View
240
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/31/2019 Abses hepatis
1/22
Abses hepatis
Pendahuluan
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri,
protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ
tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan
menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta Reference
Library, 2004)
Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat kerusakan jaringan,
Hepar adalah hati (Dorland, 1996).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur
maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai
komplikasi dari peradangan akut saluran empedu. (Robins, et al, 2002).
Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi. Abses hatiadalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun
nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal
Abses hati dahulu lebih banyak terjadi melalui infeksi porta, terutama pada anak muda, sekunder
pada peradangan appendicitis, tetapi sekarang abses piogenik sering terjadi sekunder terhadap
obstruksi dan infeksi saluran empedu.
Anatomi dan Fisiologi
Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat 1,5 kg pada orang dewasa.
Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati
secara luas dilindungi tulang iga.
Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas berbentuk tembung, terletak di
bawah diafragma, kedua, permukaan bawah tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura
transfersus. Fisura longitudional memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya
hati dibagi empat belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu; Arteri hepatica dan Vena porta. Vena hepatica,
keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100 %
masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler Vena, akhirnya
keluar sebagai Vena hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena mesentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2
telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah
diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus.
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan
mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat
penting dalam pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari
traktus gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrient
ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati
merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hatimembuat dan mengekresikan empedu yang memegang peran uatama dalam proses pencernaan
7/31/2019 Abses hepatis
2/22
serta penyerapan lemak dalam tractus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari
dalam aliran darah dan mensekresikannya ke dalam empedu.
Fungsi metabolic hati terdiri dari; mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang
disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya sesuai dengan pemakaiannya dalam
jaringan. Kedua; mengeluarkan zat buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan
urin. Ketiga; menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat; sekresi empedu
garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula endothelium dialirkan ke empedu.
Kelima; pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari
darah oleh ginjal dalam bentuk urin. Keenam; menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir asam
karbonat dan air. Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan penyebaran berbagai bahan,
termasuk glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan
di dalam hati. Hati juga membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan
banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui
organ ini sehingga menaikkan suhu tubuh.
Etiologi
Bakteri ini bisa sampai ke hati melelui: 1) kandung kemih yang terinfeksi. 2) Luka tusuk atau luka
tembus. 3) Infeksi didalam perut., dan 4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran
darah. Gejalanya berkurangnya nafsu makan, mual dan demam serta bisa terjadi nyeri perut.
(Schoonmaker, D., 2003).
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan abses hati pyogenik (AHP).
AHA merupakan komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang sering dijumpai di daerah tropik/
subtropik, termasuk indonesia. Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess,
bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess. (Aru, W. S., 2002)
Pada era pre-antibotik, AHP terjadi akibat komplikasi appendisitis bersamaan dengan pylephlebitis.
Bakteri phatogen melalui arteri hepatika atau melalui sirkulasi vena portal masuk ke dalam hati,
sehingga terjadi bakteremia sistemik, ataupun menyebabkan komplikasi infeksi intra abnominal
seperti divertikulitis, peritonitis dan infeksi post operasi. (Robins, et al, 2002).
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah E. coli
Patofisiologi
Pengaruh abses hepar terhadap kebutuhan manusia. Bruner dan Suddarth, 2000)
1. Amuba yang masuk menyebabkan peradangan hepar sehingga mengakibatkan infeksi
2. Kerusakan jaringan hepar menimbulkan perasaan nyeri
3. Infeksi pada hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur atas pola tidur.
4. Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan.
5. Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun sehingga dapat
terjadi intoleransi aktifitas fisikManifestasi klinis
Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan
berat badan, keringan malam, diare, demam (T > 38), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas,ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron 1997)
7/31/2019 Abses hepatis
3/22
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar 5 15,6%, perforasi abses
keberbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium, usus, intraperitoneal atau kulit.
Kadang-kadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase.(Menurut Julius,
Ilmu penyakit dalam, jilid I, 1998.
