View
17
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
i
MODUL PERKULIAHAN
AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU
Oleh
Moh. Ega Elman Miska, SP, MSi
UNIVERSITAS GUNADARAMA
JAKARTA
2018
ii
PENGANTAR
Deskripsi
Mata kuliah ini membahas tentang teori sistem pertanian terpdu (definisi,tujuan,
kegunaan, prinsip dasar dan konsep beserta komponen sistem pertanian terpadu), integrasi
pertanian terpadu (vertikal dan horizontal), bentuk-bentuk sistem pertanian terpadu, sistem
pertanian terpadu (berbasis tanaman, peternakan, perikanan dan agroforestri), dan analisis
ekonomi sistem pertanian terpadu dilahan basah dan lahan kering. Mata kuliah ini juga
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa mengenai Agroekowisata
sebagai bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian dan konservasi SDA
dan budaya asli daerah sebagai objek wisata.
Materi mata kuliah Agroecotourism dan Sistem Pertanian Terpadu meliputi:
1. Sistem Pertanian Terpadu
2. Fungsi Komponen Sistem Pertanian Terpadu
3. Siklus Daur Hidup pada Sistem Pertanian Terpadu
4. Bentuk-bentuk Sistem Pertanian Terpadu
5. Konsep Integrasi Sub Sistem Pertanian
6. Perencanaan Lanskap Wisata Alam dan Agroekowisata
7. Strategi Pembangunan Kepariwisataan
8. Kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam
9. Analisis Potensi dan Kesesuaian Lahan
Modul ini masih banyak kekurangannya. untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan untuk penulisan selanjutnya.
iii
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul ....................................................................................................................... i
Pengantar................................................................................................................................ ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
1. Sistem Pertanian Terpadu ............................................................................................. 1
2. Fungsi Komponen Sistem Pertanian Terpadu ............................................................... 7
3. Siklus Daur Hidup pada Sistem Pertanian Terpadu .................................................... 15
4. Bentuk-bentuk Sistem Pertanian Terpadu ................................................................... 17
5. Konsep Integrasi Sub Sistem Pertanian ...................................................................... 21
6. Perencanaan Lanskap Wisata Alam dan Agroekowisata ............................................ 25
7. Strategi Pembangunan Kepariwisataan ....................................................................... 29
8. Kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam ................................................................. 32
9. Analisis Potensi dan Kesesuaian Lahan ..................................................................... 34
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 38
Tentang Penulis .................................................................................................................... 40
1
1. SISTEM PERTANIAN TERPADU
A. Pengertian
Pertanian terpadu pengertiannya lebih menekankan pada tatalaksana memadukan
komoditas (tunggal atau campuran spesies) tanaman dengan tanaman lainnya atau
tanaman dengan hewan ternak pada suatu lahan sehingga menghasilkan keuntungan bagi
petani, lingkungannya, dan konsumen.
Pertanian berkelanjutan pengertiannya menekankan system pengelolaan komoditas
pertanian dan sumberdaya alam inputan agar terjadi keberlanjutan budidaya yang tidak
merusak lingkungan (planet bumi) dan kesehatan petani maupun konsumen hasil
pertanian.
Pengertian dan Hubungan Pertanian berkelanjutan dan pertanian terpadu Pertanian
berkelanjutan dan pertanian terpadu, keduanya berhubungan sangat erat. Usaha untuk
memahami pertanian yang lestari/ berkelanjutan dapat kita mengerti dari hal-hal apa
saja?
Banyak pernyataan istilah pertanian yang menggambarkan realita keberlanjutan system,
yaitu antara lain:
(a) Biodinamik
(b) Pertanian berbasiskan komunitas
(c) Pertanian ekologis
(d) Pertanian bersih/segar
(e) Pertanian input luar rendah
(f) Pertanian organic, pertanian organic biodinamik/alami-organik
(g) Permakultur (secluded input system)
(h) Pertanian berbasis lingkungan yang bijak sosial. Memutar/mengelola input dalam
local akan sangat mendukung pertanian berkelanjutan yang terpadu.
B. Tujuan Pertanian berkelanjutan (FAO 1989): Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan
dan konservasi sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan
yang dilakukan sedemikian rupa sehingga menjamin pemenuhan dan pemuasan
kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.
Pembangunan sector pertanian, perhutanan, dan perikanan mampu mengkonservasi tanah, air, tanaman, dan sumber genetic hewan, tidak merusak lingkungan, dan secara
sosial dapat diterima.
Sistem pertanian yang berkelanjutan tinggi: bersikluskan input dalam (internal) tinggi
yang mampu memberikan dukungan produksi aneka komoditas yang memberikan
kebaikan dan layanan daur keharaan, energi, hidrologi dan keanekaragaman hayati pada
ekosistemnya.
Tujuan Umum: Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengetian, tujuan, kegunaan, prinsip,
konsep dasar dan komponen sistem pertanian terpadu , serta perkembangan dan prospek
kepariwisataan alam dan agroekowisata
2
C. Prinsip
Beberapa prinsip pengelolaan berupa tatalaksana dan tatakelola:
(a) Meramu hubungan saling ketergantungan (interdependency) antar spesies dan
inputan alami yang sebaiknya local,
(b) Bagaimana menginteraksikan (interaction) bermacam spesies dan inpu- output
dalam system pada lahan pertanian terpadu,
(c) Bagaimana praktik membudidayakan keragaman spesies (diversification)
dalam satuan budidaya pada lahan menyangkut sekuen budidaya (aneka
tanaman dan hewan ternak), dan
(d) Bagaimana praktek mengoptimasi (optimation) budidayanya.
D. Konsep Dasar Perancangan Sistem Pertanian Terpadu
Perencanaan, Perancangan Dan Pengaturantata Ruang Pertanian Terpadu
Perencanaan dapat meliputi skala usaha pada lahan terbatas ataupun usaha untuk skala luas.
Perencanaan dimulai dengan: Melakukan pengkajian secara khusus agar
dapat menilai secara sistematis areal lahan yang akan digunakan untuk
membangun pertanian terpadu, melalui kerjasama lintas disiplin ilmu,
sehingga mampu menghasilkan kebijakan tata guna tanah yang ideal untuk pengembangan dan pembangunan komponen komponen pertanian
terpadu.
Perencana menyesuaikan dengan keinginan dan target yangakan dicapai,
mampu mengkreasikan suatu lingkungan usaha pembangunan pertanian
terpadu yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan.
a) Perencanaan
(1) Dimulai dengan memilih lahan untuk dijadikan lokasi kegiatan hingga
pekerjaan pembangunan pertanian terpadu ini dapat diselesaikan. Semakin
lengkap kegiatan pertanian yang akan dilakukan (komponen utama dan
pendukung), maka semakin tinggi tuntutan akan dukungan kondisi alami
lahan.
Pada lahan ideal diperoleh potensi untuk pembangunan pertanian terpadu.
Pada pembangunan pertanian terpadu yang komplek ditemukan lahan
yang ideal.
(2) Melakukan analisis terhadap faktor-faktor penting yakni ekologi, sosial
ekonomi, dan estetika.
Ruang lingkup pemikiran dan tanggung jawab seorang planer adalah: masalah desain dan perancangan, masalah, ekologi dan
ekosistem, masalah pengembangan potensi sumber daya alam
masalah peningkatan perekonomian, dan masalah organisasi dan
keberlanjutan.
Seorang planer memiliki dasar pengetahuan dan praktek yang kuat untuk pemahaman daya dukung lingkunagan terhadap
pembangunan komponen-komponen pertanian terpadu.
Terlatih dalam menggambarkan rencana, sehingga dapat menuangkan konsep-konsep pemikirannya.
3
Mempunyai kemampuan memberi saran dan petunjuk perencanaan pembangunan sarana dan infrastruktur yang diperlukan dalam
pertanian terpadu.
Memiliki daya penalaran yang baik terhadap interaksi dan
hubungan komponen pertanian terpadu, sehingga mampu
menciptakan keharmonisan semua komponen yang dibangun dan
dibutuhkan dalam pertanian terpadu.
b) Perancangan
Perancangan pertanian terpadu adalah alat atau suatu proses yang dapat membantu kita untuk menghasilkan sebuah karya pembangunan
pertanian terpadu yang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi.
Produk dari rancangan adalah gambar kerja, yang dijadikan patokan dalam pelaksanaan konstruksi pembangunan pertanian terpadu di
lapangan.
Gambar kerja harus mampu menginformasikan dengan jelas tentang semua sistem penataan komponen-komponen pertanian terpadu, baik
pola, ukuran, skala, jenis dan bahan material yang dipakai, baik
perangkat keras (infrastruktur) maupun perangkat lunak
(sumber hayati).
Diagram Perancangan
Tata Ruang Sistem Pertanian Terpadu
Tata ruang pada pertanian terpadu adalah pola penempatan kegiatan usaha dan
pola penggunaan tanah pada suatu kawasan pertanian terpadu, yang didasari
pengetahuan tentang alam dan sekitarnya, sehingga membentuk suatu
pemanfaatan lahan yang efisien dan efektif, mempunyai nilai dan fungsi
ekonomis dan ekologis, memiliki keteraturan dan daya tarik tersendiri karena
adanya sentuhan nilai estetika.
4
E. Komponen Sistem Pertanian Terpadu
Keterkaitan Komponen Utama Dalam Sistem Pertanian Terpadu
Model Pertanian Terpadu
Multiple cropping
Permaculture
Agropastoralisme
Agroforestry
Biodinamic Farming
Ecological Agriculture
Subsistence Agriculture
Contour Farming
Ley Farming
Shifting Cultivation
Organic Farming
LEISA
Traditional Agriculture
F. Perkembangan dan Prospek Agrowisata Sistem Pertanian Terpadu
Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuan utamanya adalah untuk
memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang
pertanian.
Pada dasarnya, pengembangan agrowisata lebih menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal (indigenous knowledge) yang secara umum telah sesuai dengan kondisi
lingkungan alaminya.
Agrowisata merupakan bagian dari obyek kepariwisataan dengan
memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai obyek utama. Tujuannya dapat
bervariasi, misalnya memperluas pengetahuan, pengalaman, atau sekedar
rekreasi dan mengakrabi bidang pertanian.
Secara prinsip, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat pariwisata yang
diselenggarakan.
Aset sumberdaya utama untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam. Oleh sebab itu, maka faktor
5
kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama
wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi oleh wisatawan.
Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan sebuah lapangan pekerjaan, karena pada usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat
pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang
semakin meningkat saat ini.
Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya
alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan
petani/masyarakat sekitar lokasi wisata.
Agrowisata merupakan salah satu usaha agrobisnis yang sangat prospektif untuk dikembangkan, sesuai dengan perannya dalam pengembangan ekonomi
nasional dan dalam menghadapi persaingan global tersebut.
Perkembangan agrowisata membuka peluang bagi tumbuhnya usaha-usaha baru, baik di sektor formal maupun informal.
Sektor formal misalnya, adanya peluang bagi penduduk setempat dapat bekerja di dalam kawasan agrowisata, di penginapan, restoran yang berdiri
karena kegiatan agrowisata.
Sektor informal, seperti adanya penjual cenderamata, penjual buah-buahan
hasil budidaya setempat, penjual makanan.
Sistem pertanian terpadu (SPT) adalah sistem pengelolaan (usaha) yang memadukan komponen pertanian, seperti tanaman, hewan dan ikan dalam
suatu kesatuan yang utuh.
Sistem ini akan signifikan dampak positifnya dan memenuhi kriteria pembangunan pertanian berkelanjutan karena berbasis organik dan
dikembangkan/diarahkan berbasis potensi lokal (sumberdaya lokal).
