View
50
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENATALAKSANAAN PERAWATAN NURSING MOUTH CARIES
Eriska Riyanti Bagian Kedokteran Gigi Anak Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Nursing mouth caries adalah karies dengan pola yang khas dan seringkali terlihat pada anak-anak di bawah usia 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum Air Susu Ibu (ASI), susu botol atau cairan manis sampai tertidur atau diisap terus menerus sepanjang hari. Karies ini terjadi oleh karena orang tua terus-menerus memberikan ASI, susu botol ataupun cairan bergula yang berlangsung 2-4 kali sehari selama beberapa jam sampai tertidur dan kadang-kadang sepanjang malam.
Perawatan terhadap NMC tergantung pada tingkat keparahan karies. Tindakan pencegahan terhadap NMC harus dilakukan karena semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus dilakukan sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk dikeluarkan.
Pencegahan NMC, penentuan diagnosa yang tepat pada gigi yang terkena karies, pengetahuan mengenai bahan dan pemilihan teknik perawatan yang sesuai merupakan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan penatalaksanaan perawatan nursing mouth caries. Para dokter gigi hendaknya mengetahui cara-cara sederhana dalam menangani nursing mouth caries mengingat penderita nursing mouth caries banyak ditemukan pada praktek sehari-hari. Kata kunci : NMC, perawatan NMC Abstract Nursing mouth caries is caries of specific pattern and is often found in children under six years of age who have the habit of consuming mother’s milk, bottled milk or sweet liquids, until they fall asleep, or who continuously suck during the day. Caries comes about because parents continuously provide the child with mother’s milk, bottled milk, or sweet liquids, which goes on 2-4 times a day, for several hours, until the child falls asleep. Providing the child with these liquids sometimes goes on the whole night. Treating nursing mouth caries depends on caries severity. Preventive measures against nursing mouth caries should be taken, because the severer the caries gets, the more comples will be the treatment to be applied, resulting in high medical expenses. Nursing mouth caries prevention, determining the correct diagnosis of the caries affected tooth, knowledge of appropriate material and choice of appropriate treatment are the factors determining the successful outcome of nursing mouth caries treatment administration. Dentists should be conversant with simple methods in handling mouth caries, bearing in mind the large number of nursing mouth caries to be found in everyday life. Keywords : NMC, treatment of NMC
PENDAHULUAN
Karies merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan di
masyarakat, dimana tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada
anak. Karies yang terjadi pada anak-anak ini biasa disebut Nursing Mouth Caries (NMC),
Nursing Bottle Syndrome, Bottle Milk Caries, Baby Bottle Tooth Decay, Sugar Bottle
Caries, dan Breast Milk Caries 1.
Nursing mouth caries adalah karies dengan pola yang khas dan seringkali terlihat
pada anak-anak di bawah usia 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum Air Susu Ibu
(ASI), susu botol atau cairan manis sampai tertidur atau diisap terus-menerus sepanjang
hari2. Karies ini terjadi oleh karena orang tua terus-menerus memberikan ASI, susu botol
ataupun cairan bergula yang berlangsung 2-4 kali sehari selama beberapa jam sampai
tertidur dan kadang-kadang sepanjang malam3.
Apabila nursing mouth caries dibiarkan proses karies ini dapat cepat meluas
mengenai seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan akibat lanjut yaitu
pulpa nekrosis dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi permanen. Pada
saat itu penderita akan kesulitan makan dan akan mempengaruhi kesehatan umum4.
Terjadinya nursing mouth caries tersebut dapat dicegah lebih awal melalui
pemahaman dan peran serta orang tua terutama ibu dalam memelihara kesehatan gigi anak.