Saat dignosis ditegakan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat, seperti
septikaemia/bakteriemia dengan mortalitas 85%, ruptur abses hati disertai peritonitis generalisata
dengan mortalitas 6-7% kelainan plueropulmonal, gagal; hati, kelainan didalam rongga abses,
henobilia, empiema, fisistula hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau retroperitoneum. Sistem
plueropulmonum merupakan sistem tersering terkena. Secara khusus, kasus tersebut berasal dari
lesi yang terletak di lobus kanan hepar. Abses menembus diagfragma dan akan timbul efusi pleura,
empyema abses pulmonum atau pneumonia. Fistula bronkopleura, biliopleura dan biliobronkial juga
dapat timbul dari reptur abses amuba. Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan ludah yang
berwarna kecoklatan yang berisi amuba yang ada. (Adams, E. B., 2006).Pembesaran limpa merupakan temuan patologi yang umum dan penting. Pembesaran pada pulpa
merah terjadi karena adanya peningkatan jumlah sel-sel fagosit dan atau peningkatan jumlah sel
darah. Pada infeksi yang bersifat kronis, hiperplasia jaringan limfoid dapat ditemukan. splenomegali
karena abses hati bisa dimungkinkan oleh :
1. Infeksi
Pada kasus infeksi bakterial yang bersifat akut, ukuran limpa sedikit membesar. Pembesaran terjadi
akibat peradangan yang menyebabkan peningkatan infiltrasi sel-sel fagosit dan sel-sel neutrofil.
Jaringan atau sel-sel yang mati akan dicerna oleh enzim, sehingga konsistensi menjadi lembek,
apabila disayat mengeluarkan cairan berwarna merah, bidang sayatan menunjukkan warna merah
merata. Permukaan limpa masih lembut dan terlihat keriput. Peradangan dapat meluas sampai
dengan kapsula limpa yang disebut sebagai perisplenitis dengan atau tanpa disertai abses.
Pada infeksi kronis non-pyogenik, pembesaran yang terjadi melebihi ukuran limpa pada infeksi akut.
Konsistensi mengeras, bidang sayatan memperlihatkan adanya lymphoid aggregates, pulpa merah
banyak mengandung sel-sel fagosit yang didominasi oleh sel plasma.
2. Gangguan Sirkulasi
Gangguan sirkulasi dapat menyebabkan kongesti buluh darah pada limpa. Keadaan kongesti limpa
ini dapat disebabkan oleh 2 kondisi utama, yaitu gagal jantung kongestif (CHF/Congestive Heart
Failure) dan sirosis hati (Hepatic Cirrhosis). Kondisi gagal jantung (dilatasi) menyebabkan kongesti
umum/sistemik buluh darah balik, terutama vena porta hepatika dan vena splenik. Keadaan ini
mengakibatkan tekanan hidrostatik vena meningkat dan mengakibatkan terjadinya pembesaran
limpa. Pada kondisi sirosis hati, aliran darah pada vena porta mengalami obstruksi, karena terjadi
fibrosis hati. Keadaan seperti ini menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik vena porta dan vena
splenik, sehingga menyebabkan pembesaran limpa. Pembesaran limpa yang diakibatkan oleh sirosis
hati ini dapat disertai penebalan lokal pada kapsula. Adanya abses hati khussunya yang terdapat
pada vena porta juga memungkinkan obstruksi.
Patogenesis
Hati adalah organ yang paling sering terjadinya abses. Abses hati dapat berbentuk soliter atau
7/31/2019 Abses hepatis
4/22
multipel. Hal ini dapat terjadi dari penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat
terjadinya infeksi di dalam rongga peritoneum. Hati menerima darah secara sistemik maupun
melalui sirkulasi vena portal, hal ini memungkinkan terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut. (Aronen,
H. J., 2006
Manifestasi klinis
Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya AHP apabila
ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan
membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.( Herrero, M., 2005).
Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP letaknya dekat digfragma,
maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun
terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat
badan yang unintentional,( Tukeva, T. A. et al, 2005)
Diagnosis
Penegakan diagnosis dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, serta
pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisikHepatomegali terdapat pada semua penderita, yang
teraba sebesar tiga jari sampai enam jari arcus-costarum. (Molander, P., 2002)
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium yang di periksa adalah darah rutin termasuk kadar Hb darah, jumlah
leukosit darah, kecepatan endap darah dan percobaan fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total,
total protein dan kadar albumin dan glubulim dalam darah. (Kanal E. P. et al, 2003)
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri,
anemia, peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan enzim
transaminase dan serum bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang
memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. (Dalinka, M. K.
et al, 2007).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara konvensional adalah dengan drainase terbuka secara operasi dan antibiotik
spektrum luas oleh karena bakteri penyebab abses terdapat didalam cairan abses yang sulit
dijangkau dengan antibiotik tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat ini, adalah
dengan menggunakan drainase perkunancus abses intra abdominal dengan tuntunan abdomen
ultrasound atau tomografi komputer, komplikasi yang bisa terjadi adalah perdarahan, perforasi
organ intra abdominal, infeksi, ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untukdrainase. (Palfreyman, J. M., 2003)
7/31/2019 Abses hepatis
5/22
Prognosis
Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur
darah yang memperlihatkan penyebab becterial organisme multiple, tidak dilakukan drainase
terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain. (Bloom,
B. J., 2007).
Peningkatan umur, manifestasi yang lambat, dan komplikasi seperti reptur intraperikardi atau
komplikasi pulmonum meningkatkan tiga kali angka kematian. Hiperbilirubinemia juga termasuk
faktor resiko, dengan reptur timbul lebih sering pada pasien-pasien yang juendice. (Edelman, R. R.,
2002).
Kesimpulan
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang di sebabkan bakteri, jumur, maupun nekbrosis sterilyang dapat masuk melalui kandung kemih yang terinfeksi, infeksi dalam perut, dsb. Adapun gejala-
gejala yang sering timbul diantaranya demam tinggi, nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dll.
Dan pada umumnya diagnosis yang di pakai sama seperti penyakit lain yaitu pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan laboratorium. Secara konvensional penatalaksanaan dapat dilakukan
dengan drainase terbuka secara operasi dan antibiotik spektrum luas.
Sumber :
www.info-medis.blogspot.com/2008/11/abs...
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27a
www.netral-collection-knomledge.blogspot...
www.indovet.wordpress.com/2009/10/30/pe...
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
a. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur
maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai
komplikasi dari peradangan akut saluran empedu.
http://www.indovet.wordpress.com/2009/10/30/pehttp://www.indovet.wordpress.com/2009/10/30/pehttp://www.indovet.wordpress.com/2009/10/30/pe7/31/2019 Abses hepatis
6/22
(Robins,etal,2006.dikutip darihttp://ilmubedah.info/abses hati-20110321.html)
b. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur
maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai
komplikasi dari peradangan akut saluran empedu (http://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-
abscesses.html)
c. Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi. Abses hati
adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun
nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal
2. Anatomi dan Fisiolog
Hati merupakan organ homeostasis yang memainkan peranan penting dalam proses
metabolisma dalam manusia dan haiwan. Hati mempunyai pelbagai fungsi termasuk menyimpan
glikogen, mensintesis protein plasma, dan menyahtoksik dadah. Ia menghasilkan hempedu yang
penting bagipenghadaman. Ia melaksana dan mengawal pelbagai fungsi biokimia jumlah besar yang
memerlukan tisu khas. Istilah perubatan yang berkaitan dengan hati sering kali bermula dari
perkataan Greek bagi hati yaitu hepar, menjadi hepato atau hepatik. Hati berwarna perang
kemerahan dan terletak di bawah diafragma yaitu di dalam rongga abdomen. Hati menerima
makanan terlarut dalamdarahapabila makanan ini tercerna dan diserap di usus.
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, mempunyai berat sekitar 1.5 kg.