Tujuan penerapan sistem tersebut yaitu untuk menekan seminimal mungkin
input dari luar (input/masukan rendah) sehingga dampak negatif sebagaimana
disebutkan di atas, semaksimal mungkin dapat dihindari dan berkelanjutan.
Memadukan hewan ternak dan tanaman hortikultura dalam pertanian merupakan salah satu contoh penerapan sistem pertanian terpadu.
Ternak mempunyai posisi yang strategis dalam sistem pertanian terpadu, yakni melalui ternak selain diperoleh produksi utama berupa daging, juga akan
diperoleh limbah berupa kotoran padat dan cair untuk pupuk organik dan
biogas.
Pupuk kandang juga dapat digunakan untuk budidaya pertanian organik dan penanaman rumputrumputan sebagai pakan ternak, sehingga terjadi siklus hara
secara berkelanjutan.
Pengembangan ternak sapi yang dipelihara dengan tanaman hortikultura tidak
membutuhkan sumberdaya lahan baru dan sumberdaya alam yang ada, limbah
tanaman hortikultura dapat dijadikan pakan ternak yang setiap di panen
sehingga kebutuhan pakan ternak setiap hari dapat tersedia.
Dengan adanya sistem pertanian terpadu petani semakin sejahtera karena telah ada peningkatan pendapatan.
Jika harga sayur turun petani masih punya penghasilan lain yaitu dari ternak sapi, kambing, ayam yang setiap tahun dapat menghasilkan anak dan pupuk.
Petani yang memiliki sapi menjadikan kotoran sapi untuk biogas sehingga
tidak perlu membeli gas untuk memasak
6
Latihan Soal!
1. Jelaskan pengertian sistem pertanian terpadu?
2. Jelaskan prinsip pengelolaan sistem pertanian terpadu berupa tatalaksana dan
tatakelola?
3. Jelaskan secaa singkat konsep dasar perancangan sistem pertanian terpadu?
4. Apa saja yang menjadi role model sistem pertanian terpadu?
5. Jelaskan prospek agrowisata sistem pertanian terpadu?
7
2. FUNGSI KOMPONEN SISTEM PERTANIAN TERPADU
A. Pertanian Lahan Basah
Jenis lahan pertanian yang pertama adalah jenis pertanian lahan basah.
Pertanian lahan basah merupakan jenis kegiatan pertanian yang memanfaatkan lahan
basah.
Lahan basah yang dimaksud pada pertanian lahan basah ini adalah lahan yang kontur tanahnya merupakan jenis-jenis tanah yang jenuh dengan air.
Itu artinya, tanah pada lahan pertanian basah ini memiliki kandungan air yang tinggi, bahkkan tidak jarang lahan pertanian basah ini tergenang oleh air sepanjang waktu.
Atau bisa juga lahan pertanian basah ini tidak pernah mengalami kekeringan yang berarti karena memiliki kandungan air yang berlimpah secara alami.
(a) Ciri-ciri dari pertanian lahan basah
Adapun, sebuah pertanian lahan basah memiliki beberapa ciri-ciri dan juga karakteristik
tertentu. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum dan juga karakteristik tertentu dari
sebuah pertanian lahan basah :
Memiliki kadar air yang tinggi
Sebagian atau keseluruhan dari wilayah tersebut digenangi oleh air
Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa yang
merupakan lahan basah musiman
Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil
Merupakan daerah pertanian yang subur, dan mengandung banyak air
Memiliki muka air tanah yang dangkal
Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada tumbuhan air
ataupun tumbuhan bakau
Biasanya berlokasi di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut
(b) Contoh dari pertanian lahan basah atau wetlands
Ada beberapa lokasi yang bisa kita definisikan sebagai sebuah lahan pertanian basah,
meskipun beberapa diantaranya ada yang kurang cocok untuk dijadikan sebagai sebuah lahan
pertanian, seperti :
Persawahan
Lahan gambut
Rawa-rawa
Daerah payau dan juga hutan bakau
Tujuan Umum: Mahasisiwa dapat menganalisis dan mendeskripsikan fungsi komponen yang terkait
dengan sistem pertanian terpadu (di lahan basah dan lahan kering) melalui efisiensi dan
konsep aliran energi dan materi (air dan hara) menuju keberlanjutan pertanian
8
(c) Pemanfaatan dari pertanian lahan basah
Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu terisi
dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang baik.
Tanaman yang paling banyak ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan
basah adalah tanaman padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki
kandungan air tetap, agar bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen
yang berlimpah.
Sumber air dari sebuah pertanian dengan lahan basah ini biasanya bisa berupa sumber air alami, seperti lokasi rawa-rawa dan juga daerah hutan bakau, dimana berlokasi
dekat denan sumber air, sehingga wilayahnya selalu memiliki genangan air, ataupun
merupakan sebuah lahan yang memang sengaja dialiri oleh aliran air, seperti saluran
irigasi.
Selain dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian, terkadang lahan basah seperti ini juga dilakukan sebuah konversi mejadi dataran kering.
Lahan basah yang sudah dikonversi menjadi sebuah dataran kering biasanya akan dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian kering, ataupun dimanfaatkan sebagai
kepentingan pendirian bangunan, baik itu sebuah residensial atau perumahan, ataupun
bangunan lainny ayang mendukung kehidupan manusia.
B. Pertanian Lahan Kering
Sesuai dengan namanya, pertanian lahan kering ini merupakan kebalikan dari sebuah
pertanian lahan basah.
pertanian lahan kering merupakan jenis pertanian yang dilakukan pada sebuah lahan yang kering, yaitu lahan yang memilki kandungan air yang rendah, bahkan
ekstrimnya adalah lahan kering ini merupakan jenis lahan yang cenderung gersang,
dan tidak memiliki sumber air yang pasti, seprti sungai, danau ataupun saluran irigasi.
Pertanian lahan kering ini merupakan jenis pertanian yang lahannya banyak terdapat di Negara Indonesia.
Iklim di Indonesia juga kebanyakan beriklim tropis, hal ini disebabkan karena cuaca
yang panas, sehingga membuat banyak sumber air yang berkurang dan juga sedikit.
Namun demikian, biasanya sebuah pertanian lahan kering ini memanfaatkan curah hujan untuk membantu meningkatkan hasil pertanian yang dimilikinya.
Hal in isangat mungkin terjadi, karena lokasi dimana pertanian lahan kering ini berada, memiliki curah hujan yang cenderung lebih tinggi dan juga banyak terjadi.
(a) Ciri-ciri dari pertanian lahan kering
Untuk dapat mendefinisikan bahwa sebuah pertanian merupakan jenis pertanian yang masuk
ke dalam pertanian lahan kering, maka ada beebrapa ciri-ciri yang bisa kita amati secara
langsung, yaitu :
Merupakan daerah yang biasanya memiliki curah hujan tinggi (baca : manfaat curah
hujan yang tinggi)
Terdapat pada daerah tropis
Memiliki kadar air yang cenderung terbatas
Memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah mengalami erosi
9
Bukan merupakan lokasi gurun pasir
Memiliki kontur tanah yang cenderung lembut dan tidak keras
Buka merupakan lokasi pertanian yang lahannya mengalami keringan, hingga
tanahnya pecah-pecah
Biasanya merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan menjadi daerah resapan air
Banyak dimanfaatkan untuk menanam tanaman pohon buah dan phon lainnya
Memiliki letak yang cukup jauh dari sumber air alami ataupun buatan, seperti sungai,
danau dan saluran irigasi
Lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan pemukiman penduduk
Memilki kebutuhan air yang digantungkan pada curah hujan
Banyak terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi
Berada pada ketinggian 500 hingga 1500 meter diatas permukaan laut
(b) Contoh dari pertanian lahan kering
Pada dasarnya, tanaman yang bisa dimanfaatkan pada sebuah lahan pertanian dengan kontur lahan yang kering memiliki variasi pertanian yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan pertanian lahan basah.
Kondisi tanahnya yang jauh lebih stabil dan juga kuat dibandingkan dengan lahan
basah, membuat lokasi pertanian lahan kering ini sanggup untuk menahan beban akar
pohon-pohon kayu besar, sehingga tentu saja variasi hasil pertaniannya banyak, dan
begitu pula dengan perkebunannya.
Biasanya, tanaman tani yang banyak ditanam pada sebuah pertanian lahan basah adalah :
Cabai
Terong
Tanaman palawija
Tanaman kacang-kacangan
Tanaman ubi-ubian
Tanaman holtikultira
Perkebunan phon buah
Perkebunan pohon hias dan juga pohon peneduh
(c) Pemanfaatan dari tanah lahan kering
Hasil pertanian dan juga perkebunan dari sebuah pertanian lahan kering ini biasanya
sangat tergantung pada pembagian musim dan kondisi cuaca.
Beberapa kondisi cuaca dimana tidak turun hujan selama berhari-hari akan menyebabkan tanaman yang dikembangkan pada lokasi pertanian lahan kering ini
akan menjadi mati, kering dan juga tidak memberikan hasil yang maksimal sehingga
masyarakat selalu mencari cara menyuburkan tanah kering.
Karena itu, meskipun memiliki variasi dari hasil pertanian yang beragam, perawatan dari tanaman di pertanian lahan kering ini juga harus diperhatikan dengan baik, agar
tidak terjadi gagal panen.
Selain dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan juga perkebunan, sebuah lahan
kering juga dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti kepentingan pembuatan dan
pembangunan pemukiman penduduk, lokasi industri dan juga perkantoran, serta
pembangunan lainnya, yang mendukung kemajuan suatu daerah tertentu.
10
Dari kedua jenis lahan pertanian yang sudah dijelaskan diatas, pada dasarnya, keduanya
masing-masing memilki keunggulan dan juga kelemahannya. Karena itu, sesuaikan lokasi
lahan pertanian yang akan anda gunakan dengan jenis tanaman yang akan tanam.
Kebanyakan, kita lebih mengenal lahan pertanian kering, karena merupakan lahan pertanian
yang lokasinya dekat dengan pemukiman, dan merupakan lokasi yang banyak ditemui secara
luas.
C. Kelayakan Teknis, Fisik dan Finansial Pertanian Terpadu di Lahan kering/Basah
Tujuan studi kelayakan: Mengetahui secara komprehensif tentang potensi wilayah yang akan dibangun di lahan kering, sehingga dapat ditentukan secara pasti komponen
pertanian atau komponen lainya yang layak dibangun dan diprediksi akan
mendatangkan keuntungan secara ekonomi serta, mudah untuk dilaksanakan.
o Tahapan kerja studi kelayakan
(1) Tahap persiapan.
Tahap ini merupakan tahap awal kegiatan, meliputi:
a) Persiapan team dan prasarana survey
Lingkup kegiatan ini adalah mempersiapkan kebutuhan tenaga ahli dan
tenaga pendukung yang diperlukan, peralatan dan bahan bahan yang
dibutuhkan, agar tidak ada kendala selama berlangsungnya kegiatan
survey.
b) Orientasi lapangan dan pengumpulan data.
Pelaksanaan orientasi lapangan ditujukan untuk koordinasi dengan
instansi terkait dan aparat desa, memberikan gambaran yang jelas
kepada semua team tentang lokasi kegiatan, dan penentuan titik titik
sampel lokasi dan pengumpulan informasi dasar lainnya
(2) Tahapan kerja studi kelayakan
a) Tahap pengumpulan data.
