinggi, IPK merupakan salah satu
indikator keberhasilan peserta didik (mahasiswa) dan pendidik (dosen). Nilai
akademis menjadi penting mengingat semakin ketatnya persaingan saat seseorang
mulai memasuki dunia kerja. Banyak perusahaan di negeri ini yang mensyaratkan
IPK minimal 3,00, bahkan kini untuk menjadi seorang pegawai negeri, pemerintah
memprioritaskan bagi sarjana dengan predikat cumlaude (IPK diatas 3,5 serta
lulus dalam waktu maksimal 5 tahun) untuk diterima sebagai PNS (Perka BKN,
Nomor 9 tahun 2012). Semakin ketatnya persaingan dunia kerja dimaksudkan
untuk menyaring karyawan dan aparatur negara yang benar-benar berkompeten
dan berkualitas.
Menurut hasil wawancara dengan sekretaris direktur Direktorat Akademik
UGM, mahasiswa UGM merupakan orang-orang terpilih yang telah melalui
proses seleksi yang sangat ketat serta penilaian yang detail dan teliti. Menjadi
mahasiswa UGM sangatlah sulit, mereka menempati hanya sekitar 5% dari
145.395 jumlah pendaftar. Bahkan tahun 2010, jumlah pendaftar mencapai
218.787 orang sedangkan UGM hanya menerima 3% diantaranya. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap mahasiswa UGM adalah orang-orang terpilih yang
mendapatkan nilai terbaik melalui standar yang ditetapkan oleh universitas.
Sayangnya, menurut sekretaris Direktorat Akademik, proses penilaian dalam
seleksi mahasiswa yang selama ini digunakan, tidak dapat memberikan jaminan
bahwa mahasiswa tersebut akan berhasil dalam perkuliahan. Hal ini ditunjukkan
melalui kenyataan bahwa setelah melalui beberapa semester, banyak mahasiswa
yang tertinggal dan mendapatkan nilai jauh dibawah standar.
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Menurut data statistik yang dimiliki oleh Direktorat Akademik UGM pada
tahun 2012 rata-rata IPK Fakultas Kedokteran Hewan adalah 3,01 dengan
mahasiswa yang mendaatkan IPK dibawah 3 sebanyak 72% pada angkatan 2010
dan 52,7% pada angkatan 2011. Rata-rata IPK fakultas Kedokteran Gigi adalah
3,07 dengan mahasiswa yang mendapatkan IPK dibawah 3 sebanyak 59,5% pada
angkatan 2010 dan 52,6% pada angkatan 2011. Rata-rata IPK fakultas Peternakan
adalah 3,05 dengan jumlah mahasiswa yang mendapat IPK dibawah 3 sebanyak
51,9% pada angkatan 2010 dan 70,6% pada angkatan 2011. Fakultas dengan rata-
rata kelulusan terlama adalah fakultas Filsafat dengan rata-rata kelulusan 5 tahun
3 bulan dengan IPK rata-rata 3,30.
Data yang diperoleh dari bagian akademik program S1 Fakultas Psikologi
UGM menyebutkan bahwa pada bulan Februari 2012, persentase mahasiswa yang
belum lulus adalah sebanyak 18% pada angkatan 2004 (8 tahun masa studi), 20%
pada angkatan 2005 (7 tahun masa studi, dengan IPK di bawah 3,00 sebanyak
44%), 33% pada angkatan 2006 (6 tahun masa studi, dengan IPK dibawah 3,00
sebanyak 30%), dan 39% pada angkatan 2007 (5 tahun masa studi, dengan IPK
dibawah 3,00 sebanyak 22%). Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak
mahasiswa yang „menunda‟ kelulusannya di samping mahasiswa yang lulus
dengan cepat dan IPK yang memuaskan. Menurut hasil wawancara dengan
kaprodi S1 fakultas Psikologi UGM pada bulan Februari 2012 dinyatakan bahwa
masih banyak mahasiswa yang mendapatkan prestasi akademis yang rendah.