Walaupun berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh, namun hati terlibat dalam 25-30% pemakaian
oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati terutama hepatosit yang jumlahnya kurang lebih 80%,
merupakan tempat utama metabolisme intermedier
. Ia terletak di bawahdiafragmadi sebelah kanan badan Hati manusia dewasa mempunyai
berat antara 1.3 - 3.0 kilogram. Ia adalah organ lembut berwarna perang kemerahan. Hati
http://ilmubedah.info/abses%20hati-20110321.htmlhttp://ilmubedah.info/abses%20hati-20110321.htmlhttp://ilmubedah.info/abses%20hati-20110321.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Organhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Organhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Homeostasishttp://ms.wikipedia.org/wiki/Homeostasishttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hempedu&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hempedu&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Pencernaan&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Pencernaan&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Pencernaan&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Diafragma&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Diafragma&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Diafragma&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Kilogramhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Kilogramhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Kilogramhttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Diafragma&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Pencernaan&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hempedu&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Homeostasishttp://ms.wikipedia.org/wiki/Organhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://ilmubedah.info/abses%20hati-20110321.html7/31/2019 Abses hepatis
7/22
merupakan organ kedua terbesar manusia (organ terbesar adalahkulit) dankelenjarterbesar dalam
tubuh manusiamanusia. Sebahagian besar permukaan hati terletak di dalam sangkar toraks bagi
melindunginya daripada kecederaan. ia juga menjadi alas bagi pundi hempedu yang menyimpan
hempedu. Secara anatomi, hati dapat dibahagikan kepada empat lobus iaitu lobus kanan (right
lobe), lobus kiri (left lobe), caudate lobe, dan quadrate lobe. Lihat gambar untuk penerangan yang
lebih jelas.
Berikut adalah fungsi-fungsi hati:
1. Mengawal aras glukosa darah dengan menyimpan glikogen di dalam hati.
2. Menyimpan vitamin dan garam mineral tertentu.
3. Mengawalatur metabolisme karbohidrat, lipid dan asid amino.
4. Menghasilkan hempedu yang akan disimpan di dalam pundi hempedu.
5. Menghasilkan protein-protein plasma tertentu seperti albumin.
6. Menghasilkan faktor-faktor pembekuan darah I (fibrinogen), II (protrombin), V, VII, IX, X and XI
7. Menyahtoksik bahan-bahan beracun terutama dadah dan bahan-bahan bernitrogen seperti
ammonia.
8. Sebagai tempat penghasilan sel-sel darah merah fetus.
9. Menguraikan molekul hemoglobin tua.
10. Menyingkirkan hormon-hormon berlebihan. (price & Wilson 2006 )
3. Etiologi
almonella Thypi
ntamoeba Hystolytica
http://ms.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://ms.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://ms.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelenjar&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelenjar&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelenjar&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Pundi_hempeduhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Pundi_hempeduhttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hempedu&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hempedu&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Ammoniahttp://ms.wikipedia.org/wiki/Ammoniahttp://ms.wikipedia.org/wiki/Ammoniahttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hempedu&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Pundi_hempeduhttp://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelenjar&action=edit&redlink=1http://ms.wikipedia.org/wiki/Kulit7/31/2019 Abses hepatis
8/22
treptokokus
scherichia Coli
Abses hati piogenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari :
1. vena porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bias menyebabkan pielflebitis porta atau emboli
septik.
2. saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik dapat menyebabkan
penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu, kanker, striktura saluran empedu ataupun
anomali saluran empedu kongenital.
3. infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses perinefrik, kecelakaan
lau lintas
4. septisemia atau bakterimia akibat infeksi di tempat lain.
5. kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut usia.
Pada amebiasis hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitika. Hanya sebagian kecil
individu yang terinfeksi E.hystolitika yang memberi gejala amebiasis invasif, sehingga ada dugaan
ada 2 jenis E.hystolitika yaitu strain patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi berbagai strain
E.hystolitika ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesis
amebiasis hati belum dapat diketahi secara pasti. Ada beberapa mekanisme yang telah dikemukakan
antara lain faktor virulensi parasit yang menghasilkan toksin, ketidakseimbangan nutrisi, faktor
resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya antigen permukaan dan penurunan
imunitas cell-mediated
Secara singkat dapat dikemukakan 2 mekanisme :
1. Strain E.hystolitica ada yang patogen dan non patogen.
7/31/2019 Abses hepatis
9/22
2. Secara genetik E.hystolitica dapat menyebabkan invasi tetapi tergantung pada interaksi yang
kompleks antara parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama pada flora bakteri.