Data yang dibutuhkan adalah data sekunder dari instansi terkait,dan primer yang
diperoleh dengan cara mrngumpulkan datasecara langsung di lapangan. Tahap
pengumpulan data:
1. Survey fisik lokasi
Pengukuran poligon dasar. Tujuan untuk mengetahui batas lahan yang
akan dimanfaatkan, sehingga didapat batasan yang jelas dan luasan
yang pasti. Alat yang digunakan alat ukur sifat ruang dan theodolit
dengan akurasi yang tinggi.
Pengukuran beda tinggi. Dilakukan untuk mengetahui ketinggian
lokasi dan mendapatkan suatu kontur ketinggian di lokasi studi
11
Pengamatan faktor biotik lingkungan darat yakni iklim dan tanah:
Faktor iklim yang diamati adalah suhu, cahaya, angin, kelembaban,
penguapan, dan curah hujan.
Faktor tanah yang diamati adalah penentuan jenis tanah , karakter fisik
tanah (warna tanah, struktur dan tekstur tanah, aerase dan drainase,
konsintensi tanah,pori pori tanah, kedalaman efektif dll). Sifat kimia
tanah (status kandungan hara baik mikro maupun mikro dan logam
berat lainnya).dan sifat biologi tanah yakni organisme yang terdapat
dalam tanah.
Tahap Survey tanah pertanian
Pengambilan sampel
Pengujian laboratorium
Analisis data tanah
Pengukuran kualitas air permukaan. Tujuan pengukuran adalah untuk
mengetahui kualitas air yangakan dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan (konsumsi dan keperluan tanaman, ternak dan perikanan)
2. Survey harga dasar
Harga satuan upah dan bahan konstuksi
Harga dasar bibit dan sarana prasarana lainnya yang diperlukan
3. Tahap Analisis
1) Analisis pekerjaan sipil dan arsitektur
Analisis ini merupakan analisis dalam hal pengaturan tata ruang
dan penyiapan infrastruktur penunjang. Selain itu dilakukan juga
pembuatan perspektif lokasi kegiatan dan pembuatan animasi 3
dimensi. Infrastruktur penunjang meliputi:
Pembuatan rencana jalan utama, jalan produksi dan jalan
inspeksi
Pembuatan rencana sistem drainase
Pembuatan rencana sistem jaringan listrik
Pembuatan bangunan yang diperlukan
Pembuatan rencana anggaran biaya
12
2) Analisis Pertanian
Melakukan analisis yang berkaitan dengan
Kesuburan tanah
Meliputi analisis kandungan hara dan metode yang
dikembangkan untuk mningkatkan dan mempertahankan
kesuburan tanah
Kesesuaian lahan
Menentukan tingkat kesesuaian lahan dengan komuditas
yang akan diusahakan
Program pengembangan pertanian
Menentukan program pengembangan dengan memilih
komponen pertanian terpadu yang sesuai dan menentukan
komuditas yang layak dan menguntungkan untuk
dibudidayakan
D. Efisiensi dan sistem aliran energi dan materi pada pertanian tepadu
Aliran energi dalam pertanian merupakan kunci keseimbangan energi di ekosistem secara keseluruhan.
Seluruh kegiatan pertanian yang ditunjukkan untuk memperoleh produksi maksimum per unit satuan luas tertentu dari tanah pertanian, yaitu dengan (1) melakukan tata cara
bertani menggunakan teknologi yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
keuntungan maksimum, (2) menekan sekecil kecilnya ketidakmantapan dalam
produksi pertanian, dan (3) mencegah penurunan kapasitas produksi tetapi secara
langsung juga tidak mengorbankan keseimbangan.
13
Secara ringkas cakupan sistem pertanian terpadu dapat dilihat pada gambar berikut:
Contoh sistem pertanian terpadu yang umum di seluruh dunia antara lain: kebun
rumah (pekarangan), desa eko-agrologis (eco village), wilayah eko-agrologis (eco-
countries), kebun campur, dan hutan rakyat.
(a) Sistem Input
Sistem input pada produksi tanaman dan hewan ternak terpadu alami, dimana sistem
tersebut memberikan kesempatan daur hara, daur energi, daur hidrologi pada lahan.
Dari sistem input tersebut artinya ada output yang harus (dapat) dihitung untuk
digunakan sebagai input produksi biomassa tanaman dan produksi hewan ternak.
Contohnya input pupuk untuk tanaman dapat dihasilkan dari kotoran hewan ternak,
sisaan pakan ternak, dan material hijauan (tanaman) yang sengaja ditanam dalam areal
lahan pertanian terpadu (tanaman orok-orok, kacang panjang, kacang kara, turi,
azolla, enceng gondok, semanggi, dll.).
Input pakan ternak dari lahan yang juga menghasilkan tanaman hijauan pakan baik
dari jenis legume maupun non- legum, pada gilirannya kotoran ternak (faeces dan urine) bisa untuk pembuatan pupuk organik (bokhasi).
Pupuk organik dan material hijauan dapat dimanfaatkan untuk penyuburan tanah yang
pada gilirannya akan memberikan dampak baik bagi peningkatan keragaman hayati
biota tanah berguna baik yang berkuran makro (contoh cacing tanah, rayap) maupun
mikro (bakteri, jamur, aktinomisetes).
Keragaman hayati juga akan menyangkut keragaman musuh alami patogen dalam
tanah (contoh: Lactobacillus sp., juga berfungsi sebagai probiotik unggul); juga
musuh alami hama tanaman
(b) Perubahan Aliran dan Daur Ulang Hara dalam Pertanian Terpadu Berkelanjutan
Pertanian terpadu berkelanjutan yang kita desain untuk masa depan harus
mengikuti kaidah konservasi tanah, bermanfaat membantu sekuestrasi karbon
untuk membantu menurunkan pemanasan global, dan ikut menyelamatkan
ekosistem planet bumi.
Perubahan aliran hara ada empat: (1) Terjadi penurunan kesuburan tanah
(kehilangan hara > penambahan hara). (2) Terjadi pembangunan kesuburan
tanah (kehilangan hara < penambahan hara). (3) Kondisi kesuburan tanah
dipertahankan sama (kehilangan hara = penambahan hara). (4) Kondisi
perubahan hara dimana terjadi bergantian antara pembangunan dan penurunan
kesuburan tanah. Kondisi ini menyebabkan kehilangan hara < penambahan hara
namun diikuti praktek yang menyebabkan kehilangan hara > penambahan hara.
14
Latihan Soal!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pertanian Lahan Basah?
2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari pertanian lahan basah? Berikan contohnya!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pertanian Lahan Kering?
4. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari pertanian lahan kering? Berikan contohnya!
5. Jelaskan perubahan aliran dan daur ulang hara dalam pertanian terpadu?
15
3. SIKLUS DAUR HIDUP PADA SISTEM PERTANIAN TERPADU
Siklus daur hidup integrasi tanaman Azolla sp.dan ikan
Integrasi pengelolaan hara nitrogen dan fosfat
Azolla sp. dikembangkan pada kolam ikan, kolam menghasilkan Azolla untuk pakan
ikan dan bahan pembuatan kompos.
Azolla sp. merupakan tanaman paku air yang menambat N2 udara menjadi N dalam
Anabaena azollae (simbionnya), kemudian menjadi N dalam Azolla sp.
Azolla memerlukan fosfat yang diberikan dengan batuan fosfat alam, fosfat guano
(kotoran walet), ekstrak/fermentasi bonggol dan batang pisang dengan bakteri
pelarut fosfat.
Air kolam dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah- tanah untuk budidaya
tanaman sistem terpadu. tanaman-ikan- ternak ayam.
Pengetahuan integrasi sistem nutrisi ikan dan tanaman
Pakan ikan mengandung asam amino esensial dalam pertanian terpadu
Ikan memerlukan pakan karbohidrat, protein, dan asam amino esensial, vitamin,
mineral, dan asam lemak. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dari varian tanaman
pakan misalnya, sayuran, bebijian, cacing atanah, moluska, ikan teri atau sisa ikan konsumsi di pasar atau di pelabuhan,
Sayuran dan bijian terutama legume dapat dikembangkan sendiri pada lahan
pertanian terpadu dengan peruangan yang dapat didesain dengan baik dan optimal
Perlu diperhatikan agar tidak menjadi persaingan sinar matahari dan hara tanah
dengan tanaman inti budidaya.
Kita dapat mengembangkan tanaman pangan utama tanaman sayuran, legume untuk
ternak, tanaman kekayuan, tanaman penyubur tanah, dan tanaman peragam agar
menambah keragaman hayati.
Petani harus dapat menghitung asam amini esensial yang diperlukan oleh ikan dalam
pertanian terpadu.
Penting untuk dipahami bahwa ikan memerlukan sejumlah asam amino esensial
dengan dosis pakan harian yang tepat dengan kebutuhan diet harian proprorsional
dengan kebutuhan karbohdirat, vitamin, mineral, dan asam lemak.
Pemberian asam amino esensial yang berlebihan akan berdampak bau tidak sedap
karena amoniak yang keluar yang juga menjadi racun dalam air.
Selain itu pakan lainnya yang ada dalam konsentrat atau pellet berlebihan akan
menghasilkan metan dan CO2 berlebihan sehingga dapat mempercepat
berkurangnya oksigen terlarut dalam air kolam.
Sumber asam amino esensial yang murah dan mdah dikembangkan petani adalah
Azolla sp. dan maggot (larva dari black soldier fly/lalat bunga dari spesies Hermetia
illucens).
Tujuan Umum: Mahasisiwa dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan siklus daur hidup dari komponen
sistem pertanian terpadu
16
Latihan Soal!
1. Jelaskan integrasi sistem nutrisi ikan dan tanaman?
2. Apa tujuan Azolla sp. dikembangkan pada kolam ikan?
3. Apa fungsi tanaman Azolla sp. pada sistem integrasi ikan dan tanaman?
4. Dalam proses fisiologi, unsur apa yang diperlukan tanaman Azolla sp?
5. Apa manfaat yang diperoleh dari air kolam pada sistem integrasi antara ikan dan
tanaman Azolla sp.?
17
4. BENTUK-BENTUK SISTEM PERTANIAN TERPADU
A. Konvensional
Sistem pertanian terpadu konvensional sudah banyak diterapkan oleh petani di masa lalu, namun saat ini sudah banyak ditinggalkan.
Tumpang sari antara peternakan ayam dan balong ikan dimana kotoran ayam
yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan.
Tumpang sari antara tanaman palawija dan peternakan dimana sisa-sisa tanaman digunakan sebagai pakan ternak kambing atau sapi dan kotoran ternak digunakan
sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya.
Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini belum mencerminkan siklus yang berkelanjutan.
Cina tradisional, kandang hewan dibangun di atas kolam sehingga limbah hewan jatuh langsung ke dalam air memberi bahan bakar kepada ekosistem kolam. Atau
di Jawa Barat MCK dibangun di atas kolam ikan. Diperoleh ikan dan air kolam
dengan ekstra unsur hara untuk mengairi tanaman. Sisa-sisa tanaman dibuang
balik kedalam kolam untuk menciptakan satu “sistem tertutup”
Sistem kuno yang menggunakan limbah manusia dan hewan (night soil) untuk
menyuburkan kolam ikan direintroduksi dengan simpul baru: satu bioreaktor
yang memungkinkan bakteri anaerobik memroses limbah lebih cepat dan lebih
aman menjadi sumberdaya pertanian yang bermanfaat.
B. Teknologi mikroorganisme
Model sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM (efective mikroorganisme) telah dikembangkan dengan cukup baik oleh Institut Pengembangan Sumber Daya
Alam (IPSA) di Bali serta beberapa wilayah sentra pertanian di Indonesia
Limbah organik dari kotoran temak dan sisa-sisa tanaman difermentasikan dengan teknologi EM menjadi pupuk organik terfermentasi atau bokhasi dalam waktu
yang cepat.