Menurut kaprodi, rendahnya prestasi akademis mahasiswa lebih dikarenakan oleh
kesengajaan perilaku menunda penyelesaian tugas oleh mahasiswa itu sendiri.
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Tingginya jumlah mahasiswa yang mendapatkan prestasi dibawah standar,
menunjukkan bahwa universitas belum memiliki solusi yang efektif guna
mengatasi permasalahan tersebut. Dosen pembimbing akademik berperan
memotivasi, mendorong dan memandu mahasiswa bimbingannya untuk menjadi
pembelajar sukses (keprek UGM no. 213/P/SK/HT/2005). Adanya peran dosen
pembimbing akademik diharapkan dapat membantu dalam hal prestasi mahasiswa
sekaligus mengurangi kemungkinan bagi mereka mengalami hambatan dalam
aktivitas akademisnya. Deteksi dini terkait adanya permasalahan prestasi
akademis pada mahasiswa diperlukan untuk membantu dosen pembimbing
akademik mengidentifikasi mahasiswa yang perlu mendapatkan bantuan.
Instrumen skrining digunakan sebagai tahap awal dalam membantu deteksi dini
sebagai usaha preventif serta pemberian intervensi yang tepat (Petscher, Kim, &
Foorman, 2011).
Instrumen skrining digunakan sebagai deteksi dini dalam mengidentifikasi
masalah sebelum hal tersebut menjadi lebih berat dan membutuhkan penanganan
ahli (Kettler, Kratochwill, Kaiser, Hemmeter & Kettler, 2010). Instrumen skrining
merupakan asesmen tersistematis yang diberikan kepada sejumlah besar individu
untuk menentukan status resiko akan berkembangnya sebuah masalah. Psikolog
dapat menggunakan instrumen tersebut guna mengidentifikasi mereka yang
memiliki resiko mengalami gangguan yang bertujuan untuk memberikan tindak
lanjut terhadap individu-individu tersebut serta menentukan intervensi yang
dibutuhkan (Herta, Nemes, & Cozman, 2013). Instrumen skrining membantu
mengidentifikasi mahasiswa yang memiliki resiko terhadap permasalahan prestasi
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
akademis, untuk selanjutnya diberikan tritmen atau intervensi sebagai antisipasi
sebelum mahasiswa tersebut mengalami permasalahan yang lebih berat
kedepannya. Instrumen skrining diharapkan merupakan instrumen yang akurat,
sederhana, singkat, mudah diadministrasikan dengan jumlah aitem yang minimal,
mudah difahami oleh responden, serta fleksibel digunakan untuk berbagai macam
subjek (Herta, Nemes, & Cozman, 2013).
Prestasi akademis merupakan salah satu wujud tanggungjawab moral
mahasiswa selama menempuh pendidikannya. Semakin rendah IPK seorang
mahasiswa, ia semakin membutuhkan waktu lebih untuk menyelesaikan studinya
(Schmidt, dkk, 2009). Nilai indeks prestasi kumulatif menentukan jumlah kredit
semester yang dapat diambil oleh seorang mahasiswa. IPK yang rendah
mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah kredit yang dapat diambil dalam satu
semester, dan mahasiswa harus meluangkan waktu untuk memperbaiki nilai mata
kuliah yang kurang memuaskan. Hal ini berdampak pada semakin lamanya masa
studi yang harus ditempuh mahasiswa tersebut untuk menyelesaikan
pendidikannya. Masa studi yang semakin lama berdampak pada permasalahan
yang lebih luas, seperti beban psikologis, finansial, juga semakin sedikitnya
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Penundaan dalam
penyelesaian tugas akademik memungkinkan mahasiswa mendapatkan nilai yang
lebih rendah, menyebabkan stress pada individu, kurangnya kepuasan dalam
aktivitas akademis, mengalami ketakutan akan kegagalan, rendahnya harga diri,
kurang percaya diri, serta emosi yang negatif (Brownlow & Reasinger, 2000).