Salah satu tindakan pencegahan yang mudah dan banyak dilakukan adalah tindakan
penyikatan gigi anak setiap hari, dengan tujuan menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
kedokteran gigi maka telah banyak hasil penelitian yang membahas mengenai NMC secara
lebih rinci serta berkembangnya teknik-teknik yang mudah dan sederhana dalam
melakukan perawatan. Menurut teori terdahulu telah diketahui faktor penyebab terjadinya
karies ini adalah kebiasaan minum susu atau cairan manis lainnya dari botol, oleh karena
itu karies ini dikenal dengan nama Nursing Bottle Caries. Saat ini selain faktor tersebut di
atas diyakini bahwa kebiasaan pemberian air susu ibu (ASI) yang tidak benar pun dapat
menyebabkan terjadinya NMC. NMC tidak hanya disebabkan oleh pemberian susu melalui
botol tetapi dapat juga disebabkan oleh cara pemberian ASI yang kurang tepat. Bayi yang
dibiarkan tertidur sambil menyusu pada ibunya sepanjang malam diyakini mempunyai
resiko yang tinggi untuk terkena NMC, bahkan NMC ditemukan pada bayi yang mendapat
ASI secara eksklusif tanpa pernah diberi susu melalui botol5.
Perawatan terhadap NMC tergantung pada tingkat keparahan karies. Tindakan
pencegahan terhadap NMC harus dilakukan karena semakin parah karies maka semakin
kompleks pula perawatan yang harus dilakukan sehingga memerlukan biaya yang tidak
sedikit untuk dikeluarkan.
TELAAH PUSTAKA
1. Pengertian Nursing Mouth Caries
NMC merupakan suatu keadaan yang menggambarkan karies pada anak dimana
dihubungkan dengan kebiasaan minum susu menggunakan botol susu yang berisi cairan
karbohidrat yang dapat diragikan maupun cairan manis lainnya seperti susu dan jus buah
sepanjang hari dan saat tidur siang maupun malam hari 4,6,7,8.
Pendapat lain NMC adalah suatu bentuk karies rampan yang bersifat agresif yang
biasanya dihubungkan dengan pemberian susu yang tidak tepat bukan hanya melalui botol
yang mengandung cairan manis tapi juga melalui pemberian air susu ibu (ASI) dalam
jangka waktu yang lama 6,9,10,11.
Istilah NMC dipakai untuk menunjukkan kerusakan karies yang sangat luas pada bayi
dan anak-anak. Kondisi ini dikenal sebagai karies gigi sulung yang umumnya terjadi
setelah beberapa bulan erupsi yang mengenai gigi anterior rahang atas dan molar sulung
khususnya pada anak-anak usia 0-3 tahun 10,12,13,14.
Gambaran klinis dari NMC mempunyai pola dan tipe yang khusus 11,15. Gambaran
pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada bagian labial gigi insisif atas, dan
atau pada palatal molar atas16. Tipe kariesnya sejalan dengan lengkung gusi gigi insisif
rahang atas. Proses kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan terpengaruh sejalan dengan
erupsinya yaitu akan mengenai molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah dan molar
kedua, namun jarang mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin terjadi karena
posisinya yang terlindung oleh lidah 14,15,17. Proses terjadinya karies pada maksila dan
mandibula di atas tergantung dari tiga faktor yaitu urutan erupsi, lamanya melakukan
kebiasaan, dan pola otot saat bayi menghisap6.
Gambar 1 Lesi pada Permukaan Labial Gigi Insisif Rahang Atas dan Gigi Anterior Rahang Bawah Tidak Mengalami Karies18
2. Perawatan Nursing Mouth Caries
Pemilihan bahan dan teknik perawatan secara tepat perlu dipertimbangkan sejak
awal. Telah banyak alat dan bahan kedokteran gigi yang berkembang di pasaran, sehingga
pengetahuan mengenai alat dan bahan tersebut perlu diketahui secara jelas dan lengkap.