Bokhasi dapat digunakan sebagal pupuk pertanian dan pakan ternak atau ikan.
Kotoran ayam dan kotoran kambing juga dapat difermentasi dengan teknologi EM menjadi pakan temak (bokhasi pakan temak) ayam, babi, dan itik.
Ide dasar pemanfaatan kotoran temak sebagai bokhasi pakan temak adalah karena kotoran ayam masih mengandung protein sebesar 14%, sedangkan kotoran
kambing masih mengandung protein sebesar 12% dan serat kasar sebesar 80%, jika
dibandingkan dengan hijauan pakan ternak
Bentuk pertanian terpadu dengan teknologi EM dapat mengurangi masukan energi darl luar sistern pertanian untuk menghasilkan produk pertanian.
Proses fermentasi dapat menaikkan kandungan nutrisi pakan temak yang berasal
dari kotoran temak. Sehingga masukan energi dari luar sistem pertanian dapat
diperkecil atau ditiadakan sama sekali.
Tujuan Umum: Mahasiswa mampu memahami bentuk-bentuk sistem pertanian terpadu beserta langakh-
langkah normatif dalam perancangan pertanian terpadu
18
Demikian juga dalam bidang budi daya tanaman, limbah tanaman yang terbuang dapat dimanfaatkan kemball sebagai pupuk melalui proses fermentasi
C. Manajemen limbah terpadu
Sistem pertanian terpadu modern memadukan pertanian dan peternakan dengan
memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dalam sistem.
Petani bisa menanam padi, jagung, palawija dan hasil pertanian lainnya. Selain itu petani juga beternak sapi, kambing, ayam atau hewan ternak lainnya.
Hasil yang bisa diperoleh petani dari pertanian adalah hasil utama seperti beras, jagung, kedele, dll. Hasil sampingnya adalah limbah pertanian yang berupa jerami
padi, dedak, bekatul, jerami jagung.
Limbah pertanian tersebut bisa digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki nutrisi yang tinggi dan tahan lama.
Caranya adalah mencampur limbah pertanian dengan mikroorganisme dekomposisi
dan ditambah urea plus tetes.
Hasilnya adalah pakan ternak yang bergizi dan mampu tahan hingga 1 tahun lamanya.
Dengan demikian, para petani tidak akan kekurangan pakan ternak yang pada musim kemarau sulit di dapat. Selain itu akan menurunkan biaya produksi karena
rendahnya biaya pakan.
Hasil samping dari peternakan adalah berupa kotoran dan dari kotoran ternaklah
terutama ternak ruminansia banyak manfaat yang bisa diperoleh.
Pertama adalah kompos. Kompos diperoleh dari kotoran ternak yang difermentasi dan dicampur dengan dedak selama 3-5 hari. Kompos digunakan sebagai pupuk
untuk tanaman yang bisa memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kapasitas tukar
kation, meningkatkan kemampuan kemampuan menahan air, meningkatkan
aktivitas biologi tanah, meningkatkan pH tanah, dll.
Kedua adalah bokhasi. Bokashi mirip dengan kompos, namun komponen utamanya adalah jerami padi atau limbah pertanian lainnya yang diolah menjadi pupuk.
Penggunaanya pun mirip dengan kompos namun cara membuatnya sedikit lebih
lama daripada kompos.
Ketiga adalah biogas. Biogas adalah sebuah sistem dari bakteri pembentuk gas metan secara anaerob dengan memanfaatkan bahan-bahan organik. Sumber utama
bakteri pembentuk gas metan adalah hewan ruminansia. Dengan memanfaatkan
kotoran ternak sebagai sumber bakteri gas metan maka akan didapatkan sumber
energi yang murah, ramah lingkungan dan terbarukan. Dari 1 ekor sapi maka
energi biogas yang diperoleh setara dengan memasak 2-3 jam penuh.
Selain menghasilkan biogas, reaktor biogas juga menghasilkan pupuk cair dan
pupuk padat organik yang siap digunakan.
Pupuk organik yang dihasilkan dari reaktor biogas memiliki nilai yang lebih tinggi karena manfaatnya lebih tinggi dibandingkan dengan kompos.
Biogas juga berperan dalam memutus siklus penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena kotoran ternak yang mengandung
penyakit akan masuk ke dalam reaktor yang anaerob.
Hanya bakteri penghasil gas metanlah yang mampu hidup di dalamnya dan hampir
semua organisme aerob termasuk mikroorganisme penyakit akan mati. Oleh karena
wajar jika biogas dapat dijadikan pemutus rantai penyakit.
19
Keempat adalah urine ternak dan limbah cair lainnya dari yang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk cair. Limbah cair paling banyak dihasilkan dari peternakan sapi
perah, namun peternakan yang lain juga menghasilkan limbah cair yang berpotensi
untuk dimanfaatkan.
Kegunaan pupuk cair banyak untuk pupuk tanaman hias yang diberikan secara
semprot atau kegunaan lainnya.
Manfaat terakhir adalah kotoran ternak sebagai pakan ternak. Kotoran ternak yang bisa digunakan sebagai pakan ternak adalah kotoran ayam karena kandungan
protein kotoran ayam yang masih tinggi. Begitu juga kotoran kambing juga layak
dijadikan pakan ternak.
Cara pemanfaatannya adalah kotoran ternak diberikan mikroorganisme dekomposisi dan di simpan selama waktu tertentu yang kemudian ditepungkan
untuk siap digunakan. Karena nilai proteinnya masih tinggi maka tepung kotoran
ternak bisa dijadikan substitusi jagung, kedele atau sumber protein lainnya yang
biasa digunakan sebagai pakan ternak.
Namun pemanfaatan kotoran ternak sebagai pakan masih belum banyak dilakukan karena adanya nilai kepantasan bagi yang mengkonsumsi.
D. Pertanian alami
Pertanian alami dapat diartikan sebagai suatu sistem pertanian yang holistik atau
terpadu sehingga menghasilkan dan mengoptimalkan kesehatan dan produktifitas
agroekosistem secara alami, yang pada gilirannya mampu menghasilkan pangan
dan serat yang berkualitas dan berkelanjutan.
Konsep ini dicirikan antara lain dengan menghindari benih hasil rekayasa genetik, menghindari pestisida sintetis (kimia), penggunaan zat pengatur tumbuh dan pupuk
kimia sintetis, hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis untuk pakan ternak.
Pertanian alami memiliki tujuan, yaitu kelestarian dan kualitas, baik produk pertanian, kesuburan tanah/lahan, air, udara (lingkungan), dan petani (manusia) itu
sendiri, karena makanan maupun minuman yang dihasilkannya tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Karakteristik pertanian alami antara lain: Menggunakan mikroorganisme lokal atau
indigenous microorganisms (IMOs), menggunakan nutrisi sesuai siklus tanaman,
menggunakan pembajak alami (misalnya bakteri aerobik dan anaerobik, jamur,
cacing), menggunakan mikroba sehingga biaya sangat sedikit atau tidak perlu
biaya, dan menggunakan input nutrisi untuk menghalau hama dari fermentasi buah
(FPJ).
Praktik pertanian alami ini baru dipahami sebatas pada penggantian pupuk anorganik menjadi organik termasuk pestisidanya, dan keberhasilan kegiatan
pertanian baru diukur pada tingkat produksi.
Padahal realisasi yang paling sulit diterapkan dari konsep tersebut adalah bukan sekedar pemenuhan target jangka pendek, tetapi lebih jauh adalah bagaimana
petani memahami dan menyadari pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang
residunya bisa membahayakan dirinya, keluarga, dan konsumen, bahkan
lingkungan.
Di mana pun, setiap orang yang punya kemauan untuk bertani alami, dapat menerapkan sistem pertanian alami ini.
Pangan dalam pertanian alami diartikan sebagai diversifikasi pangan, artinya
sumber pangan berasal dari beragam jenis. Karena itulah, pertanian alami
20
menemukan arti pentingnya sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan. Sehingga
pertanian alami membutuhkan kesadaran bertani secara mandiri, tidak tergantung
pada industri yang memproduksi benih, pupuk atau pestisida.
Komitmen, kemauan dan kesabaran untuk mempraktikkannya juga merupakan kunci keberhasilan bertani secara alami.
Syarat lain sistem pertanian alami adalah lahan pertanian mesti dimiliki oleh
petani, bukan dimiliki oleh tuan tanah. Sehingga dengan bertani secara alami
berarti juga memberi kedaulatan kepada petani untuk mengolah tanahnya sendiri
secara sehat dan berkelanjutan.
Menerapkan pertanian alami berarti menyinggung pula beberapa aspek kehidupan lain yang dapat kita kembangkan, di antaranya aspek sosial di mana pertanian
alami menjunjung tinggi nilai-nilai manusia tanpa diskriminasi, memberi ruang
yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam praktik bertani.
Secara budaya, pertanian alami menghargai berbagai ritual dalam bertani, menanam tanaman sesuai dengan kebudayaan lokal/setempat.
Sementara dari sisi ekonomi, pertanian alami merupakan sistem pertanian yang meletakkan praktiknya pada penggunaan sumber daya lokal sehingga biaya yang
dikeluarkan akan berkurang dibanding pertanian model Revolusi Hijau yang hanya
memberikan keuntungan kepada pemilik modal input produksi.
Pertanian alami harus memberikan keuntungan dan mencukupi kebutuhan rumah
tangga petani.
Dan secara politis, dengan pertanian alami petani dapat memutuskan sendiri apa yang akan ditanam, input produksi yang digunakan, hingga penentuan apakah
dijual atau ke mana di pasarkan, kepada siapa dan berapa harga produk yang harus
dijual merupakan sifat politik yang harus dimiliki oleh setiap orang yang
melakukan pertanian alami.
Pertanian alami memang tidak sekedar mengejar produksi, tidak hanya bertujuan meraih keuntungan material, tetapi diharapkan di dalam kehidupan pelakunya ada
perilaku yang alami yang menjalin hubungan selaras dengan lingkungan sekitar.
Pada akhirnya pertanian alami akan dapat memengaruhi situasi sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dalam suatu masyarakat.
Latihan Soal!
1. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu secara konvensional?
2. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu dengan manajemen limbah terpadu?
3. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu dengan teknologi mikroorganisme?
4. Apa saja yang dapat diperoleh oleh petani dari kegiatan manajemen limbah terpadu
tersebut?
5. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu pada pertanian alami?
21
5. KONSEP INTEGRASI SUB SISTEM PERTANIAN
A. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan peternakan (Agropastura)
Integrasi sumber-sumber hewan ternak dan tumbuhan untuk memperoleh out put biomassa yang optimal dalam lingkungan ekologi dan sosio-ekonomi tertentu
harus menjadi tujuan dalam sistem pertanian berkelanjutan.
Interaksi yang sesuai diantara komponen-komponen harus menghasilkan respon
komplementari (saling melengkapi) dan sinergetik sehingga dapat mendorong
peningkatan efisiensi produksi dan memperkuat viabilitas ekonomi dari sistem
pertanian yang terpadu.
Menurut CAST (1988) bahwa strategi terbaik untuk menciptakan viabilitas ekonomi adalah fleksibilitas sistem pertanian dalam produksi pangan dan sandang.
Fleksibilitas usaha tersebut dapat dicapai melalui penurunan biaya input dan peningkatan diversifikasi usaha.