Mekanisme terjadinya amebiasis hati :
a. Penempelan E.hystolitica pada mukus usus.
b. Pengerusakan sawar intestinal.
c. Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respons imun cell-mediated yand
disebabkan enzim atau toksin parasit, juga dapat karena penyakit tuberkulosis, malnutrisi,
keganasan dll.
d. Penyebaran ameba ke hati. Penyebaran ameba dari usus ke hati sebagian besar melalui vena porta.
Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi granulomatosa. Lesi
membesar, bersatu dan granuloma diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi
kapsul tipis seperti jaringan fibrosa. Amebiasis hati ini dapat terjadi berbulan atau tahun setelah
terjadinya amebiasis intestinal dan sekitar 50% amebiasis hati terjadi tanpa didahului riwayat
disentri amebiasis
4. Insiden
Abses hati didapatkan di seluruh dunia, abses hati piogenik lebih sering ditemukan di negara
maju termasuk Amerika Serikat, sedangkan abses hati amuba di negara sedang berkembang yang
beriklim tropis dan sub tropis terutama pada daerah dengan kondisi lingkungan yang kurang baik.
Insiden tahunan abses hati piogenik mencapai 2,3 kasus per 100.000 penduduk dan lebih banyak
terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3,3 berbanding 1,3 per 100.000
penduduk. Insiden abses hati amuba di Amerika Serikaty mencapai 0,05 % sedangkan di India dan
Mesir mencapai 10%-30% / tahun dengan perbandingan laki-laki: perempuan sebesar 3:1 sampai
dengan 22:1 Insiden amoebiasis hati di RS di Indonesia berkisar
7/31/2019 Abses hepatis
10/22
antara 5-15 pasien pertahun. Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pria :
wanita berkisar 3:1 sampai 22:1, Penularan pada umumnya melalui jalur oral-fekal dan dapat juga
oral-anal-fekal. Kebanyakan amoebiasis hati yang dikenai adalah pria. Usia yang dikenai berkisar
antara 20-50 tahun terutama dewasa muda dan lebih jarang pada anak.
5. Patofisiologi
Akibat masuknya bakteri atau amoeba ke hepar, menyebabkan jaringan yang sehat menjadi
rusak dan menimbulkan reaksi radang karena adanya kerusakan jaringan dan radang yang
berlangsung lama menyebabkan jaringan hepar menjadi nekrosis. Hati tampak membengkak dan
daerah yang abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat yang berwarna merah tua.
Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit perubahan meskipun tidak ditemukan
amoeba. Abses tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat yang membatasi perusakan lebih jauh kecuali
bila ada infeksi tambaha.
6. Manifestasi klinis
Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya AHP apabila
ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan
membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.( Herrero, M., 2005 kutip dari
http://ilmubedah.info/abses-hati-20110321.html)
Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP letaknya dekat
digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan,
batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi
penurunan berat badan yang unintentional, (Tukeva,T.A.etal,2005 dikuti dari
http://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.html)
http://ilmubedah.info/abses-hati-20110321.htmlhttp://ilmubedah.info/abses-hati-20110321.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.htmlhttp://ilmubedah.info/abses-hati-20110321.html7/31/2019 Abses hepatis
11/22
Cara timbulnya abses hati amoebik biasanya tidak akut, menyusup yaitu terjadi dalam waktu
lebih dari 3 minggu. Demam ditemukan hampir pada seluruh kasus. Terdapat rasa sakit diperut atas
yang sifat sakit berupa perasaan ditekan atau ditusuk. Rasa sakit akan bertambah bila penderita
berubah posisi atau batuk. Penderita merasa lebih enak bila berbaring sebelah kiri untuk mengurangi
rasa sakit. Selain itu dapat pula terjadi sakit dada kanan bawah atau sakit bahu bila abses terletak
dekat diafragma dan sakit di epigastrium bila absesnya dilobus kiri.
Anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan dan penurunan berat badan merupakan
keluhan yang biasa didapatkan. Batuk-batuk dan gejala iritasi diafragma juga bisa dijumpai walaupun
tidak ada ruptur abses melalui diafragma. Riwayat penyakit dahulu disentri jarang ditemukan.
Ikterus tak biasa ada dan jika ada ia ringan. Nyeri pada area hati bisa dimulai sebagai pegal,
kemudian mnjadi tajam menusuk. Alcohol membuat nyeri memburuk dan juga perubahan sikap.
Pembengkakan bisa terlihat dalam epigastrium atau penonjolan sela iga. Nyeri tekan hati
benar-benar menetap. Limpa tidak membesar.
Gambaran klinik tidak klasik dapat berupa :
a. Benjolan didalam perut, seperti bukan kelainan hati misalnya diduga empiema kandung empedu
atau tumor pancreas.
b. Gejala renal. Adanya keluhan nyeri pinggang kanan dan ditemukan massa yang diduga ginjal kanan.
Hal ini disebabkan letak abses dibagian posteroinferior lobus kanan hati.
c. Ikterus obstruktif. Didapatkan pada 0,7% kasus, disebabkan abses terletak didekat porta hepatis.
d. Colitis akut. Manifestasi klinik colitis akut sangat menonjol, menutupi gambaran klasik absesnya
sendiri.
e. Gejala kardiak. Ruptur abses ke rongga pericardium memberikan gambaran klinik efusi pericardial.
7/31/2019 Abses hepatis
12/22
f. Gejala pleuropulmonal. Penyulit yang terjadi berupa abses paru menutupi gambaran klasik abses
hatinya.
g. Abdomen akut. Didapatkan bila abses hati mengalami perforasi ke dalam rongga peritoneum, terjadi
distensi perut yang nyeri disertai bising usus yang berkurang.
h. Gambaran abses yang tersembunyi. Terdapat hepatomegali yang tidak jelas nyeri, ditemukan pada
1,5 %.
i. Demam yang tidak diketahui penyebabnya. Secara klinik sering dikacaukan dengan tifus abdominalis
atau malaria.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid III, (2005). Pemeriksaan penunjang
antara lain
a. Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.
b. Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura,
kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas hati.
d.Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e. Tomografi
7/31/2019 Abses hepatis
13/22
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
f. Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
piogenik
a) Sefalosporin generasi ke-3 dan klindamisin atau metronidazole. Jika dalam waktu 2 48 jam belum
ada perbaikan klinis dan laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti dengan antibiotika
yang sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses hati.
b)Pengobatan secara parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan parenteral selama 10-14
hari, dan kemudian dilanjutkan kembali hingga 6 minggu kemudian .
i Ameba
a) Metronidazole 3 x 750 mg per oral selama 7-10 hari atau Tinidazole 3 x 800 mg per oral selama 5
hari, dilanjutkan dengan preparat luminal:
b) Paromomycin 2535 mg/kg/hari per oral terbagi dalam 3 dosis selama 7 hari atau lini kedua
Diloxanide furoate 3 x 500 mg per oral selama 10 hari .
b. Aspirasi jarum perkutan
Indikasi aspirasi jarum perkutan:
1. Resiko tinggi untuk terjadinya ruptur abses yang didefinisikan dengan ukuran kavitas lebih dari 5
cm
2. Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas tinggi dan frekuensi tinggi bocor ke
peritoneum atau perikardium
7/31/2019 Abses hepatis
14/22
3. Tak ada respon klinis terhadap terapi dalam 5-7 hari
c. Drainase perkutan
Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen atau CT scan abdomen.
Penyulit yang dapat terjadi : perdarahan, perforasi organ intra abdomen, infeksi, ataupun terjadi
kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase.
d. Drainase secara operasi
Tindakan ini sekarang jarang dikerjakan kecuali pada kasus tertentu seperti abses dengan
ancaman rupture atau secara teknis susah dicapai atau gagal dengan aspirasi biasa/ drainase
perkutan.
e. Reseksi hati
Pada abses hati piogenik multipel kadang diperlukan reseksi hati. Indikasi spesifik jika
didapatkan abses hati dengan karbunkel (liver carbuncle) dan disertai dengan hepatolitiasis,
terutama pada lobus kiri hati.