Penentuan teknik perawatan NMC sangat ditentukan oleh diagnosa yang tepat. Pada gigi
dengan karies yang telah mengenai saluran akar hendaknya dilakukan perawatan
endodontik terlebih dahulu sebelum dilakukan penambalan, sedangkan pada gigi dengan
karies yang belum mengenai pulpa dapat langsung dilakukan penambalan.
2.1 Perawatan Endodontik
Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu
untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal
sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis
oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi simtom, dapat berfungsi
dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus
diperlukan pada saat memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung
yaitu untuk mempertahankan panjang lengkung rahang 19,20.
2.1.1 Pulp Capping
Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan
pelindung di atas pulpa vital yang terbuka 20,21. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp
capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukan dentin
sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain22. Tujuan pulp capping adalah untuk
menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa
dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat
terhindarkan 19,22,23. Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect pulp capping dan direct
pulp capping.
2.1.1.1 Indirect Pulp Capping
Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa dentin
karies20. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan
bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin
lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa21.
Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol atau dapat juga
dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi
mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis
terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini
berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi23.
Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini
terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang
lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi)21.
2.1.1.2 Direct Pulp Capping
Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke jaringan
pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida
dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc okside eugenol dapat diletakkan di
atas seluruh lantai pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah
perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan
lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa di
sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan 20,24.
Langkah-langkah Pulp Capping22 :
1. Siapkan peralatan dan bahan.
Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi.
Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva
ejector, jaga posisinya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-
kira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan
hentakan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam
Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan
menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian
yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp
capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk
pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.
1 2 3 Gambar 2. Perawatan Indirect Pulp Capping. 1. Lesi tampak dalam dan dekat sekali
dengan pulpa. 2. Semua karies telah di buang, telah diberi basis kalsium hidroksida dan di atasnya restorasi. 3. Sisa karies menjadi karies yang terhenti, jaringan pulpa telah mengalami proses perbaikan dengan terbentuknya dentin sekunder24.
2.1.2 Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau
memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi24. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang
cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa
dalam saluran akar 19,21. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang
melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk
dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtom-
simtom khususnya pada anak-anak14.
Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada
pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar
belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi 19,22.
Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan
penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum
yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal yang patologis,
kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi 22,23. Saat ini para dokter gigi
banyak menggunakan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Formokresol merupakan
salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung dengan karies atau trauma. Obat
ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905 dan sejak saat itu telah digunakan sebagai
obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi 21,25.
Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida
untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari
formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol
merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptik
untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi
sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan 21,23,25.
Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya
perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan
namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kali
kunjungan25.
Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium
hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan formokresol
pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan
kalsium hidroksida. Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk
suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital.
Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi
mikroba25. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies
yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler
untuk menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia
menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke
arah apikal sehingga jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang
terfiksasi kemudian dapat diganti oleh jaringan granulasi vital 22,26.
Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja,
diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya
terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan25.
2.1.2.1 Pulpotomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk
gigi sulung 22,23 :
1. Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit
saat perawatan
2. Isolasi gigi.
Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan kapas dan
saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk
memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap pulpa.
Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah.
Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal
seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.
6. Buang pulpa bagian korona.
Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar
kecepatan rendah.
7. Cuci dan keringkan kamar pulpa.
Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum
steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa.
Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
8. Aplikasikan formokresol.
Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan
menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian
akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
9. Berikan bahan antiseptik.
Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam bagian
yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan
berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan
kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada
sisa-sisa infeksi.
10. Restorasi gigi.
Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan amalgam atau
penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless steel.
1 2 3
4 5 6 7 Gambar 3. Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol Satu Kali
Kunjungan.1. Ekskavasi karies, 2. Buang atap kamar pulpa, 3. Buang pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator, 4. Pemotongan pulpa di orifis dengan bor bundar kecepatan rendah, 5. Pemberian formokresol selama 5 menit, 6. Pengisian kamar pulpa dengan campuran zinc oxide dengan formokresol dan eugenol, 7. Gigi yang telah di restorasi24.