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Penilaian hasil belajar terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa
di Universitas Gadjah Mada dilakukan secara berkala yang berbentuk ujian, dan
pelaksanaan tugas. Beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus
empat puluh empat) SKS dan sebanyak-banyaknya 148 (seratus empat puluh
delapan) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan) semester dan dapat ditempuh
dalam waktu kurang dari 8 (delapan) semester dan selama-lamanya 14 (empat
belas) semester (Keprek UGM Nomor 581/P/SK/HT/2010). Mahasiswa
memperoleh predikat cumlaude (dengan pujian) jika mencapai IPK minimal 3,51
dan menempuh masa studi maksimal 5 tahun (Kepmendiknas Nomor
232/U/2000).
Prestasi akademis didefinisikan sebagai kecakapan mempelajari
keterampilan-keterampilan dasar dan materi ilmu pengetahuan (Lee, 2005).
Prestasi akademik merupakan penguasaan pengetahuan atau penguasaan materi
sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang dalam waktu tertentu (Martani, 2006).
Prestasi akademis dapat dilihat melalui evaluasi hasil belajar atau IPK (Adelabu,
2007). Azwar (1996) mengoperasionalkan definisi prestasi akademik sebagai
bentuk indikator-indikator berupa nilai, indeks prestasi studi, angka kelulusan, dan
predikat keberhasilan. Prestasi akademis tidak hanya ditentukan oleh nilai
akademis dan inteligensi, namun juga ditentukan oleh kepribadian (Sheard, 2009).
Azwar (1996) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi
akademis adalah faktor psikologis yang berupa motivasi dan kepribadian.
Hasil wawancara terhadap dua orang mahasiswa pada studi pendahuluan
yang dilakukan pada bulan Maret dan April 2012 menyebutkan bahwa
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
permasalahan yang menghambat dalam aktivitas akademis diantaranya adalah
stress, merasa tertekan oleh tuntutan eksternal, cemas dengan tugas yang berat,
mudah terganggu konsentrasinya, melakukan aktivitas lain yang dirasa lebih
menarik (contoh: membaca komik, main musik, jalan-jalan, ataupun aktivitas
organisasi), orientasi masa depan yang tidak berkaitan dengan bidang ilmu yang
ditekuni, menunda-nunda pekerjaan, tidak memanfaatkan waktu dengan baik,
tidak memiliki target yang terencana.
Hasil wawancara terhadap dua orang mahasiswa lain yang memiliki IPK
3,86 dan 3,72 pada tanggal 21 Oktober 2012, faktor yang mendukung tingginya
prestasi akademis diantaranya adalah kerja keras, pemanfaatan waktu sebaik-
baiknya untuk belajar dan mengerjakan tugas, mengambil manfaat dari setiap
mata kuliah yang dipelajari, menikmati proses perkuliahan, memahami manfaat
perkuliahan bagi keberhasilan masa depan, memahami bahwa ilmu memberikan
pencerahan dan peningkatan diri.
Kepribadian dan perspektif waktu menjadi penting dalam menentukan
prestasi akademis bagi mahasiswa (Zimbardo & Boyd, 2008; Azwar, 1996).
Hardiness dapat memainkan peran yang positif dalam kehidupan mahasiswa
(Cress dan Lampman, 2007). Hardiness merupakan faktor kepribadian yang
diyakini sebagai faktor internal dari berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi
akademis (Maddi, dkk., 2012). Kepribadian hardiness mempunyai serangkaian
sikap yang membuat individu tahan terhadap stress (Kobasa, 1984). Hardiness
merupakan karakteristik kepribadian yang membuat individu kuat, stabil, tidak
mudah menyerah dan mampu menyesuaikan diri terhadap kejadian yang
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
menimbulkan tekanan yang menimpa dirinya. Hardiness merupakan karakteristik
kepribadian yang menyebabkan berfungsinya kognitif individu pada situasi yang
penuh stress dengan strategi penanganannya, mengasosiasikan semangat yang ada
pada individu dengan strategi problem focus coping untuk mengatasi situasi penuh
stress. Individu hardiness berusaha untuk menjadikan aktivitasnya menghasilkan
sesuatu yang lebih positif dan bermanfaat (Cole, dkk., 2004).