Berdasarkan kesepakatan PEGI (Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia) dan PPHI
(Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia) di Surabaya pada tahun 1996:
a. Abses hati dengan diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa, bila respon negatif dilakukan aspirasi
b. Abses hati dengan diameter 5-8 cm: terapi aspirasi berulang
c. Abses hati dengan diameter 8 cm : drainase per kutan
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien dengan Abses Hepar, meliputi.
7/31/2019 Abses hepatis
15/22
a. Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi, penurunan
massa otot/tonus.
b. Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi jantung ekstra, distensi
vena abdomen.
c. Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi abdomen,
penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap pekat.
d. Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadapmakanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan
peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
e. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicaratidak jelas.
f. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas,pruritas, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
g. Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasanh. dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksiai. Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, angioma spider, eritema.
2. Diagnose Keperawatan
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema
d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit.
f. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
g. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
7/31/2019 Abses hepatis
16/22
h. Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat
asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
3. Rencana Keperawatan
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
a. Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.
b. Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
. Tingkatkan tirah baring, ciptakan
lingkunga yang tenang.
. Tingkat aktifitas sesuai toleransi.
. Awasi kadar enzim hepar
. Meningkatkan ketenangan istirahat dan
menyediakan energi yang digunakan
untuk penyembuhan.
. Tiarah baring lama dapat menurunkan
kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktifitas yang
mengganggu periode istirahat.
. Membantu menurunkan kadar aktifitas
tepat, sebagai peningkatan prematur
pada potensial resiko berulang.
DX.II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik,
anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
a. Nafsu makan baik.
7/31/2019 Abses hepatis
17/22
b. Tidak ada keluhan mual/muntah.
c. Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .
Rencana keperawatan dan rasional
\
Intervensi
Rasional
Awasi keluhan anoreksia,
mual/muntah.
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori.
Berikan makanan sediki dalamfrekwensi sering.
Lakukan perawatan mulut sebelum
makan
Timbang berat badan.
Berikan obat vit. B kompleks, vit. c
tambahan diet lain sesuai indikasi.
Berguna dalam mendefinisikan derajat,
luasnya masalah dan pilihan intervensi
yang tepat.
Makan banyak sulit untuk mengatur
bila klien anoreksia. Anoreksia juga
paling buruk pada siang hari, membuat
masukan makanan sulit pada sore hari.
Menghilangkan rasa tidak enak dan
meningkatkan nafsu makan
Penurunan BB menunjukkan tidak
adekuatnya nutrisi klien.
Memperbaiki kekurangan dan
membantu dan proses penyembuhan.
DX.III. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema Tujuan : pemulihan kepada volume
cairan yang normal
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
. Batasi asupan Natrium dan cairan jika .Meminimalkan pembentukan asites
7/31/2019 Abses hepatis
18/22
Intervensi Rasional
Diinstruksikan
. Berikan diuretic, suplemen kalium dan
protein.
. Catat asupan dan haluaran cairan.
. Ukur dan catat lingkar abdomen setiap
hari.
dan edema.
.Meningkatkan ekskresi cairan lewat
ginjal dan mempertahankan
keseimbangan cairan serta elektrolit yg
normal.
.Menilai efektivitas terapi dan
kecukupan asupan cairan.
.Memantau perubahan pembentukan
asites dan pembentukan cairan
DX.IV. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk.
b. Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
Lakukan perawatan kulit dengan
sering,hindari sabun alkali.
Pertahankan kuku klien terpotong
pendek. Instruksikan Klien
menggunakan ujung jari untuk
menekan pada kulit bila sangat perlu
menggaruk
Pertahankan liner dan pakaian kering.
Mencegah kulit kering berlebihan.
Memberikan penghilang gatal
Untuk menurunkan resiko kerusakan
kulit bila menggaruk.
Pakaian basah dan berkeringat adalah
sumber ketidak nyamanan
7/31/2019 Abses hepatis
19/22
DX.V. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
ujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses
penyakitnya.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit.
b. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pemahaman prosespenyakit, harapan /prognosis,
kemungkinan pilihan pengobatan.