2.1.2.1 Pulpotomi Non Vital
Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk
mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses
infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar26.
Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu perawatan pulpotomi
mortal (pulpotomi devital)22.
Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan endodontik dengan cara mengamputasi
pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran akar22.
Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital22 :
Kunjungan pertama:
1. Siapkan instrumen dan bahan.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Preparasi kavitas.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan
rendah.
6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.
7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum
steril.
8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari,
sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1 minggu
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi
perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan
perawatan selanjutnya.
3. Berikan bahan antiseptik.
Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton pellet.
4. Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
2.1.3 Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan
perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel
atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini
memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun
lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan
pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil
perawatan yang baik pula19.
Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat direstorasi, anak
dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada anak usia 4-
4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar tidak lebih dari dua pertiga
atau tiga perempat23.
2.1.3.1 Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan23 :
1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar
gigi yang akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi
bakteri dan saliva.
4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor
bundar kecepatan rendah.
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3
sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian
diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar
dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah
kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi
dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
1 2 3 4
5 6 7 8 9
Gambar 4. Langkah-langkah Perawatan Pulpektomi Vital Satu Kali kunjungan.1. Pembuangan jaringan karies, 2 dan 3. Pengambilan atap kamar pulpa, 4. Irigasi kamar pulpa, 5. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan, 6. Irigasi saluran akar dengan akuades steril, 7. Pengisian saluran akar, 8. Penutupan kamar pulpa dengan semen, 9. Gigi telah di restorasi24.
2.1.3.2 Pulpektomi Non Vital
Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah pulpektomi
mortal (pulpektomi devital)22. Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua jaringan pulpa
nekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non vital, kemudian mengisinya
dengan bahan pengisi. Walaupun anatomi akar gigi sulung pada beberapa kasus
menyulitkan untuk dilakukan prosedur pulpektomi, namun perawatan ini merupakan salah
satu cara yang baik untuk mempertahankan gigi sulung dalam lengkung rahang26.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital 22,23,26 :
Kunjungan pertama :
1. Lakukan foto rontgen.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan
desinfeksi kavitas.
4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.
7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote.
Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu
letakkan dalam kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper masukkan
pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
2.2 Pembuatan Restorasi
Alat restorasi yang dapat digunakan untuk perawatan NMC adalah semen glass
ionomer, composit resin strip crown, dan mahkota stainless steel. Anak-anak dengan
keadaan seperti ini adalah mungkin untuk dilakukan preparasi kavitas kelas III dan kelas
IV. Semen glass ionomer dan resin komposit dapat digunakan untuk restorasi lesi-lesi kelas
III pada gigi sulung anterior, gabungan resin komposit dan glass ionomer
(compomer/compoglass) juga dapat digunakan untuk lesi kelas IV. Sedangkan mahkota
stainless steel digunakan untuk lesi karies pada gigi posterior 17,22.
2.2.1 Penumpatan
2.2.1.1 Semen Glass Ionomer
Semen glass ionomer terbentuk karena reaksi antara bubuk kaca alumino silikat yang
khusus dibuat dengan asam poliakrilat. Setelah tercampur pasta semen ini ditumpatkan ke
dalam kavitas pada saat bahan ini belum mengeras. Semen glass ionomer yang berisi logam
perak dalam bubuknya telah dikembangkan serta dikenal dengan nama generiknya yaitu
cermet. Semen semacam ini mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan bersifat radiopak22.
Semen glass ionomer sebaiknya tidak digunakan sebagai alat restorasi untuk kerusakan gigi
yang luas karena kurang kuat menerima daya kunyah yang berlebih17.
Langkah-langkah pembuatan restorasi Semen Glass Ionomer 17:
1. Isolasi gigi dengan menggunakan rubber dam.
2. Pembuatan outline kavitas untuk lesi yang luas, namun tidak dilakukan extention for
prevention.