Mahasiswa yang melakukan penundaan dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik memiliki masalah dalam menentukan tujuan untuk diri mereka sendiri
dan kurang dapat memanfaatkan waktu yang dimilikinya (Brownlow &
Reasinger, 2000). Orientasi akan masa depan merupakan hal penting dalam dunia
pendidikan (Zimbardo & Boyd, 1999) karena pada dasarnya proses akademis serta
berbagai hal yang dipelajari didalamnya turut menentukan keberhasilan seseorang
di masa yang akan datang (Kauffman & Husman, 2004). Penelitian Phan (2009)
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kapasitas untuk membayangkan akibat
jangka panjang dari tugas-tugas untuk masa depan mereka nanti lebih berusaha
keras dalam belajar dan berusaha memahami materi dengan sebaik-baiknya. Ia
mementingkan aktivitas akademis yang dapat membantu membangun cita-cita
masa depannya sehingga berusaha melakukan yang terbaik (Mello & Worrell,
2006).
Mahasiswa berada dalam masa perkembangan yang unik serta menghadapi
berbagai tantangan dari lingkungan. Menjadi mahasiswa adalah saat banyak orang
muda pertama kali secara langsung belajar untuk mengatur kehidupan mereka
sendiri serta bertanggung jawab atas kebiasaan sehat, sekolah, dan finansial (Cress
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
& Lampman, 2007), membuat pilihan karir, berpisah dari orang tua,
mengembangkan kemandirian, menemukan keseimbangan antara kedekatan
dengan orang lain dan kesendirian, serta pencarian identitas diri (Mathews &
Servaty-seib, 2007). Mahasiswa memiliki harapan tentang hal-hal yang akan
mereka dapatkan di masa depan, seperti pekerjaan, anak-anak, rumah, dan gelar
(Kauffman and Husman, 2004).
Salah satu periode kehidupan yang berpotensi menimbulkan stress adalah
saat seseorang menjadi mahasiswa (Cole, dkk., 2004; Cress dan Lampman, 2007).
Bagi kebanyakan orang muda, menjadi mahasiswa merupakan saat stress
terkumpul dengan cepatnya (Cress & Lampman, 2007), hal ini salah satunya
dikarenakan oleh tuntutan persyaratan minimal akademis serta luasnya materi
perkuliahan (Hystad, 2009). Dalam keadaan stress, individu dapat mengarahkan
pikiran, perasaan, dan tindakan dirinya pada hal yang positif atau pada hal yang
negatif. Mahasiswa yang berorientasi pada hal-hal yang positif memiliki
kemungkinan mendapatkan prestasi akademis yang lebih baik (Schreiner &
Hulme, 2009). Mereka memiliki kemampuan untuk fokus pada apa yang sedang
dilakukan, menikmati proses, serta berpartisipasi aktif dalam aktivitas belajar.
Psikologi Humanistik
Kajian terkait potensi manusia menjadi penting sebagai bagian untuk
melihat sisi positif manusia itu sendiri. Psikologi humanistik berfokus pada
kesadaran, subjektifitas, serta sisi positif sifat manusia sebagai hal penting untuk
memahami manusia (Weiner, 2003). Manusia memiliki potensi untuk tumbuh,
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
kreatif, dan bebas untuk memilih. Manusia merupakan sumber yang memiliki
kapasitas atau potensi untuk menciptakan pengalaman pribadi dan menerima
pengetahuan dari luar dirinya sebagai cara untuk tumbuh, mengembangkan
potensi, mengarahkan dirinya pada proses belajar yang produktif, serta
berperilaku efektif (Cain, 2002). Perubahan pada diri seseorang dapat terjadi
melalui pengalaman emosional atas interaksi dengan orang lain atau dengan
lingkungan di sekitarnya (Weiner, 2003). Manusia akan lebih baik jika memiliki
orientasi pada tujuan, bekerja keras untuk tumbuh dan berkembang dari pada terus
menerus dalam keadaan tanpa ada perubahan (Weiner, 2003).