Suatu perpaduan agro-ekosistem harus mampu memberikan pengaruh stabilitas yang tinggi terhadap fluktuasi jangka pendek dalam harga komoditas.
Sumber daya yang paling terbatas dalam sistem pertanian berkelanjutan secara
umum adalah kemampuan pengelolaan yang diperlukan untuk mengembangkan
dan memelihara diversifikasi usaha pada tingkatan optimal.
Sistem produksi ternak herbivora yang dikombinasi dengan lahan-lahan pertanian dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman pangan.
Ternak tidak berkompetisi pada lahan yang sama.
Tanaman pangan dengan komponen utama dan ternak menjadi komponen kedua.
Ternak dapat digembalakan di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah
tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh disekitar
tempat tersebut.
Sebaliknya ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan fecesnya.
Mott (1974) melaporkan bahwa dari nitrogen tumbuhan dan mineral yang dimakan hewan di areal penggembalaan, sekitar 75 – 95 persen nitrogen dan 90 – 95 persen
mineral dikembalikan ke tanah.
Contoh penerapan sistem ini di Sumatera dilaporkan bahwa sumbangan ternak
terhadap total hasil usahataninya adalah sebanyak 17 persen, sedangkan di Cina
sebanyak 29 persen.
B. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan kehutanan (Agroforestry)
Definisi Agroforestri
Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di
lahan pertanian.
Koppelman (1996) mendefinisikan Agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama
Tujuan Umum: Mahasiswa dapat mengintegrasikan sub sistem pertanian, peternakan, perikanan, dan
kehutanan dalam produksi pertanian
22
dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem yang
bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi.
Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi : - sistem agroforestri sederhana
- sistem agroforestri kompleks
Sistem agroforestri sederhana
adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-
sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.
Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya
berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.
Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat),
nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah
seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan
rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya
Sistem agroforestri kompleks
adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis
tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang
tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti
pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan.
Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam
jumlah besar.
Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik
hutan primer maupun hutan sekunder
Tiga komponen pokok dalam agroforestri : kehutanan, pertanian dan peternakan
Contohnya :
Agrisilvikultur = Kombinasi antara komponen atau kegiatan
kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan
komponen pertanian.
Silvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan
kehutanan dengan peternakan
Agrosilvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan
pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan
Agropastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian
dengan peternakan/hewan
23
Beberapa indikator terselenggaranya sistem pertanian yang berkelanjutan Dapat dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi
tanaman dalam jangka panjang,
Penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah,
Tidak adanya kelaparan tanah,
Tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air,
Rendahnya emisi gas rumah kaca serta terjaganya keanekaragaman hayati
Contoh sistem PHBM (sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat)
Integrasi tanaman Albizia dan kopi
Aspek Ekologi : Albizia sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kopi
Albizia sebagai tanmanan legum dapat menyumbangkan N bagi tanah
Konservasi tanah dan air dan mengurangi erosi tanah
Sebagai rosot karbon
Memperbaiki iklim mikro
Aspek Ekonomi : Pendapatan semesteran dari biji kopi
Tabungan pendapatan dari tanaman Albizia
Integrasi tanaman lada-gamal-kambing
Aspek Ekologi :
Gamal sebagai tanaman pelindung dan tiang panjat bagi tanaman lada dan
menyumbangkan bahan organik bagi tanah
Kotoran kambing dapat menyumbang bahan organik dan N bagi tanah.
Bahan organik akan meningkatkan kesuburan tanah dan sangat baik untuk
menunjang pertumbuhan tanaman lada
Aspek Ekonomi : Adanya sumbangan unsur N dari tanaman
Gamal dapat menghemat pemberian pupuk urea pada tanaman lada
Kotoran kambing dapat diolah menjadi bokashi dan mengurangi pengeluaran
petani untuk pembelian pupuk organik.
Produktivitas tanaman lada meningkat (rata-rata 576 kg/ha/tahun, lebih baik dari
cara petani dengan produksi hanya 266 kg/ha/thn)
24
C. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan perikanan (Agrofisheris)
Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan
perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai
ekonomis.
Ikan yang sering digunakan adalah ikan nila, gurami, mas, tambakan dan lele.
Ikan dapat dipeli-hara secara tunggal (monoculture) atau campuran (polyculture),
asalkan jenis yang dipelihara mempunyai kebiasaan makan berbeda agar tidak
terjadi perebutan pakan, misalnya ikan mas dengan gurami.
Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan
ternak.
Selain yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu
perkembangan plankton yang menjadi makanan ikan.
Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan yang dapat memanfaatkan
plankton di dalam kolam seperti ikan tambangan.
Latihan Soal!
1. Jelaskan sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan peternakan?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Agrorestry?
3. Jelaskan sistem agroferstri sederhana?dan berikan contoh jenis tanaman tahunan dan
tanaman semusim?!
4. Jelaskan sistem agroferstri kompleks?
5. Jelaskan proses yang terjadi pada sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan
perikanan?
25
6. PERENCANAAN LANSKAP WISATA ALAM DAN AGROEKOWISATA
Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
pertanian sebagai objek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam kawasan pertanian
maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi untuk memperluas
wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang
meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, perhutanan dan
sumber daya pertanian (Sastrayuda, 2010). Penataan secara optimal dalam memadukan
keindahan alam, kehidupan masyarakat dan potensi pertanian dapat menarik minat wisata dan
meningkatkan pendapatan masyarakat serta pemerintahan terkait. Wisata pertanian dapat
berperan dalam melestarikan dan meningkatkan konservasi lingkungan, perbaikan kualitas
iklim mikro, menjaga siklus hidrologi,mencegah erosi dan memberikan desain estetis
keindahan pada lingkungan. Agrowisata juga memberikan nilai rekreasi, mengembangkan
ekonomi masyarakat, meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
(Astuti, 2014). Agroekowisata dapat melibatkan dan memperdayakan masyarakat (community
based tourism), mengikutsertakan peran dan aspirasi masyarakat pedesaan selaras dengan
pendayagunaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia melalui pembinaan
secara berkesinambungan.
Agrowisata menurut Sastrayuda (2010) harus dikelola dengan baik dengan
mempertimbangkan beberapa aspek, meliputi :
1) Aspek Sumber daya Manusia
Pengelola dan para petani harus memiliki pengetahuan yang luas dalam ilmu terkait
bidang pertanian, skill terampil dalam bercocok tanam, sikap tanggung jawab dan
professional dalam melaksanakan pekerjaan agar dapat memberikan informasi yang jelas dan
lengkap pada pengunjung.
2) Aspek Keuangan
Investasi modal dari pihak pengusaha terhadap pengelola dapat dikembangkan sebagai
usaha ekspor atau penjualan hasil produksi pertanian, perikanan, peternakan, holtikultura
seperti penjualan buah apel atau bunga potong baik secara lokal maupu ekspor pada wisata
kebun apel dan bunga di Batu, Malang sehingga aspek keuangan dalam pengelolaan
agroekowisata dapat dijadikan tumpuan untuk menunjang kemajuan perusahaan.
3) Aspek Fasilitas, Sarana dan Prasarana
Dalam perencanaan agroekowisata, sarana dan prasarana perlu diperhatikan dalam
menunjang pemanfaatan hasil komoditas berbagai usaha pertanian terpadu sebagai obyek
wisata seperti perbaikan jalan menuju lokasi agroekowisata yang mayoritas terdapat di
pedesaan, pedalaman, lembah gunung dan perbukitan. Ketersediaan listrik, air bersih dan
telekomunikasi juga berperan dalam meningkatkan kenyamanan pengunjung.
4) Aspek Pemilihan Lokasi Agrowisata
Penentuan lokasi agroekowisata diidentifikasi melalui wilayah yang akan dijadikan
sebagai agroekowisata dengan mempertimbangkan beberapa factor dominan seperti sarana
dan prasarana dasar, transportasi dan komunikasi, terutama identisifikasi terhadap peran serta
masyarakat lainnya yang dapat menjadi pendorong berkembangnya agro wisata. Karakteristik
lokasi agrowisata yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah karakteristik alam, tradisi
para petani dan karakteristik agroindustri. Tradisi para petani dan budaya masyarakat lokal
secara tradisional sangat beragam dan unik seperti membajak sawah dengan sapi atau kerbau,
Tujuan Umum: Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan sistem pertanian terpadu sebagai
perencanaan kawasan wisata alam dan agroekowisata
26
menggembala bebek di sawah dengan barisan bebek teratur, menghalau burung dan hama
serangga dengan orang-orangan sawah, budaya tebar air doa dan lain sebagainya berpotensi
besar sebagai daya tarik agroekowisata.
Karakteristik alam pada dataran rendah cenderung kering dan panas sehingga terasa
relative kurang nyaman bagi pengunjung. Pengelola dapat menanam berbagai pohon dan
mendirikan wahana permainan air untuk meningkatkan kesejukan. Jika ada lahan rumput
yang terbatas dapat digunakan sebagai wisata pacuan kuda atau peternakan kambing da
domba. Kegiatan tradisi dan budaya juga dapat diunggulkan untuk menarik pengunjung
seperti kerapan sapi di Madura, lomba mendadani kambing dan lain sebagainya. Pada dataran
tinggi, topografi yang berbukit-bukit atau nuansa pegunungan yang hijau dan sejuk, suhu
udara yang nyaman, tanah yang subur mendukung untuk produksi berbagai komoditi
pertanian seperti buah, bunga, sayuran, perkebunan, peternakan, perikanan sehingga sangat
mendukung untuk menarik pengunjung.
Pada daerah sungai dan air terjun, pengunjung dapat tertarik pada aliran air yang
segar, kegiatan memancing, kokodok, arung jeram, body rafting dan kegiatan budaya
menabur benih ikan pada setiap awal tahun misalnya. Hamparan air yang melimpah pada
danau dan waduk juga dapat menjadi daya tarik pengunjung dengan kegiatan memancing,
penaburan benih ikan, naik perahu, penjualan ikan secara segar dan dapat langsung diolah di
pinggir danau atau waduk untuk makan bersama keluarga. Warung makan atau pasar apung
juga dapat diciptakan di sekitar danau atau waduk dengan cinderamata berbagai ikan hias
maupun konsumsi.
Hasil produksi pertanian terpadu baik pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan
dan kehutanan dapat diolah dengan baik menjadi produk bermanfaat melalui agroindustri.
Pengolahan hasil produksi tersebut dari mulai pemanenan, sortasi, pencucian, pengupasan
hingga menjadi produk siap jual menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung untuk
mengetahui maupun mencoba melakukannya secara langsung seperti agroekowisata
pengolahan teh, kopi dan coklat.
Pengelolaan agroekowisata selain mempertimbangkan beberapa aspek tersebut juga
harus mematuhi prinsip bahwa lingkungan memiliki nilai edukatif sebagai aset wisata,
memberikan keuntungan kepada komunitas lokal,pengelola, dan wisatawan dan pengelolaan
hubungan antara wisata dan lingkungan sehingga tercapai lingkungan yang berkelanjutan
dalam jangka panjang. Dalam pendirian agroekowisata memeiliki berapa tahapan langkah
umum (Budiarjono dan Sitti, 2013) yakni :
a) Pengumpulan dan Identifikasi Data
Tahap pengambilan dan klasifikasi data ini dilakukan melalui pengumpulan data
primer maupun data sekunder di lapangan yang berkaitan dengan penelitian.