3. Hilangkan semua jaringan karies menggunakan bor bundar kecepatan rendah atau
dengan instrumen tangan .
1 2 3
4 5
Gambar 5. Langkah-langkah Pembuatan Restorasi Semen Glass Ionomer. 1. Pembuatan outline kavitas, 2. Preparasi karies, 3 dan 4. Pengisian kavitas dengan Semen Glass Ionomer, 5. Restorasi Semen Glass Ionomer18.
4. Oleskan asam poliakrilat selama 10 detik, lalu bilas dengan air dan keringkan.
5. Semen glass ionomer yang telah dikemas dalam kapsul, tekan kapsul terlebih dahulu
selama 3 detik untuk memudahkan pencampuran cairan dan bubuk yang terdapat
didalamnya. Lalu diaduk dengan amalgamator selama 10 detik. Ambil 3 sampai dengan
4 mm adonan yang telah tercampur tersebut lalu masukkan ke dalam kavitas.
6. Setelah semen glass ionomer berada dalam kavitas tekan-tekan dengan menggunakan
burnisher. Beri selapis tipis semen resin modified glass ionomer.
7. Biarkan tambalan beberapa saat agar terhindar dari kontaminasi. Hal ini bisa dicapai
apabila pada kavitas diberi selapis tipis vernis atau bonding di atas permukaan semen.
8. Lihat kembali permukaan oklusal setelah rubber dam dilepas.
2.2.1.2 Gabungan Resin Komposit dan Glass Ionomer
Resin komposit diindikasikan untuk kavitas kelas I atau kelas II pada gigi anak yang
kooperatif, untuk lesi interproksimal kelas III pada gigi anterior, lesi kelas V pada
permukaan fasial gigi anterior, hilangnya sudut insisal gigi, fraktur gigi anterior, lesi
oklusal dan interproksimal gigi posterior kelas I dan II. Pasien dengan insidensi karies dan
kebersihan mulut yang kurang baik merupakan kontraindikasi restorasi resin komposit28.
Langkah-langkah pembuatan restorasi gabungan resin komposit dan glass
ionomer22:
1. Pilih bor yang sesuai
Gunakan bor bundar diamond no. 520 dan bor bundar tungsten carbide no.1 untuk
handpiece kecepatan tinggi sedangkan untuk handpiece kecepatan rendah, gunakan
round steel no.0,5 atau no.1.
2. Membuka jalan masuk.
Jika kavitas besar, masuk melalui permukaan yang paling rusak karena karies. Tembus
email sedekat mungkin dengan interdental space tanpa menyebabkan resiko kerusakan
pada gigi sebelahnya.
3. Preparasi outline.
Setelah bor masuk ke dalam kavitas ganti dengan bor fisur pada handpiece kecepatan
rendah dan perbesar kavitas dari insisal ke gusi, membentuk dinding lingual sehingga
bentuk outline menjadi hampir setengah bulatan.
4. Buang setiap sisa-sisa karies.
Gunakan ekskavator atau bor bundar pada handpiece kecepatan rendah untuk
menghilangkan sisa karies dari dasar atau dinding kavitas.
5. Cuci, keringkan dan siapkan preparasi kavitas.
Cuci kavitas dengan air dan keringkan dengan tiupan udara. Dengan menggunakan
sonde pastikan bahwa semua karies telah dibuang dan sudah terdapat retensi yang
cukup untuk tumpatan.
6. Beri lining pada kavitas.
Berikan sedikit semen kalsium hidroksida quick setting, untuk melapisi dasar kavitas.
7. Oleskan single bond (Xeno-III, Futurabond, dll) pada kavitas, kemudian semprot
dengan angina, dan lakukan penyinaran.
8. Pasang matriks.
Gunakan matriks strip selulosa asetat. Periksa kerapatan sekitar kavitas, khususnya
kerapatan pada tepi servikal.