Berikan informasi khusus tentang
penyakitnya.
Jelaskan pentingnya istirahat dan
latihan.
Mengidentifikasi area kekurangan /salah informasi dan memberikan
informasiambahan sesuai keperluan.
Kebutuhan atau rekomendasi akan
bervariasi karena tipe hepatitis dan
situasi individu.
Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar
kembali normal.
DX.VI. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
a. Klien tidak mengeluh panas
b. Badan tidak teraba hangat
c. Suhu tubuh 36 37 0C
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
Kaji Adanya keluahan tanda - tanda Peningkatan suhu tubuh menujukkan
7/31/2019 Abses hepatis
20/22
Intervensi Rasional
peningkatan suhu tubuh
Monitor tanda - tanda vital terutama
suhu tubuh
Berikan kompres hangat pada aksila /
dahi
berbagai gejala seperti uka merah,
badan teraba hangat
Demam disebabkan efek - efek dari
endotoksin pada hipotalamus dan
efinefrin yang melepaskan pirogen
Akxila merupakan jaringan tipis dan
terdapat pembulu darah sehingga akan
mempercepat pross konduksi dan dahi
berada didekat hipotalamus sehingga
cepat memberikan respon dalam
mengatur suhu tubuh.
DX.VII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi
Rencana keperawatan dan rasionalIntervensi Rasional
Kaji tingkat nyeri
Monitor tanda - tanda vital
Berikan kenyamanan tindakan misalnya
perubahan posisi relaksasi
Ajarkan tehnik penangan rasa nyeri
Mengetahui persepsi dan reaksi klien
terhadap nyeri serta sebagai dasar
keefektifan untuk intervensi
selanjutnya
Perubahan frekuwensi jantung atau TD
menujukkan bahwa pasien mengalami
7/31/2019 Abses hepatis
21/22
Intervensi Rasional
control stress dan cara relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgetik
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk
perubahan tanda vital talah terlihat
Tindakan non analgetik diberikan
dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidak nyamanan
Untuk mengalihkan perhatian.
Meningkatkan control rasa serta
meningkatkan kemampuan mengatasi
rasa nyeri dan stress dalam periode
yang lama
Analgetik berfungsi untuk mengurangi
rasa sakiti individu.
DX.VIII. Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat
asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
Tujuan : Perbaikan status pernapasan Intervensi
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
Tinggikan bagian kepala tempat tidur.
Hemat tenaga pasien
Bantu pasien menjalani dalam
Paresentesis dan torakosintesis
Mengurangi tekanan abdominal pada
diafragma danmemungkinkan
pengembangan toraks dan ekspansi
paru yg maksimal.
Mengurangi kebutuhan metabolic dan
oksigen pasie
Paresentesis dan torakosintesis
merupakan tindakan yang menakutkan
bagi pasien. Bantu pasien untuk
bekerjasama dalam menjalani prosedur
7/31/2019 Abses hepatis
22/22
Intervensi Rasional
ini.
DAFTAR PUSTAKA
nggun.Web. (2011). Abses Hati. Web Paling Anggun. Diakses tanggal 19 Agustus 2011.
http://www.anggun.web.id/abses-hati-liver-abscesses.html
Andri LA, Rasjid HA. 2006.Abses amuba pada hepar. Dexa Medica 2004; 21-6 .
ntoso M, Wijaya. 2005. Diagnostik danpenatalaksanaan abses amebiasis hati. Dexa Medica 2004;4:17-20.
idita, H & Soemohardjo, S. ( 2006). Beberapa Kasus Abses Hati Amuba. Jurnal Penyakit Dalam. V. 7 (2). p. 121-
128
rtikel bedah. (2011). Abses Hepar. Ilmubedah.Info. diakses tanggal 20 Agustus 2011.
.
unner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
oenges, E., Moorhouse, MF dan Geissler, A. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
http://www.anggun.web.id/abses-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abses-hati-liver-abscesses.htmlhttp://www.anggun.web.id/abses-hati-liver-abscesses.html