Abraham Maslow dan Martin Seligman merupakan tokoh psikologi
humanistik yang melahirkan psikologi positif (Snyder & Lopez, 2007). Psikologi
positif lahir dalam rangka menggambarkan sisi kelebihan manusia daripada
kekurangannya. Area psikologi positif dalam level subjektif adalah pengalaman
subjektif, yakni kepuasan dan kesejahteraan (di masa lampau), kebahagiaan dan
kenikmatan (di masa kini), serta optimisme, harapan, dan agama/ kepercayaan (di
masa yang akan datang) (Seligman, 2000). Pada individu, psikologi positif
berkaitan dengan sifat personal (kemampuan untuk bekerja, keberanian,
keteguhan, ketekunan, berorientasi pada masa depan, berbakat, keterampilan
interpersonal, memaafkan, mencintai, jujur, bijaksana). Psikologi positif dalam
level kelompok, berkaitan dengan tanggungjawab, merawat, menolong,
kesopanan, tidak berlebih-lebihan, toleransi dan etika kerja. Psikologi positif
membantu mengidentifikasi kekuatan diri sendiri, hal terbaik yang dimiliki, dan
membantu menemukan tempat untuk menjalani kehidupan positif tersebut dengan
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
sebaik-baiknya (Seligman, 2000). Psikologi tidak hanya tentang memperbaiki
sesuatu yang salah, namun juga membangun kekuatan yang dimiliki oleh individu
(Seligman, 2000). Psikologi tidak hanya tentang kesehatan dan sakit, namun juga
tentang pendidikan, pekerjaan, pertumbuhan, insight, cinta, dan permainan
(Seligman, 2000).
Hardiness
Pengertian Hardiness
Konsep hardiness pertama kali diperkenalkan oleh Kobasa (Mathews dan
Servaty-Seib, 2007). Kepribadian tahan banting (hardiness) menurut Maddi dan
Kobasa (1984) merupakan ciri kepribadian yang berfungsi sebagai sumber
perlawanan ketika individu dihadapkan pada suatu masalah atau peristiwa yang
menimbulkan stress. Kobasa dan Pucetti (dalam Cress dan Lampman, 2007)
mendeskripsikan hardiness sebagai kemampuan umum dalam menggunakan
semua sumber daya personal dan lingkungan guna secara efektif menerima,
memaknai serta melakukan koping atas situasi yang menimbulkan stress.
Hardiness merupakan aktivitas mental yang memposisikan keadaan penuh
tekanan ke dalam perspektif atau cara pandang yang lebih luas sehingga hal
tersebut tidak terlihat sangat buruk, memahami permasalahan dengan baik, serta
dapat melihat dengan jelas hal-hal yang harus diselesaikan segera (Cole, dkk.,
2004).
Kobasa menekankan beberapa hal dalam menjelaskan kepribadian
hardiness, yakni resiliensi, activeness, percaya pada diri sendiri, serta semangat
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
(Maddi & Kobasa, 1984). Individu yang memiliki kepribadian hardiness akan
dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan yang dapat menimbulkan
stress secara tepat dan efektif serta tidak melarikan diri dari tugas-tugas yang
harus diselesaikan. Dalam keadaan yang tidak pasti, hardiness menjadi bekal
untuk berfikir cepat guna memahami tugas mereka melalui pembuatan keputusan
dan teknik penetapan tujuan (Cole, dkk., 2004), memberikan keberanian dan
mengembangkan dorongan untuk menghadapi stress secara terbuka, serta
berjuang untuk bekerja keras (Maddi, dkk., 2009).
Maddi & Kobasa (1984) menjelaskan bahwa individu dengan high
hardiness dicirikan dengan adanya komitmen, pengendalian (kontrol), dan
mempersepsikan masalah-masalah sebagai sebuah tantangan. Individu dengan
komitmen yang kuat akan mudah untuk tertarik pada apapun yang sedang
dilakukannya dan dengan sepenuh hati terlibat di dalamnya. Ia selalu merasa ada
banyak hal yang harus dikerjakan, membuat usaha yang maksimal dengan ceria
dan semangat, serta memandang bahwa setiap peristiwa adalah penting dan
bermanfaat seberapapun sulit kondisinya.