9. Masukkan bahan tambalan gabungan resin komposit dan glass ionomer (filled resin) ke
dalam kavitas yang telah di etsa. Biarkan resin berpolimerisasi atau polimerisasi dengan
light cured.
10. Setelah bahan terpolimerisasi, lepas matriks, buang kelebihan bahan dan poles restorasi.
2.2.2 Mahkota Buatan
2.2.2.1 Compomer Strip Crowns
Compomer strip crowns merupakan bahan restorasi pilihan untuk perawatan gigi
sulung anterior. Penggunaan strip crowns untuk gigi anterior dengan resin komposit akan
menghasilkan suatu restorasi dengan estetik yang baik dan dapat bertahan lama17.
Langkah-langkah pembuatan restorasi Compomer resin strip crowns17 :
1. Berikan anestesi lokal dan jika memungkinkan lakukan pemasangan rubber dam.
Anestesi umum juga bisa diberikan khususnya pada anak yang kurang kooperatif.
2. Pilih mahkota seluloid yang sesuai dengan ukuran lebar mesio distal gigi.
3. Lakukan pembuangan karies dengan bor bundar kecepatan rendah. Gunakan bor
tappered diamond atau bor tungsten carbide pada handpiece kecepatan tinggi untuk
mengurangi sudut insisal sekitar 2 mm dan seluruh permukaan gigi. Preparasi
diselesaikan pada chamfer di bawah gusi. Buat groove dengan bor bundar kecil pada
permukaan labial dekat margin gusi.
4. Lesi yang cukup dalam sebaiknya gunakan kalsium hidroksida.
5. Buat crown-form sehingga benar-benar rapat sekitar margin gingiva.
6. Oleskan single bond (Xeno-III, Futurabond, dll) pada kavitas, kemudian semprot
dengan angina, dan lakukan penyinaran.
7. Isi mahkota dengan compomer dan masukkan pada kavitas sedikit demi sedikit dengan
dilakukan sedikit penekanan agar kelebihan komposit dapat keluar.
8. Sinari lagi semua bagian (labial, insisal, palatinal) secara merata.
9. Buang semua kelebihan resin yang keluar dari mahkota. Buka mahkota seluloid,
sesuaikan bentuknya lalu periksa kembali oklusi gigi setelah rubber dam dilepas.
1 2 3
4 5 6
Gambar 6. Langkah-langkah Pembuatan Restorasi Composite Resin Strip Crowns. 1. Gigi anterior anak penderita NMC, 2. Pemilihan mahkota, 3 dan 4. Pembuangan karies dan pengurangan bagian gigi, 5. Pembuatan Crown form sehingga benar-benar rapat dengan margin gusi, 6. Restorasi Composit Resin Strip Crowns17.
2.2.2.2 Mahkota Stainless steel
Mahkota stainless steel merupakan restorasi yang ideal untuk gigi molar sulung yang
terserang karies yang luas yang tidak mungkin dilakukan preparasi kavitas untuk
penumpatan amalgam. Mahkota stainless steel tersedia dalam berbagai ukuran yang
khususnya berguna untuk restorasi gigi-geligi dengan karies yang luas22.
Mahkota stainless steel diindikasikan untuk gigi anak dengan rampan karies yang
melibatkan tiga atau lebih permukaan, gigi molar sulung yang telah dilakukan perawatan
pulpa, malformasi gigi seperti hipoplasti email, dan pasien handicapped dengan masalah
kebersihan mulut25.
Langkah-langkah pembuatan restorasi mahkota stainless steel 17,22 :
1. Hilangkan karies.
Berikan anestesi lokal dan idealnya pasang rubber dam khususnya jika kariesnya dalam
dan kemungkinan pulpa dapat terbuka. Hilangkan karies dengan menggunakan
ekskavator atau bor bundar yang besar dengan kecepatan rendah. Jika kariesnya dalam
dan kemungkinan pulpa dapat terbuka lakukan dulu preparasi kavitas yang mempunyai
retensi sebelum melanjutkan membuang karies yang dalam .