Pengambilan titik sampel disesuaikan dengan kondisi dan karakter tapak. Untuk aspek
visual dan sensori, pengumpulan data primer dilakukan dengan mengambil foto dan
pengamatan pada lokasi tertentu di dalam kawasan.
b) Analisis
1) Analisis Potensi Pengembangan Pertanian
Mengkaitkan kondisi actual dengan karakter dan persyaratan tanam beberapa komoditas
pertanian seperti tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan dan
pengolahan hasil pertanian.
2) Analisis Obyek dan Atraksi Wisata
Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui potensi tapak dalam kawasan untuk
dikembangkan sebagai unit agrowisata berkelanjutan.
3) Analisis Potensi Masyarakat
Analisis ini dilakukan melalui pengamatan lapang dan interview terhadap kesiapan
masyarakan untuk menerima kegiatan wisata.
27
4) Konsep dan Perencanaan
Rencana ini disusun berkaitan dengan aspek tapak, ruang, aspek visual, sirkulasi dan
struktur dalam lanskap. Rencana lanskap kawasan wisata berdasarkan zona kesesuaian
wisata yang merupakan hasil analisis, yaitu dalam bentuk :
a. Konsep pengembangan dan penataan yang akan dilaksanakan adalah kawasan wisata
yang berkelanjutan (sustainable tourism).
b. Program pengembangan dan penataan kawasan sesuai dengan konsep pengembangan
kawasan.
c. Rencana pengembangan dan penataan infrastruktur pendukung wisata.
Berdasarkan konsep perencanaan lanskap dan data yang telah dianalisis secara spasial
maupun dilihat dari potensidan kendalanya, kawasan dibagi menjadi 3 ruang utama meliputi:
1) Ruang Pelayanan (Welcome area/Entrance)
Merupakan pintu masuk utama bagi parawisatawan untuk memasuki kawasan wisata.
Ruang pelayanan wisata direncanakan agar parawisatawan mendapatkan informasi
sekilas mengenai dan pelayanan yang disediakan oleh pihak pengelola.
2) Ruang Wisata Inti dan Penunjang
Ruang wisata inti merupakan ruang wisata utama yang dikembangkan sebagai ruang
wisatasemi intensif. Pada ruang ini terdapat objek wisata utama yaitu hutan wisata
dengan atraksi beragam. Ruang wisata penunjang terdiri dari subruang wisata semi
intensif dan intensif yang terdapat di area sempa dan waduk, bendungan utama, area
sawah, dan perkebunan.
3) Ruang Penyangga
Ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi menyangga ruang-ruang wisata di
dalam kawasan wisata dari gangguan yang berasal dari luar kawasan. Ruang
penyangga dapat berupa area konservasi yang berfungsi melindungi kawasan wisata
dari kerusakan, mengkonservasi tanah dan air.
Analisis menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach) menurut
Muljadi (2012) yaitu dengan menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai bahan
hukum primer. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
ditangani. Pendekatan lain yang dipergunakan adalah analisis konsep hukum (analytical and
conceptual approach), yaitu : Mempelajari pandangan dan doktrin yang berkembang di
dalam ilmu hukum sehingga akan menemukan ide yang melahirkan pengertian hukum,
konsep hukum dan asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Perlindungan hukum
terhadap wisatawan sangat penting, mengingat kegiatan pariwisata berintikan pengamanan
terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan
ketentraman masyarakat, yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Di era globalisasi perlindungan hukum terhadap pengguna jasa pariwisata baik
domestik maupun mancanegara dan para pengusaha pariwisata sangat dibutuhkan. Secara
yuridis produk hukum yang dapat dicermati terkait dengan pengaturan perlindungan hukum
terhadap wisatawan yang diuraikan oleh Simatupang (2009) adalah Undang-undang No. 10
tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Ketentuan Pasal 20 huruf c dari undang-undan gini
menyatakan bahwa setiap wisatawan berhak memperoleh perlindungan hukum dan
keamanan. Secara eksplisit hak wisatawan untuk mendapatkan perlindungan hukum diatur
dalam ketentuan Pasal 20 huruf c undang-undang No. 10 tahun 2009. Pihak pengusaha
pariwisata, menurut ketentuan Pasal 26 ayat (d) berkewajiban memberikan kenyamanan,
keramahan, perlindungan keamanan dan keselamatan wisatawan.
28
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menurut ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf a,
berkewajiban menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan
dan keselamatan kepada wisatawan. Selain dalam Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, maka perlindungan hukum terhadap hak-hak wisatawan sebagai konsumen
diatur dalam Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Diantara hak-hak konsumen dimaksud adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa (Pasal 4 huruf a). Hak untuk
mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan
konsumen secara patut terdapat pada pasal 4 huruf e. Berpokok pangkal pada hak dan
kewajiban wisatawan dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, seorang wisatawan dapat dikatakan sebagai konsumen di bidang
pariwisata (Simatupang, 2009).
Wisatawan sebagai konsumen menurut Simatupang (2009) mempunyai hak-hak yang
diatur dalam Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 1999. Undang-undang No. 10 tahun 2009
dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 dapat dijadikan rujukan untuk melindungi dan
mengatur hak dan kewajiban wisatawan sebagai konsumen jasa pariwisata. Perlindungan
terhadap wisatawan harus dipertahankan, sebab tanpa hal itu wisatawan cenderung tidak akan
memilih negara Indonesia sebagai negara tujuan wisata. Bila hal ini terjadi, maka akan
berdampak buruk bagi perkembangan kepariwisataan di dalam negeri.
Latihan Soal!
1. Berikan penjelasan mengenai pengertian agrowisata menurut kalian dan sebutkan
beberapa peran agrowisata pada lingkungan !
2. Pengelolaan agrowisata harus mempertimbangkan beberapa aspek menurut
Sastrayuda (2010). Jelaskan !
3. Jelaskan potensi wisata yang mungkin dikembangkan sesuai karakteristik lokasi/
ekologi !
4. Bagaimana tahap dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pendirian
agrowisata?
5. Sebutkan 3 ruang utama kawasan berdasarkan konsep perencanaan lanskap dan data
yang telah dianalisis !
29
7. STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
Strategi pembangunan agrowisata menurut Gurindawangsa dkk (2017) adalah dengan
melakukan beberapa analisis terhadap keefektifan promosi, pengembangan sarana dan
prasarana, peningkatan peran serta pemerintagh, swasta dan masyarakat dan rencana strategis
sebagai berikut :
a) Promosi pariwisata
Promosi dilakukan agar dapat efektif perlu adanya bauran promosi, yaitu kombinasi
yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau pemilihan jenis kegiatan promosi yang
paling efektif dalam meningkatkan penjualan. Ada lima jenis kegiatan promosi, antara
lain : (Kotler, 2001) periklanan, personal selling, publisitas, promosi penjualan,
pemasaran langsung.
b) Pengembangan Sarana dan Prasarana
Menurut Yoeti (1996:186), sarana dan prasarana kepariwisataan dapat diartikan
sebagai semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada para
wisatawan, tetapi hidup dan kehidupan tidak selamanya akan tergantung kepada
wisatawan. Sedangkan prasarana merupakan semua fasilitas yang memproses
perekonomian berjalan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia
untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
c) Peran serta Pemerintah, Swasta dan Masyarakat
Pemerintah berfungsi sebagai pembuat peraturan dan pendukung pelaksanaan
pembangunan pariwisata. Swasta berfungsi pengembang atau pelaksana
pembangunan kegiatan pariwisata. masyarakat berperan sebagau tuan rumah dan
pelaku pembangunan pariwisata.
d) Rencana Strategis
Gurindawangsa dkk (2017) melakukan penelitian pada wisata Gubugklakah, Malang
dan menyimpulkan bahwa terdapat strategi pengembangan (1) produk berupa
pengembangan atraksi tubing dan tari topeng; (2) sarana dan prasarana berupa
pembangunan taman di sekitar pintu masuk, perbaikan trotoar dan jalan ke kebun, (3)
pasar dan promosi berupa kepemilikan website sendiri dan pemasaran pada berbagai
media sosial serta kerjasama dengan 58 travel agent sehingga pemasaran semakin luas
dan banyak, (4) sumber daya manusia berupa penambahan jumlah anggota dan
pengadaan pelatihan, (5) kemitraan / kerjasama dengan pihak terkait seperti
pemerintah, masyarakat dan tengkulak untuk meminimalisir kerugian petani, dan
dampak dari strategi tersebut dalam bidang ekonomi dan sosial seperti peralihan
petani menjadi pengusaha ekonomi dan penjualan lahan pertanian serta adanya
ancaman peniruan atau adaptasi budaya asing dari pengunjung domestik maupun
mancanegara
Pengembangan agrowisata harus berkelanjutan seiring perkembangan teknologi
informasi dan budaya yang sangat cepat sehingga unit bisnis agrowisata harus mampu terus
berinovasi dengan tetap mempertimbangkan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Dalam menentukan strategi pengembangan, Dinas Pertanian Yogyakarta pada tahun 2013
melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) yakni dengan
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek agrowisata
sehingga dapat direncanakan strategi untuk memperbaikinya. Dinas Pertanian Yogyakarta
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat membuat strategi perencanaan kepariwisataan alam dan agroekowisata
30
bekerjasama dengan CV. Bina Usaha Pertanian kemudian memetakan strategi pengembangan
agrowisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai berikut :
Peta Strategi Pengembangan Agrowisata di DIY
Strategi pemerintah daerah dalam pengembangan agrowisata lain yang dapat
dilakukan menurut Usman dkk (2012) pada agrowisata di Kabupaten Bantaeng seperti
sosialisasi/ pembinaan masyarakat termasuk pemberian dana atau bantuan kepada para petani
apel dan stroberi, penyediaan sarana dan prasarana untuk kemudahan akses pengunjung, budi
daya tanaman mencakup pengelolaan, penanaman dan pemeliharaan agrowisata.
Pengembangan agrowisata dapat dilakukan di desa maupun perkotaan. Sulistiyantara (1990)
mengemukakan, pengembangan pengelolaan agrowisata di perkotaan memerlukan kerjasama
yang erat antar berbagai sektor, yaitu sektor perhubungan, sektor pariwisata, sektor pertanian,
sektor perdagangan, sektor pembangunan daerah dan sebagainya. Pada dasarnya hubungan
antara peminta jasa agrowisata dan penyedia agrowisata memerlukan kerjasama yang erat,
yang mampu mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Mayasari dan Tezar (2013)
menyusun model pengembangan Agrowisata Perkotaan Berdasarkan Luas Area dengan
memperhatikan beberapa titik kritis seperti permodalan, kemampuan pengelola, motivasi dan
keinginan kuat pengelola serta kebersamaan dan kekompakan visi misi pengelola sebagai
berikut :
Model Pengembangan Agrowisata Perkotaan Berdasarkan Luas Area
31
Latihan Soal!
1. Berikan contoh strategi promosi agrowisata menurut kalian !
2. Bagaimana peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan
agrowisata ?
3. Sebutkan beberapa langkah rencana strategis dalam pengembangan wisata yang ada di
Gubugklakah, Malang menurut penelitian Gurindawangsa dkk (2017) ?
4. Uraikan model pengembangan agrowisata perkotaan berdasarkan luas area menurut
Mayasari dan Tezar (2013)?
5. Buatlah analisis SWOT pada suatu kawasan agrowisata !
32
8. KEBIJAKAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
Perencanaan agrowisata berwawasan lingkungan harus bersamaan dengan
perencanaan pengelolaan tanah, pengemabngan jenis tanaman yang sudah ada, budidaya
tanaman dan perencanaan lainnya. Kompleksitas proses perencanaan yang
mengintegrasikan berbagai kepentingan dan kebijakan tersebut memiliki beberapa
pedoman yang dapat digunakan untuk pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan.