Individu dengan kontrol yang kuat merasa yakin bahwa dirinya dapat
menangani, mengontrol, menentukan atau mempengaruhi peristiwa-peristiwa
yang dialaminya (Maddi & Kobasa, 1984). Ia bertanggung jawab dan tidak mudah
menyerah dalam keadaan tertekan. Individu dengan rasa penuh tantangan yang
kuat memandang bahwa hidup merupakan suatu tantangan yang menyenangkan
dan dinamis, perubahan dalam hidup merupakan hal yang wajar sekaligus
kesempatan untuk mengembangkan diri (Maddi & Kobasa, 1984). Mereka secara
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
ikhlas bersedia terlibat dalam segala perubahan dan melakukan segala aktivitas
baru untuk bisa lebih maju. Mereka memandang bahwa kondisi penuh tekanan
merupakan kesempatan untuk belajar lebih daripada mencari rasa aman dan
nyaman
Lawan dari high hardiness adalah Low Hardiness yang ditandai dengan
alienasi (alienation), rasa tidak berdaya (powerlessness) dan ancaman (threat).
Individu dengan alienasi (alienation) yang kuat mudah bosan dan menarik diri
dari keterlibatannya dalam tugas yang seharusnya ia kerjakan. Individu dengan
rasa tidak berdaya yang kuat (powerlessness), percaya dan berperilaku seolah-olah
ia adalah korban pasif dari peristiwa yang tidak dapat dikontrolnya. Ia tidak
memiliki inisiatif atau persiapan untuk menghadapi hal yang terburuk. Individu
yang merasa terancam (threat) berpikir bahwa segala sesuatu adalah tetap dan ia
takut akan segala kemungkinan perubahan karena akan mengganggu kenyamanan
dan keamanannya (Maddi & Kobasa, 1984).
Hardiness dan prestasi akademis
Kobasa menjelaskan hardiness dalam konteks pendidikan menggunakan
istilah academic hardiness (Benishek & Lopez, 2001). Teori hardiness yang
dikembangkan oleh Kobasa memberikan kerangka penting guna memahami hal
yang membuat mahasiswa memiliki keinginan yang lebih untuk terikat dengan
berbagai tantangan akademis. Wiebe & Morgan (dalam Cole, dkk., 2004)
menemukan bahwa seseorang yang memliki hardiness lebih dapat menyesuaikan
dan memonitor tindakan mereka secara intensif saat memiliki kesempatan untuk
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
menghindar atau menunda penyelesaian tugas-tugas yang dirasa tidak
menyenangkan atau membosankan. Oleh sebab itu diperlukan kontrol diri untuk
menyelesaikan tugas-tugas tersebut (misalkan dengan datang ke kelas atau belajar
untuk menyiapkan ujian).
Penelitian yang dilakukan oleh Hystad (2009) kepada 213 mahasiswa
Psikologi, menunjukkan bahwa hardiness berhubungan negatif dengan stress
akademik. Hardiness membantu meningkatkan performansi akademis mahasiswa
serta menurunkan kemungkinan bagi mereka terkena efek negatif di saat
menghadapi situasi yang penuh tekanan (Cole, dkk., 2004), lebih menyadari stress
pada diri mereka, tidak merusak diri mereka dengan itu, dan mencoba lebih efektif
untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat (Maddi, dkk., 2009). Individu
akan menunjukkan tindakan menghadapi permasalahan sebagai cara untuk
mengatasi stress (contoh: ujian, mengerjakan tugas tepat waktu, menyelesaikan
tugas akhir) dan bekerja keras untuk mengubah kemalangan menjadi kesempatan
yang baik bagi dirinya Sheard (2009). Hardiness membantu mengarahkan
mahasiswa untuk membuat keputusan dengan tegas daripada menghindari
tindakan untuk menyelesaikan masalah sehingga tidak berlama-lama berada
dalam keadaan stress (Maddi dalam Cole, dkk., 2004).