2. Preparasi gigi.
Gunakan handpiece kecepatan tinggi untuk permukaan oklusal. Tembus fisur oklusal
dengan straight diamond sampai kedalaman 1 sampai dengan 1,5 mm kemudian
kurangi cusp juga sebesar 1 sampai dengan 1,5 mm. Tempatkan tappered diamond pada
permukaan aproksimal berkontak dengan gigi di embrasur bukal atau lingual, bersudut
20 derajat vertikal dan ujungnya pada tepi gusi, pengasahan sebanyak 2 mm. Gunakan
tappered diamond untuk permukaan bukal dan lingual lalu asah permukaan bukal
lingual setinggi tepi gingiva sekitar 1 mm dan bulatkan sudut antara permukaan ini serta
permukaan aproksimal.
3. Pemilihan mahkota.
Dari 6 ukuran yang tersedia pilih sebuah mahkota dengan ukuran mesiodistal yang
sesuai dengan hasil pengukuran.
4. Uji coba pemasangan mahkota.
Uji cobakan mahkota yang telah dipilih pada gigi untuk memastikan adaptasinya.
5. Pembentukkan mahkota.
Tepi mahkota dikerutkan supaya benar-benar rapat pada gigi. Idealnya mahkota akan
terkunci di tempatnya dan tidak mudah dikeluarkan.
6. Pemolesan mahkota.
Poles tepi-tepi mahkota dengan stone atau rubber wheel.
7. Penyemenan mahkota.
Cuci dan keringkan gigi dan mahkota. Isolasi gigi dengan saliva ejector dan cotton
roll. Gunakan semen adhesif (misalnya : polikarboksilat) dicampur sampai konsistensi
seperti krim dan oleskan ke dalam dinding-dinding mahkota sampai penuh. Dudukkan
mahkota pada gigi dari lingual ke bukal dan tekan dengan kuat ke dalam tempatnya,
minta pasien untuk menggigit. Sewaktu semen telah mengeras, buang semua kelebihan
khususnya dari sulkus gingiva dan daerah interdental dengan menggunakan sonde dan
dental floss.
Gambar 7. Langkah-langkah Pembuatan Restorasi Mahkota Stainless Steel17.
KESIMPULAN
NMC merupakan suatu pola karies yang sering ditemukan pada anak-anak. Para
orang tua merupakan orang terdekat yang ada di sekitar anak dimana perlu mengetahui
cara-cara pemeliharaan gigi dan mulut anaknya secara benar, sehingga angka kejadian
NMC dapat dikurangi.
Pencegahan NMC, penentuan diagnosa yang tetap pada gigi yang terkena karies,
pengetahuan mengenai bahan dan pemilihan teknik perawatan yang sesuai merupakan
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan penatalaksanaan perawatan nursing mouth
caries. Para dokter gigi hendaknya mengetahui cara-cara sederhana dalam menangani
nursing mouth caries mengingat penderita nursing mouth caries banyak ditemukan pada
praktek sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kowash, M., dan M. Duggal. 2001. Prevention of Nursing Caries. http://www.eufic.org. 6 Februari 2004. 15:47.
2. Wei, S. H. Y. 1988. Dental Caries : Etiology, Pathogenesis, Clinical Manifestations and Managements. Pediatric Dentistry : Total Patient Care. Philadelphia: Lea & Febriger.
3. Sjuhada, 2003. Indonesian e-dental information: Perawatan gigi anak. http://www.sjuhada.cbj.net.
4. Benitez, C.; O’Sullivan, D.; Tinanoff, N. 1994. Effect of preventive approach for treatment of nursing bottle caries. Journal of Dentistry for Children.