Arah pengembangan dasar kebijakan ekowisata yang dapat diterapkan dalam kebijakan
agrowisata menurut Fandeli dan Nurdin (2005), antara lain:
1. Lingkungan alam dan sosial budaya harus menjadi dasar pengembangan
pariwisata dengan tidak membahayakan kelestariannya.
2. Agrowisata bergantung pada kualitas lingkungan alam dan sosial budaya yang
baik. Keduanya menjadi fondasi untuk meningkatkan ekonomi local dan kualitas
kehidupan masyarakat yang timbul dari industri pariwisata.
3. Keberadaan organisasi yang mengelola agar tetap terjaga kelestariannya berkaitan
dengan pengelolaan yang baik dari dan untuk wisatawan; saling memberikan
informasi dan pengelolaan dengan operator wisata, masyarakat lokal dan
mengembangkan potensi ekonomi yang sesuai.
4. Di kawasan agrowisata, wisatawan menikmati seluruh fasilitas yang ada, dan
aktifitas kegiatan yang dapat memberikan pengetahuan baru dalam berwisata hanya
saja tidak semua kebutuhan wisatawan tersebut dapat dipenuhi karena dalam
beberapa hal mungkin terdapat harapan yang tidak sesuai dengan kondisi
agrowisata yang bersangkutan.
5. Wisatawan cenderung mengharapkan kualitas pelayanan yang baik, sesuai dengan
biaya yang dikeluarkan dan mereka tidak selalu tertarik pada pelayanan yang
murah harganya.
6. Keinginan wisatawan cenderung bermacam-macam tergantung karakteristik
wisatawan, tidak semuanya dapat dipenuhi.
7. Perencanaan harus lebih cepat dilakukan dan disempurnakan terus-menerus seiring
dengan perkembangan pariwisata, termasuk juga menginventarisir komponen-
komponen yang ada di sekitar agrowisata terutama yang berpengaruh terhadap
kebutuhan wisatawan.
Kebijakan konservasi Sumber Daya Alam (SDA) berdasarkan Peraturan Kementerian
Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, terdapat
beberapa peraturan perencanaan, antara lain :
1. Memiliki Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA), Rencana
Strategis dan Program Pengembangan Destinasi
2. Memiliki pedoman/Perda tentang tata guna lahan, desain, konstruksi dan isu
pembongkaran yang mensyaratkan adanya asesmen terhadap dampak lingkungan,
ekonomi dan sosial.
3. Disosialisasikannya pedoman/Perda.
4. Diterapkannya penegakan hukum.
Tujuan Umum: Mahasiswa dapat menjelaskan kebijakankebijakan terkait perencaaan, pengusahaan, dan
konservasi SDA dan kawasan agroekowisata
33
Kebijakan konservasi SDA juga didasarkan Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14
tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, untuk
pengusahaan/pengelolaan kawasan agrowisata harus terdapat hal-hal berikut ini :
1. Proses perencanaan setiap even/kegiatan wisata melibatkan para pemangku kepentingan
yang terkait untuk memastikan keseimbangan kebutuhan ekonomi lokal, masyarakat
lokal, budaya dan lingkungan.
2. Destinasi memiliki sistem administrasi pengelolaan pengunjung untuk situs atraksi
wisata yang termasuk di dalamnya terdapat:
a) Tindakan untuk mempertahankan
b) Tindakan untuk melindungi
c) Tindakan untuk memperkuat aset alam dan budaya.
3. Memiliki mekanisme administratif yang terencana, bertanggungjawab dalam operasional
pengelolaan.
4. Destinasi memiliki mekanisme adminstratif yang terdokumentasi dengan baik.
5. Masyarakat bisa dalam bentuk Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) maupun organisasi
masyarakat adat setempat.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, untuk perlindungan dan konservasi kawasan agrowisata
perlu adanya hal-hal berikut :
1. Monitoring secara rutin.
2. Memiliki pos keamanan dan P3K di lokasi-lokasi wisata utama.
3. Memiliki polisi pariwisata.
4. Dilaksanakannya pelatihan untuk menangani isu keselamatan dan keamanan
dilaksanakan secara teratur dengan melibatkan Pokdarwis.
5. Tersedianya rambu-rambu peringatan
6. Terdapat sistem pengelolaan untuk melindungi situs alam dan budaya, termasuk
bangunan bersejarah dan pemandangan perkotaan dan pedesaan.
7. Memiliki Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan cagar budaya dan warisan.
8. Destinasi memiliki program untuk melindungi warisan budaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
9. Terdapat organisasi yang bertanggungjawab terhadap dampak pariwisata terhadap
lingkungan, melestarikan habitat, spesies dan ekosistem yang ada dan mencegah
masuknya spesies yang invasif.
10. Destinasi memiliki program untuk mempromosikan konservasi energi serta mengukur,
memonitor,mengurangi dan melaporkan konsumsi.
Latihan Soal!
1. Apakah dasar dari pengembangan agrowisata?
2. Kapan sebaiknya kebijakan agrowisata dalam hal pengembangan perencanaan
dilakukan?
3. Sebutkan peraturan perencanaan kebijakan konservasi SDA berdasarkan peraturan
Kemetrian Pariwisata No.14 tahun 2016 !
4. Sebutkan peraturan Kementrian Pariwisata No.14 tahun 2016 untuk pengelolaan
kawasan agrowisata!
5. Sebutkan peraturan Kementrian Pariwisata No.14 tahun 2016 untuk perlindungan dan
konservasi kawasan agrowisata !
34
9. ANALISIS POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN
Studi kelayakan (Feasibility Study) menurut Ibrahim (2003) adalah bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan yakni menerima atau menolak suatu
gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak disini adalah kemungkinan dari
gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit) baik dalam arti
financial maupun dalam arti sosial. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social
benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari
segi penilaian yang dilakukan. Gemilang (2014) melakukan studi kelayakan pada agrowisata
Kotabumi melalui analisis beberapa variable antara lain adalah analisis lokasi wilayah,
pesaing (five forces), rantai nilai (value chain), teori STP (Segmentation, Targeting and
Positioning), strategi generik, Three level of the Product yang terdapat pada gambar, fasilitas
dan utilitas, kuesioner, potential demand dan daya tampung pengunjung.
Gambar analisis three level of the product
Analisis rantai nilai meliputi aktifitas utama (inbound planning, amdal dan target
market, operation berupa persiapan benih, bibit dan pupuk, inbound logistic berupa
pembibitan dan penanaman, marketing and sales berupa pemasaran) dan pendukung (firm
infrastructure and equipment berupa saung, greenhouse, gazebo, resources management and
development berupa petani, pedagang, pengelola dan tenaga kerja, technology development
berupa tenaga listrik, air, drainase dan pengelolaan sampah, procurement berupa olahraga
jogging track, jual beli makanan dan minuman) dalam suatu agrowisata. Analisis STP
diketahui menyasar pengunjung segala umur baik lokal maupun interlokal. Analisis utilitas
dilakukan pada jaringan listrik, air bersih dan pengelolaan sampah. Analisis daya tampung
dapat dihitung melalui rumus perkalian luas lahan dengan 30% dibagi 2 sesuai pedoman
teknik analisis aspek fisik dan lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Nilai 30%
diperoleh dari anggapan luas lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 30% berupa
fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan agrowisata dan 70% untuk ruang terbuka hijau berupa
kebun, sawah dan kolam (Gemilang, 2014).
Tujuan Umum: Mahasiswa dapat menjelaskan dan mampu menganalisis potensi dan kesesuaian lahan
untuk mengukur kelayakan finansial perancangan sistem pertanian terpadu untuk
agroekowisata
35
Arah pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa aspek, yaitu (Ramdan dan Ihkwana, 2016):
a. Kondisi Lahan
Keberadaan lahan yang ada disekitar lokasi objek wisata dimiliki oleh perorangan
sehingga perlu ada upaya pembebasan lahan untuk keberlangsungan pengembangan objek
wisata. Efisiensi produksi, indeks hasil tanaman, indeks pertanaman, indeks intensitas
tumpang gilir dan land lent ratio (LER) pada efisiensi penggunaan lahan juga penting
untuk diperhatikan termasuk pada lahan basah dan kering.
Efisiensi produksi lahan basah sangat besar seperti hutan mangrove atau bakau, terutama
di daerah yang terletak tidak jauh dengan pantai. Tanaman tersebut memiliki keindahan
tersendiri untuk dapat dinikmati pada sore hari oleh wisatawan. Indeks hasil tanaman,
pertanaman dan tumpang gilir pada lahan basah sangat baik untuk memikat para
wisatawan berkunjung ke bagian lahan basah yang terdapat di Indonesia dengan hasil
agroekowisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Hal tersebut yang membuat
perbedaan diantara lahan kering dan lahan basah.
Pada lahan kering dapat memiliki indeks hasil produksi yang lebih besar dibandingkan
lahan basah. Semua kegiatan terkait pertanian dilakukan di lahan kering sehingga
menghasilkan kualitas yang bagus. Indeks hasil pertanaman pada lahan kering memiliki
produksi yang besar. Peningkatan hasil produksi pertanian merupakan acuan bagi tumbuh
berkembangnya sektor pertanian dan sejenisnya (Murdaningsih dan Nurdiana, 2009).
b. Potensi Wisatawan
Pada saat ini, kedatangan wisatawan ke objek wisata sangatlah jarang dikarenakan lokasi
yang berada di perkampungan. Kunjungan wisatawan terjadi pada saat liburan sekolah dan
hari besar islam dengan maksud dan tujuan yang datang untuk berziarah sambil
menyempatkan berkunjung ke lokasi pasir lulumpang. Kondisi ini dapat ditingkatkan
menjadi lebih baik apabila didukung oleh sarana tempat wisata yang dapat menambah nilai
tambah dan menjadi daya tarik. Dengan arah pengembangan wisata yang telah
direncakanan kedatangan mereka tidak hanya untuk berziarah tetapi juga memiliki tujuan
lain yaitu sekaligus berwisata. Apabila kondisi ini terlaksana, maka penambahan nilai
terhadap lokasi wisata akan menjadi lebih baik.
Analisis kelayakan agroekowisata menurut Ramdhan dan Ikhwana (2016) dipengaruhi
beberapa aspek yakni :
a. Aspek Pasar
Pengembangan Kawasan Wisata di Desa Cimareme sangat memungkinkan apabila
mempertimbangkan pasar sasaran berdasarkan berbagai faktor, yaitu :
i. Pengguna potensial, berdasarkan faktor pengguna potensial yaitu penduduk di wilayah
Kecamatan Banyuresmi dengan jumlah penduduk sebesar 89.773 jiwa atau 35,5 %
jumlah keseluruhan dari penduduk Kabupaten Garut dengan target umur penduduk usia
mulai dari 5 tahun.
ii. Faktor penggunaan potensial dan tempat rekreasi, berdasarkan jarak tempuh untuk
menuju tempat wisata, lokasi pengembangan wisata dapat ditempuh dalam waktu ± 30
menit perjalan dari Terminal Ibu Kota Kabupaten Garut. Selain itu, perjalan menuju
lokasi memungkinkan untuk ditempuh dengan kendaraan pribadi dengan jarak dan
waktu tempuh yang ada, maka untuk sampai pada lokasi wisata hanya membutuhkan
ongkos yang tidak terlalu besar. Berdasarkan faktor-faktor di atas, pengembangan wisata
sangat memungkinkan untuk dilaksanakan pengembangannya.