Hardiness berperan dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa (Cole,
dkk., 2004). Mahasiswa yang memiliki hardiness lebih termotivasi mempelajari
materi perkuliahan dan lebih memiliki komitmen yang kuat atas aktivitas
akademisnya daripada mereka yang tidak memiliki hardiness. Penelitian yang
dilakukan oleh Maddi, dkk. (2009) berhasil meningkatkan level hardiness dan
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
IPK pada subjek penelitian melalui metode pelatihan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa mahasiswa yang diberi pelatihan hardiness memiliki IPK
yang lebih tinggi saat lulus dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak diberikan
pelatihan hardiness.
Hardiness memiliki implikasi dalam memaksimalkan potensi akademik
mahasiswa (Sheard, 2009). Penelitian Cole, dkk. (2004) menunjukkan bahwa
mahasiswa yang memiliki hardiness cenderung lebih positif, lebih termotivasi dan
menikmati belajar hal-hal baru, serta memberikan penilaian yang baik atas
aktivitas kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Sheard (2009) kepada 134
mahasiswa, menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan skor hardiness
yang lebih tinggi mendapatkan IPK yang lebih baik.
Future Time Perspective
Manusia memahami bahwa „waktu‟ merupakan bagian dari aktivitas
mereka (Zimbardo & Boyd, 2008). Manusia memahami bahwa hal yang membuat
mereka mengerjakan sesuatu merupakan dasar pemahaman cara mereka
melakukan hal tersebut serta memahami tentang hal yang mereka harapkan
selanjutnya. Future time perspective merupakan pandangan atau persepsi individu
yang terkait kehidupan di waktu yang akan datang atau masa depan (Zimbardo &
Boyd, 2008). Future Time Perspective atau gambaran mental tentang masa depan,
terbentuk melalui pengalaman individu, dan tercermin dalam konteks personal
dan sosial, menjadi dasar dalam penetapan tujuan personal dan rencana-rencana
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
dalam hidup, menjelaskan pilihan-pilihan untuk masa depan, serta mempengaruhi
sebagian besar keputusan-keputusan.
Konsep future time perspective yang disusun oleh Zimbardo dan Boyd
(2008) memiliki 3 ciri, yakni perencanaan, antisipatif, serta bijak dalam
menggunakan waktu. Perencanaan menunjukkan seorang yang membuat
rancangan dan menentukan tujuan atas aktivitas yang akan dilakukan. Antisipatif
menunjukkan seorang yang penuh perhitungan dan menyusun strategi dalam
melaksanakan aktivitasnya. Bijak dalam menggunakan waktu menunjukkan
seorang yang membuat prioritas dan menghindari hal yang merugikan masa
depan.
Future time perspective dapat terbentuk melalui berbagai kondisi, seperti
lingkungan keluarga yang stabil, pendidikan, pekerjaan, penggunaan teknologi
secara regular, kesuksesan, serta adanya contoh orang-orang dengan orientasi
masa depan (Zimbardo & Boyd, 2008).
Future time perspective dan prestasi akademis
Individu dengan future time perspective lebih mampu melihat dan
menganggap aktivitas serta perilakunya saat ini sebagai instrumen, baik untuk
mencapai tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang (Simons dkk,
2004). Mahasiswa dengan future time perspective menyeimbangkan dirinya
dengan membuat strategi pencapaian setiap tujuan yang telah ia buat. Mereka
menunda kesenangan untuk sesuatu yang baginya lebih besar di masa depan
(Zimbardo & Boyd, 2008).