5. Cataldo, J. L. 1998. Breastfeeding and Dental Health. http://www.breastfeeding .org. 6 Februari 2004. 15:21 WIB.
6. Ayhan, H. 1996. Influencing factor of nursing caries. The Journal of Clinical Pediatric Dentistry. Vol 20:4, 313-6.
7. Muller, M. 1996. Nursing bottle syndrome : risk factors. Journal of Dentistry for Children. Jan-Feb, 42-50.
8. Peretz, B., S. Faibis., P. E. Hadani., dkk. 2000. Children with baby bottle tooth decay treated under general anesthesi ; behaviour in a follow up visit. The Journal of Clinical Pediatric Dentistry. Vol 24:2, 97-101.
9. Weerheijm, K. L., B. F. M. Speybrouck., H. C. Euwe., dkk. 1998. Prolonged demand breasfeeding and nursing caries. Journal of The European Organization for Caries Research. 46-50.
10. Morris, R. E., G. Gillespie., A. Dashti., dkk. 1999. Early childhood caries in Kuwait : Review and Policy Recommendation. http.//www.drgreene.com. 10 Februari 2004. 20:55 WIB.
11. Hattab, F. N., M. A. O. Al-Omari., B. A. Manison, dkk. 1999. The prevalence of nursing caries in one to four years old children in Jordan. Journal of Dentistry for Children. Jan-Feb, 53-58.
12. Schuurs, A. H. B., W. R. Moorer, B. P. Andersen., dkk. 1992. Patologi gigi-geligi : Kelainan-kelainan Jaringan Keras Gigi. Diterjemahkan oleh S. Suryo. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
13. Burt, B. A., dan S. A. Eklund. 1999. Dentistry dental practice and the community. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
14. Koch, G., dan S. Poulsen, 2001. Pedodontic a Clinical Approach. Copenhagen : Munksgaard.
15. McDonald, R. E., dan D. R. Avery. 2000. Dentistry for the child and adolescent. 7th edition. St. Louis : The C. V. Mosby Company.
16. Soemartono, S. H. 1998. Pengaruh pola pemberian makan anak pada kesehatan gigi. Jakarta : FKG UI.
17. Cameron, A. C., dan R. P. Widmer. 2003. Handbook of Pediatric Dentistry. St. Louis. The C. V. Mosby Company.
18. Kidd, E. A. N., B. G. N. Smith., dan H. M. Pickards. 1990. Pickard’s Manual of Operative Dentistry. 6th edition. Oxford : Oxford Med Publication.
19. Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Diterjemahkan dari Handbook of Clinical Endodontics oleh E. H. Sundoro. Jakarta : Penerbit UI.
20. Harty, F. J. 1993. Endodonti Klinis. Edisi Ketiga. Diterjemahkan dari Endodontics in Clinical Practice oleh L. Yuwono. Jakarta : Hipokrates.
21. Welbury, R. R. 2001. Paediatric Dentistry. 2nd edition. New York : Oxford University Press.
22. Andlaw, R. J., dan W. P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd edition. New York : Churchill Livingstone.
23. Kennedy, D. B. 1992. Konservasi Gigi Anak. Diterjemahkan dari Paediatric Operative Dentistry oleh N. Sumawinata dan S. H. Sumartono. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
24. Curzon, M. E. J., J. F. Roberts., dan D. B. Kennedy. 1996. Kennedy’s Paediatric Operative Dentistry. 4th edition. London : Wright.
25. Finn, S. B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th edition. Philadelphia : W. B. Saunders. 26. Mathewson, R. J., dan R. E. Primosch. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry;.
3rd edition. Chicago : Quintessence Publishing. 27. Budisuari, M. A. 2002. Keunggulan Semen Glass Ionomer sebagai Bahan Restorasi.
http://www.tempo.co.id. 19 Juli 2004. 21:09 WIB. 28. Baum, L., R. W. Philips., dan M. R. Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi.
Diterjemahkan dari Textbook of Operative Dentistry oleh R. Tarigan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Recommended