36
b. Aspek Teknis
Pentingnya lingkungan alam untuk mendukung suatu kawasan menjadi daerah tujuan atau
objek wisata tidak terbantahkan lagi. Meskipun bukan factor utama atau satu-satunya yang
menarik wisatawan untuk berkunjung, tetapi factor lingkungan dan alam mempunyai
pengaruh signifikan bagi calon wisatawan mengapa memilih daerah tersebut sebagai daerah
tujuan wisata.
Berdasarkan dukungan berbagai kriteria seperti dijelaskan, pengembangan lokasi wisata
memerlukan dukungan prasarana dan sarana penunjang, karena sampai saat ini fasilitas yang
digunakan sebagai sarana pelayanan dasar berada di luar lokasi wisata serta kurang
mendukung terhadap pengembangan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan sarana dan
prasarana agar tercipta lokasi wisata yang memadai.
c. Aspek Manajemen
Pemerintah diharapkan memberikan pembinaan dan penyuluhan untuk mendorong
masyarakat untuk ikut serta dalam pengembangan wisata yang ada di Desa Cimareme.
Pembinaan dan penyuluhan dapat dilakukan oleh instansi yang terkait seperti Dinas
Pariwisatadan Budaya. Tidak adanya struktur manajemen dan keterbatasan sumber daya
manusia untuk merawat tempat mengakibatkan kurang terawatnya area lokasi wisata.
d. Aspek Finansial
Berdasarkan uraian pendapatan serta pengeluaran pada kegiatan wisata, selanjutnya
dilakukan analisis finansial dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal
Rate Of Return (IRR) dan Payback Period. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan nilai bunga 6 % (bunga deposito tahun 2016) maka periode pengambilan
modal dapat dikembalikan pada tahun ke 4 memasuki tahun ke 5. Oleh karena itu, apabila
menggunakan rentang waktu 10 tahun, pengembangan wisata secara aspek finansial dapat
dikategorikan layak untuk dikembangkan. Perbandingan dengan menggunakan IRR
didapatkan hasil dengan nilai positif, hal ini menggambarkan bahwa apabila kegiatan bisnis
ini diorientasikan untuk jangka waktu 10 tahun, maka layak untuk dilaksankan karena nilai
pengembaliannya lebih besar dari 0.
Perhitungan Kelayakan Rencana Pengembangan Kawasan Agrowisata Kotabumi
menurut Gemilang (2014) yaitu:
1. Biaya Investasi Kawasan
Kotabumi Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon layak untuk dikembangkan.
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai
berikut:
a. Melakukan pengelolaan yang baik dan maksimal Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota
Cilegon agar tercipta suasana yang nyaman dan dapat memberikan banyak dampak positif
bagi pengujung yang datang.
b. Diperlukan upaya penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung baik secara kuatitas maupun
kualitas untuk mendukung kegiatan wisata di Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota
Cilegon.
c. Dalam pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Agrowisata Kotabumi juga melakukan
kegiatan konservasi dan reboisasi dengan menghasilkan bibit-bibit tanaman yang akan
ditanam untuk berbagai kegiatan dan program penghijauan di Provinsi Banten khususnya
di Kota Cilegon.
d. Diperlukan komitmen dan konsistensi program yang tinggi dari seluruh pihak yang terkait
dalam rangka menjamin keberlanjutan Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota Cilegon.
e. Meletakkan benda-benda yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat Suku Baduy, seperti
lumbung padi yang biasa digunakan masyarakat Suku Baduy untuk menyimpan hasil
panennya. Pada tahap ini perencanaan pengembangan Kawasan Agrowisata Kotabumi
yang merupakan suatu investasi, tahap yang di lakukan perhitungan kelayakan investasi
37
kawasan.Kawasan Agrowisata Kotabumi berada pada lahan dengan luas 4 Ha, dengan
total biaya pembebasan Rp 500,000,000.
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR dihitung dengan menggunakan discount factor (faktor diskon) yang diasumsikan
sebesar 14%. Untuk dapat melihat kelayakan investasi pada suatu proyek, IRR harus lebih
besar dari pada nilai bunga bank. Hasil perhitungan proyeksi keuangan menunjukkan IRR
sebesar 31,49%. Yang artinya tingkat kemampuan keuangan untuk dapat merecover
seluruh biaya investasi dan operasi dan pemeliharaan.
3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai yang terjadi dimasa yang akan datang dilihat
dari nilai saat ini. Kelayakan suatu proyek akan terlihat bila nilai FNPV lebih dari 1 atau
positif pada tingkat diskon faktor yang sama. Pada perhitungan proyeksi keuangan
diperoleh nilai FNPV sebesar Rp. 2,3 milyar.
4. Payback Period (PBP)
Payback period menunjukkan tingkat kecepatan mengembalikan biaya investasi yang
diukur dengan satuan waktu (tahun). Payback Period dari hasil perhitungan proyeksi
didapat pada tahun ke 9,2 yang artinya waktu pengembalian modal adalah kurang dari 10
tahun.
Kelayakan suatu usulan proyek dikaji dengan tujuan untuk mempelajari usulan
tersebut dari segala segi secara professional agar nantinya setelah diterima dan
dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Tolak
ukur dalam menganalisis kelayakan pembangunan tersebut pada intinya adalah sama,
yaitu dapat memberikan manfaat baik secara finansial, ekonomis maupun sosial.
Perbedaannya terletak pada penekanan bahwa bila investornya adalah pihak swasta
maka analisis yang dilakukan berorientasi pada keuntungan finansial, sedangkan bila
investornya adalah pihak pemerintah maka kajian yang dilakukan disamping untuk
mendapatkan keuntungan finansial tetapi jauh lebih penting adalah manfaat ekonomisnya
secara luas serta aspek sosialnya bagi lingkungan pada daerah pengaruh proyek tersebut.
Keuntungan/manfaat (benefit) suatu proyek dapat dibedakan atas dua yaitu; Tangible
Benefit, yaitu manfaat yang dapat dihitung dengan uang; Intangible Benefit, yaitu
manfaat yang tidak dapat dihitung dengan uang,
Latihan Soal!
1. Apakah yang dimaksud dengan studi kelayakan ?
2. Sebutkan variable yang dianalisis dalam suatu studi kelayakan pada agrowisata !
3. Apa saja yang dianalisis rantai nilai?
4. Bagaimana analisis daya tampung dilakukan?
5. Jelaskan 4 aspek yang memepengaruhi analisis kelayakan agroekowisata menurut
Ramdhan dan Ikhwana (2016) !
38
DAFTAR PUSTAKA
A Yoeti Oka, 1994. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.
Astuti, M.T. 2014. Potensi Agrowisata dalam Meningkatkan Pengembangan Pariwisata.
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol 1 No 1 Hal : 51-57
Budiarjono dan Wardiningsih, S. 2013. Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan
Kawasan Gunung Leutik Bogor. Jurnal Arsitektur NALARs Vol 12 No 2 Hal : 1-10
CARDI (Caribbean Agricultural Research and Development Institute. 2010. A Manual on
Integrated Farming System (IFS). BRDP Call for Proposal No. 7. Agricultural
Enterprise Development for Rural Belize (AED).
Fandeli, C., dan Nurdin, M. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman
Nasional, Jakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Pusat Studi
Pariwisata Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan Kantor Kementarian Lingkungan
Hidup RI.
Gemilang.G. 2014. Studi Kelayakan Pengembangan Agrowisata di Kawasan Kotabumi ,
Cilegon, Banten. Jurnal Planesa Volume 5
Gurindawangsa, S.A., Topowijono dan Supriono. 2017. Analisis Strategi Pengembangan
Produk Agrowisata (Studi Pada Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang, Jawa Timur). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 51 No 2 Hal
: 141-150
International Labour Organization.2013. Training Manual and Module Ecotourism Guide
Indonesia. http://apgreenjobs.ilo.org
Kotler dkk. 2006. Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Belas Jilid 2 (98-100). Jakarta: Indeks.
Marpaung, H., dan H. Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Alfabeta. Bandung.
Mayasari, K., dan Ramdhan, T. 2013. Strategi Pengembangan Agrowisata Perkotaan. Buletin
Pertanian Perkotaan Vol 3 No 1 Hal 21-28
Muljadi A.J., 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Murdaningsih dan Nurdiana. N . 2009. Kajian Potensial Pengembangan Agrowisata Kawasan
Gunung Salak Endah. Buana sains vol 9 No 1. Hal: 31-45
Pendit, N.S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta.
Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan.
Pitana, I Gde, Putu G.Gayatri.2005. Sosiologi Pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Rackhman, Arief F, Husen Hutagalung, Patrick Silano. 2013. Pemandu Wisata: Teori &
Praktek. Media Bangsa. Jakarta.
Ramdan, R.M. dan Ihkwana, A. 2016. Analisa Kelayakan Pengembangan Wisata di Desa
Cimareme Kecamatan Banyuresmi Garut. Jurnal Kalibrasi. Vol. 14 No. 1 Hal : 101-
110.
Rodríguez LJ, Preston TR, and Lai NV. 1998. Integrated farming systems for efficient use of
local resources.Proceedings of the Internet Conference on Integrated Bio-Systems.
Sarkar, A.K., R.S. Singh, M.S. Yadav,and C.S. Singh. 2011. Integrated Farming System for
Sustainable Production. Agrotech Publishing Academy.
Sastrayuda, G. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi
Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure. Hal :1-58
Simatupang. 2009. Pengaturan Hukum Kepariwisataan Indonesia. PT. Alumni: Band.
Sulistyantara, B. 1990. Pengembangan Agrowisata di Perkotaan, Proseding Simposisum dan
Seminar Nasional Hortikultura Indonesia 1990, Bogor, 13-14 Oktober 1990.
Tokrishna, R. 2004. Integrated Livestock – Fish – Farming Systems In Thailand. Wiley.
Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan.
http://dpdhpisulut.wordpress.com
39
Usman, Lukman, H., dan Ihyani M., 2012. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengembangan
Agrowisata di Kabupaten Bantaeng. Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol. II No. 2 Hal 191-
200.
Yoeti, Oka A. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
40
TENTANG PENULIS
Moh. Ega Elman Miska, SP, MSi lahir di Tegal pada tanggal 26
September 1990 sebagai anak pertama dari pasangan (Alm.) Abdul
Ghoffar dan Sri Mujiharsih. Pada tanggal 11 Januari 2015 penulis
menikah dengan Kiki Sri Lestari.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar
Negeri Slawi Wetan II Slawi-Tegal (Tahun 2002), sekolah menengah
pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Slawi- Tegal (Tahun 2005)
dan sekolah menengah atas di Sekolah Menengah Atas 3 Slawi-Tegal
(Tahun 2008). Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, lulus pada tahun 2013. Pada tahun
2013 penulis mendapatkan kesempatan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri
(BPP-DN) Calon Dosen untuk melanjutkan ke program magister di program studi Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan bidang keahlian
Agronomi dan Hortikultura. Penulis juga mengikuti kegiatan The Spring Bioresource
Program yang diselenggarakan oleh College of Bioresource, Mie University, Japan pada 15
Maret – 18 April 2015 . Pada kegiatan tersebut penulis menyampaikan sebagian hasil
penelitian.
Penulis saat ini bekerja sebagai Dosen Program Studi Agroteknologi di Fakultas Teknologi
Industri Universitas Gunadarma (2016- sekarang). Selama menjadi dosen, beberapa mata
kuliah yang diampu adalah Pengantar Ekonomi Pertanian; Pengantar Arsitektur Lanskap;
Budidaya Nir Tanah; dan Agroecotourism dan Sistem Pertanian Terpadu. Penulis juga
dipercaya sebagai Kepala Laboratorium Agroteknologi Menengah di Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.
Recommended