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Individu yang berorientasi pada masa depan akan bekerja keras hari ini
untuk mendapatkan kesuksesan di masa depan (Zimbardo & Boyd, 2008). Future
time perspective sangatlah mendasari keputusan dan perilaku seseorang terhadap
sekolah dan lingkungan kerja (Mello, Bhadare, Fearn, Galaviz, Hartmann,
Worrell, 2009). Kepercayaan dan harapan seseorang akan masa depan
menentukan yang mereka kerjakan hari ini, mempengaruhi cara berfikir, merasa,
dan berperilaku (Zimbardo & Boyd, 2008). Saat mengalami kegagalan, orang-
orang dengan future time perspective akan cepat bangkit (Zimbardo & Boyd,
2008). Mereka menganggap bahwa berusaha untuk keberhasilannya di masa yang
akan datang adalah lebih penting daripada meratapi kegagalannya saat ini.
Pendidikan mengajarkan siswa untuk berorientasi pada masa depan
(Zimbardo & Boyd, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa idealnya, peserta didik
pendidikan tinggi memiliki orientasi pada masa depan. Pendidikan dapat
membantu untuk mengembangkan makna atas masa lalu melalui pembelajaran
tentang sejarah, melalui belajar untuk menghadapi ujian dan tingkatan yang
menentukan kesuksesan atau kegagalan dan melalui kebutuhan untuk menunda
kepuasan (Zimbardo & Boyd, 2008).
Pentingnya pemahaman mahasiswa terkait betapa berharganya pencapaian
hasil karya demi cita-cita masa depan menjadikannya memiliki harapan yang baik,
menunda kenikmatan, orientasi pada masa depan, serta mementingkan
kebermanfaatan sosial (Bembenutty, 2001). Kauffman dan Husman (2004)
menjelaskan bahwa konsep seseorang terhadap masa depan memiliki pengaruh
yang positif terhadap prestasi akademik mereka. Future time perspective
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
mempengaruhi proses maupun hasil belajar seseorang (Phan, 2009). Prestasi
akademik berkaitan dengan persepsi mereka akan masa depannya, semakin tinggi
orientasi pada masa depan, maka semakin tinggi pula prestasi akademis
seseorang, serta semakin rendah orientasi mereka pada hari ini. Mahasiswa
dengan future time perspective mendapatkan IPK yang lebih tinggi (Mello &
Worrell, 2006; Barber, Munz, Bagsby, Grawitch, 2009).
Gambar1: Bagan alur berfikir penelitian
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah hardiness dan future time perspective memiliki hubungan positif
dengan prestasi akademik mahasiswa?
2. Apakah future time perspective memiliki hubungan positif dengan prestasi
akademik mahasiswa?
3. Apakah Hardiness memiliki hubungan positif dengan prestasi akademik
mahasiswa?
Future time perspective
(perencanaan, antisipatif,
bijak menggunakan
waktu)
Prestasi akademik
Hardiness (komitmen,
kontrol, tantangan)
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
4. Sejauh mana akurasi diagnostika skala perspektif masa depan dan skala
hardiness dalam mendeteksi prestasi mahasiswa?
5. Apakah performansi diagnostika skala perspektif masa depan dengan skala
hardiness sejalan dengan properti psikometri?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
khasanah dalam Psikologi Pendidikan mengenai prestasi akademis mahasiswa
yang dikaitkan dengan hardiness dan perspektif masa depan individu. Penemuan
tentang hubungan antara time persepective, dan hasil belajar dapat dijadikan
sebagai wawasan atau pemahaman baru untuk memberi motivasi dalam belajar
(Benthuysen, 2008).
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa dan praktisi psikologi untuk memahami lebih dalam terkait
kepribadian hardiness dan perspektif masa depan guna memberikan motivasi
berprestasi bagi dirinya sendiri maupun bagi teman-teman mereka yang
membutuhkannya.
Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat sejauh mana akurasi diagnostik
skala Hardiness dan Future Time Perspective dalam mendeteksi permasalahan
prestasi akademis pada mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan instrumen skrining permasalahan prestasi akademis mahasiswa
guna membantu Dosen Pembimbing Akademis dalam mendeteksi permasalahan
akademis pada mahasiswa serta melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi
Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa:Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostikanopi rosyidaUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Recommended